Anda di halaman 1dari 40

PROPOSAL PENILITIAN

PENGARUH MONITORING DAN EVALUASI PENDAMPING PROGRAM KELUARGA


HARAPAN TERHADAP PELAKSANAAN PERTEMUAN PENINGKATAN KAPASITAS
KELUARGA DI KABUPATEN BENGKULU UTARA

Diajukan untuk memenuhi tugas pengganti Ujian Tengah Semester (UTS) mata
kuliah Penelitian Pekerjaan Sosial

Dosen Pengajar:
Dwi Yuliani, M.Si., Ph. D.

Oleh:
Umatun Karomah
NRP. 23.01.005

PROGRAM STUDI PEKERJAAN SOSIAL PROGRAM MAGISTER TERAPAN


POLITEKNIK KESEJAHTERAAN SOSIAL BANDUNG
2023
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................... . 1
B. Perumusan Masalah............................................................ . 7
C. Hipotesis…………………………………………………... 7
D. Tujuan Penelitian................................................................ 8
E. Manfaat Penelitian.............................................................. . 8
F. Sistematika Penulisan......................................................... . 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu.......................................................... . 10
B. Tinjauan Konseptual.......................................................... . 12
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian.............................................................. . 35
B. Definisi Operasional......................................................... . 35
C. Populasi dan Sampel......................................................... . 36
D. Teknik Pengumpulan Data................................................ . 37
E. Alat Ukur dan Pengujian Validitas................................... . 37
F. Teknik Analisis Data......................................................... . 40
G. Jadwal dan Langkah-Langkah Penelitian........................... 41

DAFTAR PUSTAKA............................................................................... . 42
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penanggulangan kemiskinan merupakan program utama pemerintah, sekaligus

pengembangan kebijakan di bidang perlindungan sosial, sejak tahun 2007 Pemerintah

Indonesia telah melaksanakan Program Keluarga Harapan (PKH). Program serupa telah

dilaksanakan dan cukup berhasil di beberapa negara yang dikenal dengan Conditional

Cash Transfers (CCT) atau bantuan tunai bersyarat.

Rendahnya kondisi kesehatan keluarga sangat miskin juga berdampak pada tidak

optimalnya proses tumbuh kembang anak, terutama pada usia 0-5 tahun. Pada tahun 2010

di Kabupaten Bengkulu Utara misalnya, angka kematian balita pada kelompok penduduk

berpendapatan terendah adalah 80% per 1000 kelahiran hidup, sementara pada kelompok

penduduk berpendapatan tertinggi hanya 32% per 1000 kelahiran hidup (SDKI, 2010).

Pada tahun 2003-2010, terdapat kecenderungan bertambahnya kasus gizi kurang yang

meningkat dari 24,5% pada tahun 2003 menjadi 29% pada tahun 2010. Sementara pada

tahun 2012 terjadi penurunan menjadi 18,4% (Riset Kesehatan Dasar, 2012).

Gizi kurang berdampak buruk pada produktivitas dan daya tahan tubuh seseorang

sehingga menyebabkannya terperangkap dalam siklus kesehatan yang buruk. Seringnya

tidak masuk sekolah karena sakit dapat menyebabkan anak putus sekolah. Kondisi

kesehatan dan gizi mereka yang umumnya buruk juga menyebabkan mereka tidak dapat

berprestasi di sekolah.

Sebagian dari anak-anak keluarga sangat miskin ada juga yang sama sekali tidak

mengenyam bangku sekolah karena harus membantu mencari nafkah. Meskipun angka

partisipasi sekolah dasar tinggi, namun masih banyak anak keluarga miskin yang putus

sekolah atau tidak melanjutkan ke SMP/Mts. Kondisi ini menyebabkan kualitas generasi
penerus keluarga miskin senantiasa rendah dan akhirnya terperangkap dalam lingkaran

kemiskinan.

PKH merupakan salah satu program perlindungan sosial di Indonesia dalam bentuk

bantuan sosial. Bantuan ini diberikan kepada keluarga miskin dan rentan miskin dengan

persyaratan tertentu dimana mereka terdaftar dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial

(DTKS). PKH merupakan salah satu upaya pemerintah dalam percepatan penanggulangan

kemiskinan dan secara khusus bertujuan untuk memutus rantai kemiskinan antar generiasi.

Sebagai sebuah program bantuan sosial bersyarat, PKH bertujuan membuka akses KPM

bagi ibu hamil dan anam usia dini dalam memanfaatkan fasilitas/layanan Kesehatan

(faskes) dan anak usia sekolah dalam memanfaatkan fasilitas/layanan Pendidikan (fasdik)

yang tersedia disekitar tempat tinggal mereka. Manfaat PKH saat ini juga diarahkan untuk

mencakup penyandang disabilitas dan lanjut usia dengan tujuan untuk mempertahankan

kesejahteraan sosial mereka sesuai dengan amanat konstitusi dan Nawacita Presiden RI.

Selain mendorong KPM untuk memanfaat pelayanan sosial dasar Kesehatan, Pendidikan

dan kesejahteraan sosial, KPM PKH juga didampingi untuk mendapatkan program

komplementer secara berkelanjutan. PKH diarahkan untuk menjadi center of exellence

dalam upaya penanggulangan kemiskinan di Indonesia. Sinergi antara program

perlindungan sosial dan pemberdayaan merupakan upaya yang terus dilakukan demi

mencapai kesejahteraan KPM PKH.

Berdasarkan Buku Pedoman Umum PKH merupakan upaya membangun sistem

perlindungan sosial kepada masyarakat miskin. Program ini diharapkan

berkesinambungan setidaknya sampai tahun 2015 dan mampu berkontribusi untuk

mempercepat pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development

Goals atau MDGs). Setidaknya ada lima komponen MDGs yang didukung melalui PKH,

yaitu pengurangan penduduk miskin ekstrim dan kelaparan, pencapaian pendidikan dasar,
kesetaraan gender, pengurangan angka kematian bayi dan balita, dan pengurangan

kematian ibu melahirkan.

Peserta PKH memiliki berbagai kewajiban yang harus dipenuhi khususnya

kewajiban kesehatan dan pendidikan. Kewajiban itu adalah pemeriksaan kandungan bagi

ibu hamil, pemeriksaan kesehatan, pemberian asupan gizi dan imunisasi anak

balita, kewajiban menyekolahkan anak ke sekolah dasar dan lanjutan (SD s.d SLTP). Bagi

pengurus diwajibkan mengikuti pertemuan bulanan yang disebut Pertemuan Peningkatan

Kapasitas Keluarga (P2K2).

PKH akan memberi manfaat jangka pendek dan panjang, untuk jangka pendek akan

memberikan income effect kepada Rumah Tangga Sangat Miskin atau sering disebut

dengan KPM, melalui pengurangan beban pengeluaran rumah tangga. Manfaat jangka

panjang PKH adalah memutus rantai kemiskinan antar generasi melalui peningkatan

kualitas kesehatan/nutrisi, pendidikan dan kapasitas pendapatan anak dimasa depan (price

effect anak keluarga miskin); serta memberikan kepastian kepada si anak akan masa

depannya (insurance effect).

Tujuan umum PKH adalah untuk mengurangi angka dan memutus rantai

kemiskinan, meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, serta merubah perilaku KPM

yang relatif kurang mendukung peningkatan kesejahteraan. Tujuan tersebut sekaligus

sebagai upaya mempercepat pencapaian target Millennium Development Goals

(MDGs). Secara khusus, tujuan PKH terdiri atas:

1. Meningkatkan status sosial ekonomi KPM.

2. Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas, anak balita dan anak usia

5-7 tahun yang belum masuk sekolah dasar dari KPM.

3. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan, khususnya bagi

anak-anak KPM.
4. Meningkatkan taraf pendidikan anak-anak KPM.

Untuk mencapai tujuan tersebut maka perangkat pendukung berupa kelembagaan

dan sumber daya manusia untuk melaksanakan program ini sangat diperlukan. Pada

level nasional dibentuk tim koordinasi Unit Pelaksanaan Program Keluarga Harapan

yang kemudian di sebut UPPKH. Sampai pada level kabupaten terdapat tim koordinasi

Unit Pelaksanaan Program Keluarga Harapan Kabupaten. Pada level kecamatan Unit

Pelaksana Program Keluarga Harapan adalah Pendamping PKH.

Peran pendamping PKH dalam pelaksanan program dilapangan secara langsung

maupun tidak langsung sangat menentukan berhasil tidaknya kegiatan program

dilapangan. Sebab secara teknis para pendamping yang melaksanakan intervensi,

bersentuhan langsung dengan penerima manfaat PKH melalui berbagai peran yang

mereka tampilkan. Pendampingan dalam Program Keluarga Harapan sangatlah penting

dalam proses pelaksanaan program ini. Ketidaksesuaian dalam pelaksanaannya akan

memberikan dampak yang tidak diaharapkan dari PKH itu sendiri.

Pendamping PKH memiliki beberapa tugas yaitu tugas persiapan dan tugas rutin.

Tugas persiapan meliputi: menyelenggarakan pertemuan awal, memfasilitasi proses

penetapan jadwal kunjungan ke PPK (Pemberi Pelayanan Kesehatan), mendampingi

peserta PKH dalam kunjungan awal ke PPK, serta memfasilitasi proses pendaftaran

sekolah bagi anak-anak peserta PKH yang belum terdaftar di satuan pendidikan.

Tugas rutin pendamping PKH diantaranya Pemutakhiran data, menerima

pengaduan dan menindaklanjuti, melakukan koordinasi, melakukan kunjungan

insidentil, melakukan pertemuan bulanan dengan peserta PKH, melakukan pertemuan

bulanan dengan service provider, melakukan pertemuan triwulan dan semester,

menginformasikan jadwal pembayaran bantuan, mendampingi proses pembayaran,

pencapaian target verifikasi komitmen, serta melakukan kunjungan ke fasilitas


pendidikan dan kesehatan. Pendamping haruslah memiliki kemauan yang keras untuk

melaksanakan tugas-tugasnya dan bekerja sesuai dengan apa yang telah diembankan.

Jumlah peserta PKH di Kabupaten Bengkulu Utara adalah 12.588 KPM dengan

jumlah pendamping 79 orang dan satu Koordinator Kabupaten, yang tersebar di 19

kecamatan di Kabupaten Bengkulu Utara. Satu pendamping mendampingi 100-300

KPM peserta Program Keluarga Harapan.

Salah satu tugas pendamping adalah melakukan pertemuan bulanan bersama

KPM yang disebut P2K2. P2K2 ini merupakan salah satu proses untuk melakukan

perubahan perilaku KPM dalam segala aspek kehidupan. Salah satu perubahan perilaku

yang diharapkan adalah agar KPM dapat memulai usaha dan beridkari sehingga bisa

mencapai tujuan untuk melakukan graduasi berdikari dan menjadi peserta Pahlawan

Ekonomi Nasional (PENA) dikemudian hari. Namun pada kenyataannya masih ada

pendamping yang tidak rutin melakukan P2K2, hal ini disebabkan oleh kurangnya

control yang kuat berupa monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan P2K2.

Fakta – fakta tersebut menjadikan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai Pengaruh Monitoring dan Evaluasi pendamping PKH terhadap Pelaksanaan

Pertemuan Peningkatan Kapasitas Keluarga di Kabupaten Bengkulu Utara?

B. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang diutarakan diatas, maka masalah pokok penelitian

ini adalah “Seberapa Besar Pengaruh Monitoring dan Evaluasi terhadap Pelaksanaan

Pertemuan Peningkatan Kapasitas Keluarga oleh Pendamping PKH di Kabupaten

Bengkulu Utara.

Selanjutnya pertanyaan dasar tersebut, dapat dirumuskan pada sub - sub sebagai

berikut :
1. Seberapa tinggi tingkat pelaksanaan P2K2 oleh Pendamping PKH di Kabupaten

Bengkulu Utara sebelum dilakukan Monitoring dan Evaluasi?

2. eberapa tinggi tingkat pelaksanaan P2K2 oleh Pendamping PKH di Kabupaten

Bengkulu Utara saat dilakukan Monitoring dan Evaluasi?

3. eberapa tinggi tingkat pelaksanaan P2K2 oleh Pendamping PKH di Kabupaten

Bengkulu Utara sesudah dilakukan Monitoring dan Evaluasi?

C. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu H0 dan H1. H0 dan H1 yakni sebagai
berikut:
1. H0 = Tidak ada pengaruh Monitoring dan Evaluasi terhadap pelaksanaan P2K2 oleh

Pendamping PKH di Kabupaten Bengkulu Utara.

2. H1 = Ada pengaruh Monitoring dan Evaluasi terhadap pelaksanaan P2K2 oleh

Pendamping PKH di Kabupaten Bengkulu Utara.

D. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan pokok penelitian tersebut diatas, tujuan umum dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui pelaksanaan P2K2 oleh pendamping Program Keluarga Harapan

(PKH) di Kabupaten Bengkulu Utara.

E. Manfaat penelitian

Berdasarkan latar belakang dan tujuan yang telah disebutkan diatas, diharapkan

penelitian ini memberikan manfaat, diantaranya:

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini diharapkan memberikan wawasan ilmu

pengetahuan bagi pekerjaan sosial, memperkaya wawasan dan wacana ilmiah serta

pengembangan konsep-konsep dalam ilmu pekerjaan sosial, khususnya tentang


Pelaksanaan P2K2 oleh Pendamping Program Keluarga Harapan di Kabupaten

Bengkulu Utara.

Dengan adanya penelitian ini diharapkan penulis mengetahui seberapa besar

pengaruh monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan P2K2 oleh pendamping

Program Keluarga Harapan di Kabupaten Bengkulu Utara.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini sebagai bahan pemikiran yang dapat

memberikan kontribusi kepada semua pihak yang berwenang untuk

menentukan kebijakan dan program pemecahan masalah kemiskinan.

Mengetahui seberapa besar pengaruh monitoring dan evaluasi terhadap

pelaksanaan P2K2 oleh pendamping program keluarga harapan dapat menjadi dasar

perubahan perilaku KPM PKH agar lebih Mandiri.

F. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN, memuat tentang latar belakang masalah, permasalahan

penelitian, tujuan penlitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, memuat tentang kerangka pemikiran yang

mendasari penelitian dan penyusunan program secara teoritik dan bagan

kerangka pikir.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN, memuat tentang desain penelitian, sumber

data, teknik pengumpulan data, teknik pemeriksaan keabsahan data, teknik

analisis data, jadwal penelitian, dan langkah-langkah kegiatan penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, memuat tentang hasil

penelitian, pembahasan hasil penelitian, analisis masalah, analisis kebutuhan,

dan identifikasi sistem sumber.


BAB V USULAN PROGRAM, berisi tentang penemuan-penemuan hasil interpretasi

terhadap data yang diperoleh dalam penelitian.

BAB VI KESIMPULAN, memuat tentang bentuk perencanaan logis dan sistematis

yang dapat dilakukan untuk menjawab temuan penelitian.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian terdahulu

Dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian terlebih dahulu terkait

dengan judul peneliti “ Kinerja Pendamping PKH di Kabupaten Bengkulu Utara” oleh

beberapa penulis diantaranya :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Raila Adnin, dengan judul Peran pendamping dalam

pemberdayaan masyarakat miskin melalui Program Keluarga Harapan (PKH), tahun

2014. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai angka

28,28 juta jiwa yang merupakan 11,25 persen dari keseluruhan penduduk Indonesia.

Kemiskinan jika tidak ditangani secara serius akan memberikan dampak buruk

diberbagai bidang, antara lain bidang kesehatan dan pendidikan. Mengatasi hal

tersebut, pemerintah mengeluarkan suatu kebijakan yang berkaitan dengan

pemberdayaan masyarakat miskin yakni Program Keluarga Harapan (PKH). Tulisan

ini bertujuan untuk mengidentifikasi konsep PKH, pendampingan, pemberdayaan

masyarakat miskin, dan menganalisis peran pendamping PKH dalam pemberdayaan

masyarakat miskin. Hasil dari penulisan ini adalah PKH merupakan program bantuan

tunai bersyarat kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM) melalui proses

pendampingan untuk mencapai peningkatan kualitas sumberdaya manusia di bidang

pendidikan dan kesehatan. Peran pendamping PKH dalam pemberdayaan masyarakat

miskin mempengaruhi efektivitas keberhasilan PKH. Terdapat empat peran

pendamping PKH, yakni peran dan keterampilan fasilitatif, peran dan keterampilan

edukasional, peran dan keterampilan perwakilan, dan peran dan keterampilan teknis.

Peran pendamping juga mempengaruhi implementasi program PKH. Implementasi


tersebut dapat dilihat melalui (a) program pengentasan kemiskinan melalui PKH dan

(b) implementasi program pengentasan kemiskinan melalui PKH. Tolak ukur dari

efektivitas keberhasilan PKH adalah ketepatan sasaran sosialisasi program, sosialisasi

program, tujuan program, pemantauan program, cara kerja yang baik dan benar,

produktif dalam pelayanan, prestasi kerja, pemanfaatan tenaga, dan penanggulangan

kemiskinan. Berbeda dengan yang akan peneliti lakukan dalam penelitian ini, yaitu

peneliti ingin mengetahui bagaimana peran pendamping dalam menentukan

keberhasilan PKH di Kabupaten Bengkulu Utara. Peneliti juga ingin mengetahui

bagaimana kinerja pendamping dalam melaksanakan PKH di Kabupaten Bengkulu

Utara.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Armindo Putra Zega, dengan judul Kinerja

Pendamping Pelaksanaan Program Keluraga Harapan ( PKH) di Kabupaten Nias

Utara, tahun 2014. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang

kinerja pendamping dalam pelaksanaan Program keluarga harapan di Kabupaten Nias

Utara. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh data dan gambaran mengenai

karakteristik responden, tugas persiapan dan tugas rutin. Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Jumlah

populasi dalam penelitian ini sebanyak 50 orang dan peneliti menggunakan teknik

penelitian populasi atau sensus. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

pendamping PKH yang ada di Kabupaten Nias Utara. Teknik pengumpulan data yang

digunakan yaitu angket, observasi dan studi dokumentasi. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa responden melakukan pendampingan berada pada kategori

sedang. Pada aspek tugas rutin masih harus dilakukan peningkatan kinerja dan

beberapa masalah pendampingan yang dialami pendamping dalam melaksanakan

pendampingan. Dalam hal ini perlu ditingkatkan melalui Bimbingan dan Pemantapan
di Kabupaten Nias Utara. Tujuan program adalah peningkatan kinerja pendamping

dalam melaksanakan Program keluarga Harapan (PKH) dalam pelaksanaan tugas

persiapan dan tugas rutin di Kabupaten Nias Utara.

B. Tinjauan Konseptual

Untuk dapat mengkaji sebuah realitas secara ilmiah diperlukan konsep–konsep

atau teori–teori agar mampu menyampaikan sebuah realitas menjadi sebuah kajian ilmiah

yang terarah dan mampu diukur. Untuk mengkaji realitas mengenai permasalahan yang

akan peneliti angkat ini, penulis akan mengambil beberapa konsep yang memiliki korelasi

dan relefansi terhadap isu yang akan menjadi topik pembahasan utama dalam Karya Ilmiah

Akhir ini.

1. Tinjauan tentang Kinerja

a. Pengertian Monitoring

Menurut Dr. Harry Hikmat (2010), monitoring adalah proses pengumpulan dan

analisis informasi berdasarkan indikator yang ditetapkan secara sistematis dan

berkelanjutan tentang kegiatan/program sehingga dapat dilakukan tindakan koreksi

untuk penyempurnaan program/kegiatan itu selanjutnya. Monitoring adalah

pemantauan yang dapat dijelaskan sebagai kesadaran tentang apa yang ingin

diketahui, pemantauan berkadar tingkat tinggi dilakukan agar dapat membuat

pengukuran melalui waktu yang menunjukkan pergerakan ke arah tujuan atau

menjauh dari itu. Monitoring akan memberikan informasi tentang status dan

kecenderungan bahwa pengukuran dan evaluasi yang diselesaikan berulang dari

waktu kewaktu, pemantauan umumnya dilakukan untuk tujuan tertentu, untuk

memeriksa terhadap proses berikut objek atau untuk mengevaluasi kondisi atau

kemajuan menuju tujuan hasil manajemen atas efek tindakan dari beberapa jenis
antara lain tindakan untuk mempertahankan manajemen yang sedangberjalan.

Monitoring adalah proses rutin pengumpulan data dan pengukuran kemajuan atas

objektif program. Memantau perubahan yang fokus pada proses dan keluaran.

William N. Dunn (1994), menjelaskan bahwa monitoring mempunyai beberapa

tujuan, yaitu :

• Compliance (kesesuaian/kepatuhan) Menentukan apakah implementasi

kebijakan tersebut sesuai dengan standard dan prosedur yang telah ditentukan.

• Auditing (pemeriksaan) menentukan apakah sumber-sumber/pelayanan kepada

kelompok sasaran (target groups) memang benar-benar sampai kepada mereka.

• Accounting (Akuntansi) Menentukan perubahan sosial dan ekonomi apa saja


yang terjadi setelah implementasi sejumlah kebijakan publik dari waktu ke
waktu.
• Explanation (Penjelasan) menjelaskan mengenai hasil-hasil kebijakan publik
berbeda dengan tujuan kebijakan publik.
Monitoring dapat diartikan sebagai suatu kegiatan, untuk mengikuti suatu
program yang dilakukan secara mantap dan teratur secara terus menerus (Suardan
dkk, 2017, hlm. 77). Tentunya mengikuti suatu program yang dilakukan secara terus-
menerus ini dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan
untuk mengawasi program atau kegiatan yang dilakukan tersebut.
Seperti yang diungkapkan oleh Azis (2016, hlm. 147) bahwa monitoring adalah
sebuah proses pengumpulan dan menganalisis informasi dari penerapan suatu
program termasuk mengecek secara regular untuk melihat apakah kegiatan/program
itu berjalan sesuai rencana sehingga masalah yang dibuat ditemui dapat diatasi.
Dengan demikian Monitoring adalah pengumpulan data dari suatu kegiatan atau
program untuk diolah menjadi informasi sebagai bahan pengawasan yang dilakukan
secara kontinu.
Menurut Mitchell (dalam Azis, 2016, hlm. 148) monitoring difokuskan pada
penggambaran perubahan kondisi yang terjadi dan menjelaskan hubungan sebuah
akibat yang terjadi. Selain itu, menurut Mitchell (dalam Azis, 2016, hlm. 148) tujuan
lainnya dari Monitoring di antaranya adalah sebagai berikut.
• Untuk menilai bersama secara umum.
• Untuk menjamin keterlaksanaan konsep dasar, kecenderungan, dan efek
kumulatifnya.
• Untuk memposisikan beban, sumber daya dan perubahan.
• Untuk mencapai metode yang digunakan.
• Untuk menyodorkan informasi bagi pengambilan bagi pengambil keputusan.
b. Pengertian Evaluasi
Evaluasi adalah suatu pengumpulan data dan menganalisis informasi tentang
efektivitas dan dapat dari suatu tahap atau keseluruhan program (Azis, 2016, hlm.
150). Ruang lingkup evaluasi juga termasuk menilai pencapaian program dan
mendeteksi serta menyelesaikan masalah dan merencanakan kegiatan yang akan
datang.
Sementara itu menurut Prihatin (dalam Azis, 2016, hlm. 151) evaluasi
dilakukan dalam rangka pengendalian mutu sebagai bentuk akuntabilitas
penyelenggaraan program kepada pihak-pihak yang berkepentingan, di antaranya
terhadap peserta , lembaga , dan program/kegiatan/pekerjaan yang dievaluasi.
Penilaian sebaiknya dilakukan secara berskala, sehingga dapat dijadikan
landasan untuk melakukan perbaikan pada semua bidang administrasi. Penilaian ini
juga harus dilakukan oleh fakta-fakta yang dapat membawa ke arah perubahan yang
positif serta memberikan cara terbaik untuk membuat keputusan. Unsur objektivitas
penilaian juga turut berperan dalam memberikan penilaian, selain itu, penilaian
harus memiliki pengetahuan tentang teknik-teknik penilaian yang baik, bersedia
menerima kritikan konstruktif dari pihak lain.
Tujuan penilaian hendaknya diarahkan pada empat tujuan dibawah ini.

1. Penelusuran (keeping track) Untuk menelusuri agar proses program atau


kegiatan tetap sesuai dengan rencana awal.
2. Pengecekan (checkin-up) Apakah terdapat kelemahankelemahan dalam
pembelajaran yang dialami dalam suatu program.
3. Pencarian (finding- out) Untuk mencari dan menemukan faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan proses pembelajaran.
4. Penyimpulan (summing–up) Untuk menyimpulkan apakah program telah sesuai
dengan berbagai rencana dan aturan yang telah ditetapkan atau belum.

2. Tinjauan tentang Pendamping

a. Pengertian pendamping

Pendamping adalah aktor paling penting dalam mensukseskan PKH. menurut

Kemensos RI (2020) pendamping merupakan pihak kunci yang menjembatani

penerima manfaat dengan pihak –pihak lain yang terlibat di tingkat kecamatan

maupun dengan program di tingkat kabupaten/kota. Tugas pendamping termasuk

didalamnya melakukan sosialisasi, pengawasan, dan mendampingi para penerima

manfaat dalam memenuhi komitmennya.

Salah satu upaya untuk memberdayakan dan membangun masyarakat

melibatkan proses dan tindakan sosial dimana penduduk sebuah komunitas

mengorganisasikan diri dalam membuat perencanaan dan tindakan kolektif untuk

memecahkan masalah sosial atau memenuhi kebutuhan sosial sesuai dengan

kemampuan dan sumberdaya yang dimilikinya. Dengan demikian, pendampingan

sosial dapat diartikan sebagai interaksi dinamis antara kelompok miskin dan pekerja

sosial untuk secara bersama-sama menghadapi beragam tantangan menurut Edi

Suharto (2010: 93-94) seperti:

1) Merancang program perbaikan kehidupan sosial ekonomi.

2) Memobilisasi sumber daya setempat.

3) Memecahkan masalah sosial.

4) Menciptakan atau membuka akses bagi pemenuhan kebutuhan.

5) menjalin kerjasama dengan berbagai pihak yang relevan dengan konteks

pemberdayaan masyarakat.
b. Tugas Pendamping

Ada dua jenis tugas yang harus diemban oleh para pendamping PKH yaitu

tugas persiapan dan tugas rutin, yang harus dilakukan dalam tugas persiapan adalah:

1) Menyelenggarakan pertemuan awal

2) Memfasilitasi proses penetapan jadwal kunjungan ke PPK

3) Mendampingi peserta PKH dalam kunjungan awal ke PPK

4) Memfasilitasi proses pendaftaran sekolah bagi anak – anak peserta PKH yang

belum terdaftar di satuan pendidikan.

Sedangkan tugas rutin yang harus dilakukan seorang pendamping PKH adalah

sebagai berikut:

1) Pemutakhiran data.

2) Menerima pengaduan dan menindaklanjuti.

3) Melakukan koordinasi.

4) Melakukan kunjungan insidentil.

5) Melakukan pertemuan bulanan dengan ketua kelompok.

6) Melakukan pertemuan bulanan dengan service provider.

7) Melakukan pertemuan triwulan dan semester.

8) Menginformasikan jadwal pembayaran bantuan.

9) Mendampingi proses pembayaran.

10) Pencapaian target verifikasi komitmen.

11) Kunjungan ke fasilitas pendidikan dan kesehatan.

c. Fungsi Pendamping

Payne dalam Edi Suharto (1986: 26) menyatakan bahwa prinsip utama

pendamping sosial adalah “making the best of the client’s resources”. Yang
maksudnya, Klien dan lingkungannya dipandang sebagai sistem yang dinamis dan

potensial dalam proses pemecahan masalah dan pemenuhan kebutuhan sosial.

Atas dasar tersebut, pendampingan sosial berpusat pada empat bidang tugas atau

fungsi, yaitu:

1) Pemungkin (enabling) atau fasilitas

Merupakan fungsi yang berkaitan dengan pemberian motivasi dan

kesempatan bagi masyarakat. Dalam fungsi ini antara lain dengan melakukan

mediasi, negosiasi, membangun konsesus bersama, serta melakukan manajemen

sumber.

2) Penguatan (empowering)

Fungsi ini berkaitan dengan pendidikan dan pelatihan guna memmperkkuat

fasilitas masyarakat (capacity buliding). Pendampingan berperan aktif sebagai

agen yang memberikan mamsukan positif membangkitkan kesadaran masyarakat,

menyampaikan infomasi, melakukan pelatihan bagi masyarakat.

3) Perlindungan (protecting)

Fungsi ini berkaitan dengan interaksi antara pendamping dengan lembaga

eksternal demi kepentingan masyarakat. Mencari sumber-sumber melakukan

pembelaan, meningkatkkan hubungan masyarakat, melakukan konsultasi bagi

masyarakat dalam proses pemecahan masalah untuk kedalam fungsi

perlindungan.

4) Pendukungan (supporting)

Mengacu pada aplikasi keterampilan yang bersifat praktis yang mendukung

terjadinya perubahan positif pada masyrakat. Dalam fungsi ini, pendamping

dituntut tidak hanya mengorganisasikan masyarakat tetapi melakukan analisis

sosial, mengelola dinamika,kelompok masyarakat, mmenjalin relasi.


d. Tujuan Pendamping

Tujuan pendampingan harus mengandung unsur- unsur baik nilai,

keterampilan, kemandirian, dan pengetahuan yang akan kita capai selama proses

pendampingan menurut Sumber ilmu pendampingan (2010)

Dengan demikian tujuan utama dari pendampingan adalah adanya

kemandirian kelompok masyarakat. Kemandirian disini menyiratkan suatu

kemampuan otonomi untuk mengambil keputusan bertindak berdasarkan

keputusannya itu dan memilih arah tindaknnya sendiri tanpa terhalang oleh pengaruh

dari luar atau yang diinginkan oleh orang lain/pihak lain. Untuk mencapai

kemandirian yang demikian dibutuhkan suatu kombinasi dari kemampuan materi,

intelektual, organisasi dan manajemen. Dengan demikian sebenarnya 3 elemen

pokok dalam kemandirian, yaitu Kemandirian Material, Kemandirian Intelektual,

dan Kemandirian Pendampingan.

1) Kemandirian Material yaitu kemampuan produktif guna memenuhi kebutuhan

dasar dan mekanisme untuk tetap dapat tetap bertahan pada waktu krisis. Hal ini

bisa diperoleh melalui pertama proses mobilisasi sumberdaya pribadi dan atau

keluarga dengan mekanisme menabung dan penghapusan sumberdaya non

produktif. Penegasan tuntutan atas hak-hak ekonomis, seperti : Surplus yang

hilang karena pertukaran yang tidak seimbang.

2) Kemandirian Intelektual yaitu pembentukan dasar pengetahuan otonom oleh

masyarakat yang memungkinkan mereka menanggulangi bentuk-

bentuk dominasi yang muncul. Dengan dasar tersebut masyarakat akan dapat

menganalisis hubungan sebab-akibat dari suatu masalah yang muncul.

3) Kemandirian Pendampingan yaitu kemampuan otonomi masyarakat untuk

mengembangkan diri mereka sendiri dalam bentuk pengelolaan tindakan kolektif


yang membawa pada perubahan kehidupan mereka. (Sebagai catatan : dalam

proses pendampingan ada intervensi pendamping dari luar, maka pada tahap

kemandirian pendamping kelompok masyarakat berasal dari dalam).

e. Fokus Pendampingan

Tujuan pendampingan menurut Buku Kerja Pendamping (2007 : 16-20) yaitu

terwujudnya kemandirian dibidang material, intelektual, organisasi dan manajemen,

oleh karena itu fokus pendampingan harus mengarah pada pencapaian tujuan

tersebut, yakni melalui :

1) Penyadaran berfikir kritis dan analitis

Mengajak anggota kelompok terbiasa untuk memecahkan

permasalahan yang dihadapi dengan meneliti hubungan sebab-akibat yang

ditimbulkan dari masalah tersebut.

2) Penggunaan atas hak dan kewajiban individu dan kolektif

Mengajak anggota kelompok terbiasa bertindak atas dasar Hak dan

Kewajiban yang dimiliki (tidak mengatas namakan secara tidak tepat).

3. Tinjauan tentang Program Keluarga Harapan

a. Pengertian Program Keluarga Harapan (PKH)

Menurut Pedoman Umum Program Keluarga Harapan (2020), Program

Keluarga Harapan (PKH) sebenamya telah dilaksanakan di berbagai negara,

khususnya negara-negara Amerika Latin dengan nama program yang bervariasi.

Namun secara konseptual, istilah aslinya adalah Conditional Cash Transfers

(CCT), yang diterjemahkan menjadi Bantuan Tunai Bersyarat. Program ini "bukan"

dimaksudkan sebagai kelanjutan program Subsidi Langsung Tunai (SLT) yang

diberikan dalam rangka membantu rumah tangga miskin mempertahankan daya

belinya pada saat pemerintah melakukan penyesuaian harga BBM. PKH lebih
dimaksudkan kepada upaya membangun sistem perlindungan sosial kepada

masyarakat miskin.

Program keluarga Harapan (PKH) merupakan suatu program

penanggulangan kemiskinan. Kedudukan PKH merupakan bagian dari program -

program penanggulangan kemiskinan lainnya. PKH berada di bawah koordinasi Tim

Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK), baik di Pusat maupun di daerah.

Oleh sebab itu akan segera dibentuk Tim Pengendali PKH dalam TKP . agar terjadi

koordinasi dan sinergi yang baik. PKH merupakan program lintas Kementerian dan

Lembaga, karena aktor utamanya adalah dari Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional, Departemen Sosial, Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan

Nasional, Departemen Agama, Departemen Komunikasi dan lnformatika, dan Badan

Pusat Statistik. Untuk mensukseskan program tersebut, maka dibantu oleh Tim

Tenaga ahli PKH dan konsultan World Bank. Program Keluarga Harapan (PKH)

sebenamya telah dilaksanakan di berbagai negara, khususnya negara-negara

Amerika Latin dengan nama program yang bervariasi. Namun secara konseptual,

istilah aslinya adalah Conditional Cash Transfers (CCT), yang diterjemahkan

menjadi Bantuan Tunai Bersyarat. Program ini "bukan" dimaksudkan sebagai

kelanjutan program Subsidi Langsung Tunai (SLT) yang diberikan dalam rangka

membantu rumah tangga miskin mempertahankan daya belinya pada saat

pemerintah melakukan penyesuaian harga BBM. PKH lebih dimaksudkan kepada

upaya membangun sistem perlindungan sosial kepada masyarakat miskin.

Teknis pelaksanaan program ini didasarkan pada 3 hal:

1) Verifikasi, yang merupakan esensi utama dari PKH. Kegiatan verifikasi

mengecek kepatuhan peserta memenuhi persayaratan yang telah ditetapkan.


2) PKH melaksanakan pemotongan bantuan tunai bagi keluarga yang tidak

mematuhi kewajiban yang telah ditetapkanPeserta PKH mengetahui persis bahwa

mereka harus memenuhi sejumlah kewajiban untuk dapat menerima bantuan

tunai. Peserta adalah elemen penting dalam program ini. Pengetahuan atas

kewajiban ini yang menjadi dasar perubahan perilaku keluarga dan anggota

keluarga di bidang pendidikan dan kesehatan.

3) Peserta PKH mengetahui persis bahwa mereka harus memenuhi sejumlah

kewajiban untuk dapat menerima bantuan tunai. Peserta adalah elemen penting

dalam program ini. Pengetahuan atas kewajiban ini yang menjadi dasar perubahan

perilaku keluarga dan anggota keluarga di bidang pendidikan dan kesehatan

b. Kriteria Penerima Program Keluarga Harapan

Sejak tahun 2012, untuk memperbaiki sasaran penerima PKH, data awal untuk

penerima manfaat PKH diambil dari Basis Data Terpadu hasil PPLS 2011, yang

dikelola oleh TNP2K. Sampai dengan tahun 2020, ditargetkan cakupan PKH adalah

sebesar 10 juta keluarga. Sasaran PKH yang sebelumnya berbasis Rumah Tangga,

terhitung sejak saat tersebut berubah menjadi berbasis Keluarga.

Perubahan ini untuk mengakomodasi prinsip bahwa keluarga (yaitu orang tua–

ayah, ibu–dan anak) adalah satu orang tua memiliki tanggung jawab terhadap

pendidikan, kesehatan, kesejahteraan dan masa depan anak. Karena itu keluarga

adalah unit yang sangat relevan dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia

dalam upaya memutus rantai kemiskinan antar generasi. Beberapa keluarga dapat

berkumpul dalam satu rumah tangga yang mencerminkan satu kesatuan pengeluaran

konsumsi (yang dioperasionalkan dalam bentuk satu dapur).


PKH diberikan kepada Keluarga Sangat Miskin (KSM). Data keluarga yang

dapat menjadi peserta PKH didapatkan dari Basis Data Terpadu dan memenuhi

sedikitnya satu kriteria kepesertaan program berikut, yaitu:

1) Memiliki ibu hamil/nifas/anak balita

2) Memiliki anak usia 5-7 tahun yang belum masuk pendidikan dasar (anak pra

sekolah)

3) Anak usia SD/MI/Paket A/SDLB (usia 7-12 tahun),

4) Anak SLTP/MTs/Paket B/SMLB (Usia 12-15),

5) Anak 15-18 tahun yang belum menyelesaikan pendidikan dasar termasuk anak

dengan disabilitas.

Seluruh keluarga di dalam suatu rumah tangga berhak menerima bantuan tunai

apabila memenuhi kriteria kepesertaan program dan memenuhi kewajibannya.

Agar memperoleh bantuan tunai, peserta PKH diwajibkan memenuhi

persyaratan dan komitmen untuk ikut berperan aktif dalam kegiatan pendidikan anak

dan kesehatan keluarga, terutama ibu dan anak.

1) Kesehatan

KSM yang sudah ditetapkan menjadi peserta PKH dan memiliki kartu PKH

diwajibkan memenuhi persyaratan kesehatan yang sudah ditetapkan dalam

protokol pelayanan kesehatan sebagai berikut:

2) Anak usia 0-6 tahun:

a) Bayi baru lahir (BBL) harus mendapat IMD, pemeriksaan segera saat lahir,

menjaga bayi tetap hangat, Vit K, HBO, salep mata, konseling menyusui.

b) Anak usia 0-28 hari (neonatus) harus diperiksa kesehatannya sebanyak 3 kali:

pemeriksaan pertama pada 6-48 jam, kedua: 3-7 hari, ketiga: 8-28 hari. Anak

usia 0-6 bulan harus diberikan ASI ekslusif (ASI saja).


c) Anak usia 0–11 bulan harus diimunisasi lengkap (BCG, DPT, Polio, Campak,

Hepatitis B) dan ditimbang berat badannya secara rutin setiap bulan.

d) Anak usia 6-11 bulan harus mendapatkan Vitamin A minimal sebanyak 2 (dua)

kali dalam setahun, yaitu bulan Februari dan Agustus.

e) Anak usia 12–59 bulan perlu mendapatkan imunisasi tambahan dan ditimbang

berat badannya secara rutin setiap bulan.

f) Anak usia 5-6 tahun ditimbang berat badannya secara rutin setiap bulan untuk

dipantau tumbuh kembangnya dan atau mengikuti program Pendidikan Anak

Usia Dini (PAUD/Early Childhood Education) apabila di lokasi/posyandu

terdekat terdapat fasilitas PAUD.

3) Ibu hamil dan ibu nifas:

Selama kehamilan, ibu hamil harus melakukan pemeriksaan kehamilan di

fasilitas kesehatan sebanyak 4 (empat) kali, yaitu sekali pada usia kehamilan

sekali pada usia 0-3 bulan, sekali pada usia kehamilan 4-6 bulan, dua kali pada

kehamilan 7-9 bulan, dan mendapatkan suplemen tablet Fe.

a) Ibu melahirkan harus ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan.

b) Ibu nifas harus melakukan pemeriksaan/diperiksa kesehatan dan mendapat

pelayanan KB pasca persalinan setidaknya 3 (tiga) kali pada minggu I, IV dan

VI setelah melahirkan.

c) Anak dengan disabilitas: Anak penyandang disabilitas dapat memeriksa

kesehatan di dokter spesialis atau psikolog sesudai dengan jenis dan derajat

kecacatan.

4) Pendidikan

Peserta PKH diwajibkan memenuhi persyaratan berkaitan dengan

pendidikandan mengikuti kehadiran di satuan pendidikan/rumah singgah minimal


85% dari hari sekolah dalam sebulan selama tahun ajaran berlangsung dengan

catatan sebagai berikut:

a) Peserta PKH yang memiliki anak usia 7-15 tahun diwajibkan untuk

didaftarkan/terdaftar pada lembaga pendidikan dasar (SD/MI/SDLB/Salafiyah

Ula/Paket A atau SMP/MTs/SMLB/Salafiyah Wustha/Paket B termasuk

SMP/MTs terbuka) dan mengikuti kehadiran di kelas minimal 85 % dari hari

belajar efektif setiap bulan selama tahun ajaran berlangsung. Apabila ada anak

yang berusia 5-6 tahun yang sudah masuk sekolah dasar dan sejenisnya, maka

yang bersangkutan dikenakan persyaratan pendidikan.

b) Bagi anak penyandang disabilitas yang masih mampu mengikuti pendidikan

regular dapat mengikuti program SD/MI atau SMP/MTs, sedangkan bagi yang

tidak mampu dapat mengikuti pendidikan non reguler yaitu SDLB atau SMLB.

c) Peserta PKH yang memiliki anak usia 15-18 tahun dan belum menyelesaikan

pendidikan dasar; maka diwajibkan anak tersebut didaftarkan /terdaftar ke

satuan pendidikan reguler atau non-reguler(SD/MI atau SMP/MTs, atau Paket

A, atau Paket B).

d) Anak peserta PKH yang bekerja atau menjadi pekerja anak atau telah

meninggalkan sekolah dalam waktu yang cukup lama, maka anak tersebut

harus mengikuti program remedial yakni mempersiapkannya kembali

kesatuan pendidikan. Program remedial yakni mempersiapkannya kembali ke

satuan pendidikan. Program remedial ini adalah layanan rumah singgah

atau shelter yang dilaksanakan Kementerian Sosial untuk anak jalanan dan

Kemenakertrans untuk pekerja anak.


e) Bila kedua persyaratan di atas, kesehatan dan pendidikan, dapat dilaksanakan

secara konsisten oleh Peserta PKH, maka mereka akan memperoleh bantuan

secara teratur.

1) Bantuan terkait kesehatan berlaku bagi keluarga dengan anak di bawah umur 6

tahun dan/atau ibu hamil/nifas. Besar bantuan ini tidak dihitung berdasarkan

jumlah anak.

2) Untuk usia 6 tahun, masuk ke dalam layanan Kesehatan APRAS.

3) Dengan adanya perbedaan komposisi anggota keluarga Peserta PKH, maka besar

bantuan yang diterima setiap Peserta PKH akan bervariasi.

Penggunaan bantuan tidak diatur dan ditentukan, tetapi diprioritaskan untuk

mengakses layanan pendidikan dan kesehatan. Penggunaan bantuan tidak

diperbolehkanuntuk konsumsi yang merugikan hak anak seperti rokok, minuman

keras, judi dan lainnya.

Mengingat bahwa besaran bantuan PKH telah berjalan selama hampir 5

tahun, maka pada tahun-tahun mendatang besaran bantuan ini akan dievaluasi dan

disesuaikan dengan tingkat harga dan kemampuan keuangan negara.

c. Tujuan PKH

Tujuan PKH adalah untuk mengurangi angka dan memutus rantai

kemiskinan, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, serta mengubah perilaku

yang kurang mendukung peningkatan kesejahteraan dari kelompok paling miskin.

Tujuan ini berkaitan langsung dengan upaya mempercepat pencapaian

target Millennium Development Goals (MDGs). Secara khusus, tujuan PKH adalah:

1) Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan bagi

Peserta PKH.

2) Meningkatkan taraf pendidikan Peserta PKH


3) Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil (bumil), ibu nifas, bawah lima

tahun (balita) dan anak prasekolah anggota KPM.

d. Proses PKH terdiri dari

1) Seleksi dan Penetapan lokasi PKH

2) Sosialisasi dan Rapat Koordinasi

3) Rekruitmen dan Diklat Pendamping- Operator PKH

4) Pembentukan Sekretariat UPPKH Kab/Kota (Perangkat SIM PKH)

5) Pertemuan Awal dan Validasi calon Peserta PKH

6) Pembayaran pertama kali dan Rekonsiliasi

7) Bimbingan Teknis (Reguler dan Service Provider)

8) Verifikasi komitmen peserta PKH pada layanan Kesehatan dan Pendidikan

9) Pembayaran berdasarkan verifikasi

10) Monitoring, Evaluasi dan Pela

Meski Program Keluarga Harapan termasuk program jangka panjang, namun

kepesertaan PKH tidak akan bersifat permanen. Kepesertaan penerima bantuan PKH

selama enam tahun selama mereka masih memenuhi persyaratan yang ditentukan,

apabila tidak ada lagi persyaratan yang mengikat maka mereka harus keluar secara

alamiah (Natural Exit). Untuk peserta PKH yang tidak keluar alamiah, setelah enam

tahun diharapkan terjadi perubahan perilaku terhadap peserta PKH dalam bidang

pendidikan, kesehatan dan peningkatan status sosial ekonomi. Pada tahun kelima

kepesertaan PKH akan dilakukan Resertifikasi.

Resertifikasi adalah kegiatan pendataan ulang yang dilakukan pada tahun

kelima kepesertaan rumah tangga dengan menggunakan metoda tertentu.

4. Relevansi Program Keluarga Harapan dengan Profesi Pekerjaan Sosial

a. Pengertian Pekerja Sosial


Menurut Zastrow dalam Suharto (2006:24) bahwa pekerjaan sosial adalah

aktivitas profesional untuk menolong individu, kelompok, dan masyarakat dalam

meningkatkan atau memperbaiki kapasitas mereka agar berfungsi sosial dan

menciptakan kondisi-kondisi masyarakat yang kondusif untuk mencapai tujuan

tersebut. Pekerjaan Sosial dalam intervensi terhadap masalah-masalah sosial

diarahkan pada upaya membantu dan menolong individu, keluarga, kelompok, dan

masyarakat agar dapat berfungsi sosial sesuai dengan status dan peranannya dalam

kehidupan masyarakat.

Friedlan derdan Apte dalam Dwi Heru Sukoco (1991:7), mendefinisikan

Pekerjaan sosial merupakan suatu pelayanan sosial yang prakteknya didasarkan

kepada pengetahuan dan keterampilan ilmiah tentang relasi manusia sehingga

dapat membantu individu, kelompok dan masyarakat mencapai kepuasan pribadi

dan sosial serta kebebasan. Selanjutnya Soetarso (1992:5) memberikan definisi

Pekerjaan Sosial adalah suatu keahlian yang mempunyai tanggung jawab untuk

memperbaiki dan atau mengembangkan interaksi diantara orang ini memiliki

kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka, penanganan kesulitan-

kesulitan, serta mewujudkan aspirasi-aspirasi dan nilai-nilai mereka.

Berdasarkan teori tentang pengertian pekerjaan sosial yang telah dijelaskan di

atas, dapat disimpulkan bahwa pekerjaan sosial adalah suatu aktifitas profesional

yang bertujuan untuk menolong individu/ kelompok/ masyarakat agar individu/

kelompok/ masyarakat tersebut dapat menolong dirinya sendiri untuk

melaksanakan tugas kehidupan berdasarkan perannya.

Adapun menurut Siporin dalam Dwi Heru Sukoco (1991:4) Pekerjaan Sosial pada

prinsipnya mempunyai dua unsur pokok yaitu :

a. Pekerja sosial merupakan suatu metoda institusi lokal


b. Bertujuan untuk membantu orang guna :

1) mencegah permasalahan agar tidak muncul dan agar tidak kambuh lagi;

2) memecahkan masalah yang hadapi;

3) memperbaiki kemampuan berfungsi sosial yang terganggu;

4) meningkatkan kemampuan keberfungsian sosial sehingga mampu utnuk

mengatasi kesulitan dan tantangan yang ada.

b. Tujuan Pekerjaan Sosial

Pincus dan Minahan mengemukakan pendapatnya tentang tujuan pekerjaan

sosial yang dialih bahasakan oleh Soetarso (1992 : 5) sebagai berikut:

a) Meningkatkan kemampuan orang untuk menghadapi tugas-tugas

kehidupan dan kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah yang

dihadapinya.

b) Mengkaitkan orang dengan sistem yang dapat menyediakan sumber-

sumber, pelayanan-pelayanan, kesempatan-kesempatan yang

dibutuhkan.

c) Meningkatkan kemampuan pelaksanaan sistem tersebut secara efektif

dan berprikemanusiaan.

d) Memberikan sumbangan bagi perubahan, perbaikan dan

perkembangan kebijakan serta perundang-undangan sosial.

Berdasarkan tujuan pekerjaan sosial, Siporin dalam Dwi Heru Sukoco

(1991 : 52-54), membagi fungsi dasar pekerjaan sosial menjadi 4 (empat) bagian

sebagai berikut:

a) Mengembangkan, memelihara, dan memperkuat sistem pekerjaan sosial,

sehingga memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar manusia.


b) Memadainya standar-standar subsistensi, kesehatan dan kesejahteraan bagi

semua orang.

c) Meningkatkan kemampuan orang untuk melaksanakan fungsi secara

optimal dengan status dan peranan mereka di dalam institusi-institusi sosial.

d) Mendorong dan meningkatkan ketertiban sosial serta struktur institusional

masyarakat.

Individu yang akan diberi pertolongan dalam hal ini adalah pendamping

PKH, agar mereka dapat meningkatkan kinerja dalam melaksanakan Program

Keluarga Harapan. Relevansi terhadap pekerjaan sosial dalam penelitian ini

dilakukan oleh peneliti dengan membantu pendamping untuk bisa menggali

permasalahan yang terjadi di lapangan, mengidentifikasi serta mencari solusi

dari permasalahan yang tengah dihadapi dalam konteks pelaksanaan Program

Keluarga Harapan.

Peneliti juga berperan sebagai broker dengan cara menghubungkan

pendamping dengan sistem sumber yang belum diketahui oleh pendamping

dalam pelaksanaan Program Keluarga Harapan. Peneliti juga membantu

pendamping menyelesaikan permasalahan yang ada, memberi alternatif-

alternatif solusi pemecahan masalah, serta memberikan motivasi kepada

pendamping untuk terus meningkatkan kinerja mereka dalam melaksanakan

Program Keluarga Harapan.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif metode single subject design
dengan desain reversal A-B-A. Single subject design disebut juga single subject research
yaitu penelitian subjek dengan prosedur penelitian menggunakan desain eksperimen untuk
melihat pengaruh perlakuan terhadap perubahan tingkah laku. Data analisis dengan
menggunakan teknik analisis visual grafik, yaitu dengan cara memplotkan data-data
kedalam grafik, kemudian data tersebut dianalisis berdasarkan komponen-komponen pada
setiap kondisi baseline (A1), intervensi (B), baseline (A2) (Sunanto, 2005).
Desain A-B-A merupakan salah satu pengembangan dari desain dasar A-B, desain
A-B-A ini telah menunjukkan adanya hubungan sebab akibat antara variabel terikat dan
variabel bebas. Prosedur dasarnya tidak banyak berbeda dengan desain A-B, hanya saja
telah ada pengulangan fase baseline. Mula-mula target behavior diukur secara kontinyu
pada kondisi baseline (A1) dengan periode waktu tertentu kemudian pada kondisi
intervensi (B). Berbeda dengan desain A-B, pada desain A-B-A setelah pengukuran pada
kondisi intervensi (B) pengukuran pada kondisi baseline kedua (A2) diberikan (Sunanto,
2005).
B. Definisi Operasional
Definisi operasional dibuat agar memberikan kemudahan di dalam menetapkan
ruang lingkup penelitian. Untuk membatasi area penelitian, maka peneliti menentukan
definisi operasional.
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda terhadap istilah-istilah yang
digunakan dalam karya ilmiah ini, penulis memberikan batasan pengertian terhadap judul
yang diajukan, sebagai berikut:
1. Monitoring adalah suatu aktivitas yang dilakukan untuk melakukan pengawasan
pelaksanaan P2K2 oleh Pendamping PKH di Kabupaten Bengkulu Utara melalui
pengambilan data dan analisis informasi berkala yang sistematis dan dilakukan
secara terus-menerus untuk memastikan bahwa semua telah berjalan sesuai dengan
yang seharusnya dilakukan.
2. Evaluasi adalah proses pemeriksaan dan penilaian terhadap pelaksanaan P2K2 oleh
Pendamping PKH di Kabupaten Bengkulu Utara.
3. Program Keluarga Harapan adalah program pengentasan kemiskinan dibawah
Kementrian Sosial berupa bantuan tunai yang ditujukan kepada KPM yang
memenuhi syarat sebagai penerima bantuan dengan upaya meningkatkan sumber
daya manusia (SDM), yaitu pendidikan dan kesehatan.
4. Pendamping PKH adalah mereka yang bertugas sebagai pelaksana Program
Keluarga Harapan ditingkat kecamatan/ kabupaten Sulawesi Selatan. Pendamping
direkrut oleh UPPKH pusat melalui proses seleksi yang dinyatakan lulus serta
menandatangani kontrak kerja bermaterai Rp. 6.000,- dengan form yang telah
disediakan oleh UPPKH Pusat dan Daerah.
5. Penelitian ini dilakukan di 19 Kecamatan yang ada di Kabupaten Bengkulu Utara
yaitu: Kecamatan Argamakmur, Kecamatan Lais, Kecamatan Hulu Palik, Kecamatan
Giri Mulya, Kecamatan Kerkap, Kecamatan Padang Jaya, Kecamatan Enggano,
Kecamatan Tanjung Agung Palik, Kecamatan Ketahun, Kecamatan Putri Hijau,
Kecamatan Marga Sakti Seblat, Kecamatan Napal Putih, Kecamatan Pinang Raya,
Kecamatan Air Besi, Kecamatan Batiknau, Kecamatan Air Padang dan Kecamatan
Air Napal.
C. Populasi dan sampel
Menurut Sugiyono (2008:215) dalam penelitian kuantitatif, populasi diartikan sebagai
wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pendamping PKH yang ada di Kabupaten
Bengkulu Utara berjumlah 79 orang/responden yang tersebar di 19 kecamatan di
Kabupaten Bengkulu Utara. Dalam penelitian ini penulis tidak melakukan penarikan
sampel, karena jumlahnya kurang dari 100 orang sehingga penulis melakukan penelitian
populasi. Sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto (1991:107) yang menyatakan
bahwa : “untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik
diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.”
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan pengumpulan data berupa suatu pernyataan
tentang sifat, keadaan, kegiatan tertentu dan sejenisnya. Pengumpulan data dilakukan
untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian
(Gulo, 2002 : 110)
Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Angket, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan kuisioner
atau daftar pernyataan yang disusun untuk mendapatkan jawaban dari seluruh
Pendamping PKH Kabupaten Bengkulu Utara yang berjumlah 46 orang.
2. Studi dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data melalui sumber data sekunder yang
dapat dipelajari, diantaranya bahan-bahan tertulis yang berbentuk laporan-laporan dan
catatan-catatan. Dalam penelitian ini pengumpulan data dengan cara mempelajari data-
data yang ada seperti; foto-foto pendamping saat melakukan kunjungan, baik ke tempat
tinggal peserta PKH maupun ke penyedia pelayanan kesehatan dan pendidikan. Contoh
laporan, seperti validasi data dan pemutakhiran data yang telah diselesaikan oleh
pendamping.
E. Alat Ukur dan Pengujian Validitas
Alat ukur di dalam penelitian ini menggunakan pencatatan kejadian (menghitung
frekuensi) dengan cara memberikan tanda (tally) pada kertas yang sudah disiapkan.
Pencatatan kejadian dilakukan dengan mencatat atau memberikan tanda terhadap setiap
kejadian atau perilaku yang terjadi sepanjang periode waktu observasi (Sunanto dkk,
2005). Peneliti menuliskan tanda Ketika pengawas melakukan monitoring dan evaluasi
terhadap pelaksanaan P2K2 oleh pendamping PKH di Kabupaten Bengkulu Utara.
Gambar 3.1 Instrumen Penelitian
Catatan Kejadian
Inisial Subjek :
Pengamat :
Perilalaku yang
diamati :
Sesi Tanggal Waktu Tanda Total
Kejadian Kejadian

Uji validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas muka (face

validity) dan statistik. Menurut Moh. Nazir (2011) uji validitas muka adalah penilaian para ahli

terhadap alat ukur yang digunakan pada penelitian. Peneliti menyusun alat ukur, kemudian alat
ukur tersebut diperlihatkan kepada dosen pembimbing selaku ahli. Apabila unsur-unsur dalam

alat ukur tersebut dapat mengukur kedisiplinan sasaran dengan baik, maka alat ukur tersebut

memiliki validitas muka yang baik. Uji validitas statistik adalah pengujian yang dilakukan

menggunakan alat bantu program statistik komputer (Creswell, 2019).

Reliabilitas penelitian menunjukan sejauh mana pengukuran data dapat diukur secara

tepat dan ajeg, selain itu reliabilitas sangat menentukan kualitas hasilpenelitian (Suananto dkk,

2005). Reliabilitas penelitian dilakukan denganmenghitung persentase kesepakatam (percent

agreement). Persentase kesepakatan(percent agreement) dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

Pengukuran kesepakatan kejadian (occurance agreement) dihitung menggunakan rumus

sebagai berikut:

Apabila target perilaku lebih dari 75% maka nonagreement occurance harusdihitung (Sunanto,

2005) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:


Uji validitas muka dilakukan dengan mengkonsultasikan kelayakan alat ukur
kepada para ahli. Dalam penelitian ini peneliti mengkonsultasikan kelayakan alat ukur
kepada dosen pembimbing sebelum instrumen digunakan sebagai alat pengumpulan data.

F. Teknik Analisis Data


Peneliti menganalisis data dengan menggunakan teknik analisis visual dalam kondisi

dan antar kondisi. Analisis visual digunakan oleh peneliti karena memungkinkan unutk

menampilkan data pengukuran yang kontinyu sebagai proses eksperimen; peneliti dapat

mempertimbangkan apa yang terjadi di setiap dan di semua sesi pengukuran hingga

variabilitas dapat dinilai untuk setiap individu; datagrafik tidak menentukan level signifikansi

untuk menilai efektivitas dari suatu intervensi; kesimpulan dari sebuah intervensi dapat

digambarkan dengan relatif cepat; menyajikan pandangan konservatif dari sebuah data karena

hasil penelitian mungkin menunjukan signifikansi statistik yang mungkin tidak dapat

diinterpretasikan dengan kuat dan stabil ketika tampilan lengkap grafik data dikaji (Heward

(1987); Parsonson dan Baer (1978); Neuman dan McCornnick (1995) dalam Prahmana,

2021). Prahmana (2021) menjelaskan bahwa analisis visual dilakukan dengan

membandingkan titik-titik data atau poin data pada grafik yang menunjukkan kondisi baseline

dengan poin data yang menunjukkan intervensi atau membandingkan poin data yang

menunjukan perilaku selama intervensi.

Analisis dalam kondisi merupakan analis perubahan data dalam satu kondisimisalnya

kondisi baseline atau kondisi intervensi. Komponen yang akan dianalisis melalui analis

dalam kondisi ini sebanyak 6 (enam) komponen yakni :


1. Panjang kondisi

2. Estimasi kecenderungan arah

3. Kecenderungan stabilitas

4. Jejak data

5. Level stabilitas

6. Rentang level perubahan

Komponen yang akan dianalisis dengan antar kondisi sebanyak 5 (lima) komponen

yakni:

1. Jumlah variabelyang diubah

2. Perubahan kecenderungan dan efeknya

3. Perubahan stabilitas dan dataoverlap

4. Perubahan kecenderungan dan efeknya

5. Perubahan stabilitas dan data overlap

G. Jadwal Tahapan Penelitian


1. Jadwal Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Bengkulu Utara Provinsi Sulawesi Selatan dalam
waktu 2 (dua) minggu.
2. Tahapan Penelitian
Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini akan disesuaikan dengan jadwal
serta kondisi di lapangan, secara garis besar penelitian ini dilakukan dengan beberapa
tahap, yaitu :
a. Pemilihan lokasi penelitian.
b. Penyusunan dan pengajuan judul
c. Seleksi judul
d. Penyusunan proposal
e. Seminar proposal
f. Bimbingan penulisan TESIS
g. Pengurusan ijin penelitian
h. Penelitian
i. Penyelesaian TESIS
j. Pengesahan TESIS
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

A.A Anwar Prabu Mangkunegara. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya

A. Dale Timpe. 1992. Kinerja. Jakarta: PT. Gramedia Asri Media

Edi Suharto .2006. Kesejahteraan Sosial Dan Peran Profesi Pekerja Sosial. Jakarta. 24

---------2010. Membangun masyarakat memberdayakan rakyat. Bandung: PT. Refika Aditama

Djam’an Satori. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Dwi Heru Sukoco. 1995. Profesi Pekerjaan Sosial dan Proses Pertolonganya. Bandung:
Koperasi Mahasisiwa Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung.

----------1991. Profesi Pekerjaan Sosial. Bandung: Kompma STKS

Gomes, Faustino Cardoso. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Andi
Offset.

Gulo. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia

Hariandja, Marihot Tua Efendi dan Yovita Hardiwati. 2003. Manajemen sumber
daya manusia: pengadaan, pengembangan, pengkompensasian, dan peningkatan
produktivitas pegawai. Jakarta: Grasindo

Heidjcraman dan Suad Husnan. 1990. Personalia Manajemen. Yogyakarta: BFEF Saydam

Irawan Soehartono. 1995. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Renaja Rosdekarya

Lexy J. Moleong. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosada
Karya

Lincoln, Yvona S, & Egon G. Guba. 1985. Naturalistic inquiry. Beverly Hills: Sage
Publication

Malayu S.P. Hasibun. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Bumi Aksara

Marihot Tua Effendy. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Grasindo

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3ES
Indonesia , Anggota IKAPI
M. Iqbal Hasan. 2002. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Moh. Nasir. 2005. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia

Noe. 1991. Human Resource Management. Massachusetts : Ally & Bacon

Rismayani. 2007. Analisis Usahatani dan Permasaran Hasil. Medan: USU Press

Sedarmayanti. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung : PT. Refika Aditama

Supardi. 1989. Menyusun Karya Tulis.Jogyakarta : BFEF UII

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV.Alfabeta

Suharsimi Arikunto. 1991. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Supriyadi. 2010. Mengagas Pembaharuan pendidikan Proses belajar. Jakarta : Renika Cipta

Soetarso. 1992. Praktek Pekerjaan Sosial, Bandung: Koperasi Mahasiswa Sekolah Tinggi
Kesejahteraan Sosial

Swanto Bambang. 1999. Pengembangan Manajemen Sumber Daya, Pengaruhnya terhadap


Kinerja dan Imbalan. Malang : Fakultas Administrasi, Universitas Brawijaya Malang.

Tohardi Ahmad. 2002. Pemahaman Praktis Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta :
CV. Mandar Maju

Sumber lain:

https://serupa.id/monev-monitoring-dan-evaluasi-pengertian-tujuan-perbedaan-dsb/
https://pusdataru.jatengprov.go.id/tataruang/backoffice-layanan/upload/dokumen/monev.pdf
Raila Adnin. (2014). Peran pendamping dalam pemberdayaan masyarakat miskin melalui
Program Keluarga Harapan (PKH).
https://www.google.co.id/?gws_rd=cr&ei=pNdeVdXJC5K0uATHroGwAg#q=abstark+penel
itian+pendamping+pkh+ 26-04-2015 (20.00 WIB)
Armindo Putra Zega, dengan judul Kinerja Pendamping Pelaksanaan Program Keluraga
Harapan ( PKH) di Kabupaten Nias Utara, tahun 2014. KIA DIV STKS Bandung. 09 Juni 2015
(13.00 WIB)

Sedarmayanti (2014). Kinerja Pegawai.


http://www.scribd.com/doc/35390443/Kinerja-Pegawai-menurut-Sedarmayanti

28-08-2014 (19.00 WIB)


Monalia sakwati S. Sos (2011). Metode penelitian.

http://monaliasakwati.blogspot.com/2011/10/resensi-buku-metode-penelitian-survai.html

28-08-2014 (19.00 WIB)

Kementerian Sosial. (2012). Pedoman Program Keluarga Harapan.

Anda mungkin juga menyukai