Anda di halaman 1dari 30

PROGRAM PEMERINTAHAN BERKAITAN DENGAN KIA/KB DI

WILAYAH KERJA

Dosen Pengampu MK : Ibu Priscilla Jessika Pihahey,SKM.,M.K.M


MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS

DISUSUN OLEH:

NAMA: HAMIDA
NIM: 71547120018

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SORONG


PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN MANOKWARI
2022

KATA PENGANTAR

1
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
PROGRAM PEMERINTAHAN BERKAITAN DENGAN KIA/KB DI WILAYAH KEJA ini
tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dosen pada mata kuliah Asuhan kebidan komunitas Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang memahami apa saja program
pemerintah berkaitan dengan KIA/KB di wilayah kerja.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Priscilla Jessika
Pihahey,SKM.,M.K.M selaku dosen mata kuliah Asuhan kebidann komunitas
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

MANOKWARI,19 April 2022

Penyusun

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR..................................................................................... 2
DAFTAR ISI................................................................................................. 3
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................. 4
A. LATAR BELAKANG.................................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................. 5
C. TUJUAN.................................................................................... 6
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 7
A. PENGERTIAN PWS/KIA............................................................. 7
B. TUJUAN PWS/KIA.................................................................... 8
C. PRINSIP PENGELOLAAN DAN BATASAN
PEMANTAUAN PWS KIA.......................................................... 8
D. INDIKATOR PEMANTAUAN DAN CARA
MEMBUAT PWS KIA................................................................. 9
E. ANALISIS TINDAK LANJUT DAN
PELEMBANGAN PWS KIA......................................................... 21
F. SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN PWS KIA.................. 23
G. PROSES PENERAPAN PWS KIA................................................. 24
BAB III PENUTUPAN................................................................................... 29
A. KESIMPULAN........................................................................... 29
B. SARAN...................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 30

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Derajat kesehatan masyarakat dinilai dengan menggunakan beberapa


indikator yang mencerminkan kondisi mortalitas (kematian), status gizi dan
morbiditas (kesakitan). Selain dipengaruhi oleh faktor kesehatan seperti
pelayanan kesehatan dan ketersediaan sumber daya kesehatan, derajat
kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti faktor
ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, serta faktor lain(Profil Kesehatan
Indonesia, 2012).
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) telah dilaksanakan di Indonesia
sejak tahun 1985. Pada saat itu pimpinan puskesmas maupun pemegang
program di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota belum mempunyai alat pantau
yang dapat memberikan data yang cepat sehingga pimpinan dapat
memberikan respon atau tindakan yang cepat dalam wilayah kerjanya. PWS
dimulai dengan program Imunisasi yang dalam perjalanannya, berkembang
menjadi PWS-PWS lain seperti PWS-Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) dan
PWS Gizi(Depkes RI, 2010).
Angka kematian neonatal periode 5 tahun terakhir mengalami
stagnasi. Berdasarkan laporan SDKI tahun 2012 menggambarkan AKN untuk
periode 5 tahun sebelumya yaitu tahun 2008-2012 yang sebesar 19 per 1.000
kelahiran hidup. Kematian neonatal menyumbang lebih dari setengahnya
kematian bayi (59,4%), sedangkan jika dibandingkan dengan angka kematian
balita, kematian neonatal menyumbangkan 47,5%. Data menunjukkan
indikator kunci dari intervensi penurunan kematian neonatus masih belum
tinggi cakupannya, diantaranya inisiasi menyusui dini menunjukkan cakupan
28%, pelayanan kesehatan neonatal pertama 71%, dan perlindungan tetanus
neonatorum sebesar 79% (berdasarkan Riskesdas 2010). Sementara itu
cakupan persalinan tenaga kesehatan juga tidak menunjukkan peningkatan
yang tajam antara periode 2003 – 2012. Cakupan persalinan menurut
Riskesdas 2010 sebesar 82%. Capaian tersebut baru mengindikasikan akses
yang baik, tetapi belum mengindikasikan kualitas pelayanan (Profil Kesehatan
Indonesia, 2012).

4
Capaian AKB 32 di tahun 2012 kurang menggembirakan dibandingkan
target Renstra Kemenkes yang ingin dicapai yaitu 24 di tahun 2014 juga
target MDGs sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup di tahun 2015. Penurunan
AKB yang melambat antara tahun 2003 sampai 2012 yaitu dari 35 menjadi 32
per 1.000 kelahiran hidup, memerlukan akses seluruh bayi terhadap
intervensi kunci seperti ASI eksklusif atau imunisasi dasar, sementara
berdasarkan Riskesdas 2010 cakupan ASI eksklusif sebesar 15%, imunisasi
DPT-HB3 sebesar 62%, dan imunisasi campak 74%(Profil Kesehatan
Indonesia, 2012).
SDKI tahun 2012 mengestimasikan nilai penurunan AKABA melandai
antara tahun 2003 sampai 2012 yaitu dari 46/1.000 menjadi 40/1.000
kelahiran hidup. Untuk mempertajam penurunan diperlukan peningkatan
akses balita terhadap sanitasi, air bersih, dan penanganan segera terhadap
gejala penyakit. Sementara berdasarkan Riskesdas 2010 cakupan balita diare
mendapat oralit hanya 35%, cakupan balita demam ke fasilitas kesehatan
sebesar 56%, dan cakupan balita mendapat pengobatan malaria hanya 22%
(Profil Kesehatan Indonesia, 2012).
Ironisnya dengan data terakhir dari SDKI 2012, terjadi peningkatan
AKI sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup.Ini berarti kesehatan ibu
justrumengalami kemunduran selama 15 tahun. Pada tahun 2007, AKI di
Indonesia sebenarnya telah mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup. Bila
melihat target MDGs 2015 untuk AKI, target Indonesia adalah menurunkan
AKI mencapai 102 per 100.000 kelahiran hidup. Dengan posisi 359 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2012 maka akan sangat sulit bagi
pemerintah untuk mencapai target penurunan AKI sebesar 102 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2015. Melonjaknya AKI tidak terlepas dari
kegagalan program Kependudukan dan Keluarga Berencana (KKB)(Saputrra,
2013).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari PWS/KIA
2. Apa tujuan dari PWS/KIA
3. Apa prinsip pengelolaan dan batasan pemantauan PWS/KIA
4. Apa indikator pemantauan dan cara membuat grafik PSW/KIA
5. Apa analisis tindak lanjut dan pelembagaan PWS/KIA
6. Bagaimana sistem pencatatan dan pelaporan PWS KIA
7. Bagaimana proses penerapan PWS KIA

5
C. TUJUAN
1. Sebagai Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas
2. Untuk mempelajari atau memahami tentang Program Pemerintahan Yang
Berkaitan Dengan KIA/KB di Wilayah Kerja

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian

Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA)


adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA untuk
memantau cakupan pelayanan KIA di suatu wilayah (puskesmas/kecamatan)
secara terus-menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan
tepat terhadap desa yang cakupan pelayanan KIA-nya masih rendah
(Syafrudin, 2009).
Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas, ibu dengna komplikasi kebidanan, keluarga berencana,
bayi baru lahir, bayi baru lahir dengna komplikasi, bayi dan balita. Kegiatan
PWS KIA terdiri dari pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data
serta penyebarluasan informasi ke penyelenggara program dan
pihak/instansi terkait tindak lanjut (Karwati dkk, 2011).
Dengan PWS KIA diharapkan cakupan pelayanan dapat ditingkatkan
dengan menjangkau seluruh sasaran di suatu wilayah kerja. Dengan
terjangkaunya seluruh sasaran maka diharapkan seluruh kasus dengan faktor
risiko atau komplikasi dapat ditemukan sedini mungkin agar dapat
memperoleh penangan yang memadai. Penyajian PWS KIA juga dapat dipakai
sebagai alat advokasi, informasi dan komunikasi kepada sector terkait,
khususnya aparat setempat yang berperan dalam pendataan dan
penggerakan sasaran. Dengan demikian PWS KIA juga dapat digunakan untuk
memecahkan masalah teknis dna non teknis. Pelaksanaan PWS KIA akan lebih
bermakna bila ditindaklanjuti dengan upaya perbaikan dalam pelaksanaan
pelayanan KIA, intensifikasi manajemen program, pergerakan sasaran dan
sumber daya yang idperlukan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
KIA. Hasil analisis PWS KIA di tingkat puskesmas dan kabupaten/kota dapat
digunakan untuk menentukan puskesmas dan desa/kelurahan yang rawan.
Demikian pula hasil analisis PWS KIA di tingkat propinsi dapat digunakan
untuk menentukan kabupaten/kota yang rawan (Karwati dkk, 2011).

7
B. Tujuan PWS/KIA

1. Tujuan Umum
Meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA di wilayah kerja
Puskesmas, melalui pemantauan cakupan pelayanan KIA di tiap desa
secara terus-menerus.

2. Tujuan Khusus
1) Memantau cakupan pelayanan KIA yang dipilih sebagai indicator,
secara teratur (bulanan) dan berkesinambungan (terus-menerus)
untuk tiap desa.
2) Menilai kesenjangan antara target yang ditetapkan dan pencapaian
sebenarnya untuk tiap desa.
3) Menentukan urutan desa prioritas yang akan ditangani secara intensif
berdasarkan besarnya kesenjangna antara target dan pencapaian.
4) Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya yang
tersedia yang dapat digali (Syafrudin, 2009).

C. Prinsip Pengelolaan dan Batasan Pemantauan PWS/KIA


Pengelolaan program KIA bertujuan memantapkan dan meningkatkan
jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pemantapan
pelayanan KIA dewasa ini diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut :
1. Peningkatan pelayanan antenatal bagi seluruh ibu hamil di semua
pelayanan kesehatan dengan mutu sesuai standar serta
menjangkau seluruh sasaran.
2. Peningkatan pertolongan persalinan ditujukan kepada
peningkatan pertolongna oleh tenaga kesehatan kebidanan secara
berangsur.
3. Peningkatan deteksi dini risiko tinggi/komplikasi kebidanan baik
oleh tenaga kesehatan maupun di masyarakat oleh kader dan
dukun bayi, serta penanganan dan pengamatannya secara terus-
menerus.
4. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan secara aadekuat
dan pengamatan secara terus-menerus oleh tenaga kesehatan.

8
5. Peningkatan pelayanan neonatal dan ibu nifas dengan mutu
sesuai standard an menjangkau seluruh sasaran (Meilani dkk,
2009).
Prinsip pengelolaan PWS KIA meliputi beberapa hal yang mencakup indiator
ketercapaian program PWS KIA. Adapun indikator tersebut adalah (Karwati,
2011) :

D. Indikator Pemantauan dan Cara Membuat Grafik PWS/KIA


1. AKSES PELAANAN ANTENATAL (CAKUPAN K1)

Adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan


antenatal oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada waktu tertentu.
Indikator akses ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan
antenatal serta kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat.
Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah :

Jumlah ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal


oleh tenaga kesehatan disuatu wilayahkerja pada kurun waktu tertentu
x 100 %
Jumlahsasaranibuhamildisuatuwilayahkerjadalam 1 tahun

Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun dapat diperoleh melalui proyeksi,
dihitung berdasarkan perkiraan jumlah ibu hamil dengan menggunakan
rumus :

1,10 X angka kelahiran kasar (CBR ) X jumlah penduduk

Angka kelahiran kasar (CBR) yang digunakan adalah angka terakhir CBR
kabupaten/kota yang diperoleh dari kantor perwakilan Badan Pusat Statistik
(BPS) di kabupaten/kota. Bila angka CBR kabupaten/kota tidak ada maka
dapat diguanakan angka terakhir CBR provinsi. CBR provinsi dapat diperoleh
juga dari buku Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan
2007-2011 (Pusat Data Depkes RI, tahun 2007).
Contoh :
Untuk menghitung perkiraan jumlah ibu hamil di desa/kelurahan X di
kabupaten Y yang mempunyai penduduk sebanyak 2000 jiwa dan angka CBR
terakhir kabupaten Y 27,0/1000 penduduk, maka :
1,10 X 0,027 X 2000=59,4
Jadi, sasaran ibu hamil di desa atau kelurahan X adalah 59 orang.

9
2. CAKUPAN PELAYAN IBU HAMIL (CAKUPAN K4)

Adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan


antenatal sesuai dengna standar, paling sedikit empat kali dengna distribusi
waktu 1 kali pada trimester ke-1, 1 kali pada trimester ke-2 dan 2 kali pada
trimester ke-3 disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan
indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal secara lengkap
(memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan), yang
menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil disuatu wilayah, disamping
menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan program
KIA.
Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah :

Jumlah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali


sesuai standar olehtenaga kesehatan disuatu wilayahkerja
pada kurun waktu tertentu
x 100 %
Jumlahsasaranibuhamildisuatuwilayahkerjadalam 1tahun

Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun dapat diperoleh melalui proyeksi,
dihitung berdasarkan perkiraan jumlah ibu hamil dengan menggunakan
rumus :

1,10 X angka kelahiran kasar (CBR ) X jumlah penduduk

3. CAKUPAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN (Pn)

Adalah cakupan ibu bersalin yang mendapatkan pertolongan


persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan,
disuatu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat
diperkirakan proporsi persalinan yang ditangani oleh tenaga kesehatan dan
ini menggambarkan kemampuan manajemen program KIA dalam
pertolongan persalinan sesuai standar.
Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah :

10
Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenagakesehatan kompeten
disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
x 100 %
Jumlahsasaranibubersalindisuatuwilayahkerjadalam 1tahun

Jumlah sasaran ibu bersalin dalam 1 tahun dapat diperoleh melalui proyeksi,
dihitung berdasarkan perkiraan jumlah ibu hamil dengan menggunakan
rumus :

1,05 X angka kelahiran kasar ( CBR ) X jumlah penduduk

Contoh :
Untuk menghitung perkiraan jumlah ibu bersalin di desa/kelurahan X di
kabupaten Y yang mempunyai penduduk sebanyak 2000 penduduk dan
angka CBR terakhir di kabupaten Y 27,1/1000 penduduk maka :
Jumlah Ibu Bersalin=1,05 X 0,027 X 2000=56,7=sasaranibu bersalin

4. CAKUPAN PELAYANAN NIFAS OLEH TENAGA KESEHATAN (KF3)

Adalah cakupan pelayanan kepada ibu pada masa 6 jam sampai


dengan 42 hari pasca bersalin sesuai standar paling sedikit 3 kali dengan
distribusi waktu 6 jam-3hari, 8-14 hari, dan 36-42 hari setelah bersalin
disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat
diketahui cakupan pelayanan nifas secara lengkap (memenuhi standar
pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan), yang menggambarkan
jangkauan dna kualitas kemampuan manajemen maupun kelangsungna
program KIA.
Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah :

Jumlah ibu nifas yang telah memperoleh 3 kali pelayanan nifas sesuai
standar olehtenaga kesehatan
disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
x 100 %
Jumlahsasaranibunifasdisuatuwilayahkerjadalam 1 tahun

Jumlah sasaranibu nifas=Jumlah sasaran ibu bersalin

5. CAKUPAN PELAYANAN NEONATUS PERTAMA (KN1)

11
Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai
standar pada 6-48 jam setelah lahir disuatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu. Dengan indikator ini dapat diketahui akses/jangkauan pelayanan
kesehatan neonatal.
Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah :

Jumlah neonatus yang mendapatkan pelayanan


sesuai standar pada 6−48 jam setelah lahir
disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
x 100 %
Jumlahsasaran bayidisuatuwilayahkerjadalam 1 tahun

Jumlah sasaran ibu bersalin dalam 1 tahun dapat diperoleh melalui proyeksi,
dihitung berdasarkan perkiraan jumlah ibu hamil dengan menggunakan
rumus :

Angka kelahiran kasar ( CBR ) X jumlah penduduk


Contoh :
Untuk menghitung jumlah perkiraan bayi disuatu desa Z di kota Y provinsi X
yang mempunyai penduduk sebanyak 1500 jiwa dan angka CBR terakhir di
kota Y 24,8/1000 penduduk, maka :
Jumlahbayi=0,0248 x 1500=37,2=sasaran bayi dikota Z

6. CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN NEONATUS 0-28 HARI (KN


LENGKAP)

Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai


standar paling sedikit 3 kali dengan distribusi waktu 1 kali pada 6-48 jam, 1
kali pada hari ke-3 sampai hari ke-7 dan 1 kali pada hari ke-28 setelah lahir
disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat
diketahui efektifitas dan kualitas pelayanan kesehatan neonatal.

Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah :

Jumlah neonatus yang telah memperoleh 3 kali pelayanan kunjungan


neonatal sesuai standar oleh tenaga kesehatan disuatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu
x 100 %
Jumlahsasaran bayidisuatuwilayahkerjadalam 1 tahun

12
Jumlah sasaran ibu bersalin dalam 1 tahun dapat diperoleh melalui proyeksi,
dihitung berdasarkan perkiraan jumlah ibu hamil dengan menggunakan
rumus :

Angka kelahiran kasar ( CBR ) X jumlah penduduk

7. DETEKSI FAKTOR RISIKO DAN KOMPLIKASI OLEH MASYRAKAT

Adalah cakupan ibu hamil dengan faktor risiko atau komplikasi yang
ditemukan oleh kader atau dukun bayi atau masyarakat serta dirujuk ke
tenaga kesehatan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Masyarakat disini, bisa keluarga ataupun ibu hamil, bersalin, dan nifas itu
sendiri. Indikator ini menggambarkan peran serta dan keterlibatan
masyarakat dalam mendukung upaya peningkatan kesehatan ibu hamil,
bersalin dan nifas.
Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah :

Jumlah ibu hamil yang berisiko yang ditemukan kader


atau dukun bayiatau masyarakat
di suatuwilayah kerja pada kurun wkatu tertentu
x 100 %
20 % X Jumlahsasaranibu hhhhhhhhHamil
disuatuwilayahkerjadalam 1tahun

8. CAKUPAN PENANGANAN KOMPLIKASI OBSTETRI (PK)

Adalah cakupan ibu dengan komplikasi kebidanan disuatu wilayah


kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani secara definitif sesuai
dengan standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan
dasar dan rujukan. Penanganan definitive adalah penanganan/pemberian
tindakan terakhir untuk menyelesaikan permasalahan setiap kasus komplikasi
kebidanan.
Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah :

Jumlah komplikasi kebidanan yang mendapatkan penanganan


definitif di suatu wilayah kerja pada kurun wkatu tertentu
x 100 %
20 % X Jumlahsasaranibu hhhhhhhhHamil
disuatuwilayahkerjadalam 1 tahun

13
9. CAKUPAN PENANGANAN KOMPLIKASI NEONATUS

Adalah cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani secara


definitive oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan
rujukan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Penanganan
definitif adalah pemberian tindakan akhir pada setiap kasus komplikasi
neonatus yang pelaporannya dihitung 1 kali pada masa neonatal. Kasus
komplikasi yang ditangani adalah seluruh kasus yang ditangani tanpa melihat
hasilnya hidup atau mati.
Indikator ini menunjukkan sarana pelayanan kesehatan dalam
menaganani kasus-kasus kegawatdaruratan neonatal yang kemudian ditindak
lanjuti sesuai dengan kewenangannya, atau dapat dirujuk ke tingkat
pelayanan yang lebih tinggi.
Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah :

Jumlah neonatus dengan komplikasi yang mendapatkan penanganan


definitif di suatu wilayah kerja pada kurun wkatu tertentu
x 100 %
20 % X Jumlahsasaran bayi disuatuwilayahkerjadalam 1tahun

10. CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN BAYI 29 HARI-12 BULAN


(KUNJUNGAN BAYI)

Adalah cakupan bayi yang mendapatkan pelayanan paripurna minimal


4 kali yaitu 1 kali pada umur 29 hari-2 bulan, 1 kali pada umur 3-5 bulan, dan
1 kali pada umur 6-8 bulan dan 1 kali pada umur 9-11 bulan sesuai standar
disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat
diketahui efektifitas, continuum of care dan kualitas pelayanan kesehatan
bayi.
Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah :

Jumlah bayi yang telah memperoleh 4 kali pelayanan kesehatan sesuai


standar di suatu wilayah kerja pada kurun wkatu tertentu
x 100 %
20 % X Jumlahsasaran bayi disuatuwilayahkerjadalam 1tahun

14
11. CAKUPAN PELAYANAN ANAK BALITA (12-59 BULAN)

Adalah cakupan anak balita (12-59 bulan) yang memperoleh


pelayanan sesuai standar, meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali
setahun, pemantauan perkembangan minimal 2 kali setahun, pemberian
vitamin A 2 kali setahun.
Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah :

Jumlah bayi yang telah memperoleh 4 kali pelayanan kesehatan sesuai


standar di suatu wilayah kerja pada kurun wkatu tertentu
x 100 %
Jumlah seluruh anak balitadisuatuwilayahkerjadalam 1tahun

12. CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN ANAK BALITA SAKIT YANG DILAYANI


DENGAN MTBS

Adalah cakupan anak balita (umur 12-59 bulan) yang berobat ke


Puskesmas dan mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar (MTBS)
disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah :

Jumlah anak balita sakit yang memperoleh pelayanan


sesuai tatalaksana MTBS di Puskesmas
disuatu wilayahkerja pada kurun waktu tertentu
x 100 %
Jumlah seluruh anak balita sakit yang berkunjung ke puskesmas
disuatuwilayahkerjadalam 1 tahun

Jumlah anak balita sakit diperoleh dari kunjungan balita sakit yang
datang ke puskesmas (register rawat jalan di puskesmas). Jumlah anak balita
sakit yang mendapat pelayanan standar diperoleh dari form pencatatan dan
pelaoran MTBS.

13. CAKUPAN PESERTA KB AKTIF (CONTRACEPTIVE PREVALENCE RATE)

Adalah cakupan dari peserta KB yang baru dan lama yang masih aktif
menggunakan alat dan obat kontrasepsi (alkon) dibandingkan dengan jumlah
pasangan usia subur disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Indikator ini menunjukkan jumlah peserta KB baru dan lama yang masih aktif
memakai alkon terus-menerus hingga saat ini untuk menunda, menjarangkan
kehamilan atau yang mengakhiri kesuburan.

15
Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah :

Jumlah peserta KB disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu


x 100 %
Jumlah seluruh PUSdisuatuwilayahkerjadalam 1tahun

GRAFIK PWS-KIA
PWS-KIA disajikan dalam bentuk grafik dari tiap indikator yang dipakai,
yang juga menggambarkan pencapaian tiap desa setiap bulannya. Seharusnya
setiap indikator dibuat grafik kemudian masing-masing dianalisis untuk
mengetahui status setiap desa. Paling tidak ada 9 grafik yang dibuat setiap
bulannya, ataupun 14. Semuanya itu dipakai untuk alat pemantauan program KIA
dan juga sebagai alat motivasi dan komunikasi lintas sektor. Namun demikian
belum semua wilayah bisa membuat PWS-KIA untuk semua indikator.
Langkahh-langkah dalam pembuatan PWS-KIA (Meilani dkk, 2009) :
1. PENGUMPULAN DATA

Data yang diperlukan untuk menghitung tiap indikator diperoleh dari


catatan ibu hamil per desa, register kegiatan harian, register kohort ibu dna
bayi, kegiatan pemantauan ibu hamil per desa, catatan posyandu, laporan
dari bidan/dokter praktik swasta, rumah sakit bersalin dan sebagainya.

2. PENGELOLAAN DATA

Sebagai contoh dalam menggambarkan grafik PWS-KIA untuk bulan


Juni 2008 maka data yang diperlukan adalah :
a. Cakupan Kumulatif per desa.
b. Cakupan bulan ini (Juni 2008).
c. Cakupan bulan lalu (Mei 2008).
Di bawah ini contoh perhitungan/pengolahan data untuk cakupan K1
dan cakupan K4.
a) Perhitungan untuk cakupan K1 (Akses).
Pencapaian kumulatif per desa adalah :

16
Rumus =
Pencapaian cakupan kumulatif kunjungan pertama ibu hamil
per desa(Januari−Juni 2008)
x 100 %
Jumlahsasaranibuhamilper desa selama 1 tahun

Pencapaian bulan ini per desa adalah :

Rumus =
Pencapaian cakupan kumulatif kunjungan pertama ibu hamil
per desa selama bulan Juni 2008
x 100 %
Jumlahsasaranibuhamilper desa selama 1 tahun

Pencapaian bulan lalu per desa adalah :

Rumus =
Pencapaian cakupan kumulatif kunjungan pertama ibu hamil
per desa selama bulan Mei2008
x 100 %
Jumlahsasaranibuhamilper desa selama 1 tahun

b) Perhitungan untuk cakupan K4


Pencapaian kumulatif per desa adalah :

Rumus =
Pencapaian cakupan kumulatif kunjungan keempat ibu hamil( K 4)
per desa(Januari−Juni 2008)
x 100 %
Jumlahsasaranibuhamilper desa selama 1tahun

Pencapaian bulan ini per desa adalah :

Rumus =
Pencapaian cakupan kumulatif kunjungan keempat ibu hamil( K 4)
per desa selama bulan Juni 2008
x 100 %
Jumlahsasaranibuhamilper desa selama 1tahun

Pencapaian bulan lalu per desa adalah :

17
Rumus =
Pencapaian cakupan kumulatif kunjungan keempat ibu hamil( K 4)
per desa selama bulan Mei2008
x 100 %
Jumlahsasaranibuhamilper desa selama 1tahun

Cara perhitungan untuk indikator lainnya sama dengan perhitungan


diatas.

3. PENGGAMBARAN GRAFIK PWS-KIA

Langkah-langkah yang dilakukan dalam membuat grafik PWS KIA


(dengan menggunakan contoh indikator cakupan K1) adalah sebagai berikut :
a. Menentukan target rata-rata per bulan untuk menggambarkan skala pada
garis vertical bersebelahan dengna urutan bulan yang dituliskan dari atas
ke bawah dengan urutan Desember diletakkan paling atas. Misalnya :
Target cakupan ibu hamil baru (cakupan K1) dalam 1 tahun ditentukan
oleh 90% (garis a) maka sasaran rata-rata setiap bulan adalah :

90 %
=7,5 % Maka sasaran pencapaian kumulatif sampai dengan
12bulan
bulan juni adalah = (6x7,5%) = 45% (garis b)

Apabila target dalam 1 tahun adalah 80% berarti besarnya target adalah :
80 %
=6,66 % Maka sasaran pencapaian kumulatif sampai dengan
12bulan
bulan juni adalah = (6x6,6%) = 40% (garis b)

Untuk Target 90% Untuk Target 90%


Desember 90 Desember 80
Nopember 82,5 Nopember 73,3
Oktober 75 Oktober 66,7
September 67,5 September 60
Agustus 60 Agustus 53,3
Juli 52,5 Juli 46,7
Juni 45 Juni 40
Mei 37,5 Mei 33,3
April 30 April 26,6
Maret 22,5 Maret 20
Februari 15 Februari 13,3
Januari 7,5 Januari 6,6

18
b. Hasil perhitungan pencapaian kumulatif cakupan K1 sampai dengan bulan
Juni dimasukkan ke dalam jalur % kumulatif secara berurutan sesuai
peringkat. Pencapaian tertinggi di sebelah kiri da terendah sebelah kanan,
sedangkan pencapaian untuk puskesmas dimasukkan dalam kolom
terakhir.
c. Nama desa bersangkutan dituliskan pada lajur desa, sesuai dengan
cakupan kumulatif masing-masing desa.
d. Hasil perhitungan pencapaian bulan ini (Juni) dan bulan lalu (Mei) untuk
tiap desa dimasukkan ke dalam lajur masing-masing.
e. Gambar anak panah dipergunakan untuk mengisi lajur tren. Bila
pencapaian cakupan bulan ini lebih besar maka digambarkan anak
panahnya menunjukkan ke bawah, sedangkan untuk cakupan yang
tetap/sama digambarkan dengan tanda strip(-).

Grafik PWS KIA dibuat setiap bulannya. Dengan demikian target yang
digunakan sebagai standar disesuaikan kapan grafik itu dibuat.
Contoh :
Untuk Target 90% Untuk Target 90%
Desember 90 Desember 80 Targe

Nopember 82,5 Nopember 73,3


Oktober 75 Oktober 66,7
September 67,5 September 60 …………………
Agustus 60 Targe Agustus 53,3
Juli 52,5 Juli 46,7
Juni 45 Juni 40
Mei 37,5 Mei 33,3
April 30 ……………… April 26,6
.
Maret 22,5 Maret 20
Februari 15 Februari 13,3
Januari 7,5 Januari 6,6
Contoh :

Presentase (%) adalah sasaran rata-rata tiap bulan


dituliskan dengan nilai terkecil dipaling bawah
dan berturut-turut dinaikkan kelipatannya.
Target 1 tahun = 90% : 12 bulan = 7,5%

Garis a

19
Desember 90
Sasaran Pencapa ian
Nopember 72, Kumulatif sampai
6 dengan bulan Juni
Oktober 66 7,5% 6 bulan = 45%

September 59,
4
Agustus 52,
8
Juli 46, Target 45
2 %
Juni 39,
6
Mei 33
April 26, Garis b
4
Maret 19,
8
Februari 13,
2
Januari 7,5

% 65 55 53 42 32 49
Kumulatif
% Bulan ini 15 7,5 5 10 3 8
% Bulan 10 7,5 6 8 5 7
lalu
Tren

Nama A B C D E PUSK
Desa

Grafik Cakupan K1 (Akses) Ibu Hamil Bulan Juni 2008

Contoh :

PresentaseGrafik Akses
(%) adalah Ibu
sasaran Hamil
rata-rata tiapJuni
bulan 2008
dituliskan dengan nilai terkecil dipaling bawah
dan berturut-turut dinaikkan kelipatannya.
Target 1 tahun = 80% : 12 bulan = 6,6%

20
Garis a

Desember 80
Didapatkan dari
Nopember 73,3
Oktober 66,7 6,6 % x 6 bulan =
Septembe 60 39,6%

r
Agustus 53,3
Juli 46,7 Targe 39,6%
t
Juni 40
Mei 33,3
April 26,6 Garis b
Maret 20
Februari 13,3
Januari 6,6

% 63 60 46 33 26 45,6
Kumulatif
% Bulan ini 11 8 5 8 3 7
% Bulan 9 8 6 6 5 6,5
lalu
Tren

Nama A B C D E PUSK
Desa

Grafik Cakupan K4 Ibu Hamil Bulan Juni 2008

E. Analisis Dan Tindak Lanjut PWS/KIA


Grafik PWS-KIA perlu dianalisis dan ditafsirkan, agar dapat diketahui desa
mana yang paling memerlukan perhatian dan tindak lanjut yang perlu dilakukan
(Meilani dkk, 2009) :

1. Analisis Grafik PWS KIA

Analisis dari grafik cakupan ibu hamil K1 (Akses) pada pemantauan


bulan Juni 2008 dapat digambarkan dalam matriks sebagai berikut :
DESA Cakupan Terhadap Tren Status Desa

21
Target
Diatas Dibawah Naik Turun Tetap
A √ √ Baik
B √ √ Baik
C √ √ Kurang
D √ √ Cukup
E √ √ Jelek

 Status Baik
Adalah desa dengan cakupan di atas target yang ditetapkan untuk
bulan Juni 2008 dan mempunyai kecenderungan cakupan bulanan yang
meningkat atau tetap dibandingkan dengan cakupan bulan lalu. Desa ini
adalah desa A dan B. Jika keadaan tersebut berlanjut maka desa-desa
tersebut akan mencapai atau melebihi target tahunan yang ditentukan.

 Status Kurang Baik


Adalah desa dengan cakupan di atas target bulan Juni 2008
namun mempunyai cakupan bulanan yang menurun jika dibandingkan
dengan cakupan bulan lalu. Desa dalam kategori ini adalah desa C, yang
perlu mendapatkan perhatian karena cakupan bulan lalu ini hanya 5%
(lebih kecil dari cakupan minimal 7,5%). Jika cakupan terus menurun,
maka desa tersebut tidak akan mencapai target tahunan yang ditentukan.

 Status Cukup Baik


Adalah desa dengan cakupan di bawah target bulan Juni 2008,
namun mempunyai kecenderungan cakupan bulanan yang meningkat jika
dibandingkan dengan cakupan bulan lalu. Desa dalam kategori ini adalah
desa D.
 Status Jelek
Adalah desa dengan cakupan di bawah target bulan Juni 2008, dan
mempunyai kecenderungan cakupan bulanan yang menurun
dibandingkan dengan bulan lalu. Desa dalam kategori ini adalah desa E.
perlu diprioritaskan untuk pembinaan agar cakupan bulanan selanjutnya
meningkat.

Rencana Tindak Lanjut


Analisis PWS KIA ditujukan untuk menghasilkan suatu keputusan tindak lanjut
teknis dan non teknis bagi Puskesmas. Keputusan tersebut dijabarkan dalam

22
bentuk rencana operasional jangka pendek untuk dapat menyelesaikan masalah
sesuai spesifikasi daerah mengikuti skema yang telah ada. Rencana operasional
tersebut perlu dibicarakan dengan semua pihak yang terkait :
a. Bagi desa yang berstatus baik atau cukup, pola penyelenggaraan
pelayanan KIA perlu dilanjutkan, dipertahankan dengan beberapa
penyesuaian tertentu sesuai kebutuhan.
b. Bagi desa yang berstatus kurang dan terutama yang berstatus jelek perlu
diprioritaskan untuk pembinaan selanjutnya. Perlu dilakukan analisis
lebih mendalam serta dicari penyebab rendahnya atau menurunnya
cakupan bulanan, sehingga dapat diupayakan cara penanganan masalah
secara lebih spesifik.
c. Intervansi dan kegiatan yang teknis (termasuk segi penyediaan logistic)
harus dibicarakan dalam pertemuan mini lokakarya puskesmas dan rapat
dinas kesehatan kabupaten/kota.
d. Intervensi dan kegiatan yang bersifat non teknis harus dibicarakan di
rapat koordinasi tingkat kecamatan.
F. Sistem Pencatatan Dan Pelaporan PWS/KIA
Pengumpulan dan pengelolaan data merupakan kegiatan pokok dari
PWS-KIA. Data yang dicatat perdesa dan kemudian dikumpulkan di tingkat
Puskesmas akan dilaporkan sesuai jenjang administrasi.
1. Jenis Data
Data yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan PWS-KIA adalah :
Data sasaran :
Jumah seluruh ibu hamil
 Jumla seluruh ibu bersalin
 Jumlah seluruh bayi berusia kurang dari 1 bulan (neonatal)
 Jumlah seluruh bayi

Data pelayanan :
 Jumlah K1
 Jumlah K4
 Jumlah ibu hamil berisiko yang dirujuk oleh masyarakatJumlah ibu hamil
berisiko yang dilayani oleh tenaga kesehatan
 Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga professional
 Jumlah bayi berusia kurang dari 1 bulan yang dilayani oleh tenaga
kesehatan minimal 2 kali.

2. Sumber Data

23
Data sasaran sebaiknya berasal dari hasil pencacahan jiwa setempat.
Bila angka tersebut tak tersedia, atau diragukan, maka perkiraan jumlah
sasaran dapat dihitung menurut rumus seperti yang telah diuraikan

Data pelayanan pada umumnya berasal dari :


 Register kohort ibu dan bayi
 Laporan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan dan dukun bayi.
 Laporan dari dokter/bidan praktek swasta
 Laporan dari fasilitas pelayanan selain puskesmas yang berada di wilayah
puskesmas.

G. Proses Penerapan PWS/KIA


Proses yang perlu dilakukan dalam penerapan PWS KIA dimulai dengan
langkah-langkah sosialisasi, fasilitasi dan evaluasi yang diikuti dengan tindak
lanjut sesuai kebutuhan.
1. Pelaksanaan PWS KIA di Tingkat Propinsi
Langkah – langkah atau urutan yang dilaksanakan meliputi :
a. Pertemuan orientasi :
Pertemuan ini merupakan pertemuan dengan tujuan :
 Menyamakan persepsi mengenai PWS KIA
 Menentukan kebijaksanaan propinsi dalam pelaksanaan PWS KIA
 Merencanakan Fasilitasi tingkat kabupaten/kota dan puskesmas
 Menyusun mekanisme pemantauan kegiatan, dll
Pihak yang terlibat meliputi :
 Subdinas/Bidang yang menangani KIA dari Dinas Kesehatan Propinsi
dan Kabupaten/Kota.
 Subdinas/Bidang yang menangani Puskesmas dan RS dari Dinas
Kesehatan Propinsi dan Kabupaten/Kota.
 Subdinas/Bidang yang menangani Pengendalian Penyakit dari Dinas
Kesehatan Propinsi dan Kabupaten/Kota.
Selain itu, pertemuan juga dapat melibatkan RSU. Hal ini penting karena PWS
KIA mempunyai pendekatan wilayah. Dengan demikian semua pelayanan KIA

24
dari fasilitas pelayanan di luar puskesmas pun perlu dilibatkan agar dapat
diketahui cakupan pelayanan KIA oleh tenaga kesehatan.
b. Pertemuan Sosialisasi :
Fokus pertemuan ini adalah untuk lintas sektor di tingkat Propinsi, dengan
tujuan untuk sosialisasi tentang PWS KIA, menyepakati peran lintas sektor
dalam PWS KIA dan menyusun mekanisme pemantauan kegiatan.
Pihak yang terlibat meliputi :
 Dinas Kesehatan
 BAPPEDA
 Biro Pembangunan Masyarakat Desa
 Biro PP dan KB
c. Fasilitasi :
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan bantuan teknis berupa kunjungan
ke lapangan atau pertemuan di kabupaten/kota dan puskesmas. Petugas
provinsi dibekali untuk
dapat memfasilitasi petugas kabupaten/kota dan puskesmas. Peserta terdiri
dari unsur-unsur lain dari dinas kesehatan kabupaten/kota seperti : Gizi,
Imunisasi, Yankes, Yanfar,P2PL, dll.
Setiap kali fasilitasi, sebaiknya peserta sekitar 30 orang.
Materi fasilitasi :
 Pedoman PWS KIA
 Kebijaksanaan Program KIA
 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar
 Perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan kegiatan
d. Evaluasi /Tindak lanjut :
Kegiatan ini bertujuan untuk menilai kemajuan cakupan program KIA dan
merencanakan kegiatan tindak lanjut.
2. Pelaksanaan PWS KIA Di Tingkat Kabupaten
Langkah – langkah atau urutan yang dilaksanakan meliputi :
a. Pertemuan orientasi :
Pertemuan ini merupakan pertemuan dengan tujuan :
 Menyamakan persepsi mengenai PWS KIA
 Menentukan kebijaksanaan propinsi dalam pelaksanaan PWS KIA
 Merencanakan Fasilitasi tingkat kabupaten/kota dan puskesmas
 Menyusun mekanisme pemantauan kegiatan, dll
Pihak yang terlibat meliputi :
 Subdinas/Bidang yang menangani KIA dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.

25
 Subdinas/Bidang yang menangani Puskesmas dan RS dari Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
 Subdinas/Bidang yang menangani Pengendalian Penyakit dari Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
 Kepala Puskesmas dan Bidan Koordinator
Selain itu, pertemuan juga dapat melibatkan RSU dan Unit Pelayanan
Kesehatan Swasta. Hal ini penting karena PWS KIA mempunyai pendekatan
wilayah. Dengan demikian semua pelayanan KIA dari fasilitas pelayanan di
luar puskesmas pun perlu dilibatkan agar dapat diketahui cakupan pelayanan
KIA oleh tenaga kesehatan.
b. Pertemuan Sosialisasi :
Fokus pertemuan ini adalah untuk lintas sektor tingkat kabupaten/kota,
dengan tujuan
untuk sosialisasi tentang PWS KIA, menyepakati peran lintas sektor dalam
PWS KIA dan menyusun mekanisme pemantauan kegiatan.
Pihak yang terlibat meliputi :
 Dinas Kesehatan
 BAPPEDA
 Biro Pembangunan Masyarakat Desa
 Biro PP dan KB
c. Fasilitasi :
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan bantuan teknis berupa kunjungan
ke lapangan atau pertemuan di puskesmas. Petugas kabupaten/kota dibekali
untuk dapat memfasilitasi petugas puskesmas.
Materi fasilitasi :
 Pedoman PWS KIA
 Kebijaksanaan Program KIA
 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar
 Perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan kegiatan
d. Evaluasi /Tindak lanjut :
Kegiatan ini bertujuan untuk menilai kemajuan cakupan program KIA dan
merencanakan kegiatan tindak lanjut.
3. Pelaksanaan PWS KIA di Tingkat Puskesmas
Langkah – langkah atau urutan yang dilaksanakan meliputi :
a. Pertemuan reorientasi
Pertemuan ini merupakan pertemuan dengan tujuan :
 Menyamakan persepsi mengenai PWS KIA

26
 Sosialisasi kebijaksanaan Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan PWS
KIA
 Merencanakan Fasilitasi ke Desa
 Menyusun mekanisme pemantauan kegiatan, dll
Pihak yang terlibat meliputi :
 Bidan di Desa
 Bidan Koordinator
 Pengelola Program KIA
 Kepala Puskesmas
 Petugas Gizi
 P2PL
 Data Operator
 Farmasi
b. Pertemuan Sosialisasi
Fokus pertemuan ini adalah untuk lintas sektor tingkat kecamatan dan desa,
dengan tujuan untuk sosialisasi tentang PWS KIA, menyepakati peran lintas
sektor dalam PWS KIA dan menyusun mekanisme pemantauan kegiatan.
Pihak yang terlibat meliputi :
 Puskesmas
 Camat
 Kepala Desa
 Dewan Kelurahan
 LKMD
 PKK
 Koramil
 Polsek
c. Memfasilitasi Bidan di Desa :
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan bantuan teknis berupa kunjungan
ke lapangan atau pertemuan di Desa. Petugas Puskesmas memfasilitasi Bidan
di Desa dan lintas sector terkait.
Materi fasilitasi :
 Pedoman PWS KIA
 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar
 Kebijaksanaan Program KIA
 Perencanaan pelaksanaan dan pemantauan kegiatan
d. Implementasi PWS KIA Puskesmas.

27
Puskesmas melaksanakan kegiatan PWS KIA melalui pengumpulan,
pengolahan, analisis, penelusuran dan pemanfaatan data PWS KIA sesuai
dengan yang diterangkan pada pembahasan sebelumnya. Termasuk dalam
implementasi PWS KIA di Puskesmas adalah pemanfaatan PWS KIA dalam
Lokakarya Mini, Pertemuan Bulanan Kecamatan dan Musrenbangcam.
e. Tindak lanjut :
Kegiatan ini bertujuan untuk menindaklanjuti hasil – hasil pembahasan
implementasi PWS KIA di tingkat puskesmas .
4. Pelaksanaan PWS KIA di Tingkat Desa
Langkah – langkah urutan pelaksanaan meliputi :
a. Implementasi PWS KIA oleh Bidan di Desa
Bidan Di Desa melaksanakan kegiatan PWS KIA melalui pengumpulan,
pengolahan, analisis, penelusuran dan pemanfaatan data PWS KIA sesuai
dengan yang diterangkan pada pembahasan sebelumnya. Termasuk dalam
implementasi PWS KIA di Tingkat Desa adalah pemanfaatan PWS KIA untuk
dibahas dalam Lokakarya Mini Puskesmas, Pertemuan Bulanan Desa dan
Musrenbangdes.
b. Tindak lanjut :
Kegiatan ini bertujuan untuk menindaklanjuti hasil – hasil pembahasan
implementasi PWS KIA di tingkat puskesmas dan desa.

28
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
 Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS
KIA) adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan
program KIA untuk memantau cakupan pelayanan KIA di suatu
wilayah (puskesmas/kecamatan) secara terus-menerus, agar
dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat terhadap desa
yang cakupan pelayanan KIA-nya masih rendah (Syafrudin, 2009).
 Meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA di wilayah kerja
Puskesmas, melalui pemantauan cakupan pelayanan KIA di tiap
desa secara terus-menerus.
 Pengelolaan program KIA bertujuan memantapkan dan
meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif
dan efisien.
 Grafik PWS-KIA perlu dianalisis dan ditafsirkan, agar dapat
diketahui desa mana yang paling memerlukan perhatian dan
tindak lanjut yang perlu dilakukan
 Pengumpulan dan pengelolaan data merupakan kegiatan pokok
dari PWS-KIA. Data yang dicatat perdesa dan kemudian
dikumpulkan di tingkat Puskesmas akan dilaporkan sesuai jenjang
administrasi.
 Proses yang perlu dilakukan dalam penerapan PWS KIA dimulai
dengan langkah-langkah sosialisasi, fasilitasi dan evaluasi yang
diikuti dengan tindak lanjut sesuai kebutuhan.

B. SARAN
Demikianlah makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan
kepada saya.
Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat memaafkan dan
memakluminya, karena saya adalah hamba Allah yang tak luput dari salah
khilaf dan lupa.

29
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati Eny Retna & Rismintari Sriati. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas.
Yogyakarta : Nuha Medika.

Syafrudin & Hamidah. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC.

Karwati dkk. 2011. Asuhan Kebidanan V (Kebidanan Komunitas). Jakarta :TIM

Meilani,dkk. 2009. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Fitramaya.

Saputra Wiko,2013. Angka Kematian Ibu (AKI) Melonjak, Indonesia Mundur 15


Tahun. Jakarta : Economics and Public Policy Researcher Perkumpulan
Prakarsa(Diunduh Tanggal 15 April 2015, Pukul 17.00 WITA).

Kementerian Kesehatan Pusat Data dan Informasi.2013. Profil Kesehatan


Indonesia 2012. Jakarta :Kementerian Kesehatan RI. 2013. (website :
http://www.kemkes.go.id) (Diunduh Tanggal 15 April 2015, Pukul 17.00
WITA).

Kementerian Kesehatan .2012. Laporan Pendahuluan Survei Demografi dan


Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta : Badan Pusat Statistik dan Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional(Diunduh Tanggal 15
April 2015, Pukul 17.00 WITA).

Kementerian Kesehatan Ri Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat


Direktorat Bina Kesehatan Ibu. 2010. Pedoman Pemantauan Wilayah
Setempat Kesehatan Ibu dan Anak(PWS-KIA). Jakarta : Departemen
Kesehatan.

30

Anda mungkin juga menyukai