Disusun oleh:
SAMPUL HALAMAN
DAFTAR ISI.............................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................................................... 1
B. Tujuan................................................................................................................. 2
C. Tempat dan Lokasi Praktik ................................................................................ 2
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan ditentukan berdasarkan
indikator Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Balita. Angka Kematian Ibu (AKI)
merupakan salah satu indikator untuk melihat keberhasilan upaya kesehatan ibu. AKI
adalah rasio kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan
oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-
sebab lain seperti kecelakaan atau terjatuh di setiap 100.000 kelahiran hidup. Selain untuk
menilai program kesehatan ibu, indikator ini juga mampu menilai derajat kesehatan
masyarakat, karena sensitifitasnya terhadap perbaikan pelayanan kesehatan, baik dari sisi
aksesibilitas maupun kualitas. Berdasarkan SDGs Menjamin kehidupan yang sehat dan
mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia, yaitu pada 2030 mengurangi
AKI hingga di bawah 70 per 100.000 KH, mengakhiri kematian bayi dan balita yang
dapat dicegah, dengan menurunkan Angka Kematian Neonatal hingga 12 per 1.000 KH
dan Angka Kematian Balita 25 per 1.000 KH, mengakhiri epidemi AIDS, tuberkulosis,
malaria dan penyakit tropis yang terabaikan, serta memerangi hepatitis, penyakit
bersumber air dan penyakit menular lainnya, mengurangi 1/3 kematian prematur akibat
penyakit tidak menular melalui pencegahan dan perawatan, serta mendorong kesehatan
dan kesejahteraan mental, memperkuat pencegahan dan perawatan penyalahgunaan zat,
termasuk penyalahgunaan narkotika dan alkohol yang membahayakan, mengurangi
setengah jumlah global kematian dan cedera akibat kecelakaan lalu lintas, menjamin
akses semesta kepada pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi, Mencapai universal
health coverage, termasuk perlindungan risiko keuangan, akses kepada pelayanan
kesehatan dasar berkualitas dan akses kepada obat-obatan dan vaksin dasar yang aman,
efektif, dan berkualitas bagi semua orang, mengurangi secara substansial kematian dan
kesakitan akibat senyawa berbahaya serta kontaminasi dan polusi udara, air, dan tanah.(
Dra. Hj. Ermalena MHS, 2017 INDIKATOR KESEHATAN SDGs DI INDONESIA)
Seluruh isu kesehatan dalam SDGs diintegrasikan dalam satu tujuan yakni
tujuan nomor 3, yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong
kesejahteraan bagi semua orang di segala usia. Terdapat 38 target SDGs di sektor
kesehatan yang perlu diwujudkan. Selain permasalahan yang belum tuntas
ditangani diantaranya yaitu upaya penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka
kematian bayi (AKB), pengendalian penyakit HIV/AIDS, TB, Malaria serta
peningkatan akses kesehatan reproduksi (termasuk KB), terdapat hal-hal baru
yang menjadi perhatian, yaitu: 1) Kematian akibat penyakit tidak menular (PTM);
2) Penyalahgunaan narkotika dan alkohol; 3) Kematian dan cedera akibat
kecelakaan lalu lintas; 4) Universal Health Coverage; 5) Kontaminasi dan polusi
air, udara dan tanah; serta penanganan krisis dan kegawatdaruratan .
Pembangunan sektor kesehatan untuk SDGs sangat tergantung kepada
peran aktif seluruh pemangku kepentingan baik pemerintah pusat dan daerah,
parlemen, dunia usaha, media massa, lembaga sosial kemasyarakatan, organisasi
profesi dan akademisi, mitra pembangunan serta Perserikatan Bangsa Bangsa
(PBB).
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) telah dilaksanakan di Indonesia sejak
tahun 1985. Pada saat itu pimpinan puskesmas maupun pemegang program di Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota belum mempunyai alat pantau yang dapat memberikan data
yang cepat sehingga pimpinan dapat memberikan respon atau tindakan yang cepat dalam
wilayah kerjanya. PWS dimulai dengan program Imunisasi yang dalam perjalanannya,
berkembang menjadi PWS-PWS lain seperti PWS-Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA)
dan PWS Gizi. Pelaksanaan PWS imunisasi berhasil baik, dibuktikan dengan tercapainya
Universal Child Immunization (UCI) di Indonesia pada tahun 1990. Dengan dicapainya
cakupan program imunisasi, terjadi penurunan AKB yang signifikan. Namun
pelaksanaan PWS dengan indikator Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) tidak secara cepat
dapat menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) secara bermakna walaupun cakupan
pelayanan KIA meningkat, karena adanya faktor-faktor lain sebagai penyebab kematian
ibu (ekonomi, pendidikan, sosial budaya, dsb).
Dengan demikian maka PWS KIA perlu dikembangkan dengan memperbaiki
mutu data, analisis dan penelusuran data. Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian
Neonatus (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA)
merupakan beberapa indikator status kesehatan masyarakat. Dewasa ini AKI dan AKB di
Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya.
Upaya percepatan penurunan AKI dapat dilakukan dengan menjamin agar setiap
ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, seperti pelayanan
kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas
pelayanan kesehatan, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus
dan rujukan jika terjadi komplikasi, dan pelayanan keluarga berencana termasuk KB
pasca persalinan. Pada bagian berikut, gambaran upaya kesehatan ibu yang disajikan
terdiri dari : (1) pelayanan kesehatan ibu hamil, (2) pelayanan imunisasi Tetanus bagi
wanita usia subur dan ibu hamil, (3) pelayanan kesehatan ibu bersalin, (4) pelayanan
kesehatan ibu nifas, (5) Puskesmas melaksanakan kelas ibu hamil dan Program
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), dan (6) pelayanan
kontrasepsi/KB.
Dengan adanya variasi antar daerah dalam hal demografi dan geografi maka
kegiatan dalam program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) perlu disesuaikan. Agar
pelaksanaan program KIA dapat berjalan lancar, aspek peningkatan mutu pelayanan
program KIA tetap diharapkan menjadi kegiatan prioritas ditingkat Kabupaten/Kota.
Peningkatan mutu program KIA juga dinilai dari besarnya cakupan program di masing-
masing wilayah kerja. Untuk itu, besarnya cakupan pelayanan KIA di suatu wilayah kerja
perlu dipantau secara terus menerus, agar diperoleh gambaran yang jelas mengenai
kelompok mana dalam wilayah kerja tersebut yang paling rawan. Dengan diketahuinya
lokasi rawan kesehatan ibu dan anak, maka wilayah kerja tersebut dapat lebih
diperhatikan dan dicarikan pemecahan masalahnya. Untuk memantau cakupan pelayanan
KIA tersebut dikembangkan sistem Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan
Anak (PWS KIA).
Hasil Riskesdas 2018 juga memperlihatkan bahwa 62,5% rumah tangga
mengetahui bahwa akses ke rumah sakit sulit. Begitu juga pengetahuan rumah tangga
terhadap akses ke puskesmas/pustu/pusling/ bidan sebesar 60,8% dan akses ke
klinik/praktek dokter/prakter dokter gigi/praktek bidan mandiri sebesar 62,6% dengan
akses sulit. Secara konsisten terlihat bahwa provinsi dengan cakupan persalinan di
fasilitas pelayanan kesehatan rendah memiliki akses ke fasilitas pelayanan kesehatan yang
relatif sulit. Oleh karena itu untuk daerah dengan akses sulit, Kementerian Kesehatan
mengembangkan program Kemitraan Bidan dan Dukun serta Rumah Tunggu Kelahiran.
Para dukun diupayakan bermitra dengan bidan dengan hak Rumah Sakit 32,7 Puskesmas
12,1 Praktek Nakes 29,6 Klinik 4,9 Poskesdes/ Polindes 3,8 Rumah 16,7 Lainnya 0,2 dan
kewajiban yang jelas. Pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan tidak lagi
dikerjakan oleh dukun, namun dirujuk ke bidan. Ibu hamil yang di daerah tempat
tinggalnya tidak ada bidan atau jauh dari fasilitas pelayanan kesehatan, menjelang hari
taksiran persalinan diupayakan sudah berada di dekat fasilitas pelayanan kesehatan yaitu
di Rumah Tunggu Kelahiran. Rumah Tunggu Kelahiran adalah suatu tempat atau ruangan
yang berada dekat fasilitas kesehatan (RS, Puskesmas), yang dapat digunakan sebagai
tempat tinggal sementara ibu hamil dan pendampingnya (suami/kader/dukun atau
keluarga) selama beberapa hari, saat menunggu persalinan tiba dan beberapa hari setelah
bersalin.
Upaya kesehatan anak telah menunjukkan hasil yang baik terlihat dari angka
kematian anak dari tahun ke tahun yang menunjukkan penurunan. Hasil Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 menunjukkan AKN sebesar 15
per 1.000 kelahiran hidup, AKB 24 per 1.000 kelahiran hidup, dan AKABA 32 per 1.000
kelahiran hidup. Angka Kematian Balita telah mencapai Target Pembangunan
Berkelanjutan (TPB/SDGs) 2030 yaitu sebesar 25/1.000 kelahiran hidup dan diharapkan
AKN juga dapat mencapai target yaitu 12/1.000 kelahiran hidup.
Pada tahun 2018, secara nasional persentase bayi baru lahir yang mendapat IMD
yaitu sebesar 71,17%. Angka ini telah melampaui target Renstra tahun 2018 yaitu sebesar
47,0%. Provinsi dengan persentase tertinggi bayi baru lahir mendapat IMD adalah
Sulawesi Barat (88,49%) sedangkan provinsi dengan persentase terendah adalah Maluku
(23,18%). Ada tiga provinsi yang belum mencapai target Renstra tahun 2018 yaitu
Maluku, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Utara (SKDI,2019)
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas
menyebutkan bahwa Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan
tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
(SKDI,2019 Hal 23)
Hasil Riskesdas 2018 memperlihatkan tempat persalinan paling banyak digunakan
yaitu rumah sakit (baik pemerintah maupun swasta) dan praktek tenaga kesehatan
(nakes). Namun penggunaan rumah masih cukup tinggi sebesar 16,7%, yang menempati
urutan ketiga tertinggi tempat bersalin.
Secara konsisten terlihat bahwa provinsi dengan cakupan persalinan di fasilitas
pelayanan kesehatan rendah memiliki akses ke fasilitas pelayanan kesehatan yang relatif
sulit. Oleh karena itu untuk daerah dengan akses sulit, Kementerian Kesehatan
mengembangkan program Kemitraan Bidan dan Dukun serta Rumah Tunggu Kelahiran.
Para dukun diupayakan bermitra dengan bidan dengan hak Rumah Sakit 32,7 Puskesmas
12,1 Praktek Nakes 29,6 Klinik 4,9 Poskesdes/ Polindes 3,8 Rumah 16,7 Lainnya 0,2 dan
kewajiban yang jelas. Pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan tidak lagi
dikerjakan oleh dukun, namun dirujuk ke bidan. Ibu hamil yang di daerah tempat
tinggalnya tidak ada bidan atau jauh dari fasilitas pelayanan kesehatan, menjelang hari
taksiran persalinan diupayakan sudah berada di dekat fasilitas pelayanan kesehatan yaitu
di Rumah Tunggu Kelahiran. Rumah Tunggu Kelahiran adalah suatu tempat atau ruangan
yang berada dekat fasilitas kesehatan (RS, Puskesmas), yang dapat digunakan sebagai
tempat tinggal sementara ibu hamil dan pendampingnya (suami/kader/dukun atau
keluarga) selama beberapa hari, saat menunggu persalinan tiba dan beberapa hari setelah
bersalin.
Puskesmas Rakumpit adalah Unit Pelaksanaan Teknis Dinas Kesehatan Kota
Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah yang bertanggung jawab terhadap
pembangunan kesehatan yang berada di Wilayah kerjanya.
B. Tujuan
1. Tujuan umum :
Terpantaunya cakupan dan mutu pelayanan KIA secara terus-menerus di setiap
wilayah kerja.
2. Tujuan Khusus :
1. Memantau pelayanan KIA secara Individu melalui Kohort
2. Memantau kemajuan pelayanan KIA dan cakupan indikator KIA secara teratur
(bulanan) dan terus menerus.
3. Menilai kesenjangan pelayanan KIA terhadap standar pelayanan KIA.
4. Menilai kesenjangan pencapaian cakupan indikator KIA terhadap target yang
ditetapkan.
5. Menentukan sasaran individu dan wilayah prioritas yang akan ditangani secara
intensif berdasarkan besarnya kesenjangan.
6. Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya yang tersedia
dan yang potensial untuk digunakan.
7. Meningkatkan peran aparat setempat dalam penggerakan sasaran dan
mobilisasi sumber daya.
8. Meningkatkan peran serta dan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan
pelayanan KIA.
C. Tempat dan Lokasi Praktek
Pelaksanaan Tempat di UPT Puskesmas Rakumpit, Kecamatan Rakumpit, Kota
Palangka Raya.
BAB II
KEGIATAN PRAKTIK
A. Gambaran Umun
Wilayah Kerja Puskesmas Rakumpit meliputi satu kesatuan, meliputi faktor jumlah
penduduk, luas wilayah, keadaan geografis dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan
bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja Puskesmas Puskesmas Rakumpit
berdiri pada tahun 2007/2008, dengan luas tanah, 1.200 m2 terletak di Keluahan Mungku
Baru jalan Rakumpit Raya Kecamatan Rakumpit Kota Palangka Raya dengan luas
Wilayah Kecamatan lebih kurang 59.000 Km2, terdiri dari 7 Kelurahan dengan jumlah
penduduk 4.615 jiwa, 1.243 KK. Sebelum jadi kecamatan pemekaran, Rakumpit dulunya
masuk wilayah kecamatan Bukit Batu dan Puskesmas Pembantu Mungku Baru adalah
cikal bakal Puskesmas Rakumpit dan memiliki induk Puskesmas Tangkiling Kecamatan
Bukit Batu saat itu.
Gambar 1.1 Peta WilayaKerja Puskesmas Rakumpit
Mungku Baru
Ñ
;
Bukit Sua
PETA WILAYAH KERJA
Ñ
Petuk Berunai
PUSKESMAS RAKUMPIT
;
Panjehang
Ñ
Ñ N
Pager ; Gaung Baru
W E
Ñ
Petuk Bukit S
Ñ
Ñ Poskesdes
; Polindes
Ñ Pusk_pustu di Rakumpit
Jalan aspal
Jalan tanah
Sungai
Rakumpit :
Bukit Sua
Gaung Baru
Mungku Baru
Pager
Panjehang
Petuk Berunai
Petuk Bukit
Palangka Raya
; W E
Bukit Sua
S
Ñ
Petuk Berunai
;
Ñ
Panjehang Ñ
;
Poskesdes
Polindes
Ñ Pusk_pustu di Rakumpit
Jalan aspal
Ñ Jalan tanah
Pager ;
Gaung Baru Sungai
Rakumpit :
Bukit Sua
Gaung Baru
Mungku Baru
Pager
Panjehang
Petuk Berunai
Ñ
Petuk Bukit
Petuk Bukit
Ñ
Sumber :
Dinkes Kota P. Raya (Pusk. R akumpit)
B. Pengkajian
1. Pengumpulan data
Pengumpulan dan pengelolaan data merupakan kegiatan pokok dari PWS KIA.
Data yang di catat per desa/kelurahan dan kemudian dikumpulkan di tingkat
puskesmas akan dilaporkan sesuai jenjang administrasi. Data yang di perlukan dalam
PWS KIA adalah Data Sasaran dan Data Pelayanan. Proses pengumpulan data
sasaran sebagai berikut :
1. Jenis data
Data yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan PWS KIA adalah Data
sasaran :
Jumlah seluruh ibu hamil
Jumlah seluruh ibu bersalin
Jumlah ibu nifas
Jumlah seluruh bayi
Jumlah seluruh anak balita
Jumlah seluruh PUS
2. Data pelayanan :
Jumlah K1
Jumlah K4
Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan ( Faskes dan Non
Faskes)
Jumlah ibu nifas yang dilayani 3 kali (KF 3) oleh tenaga kesehatan
Jumlah neonatus yang mendapatkan pelayanan kesehatan pada umur 6 – 48
jam
Jumlah neonatus yang mendapatkan pelayanan kesehatan lengkap pada umur
0-28 hari (KN 1, KN 2, KN 3)
Juml ah ibu hamil, bersali n dan nifas dengan factor risiko/ komplikasi yang
dideteksi ol eh masyarakat
Jumlah kasus komplikasi obstetri yang ditangani
Jumlah neonatus dengan komplikasi yang ditangani
Jumlah bayi yang mendapatkan pelayanan kesehatan pada umur 29 hari – 11
bulan sedikitnya 4 kali
Jumlah anak balita (12 – 59 bulan) yang mendapatkan pelayanan kesehatan
sedikitnya 8 kali
Jumlah anak balita sakit yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standar
Jumlah peserta KB aktif
3. Sumber data
Data sasaran berasal dari perkiraan jumlah sasaran (proyeksi) yang dihitung
berdasarkan rumus. Berdasarkan data tersebut, Bidan di Desa bersama dukun
bersalin/bayi dan kader melakukan pendataan dan pencatatan sasaran di wilayah
kerjanya.
Data pelayanan pada umumnya berasal dari :
Register kohort ibu
Register kohort bayi
Register kohort anak balita
Register kohort KB
2. Pengolahan Data Setiap bulan Bidan di desa mengolah data yang tercantum dalam
buku kohort dan dijadikan sebagai bahan laporan bulanan KIA. Bidan Koordinator di
Puskesmas menerima laporan bulanan tersebut dari semua Bidan dan mengolahnya
menjadi laporan dan informasi kemajuan pelayanan KIA bulanan yang disebut PWS
KIA. Informasi per desa/kelurahan dan per kecamatan tersebut disajikan dalam
bentuk grafik PWS KIA yang harus dibuat oleh tiap Bidan Koordinator.
Hasil pengolahan data dapat disajikan dalam bentuk : Narasi, Tabulasi, Grafik
dan Peta.
1. Narasi : dipergunakan untuk menyusun laporan atau profil suatu wilayah kerja,
misalnya dalam Laporan PWS KIA yang diserahkan kepada instansi terkait.
2. Tabulasi: dipergunakan untuk menjelaskan narasi dalam bentuk lampiran.
3. Grafik: dipergunakan untuk presentasi dalam membandingkan keadaan antar
waktu, antar tempat dan pelayanan. Sebagian besar hasil PWS disajikan dalam
bentuk grafik.
4. Peta: dipergunakan untuk menggambarkan kejadian berdasarkan gambaran
geografis.
12 Desember
Puskesmas
Bagi Puskesmas yang sudah menggunakan komputer untuk mengolah data
KIA maka data dari kartu-kartu pelayanan bidan di desa/kelurahan, dimasukkan
ke dalam komputer sehingga proses pengolahan data oleh bidan di desa/kelurahan
dan bidan koordinator Puskesmas akan terbantu dan lebih cepat.
3. Analisa Data
Analisis adalah suatu pemeriksaan dan evaluasi dari suatu formasi yang sesuai
dan relevant dalam menyeleksi suatu tindakan yang terbaik dari berbagai macam
alternatif variasi. Analisis yang dapat dilakukan mulai dari yang sederhana hingga
analisis lanjut sesuai dengan tingkatan penggunaannya. Data yang di analisis adalah
data register kohort ibu, bayi dan anak balita serta cakupan.
Analisis cakupan pelayanan dari data kohort dari Januari – Oktober 2020 :
1. Pencegahan infeksi
4. Melaksanakan Inisiasi
Menyusu Dini (IMD).
1. Pencegahan terjadinya
stunting
2. Meningkatkan sitem
imun anak
3. Mencegah terjadinya
kanker payudara dan
kanker serviks pada ibu
4. Melaksanakan Inisiasi
Menyusu Dini (IMD).
4. Rumusan Masalah
5. Prioritas masalah
No Indikator Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai
U S G Total Prioritas
1 Rendahnya cakupan 5 5 5 15 I
persalinan oleh tenaga
kesehatan difasilitas
pelayanan kesehatan
2 Rendahnya cakupan 5 5 5 15 II
pemberian ASI Esklusif
4
UKBM Perbaikan Puskesmas Bidan
3.Perbaikan system dan Bidan Koordinator KIA Koordinator
system pencatatan jaringannya & KB KIA & KB
pencatatan dan pelaporan
dan pelaporan PWS-
PWS KIA KIA(validasi
( Validasi data).
data) Bidan
5
kelas Ibu
Hamil
Online “
AYO MAJA”
6
system pencatatan Puskesmas dan
3. Perbaikan dan pelaporan jaringannya Bidan
system PWS- Koordinator
pencatatan dan KIA(validasi KIA & KB
pelaporan PWS data).
KIA ( Validasi Minggu IV Bln
data) 4.Pelaksanaan November 2020
kelas ibu hamil
4. Terbentuknya dan Penyuluhan Bidan
Kelas Ibu tentang
menyusui pentingnya
tentang persalinan
pentingnya disarana kesehatan
pemberian ASI
Eksklusif”
5. Pengadaan
Piagam
6. Pemberian
Reword kepada
Ibu kelompok
“GELI PASI”
2. Program Inovasi
1. Kelas Ibu hamil Online melalui Whatshapp dalam meningkatkan dukungan peningkatan persalinan difasilitas kesehatan oleh
tenaga kesehatan melalui pertemuan dan materi kelas Ibu Hamil dan materi persalinan di fasilitas kesehatan.
2. Kelas Ibu menyusui Online meralui Whatsaapp dalam meningkatkan dukungan peningkatan Cakupan ASI Eksklusi o-6 bulan
7
dilanjutkansampa 2 tahun.
Daftar Pustaka
PEDOMAN PEMANTAUAN WILAYAH SETEMPAT KESEHATAN IBU DAN ANAK (PWS-KIA), 2010
8
9