Anda di halaman 1dari 48

TUGAS INDIVIDU

Pelaporan Pemantauan Pelayanan Kebidanan (PWS KIA)


Kohort Ibu, Bayi dan Balita
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Organisasi Manajemen Dalam Pelayanan
Kebidanan

NAMA MAHASISWA :

SEPTRI FAKHRUDDIANA KARTIKASARI

(215401446068)

PRODI D4 KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS NASIONAL TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat,
karunia serta hidayah-Nya sehingga makahal “Pemantauan Pelayanan Kebidanan
(PWS-KIA) Kohort Ibu, Bayi dan Balita” dapat di selesaikan sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan. Tugas ini disusun sebagai salah satu persayaratan untuk
memenuhi salah tugas mata kuliah Organisasi Manajemen Pelayanan Kebidanan di
Program Studi DIV Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Nasional
Jakarta.
Dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari bimbingan, saran
dan bantuan berupa pengarahan. Maka dalam kesempatan ini penyusun ingin
mengucapkan terimkasih yang sebesar – besarnya kepada Ibu Anni Suciawati S.
SiT, S. H., M. Kes., M. H., selaku dosen pengampu mata kuliah Organisasi
Manajemen Pelayanan Kebidanan di Program Studi DIV Kebidanan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Nasional Jakarta.
Sejuah kemampuan penyusun, penyusun menyadari bahwa dalam penulisan
atau pengerjaan makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini mengingat
terbatasnya kemampuan pengetahuan dan pengalaman yang penyusun miliki, untuk
itu pada kesempatan ini kritik dan saran untuk membangun sangat diharapkan demi
perbaikan dimasa yang akan dating.
Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna, baik bagi
mahasiswa Program Studi DIV Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Nasional Jakarta khususnya dan seluruh mahasiswa kebidanan lainnya.

Jakarta, Januari 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

COVER
Kata Pengantar ............................................................................................. i
Daftar Isi ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan ........................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN
A. PWS KIA ................................................................................... 4
1. Pengertian PWS KIA…………………………………………..4
2. Tujuan PWS KIA………………………………………………4
3. Prinsip Pengelolaan Program KIA……………………………..5
4. Pelayanan Program KIA……………………………………….7
5. Batas dan Indikator Pemantauan……………………………….9
B. Kohort……………………………………………………………..20
1. Pengertian Kohort……………………………………………….20
2. Tujuan…………………………………………………………...20
3. Batasan Dalam Register Kohort Ibu dan Balita………………....21
4. Jenis Register Kohort…………………………………………....23
5. Cara Mengisi Register Kohort…………………………………..23
BAB III LAPORAN PWS KIA
A. Laporan PWS KIA………………………………………………...31
B. Langkah-langkah Pembuatan Grafik KIA………………………...32
BAB IV PERENCANAAN PELAYANAN KEBIDANAN
A. Perencanaan Pelayanan Kebidanan Berdasarkan Kasus Kohort…..35
B. Evaluasi…………………………………………………………....40
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………....41

ii
B. Saran……………………………………………………………….42
Lampiran 1……………………………………………………………………....43
Lampiran 2……………………………………………………………………....44
DARTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud.
Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan peri
kemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian yang adil dan merata serta
penggunaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan,
antara lain ibu, bayi, anak, manusia usia lanjut (manula) dan keluarga
miskin.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025
sudah menempatkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) menjadi indikator derajat kesehatan dan keberhasilan
penyelenggaraan pembangunan Kesehatan. Selanjutnya AKI dan AKB
selalu menjadi target dan sasaran pembangunan kesehatan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN). Pada periode RPJMN V (2020-
2024), program percepatan penurunan kematian ibu ditetapkan menjadi
proyek prioritas strategis (major project) dalam prioritas pembangunan
nasional. Kemudian diperkuat dalam Rancangan Rencana Kerja Pemerintah
(RKP) Tahun 2022 yang menempatkan AKI dan AKB dalam sasaran sistem
kesehatan nasional 2022. Ini menunjukkan bahwa permasalahan kesehatan
ibu dan anak yang ditunjukkan oleh indikator AKI dan AKB masih menjadi
perhatian pemerintah.
Saat ini, tantangan terhadap penurunan AKI dan AKB semakin berat
dengan adanya pandemi COVID-19 pada awal tahun 2020. COVID-19
menyebabkan adanya pembatasan aktivitas masyarakat, sarana transportasi
dan kekhawatiran akan tertular dapat menghambat perempuan dalam
mendapatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak dalam hal akses dan

1
kualitas layanan. Sehingga dikhawatirkan, adanya peningkatan morbiditas
dan mortalitas Ibu dan anak dan penurunan cakupan pelayanan Kesehatan
Ibu dan Anak(KIA), Keluarga Berencana(KB), dan gizi.
AKI merupakan salah satu indikator untuk melihat keberhasilan upaya
kesehatan ibu. AKI adalah rasio kematian ibu selama masa kehamilan,
persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas
atau pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti
kecelakaan atau terjatuh di setiap 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB
menunjukkan banyaknya kematian bayi usia 0 tahun dari setiap 1000
kelahiran hidup pada tahun tertentu atau dapat dikatakan juga sebagai
probabilitas bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun yang
dinyatakan dengan per 1000 kelahiran hidup.
Data menunjukkan tren menurun pada indikator AKI (per 100.000
kelahiran hidup) dari 390 pada tahun 1991 menjadi 230 pada tahun 2020
atau turun -1,80 persen per tahun. Meski mengalami penurunan, AKI masih
belum mencapai target MDGS tahun 2015, yaitu 102 dan SDGs tahun 2030,
yaitu kurang dari 70 per 100.000 kelahiran hidup. Pada indikator AKB, data
menunjukkan tren menurun dari 68 pada tahun 1991 menjadi 24 pada tahun
2017 atau turun -3,93 persen per tahun. Sama halnya dengan AKI, angka
penurunan AKB belum mencapai target MDGs tahun 2015 yaitu 23 dan
target SDGs Tahun 2030 yaitu 12. Di tengah situasi pandemi COVID-19,
angka kematian ibu dan bayi melonjak. Angka kematian ibu meningkat
sebanyak 300 kasus dari 2019 menjadi sekitar 4.400 kematian pada 2020
sedangkan kematian bayi pada 2019 sekitar 26.000 kasus meningkat hampir
40 persen menjadi 44.000 kasus pada 2020.
Dalam upaya meningkatkan penurunan Angka Kematian Ibu dan Anak
Indonesia, system pencatatan dan pelaporan merupakan komponen yang
sangat penting. Selain sebagai alat untuk memantau kesehatan ibu dan bayi,
bayi baru lahir, bayi dan balita juga untuk menilai sejauh mana keberhasilan
program serta sebagai banahn untuk membuat perencanaan di tahun-tahun
berikutnya, dengan melaksanakan berbagi program KIA.

2
Dalam pelaksanaan program KIA aspek penigkatan mutu pelayanan
program KIA tetap diharapkan menjadi kegiatan prioritas di tingkat
kabupaten atau kota. Peningkatan mutu pelayanan program KIA juga dinilai
dari besarnya cakupan program di masing-masing wilayah kerja. Untuk itu,
besarnya cakupan pelayanan KIA di suatu wilayah kerja perlu dipantau
secara terus menerus, agar diperoleh gambaran yang jelas mengenai
kelompok mana dalam wilayan kerja tersebut yang paling rawan.
Selain itu, untuk membantu mengurangi angka kematian dan kesehatan
ibu dan bayi tersebut perlu meningkatkan mutu pelayanan program KIA,
Bidan harus dapat membangun kemitraan yang efektif melaui kerjasama
lintas program, lintas sektor dan mitra lainnya serta dapat bekerjasama
dengan masyarakat. Masyarakt dapat dibuna dengan proses tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksut tentang PWS KIA?
2. Bagaimana konsep PWS KIA?
3. Bagaimana pelaporan PWS KIA?
4. Apa yang dimaksut dengan KOHORT?
5. Bagaimana cara membuat/mengisi Kohort Ibu dan Bayi?
6. Bagaimana membuat perencanaan pelayanan kebidanan berdasarkan
kasus yang didapat dari kohort?
7. Bagaiman melakukan evaluasi dan pembuatan laporan PWS KIA?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksut tentang PWS KIA?
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep PWS KIA?
3. Untuk mengetahui bagaimana pelaporan serta cara membuat grafik
PWS KIA?
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksut dengan KOHORT?
5. Untuk mengetahui bagaimana cara membuat/mengisi Kohort Ibu dan
Bayi?

3
6. Untuk mengetahui bagaimana membuat perencanaan pelayanan
kebidanan berdasarkan kasus yang didapat dari kohort?
7. Untuk mengetahui bagaiman melakukan evaluasi dan pembuatan
laporan PWS KIA?

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. PWS KIA
1. Pengertian PWS KIA
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA)
adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA di
suatu wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak
lanjut yang cepat dan tepat. Program KIA yang dimaksud meliputi:
pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi
kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan
komplikasi, bayi, dan balita. Kegiatan PWS KIA terdiri dari
pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data serta
penyebarluasan informasi ke penyelenggara program dan
pihak/instansi terkait untuk tindak lanjut. Definisi dan kegiatan PWS
tersebut sama dengan definisi Surveilens. Menurut WHO, Surveilens
adalah suatu kegiatan sistematis berkesinambungan, mulai dari
kegiatan mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasikan data
yang untuk selanjutnya dijadikan landasan dalam membuat rencana,
implementasi dan evaluasi suatu kebijakan kesehatan masyarakat.
Oleh karena itu, pelaksanaan surveilens dalam kesehatan ibu dan anak
adalah dengan melaksanakan PWS KIA.
2. Tujuan Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak
(PWS KIA)

a. Tujuan Umum

Terpantaunya cakupan dan mutu pelayanan KIA secara terus-


menerus di setiap wilayah kerja.

5
b. Tujuan Khusus

1) Memantau pelayanan KIA secara Individu melalui Kohort

2) Memantau kemajuan pelayanan KIA dan cakupan indikator


KIA secara teratur (bulanan) dan terus menerus.

3) Menilai kesenjangan pelayanan KIA terhadap standar


pelayanan KIA.

4) Menilai kesenjangan pencapaian cakupan indikator KIA


terhadap target yang ditetapkan.

5) Menentukan sasaran individu dan wilayah prioritas yang akan


ditangani secara intensif berdasarkan besarnya kesenjangan.

6) Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber


daya yang tersedia dan yang potensial untuk digunakan.

7) Meningkatkan peran aparat setempat dalam penggerakan


sasaran dan mobilisasi sumber daya.

8) Meningkatkan peran serta dan kesadaran masyarakat untuk


memanfaatkan pelayanan KIA.
3. Prinsip Pengelolaan Program KIA

Pengelolaan program KIA pada prinsipnya bertujuan memantapkan


dan meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara
efektif dan efisien. Pemantapan pelayanan KIA dewasa ini
diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut:
 Peningkatan pelayanan antenatal sesuai standar bagi seluruh
ibu hamil di semua fasilitas kesehatan.
 Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
kompeten diarahkan ke fasilitas kesehatan.
 Peningkatan pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standar
di semua fasilitas kesehatan.
 Peningkatan pelayanan bagi seluruh neonatus sesuai standar

6
di semua fasilitas kesehatan.
 Peningkatan deteksi dini faktor risiko dan komplikasi
kebidanan dan neonatus oleh tenaga kesehatan maupun
masyarakat.
 Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan
neonatus secara adekuat dan pengamatan secara terus-
menerus oleh tenaga kesehatan.
 Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi sesuai
standar di semua fasilitas kesehatan.
 Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh anak balita
sesuai standar di semua fasilitas kesehatan.
4. Pelayanan Program KIA itu meliputi:

a. Pelayanan Antenatal

Adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama


masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal.
walaupun pelayanan antenatal selengkapnya mencakup banyak
hal yang meliputi anamesa, pemeriksaan fisik (umum dan
kebidanan), pemeriksaan laboratorium atas indikasi, serta
intervensi dasar dan khusus (sesuai resiko yang ada), namun
dalam penerapan operasionalnya dikenal standar minimal “7T”
untuk pelayanan antenatal, yang terdiri atas:
1) Timbang berat badan dan tinggi badan
2) Ukur tekanan darah
3) Ukur tinggi fundus uteri
4) Pemberian imunisasi (Tetanus Toxoid) lengkap, minimal 2
kali pemberian
5) Pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama kehamilan
6) Tes terhadap penyakit menular seksual
7) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.

Untuk menjamin mutu pelayanan ditetapkan frekuensi pelayanan

7
minimal 4 kali, dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Minimal 1 kali pada triwulan I (1-3 bln)
2) Minimal 1 kali pada triwulan II (4-6 bln)
3) Minimal 2 kali pada triwulan III (7-6 bln)

b. Pertolongan Persalinan

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan


persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang kompeten. Pada kenyataan di lapangan, masih terdapat
penolong persalinan yang bukan tenaga kesehatan dan dilakukan
di luar fasilitas pelayanan kesehatan. Tenaga kesehatan yang
berkompeten memberikan pelayanan pertolongan persalinan
adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter dan bidan.

c. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas

Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai


standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh
tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas
diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dan
meningkatkan cakupan KB Pasca Persalinan dengan melakukan
kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan ketentuan
waktu:
1) Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam sampai dengan 3
hari setelah persalinan.
2) Kunjungan nifas ke dua dalam waktu hari ke-4 sampai
dengan hari ke-28 setelah persalinan.

3) Kunjungan nifas ke tiga dalam waktu hari ke-29 sampai


dengan hari ke-42 setelah persalinan.

8
d. Pelayanan Kesehatan Neonatus

Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan


sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang
kompeten kepada neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0
sampai dengan 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan
maupun melalui kunjungan rumah. Pelaksanaan pelayanan
kesehatan neonatus :
1) Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun
waktu 6 48 Jam setelah lahir.
2) Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun
waktu hari ke 3 sampai dengan hari ke 7 setelah lahir.
3) Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun
waktu hari ke 8 sampai dengan hari ke 28 setelah lahir.

e. Deteksi Dini Faktor Risiko Dan Komplikasi Kebidanan Dan


Neonatus Oleh Tenaga Kesehatan Maupun Masyarakat.
Deteksi dini kehamilan dengan faktor risiko adalah kegiatan
yang dilakukan untuk menemukan ibu hamil yang mempunyai
faktor risiko dan komplikasi kebidanan. Kehamilan merupakan
proses reproduksi yang normal , tetapi tetap mempunyai risiko
untuk terjadinya komplikasi. Oleh karenanya deteksi dini oleh
tenaga kesehatan dan masyarakat tentang adanya faktor risiko
dan komplikasi, serta penanganan yang adekuat sedini mungkin,
merupakan kunci keberhasilan dalam penurunan angka kematian
ibu dan bayi yang dilahirkannya.

f. Penanganan Komplikasi Kebidanan

Penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu


dengan komplikasi kebidanan untuk mendapat penanganan
definitive sesuai standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada

9
tingkat pelayanan dasar dan rujukan.

Komplikasi dalam kehamilan dan persalinan tidak selalu dapat


diduga sebelumnya, oleh karenanya semua persalinan harus
ditolong oleh tenaga kesehatan agar komplikasi kebidanan dapat
segera dideteksi dan ditangani. Untuk meningkatkan cakupan
dan kualitas penanganan komplikasi kebidanan maka diperlukan
adanya fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu memberikan
pelayanan obstetri dan neonatal emergensi secara berjenjang
mulai dari polindes/poskesdes, puskesmas mampu PONED
sampai rumah sakit PONEK 24 jam.

g. Pelayanan Neonatus Dengan Komplikasi

Pelayanan Neonatus dengan komplikasi adalah penanganan


neonatus dengan penyakit dan kelainan yang dapat
menyebabkan kesakitan, kecacatan dan kematian oleh
dokter/bidan/perawat terlatih di polindes, puskesmas, puskesmas
PONED, rumah bersalin dan rumah sakit pemerintah/swasta.
Kebijakan Departemen Kesehatan dalam peningkatan akses dan
kualitas penanganan komplikasi neonatus tersebut antara lain
penyediaan puskesmas mampu PONED dengan target setiap
kabupaten/kota harus mempunyai minimal 4 (empat) puskesmas
mampu PONED. Untuk mendukung puskesmas mampu PONED
ini, diharapkan RSU Kabupaten/Kota mampu melaksanakan
pelayanan obstetri dan neonatal emergensi komprehensif
(PONEK) yang siap selama 24 jam. Dalam PONEK, RSU harus
mampu melakukan pelayanan emergensi dasar dan pelayanan
operasi seksio sesaria, perawatan neonatus level II serta transfusi
darah.

10
h. Pelayanan Kesehatan Bayi

Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai


standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi
sedikitnya 4 kali, selama periode 29 hari sampai dengan 11 bulan
setelah lahir. Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan
akses bayi terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui
sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi sehingga cepat
mendapat pertolongan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit melalui pemantauan pertumbuhan, imunisasi, serta
peningkatan kualitas hidup bayi dengan stimulasi tumbuh
kembang.

i. Pelayanan Kesehatan Bayi

Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai


standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi
sedikitnya 4 kali, selama periode 29 hari sampai dengan 11 bulan
setelah lahir. Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan
akses bayi terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui
sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi sehingga cepat
mendapat pertolongan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit melalui pemantauan pertumbuhan, imunisasi, serta
peningkatan kualitas hidup bayi dengan stimulasi tumbuh
kembang.

j. Pelayanan KB Berkualitas

Pelayanan KB berkualitas adalah pelayanan KB sesuai standar


dengan menghormati hak individu dalam merencanakan
kehamilan sehingga diharapkan dapat berkontribusi dalam
menurunkan angka kematian Ibu dan menurunkan tingkat
fertilitas (kesuburan) bagi pasangan yang telah cukup memiliki

11
anak (2 anak lebih baik). Pelayanan KB bertujuan untuk
menunda (merencanakan) kehamilan.
5. Batasan Dan Indikator Pemantauan
a. Batasan

1) Pelayanan Antenatal

Pelayanan antenatal adalah : pelayanan kesehatan oleh tenaga


kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, yang
dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang
telah ditetapkan.

2) Penjaringan (Deteksi) Dini Kehamilan Berisiko

Kegiatan ini bertujuan untuk menemukan ibu hamil


berisiko/komplikasi, yang dapat dilakukan oleh kader, dukun
bayi dan tenaga kesehatan
3) Kunjungan Ibu Hamil
Yang dimaksud kunjungan ibu hamil disini adalah kontak ibu
hamil dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan pelayanan
antenatal sesuai standar yang ditetapkan. Istilah “kunjungan”
disini tidak mengandung arti bahwa ibu hamil yang
berkunjung ke fasilitas pelayanan, tetapi setiap kontak tenaga
kesehatan (di posyandu, pondok bersalin desa, kunjungan
rumah) dengan ibu hamil untuk memberikan pelayanan
antenatal sesuai standar dapat dianggap sebagai kunjungan ibu
hamil.
 Kunjungan Baru Ibu Hamil (K1)

Adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali masa


kehamilan.

 K4

Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan


yang keempat (atau lebih), untuk mendapatkan

12
pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan,
dengan syarat :
 Minimal satu kali kontak pada triwulan I.

 Minimal satu kali kontak pada triwulan II

 Minimal dua kali kontak pada triwulan III


 Kunjungan Neonatal (KN)

Adalah kontak neonatal dengan tenaga kesehatan


minimal 2 kali untuk mendapatkan pelayanan dan
pemeriksaan kesehatan neonatal, baik didalam
maupun diluar gedung puskesmas (termasuk bidan di
desa, polindes, dan kunjungan rumah) dengan
ketentua
- Kunjungan pertama : 1 – 7

- Kunjungan kedua : 8 – 28 hari

- Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan


bukan merupakan kunjungan neonatal.
 Kunjungan Ibu Nifas.

Adalah kontak ibu nifas dengan tenaga kesehatan


minimal 3 kali untuk mendapatkan pelayanan dan
pemeriksaan kesehatan ibu nifas, baik didalam
maupun diluar gedung puskesmas (termasuk bidan di
desa, polindes, dan kunjungan rumah) dengan
ketentuan :
- Kunjungan pertama : 1 – 7 hari

- Kunjungan kedua : 8 – 28 hari

- Kunjungan ketiga : 29 – 42 hari

 Sasaran Ibu Hamil

Sasaran ibu hamil adalah jumlah ibu hamil di suatu

13
wilayah dalam kurun waktu satu tahun.
 Ibu Hamil Berisiko

Adalah ibu hamil yang mempunyai faktor risiko dan


risiko tinggi

b. Indikator Pemantauan

Ditetapkan 6 indikator dalam PWS-KIA yaitu:

 Akses pelayanan antenatal (cakupan I)

Merupakan alat untuk mengetahui jangkauan pelayanan


antenatal serta kemampuan program dalam menggerakkan
masyarakat.
DENGAN RUMUS:

Jumlah kunjungan baru ibu hamil (KI) X 100 %

Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun

 Cakupan ibu hamil (cakupan K4)

Menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil disuatu


wilayah serta menggambarkan kemampuan manajemen atau
kelangsungan program KIA.

DENGAN RUMUS:

Jumlah kunjungan ibu hamil (cakupan K4) X 100%

Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun

 Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan

Merupakan alat untuk memperkirakan proporsi persalinan


yang ditangani oleh tenaga kesehatan yang menggambarkan
kemampuan manajemen program KIA dalam pertolongan
persalinan secara professional.

14
DENGAN RUMUS:

Jumlah persalinan oleh tenaga kesehatan X 100%

Jumlah sasaran persalinan dalam 1 tahun

 Deteksi ibu hamil beresiko oleh tenaga kesehatan


Merupakan alat untuk mengukur besarnya masalah yang dihadapi
oleh program KIA yang harus ditindak lanjuti dan diintervensi
secara intensif.
DENGAN RUMUS:
Jumlah ibu hamil beresiko X 100%

Jumlah sasaran bumil dalam satu tahun

 Detaksi ibu hamil beresiko oleh masyarakat.

Merupakan alat untuk mengukur tingkat kemampuan dan peran


serta masyarakat dalam melakukan deteksi ibu hamil beresiko di
suatu wilayah.

DENGAN RUMUS:
Jmlh bumil yang dirujuk oleh kader
ke peskesmas/nakes X 100%

Jumlah sasaran bumil dalam 1 tahun

 Cakupan pelayanan neonatal oleh tenaga kesehatan

Untuk mengetahui jangkauan layanan kesehatan neonatal


serta kemampuan program dalam menggerakan masyarakat
melakukan layanan kesehatan neonatal.

DENGAN RUMUS:

Jumlah kunjungan baru bayi usia < 1 bulan yang

15
mendapatkan layanan kesehatan oleh nakes X 100%

Jumlah sasaran bayi dalam 1 tahun

Dalam PWS-KIA 6 indikatornya disebut sebagai “Indikator


Pemantauan Teknis” Untuk KI dan K4 disebut sebagai
“Indikator Pemantauan Non Teknis”. Kedua inikator ini
digunakan sebagai alat motivasi dan komunikasi dengan lintas
terkait dalam menyampaikan kemajuan maupun permasalahan
operasional KIA di suatu wilayah.kedua indicator ini disajikan
setiap bulan dalam rakor, untuk menyampaikan desa (RW)
mana yang maju atau yang masih kurang dari target.
JIKA: pencapaian KI kurang dari 80% dan pencapaian K4
kurang dari 70% Menunjukan:
1. Managemen program KIA belum optimal
2. Petugas bersifat pasif
3. Upaya KIEnya belum memadai

c. Pengumpulan, Pencatatan, Pengolahan Data dan Pembuatan


Grafik KIA

1) Pengumpulan Data

Pengumpulan dan pengelolaan data merupakan kegiatan


pokok dari PWS KIA. Data yang dicatat per desa/kelurahan
dan kemudian dikumpulkan di tingkat puskesmas akan
dilaporkan sesuai jenjang administrasi. Data yang diperlukan
dalam PWS KIA adalah Data Sasaran dan Data Pelayanan.
Data sasaran berasal dari perkiraan jumlah sasaran (proyeksi)
yang dihitung berdasarkan rumus yang diuraikan diatas.
Berdasarkan data tersebut, Bidan di Desa bersama dukun
bersalin/bayi dan kader melakukan pendataan dan pencatatan

16
sasaran di wilayah kerjanya. Data pelayanan pada umumnya
berasal dari :
- Register kohort ibu
- Register kohort bayi
- Register kohort anak balita
- Register kohort KB

2) Pencatatan Data

- Data Sasaran

Data sasaran diperoleh sejak saat Bidan memulai


pekerjaan di desa/kelurahan. Data sasaran dari para
kader dan dukun bayi yang melakukan pendataan ibu
hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, bayi dan anak
balita dimana sasaran tersebut diberikan buku KIA dan
bagi ibu hamil dipasang stiker P4K di depan rumahnya.
- Data Pelayanan

Bidan di desa/kelurahan mencatat semua detail


pelayanan KIA di dalam kartu ibu, kohort Ibu, kartu
bayi, kohort bayi, kohort anak balita, kohort KB, dan
buku KIA. Pencatatan tersebut diperlukan untuk
memantau secara intensif dan terus menerus kondisi dan
permasalahan yang ditemukan pada para ibu, bayi dan
anak di desa/kelurahan tersebut.
- Pengolahan Data

Setiap bulan Bidan di desa mengolah data yang


tercantum dalam buku kohort dan dijadikan sebagai
bahan laporan bulanan KIA. Bidan Koordinator di
Puskesmas menerima laporan bulanan tersebut dari
semua laporan dan informasi kemajuan pelayanan KIA
bulanan yang disebut PWS KIA.

17
3) Pembuatan Grafik PWS KIA

PWS KIA disajikan dalam bentuk grafik dari tiap indikator


yang dipakai, yang juga menggambarkan pencapaian tiap
desa/kelurahan dalam tiap bulan.
d. Pelembagaan PWS KIA
Pelembagaan PWS KIA adalah pemanfaatan PWS KIA secara
teratur dan terus menerus pada semua siklus pengambilan
keputusan untuk memantau penyelenggaraan program KIA, di
semua tingkatan administrasi pemerintah, baik yang bersifat teknis
program maupun yang bersifat koordinatif nonteknis dan lintas
sektoral. Sesuai PP No. 34 th 2004 tentang Otonomi Daerah
diharapkan Pelembagaan PWS KIA dilakukan mulai tingkat desa,
kabupaten/kotaehingga PWS KIA dapat dijadikan bahan masukan
musrenbang desa dan kabupaten/kota.
e. Pelaksanaan PWS KIA

1) Sosialisasi

Fokus pertemuan untuk sosialisasi tentang PWS KIA,


menyepakati peran lintas sektor dalam PWS KIA dan
menyusun mekanisme pemantauan kegiatan.

2) Fasilitasi

Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan bantuan teknis


berupa kunjungan ke lapangan atau pertemuan.
3) Evaluasi /Tindak lanjut
Kegiatan ini bertujuan untuk menilai kemajuan cakupan
program KIA dan merencanakan kegiatan tindak lanjut.

f. Pemantauan dan Pelaporan


Pemantauan kegiatan PWS KIA dapat dilakukan melalui laporan
kegiatan PWS KIA bulanan dengan melihat kelengkapan data

18
PWS KIA berikut dengan :
Hasil analisis indikator PWS KIA, antara lain :

- grafik hasil cakupan, hasil penelusuran dll

- Rencana tindak lanjut berupa jadwal rencana kegiatan.

- Pelaksanaan PWS KIA yang dilaporkan dimasing masing


tingkatan adalah :

- Di tingkat Desa untuk dilaporkan ke Puskesmas setiap bulan.

- Di tingkat puskesmas untuk dilaporkan ke Dinas Kesehatan


kabupaten/kota setiap bulan.
- Di tingkat kabupaten/propinsi untuk dilaporkan ke Dinas
Kesehatan.

19
B. KOHORT
1. Pengertian Kohort
Kohort berasal dari kata cohort yang artinya suatu proses
pengamatan prospektif, survey prospektif terhadap suatu subjek
maupun objek yang mempelajari dinamika korelasi antara suatu subjek
dengan objek melalui pendekatan longitudinal ke depan atau propektif.
Sifat kohort sendiri adalah unggul karena dapat menilai
komparabilitas antara proses pre dan post, continue atau menilai dari
waktu ke waktu, tidak terputus, ada keseragaman observasi dari
waktu ke waktu dengan batasan perlu waktu, cermat, sarana dan
ketelitian pengelolaan, jika ada subjek DO bisa dilihat serta kohort
diisi oleh tenaga kesehatan (bidan), SIPP; diisi oleh kader (Sumarah,
2007). Sedangkan pada pemantauan pelayanan kebidanan register
kohort adalah sumber data pelayanan ibu hamil, ibu nifas, neonatal,
bayi dan balita. Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA merupakan
upaya memfasilitasi masyarakat untuk membangun sistem kesiagaan
masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari aspek
non klinis terkait kehamilan dan persalinan (Syafrudin, 2007).
Dalam salah satu upaya untuk kesehatan ibu dan anak
maka setiap ibu hamil di suatu daerah dicatat agar resiko – resiko yang
dapat terjadi dapat dideteksi lebih dini lagi yang disebut register
kohort yang merupakan sumber data pelayanan ibu hamil, ibu nifas,
neonatal, bayi dan balita (Safrudin & Hamidah (2007).
2. Tujuan

a. Umum

Untuk mengidentifikasi masalah kesehatan ibu dan neonatal


yang terdeteksi rumah tangga yang teridentifikasi dari data
bidan.
b. Khusus

- Pemberdayaan masyarakat di bidang KIA yang merupakan

20
kegiatan untuk memfasilitasi masyarakat membangun situasi
gawat darurat.
- Upaya untuk kesehatan anak
3. Batasan Dalam Register Kohort Ibu dan Balita

Dalam penerapan register kohort ibu dan balita, batasan ini dipakai
sebagai batasan operasional dan indikator pemantauan seperti
diuraikan berikut ini.
a. Pelayanan antenatal. Pelayanan antenatal adalah pelayanan
kesehatan oleh tenaga profesional untuk ibu selama masa
kehamilannya, yang dilaksanakan sesuai dengan standar
pelayanan antenatal yang di tetapkan.
b. Penjaringan (deteksi) dini kehaamilan beresiko. Kegiatan ini
bertujuan menemukan ibu hamil berisiko, yang dapat dilakukan
oleh kader, dukun bayi, dan tenaga kesehatan.
c. Kunjungan ibu hamil, maksudnya adalah kontak ibu
hamildengan tenaga profesional untuk mendapatkan pelayanana
antenatal sesuai standar yang diterapkan.
d. Kunjungan baru ibu hamil (K1), maksudnya adalah kunjungan
pertama kaliibu hamil pada masa kehamilan

e. Kunjungan ulang, maksudnya adalah kontak ibu hamil dengan


tenaga profesional yang kedua dan seterusnya untuk
mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar selama satu
periode kehamilan berlangsung.
f. K4, maksudnya adalah kontak ibu hamil dengan tenaga
profesional yang keempat atau lebih. Untuk mendapatkan
pelayanan sesuai standar yang diterapkan, syaratnya minimal
melakukan satu kali kontak pada triwulan I, minimal satu kali
kontak pada triwulan II, dan minimal dua kali pada triwulan ke
III.
g. Cakupan KI, maksudnya adalah persentaseibu hamil disuatu

21
wilayah, dalam kurun waktu tertentu, yang pernah mendapatkan
pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit satu kali selama
kehamilan.
h. Cakupan ibu kehamilan (cakupan K4), maksudnya adalah
persentase ibu hamil di suatu wilayah, dalam kurun waktu
tertentu, yang mendapatkan pelayanan antenatalsesuai dengan
standar paling sedikit emapat kali, dengan distribusi pemberian
pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali
pada triwulan ke dua, dua kali pada triwulan ke tiga.
i. Sasaran ibu hamil. Sasaran ibu hamil adalah semua ibu hamil di
suatu wilayah dalam kurun waktu satu tahun.
j. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan,
maksudnya adalah persentase ibu bersalin di suatu wilayah
dalam kurun waktu tertentu yang di tolong persalinannya oleh
tenaga profesional.
k. Cakupan penjaringan ibu hamil beresiko oleh masyarakat,
maksudnya adalah persentase ibu hamil beresiko yng di temukan
oleh kader dan dukun bayi, yang kemudian dirujuk ke
puskesmas/tenaga profesional dalam kurun waktu tertentu.
l. Cakupan penjaringan ibu hamil berersiko oleh tenaga kesehatan,
maksudnya adalah persentase ibu yamil yang beresiko yang
ditemukan oleh tenaga profesional, yang di tindaklanjuti
(dipantau secara intensif dan di tangani sesuai dengan
kewenangan dan /dirujuk ketingkat pelayanan yang lebbih tinggi)
dalam kurun waktu tertentu.
m. Ibu hamil beresiko, maksudnya adalah ibu hamil yang
mempunyaifaktor resiko dan resiko tinggi kecuali ibu hamil
normal.

22
n. Cakupan pelayanan neonatus (cakupan K1 neonatus),
maksudnya adalah persenatse bayi pada usia neonatus (kurang
dari satu bulan) yang memperoleh pelayanan kesehatan minimal
satu kali dari tenaga profesional dalam kurun waktu tertentu.
4. Jenis Register Kohort
a. Register Kohort Ibu
Register kohort ibu merupakan sumber data pelayanan ibu hamil
dan bersalin, serta keadaan/resiko yang dipunyai ibu yang di
organisir sedemikian rupa yang pengkoleksiaannya melibatkan
kader dan dukun bayi diwilayahnya setiap bulan yang mana
informasi pada saat ini lebih difokuskan pada kesehatar ibu dan
bayi baru lahir tanpa adanya duplikasi informasi.
b. Register Kohort Bayi
Merupakan sumber data pelayanan kesehatan bayi, termasuk
neonatal.

c. Register Kohort Balita

Merupakan sumber data pelayanan kesehatan balita, umur 12


bulan sampai dengan 5 tahun.

Pendataan suatu masyarakat yang baik bilamana dilakukan oleh


komponen yang merupakan bagian dari komunitas masyarakat
bersangkutan, karena merekalah yang paling dekat dan mengetahui
situasi serta keadaan dari masyarakat tersebut. Sumber daya
masyarakat itu adaIah Kader dan dukun bayi serta Tokoh
masyarakat.
5. Cara Mengisi Register Kohort

a. Cara Pengisian
Pada Kohort Ibu
Kolom :
1) Diisi nomer urut

23
2) Diisi nomer indeks dari famili folder

3) Diisi nama ibu hamil

4) Diisi nama suami ibu hamilDiisi alamat ibu hamil

5) Diisi umur ibu hamil yang sebenarnya dengan angka, misalnya


umur 23 tahun diisikan dikolom 7

6) Diisi umur kehamilan pada kunjungan pertama dengan angka


misalnya 20mg diisi pada kolom 10

7) Diisi jumlah kehamilan yang pernah dialami

8) Ibu yang bersangkutan misalnya kehamilan Ke 4 didisikan


angka 4 pada kolom 1

9) Diisi tanda (V) bila jarak kehamilan kurang 2 tahun atau lebih
2 tahun

10) Diisikan tanggal ditemukan dengan BB £45kg pd trimester III

11) Diisi tanda (V) bila TB ibu kurang 145cm

12) Diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan Hb kurang 8gr%

13) Diisi tanggal ditemukan ibu hamil dangn tensi lebih 160/95
mmhg

14) Diisi tanggal ditemukan ibu hamil degan resiko oleh :

NK = non kesehatan, K = Kesehatan

15) Diisi kode pengisian sbb :

0 = diisi K1

# = untuk K4
* = untuk PN

+ = untuk kematian ibu

F1, F2, F3 = untuk pemberian tablet Fe

24
I = untuk pemberian lodium
A = untuk pemberian Vit.A

T1, T2, TU = untuk pemberian TT

16) Diisi tanda (V) sesuai penolong


persalinan :

TK - tenaga kesehatan
DT - dukun terlatih

DTT - dukun tidak terlatih

LM - lahir mati

LH - lahir hidup bila BB < 2500 gr

LH - lahir hidup bila BB > 2500 gr

17) Diisi tanda lidi setiap kali kunjungan, selama masa nifas
(diharapkan 2x kunjungan)

18) Diisi tanda lidi setiap kali kunjungan, selama periode pasca –
nifas sampai 2 tahun (diharapkan min 4x kunjungan selama 1
tahun)

19) Diisi hal lain yang dianggap penting untuk ibu hamil yang
bersangkutan

20) Ditulis kode I untuk pemberian lodium pada ibu nifas


didaerah endemis.

21) Keterangan lainnya

25
6. Cara Pengisian Pada Kohort Bayi
Tuliskan nama Desa, Kelurahan, Puskesmas, Kecamatan,
Kabupaten/Kota, Provinsi dan petugas kesehatan pada sampul kohort
bayi. Isilah data bayi perempuan dengan tulisan tinta merah dan bayi laki-
laki dengan tinta hitam (S - D KOLOM 2 YG MERAH)
1 : Diisi nomor urut
2 : Diisi nama bayi dengan lengkap dan nama orang tua
3 : Diisi alamat Rt/Rw
4 : Diisi Gakin / Non Gakin
5 : Diisi tanggal, bulan dan tahun lahir bayi
Diisi sesuai jenis kelamin bayi, tulis L untuk laki-laki dan P
6 : untuk perempuan
7 : Diisi berat badan lahir (gram), jika <2.500 gram tulis BBLR
Diisi panjang lahir ( cm ), jika < 48 cm ditulis Pendek
diberi tanda rumput bila punya Buku KIA (√) atau
8 : dikosongkan bila tidak punya Buku KIA.
diberi tanda rumput bila dilakukan IMD (√) atau
9 : dikosongkan bila tidak dilakukan IMD
10 : diberi tanda rumput bila diberikan Vit K
diberi tanda rumput bila diberikan Salf Mata
11 : - diisi kode tempat pelayanan
- diisi kondisi saat lahir : klasifikasi/diagnosis jika lahir
dengan komplikasi (asfiksia, trauma lahir, infeksi, kelainan
kongenital, hipotermi, dll)
12- C.
: Diisi (+) jika meninggal
14 D. Diisi tanggal dan bulan pelayanan
E. Diisi kode tempat pelayanan
F. P = Puskesmas/Pustu

26
Pd : Polindes
KR : Kunjungan rumah
UPS : Unit Pelayanan Swasta (dokter praktik mandirti, Bidan
Praktik Mandiri, Klinik, dll)
RS : Rumah sakit
- diisi tanda bintang (*) jika sehat,
- Diisi M Jika anak sakit dan mendapatkan pelayanan
MTBS/MTBM dan Klasifikasi penyakitnya
- Diisi S Jika anak sakit dan tidak mendapatkan pelayanan
MTBS
- diisi tanda tambah (+) jika meninggal
- Diisi SHK + jika dilakukan pemeriksaan SHK dan hasil
skrining positif

- Diisi SHK - jika dilakukan pemeriksaan SHK dan hasil


skrining Negatif
- HK + bila hasil tes konfirmasi positif
- HK -bila hasil tes konfirmasi positif
: LT bila Bayi diberi pengobatan Levo-Tiroksin

16- diberi garis tebal sebagai pembatas untuk umur 3 bl, 6 bl, 9
39 : bl, dan 12 bl
Umur : Diisi Umur Bayi dalam Bulan
BB/TB : Diisi Berat Badan (Kg) dan Tinggi Badan (Cm)
St Gizi : Diisi Kode Status Gizi

N : Jika berat badan naik


sesuai garis pertumbuhan
T : Jika tidak naik berat
badannya, tetap atau
kenaikan berat badannya

27
tidak dapat mengikuti
garis pertumbuhan
O : Jika tidak ditimbang
pada bulan lalu
B : Jika baru pertama kali
ditimbang

Status Gizi (menurut Standar WHO


2005) diisi pada kolom saat jadual
SDIDTK:
Ks : Kurus Sekali
K : Kurus
Nr : Normal
G : Gemuk
DDTK : Diisi Kode hasil peyananan SDIDTK
Ds : Hasil SDIDTK sesuai
Dm : Hasil SDIDTK meragukan
Dp : HasilSDIDTK ditemukan
menyimpang

: Jika mendapat
Ds
pelayanan SDIDTK 1
Kali (sesuaikan dengan
hasil SDIDTK
Ds/Dm/Dp)
: Jika sudah 4 kali
Dm
mendapatkan pelayanan
SDIDTK ( sesuaikan
dengan hasil SDIDTK
Ds/Dm/Dp)

28
: Jika anak berkunjung
MTBM sehat
: Jika anak sakit dan
mendapatkan pelayanan
M MTBS
: Jika anak sakit dan tidak
mendapatkan pelayanan
S MTBS
: Anak yang diberi
ARV pengobatan ARV
: Pengobatan Profilaksis
Kotrimoksazol dimulai
saat usia 6 minggu setiap
hari sampai usia 12 bulan
atau sampai diagnosis
PPK dapat disingkirkan
: Bila hasil pemeriksaan
Early Infant Diagnosis
EID + (EID) positif
(Bayi dengan EID +
diberi pengobatan
kotrimoksaxol sampai
umur 5 tahun dan ARV
seumur hidup. Pencatatan
dilanjutkan di kohort
anak balita dan
prasekolah dengan kode
ARV dan PPK)

: pemberian MP-ASI
MP-ASI pertama kali

29
Ì Bila bayi meninggal
: Jika anak sudah lulus bayi, pindah
domisili, atau meninggal pada
kolom selanjutnya diberi garis
---------- mendatar sampai kolom 37
40-
45 : Diisi tanggal, bulan dan tahun diberikan pelayanan
46 : Pemberian ASI Eksklusif sesuai dengan umur bayi
E1 : Bila Bayi mendapat ASI Eksklusif s.d Umur 1 Bulan
E2 : Bila Bayi mendapat ASI Eksklusif s.d Umur 2 Bulan
E3 : Bila Bayi mendapat ASI Eksklusif s.d Umur 3 Bulan
E4 : Bila Bayi mendapat ASI Eksklusif s.d Umur 4 Bulan
E5 : Bila Bayi mendapat ASI Eksklusif s.d Umur 5 Bulan
E6 : Bila Bayi mendapat ASI Eksklusif s.d Umur 6 Bulan
47 : Diisi tanggal, bulan dan tahun Pelayanan
48 : Diisi tanggal, bulan dan tahun kematian, tempat kematian
49 : Diisi Penyebab kematian
50 : - Diisi keterangan baru atau pindah domisili, dll
- Diisi keterangan lainnya yang diperlukan

30
BAB III

LAPORAN PWS KIA

A. LAPORAN PWS KIA


PWS KIA disajikan dalam bentuk grafik dari tiap indikator yang
dipakai, yang juga menggambarkan pencapaian tiap desa/kelurahan dalam
tiap bulan. Dengan demikian tiap bulannya dibuat 13 grafik, yaitu :
1. Grafik cakupan kunjungan antenatal ke-1 (K1).
2. Grafik cakupan kunjungan antenatal ke-4 (K4).
3. Grafik cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn).
4. Grafik cakupan kunjungan nifas (KF).
5. Grafik deteksi faktor risiko/komplikasi oleh masyarakat.
6. Grafik penanganan komplikasi obsetrik (PK).
7. Grafik cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1).
8. Grafik cakupan kunjungan neonatal lengkap (KNL).
9. Grafik penanganan komplikasi neonatal (NK).
10. Grafik cakupan kunjungan bayi (KBy).
11. Grafik cakupan pelayanan anak balita (KBal).
12. Grafik cakupan pelayanan anak balita sakit (BS).
13. Grafik cakupan pelayanan KB (CPR).
Semuanya itu dipakai untuk alat pemantauan program KIA,
sedangkan grafik cakupan K4, PN, KF/KN, PK, NK, KBy, KBal dan grafik
cakupan pelayanan KB (CPR) seperti telah diuraikan dalam Bab III, dapat
dimanfaatkan juga untuk alat advokasi dan komunikasi lintas sektor.
Di bawah ini dijabarkan cara membuat grafik PWS KIA untuk
tingkat puskesmas, yang dilakukan tiap bulan, untuk semua desa/kelurahan.
Bagi bidan di desa akan sangat penting apabila dapat membuat grafik cakupan
dari PWS KIA diatas di tingkat Poskesdes/Polindes yang diupdate setiap

31
bulannya. Sedangkan untuk puskesmas, penyajian ke 13 cakupan dalam
bentuk grafik maupun angka akan sangat berguna untuk keperluan analisa
PWS lebih lanjut.

B. Langkah-langkah pokok dalam pembuatan grafik PWS KIA :


1. Penyiapan data
Data yang diperlukan untuk membuat grafik dari tiap indikator diperoleh
dari catatan kartu ibu, buku KIA, register kohort ibu, kartu bayi, kohort
bayi serta kohort anak balita per desa/kelurahan, catatan posyandu,
laporan dari perawat/bidan/dokter praktik swasta, rumah sakit bersalin
dan sebagainya.
 Untuk grafik antar wilayah, data yang diperlukan adalah : Data
cakupan per desa/kelurahan dalam kurun waktu yang sama
Misalnya : untuk membuat grafik cakupan K4 bulan Juni di wilayah kerja
Puskesmas X, maka diperlukan data cakupan K4 desa/kelurahan A,
desa/kelurahan B, desa/kelurahan C, dst pada bulan Juni.
 Untuk grafik antar waktu, data yang perlu disiapkan adalah : Data
cakupan per bulan
 Untuk grafik antar variabel diperlukan data variabel yang mempunyai
korelasi misalnya : K1, K4 dan Pn
2. Penggambaran Grafik

Langkah – langkah yang dilakukan dalam menggambarkan grafik PWS KIA


(dengan menggunakan contoh indikator cakupan K1) adalah sebagai berikut :
1. Menentukan target rata – rata per bulan untuk menggambarkan skala pada
garis vertikal (sumbu Y).

Misalnya : target cakupan ibu hamil baru (cakupan K1) dalam 1 tahun
ditentukan 90 % (garis a), maka sasaran rata – rata setiap bulan adalah

90 % x 100
12 bulan

32
Dengan demikian, maka sasaran pencapaian kumulatif sampai dengan
bulan Juni adalah (6 x 7,5 %) = 45,0% (garis b).
2. Hasil perhitungan pencapaian kumulatif cakupan K1 per desa/kelurahan
sampai dengan bulan Juni dimasukkan ke dalam jalur % kumulatif secara
berurutan sesuai peringkat. Pencapaian tertinggi di sebelah kiri dan
terendah di sebelah kanan, sedangkan pencapaian untuk puskesmas
dimasukkan ke dalam kolom terakhir (lihat contoh grafik).
3. Nama desa/kelurahan bersangkutan dituliskan pada lajur desa/kelurahan
(sumbu X), sesuai dengan cakupan kumulatif masing-masing
desa/kelurahan yang dituliskan pada butir b diatas.
4. Hasil perhitungan pencapaian pada bulan ini (Juni) dan bulan lalu (Mei)
untuk tiap desa/kelurahan dimasukkan ke dalam lajur masing-masing.
5. Gambar anak panah dipergunakan untuk mengisi lajur tren. Bila
pencapaian cakupan bulan ini lebih besar dari bulan lalu, maka digambar
anak panah yang menunjuk ke atas. Sebaliknya, untuk cakupan bulan ini
yang lebih rendah dari cakupan bulan lalu, digambarkan anak panah yang
menunjukkan kebawah, sedangkan untuk cakupan yang tetap / sama
gambarkan dengan tanda (-).

33
Berikut ini adalah contoh grafik PWS KIA hasil perhitungan tersebut di atas.

Cara perhitungan untuk keduabelas indikator yang lainnya sama dengan


perhitungan seperti contoh diatas.

34
BAB IV

PERENCANAAN PELAYANAN KEBIDANAN

A. Perencanaan Pelayanan Kebidanan Berdasarkan Kasus Kohort


1) Profil Kecamatan Loano
Kecamatan Loano yang berada di Kabupaten Purworejo, Provinsi
Jawa Tengah berasal dari cerita yang dikenal dengan kitab kuno yang
berjudul "Babad Tanah Loano". Pada sekitar abad ke-13 Masehi telah
berdiri kadipaten Loano. Nama Loano ini bermula dari kisah perjalanan
Ki Betoro Loano yang mengembara hingga sampai ke pinggir Kali
Bogowonto. Alkisah "Babad Tanah Loano" menjadi sering membumi bagi
masyarakat Loano. Letak geografi Kecamatan Loano, yaitu:

 Sebelah Utara berbatasan dengan : Kecamatan Bener

 Sebelah selatan berbatasan dengan : Kecamatan Purworejo

 Sebelah Barat berbatasan dengan : Kecamatan Gebang

 Sebelah Timur berbatasan dengan : Kecamatan Samigaluh

Kecamatan Loano terdapat 21 Desa dan memiliki dua Puskesmas


yaitu Puskesmas Maron dan Puskesmas Banyuasin. Jumlah penduduk desa
binaan Puskesmas Maron di Kecamatan Loano pada tahun 2021 adalah
sebanyak 305.142 jiwa dengan luas wilayah 53 km2. Puskesmas Maron
adalah Puskesmas yang pertama kali berdiri di Kecamatan Loano,
Puskesmas Maron memegang 11 wilayah desa yang meliputi Desa Maron,
Desa Jetis, Desa, Desa loano, Desa Kalinongko, Desa Trirejo, Desa
Karangrejo, Desa Kalisemo, Desa Mudalrejo, Desa Kebongunung, Desa
Kedungpoh dan Desa Kalikalong.
Sedangkan Puskesmas Banyuasin merupakan puskesmas kedua di
Kecamatan Loano dan memegang 10 wilayah desa yang meliputi, Desa
Banyuasin Kembaran, Desa Banyuasin Separe, Desa Guyangan, Desa

35
Kaliglagah, Desa Kemejing, Desa Ngargosari, Desa Rimun, Desa Sedayu,
Desa Tepansari dan terakhir Desa Tridadi.

2) Data Sasaran

DATA SASARAN IBU HAMIL DAN BAYI


UPT PUSKESMAS MARON, LOANO TAHUN 2021
350000
300000
250000
200000
150000
100000
50000
0

Jumlah penduduk Sasaran Bayi Sasaran Ibu Hamil

Tabel 1

Puskesmas Maron Loano, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah memegang


11 Desa dengan data sasaran keseluruhan ibu hamil dan bayi wilayah UPT
Puskemas Maron, Loano pada tahun 2021 yaitu data sasaran ibu hamil
sebanyak 3.497 orang serta data sasaran bayi adalah 3.244 bayi.

36
3) Contoh Kasus Kohort Ibu

DATA SASARAN BUMIL K1 MURNI, K1 AKSES, K1 TOTAL


UPT PUSKESMAS MARON, LOANO TAHUN 2021
300
200
100
0

Sasaran Ibu Hamil K1 Murni Bulan ini K1 Murni Kom K1 Murni %


K1 Akses Bulan ini K1 Akses Kom K1 Akses % K1 Total Bulan ini
K1 Total Kom K1 Total %

Table 2

DATA SASARAN IBU HAMIL K4 UPT PUSKESMAS


MARON, LOANO TAHUN 2021
300
250
200
150
100
50
0

Sasaran Ibu Hamil K 4 Bulan ini K 4 Kom K4%

Table 3

37
DATA SASARAN IBU HAMIL K6 UPT PUSKESMAS
MARON, LOANO TAHUN 2021
300
250
200
150
100
50
0

Sasaran Ibu Hamil K6 Bulan ini K6 Kom K6 %

Table 4

Pada kunjungan K1 ibu hamil di wilayah kerja UPT Puskesmas


Maron, Loano ditemukan terdapat satu orang ibu hamil dengan K1 akses
pada bulan Juni 2021. Hal ini di karenakan ibu hamil tersebut tidak pernah
melakukan pemeriksaan ANC selama hamil, Kehamilannya dirahasiakan
dan memang belum terdata, ibu hamil tersebut berasal dari Desa Kalisemo.
Bidan Desa tidak mengetahui bahwa di Desanya ada ibu hamil tersebut,
petugas mengetahu bahwa ada ibu hamil trsebut ketika yang bersangkutan
(pasien) datang ke puskesmas dengan keluhan akan melahirkan.

Pada tahun 2021 kendala petugas/Bidan Desa di wilayah kerja


UPT Puskesmas Maron, Loano dalam mengisi kohort dikarenakan di
temukan ibu hamil dengan K1 Akses tersebut, untuk menghindari
terjadinya hal yang sama pada tahun - tahun berikutnya selanjutnya akan
dilakukan tindaklanjut yaitu :

1) Meningkatkan kerjasama dengan kader kesehatan serta tokoh


masyarakat di setiap desa untuk mendapatkan data dan informasi
mengenai ibu hamil di desa tersebut tanpa terlewatkan

2) Melakukan kunjungan rumah bersama kader

38
Dalam kebidanan komunitas, bidan harus dapat bekerjasama
dengan mitra dan masyarakat untuk membantu mengurangi angka
kematian dan kesakitan ibu dan bayi. Pada proses ini masyarakat bisa
dibina salah sattunya dapat dilakukan dengan pendataan sasaran.
Pendataan sasaran bisa dilakukan oleh masyarakat sendiri, dengan
dipantau tenaga kesehatan dan diperoleh sejak saat bidan memulai
pekerjaan di desa atau di kelurahan. Data yang ada haruslah data yang baru
dan senantiasa diperbaharui apabila terjadi perubahan.

4) Perencanaan Pelayanan
Perencanaan pelayanan masyarakat yang baik bilamana dilakukan
oleh komponen yang merupakan bagian dari komunitas masyarakat
bersangkutan, karena merekalah yang paling dekat dan mengetahui situasi
serta keadaan dari masyarakat tersebut. Sumber daya masyrakat itu adalah
Kader dan Dukun Bayi serta Tokoh Masyarakat. Bersama – sama dengan
bidan desa, pendataan ibu hamil, ibu bersalin, neonatal, bayi dan balita.dapat
dilakukan.
Dengan mendata seluruh ibu hamil yang ada di suatu komunitas
tanpa terlewatkan yang dilakukan oleh kader dan dukun bayi kemudian
bidan memasukkan seluruh data ibu hamil ke dalam kohort yang telah
disediakan di puskesmas. Dengan puskesmas juga memiliki data dasar,
bidan desa dan puskesmas dalam hal ini adalah bidan desa dan timnya dapat
memonitor dan mengikuti setiap individu yang ada di desa tersebut. Dengan
puskesmas memilki seluruh adata ibu hamil dan bidan desa memberikan
pemeriksaan seluruh ibu hamil tanpa melihat apakah ibu hamil tersebut
mempunyai faktor resiko atau tidak, sehingga dapat menyelamatkan jiwa
ibu dan janin dalam kandungan.
Dalam memantau program kesehatan ibu menggunakan indikator
cakupan, yaitu cakupan layanan antenatal (K1 untuk akses dan K4 untuk
kelengkapan layanan antenatal), cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
dan cakupan kunjungan neonatal/nifas.untuk itu sejak awal tahun 1990an

39
telah digunakan alat pantau berupa Pemantauan Wilayah Setempat-
Kesehatan Ibu Anak (PWS-KIA) yang mengikuti program jejak imunisasi.
Dengan danya PWS-KIA, data cakupan layanan program Kesehatan Ibu
Anak dapat diperoleh setiap tahunnya di semua provinsi.
Walau demikian, disadari bahwa indikator cakupan tersebut
belum cukup memberi gambaran untuk menilai kemajuan menurunkan
AKI. Mengingat bahwa mengukur AKI sebagai indikator dampak serta
berkala dalam waktu kurang dari 5-10 tahun tidak realistis maka pakar dunia
mengajukan indikator out come. Indikator tersebut anatara lain :
1) Cakupan penganganan kasus obstetric
2) Case fatality rate obstetric yang ditangani
3) Penyebaran fasilitas pelayanan obstetric yang mampu PONED dan
PONEK
4) Presentasi bedas sesar terhadap seluruh persalinan di suatu wilayah

B. Evaluasi
Pencapaian program KIA dapat dilihat dari Laporan Pemantauan
Wilayah Setempat (PWS) KIA yang pencatatannya dilakukan setiap bulan
dan dijadikan pertahun. Laporan pencatatan bulanan sampai tahunan ini
merupakan hal yang sangat penting karena hasil laporan dapat dijadikan
tolak ukur dalam menilai pengendalian masalah kesehatan di seluruh
wilayah kerja puskesmas.
Berdasaakan laporan PWS – KIA diketahui bahwa sejak bulan
januari sampai desember tahun 2021, cakupan 6 indikator PWS KIA di
Puskesmas Maron, Loano secara keseluruhan belum mencapai target
terutama pada pemeriksaan ibu hamil K1. Hanya ada beberapa yang sudah
memenuhi indikator cakupan KIA, itupun tidak semua indikator terpenuhi
namun jika ada malalah pasti akan segera ditindaklanjut untuk perbaikan
tahun berikutnya.

40
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-
KIA) adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA
di suatu wilayah kerja secara terus – menerus, agar dapat dilakukan tindak
lanjut yang cepat dan tepat. Program KIA yang dimaksud meliputi :
pelayanan ibu hamil, pelayanan ibu bersalin, pelayanan ibu nifas, ibu
dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi
baru lahir dengan komplikasi, bayi dan balita.
Data sasaran diperoleh saat bidan mulai bekerja di Desa/Kelurahan.
Data sasaran dari para kader dan dukun bayi yang melakukan pendataan ibu
hami, bersalin, nifas, bayi baru lahir, bayi dan balita dimana sasaran tersebut
diberikan buku KIA dan bagi ibu hamil dipasang stiker P4K didepan
rumahnya.
Pendataan sasaran bisa dilakukan oleh masyarakat sendiri, dengan
dipantau tenaga kesehatan dan diperoleh sejak saat bidan memulai
pekerjaan di desa atau di kelurahan. Data yang ada haruslah data yang baru
dan senantiasa diperbaharui apabila terjadi perubahan.
B. SARAN
Untuk tenaga kesehatan khusunya seorang bidan, alangkah baiknya
untuk melakukan pemantauan pelayanan kebidanan di daearah kerjanya
baik dengan PWS KIA maupun pendataan sasaran, agar dapat mengetahui
keadaan wilayah kerja baik yang berkaitan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas,
ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi
baru lahir dengan komplikasi, bayi dan balita serta untuk masyarakat sendiri
bisa melakukan pendataan dengan adanya pemantauan dari tenaga
kesehatan terutama bagi masyarakat yang ditunjuk menjadi kader begitu
juga dukun bayi.

41
Lampiran 1. DIAGRAM ALUR PENCATATAN PELAYANAN KIA OLEH BIDAN

42
Lampiran 2. DATA SASARAN IBU HAMIL

PUSKESMAS : UPT PUSKESMAS LOANO


TAHUN : 2021

Sasaran K1 Murni K1 Akses K1 Total K4 K6


Bulan Ibu
Hamil Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan
Kom % Kom % Kom % Kom % Kom %
ini ini ini ini ini
Januari 294 22 22 7 0 0 0 22 22 7 16 16 5 33 33 11
Februari 294 26 48 16 0 0 0 26 48 16 21 37 13 18 51 17
Maret 294 35 83 28 0 0 0 35 83 28 22 59 20 23 74 25
April 294 19 102 35 0 0 0 19 102 35 39 98 33 25 99 34
Mei 294 34 136 46 0 0 0 34 136 46 28 126 43 27 126 43
Juni 294 19 155 53 1 1 0 20 156 53 25 151 51 25 151 51
Juli 294 11 166 56 0 1 0 11 167 57 32 183 62 31 182 62
Agustus 294 22 188 64 0 1 0 22 189 64 19 202 69 20 202 69
September 294 27 215 73 0 1 0 27 216 73 23 225 77 20 222 76
Oktober 294 20 234 80 0 1 0 20 235 80 22 247 84 22 244 83
November 294 17 251 85 0 1 0 17 252 86 11 258 88 13 257 87
Desember 263 11 262 100 0 1 0 11 263 100 4 262 100 5 262 100
Puskesmas 3.497 263 1 264 262 262

43
DAFTAR PUSTAKA

DATA SASARAN IBU HAMIL DAN LAPORAN KOHORT PWS KIA UPT
PUSKESMAS MARON, LOANO, PURWOREJO TAHUN 2021 (Terlampir)

Kemenkes RI (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2019. Kementerian Kesehatan Republik


Indonesia.

Kemenkes RI (2021). Jumlah Kematian Ibu per provinsi 2019-2020. Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan RI.

Kompas (2021). Angka Kematian Ibu dan Bayi Meningkat.

Diunduh dari https://www.kompas.id/baca/ilmu-pengetahuanteknologi/2021/03/08/angka-


kematian-ibu-dan-bayi meningkat/?status=sukses_login&status_login=login.

https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profilkesehatan-
indonesia/Profil-Kesehatan-indonesia-2019.pdf

https://staff.blog.ui.ac.id/r-suti/files/2010/03/buku-pws-bab-iv.pdf

44

Anda mungkin juga menyukai