NAMA MAHASISWA :
(215401446068)
PRODI D4 KEBIDANAN
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat,
karunia serta hidayah-Nya sehingga makahal “Pemantauan Pelayanan Kebidanan
(PWS-KIA) Kohort Ibu, Bayi dan Balita” dapat di selesaikan sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan. Tugas ini disusun sebagai salah satu persayaratan untuk
memenuhi salah tugas mata kuliah Organisasi Manajemen Pelayanan Kebidanan di
Program Studi DIV Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Nasional
Jakarta.
Dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari bimbingan, saran
dan bantuan berupa pengarahan. Maka dalam kesempatan ini penyusun ingin
mengucapkan terimkasih yang sebesar – besarnya kepada Ibu Anni Suciawati S.
SiT, S. H., M. Kes., M. H., selaku dosen pengampu mata kuliah Organisasi
Manajemen Pelayanan Kebidanan di Program Studi DIV Kebidanan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Nasional Jakarta.
Sejuah kemampuan penyusun, penyusun menyadari bahwa dalam penulisan
atau pengerjaan makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini mengingat
terbatasnya kemampuan pengetahuan dan pengalaman yang penyusun miliki, untuk
itu pada kesempatan ini kritik dan saran untuk membangun sangat diharapkan demi
perbaikan dimasa yang akan dating.
Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna, baik bagi
mahasiswa Program Studi DIV Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Nasional Jakarta khususnya dan seluruh mahasiswa kebidanan lainnya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
COVER
Kata Pengantar ............................................................................................. i
Daftar Isi ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan ........................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN
A. PWS KIA ................................................................................... 4
1. Pengertian PWS KIA…………………………………………..4
2. Tujuan PWS KIA………………………………………………4
3. Prinsip Pengelolaan Program KIA……………………………..5
4. Pelayanan Program KIA……………………………………….7
5. Batas dan Indikator Pemantauan……………………………….9
B. Kohort……………………………………………………………..20
1. Pengertian Kohort……………………………………………….20
2. Tujuan…………………………………………………………...20
3. Batasan Dalam Register Kohort Ibu dan Balita………………....21
4. Jenis Register Kohort…………………………………………....23
5. Cara Mengisi Register Kohort…………………………………..23
BAB III LAPORAN PWS KIA
A. Laporan PWS KIA………………………………………………...31
B. Langkah-langkah Pembuatan Grafik KIA………………………...32
BAB IV PERENCANAAN PELAYANAN KEBIDANAN
A. Perencanaan Pelayanan Kebidanan Berdasarkan Kasus Kohort…..35
B. Evaluasi…………………………………………………………....40
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………....41
ii
B. Saran……………………………………………………………….42
Lampiran 1……………………………………………………………………....43
Lampiran 2……………………………………………………………………....44
DARTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud.
Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan peri
kemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian yang adil dan merata serta
penggunaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan,
antara lain ibu, bayi, anak, manusia usia lanjut (manula) dan keluarga
miskin.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025
sudah menempatkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) menjadi indikator derajat kesehatan dan keberhasilan
penyelenggaraan pembangunan Kesehatan. Selanjutnya AKI dan AKB
selalu menjadi target dan sasaran pembangunan kesehatan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN). Pada periode RPJMN V (2020-
2024), program percepatan penurunan kematian ibu ditetapkan menjadi
proyek prioritas strategis (major project) dalam prioritas pembangunan
nasional. Kemudian diperkuat dalam Rancangan Rencana Kerja Pemerintah
(RKP) Tahun 2022 yang menempatkan AKI dan AKB dalam sasaran sistem
kesehatan nasional 2022. Ini menunjukkan bahwa permasalahan kesehatan
ibu dan anak yang ditunjukkan oleh indikator AKI dan AKB masih menjadi
perhatian pemerintah.
Saat ini, tantangan terhadap penurunan AKI dan AKB semakin berat
dengan adanya pandemi COVID-19 pada awal tahun 2020. COVID-19
menyebabkan adanya pembatasan aktivitas masyarakat, sarana transportasi
dan kekhawatiran akan tertular dapat menghambat perempuan dalam
mendapatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak dalam hal akses dan
1
kualitas layanan. Sehingga dikhawatirkan, adanya peningkatan morbiditas
dan mortalitas Ibu dan anak dan penurunan cakupan pelayanan Kesehatan
Ibu dan Anak(KIA), Keluarga Berencana(KB), dan gizi.
AKI merupakan salah satu indikator untuk melihat keberhasilan upaya
kesehatan ibu. AKI adalah rasio kematian ibu selama masa kehamilan,
persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas
atau pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti
kecelakaan atau terjatuh di setiap 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB
menunjukkan banyaknya kematian bayi usia 0 tahun dari setiap 1000
kelahiran hidup pada tahun tertentu atau dapat dikatakan juga sebagai
probabilitas bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun yang
dinyatakan dengan per 1000 kelahiran hidup.
Data menunjukkan tren menurun pada indikator AKI (per 100.000
kelahiran hidup) dari 390 pada tahun 1991 menjadi 230 pada tahun 2020
atau turun -1,80 persen per tahun. Meski mengalami penurunan, AKI masih
belum mencapai target MDGS tahun 2015, yaitu 102 dan SDGs tahun 2030,
yaitu kurang dari 70 per 100.000 kelahiran hidup. Pada indikator AKB, data
menunjukkan tren menurun dari 68 pada tahun 1991 menjadi 24 pada tahun
2017 atau turun -3,93 persen per tahun. Sama halnya dengan AKI, angka
penurunan AKB belum mencapai target MDGs tahun 2015 yaitu 23 dan
target SDGs Tahun 2030 yaitu 12. Di tengah situasi pandemi COVID-19,
angka kematian ibu dan bayi melonjak. Angka kematian ibu meningkat
sebanyak 300 kasus dari 2019 menjadi sekitar 4.400 kematian pada 2020
sedangkan kematian bayi pada 2019 sekitar 26.000 kasus meningkat hampir
40 persen menjadi 44.000 kasus pada 2020.
Dalam upaya meningkatkan penurunan Angka Kematian Ibu dan Anak
Indonesia, system pencatatan dan pelaporan merupakan komponen yang
sangat penting. Selain sebagai alat untuk memantau kesehatan ibu dan bayi,
bayi baru lahir, bayi dan balita juga untuk menilai sejauh mana keberhasilan
program serta sebagai banahn untuk membuat perencanaan di tahun-tahun
berikutnya, dengan melaksanakan berbagi program KIA.
2
Dalam pelaksanaan program KIA aspek penigkatan mutu pelayanan
program KIA tetap diharapkan menjadi kegiatan prioritas di tingkat
kabupaten atau kota. Peningkatan mutu pelayanan program KIA juga dinilai
dari besarnya cakupan program di masing-masing wilayah kerja. Untuk itu,
besarnya cakupan pelayanan KIA di suatu wilayah kerja perlu dipantau
secara terus menerus, agar diperoleh gambaran yang jelas mengenai
kelompok mana dalam wilayan kerja tersebut yang paling rawan.
Selain itu, untuk membantu mengurangi angka kematian dan kesehatan
ibu dan bayi tersebut perlu meningkatkan mutu pelayanan program KIA,
Bidan harus dapat membangun kemitraan yang efektif melaui kerjasama
lintas program, lintas sektor dan mitra lainnya serta dapat bekerjasama
dengan masyarakat. Masyarakt dapat dibuna dengan proses tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksut tentang PWS KIA?
2. Bagaimana konsep PWS KIA?
3. Bagaimana pelaporan PWS KIA?
4. Apa yang dimaksut dengan KOHORT?
5. Bagaimana cara membuat/mengisi Kohort Ibu dan Bayi?
6. Bagaimana membuat perencanaan pelayanan kebidanan berdasarkan
kasus yang didapat dari kohort?
7. Bagaiman melakukan evaluasi dan pembuatan laporan PWS KIA?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksut tentang PWS KIA?
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep PWS KIA?
3. Untuk mengetahui bagaimana pelaporan serta cara membuat grafik
PWS KIA?
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksut dengan KOHORT?
5. Untuk mengetahui bagaimana cara membuat/mengisi Kohort Ibu dan
Bayi?
3
6. Untuk mengetahui bagaimana membuat perencanaan pelayanan
kebidanan berdasarkan kasus yang didapat dari kohort?
7. Untuk mengetahui bagaiman melakukan evaluasi dan pembuatan
laporan PWS KIA?
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. PWS KIA
1. Pengertian PWS KIA
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA)
adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA di
suatu wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak
lanjut yang cepat dan tepat. Program KIA yang dimaksud meliputi:
pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi
kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan
komplikasi, bayi, dan balita. Kegiatan PWS KIA terdiri dari
pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data serta
penyebarluasan informasi ke penyelenggara program dan
pihak/instansi terkait untuk tindak lanjut. Definisi dan kegiatan PWS
tersebut sama dengan definisi Surveilens. Menurut WHO, Surveilens
adalah suatu kegiatan sistematis berkesinambungan, mulai dari
kegiatan mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasikan data
yang untuk selanjutnya dijadikan landasan dalam membuat rencana,
implementasi dan evaluasi suatu kebijakan kesehatan masyarakat.
Oleh karena itu, pelaksanaan surveilens dalam kesehatan ibu dan anak
adalah dengan melaksanakan PWS KIA.
2. Tujuan Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak
(PWS KIA)
a. Tujuan Umum
5
b. Tujuan Khusus
6
di semua fasilitas kesehatan.
Peningkatan deteksi dini faktor risiko dan komplikasi
kebidanan dan neonatus oleh tenaga kesehatan maupun
masyarakat.
Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan
neonatus secara adekuat dan pengamatan secara terus-
menerus oleh tenaga kesehatan.
Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi sesuai
standar di semua fasilitas kesehatan.
Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh anak balita
sesuai standar di semua fasilitas kesehatan.
4. Pelayanan Program KIA itu meliputi:
a. Pelayanan Antenatal
7
minimal 4 kali, dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Minimal 1 kali pada triwulan I (1-3 bln)
2) Minimal 1 kali pada triwulan II (4-6 bln)
3) Minimal 2 kali pada triwulan III (7-6 bln)
b. Pertolongan Persalinan
8
d. Pelayanan Kesehatan Neonatus
9
tingkat pelayanan dasar dan rujukan.
10
h. Pelayanan Kesehatan Bayi
j. Pelayanan KB Berkualitas
11
anak (2 anak lebih baik). Pelayanan KB bertujuan untuk
menunda (merencanakan) kehamilan.
5. Batasan Dan Indikator Pemantauan
a. Batasan
1) Pelayanan Antenatal
K4
12
pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan,
dengan syarat :
Minimal satu kali kontak pada triwulan I.
13
wilayah dalam kurun waktu satu tahun.
Ibu Hamil Berisiko
b. Indikator Pemantauan
DENGAN RUMUS:
14
DENGAN RUMUS:
DENGAN RUMUS:
Jmlh bumil yang dirujuk oleh kader
ke peskesmas/nakes X 100%
DENGAN RUMUS:
15
mendapatkan layanan kesehatan oleh nakes X 100%
1) Pengumpulan Data
16
sasaran di wilayah kerjanya. Data pelayanan pada umumnya
berasal dari :
- Register kohort ibu
- Register kohort bayi
- Register kohort anak balita
- Register kohort KB
2) Pencatatan Data
- Data Sasaran
17
3) Pembuatan Grafik PWS KIA
1) Sosialisasi
2) Fasilitasi
18
PWS KIA berikut dengan :
Hasil analisis indikator PWS KIA, antara lain :
19
B. KOHORT
1. Pengertian Kohort
Kohort berasal dari kata cohort yang artinya suatu proses
pengamatan prospektif, survey prospektif terhadap suatu subjek
maupun objek yang mempelajari dinamika korelasi antara suatu subjek
dengan objek melalui pendekatan longitudinal ke depan atau propektif.
Sifat kohort sendiri adalah unggul karena dapat menilai
komparabilitas antara proses pre dan post, continue atau menilai dari
waktu ke waktu, tidak terputus, ada keseragaman observasi dari
waktu ke waktu dengan batasan perlu waktu, cermat, sarana dan
ketelitian pengelolaan, jika ada subjek DO bisa dilihat serta kohort
diisi oleh tenaga kesehatan (bidan), SIPP; diisi oleh kader (Sumarah,
2007). Sedangkan pada pemantauan pelayanan kebidanan register
kohort adalah sumber data pelayanan ibu hamil, ibu nifas, neonatal,
bayi dan balita. Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA merupakan
upaya memfasilitasi masyarakat untuk membangun sistem kesiagaan
masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari aspek
non klinis terkait kehamilan dan persalinan (Syafrudin, 2007).
Dalam salah satu upaya untuk kesehatan ibu dan anak
maka setiap ibu hamil di suatu daerah dicatat agar resiko – resiko yang
dapat terjadi dapat dideteksi lebih dini lagi yang disebut register
kohort yang merupakan sumber data pelayanan ibu hamil, ibu nifas,
neonatal, bayi dan balita (Safrudin & Hamidah (2007).
2. Tujuan
a. Umum
20
kegiatan untuk memfasilitasi masyarakat membangun situasi
gawat darurat.
- Upaya untuk kesehatan anak
3. Batasan Dalam Register Kohort Ibu dan Balita
Dalam penerapan register kohort ibu dan balita, batasan ini dipakai
sebagai batasan operasional dan indikator pemantauan seperti
diuraikan berikut ini.
a. Pelayanan antenatal. Pelayanan antenatal adalah pelayanan
kesehatan oleh tenaga profesional untuk ibu selama masa
kehamilannya, yang dilaksanakan sesuai dengan standar
pelayanan antenatal yang di tetapkan.
b. Penjaringan (deteksi) dini kehaamilan beresiko. Kegiatan ini
bertujuan menemukan ibu hamil berisiko, yang dapat dilakukan
oleh kader, dukun bayi, dan tenaga kesehatan.
c. Kunjungan ibu hamil, maksudnya adalah kontak ibu
hamildengan tenaga profesional untuk mendapatkan pelayanana
antenatal sesuai standar yang diterapkan.
d. Kunjungan baru ibu hamil (K1), maksudnya adalah kunjungan
pertama kaliibu hamil pada masa kehamilan
21
wilayah, dalam kurun waktu tertentu, yang pernah mendapatkan
pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit satu kali selama
kehamilan.
h. Cakupan ibu kehamilan (cakupan K4), maksudnya adalah
persentase ibu hamil di suatu wilayah, dalam kurun waktu
tertentu, yang mendapatkan pelayanan antenatalsesuai dengan
standar paling sedikit emapat kali, dengan distribusi pemberian
pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali
pada triwulan ke dua, dua kali pada triwulan ke tiga.
i. Sasaran ibu hamil. Sasaran ibu hamil adalah semua ibu hamil di
suatu wilayah dalam kurun waktu satu tahun.
j. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan,
maksudnya adalah persentase ibu bersalin di suatu wilayah
dalam kurun waktu tertentu yang di tolong persalinannya oleh
tenaga profesional.
k. Cakupan penjaringan ibu hamil beresiko oleh masyarakat,
maksudnya adalah persentase ibu hamil beresiko yng di temukan
oleh kader dan dukun bayi, yang kemudian dirujuk ke
puskesmas/tenaga profesional dalam kurun waktu tertentu.
l. Cakupan penjaringan ibu hamil berersiko oleh tenaga kesehatan,
maksudnya adalah persentase ibu yamil yang beresiko yang
ditemukan oleh tenaga profesional, yang di tindaklanjuti
(dipantau secara intensif dan di tangani sesuai dengan
kewenangan dan /dirujuk ketingkat pelayanan yang lebbih tinggi)
dalam kurun waktu tertentu.
m. Ibu hamil beresiko, maksudnya adalah ibu hamil yang
mempunyaifaktor resiko dan resiko tinggi kecuali ibu hamil
normal.
22
n. Cakupan pelayanan neonatus (cakupan K1 neonatus),
maksudnya adalah persenatse bayi pada usia neonatus (kurang
dari satu bulan) yang memperoleh pelayanan kesehatan minimal
satu kali dari tenaga profesional dalam kurun waktu tertentu.
4. Jenis Register Kohort
a. Register Kohort Ibu
Register kohort ibu merupakan sumber data pelayanan ibu hamil
dan bersalin, serta keadaan/resiko yang dipunyai ibu yang di
organisir sedemikian rupa yang pengkoleksiaannya melibatkan
kader dan dukun bayi diwilayahnya setiap bulan yang mana
informasi pada saat ini lebih difokuskan pada kesehatar ibu dan
bayi baru lahir tanpa adanya duplikasi informasi.
b. Register Kohort Bayi
Merupakan sumber data pelayanan kesehatan bayi, termasuk
neonatal.
a. Cara Pengisian
Pada Kohort Ibu
Kolom :
1) Diisi nomer urut
23
2) Diisi nomer indeks dari famili folder
9) Diisi tanda (V) bila jarak kehamilan kurang 2 tahun atau lebih
2 tahun
13) Diisi tanggal ditemukan ibu hamil dangn tensi lebih 160/95
mmhg
0 = diisi K1
# = untuk K4
* = untuk PN
24
I = untuk pemberian lodium
A = untuk pemberian Vit.A
TK - tenaga kesehatan
DT - dukun terlatih
LM - lahir mati
17) Diisi tanda lidi setiap kali kunjungan, selama masa nifas
(diharapkan 2x kunjungan)
18) Diisi tanda lidi setiap kali kunjungan, selama periode pasca –
nifas sampai 2 tahun (diharapkan min 4x kunjungan selama 1
tahun)
19) Diisi hal lain yang dianggap penting untuk ibu hamil yang
bersangkutan
25
6. Cara Pengisian Pada Kohort Bayi
Tuliskan nama Desa, Kelurahan, Puskesmas, Kecamatan,
Kabupaten/Kota, Provinsi dan petugas kesehatan pada sampul kohort
bayi. Isilah data bayi perempuan dengan tulisan tinta merah dan bayi laki-
laki dengan tinta hitam (S - D KOLOM 2 YG MERAH)
1 : Diisi nomor urut
2 : Diisi nama bayi dengan lengkap dan nama orang tua
3 : Diisi alamat Rt/Rw
4 : Diisi Gakin / Non Gakin
5 : Diisi tanggal, bulan dan tahun lahir bayi
Diisi sesuai jenis kelamin bayi, tulis L untuk laki-laki dan P
6 : untuk perempuan
7 : Diisi berat badan lahir (gram), jika <2.500 gram tulis BBLR
Diisi panjang lahir ( cm ), jika < 48 cm ditulis Pendek
diberi tanda rumput bila punya Buku KIA (√) atau
8 : dikosongkan bila tidak punya Buku KIA.
diberi tanda rumput bila dilakukan IMD (√) atau
9 : dikosongkan bila tidak dilakukan IMD
10 : diberi tanda rumput bila diberikan Vit K
diberi tanda rumput bila diberikan Salf Mata
11 : - diisi kode tempat pelayanan
- diisi kondisi saat lahir : klasifikasi/diagnosis jika lahir
dengan komplikasi (asfiksia, trauma lahir, infeksi, kelainan
kongenital, hipotermi, dll)
12- C.
: Diisi (+) jika meninggal
14 D. Diisi tanggal dan bulan pelayanan
E. Diisi kode tempat pelayanan
F. P = Puskesmas/Pustu
26
Pd : Polindes
KR : Kunjungan rumah
UPS : Unit Pelayanan Swasta (dokter praktik mandirti, Bidan
Praktik Mandiri, Klinik, dll)
RS : Rumah sakit
- diisi tanda bintang (*) jika sehat,
- Diisi M Jika anak sakit dan mendapatkan pelayanan
MTBS/MTBM dan Klasifikasi penyakitnya
- Diisi S Jika anak sakit dan tidak mendapatkan pelayanan
MTBS
- diisi tanda tambah (+) jika meninggal
- Diisi SHK + jika dilakukan pemeriksaan SHK dan hasil
skrining positif
16- diberi garis tebal sebagai pembatas untuk umur 3 bl, 6 bl, 9
39 : bl, dan 12 bl
Umur : Diisi Umur Bayi dalam Bulan
BB/TB : Diisi Berat Badan (Kg) dan Tinggi Badan (Cm)
St Gizi : Diisi Kode Status Gizi
27
tidak dapat mengikuti
garis pertumbuhan
O : Jika tidak ditimbang
pada bulan lalu
B : Jika baru pertama kali
ditimbang
: Jika mendapat
Ds
pelayanan SDIDTK 1
Kali (sesuaikan dengan
hasil SDIDTK
Ds/Dm/Dp)
: Jika sudah 4 kali
Dm
mendapatkan pelayanan
SDIDTK ( sesuaikan
dengan hasil SDIDTK
Ds/Dm/Dp)
28
: Jika anak berkunjung
MTBM sehat
: Jika anak sakit dan
mendapatkan pelayanan
M MTBS
: Jika anak sakit dan tidak
mendapatkan pelayanan
S MTBS
: Anak yang diberi
ARV pengobatan ARV
: Pengobatan Profilaksis
Kotrimoksazol dimulai
saat usia 6 minggu setiap
hari sampai usia 12 bulan
atau sampai diagnosis
PPK dapat disingkirkan
: Bila hasil pemeriksaan
Early Infant Diagnosis
EID + (EID) positif
(Bayi dengan EID +
diberi pengobatan
kotrimoksaxol sampai
umur 5 tahun dan ARV
seumur hidup. Pencatatan
dilanjutkan di kohort
anak balita dan
prasekolah dengan kode
ARV dan PPK)
: pemberian MP-ASI
MP-ASI pertama kali
29
Ì Bila bayi meninggal
: Jika anak sudah lulus bayi, pindah
domisili, atau meninggal pada
kolom selanjutnya diberi garis
---------- mendatar sampai kolom 37
40-
45 : Diisi tanggal, bulan dan tahun diberikan pelayanan
46 : Pemberian ASI Eksklusif sesuai dengan umur bayi
E1 : Bila Bayi mendapat ASI Eksklusif s.d Umur 1 Bulan
E2 : Bila Bayi mendapat ASI Eksklusif s.d Umur 2 Bulan
E3 : Bila Bayi mendapat ASI Eksklusif s.d Umur 3 Bulan
E4 : Bila Bayi mendapat ASI Eksklusif s.d Umur 4 Bulan
E5 : Bila Bayi mendapat ASI Eksklusif s.d Umur 5 Bulan
E6 : Bila Bayi mendapat ASI Eksklusif s.d Umur 6 Bulan
47 : Diisi tanggal, bulan dan tahun Pelayanan
48 : Diisi tanggal, bulan dan tahun kematian, tempat kematian
49 : Diisi Penyebab kematian
50 : - Diisi keterangan baru atau pindah domisili, dll
- Diisi keterangan lainnya yang diperlukan
30
BAB III
31
bulannya. Sedangkan untuk puskesmas, penyajian ke 13 cakupan dalam
bentuk grafik maupun angka akan sangat berguna untuk keperluan analisa
PWS lebih lanjut.
Misalnya : target cakupan ibu hamil baru (cakupan K1) dalam 1 tahun
ditentukan 90 % (garis a), maka sasaran rata – rata setiap bulan adalah
90 % x 100
12 bulan
32
Dengan demikian, maka sasaran pencapaian kumulatif sampai dengan
bulan Juni adalah (6 x 7,5 %) = 45,0% (garis b).
2. Hasil perhitungan pencapaian kumulatif cakupan K1 per desa/kelurahan
sampai dengan bulan Juni dimasukkan ke dalam jalur % kumulatif secara
berurutan sesuai peringkat. Pencapaian tertinggi di sebelah kiri dan
terendah di sebelah kanan, sedangkan pencapaian untuk puskesmas
dimasukkan ke dalam kolom terakhir (lihat contoh grafik).
3. Nama desa/kelurahan bersangkutan dituliskan pada lajur desa/kelurahan
(sumbu X), sesuai dengan cakupan kumulatif masing-masing
desa/kelurahan yang dituliskan pada butir b diatas.
4. Hasil perhitungan pencapaian pada bulan ini (Juni) dan bulan lalu (Mei)
untuk tiap desa/kelurahan dimasukkan ke dalam lajur masing-masing.
5. Gambar anak panah dipergunakan untuk mengisi lajur tren. Bila
pencapaian cakupan bulan ini lebih besar dari bulan lalu, maka digambar
anak panah yang menunjuk ke atas. Sebaliknya, untuk cakupan bulan ini
yang lebih rendah dari cakupan bulan lalu, digambarkan anak panah yang
menunjukkan kebawah, sedangkan untuk cakupan yang tetap / sama
gambarkan dengan tanda (-).
33
Berikut ini adalah contoh grafik PWS KIA hasil perhitungan tersebut di atas.
34
BAB IV
35
Kaliglagah, Desa Kemejing, Desa Ngargosari, Desa Rimun, Desa Sedayu,
Desa Tepansari dan terakhir Desa Tridadi.
2) Data Sasaran
Tabel 1
36
3) Contoh Kasus Kohort Ibu
Table 2
Table 3
37
DATA SASARAN IBU HAMIL K6 UPT PUSKESMAS
MARON, LOANO TAHUN 2021
300
250
200
150
100
50
0
Table 4
38
Dalam kebidanan komunitas, bidan harus dapat bekerjasama
dengan mitra dan masyarakat untuk membantu mengurangi angka
kematian dan kesakitan ibu dan bayi. Pada proses ini masyarakat bisa
dibina salah sattunya dapat dilakukan dengan pendataan sasaran.
Pendataan sasaran bisa dilakukan oleh masyarakat sendiri, dengan
dipantau tenaga kesehatan dan diperoleh sejak saat bidan memulai
pekerjaan di desa atau di kelurahan. Data yang ada haruslah data yang baru
dan senantiasa diperbaharui apabila terjadi perubahan.
4) Perencanaan Pelayanan
Perencanaan pelayanan masyarakat yang baik bilamana dilakukan
oleh komponen yang merupakan bagian dari komunitas masyarakat
bersangkutan, karena merekalah yang paling dekat dan mengetahui situasi
serta keadaan dari masyarakat tersebut. Sumber daya masyrakat itu adalah
Kader dan Dukun Bayi serta Tokoh Masyarakat. Bersama – sama dengan
bidan desa, pendataan ibu hamil, ibu bersalin, neonatal, bayi dan balita.dapat
dilakukan.
Dengan mendata seluruh ibu hamil yang ada di suatu komunitas
tanpa terlewatkan yang dilakukan oleh kader dan dukun bayi kemudian
bidan memasukkan seluruh data ibu hamil ke dalam kohort yang telah
disediakan di puskesmas. Dengan puskesmas juga memiliki data dasar,
bidan desa dan puskesmas dalam hal ini adalah bidan desa dan timnya dapat
memonitor dan mengikuti setiap individu yang ada di desa tersebut. Dengan
puskesmas memilki seluruh adata ibu hamil dan bidan desa memberikan
pemeriksaan seluruh ibu hamil tanpa melihat apakah ibu hamil tersebut
mempunyai faktor resiko atau tidak, sehingga dapat menyelamatkan jiwa
ibu dan janin dalam kandungan.
Dalam memantau program kesehatan ibu menggunakan indikator
cakupan, yaitu cakupan layanan antenatal (K1 untuk akses dan K4 untuk
kelengkapan layanan antenatal), cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
dan cakupan kunjungan neonatal/nifas.untuk itu sejak awal tahun 1990an
39
telah digunakan alat pantau berupa Pemantauan Wilayah Setempat-
Kesehatan Ibu Anak (PWS-KIA) yang mengikuti program jejak imunisasi.
Dengan danya PWS-KIA, data cakupan layanan program Kesehatan Ibu
Anak dapat diperoleh setiap tahunnya di semua provinsi.
Walau demikian, disadari bahwa indikator cakupan tersebut
belum cukup memberi gambaran untuk menilai kemajuan menurunkan
AKI. Mengingat bahwa mengukur AKI sebagai indikator dampak serta
berkala dalam waktu kurang dari 5-10 tahun tidak realistis maka pakar dunia
mengajukan indikator out come. Indikator tersebut anatara lain :
1) Cakupan penganganan kasus obstetric
2) Case fatality rate obstetric yang ditangani
3) Penyebaran fasilitas pelayanan obstetric yang mampu PONED dan
PONEK
4) Presentasi bedas sesar terhadap seluruh persalinan di suatu wilayah
B. Evaluasi
Pencapaian program KIA dapat dilihat dari Laporan Pemantauan
Wilayah Setempat (PWS) KIA yang pencatatannya dilakukan setiap bulan
dan dijadikan pertahun. Laporan pencatatan bulanan sampai tahunan ini
merupakan hal yang sangat penting karena hasil laporan dapat dijadikan
tolak ukur dalam menilai pengendalian masalah kesehatan di seluruh
wilayah kerja puskesmas.
Berdasaakan laporan PWS – KIA diketahui bahwa sejak bulan
januari sampai desember tahun 2021, cakupan 6 indikator PWS KIA di
Puskesmas Maron, Loano secara keseluruhan belum mencapai target
terutama pada pemeriksaan ibu hamil K1. Hanya ada beberapa yang sudah
memenuhi indikator cakupan KIA, itupun tidak semua indikator terpenuhi
namun jika ada malalah pasti akan segera ditindaklanjut untuk perbaikan
tahun berikutnya.
40
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-
KIA) adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA
di suatu wilayah kerja secara terus – menerus, agar dapat dilakukan tindak
lanjut yang cepat dan tepat. Program KIA yang dimaksud meliputi :
pelayanan ibu hamil, pelayanan ibu bersalin, pelayanan ibu nifas, ibu
dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi
baru lahir dengan komplikasi, bayi dan balita.
Data sasaran diperoleh saat bidan mulai bekerja di Desa/Kelurahan.
Data sasaran dari para kader dan dukun bayi yang melakukan pendataan ibu
hami, bersalin, nifas, bayi baru lahir, bayi dan balita dimana sasaran tersebut
diberikan buku KIA dan bagi ibu hamil dipasang stiker P4K didepan
rumahnya.
Pendataan sasaran bisa dilakukan oleh masyarakat sendiri, dengan
dipantau tenaga kesehatan dan diperoleh sejak saat bidan memulai
pekerjaan di desa atau di kelurahan. Data yang ada haruslah data yang baru
dan senantiasa diperbaharui apabila terjadi perubahan.
B. SARAN
Untuk tenaga kesehatan khusunya seorang bidan, alangkah baiknya
untuk melakukan pemantauan pelayanan kebidanan di daearah kerjanya
baik dengan PWS KIA maupun pendataan sasaran, agar dapat mengetahui
keadaan wilayah kerja baik yang berkaitan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas,
ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi
baru lahir dengan komplikasi, bayi dan balita serta untuk masyarakat sendiri
bisa melakukan pendataan dengan adanya pemantauan dari tenaga
kesehatan terutama bagi masyarakat yang ditunjuk menjadi kader begitu
juga dukun bayi.
41
Lampiran 1. DIAGRAM ALUR PENCATATAN PELAYANAN KIA OLEH BIDAN
42
Lampiran 2. DATA SASARAN IBU HAMIL
43
DAFTAR PUSTAKA
DATA SASARAN IBU HAMIL DAN LAPORAN KOHORT PWS KIA UPT
PUSKESMAS MARON, LOANO, PURWOREJO TAHUN 2021 (Terlampir)
Kemenkes RI (2021). Jumlah Kematian Ibu per provinsi 2019-2020. Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan RI.
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profilkesehatan-
indonesia/Profil-Kesehatan-indonesia-2019.pdf
https://staff.blog.ui.ac.id/r-suti/files/2010/03/buku-pws-bab-iv.pdf
44