Anda di halaman 1dari 31

Nomor Dokumen :

Nomor Revisi :
Tanggal Terbit : 4 Agustus 2022
Jumlah Halaman :

PEDOMAN
PELAYANAN DAN PROGRAM KESEHATAN IBU
PUSKESMAS KECAMATAN TANAH ABANG

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA


DINAS KESEHATAN
PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT KECAMATAN TANAH ABANG
(2022)

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-
Nya, kami dapat menyelesaikan pedoman pelayanan dan program Kesehatan Ibu (KI)
Puskesmas Kecamatan Tanah Abang. Pedoman ini disusun sebagai salah satu upaya
untuk memberikan acuan bagi tenaga kesehatan dalam pelaksanaan pelayanan dan
program kesehatan ibu di wilayah Kecamatan Tanah Abang.
Pedoman ini berisi tentang acuan pelayanan dan program kesehatan ibu yang
dilaksanakan di Puskesmas Kecamatan Tanah Abang. Oleh karena itu, setelah
berbagai masukan dan saran penyempurnaan dokumen ini dilakukan, maka pedoman
ini hendaknya dijadikan pedoman bagi pelaksana Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) dalam upaya peningkatan pelayanan
kesehatan terkait kesehatan ibu di Puskesmas Kecamatan Tanah Abang ke
masyarakat.

Jakarta, 4 Agustus 2022


Kepala Pusat Kesehatan Masyarakat
Kecamatan Tanah Abang
Kota Administrasi Jakarta Pusat

dr. Ovi Norfiana, MKM

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..........................................................................................1
B. TUJUAN PEDOMAN........................................................................................2
1. Tujuan Umum.............................................................................................2
2. Tujuan Khusus............................................................................................2
C. RUANG LINGKUP PELAYANAN.....................................................................2
BAB II STANDAR KETENAGAAN..................................................................................10
A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA.......................................................10
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN............................................................................10
C. JADWAL KEGIATAN........................................................................................10
BAB III STANDAR FASILITAS........................................................................................11
A. DENAH RUANG...............................................................................................11
B. STANDAR FASILITAS.....................................................................................11
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN..........................................................................12
A. ANTENATAL CARE.........................................................................................12
B. POSTNATAL CARE.........................................................................................15
BAB V LOGISTIK............................................................................................................17
BAB VI KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM........................................18
BAB VII KESELAMATAN KERJA....................................................................................19
A. PENANGANAN KECELAKAAN KERJA..........................................................19
B. PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI.......................................................19
BAB VIII PENGENALAN MUTU......................................................................................20
BAB IX PENUTUP...........................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan Kesehatan Masa Hamil yang kemudian disebut pelayanan
antenatal (ANC) terpadu adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
yang dilakukan sejak terjadinya masa konsepsi hingga sebelum mulainya proses
persalinan yang komprehensif dan berkualitas. Pelayanan ini bertujuan untuk
memenuhi hak setiap ibu hamil untuk memperoleh pelayanan antenatal yang
komprehensif dan berkualitas sehingga ibu hamil dapat menjalani kehamilan dan
persalinan dengan pengalaman yang bersifat positif serta melahirkan bayi yang
sehat dan berkualitas. Pengalaman yang bersifat positif adalah pengalaman yang
menyenangkan dan memberikan nilai tambah yang bermanfaat bagi ibu hamil
dalam menjalankan perannya sebagai perempuan, istri dan ibu.
Secara nasional, akses masyarakat Indonesia terhadap pelayanan
kesehatan ibu cenderung semakin membaik. Dimana tren Angka Kematian Ibu
(AKI) di Indonesia saat ini telah berhasil diturunkan dari 359 / 100.000 kelahiran
hidup (data SDKI tahun 2012) menjadi 305 / 100.000 kelahiran hidup (data
SUPAS tahun 2015). Namun demikian, jika dibandingkan dengan target
Millenium Development Goals (MDG) 5 pada tahun 2015 sebesar 102 per
100.000 kelahiran hidup, sehingga Indonesia masih memerlukan upaya dan kerja
keras untuk mencapainya.
Di Provinsi DKI Jakarta juga terjadi tren penurunan Angka kematian Ibu
(AKI) dari tahun ke tahun. menurut Renstra DKI Jakarta tahun 2018-2022
didapatkan Angka Kematian Ibu (AKI) sebagai berikut : 61.67 (2013), 59.07
(2014), 56.54 (2015), 53.22 (2016), 41.56(2017). walaupun terjadi tren
penurunan, namun angkar tersebut belum mencapai target yang di tetapkan.
dimana target tersebut adalah 55.00 (2013), 50.00 (2014), 40.00(2013),
35.00(2014), 30.00 (2015).
Faktor yang berkontribusi terhadap kematian ibu,secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi penyebab langsung dan penyebab tidak langsung.
Penyebab langsung kematian ibu adalah faktor yang berhubungan dengan
komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas seperti perdarahan,
preeklampsia/eklampsia, infeksi, persalinan macet dan abortus. Penyebab tidak
langsung kematian ibu adalah faktor-faktor yang memperberat keadaan ibu hamil
seperti EMPAT TERLALU (terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering melahirkan dan
terlalu dekat jarak kelahiran). Sedangkan menurut data SUPAS tahun 2015
penyebab langsung kematian ibu adalah Akibat gangguan hipertensi sebanyak
33,07%, perdarahan obstetrik 27.03%, komplikasi non obstetric 15.7%,
komplikasi obstetric lainnya 12.04% infeksi pada kehamilan 6.06% dan penyebab
lainnya 4.81%. SDGs menargetkan pada tahun 2030 diharapkan Angka
Kematian Ibu (AKI) menjadi 70 per 100.000 kelahiran
Untuk Angka Kematian neonatal (AKN) didapat 15 / 1000 Kelahiran Hidup
(KH) menurut SDKI tahun 2017 yang disebabkan oleh komplikasi kejadian
intraparum tercatat 283%, akibat gangguan respiratori dan kardiovaskular 21.3%,
BBLR dan premature 19%, kelhiran kongenital 14, 8%, akibat tetanus
neonatorum 1,2%, infeksi 7.3% dan akibat lainnya 8.2%. SDGs menargetkan
pada tahun 2030 mengakhiri kematian yang dapat dicegah pada bayi baru lahir
dan balita, dimana setiap negara menargetkan untuk mengurangi kematian
neonatal setidaknya menjadi kurang dari 12 per 1000 kelahiran dan kematian
balita menjadi serendah 25 per 1000 kelahiran.
AKI yang belum dapat mencapai target sebagaimana yang telah
ditetapkan disebabkan pula dari pencapaian indikator-indikator kegiatan pada
Renstra DKI Jakarta yang belum maksimal seperti “Cakupan Kunjungan Ibu
Hamil (K4)”, “Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Bidah/Tenaga Kesehatan
yang Memiliki Kompetensi Kebidanan”, dan “Cakupan Pelayanan Ibu Nifas”.
Situasi pengendalian penyakit menular menunjukkan kondisi yang optimal
melalui upaya-upaya preventif dan promotif yang baik dengan tercapainya target
i
indikator “Persentase Cakupan Universal Child Immunization (UCI)” dan
“Investigasi Rumor KLB/KLB kurang atau sama dengan 24 Jam”. Pengendalian
penyakit Tuberkulosis (TB) juga menunjukkan kinerja yang baik melalui tercapai
“Persentase Penemuan kasus kasus baru TB paru BTA Positif”. Namun, masih
harus meningkatkan upaya preventif dan promotif terkait pengendalian penyakit
HIV, terutama pada remaja, dikarenakan masih rendahnya capaian indikator
“Proporsi jumlah penduduk usia 15 sampai 24 tahun yang memiliki pengetahuan
komprehensif tentan HIV/AIDS.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas, maka pelayanan
antenatal di fasilitas kesehatan pemerintah maupun swasta dan praktik
perorangan/kelompokperlu dilaksanakan secara komprehensif dan terpadu,
mencakup upaya promotif, preventif, sekaligus kuratif dan rehabilitatif, yang
meliputi pelayanan KIA, gizi, pengendalian penyakit menular (imunisasi,
HIV/AIDS, TB, malaria, penyakit menular seksual), penanganan penyakit tidak
menular serta beberapa program lokal dan spesifik lainnya sesuai dengan
kebutuhan program.

B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan umum
Menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB).
2. Tujuan khusus
a. Memberikan acuan pelaksanaan pelayanan Kesehatan Ibu (KI) di
Puskesmas Kecamatan Tanah Abang.
b. Meningkatkan kualitas pelayanan Kesehatan Ibu (KI)
c. Menjadi acuan pengembangan pelayanan upaya kesehatan masyarakat di
Puskesmas Kecamatan Tanah Abang.

C. Ruang Lingkup Pelayanan


1. Ante Natal Care
Indikator yang digunakan untuk menggambarkan akses ibu hamil
terhadap pelayanan masa hamil adalah cakupan K1 (kunjungan pertama).
Sedangkan indikator untuk menggambarkan kualitas layanan adalah cakupan
K4-K6 (kunjungan ke-4 sampai ke-6) dan kunjungan selanjutnya apabila
diperlukan.
a. Kunjungan pertama (K1) K1 adalah kontak pertama ibu hamil dengan
tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan
pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai standar. Kontak pertama
harus dilakukan sedini mungkin pada trimester pertama, sebaiknya
sebelum minggu ke-8.
b. Kunjungan ke-4 (K4) K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga
kesehatan yang mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan pelayanan
antenatal terpadu dan komprehensif sesuai standar selama kehamilannya
minimal 4 kali dengan distribusi waktu: 1 kali pada trimester ke-1 (0-12
minggu ), 1 kali pada trimester ke-2 (>12 minggu-24 minggu) dan 2 kali
pada trimester ke-3 (>24 minggu sampai kelahirannya).
c. Kunjungan ke-6 (K6) K6 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga
kesehatan yang mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan pelayanan
antenatal terpadu dan komprehensif sesuai standar, selama kehamilannya
minimal 6 kali dengan distribusi waktu: 1 kali pada trimester ke-1 (0-12
minggu ), 2 kali pada trimester ke-2 (>12 minggu-24 minggu), dan 3 kali
pada trimester ke-3 ( >24 minggu sampai kelahirannya).
d. Kunjungan antenatal bisa lebih dari 6 (enam) kali sesuai kebutuhan dan
jika ada keluhan, penyakit atau gangguan kehamilan.Ibu hamil harus
kontak dengan dokter minimal 2 kali, 1 kali di trimester 1 dan 1 kali di
trimester 3.
Pelayanan ANC oleh dokter pada trimester 1 (satu) dengan usia
kehamilan kurang dari 12 minggu atau dari kontak pertama, dokter
melakukan skrining kemungkinan adanya faktor risiko kehamilan atau

i
penyakit penyerta pada ibu hamil termasuk didalamnya pemeriksaan
ultrasonografi (USG). Pelayanan ANC oleh dokter pada trimester 3 (tiga)
dilakukan perencanaan persalinan, termasuk pemeriksaan ultrasonografi
(USG) dan rujukan terencana bila diperlukan.
Pelayanan Kesehatan Masa Hamil dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
memiliki kompetensi dan kewenangan. Pelayanan Kesehatan Masa Hamil
harus dilakukan sesuai standar dan dicatat dalam buku KIA. Standar
pelayanan antenatal meliputi 10T, yaitu:
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
2. Ukur tekanan darah
3. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas/LILA)
4. Ukur tinggi puncak rahim (fundus uteri)
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
6. Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi tetanus difteri
(Td) bila diperlukan
7. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama masa
kehamilan
8. Tes laboratorium: tes kehamilan, kadar hemoglobin darah, golongan
darah, tes triple eliminasi (HIV, Sifilis dan Hepatitis B,) malaria pada
daerah endemis. Tes lainnya dapat dilakukan sesuai indikasi seperti
gluko-protein urin, gula darah sewaktu, sputum Basil Tahan Asam (BTA),
kusta, malaria daerah non endemis, pemeriksaan feses untuk
kecacingan, pemeriksaan darah lengkap untuk deteksi dini talasemia dan
pemeriksaan lainnya.
9. Tata laksana/penanganan kasus sesuai kewenangan.
10. Temu wicara (konseling) dan penilaian kesehatan jiwa. Informasi yang
disampaikan saat konseling minimal meliputi hasil pemeriksaan,
perawatan sesuai usia kehamilan dan usia ibu, gizi ibu hamil, kesiapan
mental, mengenali tanda bahaya kehamilan, persalinan, dan nifas,
persiapan persalinan, kontrasepsi pascapersalinan, perawatan bayi baru
lahir, inisiasi menyusu dini, ASI eksklusif.
Pada fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak memiliki vaksin tetanus
difteri dan/atau pemeriksaan laboratorium, fasilitas pelayanan kesehatan dapat
berkoordinasi dengan dinas kesehatan kabupaten/kota dan Puskesmas untuk
penyediaan dan/atau pemeriksaan, atau merujuk ibu hamil ke Puskesmas atau
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang dapat melakukan pemeriksaan
tersebut.
Pelayanan antenatal terpadu merupakan pelayanan komprehensif dan
berkualitas yang dilakukan secara terintegrasi dengan program pelayanan
kesehatan lainnya. Tujuan khusus ANC terpadu adalah:
1. Memberikan pelayanan antenatal terpadu, termasuk konseling kesehatan, dan
gizi ibu hamil, konseling KB dan pemberian ASI.
2. Pemberian dukungan emosi dan psikososial sesuai dengan keadaan ibu hamil
pada setiap kontak dengan tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi klinis
dan interpersonal yang baik.
3. Menyediakan kesempatan bagi seluruh ibu hamil untuk mendapatkan
pelayanan antenatal terpadu minimal 6 kali selama masa kehamilan.
4. Melakukan pemantauan tumbuh kembang janin.
5. Mendeteksi secara dini kelainan/penyakit/gangguan yang diderita ibu hamil.
6. Melakukan tata laksana terhadap kelainan/penyakit/gangguan pada ibu hamil
sedini mungkin atau melakukan rujukan kasus ke fasilitas pelayanan
kesehatan sesuai dengan sistem rujukan yang ada.
Dalam pelayanan antenatal terpadu, tenaga kesehatan harus mampu
melakukan deteksi dini masalah gizi, faktor risiko, komplikasi kebidanan,
gangguan jiwa, penyakit menular dan tidak menular yang dialami ibu hamil serta
melakukan tata laksana secara adekuat (termasuk rujukan apabila diperlukan)
sehingga ibu hamil siap untuk menjalani persalinan bersih dan aman.
Masalah yang mungkin dialami ibu hamil antara lain:

i
1. Masalah gizi: anemia, KEK, obesitas, kenaikan berat badan tidak sesuai
standar
2. Faktor risiko: usia ibu ≤16 tahun, usia ibu ≥35 tahun, anak terkecil ≤2 tahun,
hamil pertama ≥4 tahun, interval kehamilan >10 tahun, persalinan ≥4 kali,
gemeli/kehamilan ganda, kelainan letak dan posisi janin, kelainan besar janin,
riwayat obstetrik jelek (keguguran/gagal kehamilan), komplikasi pada
persalinan yang lalu (riwayat vakum/forsep, riwayat perdarahan
pascapersalinan dan atau transfusi), riwayat bedah sesar, hipertensi,
kehamilan lebih dari 40 minggu.
3. Komplikasi kebidanan: ketuban pecah dini, perdarahan pervaginam, hipertensi
dalam kehamilan/preeklampsia/eklampsia, ancaman persalinan prematur,
distosia, plasenta previa,dll.
4. Penyakit tidak menular: hipertensi, diabetes mellitus, kelainan jantung, ginjal,
asma, kanker, epilepsi, gangguan autoimun, dll.
5. Penyakit menular: HIV, sifilis, hepatitis, malaria, TB, demam berdarah, tifus
abdominalis, dll.
6. Masalah kejiwaan: depresi, gangguan kecemasan, psikosis, skizofrenia.

Pelayanan antenatal dapat dilaksanakan secara terpadu dengan program lain,


yaitu:
1. Program Gizi
a. Gizi Seimbang pada Ibu Hamil Gizi seimbang pada ibu hamil sangat perlu
diperhatikan karena ibu hamil harus memenuhi kebutuhan gizi untuk dirinya
dan untuk pertumbuhan serta perkembangan janinnya. Ibu hamil harus
mengonsumsi beraneka ragam makanan dengan jumlah dan proporsi yang
seimbang.
b. Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada Ibu Hamil Ibu hamil rentan
menderita anemia karena adanya peningkatan volume darah selama
kehamilan untuk pembentukan plasenta, janin dan cadangan zat besi dalam
ASI. Kadar Hb pada ibu hamil menurun pada trimester I dan terendah pada
trimester II, selanjutnya meningkat kembali pada trimester III. Penurunan
kadar Hb pada ibu hamil yang menderita anemia sedang dan berat akan
mengakibatkan peningkatan risiko persalinan, peningkatan kematian anak
dan infeksi penyakit. Upaya pencegahan anemia gizi besi pada ibu hamil
dilakukan dengan memberikan 1 tablet setiap hari selama kehamilan
minimal 90 tablet, dimulai sedini mungkin dan dilanjutkan sampai masa
nifas.
c. Penanggulangan Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil
Penanggulangan ibu hamil KEK seharusnya dimulai sejak sebelum hamil
bahkan sejak usia remaja putri. Upaya penanggulangan tersebut
membutuhkan koordinasi lintas program dan perlu dukungan lintas sektor,
organisasi profesi, tokoh masyarakat, LSM dan institusi lainnya.

2. Program Pengendalian Malaria


Strategi pelayanan terpadu pengendalian malaria dalam antenatal
adalah pemeriksaan (skrining) malaria pada kunjungan pertama antenatal dan
pemberian kelambu berinsektisida terhadap semua ibu hamil yang tinggal di
Dilarang mengcopy dokumen ini tanpa seijin Manajemen Mutu Puskesmas
Kecamatan Gambir |9 Panduan Kesehatan Ibu dan Anak Puskemas
Kecamatan Gambir kabupaten/kota endemis tinggi malaria. Sedangkan untuk
ibu hamil yang tinggal di kabupaten/kota endemis rendah dilakukan selektif
pada ibu hamil yang memiliki gejala dan :
a. Tinggal di desa endemis tinggi malaria (desa merah),
b. ada riwayat berkunjung/tinggal di daerah endemis malaria 1 (satu) bulan
terakhir,
c. pernah sakit malaria dalam 2 tahun terakhir.

i
d. Program pengendalian Malaria dengan pelayanan ibu hamil untuk daerah
endemis tinggi malaria, pada kunjungan pertama (K1) ANC semua ibu hamil
dilakukan:
e. Pemberian kelambu berinsektisida
f. Skrining darah malaria (RDT/mikroskopis)
g. Pemberian terapi pada ibu hamil positif malaria

3. Program Pengendalian Tuberkolusis (TBC)


Manifestasi klinis TBC pada kehamilan umumnya sama dengan wanita
yang tidak hamil yaitu manifestasi umum dari TBC paru. Semua wanita hamil
harus diskrining anamnesis untuk diagnosis TBC. Apabila dari hasil anamnesis
ibu hamil terduga menderita TBC, dilakukan kerjasama dengan program TBC
untuk penegakan diagnosis dan tata laksana lebih lanjut. Pada wanita hamil
terduga TB perlu dilakukan juga Tes HIV. Ibu hamil yang sakit TBC, harus
segera diberi pengobatan OAT untuk mencegah penularan dan kematian.
Amikasin, Streptomisin, Etionamid/Protionamid TIDAK DIREKOMENDASIKAN
untuk pengobatan tuberkulosis pada ibu hamil.

4. Program Pengendalian HIV, Sifilis Dan Hepatitis B


Penularan vertikal HIV, Sifilis dan hepatitis B dapat terjadi dari ibu ke
bayi yang dikandungnya. Upaya kesehatan masyarakat untuk mencegah
penularan ini dimulai dengan skrining pada ibu hamil terhadap HIV,Sifilis dan
Hepatitis B pada saat pemeriksan antenatal (ANC) pertama pada trimester
pertama. Tes skrining menggunakan tes cepat (rapid tes ) HIV, tes cepat sifilis
( TP rapid ) dan tes cepat HBsAg. Tes cepat ini relatif murah, sederhana dan
tanpa memerlukan keahlian khusus sehingga dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan ( pemberi layanan langsung ). Skrining HIV, sifilis dan hepatitis B
pada ibu hamil dilaksanakan secara bersamaan dalam paket pelayanan
antenatal terpadu. Secara program nasional upaya pengendalian terhadap
ketiga penyakit infeksi menular langsung ini disebut Program Pencegahan
Penularan HIV, Sifilis dan hepatitis B dari Ibu ke Anak (PPIA). Kebijakan dalam
pelaksanaan PPIA diintegrasikan dalam layanan KIA sebagai berikut :
a. PPIA merupakan bagian dari program nasional pengendalian HIV, IMS,
Hepatitis B dan prgram kesehatan ibu dan anak.
b. Pelaksanaan kegiata PPIA diintegrasikan pada layanan KIA, Keluarga
Berencana (KB) dan kesehatan remaja di setiap jenjang pelayanan
kesehatan dengan ekspansi secara bertahap dn melibatkan peran non
pemerintah, LSM dan komunitas.
c. Setiap perempuan yang datang ke layanan KIA-KB dan remaja mendapat
layanan kesehatan diberi informasi tentang PPIA.
d. Di setiap jenjang pelayanan KIA, tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan wajib melakukan tes HIV, sifilis dan hepatitis B kepada semua
ibu hamil minimal 1 kali sebagai bagian dari pemeriksaan laboratorium rutin
pada waktu pemeriksaan antenatal pada kunjungan 1 (K1) hingga
menjelang persalinan. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan pada kunjungan
pertama trimester 1.
e. Daerah yang belum mempunyai tenaga kesehatan yang mampu/berwenang
melakukan tes HIV, Sifilis dan Hepatitis B tersebut tetap dilakukan dengan
cara : 1) Merujuk ibu hamil ke fasilitas pelayanan yang memadai; 2)
Melakukan on the job training bagi tenaga kesehatan ( pemberi pelayanan
kesehatan langsung ); 3) Pelimpahan wewenang kepada tenaga kesehatan
lain yang terlatih dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan
setempat.
f. Setiap ibu hamil yang positif HIV, atau Sifilis atau Hepatitis B wajib diberikan
tatalaksana sesuai standar meliputi pemberian terapi, pertolongan
persalinan di fasilitas pelayanan keshatan, konseling menyusui dan
konseling KB.

i
g. Perencanaan ketersediaan logistik (obat dan reagen) dilaksanakan secara
berjenjang mulai dari Puskesmas, Rumah Sakit, Dinas Kesehatan
Kabupaten /Kota sampai Provinsi dan berkoordinasi dengan Ditjen
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan.
h. Pencatatan valid berdasarkan nomor induk kependudukan (NIK).
i. Monitoring, evaluasi, pembinaan dan pengawasan teknis serta umpan balik
PPIA sebagai upaya kesehatan masyarakat

5. Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular


Pada masa kehamilan program pencegahan dan pengendalian
penyakit tidak menular terkait ada 3 penyakit, yaitu:
a. Antenatal dengan Riwayat Hipertensi
Hipertensi selama kehamilan tidak hanya melibatkan perempuan yang
hipertensi saat hamil, tetapi juga perempuan yang mengalami hipertensi
sebelum kehamilan. Pada ibu hamil dilakukan skrining untuk menentukan
stratifikasi faktor risiko hipertensi pada kehamilan dan rencana
penanggulangannya. Rekomendasi tata laksana hipertensi pada kehamilan
merujuk pada PNPK komplikasi kehamilan.
b. Antenatal dengan Riwayat Diabetes
Hiperglikemia yang terdeteksi pada kehamilan harus ditentukan
klasifikasinya yaitu diabetes melitus tipe 2 dengan kehamilan atau Diabetes
mellitus gestasional
c. Antenatal dengan Riwayat Talasemia
Setiap pasangan dengan riwayat keluarga talasemia, dan berencana
memiliki anak dianjurkan untuk melakukan skrining. Pada kehamilan,
penjaringan atau skrining utama ditujukan pada ibu hamil saat pertama kali
kunjungan ANC. Jika ibu merupakan pembawa sifat atau ”carrier” talasemia,
maka skrining kemudian dilanjutkan pada ayah janin dengan teknik yang
sama. Jika ayah janin normal maka skrining janin (pranatal diagnosis) tidak
disarankan. Jika ayah janin merupakan pengidap atau ”carrier” talasemia
maka disarankan mengikuti konseling genetik dan jika diperlukan
melanjutkan pemeriksaan skrining pada janin (pranatal diagnosis).
Pemeriksaan bayi baru lahir tidak umum dilakukan tetapi dapat dilakukan
bila kedua orangtuanya adalah pembawa sifat talasemia. Untuk pasangan
dengan yang salah satunya “carrier”, atau keduanya “carrier” atau salah
satunya penyandang atau keduanya penyandang diberikan edukasi
komprehensif tentang kondisi yang mungkin dialami oleh anak yang akan
dilahirkan. Diagnosis Prenatal adalah kegiatan pemeriksaan yang bertujuan
mendiagnosis janin apakah menderita talasemia mayor/minor/ normal.
Pemeriksaan ini hanya dilakukan pada janin dari pasangan yang keduanya
adalah pembawa sifat talasemia.
Pada kasus ini selain anamnesis dan pemeriksaan fisis, pemeriksaan
laboratorium tahap awal yang dapat dilakukan adalah:
1) Pemeriksaan darah: Haemoglobin, Hematokrit, MCV, MCH, dan RDW.
2) Bila tidak ada fasilitas cell counter dapat dilakukan pemeriksaan
Haemoglobin, Hematokrit, dan morfologi sediaan merah dengan
sediaan hapus (hitung sel darah merah) untuk secara manual
menghitung MCV dan MCH.

6. Program Kesehatan Jiwa


Ibu hamil yang sehat mentalnya merasa senang dan bahagia, mampu
menyesuaikan diri terhadap kehamilannya sehingga dapat menerima berbagai
perubahan fisik yang terjadi pada dirinya, dan dapat tetap aktif melakukan
aktivitas sehari-hari.
Masalah atau gangguan kesehatan jiwa yang dialami oleh ibu hamil
tidak saja berpengaruh terhadap ibu hamil tersebut, tetapi mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan janinnya saat didalam kandungan, setelah

i
melahirkan, bayinya, masa kanak dan masa remaja. Beberapa masalah dan
gangguan kesehatan jiwa pada ibu hamil yang dapat terjadi antara lain:
a. Stres
b. Gangguan Kecemasan Menyeluruh
c. Gangguan Panik
d. Gangguan Obsesif Kompulsif (OCD)
e. Gangguan Bipolar
f. Gangguan Somatoform
g. Gangguan Stres Paska Trauma
h. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan NAPZA
i. Gangguan Depresi
j. Gangguan Skizofrenia
Pemeriksaan kesehatan jiwa pada ibu hamil yang dapat dilaksanakan
saat melaksanakan kunjungan ke fasilitas pelayanan kesehatan primer
sebagai berikut:
a. Melaksanakan skrining (deteksi dini) masalah kesehatan jiwa pada ibu hamil
saat pemeriksaan kehamilan melalui wawancara klinis. Jangan lupa
menanyakan faktor risiko gangguan kesehatan jiwa, riwayat masalah
kesehatan jiwa yang pernah dialami dan penggunaan NAPZA. Pemeriksaan
kesehatan jiwa pada ibu hamil minimal dilakukan pada trimester pertama
dan trimester ketiga. Apabila pada trimester pertama ditemukan
masalah/gangguan jiwa, maka akan dievaluasi setiap kunjungan.
b. Jika gangguan jiwa tidak dapat ditangani di fasilitas pelayanan kesehatan
primer, segera merujuk ke RS atau ahli jiwa di wilayah kerja fasilitas
pelayanan kesehatan primer.
c. Kelola stres dengan baik dengan cara: rekreasi, senam ibu hamil, jalan
sehat, relaksasi, curhat dengan orang yang tepat, makanan berserat,
berpikir positif, kurangi tuntutan diri sendiri, ekspresikan stres, duduk santai,
tidak membandingkan diri dengan orang lain, menghitung anugrah, melatih
pernafasan, mendengarkan musik dan sebagainya.
d. Mempromosikan gaya hidup Ceria yaitu cerdas intelektual, emosional dan
spiritual, empati dalam berkomunikasi yang efektif, rajin beribadah sesuai
agama dan keyakinan, interaksi yang bermanfaat bagi kehidupan, asih,
asah dan asuh tumbuh kembang dalam keluarga dan masyarakat. Dengan
demikian fasilitas pelayanan kesehatan primer sedini mungkin
mempersiapkan kondisi kejiwaan ibu hamil agar tetap sehat selama masa
kehamilan, melahirkan bayi dan ibu yang sehat paska melahirkan.

7. Pelayanan Keguguran
Keguguran merupakan kematian janin dalam kandungan sebelum usia
kehamilan mencapai 20 minggu. Ibu yang mengalami keguguran wajib
mendapat pelayanan kesehatan asuhan pascakeguguran yang berupa
pelayanan konseling dan pelayanan medis. Konseling dalam asuhan pasca
keguguran dilakukan setidaknya untuk 3 (tiga) tujuan, yaitu:
a. Membantu perempuan mengambil keputusan terkait tatalaksana klinis yang
sesuai dengan kebutuhannya.
b. Memberikan dukungan psikososial kepada perempuan dan mengidentifikasi
adanya kebutuhan layanan psikososial lebih lanjut
c. Membantu perempuan merencanakan kehamilan selanjutnya dan
mengambil keputusan terkait penggunaan kontrasepsi pasca keguguran
sesuai kebutuhannya
Pelayanan konseling harus dilakukan baik sebelum dan sesudah pelayanan
medis, meliputi:
a. Konseling dukungan psikososial
Selama konseling, petugas kesehatan perlu:
1. Melakukan penapisan masalah psikologis, seperti depresi dan ansietas
2. Mengidentifikasi perempuan dengan kondisi psikososial khusus

i
3. Menggali suasana perasaan perempuan, khususnya rasa berduka,
kecemasan, dan rasa tertekan
4. Mengidentifikasi rencana tindak lanjut yang dibutuhkan (termasuk
pemberian obat dan rujukan)
5. Memberikan dukungan emosional
6. Meminta persetujuan (informed consent) untuk pemberian layanan atau
rujukan.
b. Konseling Pelayanan Medis
Terdapat beberapa hal yang perlu diketahui dan diputuskan oleh
pasien terkait asuhan pasca keguguran yang akan ia terima. Hal yang
pertama berkaitan dengan tata laksana klinis, khususnya evakuasi hasil
konsepsi. Untuk itu, selama konseling diberikan, petugas kesehatan perlu:
1. Mengidentifikasi kebutuhan tatalaksana medis berdasarkan kondisi medis
pasien
2. Menjelaskan berbagai pilihan tatalaksana medis yang dapat dilakukan
beserta manfaat/keunggulan dan risiko/kekurangannya
3. Mengidentifikasi kebutuhan rujukan untuk tatalaksana medis lebih lanjut
4. Meminta persetujuan (informed consent) untuk dilakukannya tatalaksana
medis atau rujukan
Pasien akan lebih dapat menerima tata laksana klinis yang diberikan
ketika itu datang dari pilihannya sendiri. Dengan demikian, informasi yang
perlu dijelaskan terkait hal ini meliputi:
1. Pilihan metode atau prosedur klinis yang diperlukan untuk
menatalaksana masalah pasien
2. Apa yang akan dilakukan selama dan setelah prosedur berlangsung
3. Apa yang mungkin akan dirasakan oleh pasien (kram seperti menstruasi,
nyeri, dan perdarahan)
4. Lama berlangsungnya proses tersebut
5. Berbagai pilihan pengelolaan nyeri, risiko dan komplikasi terkait prosedur
yang dilakukan
6. Kapan pasien dapat kembali melakukan aktivitas, termasuk berhubungan
seksual
7. Perawatan Lanjutan
Petugas Kesehatan kemudian memberikan rekomendasi tata laksana
yang paling sesuai berdasarkan usia kehamilan dan kondisi medis pasien,
serta keuntungan serta kerugian dari berbagai pilihan prosedur yang ada.

c. Konseling perencanaan kehamilan (diberikan sampai dengan 14 hari


pascakeguguran)
Tenaga kesehatan harus menjelaskan kepada pasien bahwa proses
ovulasi dan kesuburan pada perempuan dapat kembali dalam 8 hari setelah
terjadinya keguguran (bahkan lebih awal pada beberapa kasus). Karena itu,
setiap pasien yang mendapatkan asuhan pascakeguguran perlu mendapat
konseling tentang perencanaan kehamilan. Hal tersebut penting untuk
membantu pasien memutuskan apakah ia ingin segera hamil kembali,
menunda kehamilan, atau bahkan menghindari kehamilan sama sekali. Hal
ini termasuk informasi terkait pilihan metode kontrasepsi pasca keguguran
yang tersedia dan yang paling sesuai dengan kebutuhannya.
Konseling perencanaan kehamilan dapat dilakukan sebelum maupun
sesudah evakuasi hasil konsepsi, namun jika kondisi memungkinkan dan
tidak membahayakan, sebaiknya konseling kontrasepsi diberikan sebelum
tatalaksana dilakukan. Hal tersebut dilakukan karena ada metode yang
dapat langsung diberikan saat evakuasi hasil konsepsi dilakukan, yaitu Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR). Pelayanan medis pascakeguguran
dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan oleh dokter atau dokter spesialis
yang memiliki kompetensi dan kewenangan, meliputi:

i
1. tindakan pengeluaran hasil konsepsi secara farmakologis dan/atau
operatif; (termasuk pematangan serviks, pemberian antibiotika profilaksis,
dan pencegahan infeksi)
2. tata laksana nyeri; dan
3. tata laksana pascatindakan pengeluaran sisa hasil konsepsi:
pemeriksaan jaringan dan tatalaksana komplikasi.
Ketentuan mengenai pelayanan medis pascakeguguran mengacu
pada standar pelayanan kedokteran sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

2. Post Natal Care (PNC)


Pelayanan pasca persalinan/Post Natal Care (PNC) terintegrasi adalah
pelayanan yang bukan hanya terkait dengan pelayanan kebidanan tetapi juga
terintegrasi dengan program-program lain yaitu dengan program gizi, penyakit
menular, penyakit tidak menular, imunisasi, jiwa dan lain lain. Sedangkan
pelayanan pasca persalinan yang komprehensif adalah pelayanan pasca
persalinan diberikan mulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang (termasuk laboratorium), pelayanan keluarga berencana pasca
persalinan, tata laksana kasus, Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE), dan
rujukan bila diperlukan.
Pelayanan pascapersalinan dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter,
bidan, perawat) sesuai kompetensi dan kewenangan. Pelayanan
pascapersalinan dilaksanakan minimal 4 (empat) kali dengan waktu kunjungan
ibu dan bayi baru lahir bersamaan yaitu:
a. Pelayanan pertama dilakukan pada waktu 6 jam sampai dengan 2 hari
setelah persalinan.
b. Pelayanan kedua dilakukan pada waktu 3-7 hari setelah persalinan.
c. Pelayanan ketiga dilakukan pada waktu 8-28 hari setelah persalinan.
d. Pelayanan keempat dilakukan pada waktu 29-42 hari setelah persalinan
untuk ibu.

i
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Berikut ini tabel ketenagaan di BLUD Puskesmas Kecamatan Tanah Abang yang
bertugas melaksanakan Program Kesehatan Ibu.

Pendidikan Sertifikasi
No. Jenis Tenaga Jumlah
Formal yang dimiliki

Koordinator pelayanan
S1
1. dan program Kesehatan STR aktif 1 Orang
Kedokteran
Ibu dan Anak (KI)

Dokter pelaksana
S1
2. pelayanan kesehatan ibu STR aktif 1 Orang
Kedokteran
(KI)

Bidan pelaksana
Minimal D3
3. pelayanan dan program STR aktif 4 Orang
Kebidanan
Kesehatan Ibu (KI)

B. Distribusi Ketenagaan

No. Jenis kegiatan Petugas

1. Pelayanan ibu hamil 1 dokter, 2 bidan

2. Pelayanan ibu nifas 1 dokter, 2 bidan

3. Program kelas ibu 1 dokter, 4 didan

4. Program validasi PWS KIA 1 dokter, 4 bidan

5. Program bedah kasus maternal dan neonatal 1 dokter, 4 bidan

C. Jadwal Kegiatan
i
1. Pelayanan Kesehatan Ibu
Seluruh staf bekerja dari hari Senin-Jumat dari jam 08.00 – 16.00 (Senin –
Kamis), 08.00 - 16.30 (Senin – Jumat), area kerja meliputi internal
puskesmas dan eksternal puskesmas di wilayah Kecamatan Tanah Abang.

2. Program Kesehatan Ibu


Program kesehatan ibu meliputi
a. Kelas Ibu
b. Rapat koordinasi validasi dan evaluasi data PWS KIA
c. Bedah maternal dan perinatal

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

B. Standar Fasilitas
1. Kondisi Bangunan dan Prasarana Fisik
NO. JENIS KELENGKAPAN KETERANGAN
1. Gedung Unit Kesehatan Ibu
2. Ventilasi Terdapat Jendela yang bisa dibuka lebar
3. Penerangan (Lampu) Secukupnya
4. Air Mengalir Bersih Secukupnya
5. Daya Listrik Secukupnya
6. Terdiri dari 2 ruangan, 1 ruangan untuk
Tata Ruang pemeriksaan ibu hamil, 1 ruangan untuk
pemeriksaan ibu nifas.
7. Tempat Penampungan Tidak Membutuhkan
8. Tempat Penampungan /
Tempat sampah domestik, tempat sampah
Pengolahan Limbah
infeksius, tempat sampah benda tajam
Padat

2. Jenis Peralatan Alat Kesehatan


NO Peralatan Alat Kesehatan Jumlah
1. Tempat tidur pasien 2 buah
2. Doppler 2 buah
3. Pita pengukur fundus 1 buah
4. Tensi Meter 2 buah
5. Pita pengukur lengan atas (LILA) 1 buah
6. Stetoskop 1 buah
i
7. Thermometer 1 buah
8. Timbangan Badan 2 buah
9. Troly alkes 2 buah
10. Safety box 1 buah
11. Tempat sampah 2 buah

3. Jenis Peralatan Non Medis


No. Peralatan Non Medis Jumlah
1. Meja 3 buah
2. Komputer 1 buah
3. Printer 1 buah
4. Lemari Arsip 1 buah
5. Lemari alkes 1 buah

BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. Ante Natal Care


Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus
memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar terdiri dari:
1. Timbang Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan (TB)
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan
untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan berat
badan yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1
kilogram setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan
janin. Pengukuran tinggi badan pada pertama kali kunjungan dilakukan
untuk menapis adanya faktor risiko pada ibu hamil. Tinggi badan ibu hamil
kurang dari 145 cm meningkatkan risiko untuk terjadinya CPD (Cephalo
Pelvic Disproportion).

2. Ukur tekanan Darah


Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan
untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90 mmHg) pada
kehamilan dan preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau
tungkai bawah; dan atau proteinuria).
3. Nilai status Gizi (Ukur lingkar lengan atas /LILA)
Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga
kesehatan di trimester I untuk skrining ibu hamilberisiko KEK. Kurang
energi kronis disini maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi
dan telah berlangsung lama (beberapa bulan/tahun) dimana LiLA kurang
dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat melahirkan bayi berat
lahir rendah (BBLR).

4. Ukur Tinggi fundus uteri


Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan
untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur
kehamilan. Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan umur kehamilan,
kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin. Standar pengukuran
menggunakan pita pengukursetelah kehamilan 24 minggu

5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)


Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan
selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan
untuk mengetahui letak janin. Jika, pada trimester III bagian bawah janin
bukan kepala, atau kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada
kelainan letak, panggul sempit atau ada masalah lain. Penilaian DJJ
i
dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya.setiap kali kunjungan
antenatal. DJJ lambat kurang dari 120 kali/menit atau DJJ cepat lebih dari
160 kali/menit menunjukkan adanya gawat janin.

6. Skrining Status Imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid


(TT) bila diperlukan
Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus
mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining
status imunisasi T- nya. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, disesuai
dengan status imunisasiTibu saat ini. Ibu hamil minimalmemiliki status
imunisasi T2agar mendapatkan perlindungan terhadap infeksi tetanus. Ibu
hamil dengan status imunisasi T5 (TTLong Life) tidak perlu diberikan
imunisasi TT lagi.
Pemberian imunisasi TT tidak mempunyai interval maksimal, hanya
terdapat interval minimal. Interval minimal pemberian imunisasi TT dan
lama perlindungannya dapat dilihat pada tabelberikut :

7. Beri Tablet tambah darah (tablet besi)


Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat tablet
tambah darah (tablet zat besi) dan Asam Folat minimal 90 tablet selama
kehamilan yang diberikan sejak kontak pertama.

8. Periksa laboratorium (rutin dan khusus)


Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada ibu hamil adalah
pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus. Pemeriksaan laboratorium rutin
adalah pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan pada setiap ibu
hamil yaitu golongan darah, hemoglobin darah, dan pemeriksaan spesifik
daerah endemis/epidemi (malaria, HIV, dll). Sementara pemeriksaan
laboratorium khusus adalah pemeriksaan laboratorium lain yang dilakukan
atas indikasi pada ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal.
Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal tersebut meliputi:
a. Pemeriksaan golongan darah Pemeriksaan golongan darah pada ibu
hamil tidak hanya untuk mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan
jugauntuk mempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-waktu
diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.
b. Pemeriksaan kadar Hemoglobin darah (Hb) Pemeriksaan kadar
hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal sekali pada trimester
pertama dan sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini ditujukan
untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia atau tidak
selama kehamilannya karena kondisi anemia dapat mempengaruhi
proses tumbuh kembang janin dalam kandungan. Pemeriksaan kadar
hemoglobin darah ibu hamil pada trimester kedua dilakukan atas
indikasi.
c. Pemeriksaan protein dalam urin Pemeriksaan protein dalam urin pada
ibu hamil dilakukan pada trimester kedua dan ketiga atas indikasi.
Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui adanya proteinuria pada
ibu hamil. Proteinuria merupakan salah satu indikator terjadinya pre-
eklampsia pada ibu hamil.
d. Pemeriksaan kadar gula darah. Ibu hamil yang dicurigai menderita
diabetes melitus harus dilakukan pemeriksaan gula darah selama
kehamilannya minimal sekali pada trimester pertama, sekali pada
trimester kedua, dan sekali pada trimester ketiga. e. Pemeriksaan
darah Malaria Semua ibu hamil di daerah endemis Malariadilakukan
pemeriksaan darah Malaria dalam rangka skrining pada kontak
pertama. Ibu hamil di daerah non endemis Malaria dilakukan
pemeriksaan darah Malaria apabila ada indikasi.
e. Pemeriksaan tes Sifilis Pemeriksaan tes sifilis dilakukan di daerah
dengan risiko tinggi dan ibu hamil yang diduga menderita sifilis.
i
Pemeriksaaan sifilis sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada
kehamilan.
f. Pemeriksaan HIV Di daerah epidemi HIV meluas dan terkonsentrasi,
tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan wajib menawarkan
tes HIVkepada semua ibu hamil secara inklusif pada pemeriksaan
laboratorium rutin lainnya saat pemeriksaan antenatal atau menjelang
persalinan. Di daerah epidemi HIV rendah, penawaran tes HIV oleh
tenaga kesehatan diprioritaskan pada ibu hamil dengan IMS dan TB
secara inklusif pada pemeriksaan laboratorium rutin lainnya saat
pemeriksaan antenatal atau menjelang persalinan Teknik penawaran ini
disebut Provider Initiated Testing and Councelling (PITC)atau Tes HIV
atas Inisiatif Pemberi Pelayanan Kesehatan dan Konseling (TIPK).
g. Pemeriksaan BTA Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang
dicurigai menderita tuberkulosis sebagai pencegahan agar infeksi
tuberkulosis tidak mempengaruhi kesehatan janin. Selain pemeriksaaan
tersebut diatas, apabila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan
penunjang lainnya di fasilitas rujukan. Mengingat kasus perdarahan dan
preeklamsi/eklamsi merupakan penyebab utama kematian ibu, maka
diperlukan pemeriksaan dengan menggunakan alat deteksi risiko ibu
hamil oleh bidan termasuk bidan desa meliputi alat pemeriksaan
laboratorium rutin (golongan darah, Hb), alat pemeriksaan laboratorium
khusus (gluko-protein urin), dan tes hamil.

9. Tatalaksana/penanganan Kasus.
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan
laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus
ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan.
Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem
rujukan.

10. Temu wicara (konseling).


Temu wicara (konseling) dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang
meliputi :
a. Kesehatan ibu Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan
kehamilannya secara rutin ke tenaga kesehatan dan menganjurkan ibu
hamil agar beristirahat yang cukup selama kehamilannya (sekitar 9-10
jam per hari) dan tidak bekerja berat.
b. Perilaku hidup bersih dan sehat Setiap ibu hamil dianjurkan untuk
menjaga kebersihan badan selama kehamilan misalnya mencuci tangan
sebelum makan, mandi 2 kali sehari dengan menggunakan sabun,
menggosok gigi setelah sarapan dan sebelum tidur serta melakukan
olah raga ringan.
c. Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan
Setiap ibu hamil perlu mendapatkan dukungan dari keluarga terutama
suami dalam kehamilannya. Suami, keluarga atau masyarakat perlu
menyiapkan biaya persalinan, kebutuhan bayi, transportasi rujukan dan
calon donor darah. Hal ini penting apabila terjadi komplikasi kehamilan,
persalinan, dan nifas agar segera dibawa ke fasilitas kesehatan.
d. Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan
menghadapi komplikasi Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenal tanda-
tanda bahaya baik selama kehamilan, persalinan, dan nifas misalnya
perdarahan pada hamil muda maupun hamil tua, keluar cairan berbau
pada jalan lahir saat nifas, dsb. Mengenal tanda-tanda bahaya ini
penting agar ibu hamil segera mencari pertolongan ke tenaga kesehtan
kesehatan.
e. Asupan gizi seimbang Selama hamil, ibu dianjurkan untuk mendapatkan
asupan makanan yang cukup dengan pola gizi yang seimbang karena
hal ini penting untuk proses tumbuh kembang janin dan derajat

i
kesehatan ibu. Misalnya ibu hamil disarankan minum tablet tambah
darah secara rutin untuk mencegah anemia pada kehamilannya.
f. Gejala penyakit menular dan tidak menular. Setiap ibu hamil harus tahu
mengenai gejala-gejala penyakit menular dan penyakit tidak menular
karena dapat mempengaruhi pada kesehatan ibu dan janinnya.
g. Penawaran untuk melakukan tes HIV dan Konseling di daerah Epidemi
meluas dan terkonsentrasi atau ibu hamil dengan IMS dan TB di daerah
epidemic rendah. Setiap ibu hamil ditawarkan untuk dilakukan tes HIV
dan segera diberikan informasi mengenai resiko penularan HIV dari ibu
ke janinnya. Apabila ibu hamil tersebut HIV positif maka dilakukan
konseling Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA). Bagi
ibu hamil yang negatif diberikan penjelasan untuk menjaga tetap HIV
negatif diberikan penjelasan untuk menjaga HIV negative selama hamil,
menyusui dan seterusnya.
h. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI ekslusif Setiap ibu hamil
dianjurkan untuk memberikan ASI kepada bayinya segera setelah bayi
lahir karena ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang penting untuk
kesehatan bayi. Pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi berusia 6 bulan.
i. KB paska persalinan Ibu hamil diberikan pengarahan tentang
pentingnya ikut KB setelah persalinan untuk menjarangkan kehamilan
dan agar ibu punya waktu merawat kesehatan diri sendiri, anak, dan
keluarga.
j. Imunisasi Setiap ibu hamil harus mempunyai status imunisasi (T) yang
masih memberikan perlindungan untuk mencegah ibu dan bayi
mengalami tetanus neonatorum.
k. Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain booster)
Untuk dapat meningkatkan intelegensia bayi yang akan dilahirkan, ibu
hamil dianjurkan untuk memberikan stimulasi auditori dan pemenuhan
nutrisi pengungkit otak (brain booster) secara bersamaan pada periode
kehamilan.

B. Post Natal Care


Post Natal Care Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk
mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi.
1. Lingkup pelayanan pascapersalinan bagi ibu meliputi:
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu
c. Pemeriksaan tanda-tanda anemia
d. Pemeriksaan tinggi fundus uteri
e. Pemeriksaan kontraksi uteri
f. Pemeriksaan kandung kemih dan saluran kencing
g. Pemeriksaan lokhia dan perdarahan
h. Pemeriksaan jalan lahir
i. Pemeriksaan payudara dan pendampingan pemberian ASI Ekslusif
j. Identifikasi risiko tinggi dan komplikasi pada masa nifas
k. Pemeriksaan status mental ibu
l. Pelayanan kontrasepsi pascapersalinan
m. Pemberian KIE dan konseling
n. Pemberian kapsul vitamin A
2. Langkah-langkah pelayanan pascapersalinan :

i
a. Pemeriksaan dan tata laksana terpadu masa
nifas
b. Identifikasi risiko dan komplikasi;
c. Penanganan risiko dan komplikasi,
d. Konseling; dan
e. Pencatatan pada Buku KIA dan Kartu Ibu/Rekam medis

i
3. Frekuensi kunjungan masa nifas
a. 6-8 jam setelah persalinan
1) Mencegah perdarahan masa nifas akibat atonia uteri.
2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan rujuk
jika perdarahan berlanjut
3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena
atonia uteri.
4) Pemberian ASI awal
5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hypothermia
7) Jika petugas kesehatan menolong persalinan ia harus tinggal dengan
ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau
sampai ibu dan bayi dalam keadaan.
b. 6 hari setelah persalinan
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal uterus berkontraksi
fundus dibawah umbilicus tidak ada perdarahan abnormal tidak ada
bau.
2) Menilai adanya tanda-tanda demam.
3) Memastikan mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat.
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit.
5) Memberikan konseling pada ibu tentang asuhan pada bayi, tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
c. 2 minggu setelah persalinan Sama seperti 6 hari setelah persalinan
d. 6 minggu setelah persalinan
1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu alami.
2) Memberikan konseling KB secara dini.

i
BAB V
LOGISTIK

Pengelolaan logistik Program Kesehatan Ibu dilakukan pada setiap tingkat


pelaksana Program Kesehatan Ibu, yaitu mulai dari tingkat Pusat, Dinas Kesehatan
Provinsi, Dinas Kesehatan Kab/kota sampai di tingkat Fasilitas pelayanan kesehatan,
baik rumah sakit, puskesmas maupun fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang
melaksanakan pelayanan Kesehatan Ibu, mulai dari pemeriksaan kehamilan hingga
pemeriksaan nifas.
Jenis logistk program Kesehatan Ibu meliputi :
1. Tablet tambah darah (TTD)
2. Logistik alat Kesehatan
a. Tensi meter
b. Thermometer
c. Stetoskop
d. Doppler
e. Pita ukur fundus uteri
f. Pita ukur lingkar lengan atas (LILA)
g. Timbangan dewasa
h. Pengukur tinggi badan
3. Logistik non alat Kesehatan
a. Buku Kesehatan ibu dan anak (KIA)
b. Kartu ibu
c. Kohort ibu
d. Register ibu

i
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM

Unit Kesehatan Ibu Puskesmas Kecamatan Tanah Abang mempunyai peran


dalam meningkatkan keselamatan pasien/sasaran secara tidak langsung di puskesmas
dengan mengikuti program 6 sasaran keselamatan pasien yang diterapkan oleh
Puskesmas kecamatan Tanah Abang, yaitu:
1. Ketepatan identifikasi pasien
2. Peningkatan komunikasi yang efektif
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
4. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi
5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
6. Pengurangan risiko pasien jatuh
Beberapa pelaksanaan kegiatan program Kesehatan Ibu dilaksanakan di dalam
gedung dan di luar gedung. Setiap program memiliki resiko yang berbeda-beda sesuai
pelaksanaan kegiatan masing-masing. Setiap pelaksana program harus melakukan
identifikasi terhadap resiko yang mungkin timbul saat pelaksanaan kegiatan yang dapat
mengenai sasaran program/masyarakat serta lingkungan. Diperlukan upaya
pencegahan terhadap resiko yang mungkin timbul untuk meningkatkan keselamatan
sasaran program/masyarakat serta lingkungan.
Hal-hal yang harus dilakukan adalah:
1. Melakukan identifikasi resiko yang dapat muncul saat pelaksanaan kegiatan
program
2. Hasil analisis penyebab timbulnya resiko
3. Membuat rencana pencegahan dan minimalisasi resiko
4. Pelaksanaan upaya pencegahan
5. Evaluasi pelaksanaan dan tindak lanjut

i
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Penanganan Kecelakaan kerja


Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dari karyawan berangkat
dari rumah ke tempat kerja, kejadian di tempat kerja, dan dalam perjalanan dari
tempat kerja ke rumah. Bila terjadi kecelakaan kerja, karyawan yang bersangkutan
melaporkan kepada kepala unit kerja dan kepala unit kerja melaporkan kepada
bagian kepegawaian paling lambat dalam waktu 2x24 jam. Penanganan keelakaan
akibat kerja dilaksanakan di BLUD Puskesmas Kecamatan Tanah Abang. Apabila
kecelakaan terjadi di luar Puskesmas Kecamatan Tanah Abang, maka penanganan
dapat dilakukan di fasilitas kesehatan terdekat untuk selanjutnya ditangani atau
dirujuk ke Rumah Sakit apabila kondisi tidak memungkinkan untuk ditangani di
fasilitas keshatan tingkat primer.

B. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)


Penggunaan Alat pelindung diri di pada kegiatan unit Kesehatan ibu sebagai
berikut.

Jenis Tindakan APD yang Digunakan

Anamnesa Masker N95, gown.

Pemeriksaan Masker N95, gown, sarung tangan bersih

Pendidikan kesehatan Masker N95, gown.

i
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. Kalibrasi Alat
Setiap alat medis yang digunakan oleh unit Kesehatan Ibu harus dilakukan kalibrasi
agar hasil yang diberikan sesuai standar. Selain kalibrasi dilakukan perbaikan jika ada
Adapun jadwal kalibrasi adalah:

Nama alat Jadwal kalibrasi Pelaksanaan


Tensimeter 1 tahun sekali Bagian sarana dan prasarana
Timbangan 1 tahun sekali Bagian sarana dan prasarana
Termometer 1 tahun sekali Bagian sarana dan prasarana
Doppler 1 tahun sekali Bagian sarana dan prasarana

B. Corrective Maintenance Alat


Dalam penyelnggaraannya, dapat terjadi bahwa alat media mengalami kerusakan dan
membutuhkan perbaikan demi kelancaran pelayanan yang bermutu. Corrective
Maintenance dilakukan hanya bila alat medis mengalami kerusakan atau keraguan
pengukuran, dan dilakukan diluar jadwal preventive maintenance. Corrective
Maintenance dilakukan dengan cara membuat permintaan perbaikan alat medis
kebagian pemelihara. setiap kali perbaikan didokumentasikan dilembar pemeliharaan
alat.

C. Pendidikan dan Pelatihan Staf


Untuk dapat memberikan pelayanan yang bermutu, seluruh petugas pelaksana
pelayanan dan program kegiatan Kesehatan ibu sebaiknya mendapatkan pendidikan
dan pelatihan secara teratur dan berkelanjutan. Perlu di buat perencanaan pendidikan
dan pelatihan bagi petugas kesehatan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan
Kesehatan Ibu. Pelatihan dilaksanakan bekerja sama dengan Suku Dinas Kesehatan,
Dinas Kesehatan, Kementerian Kesehatan, atau pihak lain penyelenggara pelatihan.
Untuk meningkatkan mutu Kesehatan Ibu perlu dibuat usulan rencana pendidikan dan
pelatihan pegawai.

D. Indikator Kinerja Pelayanan Kesehatan Ibu

Judul Indikator Program dan Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil


Definisi Operasional Presentase ibu hamil yang mendapatkan pelayanan
antenatal sesuai standar
Bagian/ Unit UKM
Pesron In charge Pelaksana program Kesehatan ibu
Kebijakan Mutu Surat Keputusan Kepala Puskesmas Kecamatan Tanah
Abang No 17 Tahun 2021 Tentang Penetapan Indikator
Mutu Kinerja dan Perilaku Serta Sasaran Keselamatan
Pasien Puskesmas Kecamatan Tanah Abang
Rasionalisasi Pemberian pelayanan antenatal sesuai standar pada ibu
hamil
Formula Kalkulasi Jumlah ibu hamil yang mendapat pelayanan K4 di fasyankes
x 100%
Jumlah semua ibu hamil di wilayah dalam satu tahun
Numerator Jumlah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal

i
sesuai standar
Denominator Jumlah semua ibu hamil di wilayah dalam satu tahun
Kriteria Inklusi Seluruh ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal
sesuai standar
Kriteria Eksklusi Selain ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal
sesuai standar di wilayah Kecamatan Tanah Abang
Metodelogi Observasi
Pengumpulan Data
Tipe pengukuran Outcome
Sumber data Kohort ibu
Waktu Pelaporan Maksimal tanggal 25 setiap bulan
Frekuensi Pelaporan Setiap bulan
Target Kinerja 100%
Jumlah Sampel Total ibu hamil
Area Monitoring Wilayah Kecamatan Tanah Abang
Rencana Komunikasi Sosialisasi
Referensi 1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 21 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum
Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah
Melahirkan, Pelayana Kontrasepsi, dan Pelayanan
Kesehatan Seksual
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/413/2020 Tentang
Pedoman Pencegahan Dan Pengendaliaan Coronavirus
Disease 2019 (COVID-19)
3. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat
Kesehatan Ibu dan Anak, Kementerian Kesehatan RI
Tahun 2010

Definisi Operasional Presentasi ibu bersalin yang mendapat pelayanan


persalinan sesuai standart di fasilitas pelayanan kesehatan.
Bagian/ Unit UKM
Pesron In charge Pelaksana program kesehatan ibu
Kebijakan Mutu Surat Keputusan Kepala Puskesmas Kecamatan Tanah
Abang No 17 Tahun 2021 Tentang Penetapan Indikator
Mutu Kinerja dan Perilaku Serta Sasaran Keselamatan
Pasien Puskesmas Kecamatan Tanah Abang
Rasionalisasi Pemberian pelayanan ibu bersalin sesuai standart di wilayah
Kecamatan Tanah Abang
Formula Kalkulasi Jumlah ibu bersalin yang mendapat pelayanan persalinan
sesuai standart di fasyankes x 100%
Jumlah semua ibu bersalin di wilayah dalam satu tahun
Numerator Jumlah ibu bersalin yang mendapat pelayanan persalinan
sesuai standart di fasyankes
Denominator Jumlah semua ibu bersalin di wilayah dalam satu tahun
i
Kriteria Inklusi Semua ibu bersalin yang mendapat pelayanan persalinan
sesuai standart di fasyankes
Kriteria Eksklusi Selain ibu bersalin yang mendapat pelayanan persalinan
sesuai standart di fasyankes di wilayah tanah abang
Metodelogi Observasi
Pengumpulan Data
Tipe pengukuran Outcome
Sumber data Kohort ibu
Waktu Pelaporan Maksimal tanggal 25 setiap bulan
Frekuensi Pelaporan Setiap bulan
Target Kinerja 100%
Jumlah Sampel Total ibu bersalin
Area Monitoring Wilayah Kecamatan Tanah Abang
Rencana Komunikasi Sosialisasi
Referensi 5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Pelayanan
Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil,
Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Pelayana
Kontrasepsi, dan Pelayanan Kesehatan Seksual
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/413/2020 Tentang Pedoman
Pencegahan Dan Pengendaliaan Coronavirus Disease
2019 (COVID-19)
3. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu
dan Anak, Kementerian Kesehatan RI Tahun 2010
1.
Definisi Operasional Ibu hamil K1 mendapatkan pemeriksaan triple eliminasi di
Puskesmas Kecamatan Tanah Abang
Bagian/ Unit UKP
Pesron In charge Pelaksana pelayanan kesehatan ibu
Kebijakan Mutu Surat Keputusan Kepala Puskesmas Kecamatan Tanah
Abang No 17 Tahun 2021 Tentang Penetapan Indikator
Mutu Kinerja dan Perilaku Serta Sasaran Keselamatan
Pasien Puskesmas Kecamatan Tanah Abang
Rasionalisasi Pemberian pelayanan ibu hamil K1 mendapatkan
pemeriksaan triple eliminasi di wilayah Kecamatan Tanah
Abang
Formula Kalkulasi Ibu hamil K1 mendapatkan pemeriksaan triple eliminasi di
Pukesmas Tanah Abang x 100 %
Jumlah ibu hamil K1 yang melakukan pemeriksaan di
Puskesmas Tanah Abang
Numerator Jumlah Ibu hamil K1 mendapatkan pemeriksaan triple
eliminasi di Pukesmas Tanah Abang
Denominator Jumlah ibu hamil K1 yang melakukan pemeriksaan di
Puskesmas Tanah Abang

i
Kriteria Inklusi Semua ibu hamil K1 mendapatkan pemeriksaan triple
eliminasi di Pukesmas Tanah Abang
Kriteria Eksklusi Selain Ibu hamil K1 mendapatkan pemeriksaan triple
eliminasi di Pukesmas Tanah Abang
Metodelogi Observasi
Pengumpulan Data
Tipe pengukuran Outcome
Sumber data Kohort ibu, register antenatal
Waktu Pelaporan Maksimal tanggal 30 setiap bulan
Frekuensi Pelaporan Setiap bulan
Target Kinerja 100%
Jumlah Sampel Total ibu hamil K1 di Puskesmas Tanah Abang
Area Monitoring Wilayah Kecamatan Tanah Abang
Rencana Komunikasi Sosialisasi
Referensi 1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Pelayanan
Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil,
Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Pelayana
Kontrasepsi, dan Pelayanan Kesehatan Seksual
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/413/2020 Tentang Pedoman
Pencegahan Dan Pengendaliaan Coronavirus Disease
2019 (COVID-19)
3. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu
dan Anak, Kementerian Kesehatan RI Tahun 2010
2.
Definisi Operasional Melakukan identifikasi pasien ibu hamil di Puskesmas Tanah
Abang
Bagian/ Unit UKP
Pesron In charge Pelaksana pelayanan kesehatan ibu
Kebijakan Mutu Surat Keputusan Kepala Puskesmas Kecamatan Tanah
Abang No 17 Tahun 2021 Tentang Penetapan Indikator
Mutu Kinerja dan Perilaku Serta Sasaran Keselamatan
Pasien Puskesmas Kecamatan Tanah Abang
Rasionalisasi Melakukan identifikasi pasien ibu hamil di Puskesmas Tanah
Abang
Formula Kalkulasi Melakukan identifikasi pasien ibu hamil di Puskesmas Tanah
Abang x 100 %
Jumlah pasien ibu hamil yang melakukan pemeriksaan di
Puskesmas Tanah Abang
Numerator Melakukan identifikasi pasien ibu hamil di Puskesmas Tanah
Abang
Denominator Jumlah pasien ibu hamil yang melakukan pemeriksaan di
Puskesmas Tanah Abang
Kriteria Inklusi Melakukan identifikasi pasien ibu hamil di Puskesmas Tanah
Abang

i
Kriteria Eksklusi Selain Ibu hamil yang melakukan pemeriksaan di
Puskesmas Tanah Abang
Metodelogi Observasi
Pengumpulan Data
Tipe pengukuran Outcome
Sumber data Kohort ibu, register antenatal
Waktu Pelaporan Maksimal tanggal 30 setiap bulan
Frekuensi Pelaporan Setiap bulan
Target Kinerja 100%
Jumlah Sampel Total ibu hamil yang melakukan pemeriksaan di Puskesmas
Tanah Abang
Area Monitoring Wilayah Kecamatan Tanah Abang
Rencana Komunikasi Sosialisasi
Referensi 1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 21 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum
Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah
Melahirkan, Pelayana Kontrasepsi, dan Pelayanan
Kesehatan Seksual
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/413/2020 Tentang
Pedoman Pencegahan Dan Pengendaliaan Coronavirus
Disease 2019 (COVID-19)
3. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat
Kesehatan Ibu dan Anak, Kementerian Kesehatan RI
Tahun 2010
3.

i
BAB IX
PENUTUP

Demikian pedoman pelayanan dan program Kesehatan ibu di Puskesmas


Kecamatan Tanah Abang. Dengan adanya pedoman ini diharapkan dapat menjadi
acuan pelaksanaan pelayanan dan kegiatan program Kesehatan ibu yang bertujuan
meningkatnya pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Kami menyadari penyusunan pedoman ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi terselenggaranya
pedoman pelaksanaan kegiatan program Kesehatan ibu yang lebih baik lagi.

i
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2021 tentang


Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil,
Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Pelayana Kontrasepsi, dan Pelayanan
Kesehatan Seksual, Jakarta

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


HK.01.07/MENKES/413/2020 Tentang Pedoman Pencegahan Dan Pengendaliaan
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19), Jakarta

Kementerian Kesehatan RI Tahun 2010, Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat,


Jakarta

i
Keterangan :
1. Jenis text isi : Arial
2. Teks judul BAB : Bold/cetak tebal, Kapital
3. Line Spacing isi :1
4. Text Alignment : Justify
5. Ukuran Kertas : F4
6. Margin atas : 1,5 cm
7. Margin kiri : 2 cm
8. Margin kanan : 3 cm
9. Margin bawah : 2 cm

Anda mungkin juga menyukai