Anda di halaman 1dari 98

KETERAMPILAN DASAR KEBIDANAN

PRAKTEK MANDIRI
BIDAN KONSELING
No. Dokumen
No Revisi
Yuni Willyanti S,Tr.Keb.Bd
SOP Tanggal Terbit
Halaman
Pengertian Proses komunikasi antara seseorang konselor dengan orang lain
(klien) untuk membantu klien melihat pemasalahannya supaya lebih
jelas sehingga klien dapat membuat keputusan atas masalah sendiri.
Tujuan Sebagai acuan proses konseling
Referensi 1. Kemenkes RI, 2014 Modul pelatihan Jabatan Fungsional Bidan Ahli,
Jakarta.
2. Saraswati I, Tarigan LH, 2022, Komunikasi efektif :ibu selamat, Bayi
Sehat, Keluarga Bahagia, Maternal and Neonatal Health, Jakarta.
3. Uripni Cl, Sujianto U, Indrawati T, 2002 Komunikasi Kebidanan ECG,
Jakarta.

Prosedur A. Langkah Awal


1. Menunjukan sikap yang baik
2. Memberi salam
3. Menyapa klien penuh sopan dengan nada suara yang baik
4. Menanyakan identitas klien
5. Menanyakan maksud kedatangan klien

B. Penghampiran (Attending Skill)


1. Menampilkan diri dengan postur yang meyakinkan
2. Melakukan gerakan fisik yang disertai dengan perhatian secara
menyeluruh.
3. Memberi pengakuan, sentuhan, dan kontak fisik yang
sederhana, penuh perhatian, dan penuh makna.
4. Memelihara kontak mata secara menyeluruh dan tepat sesuai
dengan situasi dan topik bahasan
5. Mengamati dan menyimak dengan penuh perhatian.
C. Proses Pelaksanaan
1. Menerima dan memahami ungkapan klien (gerak mata,
anggukan, gerak tangan, air muka, dsb)
2. Memberikan perhatian yang mendalam terhadap ungkapan
klien
3. Memberi pernyataan yang menggambarkan ungkapan suasana
perasaan yang diungkapkan
4. Memberikan dukungan terhadap ungkapan tertentu.
5. Memberikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan
perasaannya dengan lengkap.
6. Menunjukkan sikap memberikan perhatian dan menyimaknya
dengan penuh perhatian.
7. Membuat catatan-catatan seperlunya untuk
merangkum pembicaraan.
8. Memberikan respon dalam bentuk menyampaikan rangkuman
pembicaraan
9. Memperhatikan suasana konseling dan klien
10.Menguasai materi konseling yang berkaitan
dengan pertanyaan
11.Menggunakan alat/media peraga dalam konseling.
12.Mengajukan pertanyaan dengan cara jelas dan terarah, serta
tidak keluar dari topik pembahasan
13.Bertanya dengan menggunakan pertanyaan
terbuka, pertanyaan refleksi, klarifikasi sesekali pertanyaan
tertutup untuk pertanyaan-pertanyaan tertentu.
14.Memberikan respon balik terhadap jawaban pertanyaan yang
diajukan dengan sikap baik dan empatik
15.Melakukan kontak mata yang baik
16.Mengidentifikasi masalah
17.Memahami masalah
18.Membatasi masalah
19.Menjabarkan alternatif (brainstorming)
20.Mengevaluasi alternatif
21.Memilih alternatif terbaik
22.Menyepakati penerapan alternatif terbaik
23.Menerapkan strategi diam yang tepat
24.Melakukan reaksi dengan baik
25.Mengajukan pernyataan
26.Mengatakan bahwa waktu telah habis
27.Merangkum isi pembicaraan
28.Berdiri
29.Menyepakati pertemuan selanjutnya
30.Memberikan isyarat gerak tangan
31.Menunjukkan catatan-catatan singkat
32.Memberikan tugas-tugas tertentu (jika diperlukan)

Penanggung jawab : Paraf :

....................................
PRAKTEK MANDIRI
BIDAN PENGUKURAN BERAT BADAN

SOP No. Dokumen


No Revisi
Yuni Willyanti S,Tr.Keb.Bd Tanggal Terbit
Halaman
Pengertian Prosedur mengkaji berat badan pasien menggunakan alat timbangan
badan.
Tujuan Sebagai acuan dalam pengukuran berat badan.
Referensi 1. Ambarwati ER, 2009, KDPK Kebidanan. Nuha Medika,
Jakarta.
2. Hidayat AA, 2015, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia,
Edisi 2, Buku 2, Gudang Penerbit, Jakarta.

Prosedur A. Persiapan Alat


1. Timbangan badan (Berdiri, Duduk, Tidur)
2. Handuk Kertas
B. Prosedur Pelaksanaan
Timbangan Berdiri
1. Jelaskan kepada pasien tentang tindakan dan prosedur yang
akan dilakukan
2. Atur timbangan sehingga jarum menunjukan angka 0 (nol) dan
seimbang
3. Anjurkan pasien berdiri diatas timbangan tanpa sepatu/sandal,
pakaian jangan terlalu tebal.
4. Memperhatikan jarum penunjuk berhenti dari arah depan tegak
lurus dengan angka
5. Bantu pasien turun dari timbangan
6. Kembalikan timbangan ke posisi semula
Timbangan Tidur
1. Jelaskan kepada keluarga pasien tentang tindakan dan prosedur
yang akan dilakukan
2. Letakan timbangan pada alas yang rata dan kuat
3. Pasang alas timbangan yang bersih dan tipis
4. Pastikan bahwa jarum jam berada di angka nol
5. Sebelum ditimbang lepaskan alas kaki, baju dan topi bayi
6. Tidurkan bayi pada timbangan
7. Ketika menimbang tangan petugas diletakan diatas tubuh bayi
(tidak menempel) untuk mencegah bayi jatuh saat ditimbang
8. Tentukan hasil berat badan bayi sesuai dengan jarum petunjuk
pada timbangan, kemudian catat hasil pengukuran.
Penanggung jawab : Paraf :

...................................
PRAKTEK MANDIRI
BIDAN PENGUKURAN TINGGI BADAN

SOP No. Dokumen


No Revisi
Yuni Willyanti S,Tr.Keb.Bd Tanggal Terbit
Halaman
Pengertian Pengukuran Tinggi Badan adalah Tata cara pengukuran yang digunakan
untuk menilai status perbaikan perbaikan gizi, Pengukuran ini dapat
dilakukan dengan sangat mudah dalam menilai gangguan pertumbuhan dan
perkembangan
Tujuan Sebagai acuan dalam pengukuran tinggi badan.
Referensi 1. Ambarwati ER, 2009, KDPK Kebidanan. Nuha Medika,
Jakarta.
2. Hidayat AA, 2015, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia,
Edisi 2, Buku 2, Gudang Penerbit, Jakarta.
3. Buku Kesehatan Ibu dan Anak

Prosedur Alat dan bahan :


1. Meteran
2. Staturemeter
Langkah - langkah :
1. Bila Memakai Meteran
a. Memasang Meteran dengan cara meteran dipasang pada dinding dan
dipaku agar tidak jatuh dan berubah tempat
b. Meminta pasien melepas alas kaki dan tutup kepala (topi).
c. Meminta Pasien berdiri tegak dan menempelkan punggungnya pada
dinding
d. Meletakkan penggaris diatas ubun ubun ibu sejajar tempat pijakan
dengan cara tangan dominan sambil memengang penggaris
meletakkan penggaris tersebut diatas ubun ubun pasien, tangan yang
non dominan mengganti posisi tangan dominan untuk memegang
penggaris diatas kepala pasien
e. Menginformasikan hasil pengukuran kepada pasien
f. Mencatat pada status pasien
2. Bila Memakai Staturemeter
a. Meminta pasien untuk melepaskan alas kaki dan tutup kepala (topi)
b. Meminta pasien berdiri tegak dan menempel pada tiang pengukur
c. Menarik Staturemeter kemudian meletakkan tepat diatas ubun ubun
pasien ,dengan menggunakan tangan dominan tarik staturemeter
kemudian meletakkannya tepat diatas ubun ubun pasien
d. Memperhatikan angka yang ditunjuk oleh staturemeter ,dengan cara
pemeriksa berada tepat di depan pasien melihat angka yang ditunjuk
oleh staturemeter.
e. Menginformasikan hasil pemeriksaan kekpada pasien

Penanggung jawab : Paraf :

.....................................

PEMASANGAN INFUS
PRAKTEK MANDIRI No. Dokumen
BIDAN No Revisi
SOP Tanggal Terbit
Halaman
Yuni Willyanti S,Tr.Keb.Bd
Pengertian Suatu cara atau tindakan infasif yang dilakukan untuk memasukan
sejumlah cairan dengan cara menusukkanjarum/IV kateter ke
pembuluh darah
Tujuan Sebagai acuan dalam pengukuran tinggi badan.
Referensi 1. Ambarwati ER, 2009, KDPK Kebidanan. Nuha Medika,
Jakarta.
2. Hidayat AA, 2015, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia,
Edisi 2, Buku 2, Gudang Penerbit, Jakarta.

Prosedur A. Persiapan Alat


Alat pengukur tinggi badan

B. Prosedur Pelaksanaan
Bila memakai meteran
1. Memasang meteran
2. Meminta pasien melepas alas kaki dan penutup kepala
3. Meminta pasien berdiri tegak dan menempelkan punggungnya
pada dinding
4. Meletakan penggaris diatas ubun-ubun ibu sejajar tempat pijakan
5. Memperhatikan angka yang ditunjuk oleh batasan pengukur
6. Menginformasikan hasil ukur pada pasien
7. Menusukkan set infus ke dalam botol dengan menekan bilik drip
dan membuka klem rol
8. Memakai sarung tangan yang bersih
9. Memilih vena yang akan di tusuk
10. Meletakan tourniquet 10-12 cm diatas (proximal) tempat yang
akan ditusuk
11. Membersihkan tempat penusukan dengan gerakan memutar
menggunakan kapas alcohol
12. Memegang jarum dengan sudut 20-30 derajat dengan tangan
yang dominan
13. Menahan vena yang ditusuk 2-3 cm dibawah tempat penusukan
dengan tangan non dominan lalu menusukkan jarum
perlahanlahan
14. Pastikan masuk pembuluh darah vena ditandai darah keluar dari
jarum
15. Menarik sedikit jarum dan memasukkan sisa abocath yang belum
masuk sampai batas
16. Menekan abocath (dari luar) sambal menarik jarum hingga
keluar seluruhnya, pastikan plester kupu-kupu pada daerah
tusukan untuk
mencegah jarum abocath keluar
17. Melepaskan tabung suntik dan menghubungkan pangkal abocath
dengan ujung selang infus
18. Membuka klem rol dan memastikan infus dapat menetes dengan
baik
19. Menstabilisasi kateter IV dengan plester
20. Mengatur kecepatan aliran sesuai kebutuhan
21. Membilas darah uang ada pada tabung stik dengan menggunakan
spuit yang berisi larutan NaCL 0,9%
22. Membereskan alat
23. Melepaskan sarung tangan dan mencuci tangan
24. Mencatat dilembar tindakan (tanggal, jam, jenis cairan dan
kecepatan tetesan).
Penanggung jawab : Paraf :

......................................
PRAKTEK MANDIRI
BIDAN PEMASANGAN KATETER

SOP No. Dokumen


No Revisi
Tanggal Terbit
Yuni Willyanti S,Tr.Keb.Bd Halaman
Pengertian • Kateter adalah selang yang digunakan untuk memasukan atau
mengeluarkan cairan
• Kateter urinarius adalah memasukkan kateter melalui uretra ke
dalam kandung kemih dengan tujuan mengeluarkan urin
Tujuan Sebagai acuan dalam pemasangan kateter
Referensi 1. Novietasari E, Supartini Y, 2015, Keperawatan Dasar :
Manual Keterampilan Klinis, 1sted. Elsevier, Singapura.
2. Potter, Perry, 2009, Fundamental of Nursing: 7th Edition.
Mosby Elsevier, Singapura.
Prosedur A.Persiapan Alat
1. Baki beserta alasnya
2. Bak instrument steril berisi pinset anatomis, kassa dan sarung
tangan steril
3. Kateter sesuai ukuran
4. Aquades
5. Jelly
6. Urine bag
7. Plester
8. Gunting plester
9. Selimut mandi
10. Sampiran
11. Perlak dan pengalas
12. bengkok
B. Prosedur Pelaksanaan
1. mengucapkan salam
2. memperkenalkan diri
3. melakukan informed consent
4. mencuci tangan
5. memasang sampiran
6. menginstruksikan kepada klien untuk melepas pakaian bagian
bawahnya jika klien sadar atau bisa juga membantu pasien
melepaskan pakaian bawah.
7. Membersihkan sekitar kemaluan jika terlihat kotor dengan kapas
DTT, selanjutnya pasang perlak dan duk bolong
8. Mempersiapkan set kateter
9. Menyiapkan jelly di kasa (untuk persiapan pengolesan pada
kateter)
10. Menyiapkan spuit yang sudah terisi aquabides
11. Menyiapkan urine bag
12. Menginstruksikan kepada klien untuk Tarik nafas dalam disaat
memasukkan kateter
13. Memakai handscoon steril
14. Memasukkan kateter perlahan-lahan dengan pinset
15. Jika kateter sudah terpasang, masukkan aquabides dengan spuit
pada kateter guna mengunci kateter agar tidak lepas,
sambungkan dengan urin bag
16. Melakukan fiksasi dengan plester
17. Melakukan evaluasi subjektif dan objektif (respon klien dan
pastikan pemasangan kateter berhasil dengan tanda urin mengalir
ke urin bag)
18. Merapihkan pasien kembali dengan kondisi senyaman mungkin
19. Merapihkan alat dan melakukan dekontaminasi alat yang telah
digunakan
20. Dokumentasi kegiatan yang telah dilakukan.

Penanggung jawab : Paraf :

........................................
PRAKTEK MANDIRI
BIDAN PENGUKURAN SUHU TUBUH

SOP
No. Dokumen
No Revisi
Yuni Willyanti S,Tr.Keb.Bd Tanggal Terbit
Halaman
Pengertian Mengukur suhu tubuh dengan menggunakan termometer yang
dipasangkan di axila
Tujuan Sebagai acuan dalam pengukuran suhu tubuh
Referensi 1) Novietasari E, Supartini Y, 2015, Keperawatan Dasar :
Manual Keterampilan Klinis, 1sted. Elsevier, Singapura.
2) Potter, Perry, 2009, Fundamental of Nursing: 7th Edition.
Mosby Elsevier, Singapura.
Prosedur A. Persiapan Alat
1. Baki beserta alasnya
2. Thermometer
3. Kassa
4. Tissue
5. Larutan klorin
6. Air DTT
7. Bengkok
8. Tempat sampah

B. Prosedur Pelaksanaan
Thermometer elektronik
a. Tutup tirai di sekeliling tempat tidur klien dan atau tutup pintu
kamar
b. Posisikan ibu berbaring atau duduk
c. Sisikan pakaian klien yang menutupi bahu dan lengan
d. Angkat lengan dan mengelap ketiak klien dengan tissue kering
e. Ambil thermometer, masukan thermometer ke tengah axila,
ujung thermometer di bawah lengan dan tempatkan lengan
menyilang di dada klien
f. Biarkan ujung thermometer pada tempatnya hingga terdengar
bunyi dan suhu klien muncul pada layer digital
g. Lepaskan thermometer dari axila
h. Tekan tombol “lepas/eject” dari batang thermometer dan buang
plastic sekali
i. Usap ujung thermometer dengan menggunakan larutan klorin,
usap kembali dengan air DTT
j. Keringkan menggunakan tissue
k. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada klien
l. Mencatat hasil pengukuran
m. Merapihkan dan membereskan alat
Termometer Air Raksa
a. Tutup tirai disekeliling tempat tidurklien atau tutup pintu kamar
b. Posisikan ibu berbaring atau duduk
c. Sisikan pakaian klien yang menutupi bahu/lengan
d. Angkat lengan dan mengelap ketiak klien dengan tissue kering
e. Memastikan thermometer pada skala 0
f. Memasukan thermometer pada ketiak klien kemudian meminta
klien menjepitnya, lengan klien dapat dilipat ke dada
g. Menunggu selama 5 menit dan memastikan thermometer aman
dan pada posisi yang tepat
h. Mengambil thermometer dari ketiak ibu
i. Membaca hasil dengan melihat skala yang ditunjukkan air
raksa pada thermometer, membaca dengan posisi sejajar mata
bidan
j. Menurunkan skala padsa thermometer paada skala 00C
k. Usap ujung thermometer menggunakan larutan klorin, usap
kembali dwngan air DTT
l. Keringkan menggunakan tissue
m. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada klien
n. Mencatat hasil pengukuran
o. Merapikan dan membereskan alat

Penanggung jawab : Paraf :

......................................
PRAKTEK MANDIRI
BIDAN PENGUKURAN TEKANAN DARAH

SOP
No. Dokumen
No Revisi
Tanggal Terbit
Yuni Willyanti S,Tr.Keb.Bd
Halaman
Pengertian Melakukan pengukuran tekanan darah dengan menggunakan
spignomanometer.
Tujuan Sebagai acuan dalam pengukuran tekanan darah
Referensi 1. Novietasari E, Supartini Y, 2015, Keperawatan Dasar : Manual
Keterampilan Klinis, 1sted. Elsevier, Singapura.
2. Potter, Perry, 2009, Fundamental of Nursing: 7th Edition. Mosby
Elsevier, Singapura.
3. Buku Kesehatan Ibu dan Anak
Prosedur A. Persiapan Alat
1. Baki beserta alasnya
2. Tensimeter (sphygmomanometer aneroid atau air raksa dan manset)
3. Stetoskop
4. Pulpen
5. Lembar observasi

B.Prosedur Pelaksanaan
1. Tutup tirai di sekeliling tempat tidur klien dan atau tutup pintu kamar
2. Posisikan klien dalam keadaan duduk
3. Sisikan pakaian ibu yang menutupi lengan
4. Memasang manset tensimeter padaa lengan atas, kira-kira 3cm diatas
fossa cubiti dengan pipa karet diletakkan disebelah luar lengan, dan
tensimeter di letakkan diatas meja
5. Memakai stetoskop untuk mendengarkan denyut nadi arteri brakhiallis
6. Meraba denyut arteri brakhialis dengan ujung jari tengah dan jari
telunjuk, klien tidak diperkenankan menggenggap atau mengepal tangan.
7. Meletakan piring stetoskop pada arteri brakhialis
8. Mengunci skrup balon udara
9. Memompa manset melalui balon udara sampai denyut arteri brakhialis
tidak terdengar lagi
10. Mendengarkan bunyi denyutan arteri sambal membuka skrup balon
udara untuk menurunkan manset pada lengan, dilakukan secara perlahan.
11. Menentukan bunyi jantung sistole dan diastole dengan cara
12. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu
13. Merapihkan alat
14. Mencatat hasil pemerriksaan kedalam status klien
Penanggung jawab : Paraf :

.........................................
PRAKTEK MANDIRI
BIDAN PEMERIKSAAN RESPIRASI

SOP
No. Dokumen
No Revisi
Tanggal Terbit
Yuni Willyanti S,Tr.Keb.Bd
Halaman
Pengertian Menghitung jumlah pernafasan (inspirasi yang diikuti ekspirasi selama
1 menit).
Tujuan Sebagai acuan dalam pemeriksaan respirasi
Referensi 1) Novietasari E, Supartini Y, 2015, Keperawatan Dasar :
Manual Keterampilan Klinis, 1sted. Elsevier, Singapura.
2) Potter, Perry, 2009, Fundamental of Nursing: 7th Edition.
Mosby Elsevier, Singapura.
Prosedur A. Persiapan Alat
1) Jam tangan dengan penunjuk detik atau jam digital
2) Lembar observasi
B.Prosedur Pelaksanaan
1) Meminta ibu meletakkan tangan diatas dada ibu
2) Memegang pergelangan tangan ibu sambal merasakan
gerakan dada ketika ibu melakukan inspirasi dan ekspirasi
3) Menghitung jumlah pernafasan selama 1 menit
4) Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu
5) Mencatat hasil pengukuran
6) Merapikan dan membereskan alat.
Penanggung jawab : Paraf :

......................................
PRAKTEK MANDIRI
BIDAN PEMERIKSAAN NADI
No. Dokumen
No Revisi

Yuni Willyanti S,Tr.Keb.Bd SOP Tanggal Terbit


Halaman
Pengertian Menghitung frekuensi denyut nadi (loncatan arteri darah yang dapat
teraba) yang terdapat di berbagai titik anggota tubuh melalui perabaan
pada nadi, yang lazim diperiksa atau diraba pada brakhialis.
Tujuan Sebagai acuan dalam pemeriksaan nadi
Referensi 1. Novietasari E, Supartini Y, 2015, Keperawatan Dasar :
Manual Keterampilan Klinis, 1sted. Elsevier, Singapura.
2. Potter, Perry, 2009, Fundamental of Nursing: 7th Edition.
Mosby Elsevier, Singapura.
Prosedur A. Persiapan Alat
1. Jam tangan dengan penunjuk detik atau jam digital
2. Lembar observasi
B.Prosedur Pelaksanaan
1. Mempersilahkan ibu duduk di tempat yang telah disediakan
2. Pemeriksa berada disebelah kanan ibu
3. Meraba denyut arteri brakhialis dengan ujung jari tengah dan
jari telunjuk, ibu tidak diperkenankan menggenggam atau
mengepalkan tangan
4. Melakukan tekanan secara perlahan, kemudian lakukan
perhitungan dengan menggunakan jarum detik selama 1 menit.
Menganalisis hasil pemeriksaan :
• Normal 70-90 x/Menit
• Takikardia >90 x/Menit Bradikardia >
60x/Menit
5. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu
6. Mencatat hasil pengukuran
7. Merapihkan dan membereskan alat
8. Mencatat hasil pemeriksaan pada status ibu

Penanggung jawab : Paraf :

.....................................

PRAKTEK MANDIRI
BIDAN MEMANDIKAN BAYI

SOP
No. Dokumen
No Revisi -
Yuni Willyanti S,Tr.Keb.Bd Tanggal Terbit
Halaman
Pengertian Membersihkan dan memberikan kenyamanan pada bayi dengan
memandikan pada 6 jam setelah kelahiran
Tujuan Sebagai acuan dalam memandikan bayi
Referensi 1. Cunninghamm, F., Gery, F., Gant Norman, j., Lenevo Keneth,
C., Gilstrap III Larry, C., Hauth John D., et al. 2006 obstetri
williams, edisi ke-21 vol 2, penerbit buku kedokteran EGC,
Jakarta
2. Saifudin abdul bari, dkk 2010, buku acuan nasional pelayanan
maternal dan neonatal. Yayasan bina pustaka sarwono
prawirohardjo, jakarta.
3. Varney, h, 2007, buku ajar asuhan kebidanan, edisi 4, EGC,
jakarta.
Prosedur a. Persiapan
1. Cuci taangan efektif dengan sabun dan air mengalir
2. Siapkan keperluan mandi seperti:
- Pakaian bersih
- Popok
- Alat perekat
- Sabun
- Handuk
- Aelimut
3. pastikan ruangan dalam keadaan hangat
4. siapkan air hangat, dalam bak/jolang mandi
5. lepaskan pakaian bayi
6. bersihkan tinja dari daerah pantat sebelum memandikan agar
air mandi tetap bersih
b. prosedur memandikan
1. sanggalah kepala bayi sambl mengusapkan air muka, tali
pusat dan tubuh bayi
2. letakan bayi pada selembar handuk
3. pakaikan sabun di sebelah bak mandi. ( jangan memberi
sabun pada muka dan cuci mukanya dahulu sampai bersih)
4. jika bayi laki-laki, tarik kulup (preputium) ke belakang dan
cucilah lipatan-lipatan pada penis
5. bilas sabun dengan cepat, sambil menyangga kepala bayi
terutama punggung bayi. Tidak perlu menghilangkan verniks,
yaitu zat berwarna putih daan lengket pada kulit bayi,
terutama pada liatan-lipatan kulit. Verniks ini berfungsi
memberikan perlindungan dan akan diserap oleh tubuh dalam
waktu singkat
6. keringkan betul-betul bayi dengan handuk yang hangat dan
kering.
7. Tempatkan bayi pada alas dan popok yang hangat dan kering
( singkirkan handuk basah ke pinggir)
8. Kenakan popok dengan pas dan tidak terlalu ketat
9. Pakaikan baju dan selimuti bayi agar kehangatan tetap terjaga
Penanggung jawab : Paraf :

......................................

PRAKTEK MANDIRI PENGUKURAN BERAT BADAN BAYI


BIDAN

SOP
No. Dokumen
Yuni Willyanti S,Tr.Keb.Bd No Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Pengertian Menimbang berat badan adalahkegiatan yang dilakukan
untukmenentukan berat badan seseorang dengan menggunakan alat
timbangan berat badan
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkahmenimbang berat badan
Referensi 1. Kemenkes RI 2016, video pertumbuhan balita kementrian kesehatan
MCA indonesia 2016
2. PPSDMKES RI 2017 penilaian stastus gizi, kemenkes RI. Jakarta
3. Kemenkes RI tahun 2015, pedoman teknis pemahaman status Gizi,
kemenkes Ri

Prosedur Penimbangan berat badan Caramenimbang anak:


1. Letakan bayi diatas timbangan
2. Bacaangka pada jendela baca
3. Catat berat badan bayi

Penanggung jawab : Paraf :

........................................

PRAKTEK MANDIRI
BIDAN PENGUKURAN TINGGI BADAN BALITA
No. Dokumen
No Revisi
SOP
Tanggal Terbit
Yuni Willyanti S,Tr.Keb.Bd Halaman
Pengertian Mengukur tinggi badan balita
Tujuan Sebagai acuan dalam melakukan pengukuran tinggi balita
Referensi 1. Saifuddin abdul bari, dkk 2010, buku acuan neonatal
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Yayasan bina
pustaka sarwono prawirohardjo, jakarta.
2. Varney, H, 2007, buku ajar asuhan kebidanan, edisi 4, egc,
jakarta.
Prosedur 1. Memmberitahukan tentang prosedur yang akan dilakukan
2. Menganjurkan anak melepaskan alas kaki
3. Memperilahkan anak berdiri tegak di tempat pengukuran,
menghadap petugas
4. Menarik alat pengukur tinggi badan tepat pada kepala anak
5. Pengukuran selesai, anak dioersilahkan memakai kembali alas
kaki
6. Mencatat hasil pengukuran pada kartu pemeriksaan, KMS
atau buku KIA
Penanggung jawab : Paraf :

..........................................

PRAKTEK MANDIRI
BIDAN IMUNISASI

SOP
No. Dokumen
No Revisi
Yuni Willyanti S,Tr.Keb.Bd
Tanggal Terbit
Halaman
Pengertian Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu
penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh
tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi
seseorang.Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau
resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan
kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk
terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya
(Umar,2006).
Tujuan Sebagai acuan dalam pemberian imunisasi.
Relevansi 1. Depkes RI, 2004, Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi,
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, Direktorat Promosi
Kesehatan, Jakarta.
2. Depkes RI, 2005, Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor : 1059/MENKES/SK/IX/2004: Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi, Jakarta.
3. Depkes RI, 2007, Modul Kegiatan Lima Imunisasi Dasar
Lengkap, Ditjen PP & PL, Jakarta.
Prosedur 1. Menggunakan ADS (Auto Disable Syringe) baru dan steril
 Memeriksa bungkus ADS, untuk memastikan tidak rusak &
belum kedaluwarsa.
 Tidak menyentuh jarum.
 Membersihkan kulit dengan kapas + air matang, tunggu kering.
 Menyuntikkan vaksin sesuai dengan jenis vaksin.
 Tidak memijat-mijat daerah bekas suntikan.
 Jika perdarahan, menekan daerah suntikan dengan kapas kering
baru hingga berhenti.
 Membuang ADS bekas pakai langsung ke dalam safety box
tanpa melakukan penutupan kembali jarum suntik (no
recapping).
2. Cara imunisasi BCG
 Suntikan BCG diberikan secara intrakutan pada lengan kanan
atas.
 Dosis 0,05 cc, disuntikan ke dalam lapisan kulit dengan
pelan-pelan (intrakutan).
Untuk memberikan suntikan intrakutan secara legal, harus
menggunakan jarum pendek yang sangat halus 10 mm, ukuran
26).

3. Cara imunisasi polio


 Petugas mencuci tangan
 Pastikan vaksin polio dalam keadaan baik (perhatikan nomor,
kadaluarsa dan vvm)
 Buka tutup vaksin dengan menggunakan pinset/gunting kecil
 Pasang pipet diatas botol vaksin
 Letakkan anak pada posisi yang senyaman mungkin
 Buka mulut anak dan teteskan vaksin polio sebanyakn 2 tetes
 Pastikan vaksin yang telah diberikan ditelan oleh anak yang
diimunisasi
 Jika di muntahkan atau di keluarkan oleh anak, ulangi lagi
penetesan
 Saat meneteskan vaksin ke mulut, pastikan agar vaksin tetap
dalam kondisi steril
 Rapikan alat.
4. Cara imunisasi DPTHiB :
 Suntika diberikan pada paha tengah luar secara intramuskular
dengan dosis 0,5 cc. Cara pemberian :
 Letakakan bayi dengan posisi miring di atas pangkuan ibu
dengan seluruh kaki telanjang
 Orang tua sebaiknya memgang kaki bayi Pegang paha dengan
ibu jari dan jari telunjuk Masukkan jarum dengan susdut 90.
 Suntikkan seluruh jarum langsung ke bawah melalui kulit
sehingga masuk ke dalam otot. Lakukan pelan-pelan untuk
mengurangi rasa sakit.
5. Cara imunisasi campak
 Suntikkan campak diberikan pada lengan kiri atas secara
subkutan dengan dosis 0,5 cc Cara pemberian :
 Atur bayi dengan posisi mirin di atas pangkuan ibu
dengan seluruh kaki telanjang
 Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi, gunakan jari0jari
kiri anda untuk menekan ke atas (mencubit) lengan bayi
 Cepat tekan jarum ke dalam kulit yang menonjol ke atas
dengan sudut 45
 Untuk mengontrol jarum, peganglah ujung semprit dengan ibu
jari dan jari telunjuk anda tetapi jangan sentuh jarum.
Prosedur pelarutan vaksin :
 Menggunakan pelarut yang tepat dan berasal dari produsen
yang sama
 Memperhatikan tanggal kadaluarsa pelarut

 Memperhatikan VVM (Vaccine Vial Monitor) dan kadaluarsa


vaksin.
 Hanya melarutkan vaksin bila telah ada sasaran imunisasi
 Saat melarutkan vaksin, suhu pelarut dan vaksin harus sama (2-
8C)
 Memperhatikan tindakan aseptik dalam pelarutan
 Hanya menggunakan satu semprit untuk satu vial vaksin.
Setelah dipergunakan, semprit langsung dibuang ke safety box
 Mencatat jam pelarutan vaksin
 Tidak mempergunakan vaksin bila telah lewat “masa pakai”
setelah pelarutan.

PEMBERIAN VAKSIN YANG TEPAT SECARA AMAN


Penyuntikan Vaksin Yang Tepat Secara Aman Meliputi:
 Kualitas vaksin yang terjamin
 Penyuntikan yang steril
 Melarutkan vaksin secara benar
 Lokasi suntikan yang tepat
 Penapisan indikasi dan kontra indikasi
 Teknik penyuntikan yang benar.

Penanggung jawab : Paraf :

..........................................

PRAKTEK MANDIRI
BIDAN Pemberian Kontrasepsi Pil
No. Dokumen
No Revisi
SOP
Tanggal Terbit
Yuni Willyanti S,Tr.Keb.Bd Halaman
Pengertian Suatu tindkaan yang dilakaukan dengan cara memberikan kontrasepsi
pil pada akseptor KB
Tujuan Sebagai acuan dalam pemberian kontrasepsi pil pada akseptor KB
Referensi 1. Affandi, biran, 2011, buku panduan praktis pelayanan
kontrasepsi, bina pustaka sarwono prawirohardjo, jakarta.
2. Kemenkes RI, 2014, pedoman manajemen pelayanan keluarga
berencana, direktorat jendral bina Gizi dan kesehatan ibu dan
anak, kementrian kesehatan, jakarta.
Prosedur a.Konseling pra pelayanan
1. Menyapa ibu dengan ramah dan memperkenalkan diri.
2. Menanyakan tujuan kedatangannya.
3. Menanyakan alasan ingin mengunakan pil
4. Menanyakan tujuan reproduksi (apakah ibu ingin mengatur
jarak kehamilan atau membatasi kehamilan)
5. Menjelaskan keuntungan dan kerugian menggunakan pil KB
dengan media alat bantu pengambilan keputusan (ABPK)
b.Tindakan
1. Menjelaskan cara memulai kb pil bagi akseptor baru
2. Menjelaskan periapan pil KB yang akan digunakan
3. Memberikan pil KB
4. Menyerahkan kartu KB yang sudah diisi
5. Melakukan pencatatan hasil pelayanan di k-1 dan register KB
c.Konseling pasca pelayanan
1. Mendisukisan apa yang harus dilakukan bila ibu mengalami
masalah, yaitu segera menghubungi petugas atau fasilitas
kesehatan terdekat
2. Meminta ibu untuk mengualangi penjelasan apa yang telah
diberikan
3. Menjawab semua pertanyaan ibu
4. Memberitahu ibu cara menggunakan pil KB

Penanggung jawab : Paraf :

......................................

PRAKTEK MANDIRI
BIDAN Pemberian Kontrasepsi Suntik
No. Dokumen
No Revisi
SOP
Yuni Willyanti S,Tr.Keb.Bd Tanggal Terbit
Halaman
Pengertian Suatu tindkaan yang dilakaukan dengan cara memberikan suntik KB
secara intramuskuler pada akseptor KB
Tujuan Sebagai acuan dalam pemberian suntik KB secara intramuskuler pada
akseptor KB
Referensi 1. Affandi, biran, 2011, buku panduan praktis pelayanan
kontrasepsi, bina pustaka sarwono prawirohardjo, jakarta.
2. Kemenkes RI, 2014, pedoman manajemen pelayanan
keluarga berencana, direktorat jendral bina Gizi dan kesehatan
ibu dan anak, kementrian kesehatan, jakarta.
Prosedur 1. Konseling pra pelayanan
2. Mencuci tangan
3. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
4. Melakukan penimbangan berat badan
5. Mengukur tekanan darah
6. Mengambil obat, kemudian memassukan kedalam spuit sesuia
dosis, lalu meletakan pada bak isntrument
7. Memeriksa tempat yang akan dilakukan
8. Melakukan desinfeksi dengan kapas alkohol pada tempat yang
akan dilakukan penyuntikan
9. Melakukan penyuntikan pada ventroglutenal dengan cara
menganjurkan ibu untuk miring, terkurap atau terlentang dengan
lutut dan pinggang pada sisi yang akan dilakukan pentuntikan
dalam keadaan fleksi.
10. Melakukan penusukan dengan posisi jarum tegak lurus
11. Melakukan aspirasi spuit : bila tidak ada darah, seprotkan
secara perlahan-lahan hingga habis
12. Menarik spuit dan menekan daerah penyuntikan dengan kapas
alkohol
13. Melelatan spuit bekas pada bengkok atau memasukan
kedalam safety box.
14. Mencatat reaksi pemberian jumlah dosis dan waktu pemberian
15.Mencuci tangan
Penanggung jawab : Paraf :

.....................................

PRAKTEK MANDIRI PEMASANGAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM


BIDAN
No. Dokumen
SOP No Revisi
Tanggal Terbit
Yuni Willyanti S,Tr.Keb.Bd
Halaman
Pengertian Suatu tindkaan yang dilakaukan dengan cara memasang alat kontrasepsi
dalam Rahim
Tujuan Sebagai acuan dalam pemasangan alat kontrasepsi dalam 47ahim pada
akseptor KB
Referensi 1. Affandi, biran, 2011, buku panduan praktis pelayanan
kontrasepsi, bina pustaka sarwono prawirohardjo, jakarta.
2. Kemenkes RI, 2014, pedoman manajemen pelayanan keluarga
berencana, direktorat jendral bina Gizi dan kesehatan ibu dan anak,
kementrian kesehatan, jakarta.
Prosedur a. Konseling awal
1. Menyapa ibu dengan ramah dan memperkenalkan diri lalu
menanyakan tujuan kedatangannya
2. Memberikan informasi umum tentang keluarga berencana
dengan media alat bantu pengambilan keputusan (ABPK)
3. Memberitahu informasi tentang jenis kontrasepsi yang
tersedia, keuntungan, keterbatasan masing-masing jenis
kontrasepsi, tujuan kontrasepsi, cara kerja, efek samping,
masalah kesehatan yang umum sering dialami oleh ibu
4. Menjelaskan apa yang bisa diperoleh dari kunjungannya

b. Konseling khuss
1. Memberikan jaminan kerahaasiaan yang diperlukan ibu.
2. Mengumpulkan data pribadi ibu (nama, alamat, dsb).
3. Menanyakan tujuan reproduksi KB yang di inginkan.
4. Menanyakan agama/kepercayaan yang dianut ibu yang
mungkin menentang penggunaan salah satu metode KB
5. Membantu ibu untuk memilih metode yang tepat.

c. Persiapan alat
1. Sarung
2. Spekulum vagina
3. Klem
4. Larutan antiseptic
5. Alat bantu pengambilan keputusan (ABPK)

d. Konseling pra pemasangan dan seleksi ibu


1. Melakukan seleksi ibu secara cermat untuk memastikan tidak
ada maslaah kesehatan yang jika menggunakan AKDR
2. Enanyakan riwayat kesehatan reproduksi ( HPHT, Paritas,
riwayat persalinan, kehamilan ektopik, nyeri hebat saat haid,
anemia berat, ISG, KMS, kanker serviks)
3. Menjelaskan bahwa erlu dilakukan pemeriksaan fisik dan
panggul
4. Memasitkan ibu sudah mengosongkan kandung kemihnya dan
mencuci area genetalia dengan sabun dan air
5. Membantu ibu untuk naik ke meja pemeriksaan
6. Melakukan palpasi daerah perut, memeriksa apakah ada nyeri,
benjolan, atau kelainan di daerah supra pubik
7. Memasangkan kain penutup pada ibu untu pemeriksaan
panggul
8. Mengatur cahaya untuk melihat serviks
9. Memakai sarung tangan DTT
10. Mengatur peralatan dan bahan-bahan yang akan digunakan
dalam wadah steril
11. Melakukan insfeksi pada genitalis ekterna
12. Melakukan palpasi pada kelenjar skene dan bartolini,
mengamati adakah nyeri atau duh vagina
13. Memasukan spekulum vagina
14. Melakukan pemeriksaan inspekulo
a. Adakah lesi atau keputihan vagina
b. Inspeksi serviks
15. Mengeluarkan spekulum dengan hati-hati, menyimpan kembali
pada tempat semula dan tidak menyentuh yang lain
16. Melakukan pemeriksaan manual;
c. Memastikan gerakan serviks bebas
d. Menentukan besar dan posisi uterus
e. Memastikan tidak ada insfeksi atau tumor pada andeksa
f. Memastikan tidak ada kehamilan
17. Melakukan pemeriksaan retro vagina (jika ada indikasi)
18. Menyelupkan sarung tangan pada laurtan klorin 0,5%
kemudikan buka secara terbalik dan merendamnya
19. Memastikan ibu sudah mengosongkan kandung kemihnya dan
mencuci area genitalianya dengan sabun dan air

e.Tindakan pra pemasangan


1. Menjelaskan proses pemasangan AKDR serta apa yang akan ibu
rasakan pada saat proses pemasangan dan setelah pemasangan
lalu mempersilahkan ibu untuk mengajukan pertanyaan
2. Memasukan lengan AKDR Cu T380 A di di dalam kemasan
sterilnya:
a. Membuka sebagian plastik penutupnya dan lipat kebelakang
b. Memsukan pendorong kedalam inserter tanpa menyentuk
benda tidak steril
b. Meletakan kemasana pada tempat yang datar
c. Menyelipkan karton pengukur diawah lengan AKDR
d. Memegang kedua ujung lengan AKDR dan mendorong
tabung inserter serta menarik tabung dari bawah lipatan
tangan
e. Mengangkat sedikit tabung inserter, mendorong dan
memutar untuk memasukan lengan AKDR yang sudah
terlipst tersebut kedalam tabung inserter
3.Memasang AKDR
a. Memasang sarung DTT yang baru
b. Memegang spekulum vagina untuk melihat serviks
c. Mengusap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik 2
sampai 3 kali
d. Menjepit serviks dengan teknakulum secara hati0hati
(takik pertama) pada jam 11-12
e. Memasukan sonde uterus dengan teknik “tidak menyentuh”
(no touch teknique) yaitu dengan secara hatihati memasukan
sonde kedalam kavum uteri dengan sekali masuk dengan tanpa
menyentuk dinding vagina atau bibir spekulum
f. Menentukan posisi dan kedalaman capum uteri lalu
mengeluarkan sonde
g. Mengukur kedalaman kavum uteri pada tabung inserter,
kemudian membuka seluruh plastik penutup kemasan
h. Memegang serta menahan tenakulum dan pendorong dengan
satu tangan
i. Melepaskan lengan akdr dengan menggunakan teknik
“withdrawel” yaitu menarik keluar tabung tetap menahan
pendorong
j. Mengeluarkan sebagian dari tabung inserter dan menggunting
tentang AKDR kurang lebih 3-4 cm
k. Mengeluarkan seluruh tabung inserter, membuang ke tempat
sampah terkontaminasi
l. Melepaskan tenakulum dengan hati-hati dan merendamnya
dengan larutan klorin 0,5%
m. Memeriksa serviks bila ada perdarahan dari tempat bekas
jepitan tenakulum, menekannya dengan kasa selama 30-
60 detik
n. Memerlukan seluruh tabung inserter lalumembuangnya ke
tempat sampah terkontaminasi

f. tindakan pasca pemasangan


1. merendam seluruh peralatan yang sudah dipakai dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit untuk dekontaminasi.
2. membuang bahan bahan yang tidak dipakai lagi ketempat
yang sudah disediakan.
3. mencelupkan kedua tangan yang sudah memakai sarung
tangan ke dalam larutan klorin 0,5% membersihkan cemaran
pada sarung tangan, membuka secara terbalik dan
merendamnya dalam larutan klorin 0.5%.
4. mencuci tangan dengan air dan sabun, lalu mengertingkannya
dengan handuk kering dan basah

E.konseling pasca pemasangan


1. mengajarkan ibu bagaimana cara memeriksa sendiri benang
AKDR dan kapan harus dilakukan
2. menjelaskan kepada ibu apa yang harus dilakukan apabila
terjadi efek samping
3. memberitahu ibu kapan harus datang kemabli ke klinik untuk
kontrol
4. mengingatkan kembali masa pemakaian AKDR Cu T380 A
yaitu 10 tahun dan AKDR efektif bekerja sebagai alat
kontrasepsi segera setelah pemasangam
5. meninta ibu untuk mengualangi kembali penjelasan yang
sudah diberikan
6. melengkapi rekam medik dan kartu AKDR untukk ibu
Memastikan ibu tidak mengalami keram hebat dan
mengamatinya selama 15 menit sebelum memperbolehkan
pulang
Penanggung jawab : Paraf :

.....................................

PRAKTEK MANDIRI
BIDAN
PENCABUTAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM
No. Dokumen
No Revisi
SOP
Yuni Willyanti S,Tr.Keb.Bd Tanggal Terbit
Halaman
Pengertian Suatu tindkaan yang dilakaukan dengan cara mengangkat atau
melepaskan alat kontrasepsi dalam rahim ( AKDR) dari tempatnya
Tujuan Sebagai acuan dalam pencabutan alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR) dari tempatnya
Referensi 1. Affandi, biran, 2011, buku panduan praktis pelayanan
kontrasepsi, bina pustaka sarwono prawirohardjo, jakarta.
2. Kemenkes RI, 2014, pedoman manajemen pelayanan keluarga
berencana, direktorat jendral bina Gizi dan kesehatan ibu dan
anak, kementrian kesehatan, jakarta.
Prosedur Persiapan
1. Sarung tangan
2. Spekulum vagina
3. Klem
4. Larutan antiseptic

Pelaksanaan
a. Konseling pra pencabutan
1. Menyapa ibu dengan ramah dan memperkenalkan diri
2. Menanyakan tujuan kedatangannya
3. Tanyakan alasannya kenapa ingin mencabut AKDR
tersebut dan menjawab semeua pertanyaan ibu
4. Menanyakan tujuan reproduksi (KB) selanjutnya apakah
ibu ingin mengatur jarak kehamilan atau membatasi
jumlah anak.
5. Menjelaskan prosedur pencabutan AKDR, serta apa yang
akan ibu rasakan saat proses pencabutan dan setelah
pencabutan

b. Tindakan pra pencabutan


1. Memastikan ibu sudah mengosongkan kandung kemih
dan mencuci genitalia dengan menggunakan sabun dan
air
2. Membantu ibu naik ke meja pemeriksaan
3. Mencuci tangan dengan air dan sabun lalu mengeringakan
dengan kain yang bersih
4. Memakai sarung tangan DTT yang baru
5. Mengatur penempatan peralatan dan bahan-bahan yang
akan dipakai dalam wadah steril atau DTT
c. Prosedur pencabutan
1. Melakukan pemeriksaan bimanual
2. Memasang spekulum pada vagina untuk melihat serviks
3. Mengusap vagina dan serviks dengan larutan
4. Menjepit benang yang dekat serviks dengan klem
5. Menarik benang secara mantap tetapi hati-hati untuk
mengeluarkan AKDR
6. Menunjukan AKDR pada ibu kemudian merendam dalam
klorin 0,5%
7. Mengeluarkan spekulum dengan hati-hati
d. Tindakan pasca pencabutan
1. Memastikan tidak ada infeksi atau tumor
2. Membuang bahan-bahan yang sudsh tidak dipakai lagi ke
tempat yang sudah ditentukan
3. Mencelupkan kedua tangan yang masih memakai sarung
tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian
melepasskannya dalam keadaan terbalik
4. Mencuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun
5. Mengqmqti ibu selama 5 menit sebelum memperboelehkan
pulang
e. Kinseling pasca pencabutan
1. Mendiskusikan apa yang harus dilakukan bila ibu
mengalami msalaah .
2. Meminta iby mengulangi lagi penjelasan apa yang telah
diberikan
3. Menjawab semua pertanyaan ibu
4. Mengulangi kembali keterangan tentang kontrasepsi yang
tersedia dan resiko keuntungan dari masing masing alat
kontrasepsi bila ibu ingin tetap mengatur jarak kelahiran
atau ingin membatasi jumlah anaknya.
5. Membantu ibu untuk menentukan alat kontrasepsi
sementara sampai dapat memutuskan alat kontrasepsi baru
yang akan dipakai
6. Membuat rekam medis tentang pencabutan AKDR
Penanggung jawab : Paraf :

...........................................
PRAKTEK MANDIRI
BIDAN
PEMASANGAN ALAT KONTRASEPSI BAWAH KULIT

SOP
No. Dokumen
Yuni Willyanti S,Tr.Keb.Bd No Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Pengertian Suatu tindakan yang dilakaukan guna memasang implant atau alat
kontrasepsi bawah kulit (AKBK)
Tujuan Sebagai acuan dalam pemassangan kontrasepsi bawah kulit
Referensi 1) Affandi, biran, 2011, buku panduan praktis pelayanan
kontrasepsi, bina pustaka sarwono prawirohardjo, jakarta.
2) Kemenkes RI, 2014, pedoman manajemen pelayanan keluarga
berencana, direktorat jendral bina Gizi dan kesehatan ibu dan
anak, kementrian kesehatan, jakarta.
Prosedur a. Persiapan alat
1. Alat penyangga lengan
2. Penggaris
3. Spidol
4. Alat tulis
5. Sarung tangan steril
6. Duk lubang steril
7. Implant dalam kemasan
8. Klem pean
9. Skapel 11 dan 15
10. Trokart
11. Kom kecil
12. Spuit 5 cc
13. Obat anastesi 1% (lidokain)
14. kapas dan kasa steril
15. antiseptik
16. band aid
17. kasa pembalut
18. tempat sampah basah, kering dan tajam
19. larutqn klorin 0,5%
20. baskom tempat air klorin
21. bengkok
22. alat bantu pengambilan keputusan ( AKBK)

b. persiapan
1. menyambut ibu dan keluarga dengan ramahd an sopan
2. menanyakan dengan seksama apakah ibu telah mendapatkan
konseling tentang prosedur pemasangan AKBK
3. melakukan infromend consent
4. memeriksa kembali rekam medis dan melakukan penilaian
jika ada indikasi
5. meminta ibu untuk mencuci seluruh lengan dan tangan dengan
menggunakan air dan sabun
6. memeriksa kembali untuk meyakinkan ibu bahwa sudah
mencuci tlengan dan tangannya dengan air dan sabun dan
membilasnya sehingga tidak ada lagi sisa sabun
7. menjaga privasi ibu
8. meminta ibu naik ke meja periksa
9. meminta ib berbaring dengan lengan diletakan lurus dan ibu
sangga dengan baik
10. menanyakan kembali adakah reaksi alergi terhadap obat
anastesi
11. Meletakan kain bersih dan kering dibawah lengan ibu dan atur
posisi lengan ibu dengan baik
12. Menentukan tempat pemasangan bagian lengan atas dengan
mengukur 8 cnn di atas lipatan siku
13. Memberi tanda pola pada tempat pemasangan dengan pola
segitiga terbalik utntuk pemasangan dua kapsul implant-2nfin
14. Memastikan bahwa peralatan yang steril atau telah di
desinpektan tingkat tinggi ( dtt) sudah tersedia
15. Membuka bisturi dan gagangnya dari kemasa
16. Membuka kemasan implant-2 fn dan jatuhkan ke wadah steril
(pastikan trokart dan kapsul implant berada dalam selubung
plastik dan pendorongnya dalam keadaan baik)

c. tindakan pra pemasangan implant-2 Fin


1. mencuci tangan dengan air sabun dan keringkan dengan kain
beersih dan kering
2. memakai sarung tangan DTT
3. menyiapkan bahan bahan daan peralatan yang diperlukan
4. menghitung jumlah kapsul untuk memastikan jumlah implan
lengkap (2)
5. mengusap tempat pemasangan dengan larutan antiseptic
dengan cara menggerakan ke arah luar secara melingkar
diameter 10-15 dan biarkan kering
6. memasang doek sterik atau DTT di sekeliling lengan ibu

d. pemasangan implang-2 Fin


1. menyuntikan anastesi lokal 0,3 cc pada kuit (intradermal) tepat
insisi yang tekah dtentukan sampai kulit sedikit
menggelembung
2. menuruskan penusukan jarum ke lapisan bawah kulit
(subdermal) sepanjang 4 cm dan menyuntikan masing masing
1 cc pada jalur pemasangan kapsul no 1 dan no 2
3. menguji efek anastesinya sebelum melakukan insisi pada kulit
4. membuat insisi dengan selebar 2 mm dengan scalpet atau
ujung bisturi hingga mencapai lapisan subdermal
5. membuka selubung plastik trkar dan memastikan kedua
kapsul implan ke dalam lubang trokar secara beruntun hingga
terposisi dengan baik
6. memasukan ujung trokqr sejajar dengan permukan kulit
7. menjungkit kulit dan mendoorng trokart dan pendorongnya
sampang ke batas 1 dekat pangkal trokar tepat pada luka insisi
8. memasukan ujung pendorong ke dalam trokar
9. mendorong pendorong hingga menyentuh pangkal
kapsul, kemudian menarik trokar ke arah pendorong hingga
sirip pada pendorong masuk ke arah trokar setelah dipastikan
batang kapsul pada tempatnya di subdermal maka:
10. menahan kapsul pada tempatya, menarik trokar hingga tanda
2, kemudian memindahkan ujung kapsul ke samping kapsul
pertama, menahan pangkal kapsul pertama dengan ujung jari
telunjuk dan hingga membentuk hurup V
11. mendorong trokar tanda 1 mencapai luka insisi
12. 12. Menukar pendorong searah putaran jarum jam untuk
mematahkan kedua tangkai sirip pendorong pada celah
dipangkal trokar, sehingga trokar dapat ditarik kearah
pendorong
13. Menahan pendorong dan menrik trokar ke arah pangkal
pendorong untuk menempatkan kapsul kedua pada tempatnya
14. Menahan ujung kapsul dan menarik trokar ke arah pangkal
pendorong untuk menempatkan kapsul kedua pada tempatnya
15. Meraba kapsul dibawah kulit untuk memastikan kedua kapsul
implant-2 Fin telah terpasang dengan baik pada pasiennya
16. Meraba daerah Insisi untuk memastikan seluruh kapsulnpada
jarak yang aman uka insisi

e.Tindakan pasca pemassangan


1. Menekanpada sisi insisi dengan kasa untuk menghentikan
pendarahan
2. Mendekatkan ujung-ujung insisi dan menutup dengan bandaid
3. Memberi pembalut dan menekan untuk mencegah perdarahan
bawah kulit atau memar pada kulit
4. memberi petunjuk pada ibu cara merawat luka dan
menjelaskan bila ada nanah atau kapsul yang keluar dari luka
insisi,
5. memasukan klorin dalam tabung suntik dan merendam tabung
suntik selama 10 menit
6. meletakan semua peralatan dalam larutan klorin 0,5% selama
10 menit dan memisahkan trokar dari pendorongnya
7. membuang semua peralatan yang tidak dipakai lagi
8. mencelupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan
kedalam alrutan klorin 0,5% dan merendamnya selama 10
menit
9. mencuci tangan dengan air dan sabun, kemudian keringkan
dengan kain kering dn bersih
10.menggambar letak kapsul pada rekam medik dan mencatat
bila ada hal khusus
11.melakukan observasi selama 4 menit sebelum
memperbolehkan ibu pulang
Penanggung jawab : Paraf :

.......................................
PRAKTEK MANDIRI
BIDAN PENCABUTAN ALAT KONTRASEPSI BAWAH KULIT

SOP
No. Dokumen
No Revisi
Yuni Willyanti S,Tr.Keb.Bd
Tanggal Terbit
Halaman
Pengertian Suatu tindkaan yang dilakaukan guna mengangkat kontrasepsi
implant dari tempatnya
Tujuan Sebagai acuan dalam pencabutan alat kontrasepsi implant
Referensi 1. Affandi, biran, 2011, buku panduan praktis pelayanan
kontrasepsi, bina pustaka sarwono prawirohardjo, jakarta.
2. Kemenkes RI, 2014, pedoman manajemen pelayanan
keluarga berencana, direktorat jendral bina Gizi dan kesehatan
ibu dan anak, kementrian kesehatan, jakarta.
Prosedur 1. Mencuci tangan
2. Memakai sarung tangan steril atau DTT
3. Mengusap tempat pemasangan dengan larutan antiseptic
4. Memasang kain penutup (doek) steril
5. Menyuntikan anastesi lokal bawah ujung kapsul sampai ½
panjang kapsul
6. Menguji efek anastesi sebelum membuat insisi pada kulit
7. Membuat insisi kecil 4 mm di bawah ujung kapsul
8. Menjepit ujung kapsul dengan klem lengkung
9. Menjepit ujung kapsul dari jaringan ikat yang
mengelilinginya dengan menggunakan kassa atau scalpel
10. Menjepit ujung kapsul yang sudah dibersihkan dengan klem
lain, menarik keluar dan menyimpannyapada tempat yang sudah
berisi larutan 0,5%
11. Mendekatkan ujung insisi dan menutup dengan band-aid
12. Membilas jarum suntk dengan larutan klorin dan merendam
semua peralatan untuk mendekontaminasinya.
13. Mebuang benda habis pakai dengan tempatnya
14. Mencelupkan sarung tangan yang dipakai dan
membalikannya lalu direndam bersama alat
15. Mencuci tangan
Penanggung jawab : Paraf :

.......................................
SOP PENANGANAN HAP
PRAKTEK MANDIRI
BIDAN PENANGANAN HAP
No. Dokumen

Yuni Willyanti S,Tr.Keb.Bd


SOP No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Pengertian Perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 22 minggu.
Tujuan Dapat mendeteksi dini perdarahan yang berlangsung agar segera
tertangi dengan baik dan aman

Indikasi 1.Plasenta previa

Prosedur A. Persiapan Alat


1. Tensi meter
2. Jam tangan
3. Cairan infuse
4. Pasien
5. Lingkungan
B. Pelaksanaan
1. Melakukan pemeriksaan fisik
2. Menilai jumlah perdarahan
3. Menilai keadaan kulit (kering, basah, pucat atau bintik
perdarahan)
4. Memeriksa sumber perdarahan lainnya
5. Meminta ibu untuk buang air kecil dengan cara dirangsang
dengan menekan kandung kencing dari luar, bila tidak berhasil
pasang kateter.
6. Melakukan pemeriksaan perut, tinggi fundus uteri dan nyeri
tekan uterus
7. Mengukur tekanan darah, nadi, pernafasan
8. Menjaga ibu agar tetap hangat
9. Menaikkan kaki pasien untuk menambah jumlah darah yang
kembali kejantung
10.Memasang infus NaCL
11.Melakukan rujukan
Penanggung jawab : Paraf :

....................................
SOP PENANGANAN PERDARAHAN POST PARTUM PRIMER
PRAKTEK MANDIRI
BIDAN PENANGANAN PERDARAHAN POST PARTUM PRIMER
No. Dokumentasi
No Revisi
Yuni Willyanti S,Tr.Keb.Bd SOP Tanggal Terbit
Halaman
Pengertian Memberikan pertolongan perdarahan pervaginam setelah
melahirkan lebih dari 500cc atau perdarahan disertai dengan
gejaladan tanda-tanda syok.
Tujuan Stabilisasi kondisi korban segera dirujuk ke Rumah Sakit.

Indikasi 1. Atonia Uteri


2. Robekan Jalan Lahir
3. Retensi Plasenta

Prosedur 1 Persiapan
2 Alat
3 APD (Masker, kacamata safety, handscoen,scort)
4 Obat Emergency
5 Obat-obatan anti perdarahan
6 Cairan infuse
7 Tampon
8 VC set
9 Hecting set
10 Pasien
11 Lingkungan

12 Pelaksanaan
1. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban dilahirkan,
lakukan messaseuterus supaya berkontraksi (selama
maksimal 15 detik) untukmengeluarkan gumpalan darah.
Sambil melakukan messase fundus uteri,periksa plasentadan
selaput ketuban untuk memastikan plasenta utuh danlengkap.
2. Jika perdarahan terus terjadi dan uterus teraba berkontraksi
baik , berikan10 unit oksitosin IM.
3. Jika kandung kemih ibu bisa dipalpasi, pasang kateter ke
dalam kandung kemih.
4. Periksa laserasi pada perineum, vagina dan serviks
dengan seksamamenggunkan lampu yang terang. Jika
sumber perdarahan sudah diidentifikasi, klem dengan
forcep uteri dan jahit laserasi denganmenggunakan
anastesi local (lidocan 1%)
5. Jika uterus mengalami atoni atau perdarahan terus
terjadi.
6. Berikanmessase uterus untuk mengeluarkan gumpalan darah.
7. Periksa lagi apakah plasenta utuh, usap vagina dan
ostium serviks untuk menghilangkan jaringan plasenta dan
selaput ketuban yang tertinggal.
8. Jika kandung kemih ibu bisa dipalpasi,pasang kateter kedalam
kandungkemih.
9. Lakukan kompresi bimanual internal maksimal 5 menit
atau hingga perdarahan bisa dikendalikan dan uterus
berkontraksi dengan baik.
10. Anjurkan keluarga untuk memulai persiapan kemungkinan
rujukan.
11. Jika perdarahan dapat dikendalikan dan uterus berkontraksi
dengan baik
a. Teruskan kompresi bimanual selama 1-2menit atau lebih.
b. Keluarkan tangan dari vagian dengan hati-hati.
c. Pantau kala 4 persalianan dengan seksama, termasuk sering
melakukan massase uterus untuk memeriksa atoni,
mengmati perdarahan darivagina, tekanan darah dan nadi.
12 Jika perdarahan tidak terkendali dan uterus
tidakberkontraksi dalam waktu 5 menit setelah dimulainya
kompresi bimanual pada uterus maka keluarkan tangan dari
vagian dengan hati-hati.
13 Jika tidak ada hipertensi pada ibu, berikan metergin 0,2 mg IM
14 Mulai IV ringer laktat 500cc + 20 unit oksitosin menggunakan
jarumberlubang besar (16/18 G) dengan teknik aseptic.berikan
500 cc pertama secepat mungkin dan teruskan dengan RL
kesua + 20 unit Oksitosin yangkedua.
15 Jika uterus tetap atoni dan atau perdarahan terus berlangsung.
16 Ulangi kompresi bimanual internal, Jika uterus berkontraksi,
lepaskan tangan anda perlahan-lahan dan pantaukala 4
persalianan dengan cermat.
17 Jika uterus tidak berkontraksi, rujuk segera dimana
operasi bisa dilakukan .
18 Bila perdarahan tetap berlangsung dan kontraksi uterus tetap
tidak ada,maka kemungkinan terjadi rupture uteri (syok cepat
terjaditidak sebanding dengan darah yang nampak keluar,
abdomen teraba keras dan fundus uterimulai baik), lakukan
kolaborasi denagn OBSGYN.
19. Bila kompresi bimanual tidak berhasil cobalah kompresi
aorta . cara inidilakukan pada keadaan darurat sementara
penyebab perdarahan sedangdicari.
20. Perkirakan jumlah darah yang keluar dan cek dengan teratur
denyut nadi,pernafasan, dan tekanan darah.
21. Buat catatan yang seksama tentang semua perilaku
tindakan yang dilakukan dan pengobatan yang dilakukan.
Penanggung jawab : Paraf :

.......................................
PRAKTEK MANDIRI
BIDAN PEMBUATAN LARUTAN KLORIN
No. Dokumen
No Revisi
Yuni Willyanti S,Tr.Keb.Bd
SOP Tanggal Terbit
Halaman
Pengertian Suatu kegiatan yang dilakukan dalam menyediakan persediaan
larutan klorin 0,5% sebagai bahan pemrosesan alat bekas pakai
dekontaminasi dan desinfeksi tingkat tinggi secara kimia.
Tujuan Sebagai acuan dalam menyediakan larutan klorin 0,5% yang efektif
membunuh microoranisme terutaama virus HIV dan HBV.
Referensi 1. Kemenkes RI, 2011. Pedoman pencegahan dan pengendalian
infeksi di rumah fasilitas pelayanan kesehatan lainnya: kesiapan
menghadapi emerging infectious disease, edisi 3. Kemenkes ri,
jakarta
2. JNPK-KR,2012. Asuhan persalinan normal dan inisiasi
menyusu dini, jhpiego kerja sama save the children federation
inc-us, modul, jakarta.
3. Kemenkes RI, 2017. Permenkes no 27 tahun 2017 tentang
pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas
pelayanan kesehatan, Jakarta
Prosedur A. Persiapan Alat
1. Sepasang sarung tangan rumah tangga
2. Cairan klorin 0,5%
3. Air bersih
4. Wadah plastic
5. Gelas ukur
6. Alat pelindung diri : celemek, kacamata, masker
B. Prosedur Pelaksanaan
1. Mencuci tangan 6 langkah
2. Menggunakan sarung tangaan rumah tangga
3. Menyediakan wadah untuk larutan klorin yang terbuat dari
plastic
4. Menuangkan cairan klorin sesuai dengan yang dibutuhkan
5. Menuangkan air bersih sesuai dengan perbandingan yang
dibutuhkan
6. Larutan yang sudah dibuat bisa langsung digunakan atau
disimpan dalam wadah tertutup; jika dalam wadah tertutup masa
berlaku sampai 1 minggu
7. Jika dalam wadah terbuka masa berlaku samapai 12 jam
8. Merapihkan alat-alat yang sudah dirapihkan
9. Mencuci tangan

Hal-hal yang harus diperhatikan


1. Alat pengukur harus tersedia
2. Perhatikan batas penggukuran ketika menakar cairan klorin
maupun air bersih
3. Pastikan dalam membuat larutan chlorin takarannya tepat.
Penanggung jawab : Paraf :

........................................

PRAKTEK MANDIRI
BIDAN CUCI TANGAN
No. Dokumen
SOP
No Revisi
Yuni Willyanti S,Tr.Keb.Bd Tanggal Terbit
Halaman
Pengertian Suatu tindakan yang untuk menghilangkan semua cemaran (duh tubuh,
debu, kotoran) secara mekanis dari kedua belah tangan.
Tujuan Sebagai acuan dalam mencuci tangan yang higienis sebelum dan
sesudah melakukan tindakan untuk menghindarkan infeksi
nosocomial dan mencegah penyebaran mikroorganisme.
Referensi 1. Kemenkes RI, 2011. Pedoman pencegahan dan pengendalian
infeksi di rumah fasilitas pelayanan kesehatan lainnya: kesiapan
menghadapi emerging infectious disease, edisi 3. Kemenkes ri,
jakarta
2. JNPK-KR,2012. Asuhan persalinan normal dan inisiasi
menyusu dini, jhpiego kerja sama save the children federation
inc-us, modul, jakarta.
3. Kemenkes RI, 2017. Permenkes no 27 tahun 2017 tentang
pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas
pelayanan kesehatan, Jakarta
4. KEMENKES RI, 2018, Modul pelatihan Bagi Pelatih (TDT)
Penangananan Kegawatdaruratan maternal dan neonatal bagi
dokter umum, bidan dan perawat, direktorat ksga, dirgen kesmas,
kemenkes RI, Jakarta.
Prosedur A. Persiapan Alat dan Bahan
1. Air mengalir/ larutan alcohol 70% + gliserin (jika tidak ada air
mengalir) atau air dalam ember + gayaung
2. Sabun antiseptic
3. Handuk/tissue
B. Prosedur Pelaksanaan
Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
1. Pastikan tidak ada perhiasan tangan/ melepaskan jam tangan,
cincin atau perhiasan lainnya.
2. Basahi kedua telapak tangan setinggi pertengahan lengan dengan
air mengalir, kemudian mengambil sabun secukupnya
3. Ratakan sabun pada kedua telapak tangan
4. Gosokkan telapak tangan, tangan kanan disilangkan diatas
punggung tangan kiri dan telapaknkiri diatas punggung tangan
kanan sambal digosok-gosokkan
5. Gosok tangan dengan jari-jari tangan dimasukkan ke sela jari
hingga bersih. Punggung jari tangaan berhadapan dengan telapak
tangan dengan posisi jari-jari tergenggam/mengepal.
6. Lakukan gerakan memutar dengan mengggosokkan ibu
jari dari arah belakang kedepan dengan menekan jari-jari tangan
kanan pada telapak tangan kiri dan sebaliknya.
7. Lakukan gerakan memutar dengan menggunakan uung jari-jari
ditelapak kanan dan kiri dari arah lateral ke medial.
8. Bilas kedua tangan dengan air mengalir
9. Keringkan kedua tangan dengan tissue bersih sekali pakai
10. Matikan kran dengan siku/tisu dan usahakan tangan selalu
terjaga bersih.
Mencuci tangan dengan Antiseptik berbasis Alkohol
1. Pastikan tidak ada perhiasan tangan/ melepaskan jam tangan,
cincin atau perhiasan lainnya.
2. Ambil larutan cairan berbasis alcohol (handrub)
3. Meratakan cairan berbasis alcohol dikedua telapak tangan
4. Gosokkan telapak tangan, tangan kanan disilangkan diatas
punggung tangan kiri dan telapak kiri
5. Gosok tangan dengan jari-jari tangan dimasukkan ke sela-sela
jari hingga bersih. Punggung jari tangan berhadapan dengan
telapak tangan dengan posisi jari-jari tergenggam/ mengepal
6. Lakukan gerakan memutar dengan menggosokkan ibu jari dari
arah belakang ke depan dengan menekan jari-jari tangan kanan
pada telapak tangan kiri dan sebaliknya.
7. Lakukan gerakkan memutar dengan menggunakan ujung jarijari
ditelapak kanan dan kiri dari arah lateral ke medial
8. Sesudah kering, tangan anda sudah bersih.

Hal-hal yang harus diperhatikan :


• Pastikan kuku-kuku tangan tidak Panjang
• Pastikan handuk/lap milik pribadi
Penanggung jawab : Paraf :

....................................

PRAKTEK MANDIRI
BIDAN GAWAT DARURAT
No. Dokumen
No Revisi
Yuni Willyanti S,Tr.Keb.Bd
SOP Tanggal Terbit
Halaman

1. Kebijakan Kegawat daruratan harus sesuai dengan prosedur yang tertuang


dalam acuan tindakan kegawat daruratan bantuan dasar hidup (Basic
Life Support)
2. Tujuan Sebagai pedoman tindakan pertolongan pertama pada kegawat
daruratan secara tepat, cepat dan cermat.
3. Referensi Buku Basic Life Support DC-shock oleh tim Anestesi dan
Reanimasi RSUD. Dr. Soetomo-FK Unair Surabaya.
Buku Anestesiologi dan Reanimasi Modul Dasar untuk pendidikan
S1 Kedokteran editor Prof.Karjadi Wirjoatmodjo,dr,SpAn-KIC
4. Ruang Lingkup Unit rawat inap dan rawat jalan
5. Penanggung Kepala unit rawat jalan dan rawat inap
Jawab
6. Masa berlaku Ditinjau ulang tiga tahun sekali
7. Definisi Suatu keadaan yang dikarenakan (penyakit, trauma, kecelakaan,
tindakan anestesi) yang bila tidak segera di tolong akan mengalami
cacat, kehilangan organ tubuh atau meninggal.
8. Alat dan Bahan a. Alat : 1. Tabung oksigen
2. Nasal prong, Nasal Katheter, Masker Oksigen
3. Ambu Bag, Junction Reese
4. Oro-pharyngeal tube/ Mayo/ Gudell
b.
c. Bahan :1. Sarung tangan steril
d. 2. Set Infus (Slang Infus, abocath sesuai ukuran)
3. Cairan kristaloid (Nacl, RL, Normal Salin)
4. Spuit 5cc
5. Kassa steril
6. Plester

9. Langkah-langkah/ Prosedur kerja : Sesuai Bagan alir/ gambar


prioritas penanganan pasien kegawat
daruratan

1. Periksa kesadaran pasien untuk


menentukan keadaan umum pasien sadar Pastikan pasien sadar atau tidak
atau tidak
2. Air Way ( jalan nafas) : Pasien sadar pasien taksadar
a. Periksa jalan nafas, bebaskan jalan ajak bicara, jika -look lihat gerak
nafas dari sumbatan sekret, darah, suara jelas airway nafas
benda asing. bebas - listen dengar suara nafas
b. Lakukan tindakan Triple manouver ; -feel raba udara
nafas
Head Tilt (ekstensi kepala), Chin Lift
(angkat dagu keatas), Jaw
Thrust(dorong rahang bawah
kedepan). bebaskan jalan nafas
c. Buka mulut. jaw thrust, chin lift
d. Pemasangan Oro-pharingeal tube bila
pasien tidak sadar.
3. Breathing (pernafasan) : ada nafas tidak ada nafas
Periksa pernafasan pasien bernafas atau berikan oksigen berikan bantuan
tidak dengan Listen (suara nafas), Look nafas
(melihat gerakan dada), Feel ( Merasakan
ada udara atau tidak).
a. Bila tidak bernafas segera beri
bantuan nafas : 15:2
o Bantuan nafas buatan tanpa alat
(manual) dari mulut kemulut
dengan frekwensi 1 penolong atau
2 penolong 15:2 (15 kali pijat
jantung 2 kali nafas buatan) Terapi cairan kristaloid
o Bantuan nafas buatan dengan alat
ambu bag, jukson reese, respirator
b. Bila pasien bernafas segera beri
terapioxygen melalui :
o Nasal Pronge 3 liter Drugs adrenalin,atropin
o Nasal catheter 3 liter
o Mask 6-8 liter
4. Circulation (sirkulasi darah) :
a. Periksa bagaimana perdarahannya ECG dan DC Shok
b. Segera lakukan terapi cairan
pemasangan infus dengan pemberian
cairan kristaloid (Nacl, RL, Normal
Salin)
c. Periksa tekanan darah, nadi dan
perifer.
5. Drugs (obat-obatan) :
Pemberian obat-obatan bila terjadi henti
jantung dan bradikardi dengan :
o Adrenalin dengan dosis 1-1-1/3-5
menit
o Atropin dengan dosis 1-1-1/3-5 menit
o Na-bik hanya 1 mEq/kg dan paling
akhir.
6. Ecg (rekam jantung)
Periksa jantung dengan ECG disertai alat
DC shok bila nadi karotis tak teraba
untuk tindakan ini dilakukan pada tempat
rujukan yang lebih berkompeten/ RS.

10. Hal-hal yang perlu 1. Terapi Cairan sesuai prosedur pemberian cairan pertama pada pasien
diperhatikan untuk mengatasi shok.
2. Tindakan Jaw thrust dan chin lift lebih dianjurkan untuk menghindari
trauma.
3. Lakukan tindakan pertolongan pertama pada kegawat-daruratan
dengan cepat, tepat dan cermat karena bila sirkulasi berhenti 3-4 menit
akan mengakibatkan kerusakan otak yang permanen
11. Dokumen terkait Rekam medis pasien
12. Formulir yang Status pasien, form. Persetujuan tindakan, form persetujuan rujukan.
dipergunakan
13. Rekaman histori
perubahan
Penanggung jawab : Paraf

……………………
PRAKTEK MANDIRI
BIDAN GAWAT DARURAT PADA PARTUS MACET
No. Dokumen
No Revisi
Yuni Willyanti S,Tr.Keb.Bd
SOP Tanggal Terbit
Halaman

Pengertian Partus macet adalah fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah
berlangsung 12 jam atau lebih, bayi belum lahir. Dilatasi serviks
dikanan garis waspada persalinanaktif. Persalinan lama disebut
juga distosia, di definisikan sebagai persalianan yang abnormal
atau sulit
Tujuan Mengetahui dengan segera dan penanganan yang tepat keadaan
darurat pada partus lama dan macet
Kebijakan BPM Tentang Kebijakan Pelayanan Klinis 2021
Referensi Pelatihan pelayanan obstetric neonatal emergensi dasar
Langkah-langkah Alat dan obat
1. Infuse RL
2. Infuset
3. Oksigen
4. Amoxicillin 1 gram
5. Spuit 5cc
6. Spuit 1cc
7. Aquades
8. Tensimeter
9. Doppler
10. Thermometer
Penatalaksaaan
1. Memantau dan mencatat secara berkala keadaan ibudan jann,
his dan kemajuan persalinan pada partograf dengan cermat
pada saat pengamatan dilakukan.
2. Jika terdapat penyimpangan dalamkemajuan persalinan
( misalnya garis waspada pada partograf tercapai, his selalu
kuat/cepat/lemah sekali, nadi melemah dan cepatatau djj
menjadi cepat/tidak teratur/lambat), maka palpasi uterus
dengan teliti untuk mendeteksi gejala-gejala dan tanda
lingkaran retraksi patologis.
3. Jaga agar ibu mendapat hidrasi yang baik selama proses
persalinan, anjurkan ibu sering minum.
4. Menganjurkan ibu untuk berjalan-jalan dan merubah oisisi
selama proses persalinan dan kelahiran. Jangan biarkan ibu
berbaring terlentang selama proses persalinan dan kelahiran.
5. Mintalah ibu sering buang air kecil selama proses persalinan
(sedikit tiap 2 jam). Kandung kemih yang penuh akan
memperlambat penurunan bayi dan membuat ibu tidak
nyaman. Pakailah kateter hanya bila ibu tidak bisa kencing
sendiri dan kandung kemih dapat dipalpasi. Hanya gunakan
kateterdari karet.
6. Amati tanda-tanda partus macet dan lama dengan melakukan
palpasi abdomen, menilai penurunan janin, dan perriksa
dalam, menilai penyusupan janin dan pembukaan servick
paling sedikit tiap 4jam selama fase laten dan aktif. Catat
semua temuan pada partograf. Liat standar 9 untuk melihat
semua pengamatan yang diperlukan untuk partograf.
7. Selalau amatai tanda-tanda gawat ibu dan gawat janin, rujuk
dengan cepat dan teparjika hal ini terjadi.
Unit Terkait Poned
Nicu dan neonatologi
PRAKTEK MANDIRI
MENGATASI SHOCK
BIDAN
No. Dokumen
No Revisi
Yuni Willyanti S,Tr.Keb.Bd
SOP Tanggal Terbit
Halaman
Pengertian Suatu kondisi di mana terjadi kegagalan pada sistem sirkulasi untuk
mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ – organ vital.
Tujuan Sebagi Acuan Bidan dalam penatalaksanaan /cara mengatasi syok
Referensi Buku saku Pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan
rujukan

Prosedur 1. Tatalaksanaa umum


a. Carilah bantuan tenaga kesehatan lain
b. Pastikan jalan nafas bebas dan berikan oksigem
c. Miringkan ibu ke kiri
d. Hangatkan ibu
e. Pasang infus intra vena (2 jalur bila mungkin) dengan
menggunakan jarum terbesar no 16 atau 18
f. Berikan cairan kristaloid ( Nacl 0,9% atau Ringer Lactat )
sebanyak 1 liter dengan cepat 15 – 20 menit
g. Pasang kateter urin untuk memantau jumlah urin yang keluar
h. Lanjutkan pemberian cairan sampai 2 liter dalam satu jam
pertama hingga 3 liter dalam 2 sampai 3 jam, pantau kondisi ibu
dan tanda vital
i. Cari penyebab syok dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik
yang lebih lengkap secara si multan
j. Pantau tanda vital dan kondisi ibu setiap 15 menit
k. Bila ibu sesak dan pipi membengkak, turunkan kecepatan infus
menjadi 0,5 ml / menit ( 8 – 10 tts/ menit ), pantau
keseimbangan cairan
l. Tanda – tanda bahwa kondisi ibu sudah stabil atau ada perbaikan
adalah sebagai berikut :
1) Tekanan darah sistolik lebih dari 100 mmHg
2) Denyut nadi < 90 x / menit
3) Status mental membaik ( gelisah berkurang )
4) Produksi urin > 30 ml/ jam
m. Setelah kehilangan cairan dikoreksi ( frekwensi nadi < 100x /
menit dan Tekanan darah sistolik > 100mmHg )
n. Pemberian infus dipertahankan dengan kecepatan 500 ml tiap 3
– 4 jam ( 40 – 50 tetes / menit )
o. Pertimbangan merujuk ibu ke rumah sakit atau
fasilitas kesehatan yang lain
2. Tatalaksana khusus
Syok Hemoragik
a. Jika perdarahan hebat dicurigai sebagai penyebab
syok,cari tahu dan atasi sumber perdarahan:
o Perdarahan sebelum usia kehhamilan 22 minggu,
o Perdarahan setelah usia kehamilan 22 minggu dan saat
persalinan.
o Perdarahn setelah persalinan
b. transfusi dibutuhkan jika HB < 7 g/dl atau secaraklinis
ditemukan anaemia berat
Syok Anafilaktik
a. Hentikan kontak dengan alergen yang dicurigai
b. Koreksi hipotensi dengan resusitasi cairan yang agresif dan
berikan efinefrin / adrenalin 1 : 1000
( 1 mg/ ml ) dengan dosis 0,2 – 0,5 ml/ IM atau SC
c. Berikan terapi suportif dengan antihistamin
( difenhidramin 25 – 50 IM atau IV ), penghambat reseptor
H2 ( ranitidin 1 mg/kg BB IV dan kortikosteroid
( metilprednisolon 1-2 mg/kgBB/hari diberikan tiap 6 jam )

Unit Terkait

PRAKTEK MANDIRI
PENENTUAN FAKTOR RESIKO IBU HAMIL
BIDAN
No. Dokumen
No Revisi
Yuni Willyanti S,Tr.Keb.Bd
SOP Tanggal Terbit
Halaman
Pengertian Penentuan Faktor Resiko untuk Ibu Hamil adalah tatalaksana melakukan
Pemeriksaan dan analisis secara lengkap untuk menentukan
kemungkinan factor resiko dan resiko tinggi pada ibu hamil.

Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk Penentuan Faktor


Resiko untuk Ibu Hamil

Referensi Buku Kesehatan Ibu dan Anak


Prosedur Alat dan bahan :
Kartu Penapisan
Langkah - langkah :
1. Faktor Resiko Ibu Hamil diantaranya
a. Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
b. Anak Lebih dari 4
c. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari 2
tahun
d. Kurang Energi Kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas
kurang dari 23,5 cm, atau penambahan BB <9 kg selama masa
kehamilan
e. Anemia dengan haemoglobin <11 g/dl
f. Tinggi badan kurang dari 145 cm atau dengan kelainan bentuk
panggul dan tulang belakang
g. Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum
kehamilan ini
h. Sedang atau pernah menderita penyakit kronis antara lain
TBC, kelainan jantung,ginjal,hati, psikosis, kelainan endokrin,
tumor dan keganasan
i. Riwayat kehamilan buruk,keguguran berulang,KET,Mola
hidatidosa,ketuban pecah dini,bayi dengan cacat congenital

j. Riwayat persalinan dengan komplikasi


Komplikasi pada ibu hamil diantaranya :
 Perdarahan pervaginam Ante partum: Keguguran,
plasenta Previa, solusio Plasenta
 Hipertensi dalam kehamilan (HDK) :Tekanan Darah
Tinggi (sistolik >140 mmHg Diastolik > 90mmHg)
dengan atau tanpa edema pre-tibial
 Ancaman persalinan premature
 Infeksi berat dalam kehamilan :demam berdarah, Tifus
Abdominalis,sepsis
2. Penatalaksanaan sesuai kelompok resiko:
a. Jika jumlah Skor 2, termasuk kelompok ibu hamil resiko
(KRR),pemeriksaan kehamilan bisa dilakukan bidan, tidak
perlu dirujuk, tempat persalinan bisa dipolindes,penolong bisa
bidan.
b. Jika jumlah Skor 6-10, termasuk kelompok bumil resiko
Tinggi (KRT), pemeriksaan kehamilan dilakukan bidan atau
dokter,rujuakan bidan
c. Jika Jumlah Skor lebih dari 12, termasuk kelompok Resiko
Tinggi (KRST), pemeriksaan kehamilan oleh dokter, penolong
harus dokter.
Penanggung jawab : Paraf :

....................................

PRAKTEK MANDIRI PENGUKURAN TINGGI FUNDUS UTERI


BIDAN
No. Dokumen
SOP
No Revisi
Yuni Willyanti S,Tr.Keb.Bd
Tanggal Terbit
Halaman
Pengertian Pengukuran Tinggi Fundus Uteri adalah Tekhnik pengukuran
dengan menggunakan materi yang dilakukan pada ibu hamil
dengan cara mengukur dari puncak fundus uteri sampai diatas
symphis fubis
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk Tatalaksana
Pengukuran Tinggi Fundus Uteri
Referensi Buku Kesehatan Ibu dan anak
Prosedur Alat dan bahan:
Meteran / Pita ukur

Langkah - langkah :
1. Tahap Pre Interaksi:
a. Persiapan Petugas
- Identifikasi Catatan kebidanan dan medis pasien
- Petugas mencuci tangan
b. Persiapan Pasien :
- Menjelaskan prosedur kepada pasien
- Memberikan Privacy dengan cara menutup pintu atau
dengan pasang tirai
c. Persiapan alat
- Pita ukur dan bantal
2. Tahap orientasi:
a. Memberikan salam panggil pasien dengan namanya
b. Menjelaskan Prosedur dan tujuan tindakan pada pasien
pada keluarga
3. Tahap Kerja
a. Memberiikan pasien bertanya sebelum kegiatan dilakukan
b. Sebelum dilakukan tindakan ,anjurkan pasien untuk buang
air kecil.
c. Pastikan privacy pasien terjaga
d. Persiapkan pasien untuk berbaring ditempat tidur dengan
satu bantal dibagian kepala
e. Tutupi dengan selimut bagian tubuh pasien yang tidak
termasuk area pemeriksaan
f. Melakukan pengukuran tinggi fundus uteri
g. Meletakkan ujung alat ukur diatas simpisis fubis
h. Ukur sepanjang garis tengah fundus uteri hingga batas atas
mengikuti kurve fundus
i. Tentukan tinggi fundus uteri , hitung perkiraan usia
kehamilan dengan menggunakan rumus Mc Donald′s

4. Tahap Terminasi
a. Menjelaskan hasil pemeriksaan dan tindak lanjut
b. Pendidikan Kesehatan
Penanggung jawab : Paraf :

....................................

PRAKTEK MANDIRI PEMERIKSAAN DENYUT JANTUNG BAYI


BIDAN No. Dokumen
No Revisi

................................... SOP Tanggal Terbit


Halaman
Pengertian Pemeriksaan Denyut Jantung Janin adalah tatalaksana untuk mengetahui
perkembangan dan pertumbuhan janin didalam Rahim, dengan
mengetahui standar janin normal maka membantu dalam memastikan
organ janin sehat selama kehamilan.

Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk Pemeriksaan Denyut


Jantung Janin

Referensi Buku Kesehatan Ibu dan Anak


Prosedur Langkah - langkah :

1. Petugas beritahu ibu maksud dan tujuan


2. Persiapkan alat dan bahan: Dopler, jelly , tisu
3. Petugas cuci tangan
Baringkan ibu hamil dengan posisi terlentang
1. Beri jelly pada doppler /lineac yang akan digunakan
2. Tempelkan doppler pada perut ibu hamil didaerah punggung janin.
3. Dengar detak jantung janin dan hitung selama 1 menit, normal
detak jantung janin 120-160x/mnt
4. Beri penjelasan pada pasien hasil pemeriksaan detak jantung janin
5. Jika pada pemeriksaan detak jantung janin, tidak terdengar ataupun
tidak ada pergerakan bayi, maka pasien diberi penjelasan dan pasien
dirujuk ke Rumah Sakit
6. Pasien dipersilahkan bangun
7. Catat hasil pemeriksaan jantung janin pada buku Kartu Ibu dan
Buku KIA
Penanggung jawab : Paraf :

....................................
PRAKTEK MANDIRI TINDIK PADA BAYI
BIDAN
No. Dokumen
No Revisi
Yuni Willyanti S,Tr.Keb.Bd
SOP Tanggal Terbit
Halaman
Pemberian tindik adalah pemasangan anting pada telinga
Pengertian
bayi.
Sebagai acuan dalam pemberian anting untuk membedakan
Tujuan
jenis kelamin laki – laki dan perempuan.
1. Ilmu Kesehatan Anak Aziz Alimul Hidayat tahun 2008.
Referensi 2. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal esensial
tahun 2010.
A. Persiapan Alat
1. Jarum nomor 18
2. Betadine
3. Kapas
4. Anting (dari pasien)
5. Sarung Tangan
B. Prosedur Pelaksanaan
1. Petugas mencuci tangan
2. Pakai sarung tangan
Prosedur 3. Pastikan jarum yang akan digunakan (jarum 18)
4. Posisikan bayi senyaman mungkin
5. Bersihkan daun telinga yang akan ditindik dengan
bethadine
6. Tusuk daun telinga dengan jarum lalu pasang anting
pada telinga
7. Lakukan hal yang sama pada telinga yang satu
8. Jelaskan kepada keluarga pasien tentang perawatan
pasca tindik
9. Rapikan alat.
Penanggung jawab :
Paraf :
....................................
PRAKTEK MANDIRI LANGKAH-LANGKAH PEMAKAIAN DAN PELEPASAN
BIDAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

SOP No Revisi
No. Dokumen
Yuni Willyanti S,Tr.Keb.Bd

Tanggal Terbit
Halaman
Alat Pelindung Diri (APD) adalah alat yang digunakan sebagai
Teknik pencegahan mikroorganisme patogen dari seseorang ke
Pengertian orang lain. APD yang umum digunakan masker, kacamata
pelindung (googles), apron/celemek, sarung tangan, penutup
kepala, penutup kaki.
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melindungi
Tujuan tenaga kesehatan, pasien, keluarga pengunjung dan lingkungan
dari kemungkinan transmisi material infeksius.
Surat Keputusan Direktur RSUD Pandan Nomor :
Kebijakan 001/286/AKR/PPI/2019 tentang penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD) di RSUD Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah.
Prosedur 1. PEMAKAIAN APD
A. Urutan menggunakan APD :
1) Cuci tangan
2) Pelindung kaki/sepatu boot
3) Apron/celemek
4) Penutup kepala
5) Masker
6) Kacamata pelindung/googles
7) Sarung tangan

B. Pelaksanaan penggunaan APD : cuci tangan sebelum


menggunakan APD
1) Pemakaian pelindung kaki : gunakan sepatu boot
untuk menutupi kaki dan sesuaikan agar pas untuk
digunakan
2) Pemakaian apron/celemek : gunakan apron/celemek
untuk menutupi badan
3) Pemakaian penutup kepala : gunakanlah penutup
kepala sesuai ukuran sehingga menutupi semua
rambut
4) Pemakaian masker : gunakan masker hingga hidung
dan mulut tertutup
5) Pemakaian kacamata/googles : gunakan untuk
menutupi mata dan sesuaikan agar pas
6) Pemakaian sarung tangan : gunakan sarung tangan
sesuai ukuran.

2. PELEPASAN APD
A. Urutan pelepasan APD
1) Sarung tangan
2) Kebersihan tangan
3) Kacamata/googles
4) Apron/celemek
5) Penutup kepala
6) Masker
7) Pelindung kaki
8) Pelindung kaki
9) Kebersihan tangan
B. Pelaksanaan pelepasan APD : cucu tangan setelah
menggunakan APD.
1) Pelepasan sarun tangan : lepaskan sarung tangan dan
buang ditempat sampah infeksius
2) Pelepasan kacamata/googles : lepaskan kacamata
dengan memegang karet atau gagang kacamata, lalu
letakkan di wadah yang telah disediakan untuk di
proses ulang atau dalam tempat limbah infeksius
3) Pelepasan apron/celemek : lipat apron/celemek
menjadi gulungan dan letakkan di wadah yang telah
disediakan untuk di proses ulang atau buang di tempat
limbah infeksius
4) Pelepasan penutup kepala : lepaskan penutup kepala
dan letakkan di wadah yang telah disediakan atau
buang di tempat limbah infeksius
5) Pelepasan masker : lepaskan masker kain di wadah
yang telah disediakan untuk di proses ulang dan
masker sekali pakai di buang di tempat limbah
infeksius
6) Pelepasan pelindung kaki : lepaskan pelindung kaki
lalu bersihkan setelah selesai pakai
7) Cuci tangan.
Penanggung jawab : Paraf :

....................................
PRAKTEK MANDIRI
BIDAN MENCUCI TANGAN DENGAN SABUN (HANDWASH)

SOP No. Dokumen


Yuni Willyanti S,Tr.Keb.Bd No Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Pengertian Mencuci tangan adalah upaya untuk membersihkan kotoran
mikroorganisme yang ada di tangan
Pembersihan tangan dengan Sabun Antiseptik/Cairan/Larutan dan
air mengalir (handwash) adalah mencuci tangan dengan air
mengalir dengan menggunakan sabun/ cairan antiseptik

Tujuan Sebagai pedoman petugas dalam melaksanakan cuci tangan untuk


menghilangkan kotoran, dan mencegah penyebaran infeksi
nosokomial

Kebijakan Surat Keputusan UBK Bogor Nomor


028/UBK-BGR/KFA/III/2020 yang digunakan tentang
Penyusunan SOP Pencegahan Infeksidi
Klinik

Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27


Tahun 2017 Tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Prosedur / Langkah- a. Alat dan Bahan:


langkah 1) Kran dengan air mengalir
2) Sabun Cair Antiseptik
3) Tissue / handuk bersih

b. Petugas yang melaksanakan:


1) DokterUmum
2) Perawat
3) Apoteker
4) AsistenApoteker
5) Admin
6) PetugasKebersihan

c. Langkah-langkah cuci tangan dengan sabun/


handwash:
1. Petugas membasahi kedua telapak tangan setinggi
pertengahan lengan, memakai air yang mengalir
2. Petugas menuang sabun cair yang mengandung
antiseptik pada telapak tangan, mengusap dan
menggosok kedua tangan secara lembut
3. Petugas mengusap dan menggosok kedua
punggung tangan secara lembut
4. Petugas membersihkan jari-jari tangan dan
menggosok sela-sela jari hingga bersih
5. Petugas membersihkan ujung-ujung jari secara
bergantian dengan mengatupkan
6. Petugas menggosok dan memutar kedua ibu jari
bergantian
7. Petugas meletakkan ujung-ujung jari ke telapak
tangan kemudian menggosoknya secara perlahan
8. Petugas membersihkan kedua pergelangan tangan
secara bergantian dengan cara memutar
9. Semua gerakan diatas dilakukan dengan 4 kali
hitungan
10. Rentang waktu yang digunakan untuk mencuci
tangan dengan sabun antiseptik 40-60 detik
11. Petugas membilas seluruh bagian tangan dengan
air mengalir
12. Petugas mengeringkan tangan dengan
menggunakan tissue atau handuk sekali pakai
sampai benar-benar kering
Hal-hal yang perlu Keselamatan Dokter, Apoteker, Asisten Apoteker,
diperhatikan Perawat,dan PetugasLainnya.

Unit terkait a. Unit Pendaftaran dan RekamMedis


b. Unit LayananUmum
c. UnitKeperawatan
d. Unit Apotek

Penanggung jawab : Paraf :

....................................
PRAKTEK MANDIRI MENCUCI TANGAN DENGAN ANTISEPTIK BERBASIS
BIDAN ALKOHOL (HANDRUB)

SOP No. Dokumen


Yuni Willyanti S,Tr.Keb.Bd
No Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Pengertian Suatu prosedur tindakan membersihkan tangan dengan
menggunakan antiseptik berbasis alkohol/ handrub

Tujuan 1. Membuang kotoran/ debu secara mekanis dari kulit


2. Mengangkat mikroorganisme dari tangan
3. Menjaga kondisi steril
4. Mencegah infeksi silang
5. Melindungi diri dan pasien dari infeksi
6. Memberi rasa bersih, segar, aman dan kepercayaan dalam
menjalankan tugas

Kebijakan Surat Keputusan UBK Bogor Nomor


028/UBK-BGR/KFA/III/2020 yang digunakan tentang
Penyusunan SOP Pencegahan Infeksi di Klinik

Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27


Tahun 2017 Tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Prosedur / Langkah- a. Alat dan Bahan:


langkah Handrub

b. Petugas yang melaksanakan:


a. DokterUmum
b. Perawat
c. Apoteker
d. AsistenApoteker
e. Admin
f. PetugasKebersihan

c. Langkah-langkah cuci tangan:


1) Lepaskan semua perhiasan yang ada di
tangan seperti: cincin, jam tangan, dan
gelang
2) Tuangkan 3-5 cc antiseptik berbasis
alcohol/ handrub ke telapak tangan
3) Gosokkan handrub dengan kedua telapak
tangan hingga merata, semua gerakan
memutar berlawanan dengan arah jarum
jam
4) Gosok punggung dan sela-sela jari tangan
kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya
5) Gosok kedua telapak dan sela-sela jari
6) Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling
mengunci
7) Gosok ibu jari kiri dengan gerakan berputar
dalam genggaman tangan kanan dan
sebaliknya
8) Gosok dengan memutar ujung jari-jari
tangan kanan di telapak tangan kiri dan
sebaliknya
9) Semua gerakan diatas dilakukan dengan 4
kali hitungan
10) Rentang waktu yang digunakan untuk
mencuci tangan dengan antiseptik berbasis
alkohol 20-30 detik, dan tangan anda sudah
bersih.
Hal-hal yang perlu Keselamatan Dokter, Apoteker, Asisten Apoteker, Perawat,
diperhatikan dan Petugas Lainnya.

Unit terkait a. Unit Pendaftaran dan Rekam Medis


b. Unit Layanan Umum
c. Unit Keperawatan
d. Unit Apotek
Penanggung jawab : Paraf :

....................................
PRAKTEK MANDIRI
BIDAN PEMBERIAN IMUNISASI IPV

SOP No. Dokumen


No Revisi
Yuni Willyanti
S,Tr.Keb.Bd Tanggal Terbit
Halaman
Pengertian Imunisasi IPV adalah upaya yang dilakukan untuk memberikan
kekebalan atau vaksin pada bayi sehingga terhindar dari penyakit
virus polio terutama type 2

Tujuan Sebagai acuan dalam pemberian imunisasi IPV agar anak


mempunyai daya tahan terhadap penyakit Poliomyelitis

Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas Suliwer Nomor 445/ /


SKPKMCPS/I/2018 Tentang Kebijakan Pengelolaan dan
Pelaksanaan Program UKM

Referensi 1. Undang-undang no 36 tahun 2009 tentang Kesehatan


2. Permenkes No. 42 tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan
Imunisasi
3. Petunjuk teknis pergantian tOPV menjadi bOPV dan
introduksi IPV
4. Pengelolaan Cold Chain Petugas Imunisasi, Direktorat
Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
KEMENTRIAN KESEHATAN R.I tahun 2013
Langkah-langkah Persiapan

Alat dan bahan:

- Vaksin IPV
- Jarum dan spuit disposible 0,5 cc
- Kapas
- Kartu Imunisasi
Penatalaksanaan

1. Petugas mencuci tangan


2. Siapkan vaksin dan spuit yang akan digunakan
3. Jelaskan kepada ibu bayi tersebut, umur bayi 4 bln jumlah
suntikan 1x untuk imunisasi IPV ini.
4. Ambil 0,5 cc vaksin IPV
5. Bersihkan 1/3 paha bagian luar sebelah kiri dengan kapas
yang telah dibasahi air bersih jangan menggunakan alkohol
atau desinfektan sebab akan merusak vaksin tersebut.
6. Suntikan vaksin secara intra musculer (im)
7. Rapikan alat alat
8. Petugas mencuci tangan
10. Mencatat dalam buku

Bagan Alir
Poli KIA

Posyandu
Unit Terkait
Klinik/PMB
PRAKTEK MANDIRI
PEMBERIANIMUNISASI CAMPAK
BIDAN

SOP No. Dokumen


Yuni Willyanti S,Tr.Keb.Bd No Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Pengertian Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu
penyakit , dengan memasukan sesuatu ke dalam tubuh agar
tubuhtahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau
berbahaya bagiseseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang
berarti kekebalan atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit
hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit
itu saja sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan
imunisasi lainnya (umar.2006)
Tujuan Sebagaiacuandalamemberiimunisasi
Referensi 1. Depkes RI. 2004 , Pedoman penyelenggaraan
imunisasi, Derektorat jenderal kesehatan masyarakat,
Derektorat Promosi Kesehatan, Jakarta.
2. DepkesRi,2005.KeputusanMenteriKesehatanRepublikIndone
siaNomor :
1059/MENKES/SK/IX/2004:Tentan Pedoman
Penyelenggaraan Imunisasi, Jakarta.
3. DepkesRI,2007,Modul Kegiatan Lima Imunisasi Dasar
Lengkap.Ditjen PP &PL,Jakarta.

Prosedur/lankah-langkah 1. MenggunakanADS(AutoDisableSyringe)barudansteril
 Memeriksa bungkus ADS, untuk memastikan tidak
rusak & belum kadaluwarsa
 Tidak menyentuh jarum
 Memberihkan kulit dengan kapas + air matang, tunggu
kering.
 Menyuntik vaksin sesuai dengan jenis vaksin.
 Tidak memijat-mijat daerah bekas suntikan.
 Jika pendarahan, menekan daerah suntikan dengan
kapas kering baru hingga darah berhenti.
 Membuang ADS bekas pakai langsung kedalam safety
box tanpa melakukan
 Penutupan kembali jarum suntik (norecapping)

2. Caraimunisasicampak:
 Suntikan campak diberikan pada lengan kiri diatas
secara subkutan dengan dosis 0,05 cc
 Atur bayi dengan posisi miring diatas pangkuan ibu
dengan sekuruh lengan telanjang
 Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi.Gunakan

PEMBERIAN VAKSIN YANG TEPAT SECARA AMAN


Penyuntikan vaksin yang tepat secara aman meliputi:

 Kualitas vaksin yang terjamin

 Penyuntikan yang steril

 Melarutkan vaksin secara benar

 Lokasi suntikan yang tepat

 Penapisan indikasi dan kontra indikasi

 Teknik penyuntikan yang benar


Penanggung jawab : Paraf :

....................................
PRAKTEK MANDIRI
PEMBERIANIMUNISASIPOLIO
BIDAN

SOP No. Dokumen


Yuni Willyanti S,Tr.Keb.Bd No Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Pengertian Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu
penyakit, dengan memasukan sesuatu ke dalam tubuh agar
tubuhtahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau
berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang
berarti kekebalan atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit
hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit
itu saja,sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan
imunisasi lainnya(umar.2006)
Tujuan Sebagai acuan dalam member imunisasi
Referensi 1. Depkes RI. 2004 , Pedoman penyelenggaraan
imunisasi Derektorat jenderal kesehatan masyarakat,
Derektorat Promosi Kesehatan, Jakarta.
2. Depkes Ri, 2005. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor :1059/MENKES/SK/IX/2004 :Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi, Jakarta.
3. Depkes RI ,2007, Modul Kegiatan Lima Imunisasi Dasar
Lengkap. Ditjen PP &PL, Jakarta.
Prosedur/lankah-langkah 1. MenggunakanADS(AutoDisableSyringe)barudansteril
 Memeriksa bungkus ADS, untuk memastikan tidak
rusak & belum kadaluwarsa
 Tidak menyentuh jarum
 Memberihkan kulit dengan kapas + air matang, tunggu
kerin.
 Menyuntik vaksin sesuai dengan jenis vaksin.
 Tidak memijat-mijat daerah bekas suntikan.
 Jika pendarahan, menekan daerah suntikan dengan
kapas kering baru hingga darah berhenti.
 Membuang ADS bekas pakai langsung kedala safety
box tanpa melakukan
 Penutupan kembali jarum suntik (norecapping)

2. Caraimunisasipolio
 Petugas mencuci tangan
 Pastikan vaksin polio dengan keadaan baik (perhatikan
nomor, kadaluwarsa dan vvm)
 Buka tutup vaksin menggunakan pinset/guntingkecil
 Pasang pipet diatas botol vaksin
 Letakananak pada posisi yang senyaman mungkin
 Buka mulut anak dan teteskan vaksin polio sebanyak 2 tetes
 Pastikan vaksin yang telah diberikan ditelan oleh anak yang di
imunisasi
 Jika dimuntahkan atau dikeluarkan oleh anak, ulangi lagi
penetesan
 Saat meneteskan vaksin kemulut, pastikan agar vaksin tetap dalam
posisisteri.
 Rapikan alat

PEMBERIAN VAKSIN YANG TEPAT SECARA AMAN


Penyuntikan vaksin yang tepat secara aman meliputi:

 Kualitas vaksin yang terjamin

 Penyuntikan yang steril

 Melarutkan vaksin secara benar

 Lokasi suntikan yang tepat

 Penapisan indikasi dan kontra indikasi

 Teknik penyuntikan yang benar


Penanggung jawab : Paraf :

....................................
PRAKTEK MANDIRI
PEMBERIAN IMUNISASI DPT HiB
BIDAN

SOP No. Dokumen


Yuni Willyanti S,Tr.Keb.Bd No Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Pengertian Imunisasi adalah  pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu
penyakit, dengan memasukan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh
tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya
bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti
kekebalan atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya
akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu
saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan
imunisasi lainnya (umar.2006)
Tujuan Sebagai acuan dalam member imunisasi
Referensi 1. Depkes RI. 2004, Pedoman penyelenggaraan
imunisasi, Derektorat jenderal kesehatan masyarakat,
Derektorat Promosi Kesehatan, Jakarta.
2. Depkes Ri, 2005. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor :1059/MENKES/SK/IX/2004:Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi, Jakarta.
3. Depkes RI, 2007, Modul Kegiatan Lima Imunisasi Dasar
Lengkap. Ditjen PP &PL, Jakarta.
Prosedur/lankah-langkah 1. Menggunakan ADS (Auto Disable Syringe) baru dan steril
 Memeriksa bungkus ADS, untuk memastikan tidak rusak
& belum kadaluwarsa
 Tidak menyentuh jarum
 Memberihkan kulit dengan kapas + air matang, tunggu
kering.
 Menyuntik vaksin sesuai dengan jenis vaksin.
 Tidak memijat-mijat daerah bekas suntikan.
 Jikapendarahan,menekandaerahsuntikandengankapaskerin
gbaru hinggadarah berhenti.
 MembuangADSbekaspakailangsungkedalasafetyboxtanp
amelakukan
 Penutupankembalijarumsuntik(norecapping)

2. CaraimunisasiDPTHiB:
 Suntikan diberikan pada paha tengah luar
secara intra muscular dengan dosis 0,05 cc. Cara
pemberian:
o Letakkan bayi dengan posisi miring diatas
pangkuan ibu dengan seluruh lengan telanjang.
o Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi.
o Pegang paha dengan ibu jari dan jari telunjuk
o Masukan jarum dengan sudut 90⁰
o Suntikan dengan seluruh jarum langsung kebawah
melalui kulit sehingga masuk kedalam otot.
Lakukan pelan-pelan untuk mengurangi rasa sakit

3. Prosedurpelarutanvaksin
 Menggunakan pelarut yang tepat dan berasal dari
produser yang sama
 Memperhatikan tanggal kadaluwasa pelarut
 Memperhatikan VVM (Vaccine Vial monitor) dan
kadaluwarsa vaksin
 Hanya melarutkan vaksin bila telah ada sasaran
imunisasi
 Saat melarutkan vaksin, suhu pelarut dan vaksin harus
sama (2-8⁰C)
 Memperhatikan tindakan aseptic dalam pelarutan
 Hanya menggunakan satu samprit untuk satu vial
vaksin.
 Setelah dipergunakan, semprit langsung dibuang ke
safetybox
 Mencatat jam pelarut vaksin
 Tidak menggunakan vaksin bila telah lewt ”masa
pakai“ setelah pelarutan

PEMBERIAN VAKSIN YANG TEPAT SECARA AMAN


Penyuntikan vaksin yang tepat secara aman meliputi:

 Kualitas vaksin yang terjamin

 Penyuntikan yang steril

 Melarutkan vaksin secara benar

 Lokasi suntikan yang tepat

 Penapisan indikasi dan kontra indikasi

 Teknik penyuntikan yang benar

Penanggung jawab : Paraf :

....................................
PRAKTEK MANDIRI
PEMBERIAN IMUNISASI BCG
BIDAN

SOP No. Dokumen


No Revisi
Yuni Willyanti S,Tr.Keb.Bd Tanggal Terbit
Halaman
Pengertian Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu
penyakit , dengan memasukan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh
tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi
seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kekebalan
atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan
memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja,
sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi
lain nya (umar.2006)
Tujuan Sebagai acuan dala memberi imunisasi
Referensi 1. Depkes RI. 2004 , Pedoman penyelenggaraan
imunisasi, Derektorat jenderal kesehatan masyarakat,
Derektorat Promosi Kesehatan ,Jakarta.
2. Depkes Ri ,2005. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor :1059/MENKES/SK/IX/2004: Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi, Jakarta.
3. Depkes RI , 2007, Modul Kegiatan Lima Imunisasi Dasar
Lengkap. Ditjen PP &PL,Jakarta.
Prosedur/lankah-langkah 1. Menggunakan ADS (Auto Disable Syringe) baru dan steril
 Memeriksa bungkus ADS,untuk memastikan tidak rusak &
belum kadaluwarsa
 Tidak menyentuh jarum
 Memberihkan kulit dengan kapas + air matang ,tunggu
kering.
 Menyuntik vaksin sesuai dengan jenis vaksin .
 Tidak memijat-mijat daerah bekas suntikan.
 Jika pendarahan , menekan daerah suntikan dengan kapas
kering baru hingga darah berhenti.
 Membuang ADS bekas pakai langsung kedala safety box
tanpa melakukan
 Penutupan kembali jarum suntik (no recapping)
2. Cara imunisasi BCG :
 Suntikan BCG diberikan secara intrakutan pada lengan
kanan atas.
 Dosis 0,05 cc disuntikan kedalam lapisan kulit denga pelan-
pelan (intrakutan)
 Untuk memberikan suntikan intrakutan secara tepat,harus
menggunakan jarum pendek yang sangat halus (10 mm,
ukuran 26)

Prosedur pelarutan vaksin


 Menggunakan pelarut yang tepat dan berasal dari produser
yang sama
 Memperhatikan tanggal kadaluwasa pelarut
 Memperhatikan VVM (Vaccine Vialmonitor) dan
kadaluwarsa vaksin
 Hanya melarutkan vaksin bila telah ada sasaran imunisasi
 Saat melarutkan vaksin, suhu pelarut dan vaksin harus sama
(2-8⁰C)
 Memperhatikan tindakan aseptic dalam pelarutan
 Hanya menggunakan satu samprit untuk satu vial vaksin.
 Setelah dipergunakan, semprit langsung dibuang ke safety
box
 Mencatat jam pelarut vaksin
 Tidak menggunakan vaksin bila telah lewt ”masa pakai“
setelah pelarutan

PEMBERIAN VAKSIN YANG TEPAT SCARA AMAN


Penyuntikan vaksin yang tepat secara aman meliputi:

 Kualitas vaksin yang terjamin

 Penyuntikan yang steril

 Melarutkan vaksin secara benar

 Lokasi suntikan yang tepat

 Penapisan indikasi dan kontra indikasi

 Teknik penyuntikan yang benar


Penanggung jawab : Paraf :

....................................

PRAKTEK MANDIRI
PEMBERIAN IMUNISASI IPV
BIDAN

SOP No. Dokumen


Yuni Willyanti No Revisi
S,Tr.Keb.Bd
Tanggal Terbit
Halaman
Pengertian Imunisasi IPV adalah upaya yang dilakukan untuk memberikan
kekebalan atau vaksin pada bayi sehingga terhindar dari penyakit virus
polio terutama type 2
Tujuan Sebagai acuan dalam pemberian imunisasi IPV agar anak mempunyai
daya tahan terhadap penyakit Poliomyelitis
Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas Suliwer Nomor 445/
SKPKMCPS/I/2018 Tentang Kebijakan Pengelolaan dan Pelaksanaan
Program UKM
Referensi 1. Undang-undang no 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Permenkes No. 42 tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi
3. Petunjuk teknis pergantian tOPV menjadi bOPV dan introduksi
IPV
4. Pengelolaan Cold Chain Petugas Imunisasi, Direktorat Jendral
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementrian
Kesehatan R.I tahun 2013
Langkah-langkah Persiapan
Alat dan bahan:

- Vaksin IPV
- Jarum dan spuit disposible 0,5 cc
- Kapas
- Kartu Imunisasi
Penatalaksanaan
1. Petugas mencuci tangan
2. Siapkan vaksin dan spuit yang akan digunakan
3. Jelaskan kepada ibu bayi tersebut, umur bayi 4 bln jumlah
suntikan 1x untuk imunisasi IPV ini.
4. Ambil 0,5 cc vaksin IPV
5. Bersihkan 1/3 paha bagian luar sebelah kiri dengan kapas yang
telah dibasahi air bersih jangan menggunakan alkohol atau
desinfektan sebab akan merusak vaksin tersebut.
6. Suntikan vaksin secara intra musculer (im)
7. Rapikan alat alat
8. Petugas mencuci tangan
9. Mencatat dalam buku
Bagan Alir

Unit Terkait Poli KIA


Posyandu
Klinik/PMB

PRAKTEK MANDIRI
PEMBERIAN IMUNISASI PADA BAYI
BIDAN

SOP
No. Dokumen
Yuni Willyanti No Revisi
S,Tr.Keb.Bd
Tanggal Terbit
Halaman
Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan
kekebalan atau vaksin (suatu obat yang digunakan untuk membantu
mencegah suatu penyakit) pada bayi atau anak sehingga terhindar
1. Pengertian
dari penyakit. Pemberian imunisasi biasanya dilakukan dengan cara
injeksi intra muskuler (pada area vastus lateralis paha luar), intra
kutan dan sub kutan
Mencegah terjadinya suatu penyakit tertentu pada seseorang dan
2. Tujuan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat
(populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu di dunia
Keputusan Kepala Puskesmas Suliwer Nomor 445/ /
3. Kebijakan SK/PKMCPS/I/2018 Tentang Kebijakan Pengelolaan dan
Pelaksanaan Program UKM
1. Undang-undang no. 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit
Menular
2. Undang-undang no. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
4. Referensi 3. Undang-undang no 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
4. Permenkes No. 42 tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan
Imunisasi

Langkah-langkah Persiapan
Alat dan bahan
1.      Sarung tangan satu pasang
2.      ADS (auto disable syringe)
3.      Bak instrumen
4.      Kapas air hangat
5.      Perlak dan pengalas
6.      vaksin sesuai dengan kebutuhan
7.      Safety Box
Penatalaksanaan
1.      Tahap prainteraksi
a. Melakukan verifikasi data tentang program pemberian
yang akan dilakukan
b. Mencuci tangan
c. Menyiapkan vaksin dengan mengecek jenis dan tanggal
kadaluarsa
d. Menempatkan alat didekat pasien dengan benar
e. Menjaga privacy pasien
f. Atur pencahayaan yang baik
2.      Tahap orientasi
a. Memberikan salam kepada pasien dan keluarga
b. Mengklarifikasi nama pasien yang akan diimunisasi
c. Menjelaskan tujuan dan perosedur tindakan pada
keluarga atau pasien
d. Menanyakan kesiapan pasien sebelum kegiatan
dilakukan
e. Melibatkan keluarga dalam pemberian imunisasi

3.      Tahap kerja


a. Menggunakan sarung tangan bersih
b. Mengatur posisi pasien, sesuai tempat penyuntikan
c. Memasang perlak dan pengalasnya
d. Menentukan tempat penyuntikan dengan benar sesuai
dengan jenis dan imunisasinya (lihat tabel diatas)
e. Membebasakn daerah yang akan dinjeksi dari pakaian

Bagan Alir

Unit Terkait Dokter, Perawat, Bidan, Petugas Imunisasi,Klinik,PMB


PRAKTEK MANDIRI
IMUNISASI TT
BIDAN

SOP No. Dokumen


Yuni Willyanti S,Tr.Keb.Bd No Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Pengertian Melakukan penyuntikan kepada ibu hamil / wus dan calon
pengantin dengan memasukkan vaksin Tetanus Toxoid kedalam
tubuh ibu hamil / wus dan calon pengantin agar memperoleh
kekebalan/daya tahan tubuh.
Tujuan Agar anak mendapatkan daya tahan tubuh / kekebalan terhadap
penyakit Tetanus.
Referensi Modul Pelatihan Tenaga Pelaksana Imunisasi di Puskesmas,
tahun 2006. Modul Pelatihan Tenaga Pelaksana Imunisasi di
Puskesmas, tahun 2015.
Prosedur Alat :
1. Disposible 0.5 cc.
2. Kapas Steril dan Air hangat.
3. Vaksin TT
4. Kartu / Buku Imunisasi.
5. Safety Box.

Langkah-Langkah :
1. Sebelum melakukan imunisasi petugas melakukan
konseling kepada ibu hamil / wus / calon penganti yang
akan diimunisasi ( Jenis vaksin yg diberikan, tujuan
pemberian, efek samping yg mungkun terjadi, hal-hal yg
perlu dilakukan di rumah bila terjadi efek samping ).
2. Petugas memastikan bahwa bumil / wus / catin tersebut
belum ataupernah mendapatkan vaksin TT sebelumnya
denganmelakukan pertanyaan untuk menentukan status
imunisasi TT-nya.
3. Petugas memastikan vaksin dan spuit yang akan dipakai
dalam keadaanbaik.
4. Petugas mencuci tangan.
5. Ambil vaksin TT 0.5 yang telah disiapkan dengan terlebih
dahulu dikocok agar suspensi menjadi homogen.
6. Bersihkan lokasi penyuntikan dengan kapas yang telah
dibasahi airbersih / hangat , jangan menggunakan
alkohol/desimfektan lain sebab akan merusak vaksin.
7. Suntikkan vaksin tesebut pada lengan atas pertengahan
musculusdeltoideus dengan posisi jarum 45 derajat
terhadap permukaan kulit dengan kedalaman penyuntikan
tidak lebih dari setengah inchi.
8. Lakukan aspirasi dulu sebelum vaksin disuntikkan untuk
memastikanjarum tidak menembus pembuluh darah
Penanggung jawab : Paraf :

....................................
PRAKTEK MANDIRI
IMUNISASI BCG
BIDAN

SOP No. Dokumen


Yuni Willyanti S,Tr.Keb.Bd No Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Pengertian Vaksin BCG atau Bacillus Calmette–Guérin adalah vaksin untuk
mencegah TBC atau tuberkulosis. TBC disebabkan oleh infeksi
bakteri mycobacterium tuberculosis. Vaksin BCG merupakan salah
satu jenis vaksinasi yang wajib diberikan kepada anak

Tujuan untuk mencegah penyakit tuberkulosis (TBC) atau yang sekarang


dikenal dengan sebutan TB
Prosedur 1. Alat dan Bahan:
o Termos vaksin
o Vaksin BCG dan pelarut
o Kapas DTT
o Kartu imunisasi
o Safety box

2.   Prosedur Langkah :

 Petugas imuniasi menerima kunjungan bayi/ sasaran yang


telah membawa buku KIA/ KMS di ruang Imuniasi setelah
mendaftar di loket pendaftaran.
 Petugas memeriksa status imunisasi dalam buku KIA/
KMS dan menentukan jenis imunisasi yang diberikan.
Petugas menanyakan keadaan bayikepada orang tuanya
(keadaan bayi  yang memungkinkan untuk diberikan
imunisasi atau tidak akan di rujuk ke ruang pengobatan)
Petugas menimbang berat bayi
 Petugas menyiapkan alat (spuit 1 ml/0,05 ml, kapas air
hangat/DTT).
 Petugas melarutkan vaksin Bcg
 Petugas menyiapkan vaksin yang akan dipakai 0,05 ml.
 Petugas mencuci tangan. Petugas menyiapkan sasaran
(memberitahukan kepada orang tua bayi tentang lokasi
penyuntikan yaitu 1/3 lengan kanan atas) Petugas
memberikan imuniasi yaitu dengan mendesinfeksi lokasi
suntikan dengan kapas air hangat/ DTT dengan sekal usap,
selanjutnya memberikan suntikan secara intrakutan (ic) /
dibawah kulit tepatnya pada insertio musculus deltoideus).
 Petugas melakukan KIE tentang efeksamping pasca imunisasi
BCG yaitu setelah beberapa minggu biasanya akan timbul
benjolan/scar di bekas suntikan

 Petugas memberitahukan jadwal imunisasi bayi selanjutnya.


 Petugas mencuci tangan.
 Petugas mencatat hasil imunisai pada buku KIA/ KMS
dan buku catatan imunisasi serta rekapitulasi setiap akhir
bulannya. 

Penanggung jawab : Paraf :

....................................
PRAKTEK MANDIRI
IMUNISASI POLIO
BIDAN

SOP
No. Dokumen
Yuni Willyanti S,Tr.Keb.Bd No Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Pengertian Vaksin polio adalah vaksin yang diberikan untuk mencegah penyakit
polio. Terdapat dua jenis vaksin polio, yaitu vaksin yang berisi virus
polio yang tidak aktif yang disuntikkan ke dalam tubuh atau vaksin
berisi virus polio yang sudah dilemahkan yang diberikan lewat mulut.
Tujuan Mencegah penyakit polio

Referensi https://sinkarkes.kemkes.go.id/uploads/imgreference/
20160312181048.pdf
Prosedur a. Sebelum digunakan pipet penetes harus dipasangkan pada vial
vaksin.
b. Diberikan secara oral (melalui  mulut). Satu dosis adalah dua tetes.
c. Setiap membuka vial baru harus  menggunakan penetes (dropper)
yang baru
d. Di unit pelayanan statis, vaksin Polio yang telah dibuka hanya
boleh digunakan selama 2 minggu dengan ketentuan:
1.Vaksin belum kadaluarsa
2.Vaksin disimpan dalam suhu 2°C s/d 8°C
3.Tidak pernah terendam air
4.Sterilitasnya terjaga
5.VVM masih dalam kondisi A atau

Penanggung jawab : Paraf :

....................................

PRAKTEK MANDIRI
IMUNISASI DPT
BIDAN

SOP
No. Dokumen
Yuni Willyanti S,Tr.Keb.Bd No Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Pengertian vaksin DTP-HB-Hib digunakan untuk pencegahan terhadap difteri,
tetanus, pertusis (batuk rejan), hepatitis B, dan infeksi Haemophilus
influenzae tipe b secara simultan.
Tujuan Melindungi dan mencegah difteri pertussis dan tetanus

Referensi http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/
2017/10/03Buku-Ajar-Imunisasi-06-10-2015
Prosedur Alat :
1. Disposible 0.5 cc.
2. Kapas Steril DTT
3. Vaksin DPT
4. Kartu / Buku Imunisasi.
5. Safety Box.
Cara pemberian dan dosis:

 Vaksin harus disuntikkan secara intramuskular pada


anterolateral paha atas.
 Satu dosis anak adalah 0,5 ml.

Penanggung jawab : Paraf :

....................................

PRAKTEK MANDIRI
IMUNISASI DPIMUNISASI HEPATITIS
BIDAN

SOP
No. Dokumen
Yuni Willyanti S,Tr.Keb.Bd No Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Pengertian Vaksin hepatitis B adalah vaksin untuk mencegah infeksi virus
hepatitis B (HBV). Vaksin hepatitis B merupakan salah satu jenis
vaksinasi yang wajib pada anak. Vaksin hepatitis B mengandung
antigen permukaan virus hepatitis B (HBsAg) yang sudah
dinonaktifkan

Tujuan Mencegah infeksi virus hepatitis B

Referensi http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/
2017/10/03Buku-Ajar-Imunisasi
Prosedur Alat :
1. Disposible 0.5 cc.
2. Kapas Steril DTT
3. Vaksin hepatitis
4. Kartu / Buku Imunisasi.
5. Safety Box.

Cara pemberian dan dosis:

 Dosis 0,5 ml atau 1 (buah) HB PID, secara intramuskuler,


sebaiknya pada anterolateral paha.
 Pemberian sebanyak 3 dosis.
 Dosis pertama usia 0–7 hari, dosis berikutnya interval minimum 4
minggu (1 bulan).

Penanggung jawab : Paraf :

....................................

PRAKTEK MANDIRI
IMUNISASI CAMPAK
BIDAN

SOP No. Dokumen


Yuni Willyanti S,Tr.Keb.Bd No Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
Pengertian Vaksin campak adalah vaksin yang digunakan untuk mencegah
penyakit campak. Vaksin campak termasuk dalam program imunisasi
rutin lengkap yang dianjurkan oleh Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.

Tujuan Mencegah campak


Referensi http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/
2017/10/03Buku-Ajar-Imunisasi

Prosedur Alat :
1. Disposible 0.5 cc.
2. Kapas Steril DTT
3. Vaksin campak dan pelarut
4. Kartu / Buku Imunisasi.
5. Safety Box.

Cara pemberian dan dosis:

- Melarutkan vaksin dengan pelarut vaksin campak 5cc


- 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri atas atau
anterolateral paha, pada usia 9-11 bulan

Kontra indikasi:
Individu yang mengidap penyakit immune deficiency atau individu
yang diduga menderita gangguan respon imun karena leukemia,
limfoma.
Efek samping:
Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan
selama 3 hari yang dapat terjadi 8–12 hari setelah vaksinas
Penanganan efek samping:

 Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak


(ASI atau sari buah).
 Jika demam kenakan pakaian yang tipis.
 Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
 Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam
(maksimal 6 kali dalam 24 jam).
 Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
 Jika reaksi tersebut berat dan menetap bawa bayi ke dokter

Penanggung jawab : Paraf :


....................................

PRAKTEK MANDIRI
BIDAN PEMBERIAN TABLET FE (ZAT BESI)
No. Dokumen
Yuni Willyanti S,Tr.Keb.Bd No Revisi
SOP Tanggal Terbit
Halaman
Pengertian 1. Anemia Gizi adalah suatu keadaan dimana kadar
Hemoglobin ( Hb) dalam darah kurang dari Normal
2. Batasan anemia menurut WHO dan SE Menkes
Nomor 736a/Menkes /XI/1989, apabila kadar Hb :
a. Ibu Hamil : < 11 gr %
b. Ibu Menyusui < 12 gr %
3. Tablet Tambah darah : setiap tablet tambah darah
mengandung 200 mg Sulfas Ferosus ( yang setara dengan
60 mg besi elemental ) dan 0,25 mg Asam
Folat.
4. Anemia kehamilan adalah anemia karena kekurangan
zat besi, jenis anemia yang pengobatannya relatif mudah
dan bahkan murah namun memerlukan perhatian serius
dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan
5. Untuk menegakkan diagnosis anemia kehamilan
dapat dilakukan dengan anamnesa, biasanya akan
didapatkan keluhan:
a. Cepat lelah
b. Sering pusing
c. Mata berkunang-kunang
d. Mual, muntah lebih hebat pada hamil muda
6. Pemberian tablet zat besi pada ibu hamil dan anemia
pada kehamilan bertujuan untuk mengatasi anemia
sebelum persalinan berlangsung.
7. Pemeriksaan Hb harus dilakukan pada ibu hamil,
minimal 2 kali selama masa kehamilan,yaitu 1 kali pada
trimester I dan 1 kali pada trimester III
8. Bila hasil pemeriksaan laboratorium kadar Hb < 11 gr
%, maka ibu dinyatakan anemia,
a. Ibu hamil yang menderita anemia diberi
sulfasferrosus 2 x 300 mg per hari
& vitamin lainnya sampai Hb mencapai 11 gr %
b. Jika kadar Hb naik, tapi belum mencapai 11 gr %, 1
bulan kemudian ibu harus cek Hb ulang lagi.
Pemeriksaan Hb dilakukan setiap bulan, sampai
kadar Hb mencapai 11 gr %.Jika kadar Hb tidak
naik/turun, Ibu harus dirujuk ke Dokter/RS.
c. Jika pemeriksaan Hb tidak bisa dilakukan di
puskesmas, ibu harus dianjurkan memeriksakan Hb
di laboratorium di luar puskesmas.
d. Lakukan pemeriksaan HB ulang setelah pemberian
Sulfusferous selama 3 bulan,
9. Bila kadar Hb >11 gr %, ibu hamil tidak menderita
anemia atau normal
10. Cara Pemberian tablet zat besi pada ibu hamil :
a. Bila kadar HB ibu hamil > 11 gram % pemberian
tablet zat besi : 1 x 1 tablet ( 300 mg ) per hari
selama 90 hari masa kehamilan, sampai 42 hari
setelah melahirkan
b. Bila kadar HB < 11 gram %, pemberian tablet zat
besiperhari 600 mg / hari atau :
1) 3 tablet sehari, 3 kl x 1 ( Jika sediaan tablet zat
Bersi 200 mg )
2) 2 tablet sehari, 2 kl x 1 ( Jika sediaan tablet zat
Besi 300 mg )
3) diberikan selama 90 hari masa kehamilan
sampai 42 hari setelah melahirkan
11. Bila pasien menolak diberikan tablet zat besi yang
ada di puskesmas, ibu hamil dapat diberi resep luar
sesuai keinginan pasien.
Tujuan Sebagai acuan dalam pemberian tablet zat besi pada ibu
hamil di unit pelayanan
Referensi Dinas Kesehatan. Prov.sul-sel, Pedoman Pemantauan
Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (Pws –
KIA).2012.
Instrumen 1. Alat
a. Alat tulis
b. Format Pemeriksaan Laboratorium
2. Bahan
a. Tablet Zat besi
b. Buku KIA
Langkah-langkah 1. Siapkan lingkungan : ruangan yang tidak lembab dan
tidak tembus sinar serta tempat duduk.
2. Mencuci tangan
3. Meyiapkan suplemen tablet zat besi.
4. Lakukan anamnesa apakah ada gejala anemia, dapat
dilihat dari keluhan.
5. Memberikan informasi tentang manfaat zat besi pada
kehamilan.
6. Menanyakan ibu apakah ibu sudah memahami cara
minum tablet besi.
7. Mengevaluasi pemahaman ibu.
8. Memberi pesan pada ibu jika terjadi efek samping
yang tidak bisa ditanggulangi segera datang konsultasi
ke bidan.
9. Mendokumentasian pemberian Fe.
Bagan Alir
Siapkan
lingkungan

Mencuci tangan

Menyiapkan tablet
zat besi

Konseling tentang
pentingnya tablet Fe.

Mengevaluasi
pemahaman ibu

Mencatat hasil
pemeriksaan

Hal-hal yang perlu


Memberi KIE tentang cara pemberian, makanan/minuman yang
diperhatikan
menghambat penyerapan zat besi, efel samping dan cara
penyimpanan zat besi.
Unit terkait 1. Petugas Adminstrasi
2. Petugas kamar obat
3. Ruang KIA
Dokumen terkait 1. Buku KIA ibu hamil
2. Format pemeriksaan ibu hamil
3. Buku register kohort ibu hamil
4. Buku register ibu hamil

Penanggung jawab : Paraf :

....................................
PRAKTEK MANDIRI PEMERIKSAAN PROTEIN URINE (METODE ASAM
BIDAN ASETAT) PADA IBU HAMIL
No. Dokumen
No Revisi
Yuni Willyanti S,Tr.Keb.Bd
SOP Tanggal Terbit
Halaman
Pengertian Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui tingkat kekekurahan
protein yang terdapat pada urine
Tujuan Untuk mengetahui kadar protein dalam urine pada ibu hamil atau
pasien

Referensi 1. Bakta, Imade 2012, Hematologi Klinik Ringkas, EGC, Jakarta.


2. Chairlain & Estu Lestari 2011, Pedoman Teknik Dasar Untuk
Laboratorium Kesehatan, EGC, Jakarta.

Kebijakan
Prosedur A. Persiapan
1. Mempersiapkan 5 cc urine
2. Mempersiapkan 1 cc asam asetat 5%
3. Mempersiapkan 1 buah lampu spiritus
4. Mempersiapkan 2 buah tabung reaksi beserta rak tabung
5. Mempersiapkan 1 pasang sarung tangan bersih
6. Mempersiapkan 1 buah spuit 2-3 ml / 5 ml
7. Mempersiapkan 1 buah pipet tetes
8. Mempersiapkan korek api
9. Mempersiapkan kertas penyaring
10. Mempersiapkan bengkok atau kom besar dengan larutan
klorin 0,5%
11. Bak instrument 1

B. Pelaksanaan
1. Cuci tangan
2. Memakai sarung tangan bersih
3. Mengisi tabung reaksi dengan 2-3 cc urine
4. Memanaskan tabung reaksi yang berisi urine diatas lampu
spiritus dengan jarak 2-3 cm dari ujung lampu sambil
digoyang-goyang sehingga mendidih
5. Jika jernih / hasil pemeriksaan urine sama dengan
pembanding, pemeriksaan protein urine selesai
6. Jika urine keruh, menambahkan 4 tetes asam asetat 5%
7. Amati tabung reaksi, jika kekeruhan menghilang,
pemeriksaan protein urine selesai
8. Jika urine tetep keruh, kemudian memanaskannya sekali
lagi
9. Mencelupkan sarung tangan dan merendam alat ke larutan
klorin 0,5%
10. Cuci tangan
C. Evaluasi
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan protein urine
a. Negative (-) : jernih
b. Positif 1 (+) : keruh
c. Positif 2 (++) : keruh dengan butiran halus
d. Positif 3 (+++) : keruh dengan butiran kasar
e. Positif 4 (++++) : berkeping-keping / bergumpal-
gumpal
2. Catat hasil pemeriksaan
Unit Terkait
PRAKTEK MANDIRI PEMERIKSAAN GLUKOSA URINE (METODE
BIDAN BENEDICT) PADA IBU HAMIL
No. Dokumen
No Revisi
Yuni Willyanti S,Tr.Keb.Bd
SOP Tanggal Terbit
Halaman
Pengertian Pemeriksaan pada sampel urine untuk mengetahui ada / tidaknya
glukosa dalam urine
Tujuan Sebagai acuan dalam pemeriksaan glukosa urine dengan metode
benedict
Referensi 1. Bakta, Imade 2012, Hematologi Klinik Ringkas, EGC, Jakarta.
2. Chairlain & Estu Lestari 2011, Pedoman Teknik Dasar Untuk
Laboratorium Kesehatan, EGC, Jakarta.
Kebijakan

Prosedur A. Persiapan
1. Mempersiapkan 5 cc urine
2. Mempersiapkan Reagen Benedict
3. Mempersiapkan 1 buah lampu spiritus
4. Mempersiapkan 2 buah tabung reaksi beserta rak tabung
5. Mempersiapkan 1 pasang sarung tangan bersih
6. Mempersiapkan 1 buah spuit 2-3 ml / 5 ml
7. Mempersiapkan 1 buah pipet tetes
8. Mempersiapkan korek api
9. Mempersiapkan kertas penyaring
10. Mempersiapkan bengkok atau kom besar dengan larutan
klorin 0,5%
B. Pelaksanaan
1. Cuci tangan
2. Mengisi 2 buah tabung reaksi dengan reagen benedict
masing-masing 2,5 cc
3. Memasukkan urine pada salah satu tabung reaksi tersebut
sebanyak 4 tetes
4. Memanaskan tabung reaksi diatas tabung lampu spirtus
sampai mendidih dan kemudian biarkan sampai
mendingin
5. Membandingkan dengan tabung yang lain dan mengamati
perbedaan warnanya
6. Mencelupkan sarung tangan dan merendam alat ke larutan
klorin
7. Cuci tangan
8. Evaluasi
9. Memberitahukan hasil pemeriksaan protein urine
a. Negative (-) : jika tidak terjadi perubahan warna / hasil
pemeriksaan sama dengan tabung pembandin
b. Positif 1 (+) : kehijauan
c. Positif 2 (++) : kuning
d. Positif 3 (+++) : jingga
e. Positif 4 (++++) : merah bata
10 Catat hasil pemeriksaan
Unit Terkait
PRAKTEK MANDIRI PEMERIKSAAN KADAR HB (METODE SAHLI)
BIDAN No. Dokumen
No Revisi
Yuni Willyanti S,Tr.Keb.Bd SOP Tanggal Terbit
Halaman
Pengertian Mengukur kadar hemoglobin berdasarkan warna yang terjadi
akibat perubahan Hb yang menjadi asam hematin oleh adanya
HCL 0,1 N
Tujuan Sebagai acuan dalam pemeriksaan kadar Hb dengan metode sahli
Referensi 1. Bakta, Imade 2012, Hematologi Klinik Ringkas, EGC, Jakarta.
2. Chairlain & Estu Lestari 2011, Pedoman Teknik Dasar Untuk
Laboratorium Kesehatan, EGC, Jakarta.
Kebijakan
Prosedur A. Persiapan
1. 1 set standar Hemoglobin
2. Larutan HCI 0,1 %
3. Aquades
4. Lanset steril
5. Pipet
6. Kapas kering
7. Bengkok
8. Sarung tangan bersih satu pasang
9. Kain pengalas
10. Tissue
11. Baskom berisi larutan klorin
12. Bak istrumen 1
B. Pelaksanaan
1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Mengisi tabung sahli dengan larutan HCI 0,1% sampai
batas angka 2
4. Menusuk ujung jari klien dengan lanset steril dan
kemudian membersihkan darah yang keluar pertama
dengan tissue kering
5. Dengan menggunakan pipet untuk menghisap darah
sampai darah mencapai garis warna biru pada tabung atau
angka 20 mm
6. Memasukkan pipet kedalam tabung sahli sampai tepat
diatas larutan HCL kemudian mengeluarkan darah sambil
menarik pipet keluar (Hindari terjadinya gelembung)
7. Tunggu + 2 menit sampai terbentuk asam hematin pada
tabung reaksi
8. Mengaduk atau mencampur HCI dengan darah sampai
benar-benar tercampur (warna coklat tua)
9. Memasukkan aquades tetes demi tetes dalam tabung sahli,
aduk kembali setelah ditetes sampai warnanya sama
dengan warna standar
10. Baca permukaan darah dan hal itu menunjukkan kadar Hb
klien (kadar Hb normal pada ibu hamil : > 11 g%)
11. Mencelupkan sarung tangan dan merendam alat ke larutan
klorin
12. Cuci tangan
C. Evaluasi
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan
2. Catat hasil pemeriksaan
Unit Terkait
PRAKTEK MANDIRI
BIDAN PERAWATAN PAYUDARA
No. Dokumen
No Revisi
Yuni Willyanti S,Tr.Keb.Bd
SOP Tanggal Terbit
Halaman
Pengertian Suatu tindakan untuk merawat payudara terutama pada masa
nifas (masa menyusui) untuk memperlancarkan pengeluaran
ASI
Tujuan Sebagai acuan atau pedoman dari penatalaksanaan perawatan
payudara
Referensi 1. Prawirohardjo, S, 2010, Ilmu Kebidanan. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
2. Perinasia (Perkumpulan Perinatologi Indonesia), 2013,
Manajemen Laktasi, Jakarta.
Kebijakan

Prosedur A. Persiapan Alat


1. Handuk 2 buah
2. Kapas yang dibentuk bulat
3. Baby oil
4. Waslap atau handuk kecil untuk kompres
5. Dua baskom masing-masing berisi air hangat dan air
dingin
B. Persiapan Ibu
1. Buka pakaian
2. Ibu duduk bersandar
C. Tindakan
1. Memberi salam
2. Memberitahu tindakan yang akan dilakukan
3. Menjaga privacy ibu
4. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
5. Meletakkan handuk diatas perut ibu dan di daerah
pundak ibu
6. Melakukan pijat oksitosin
7. Melakukan kompres putting susu dengan
menggunakan kapas minyak atau kapas yang
dilumuri baby oil selama 3-5 menit agar epitel yang
lepas tidak menumpuk lalu bersihkan kerak-kerak
pada putting susu
8. Kompres payudara dan bersihkan payudara sekitar
putting susu dengan air hangat dan air dingin secara
bergantian
9. Bersihkan kedua payudara menggunakan waslap
Penanggung jawab : Paraf :
....................................

PRAKTEK MANDIRI PENGUKURAN LINGKAR LENGAN ATAS (LILA)


BIDAN No. Dokumen
No Revisi

Yuni Willyanti S,Tr.Keb.Bd SOP Tanggal Terbit


Halaman

Pengertian Suatu tindakan pemeriksaan melalui pengukuran jaringan


otot dan lapisan lemak bawah kulit yang dilakukan pada
pertengahan antara pangkal lengan atas dan ujung siku dalam
ukuran cm.
Tujuan Sebagai acuan dalam melakukan pemeriksaan lingkar lengan
atas (LILA)
Referensi 1. Cunningham, F. Gary,2013,Obstetri Williams, Edisi
23,Vol.I, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
2. Kementerian Kesehatan RI, WHO (2013), Buku Saku
Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar
Dan Rujukan Untuk Tenaga Kesehatan, Kementerian
Kesehatan RI, Jakarta.
Kebijakan
Prosedur A. Persiapan
1. Alat tulis
2. Pita LILA/metlin

B. Pelaksanaan
1. Memberitahukan tindakan yang akan dilakukan.
2. Tetapak posisi bahu dan siku. Lengan yang diukur
adalah lengan kiri. Lengan harus dalam posisi bebas,
lengan baju dan otot lengan tidak dalam keadaan
tegang atau kencang.
3. Letakkan pita antara bahu dan siku.
4. Tentukan titik tengah lengan.
5. Lingkarkan pita pada tengah lengan.
6. Pita jangan terlalu ketat dan jangan terlalu longgar.
7. Baca angka pada batas lingkaran, (jika LILA
<23,5cm maka ibu mengalami KEK).
C. Evaluasi
1. Memberitahu hasil pemeriksaan.
2. Catat hasil pemeriksaan.
Penanggung jawab : Paraf :

....................................
PRAKTEK MANDIRI PEMERIKSAAN REFLEKS PATELA
BIDAN No. Dokumen
No Revisi

Yuni Willyanti S,Tr.Keb.Bd SOP Tanggal Terbit


Halaman
Pengertian Suatu tindakan untuk mengetahui reflex system saraf
berupa reflex kontraksi otot disekitar patella sehingga
kaki akan terlihat seperti menendang.
Tujuan Sebagai acuan dalam pemeriksaan reflex patella.
Referensi 1. Ganong, William, F, 2002, Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran, Edisi 20, ed, Widjajakusumah, M,
Djauhari, EGC, Jakarta.
2. Kementerian Kesehatan RI, WHO (2013), Buku
Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas
Kesehatan Dasar Dan Rujukan Untuk Tenaga
Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
Kebijakan
Prosedur A. A. Persiapan
1. Palu reflex
2. Buku catatan
3. Menyiapkan lingkungan untuk pemeriksaan
B. Pelaksanaan
1. Memberi informasi tentang tujuan dan
maksud pemeriksaan.
2. Mencuci tangan.
3. Mempersilahkan ibu duduk pada tempat
yang disediakan dengan posisi
menggangtung secara rileks.
4. Membebaskan lutut dari pakaian yang
menutupinya.
5. Mengalihkan perhatian ibu dengan
pembicaraan yang membuat ibu merasa
tertarik.
6. Mengetukkan palu reflex tepat pada tendon
patella secara perlahan dan pasti.
7. Mengamati reaksi reflek :
1) 4+:hiperaktif dengan klonus terus
menerus
2) 3+:hiperaktif
3) 2+ : normal
4) 1+: hipoaktif
5) 0 : tidak ada reflex
8. Mempersilahkan ibu duduk ditempat yang
aman.
9. Mencuci tangan.
Penanggung jawab : Paraf :

PRAKTEK MANDIRI PERAWATAN LUKA PERINEUM


BIDAN No. Dokumen
No Revisi

Yuni Willyanti S,Tr.Keb.Bd SOP Tanggal Terbit


Halaman
Pengertian Suatu tindakan untuk merawat dan membersihkan luka
robekan perineum pada saat nifas.
Tujuan Sebagai acuan atau pedoman dari perawatan luka perineum.
Referensi Prawirohardjo, S, 2010, Ilmu Kebidanan. Bina Pustaka
Sarwono prawirohardjo, Jakarta.
Kebijakan
Prosedur A. Peralatan Alat
1. Handscoon
2. Kapas DTT
3. Air DTT
4. Air klorin 0,5%
5. Bengkok
6. Tempat sampah basah
7. Celemek

B. Persiapan Diri
1. Mencuci tangan
2. Memberi salam
3. Menjaga privacy ibu

C. Tindakan
1. Memasang handscoon pada kedua tangan.
2. Membuang pembalut yang telah penuh dengan
gerakan ke bawah mengarah ke rectum dan letakkan
pembalut tersebut ke dalam bengkok atau sampah
basah.
3. Membersihkan daerah kelamin dan membersihkan
vulva dengan menggunakan kapas DTT.
4. Menganti pembalut dan memasangkan kembali.
5. Membereskan alat.
6. Mencuci tangan.
7. Melakukan pendidikan kesehatan pada ibu sebagai
berikut: perawatan luka perineum dilakukan setiap
kali selesai BAK/BAB dengan sabun dan air, serta
setiap kali darah sudah penuh diganti sesering
mungkin, tidak membubuhkan apapun pada luka
perineum, mencuci tangan sebelum dan sesudah
perawatan luka perineum.
Penanggung Jawab Paraf :

PRAKTEK MANDIRI
BIDAN INISIASI MENYUSU DINI
No. Dokumen
No Revisi
Yuni Willyanti S,Tr.Keb.Bd
SOP Tanggal Terbit
Halaman
Pengertian Suatu tindakan bidan yang membantu proses pemberian air susu
ibu selama 1 jam pertama segera setelah melahirkan
Tujuan 1. Sebagai acuan dalam melaksanakan tindakan inisiasi menyusu
dini
2. Meningkatan Ikatan Kasih Sayang (ASIH)
3. Melatih Reflex dan motoric bayi (ASAH)
4. Memberikan Nutrisi terbaik (ASUH)
Referensi JNPK-KR Asuhan Persalinan Normal, 2008
Kebijakan
Prosedur A. Persiapan
1. Menyiapkan alat IMD : kain bersih dan kering untuk ganti
bayi, topi bayi, selimut untuk ibu dan bayi
2. Anjurkan suami atau keluarga mendampingi saat
melahirkan
B. Persetujuan tindakan
1. Menjelaskan tentang apa yang akan dilakukan dalam
proses IMD
2. Meminta persetujuan ibu dan keluarga untuk
melaksanakan IMD
C. Pelaksanaan
b. Langkah I : Lahirkan penilaian bayi, keringkan : saat bayi
lahir, catat waktu kelahiran
1) Sambil meletakan bayi diperut bahwa ibu lakukan
penilaian apakah bayi perlu resusitasi/tidak
2) Jika stabil tidak memerlukan resusitasi, keringkan
tubuh bayi, mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya dengan lembut tanpa menghilangkan verniks.
Setelah dikeringkan, selimuti bayi dengan kain kering
untuk menunggu 2 menit sebelum tali pusat di klem
3) Hindari mengeringkan punggung tangan bayi, bau
cairan amnion pada tangan bayi membantu bayi
mencari putting ibunya yang berbau sama.
4) Periksa uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi
dalam uterus (hamil tunggal)kemudian suntikkan
oksitosin 10 IU instramuskuler pada ibu.
c. Langkah II :langkah kontak kulit ibu dengan kulit bayi
selama paling sedikit 1 jam
1) Setelah tali pusat dipotong dan ikat, letakan bayi
tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga
bayi menempel di dada ibu. Kepala bayi harus berada
diantara payudara ibu tapi lebih rendah dari putting.
2) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan topi
kepala bayi.
3) Lakukan kontak kulit bayi ke kulit ibu di dada ibu
paling sedikit 1 jam. Mintalah ibu untuk memeluk dan
membelai bayinya, jika perlu letakan bantal dibawah
kepala ibu untuk mempermudah kontak visual antara
ibu dan bayi. Hindari membersihkan payudara ibu.
4) Selama kontak kulit bayi ke kulit ibu tersebut, lakukan
Manajemen Aktif Kala III persalinan.
d. Biarkan bayi mencari dan menemukan putting ibu dan
mulai menyusu
1) Biarkan Bayi Mencari, menemukan putting dan mulai
menyusu.
2) Anjurkan ibu dan orang lainnya untuk tidak
mengintrupsi meyusu misalnya memindahkan bayi dari
satu payudara ke payudara yang lain. Menyusu
pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit.
Bayi cukup menyusu dari satu payudara. Sebagian
besar bayi akan berhasil menemukan putting ibu dalam
waktu 30-60 menit tapi tetap biarkan kontak kulit bayi
dengan ibu seidaknya 1 jam walaupun bayi sudah
menemukan putting kurang dari 1 jam.

D. Pemantauan
1. Melakukan pemantauan setiap 15 menit selama IMD
dengan mengamati posisi, menilai warna kulit, pernafasan
(frekuensi, tarikan dinding dada, megap-megap atau
apneu), suhu tubuh
2. Melakukan pemantauan pasca IMD setiap 15 menit
dengan menilai: posisi mulut dan hidung bayi tidak
terhalang, warna kulit kemerahan, pernafasan (frekuensi
40-60x/menit, tarikan dinding dada, megap-megap, atau
apneu), suhu tubuh aksiler 36,5 – 37,5 0C, bayi dekat
dengan ibu nya, dan upaya menyusu pertama
E. Evaluasi
1. Memperhatikan keberhasilan bayi dalam menemukan
putting susu
2. Memperhatikan kondisi bayi dalam keadaan optimal
Penanggung jawab : Paraf :

....................................

Anda mungkin juga menyukai