Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN HASIL EVALUASI DISEMINASI INFORMASI PERTANIAN

“PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN SAYURAN”


PADA KELOMPOK TANI KWT GAKA SUPER
LEMBANG EMBATAU KECAMATAN TIKALA

Disusun Oleh:

EVALINE TANGDIRA’PAK, SP
NIP. 19770813 200903 2 002

BALAI PENYULUHAN PERTANIAN (BPP) TIKALA


KECAMATAN TIKALA KABUPATEN TORAJA UTARA
TAHUN 2023
LAPORAN HASIL EVALUASI
DISEMINASI INFORMASI PERTANIAN

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Besarnya peranan sektor pertanian bukan saja dapat dilihat dari
kenyataan bahwa sebagian besar rakyat hidup dari usaha-usaha
pertanian, melainkan juga dari besarnya sumbangan sektor ini kepada
pendapatan nasional. Walaupun sejak orde baru besarnya sumbangan
sektor pertanian kepada produk domestik bruto secara relatif menurun
sedikit demi sedikit, tetapi secara absolut, menunjukkan kenaikan.
Kenaikan secara absolute disebabkan karena usaha-usaha
pembangunan yang intensif dalam sektor pertanian itu sendiri.
Menurut Soekartawi (2005) pembangunan pertanian masa depan
merupakan proses berkelanjutan, peningkatan, pendalaman, perluasan
dan pembaharuan pembangunan pertanian yang telah dilaksanakan
sebelumnya. Walaupun kontribusi relative sektor pertanian terhadap
Produk DomestikBruto (PDB) terus menerus, namun kontribusi
absolutnya meningkat. Berbagai upaya telah dilakukan untuk
mengatasi turunnya relatif sektor pertanian tersebut dengan mencari
beberapa peluang pertumbuhan di sektor pertanian. Pertumbuhan di
sektor ini yang relatif tinggi (lebih dari 5% pertahun) adalah di
pertahankan bahkan ditingkatkan.
Pertanian modern (revolusi hijau) telah membawa kemajuan
pesat bagi pembangunan pertanian dan masyarakat. Program
pembangunan pertanian selama ini berhasil meningkatkan produksi
pendapatan dan kesejahteraan petani serta martabat bangsa. Pada

Evaluasi Diseminasi Informasi Pertanian 1


“Penggunaan Pupuk Organik pada Tanaman Sayuran”
kenyataanya terungkap bahwa sistem pertanian modern telah
membawa banyak konsekuensi yang mengancam lingkungan,
penggunaan pupuk kimia berlebih, pestisida serta praktek pertanian
modern lainnya yang dilakukan tidak bijak telah memiliki efek besar
bagi kerusakan lingkunan. Melihat fenomena diatas, maka cara yang
baik untuk mengatasi dampak kerusakan lingkungan akibat pertanian
modern adalah pertanian organik. Penggunaan pupuk organik dalam
jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat
mencegah degradasi lahan. Sumber bahan untuk pupuk organik
sangat beranekaragam, dengan karakteristik fisik dan kandungan
kimia yang sangat beragam sehingga pengaruh dari penggunaan
pupuk organik terhadap lahan dan tanaman dapat bervariasi.
Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang
mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan
kimia sintetis. Tujuan utama pertanian organik adalah menyediakan
produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi
kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak
lingkungan. Gaya hidup sehat demikian telah melembaga secara
internasional yang mensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian
harus beratribut aman dikonsumsi (food safety attributes), kandungan
nutrisi tinggi (nutritional attributes) dan ramah lingkungan (eco-
labelling attributes). Preferensi konsumen seperti ini menyebabkan
permintaan produk pertanian organik dunia meningkat pesat
(Lutfi, 2012).
Pertanian organik dapat diartikan sebagai suatu sistem produksi
pertanaman yang berasaskan daur ulang hara secara hayati. Daur
ulang hara dapat melalui sarana limbah tanaman dan ternak, serta

Evaluasi Diseminasi Informasi Pertanian 2


“Penggunaan Pupuk Organik pada Tanaman Sayuran”
limbah lain yang mampu memperbaiki status kesuburan dan struktur
tanah. Penerapan pertanian organik dalam budidaya tanaman juga
sebagai upaya produksi pangan yang sehat serta mengurangi
pencemaran lingkungan akibat pemakaian pupuk kimia. Praktik
pertanian organik saat ini sangat gencar dilakukan guna mendukung
pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Petani
merupakan faktor utama keberhasilan program ini, dimana perannya
sebagai pelaku utama dalam budidaya tanaman.
Penyuluh pertanian, memegang peranan penting dalam
menggerakan pembangunan pedesaan. Penyuluh diharapkan mampu
menawarkan atau “memasarkan” inovasi sampai dengan inovasi
tersebut diadopsi oleh masyarakat tani. Penyuluhan pertanian sebagai
bagian dari sistem pembangunan pertanian mempunyai peranan yang
sangat penting, petani dan keluarganya dikembangkan
kemampuannya, keswadayaannya dan kemandiriannya agar mereka
dapat mengelola usaha taninya secara produktif, efektif, dan efisien
sehingga mempunyai daya saing tinggi dan dapat meningkatkan mutu
hidup. Pengalaman menunjukan bahwa kegiatan penyuluhan menjadi
sangat mutlak, sebagai pemicu sekaligus pemacu atau sering di sebut
sebagai “ujung tombak” pembangunan pertanian.
Pembangunan pertanian melalui penyuluh pertanian diharapkan
mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya pelaku
utama dan pelaku usaha. Untuk mencapai hal tersebut, penyuluh
pertanian mutlak mendiseminasikan informasi pertanian sehingga
proses adopsi inovasi dapat terlaksana ditingkat petani dengan cepat.
Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang penting, namun sering
dikesampingkan dan konotasinya negatif, karena dianggap mencari

Evaluasi Diseminasi Informasi Pertanian 3


“Penggunaan Pupuk Organik pada Tanaman Sayuran”
kesalahan, kegagalan dan kelemahan dari suatu kegiatan penyuluhan
pertanian. Sebenarnya evaluasi harus dilihat dari segi manfaatnya
sebagai upaya memperbaiki dan penyempurnaan program/kegiatan
penyuluhan pertanian sehingga lebih efektif, efisien dan dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Evaluasi diseminasi informasi pertanian memiliki peranan yang
penting bagi kemajuan pembangunan pertanian, evaluasi ini berfungsi
untuk mengetahui sejauhmana efektifitas suatu program dijalankan,
efisiensi biaya yang dianggarkan dan aspek-aspek apa saja yang harus
diperbaiki dari program tersebut, sehingga dimasa yang akan datang
program-program yang dijalankan berjalan dengan efektif
menjangkau sasaran dan biaya (cost) yang dikeluarkan juga lebih
efisien.
Untuk mendapatkan hasil evaluasi yang dapat dipercaya perlu
adanya prinsip-prinsip sebagai landasan dalam pelaksanaan supervisi,
monitoring, evaluasi dan pelaporan penyuluhan pertanian yaitu
berdasarkan fakta, bagian integral dari proes penyuluhan,
berhubungan dengan tujuan program penyuluhan, menggunakan alat
ukur yang sahih, dilakukan terhadap proses dan hasil penyuluhan
penyuluhan serta dilakukan terhadap kuantitatif maupun kualitatif.
Berdasarkan latar belakang tersebut dan mengingat pentingnya
diseminasi informasi pertanian yang telah dilaksanakan oleh penyuluh
kepada pelaku utama/petani, serta untuk mengetahui tingkat
pencapaian kinerja penyuluhan, maka perlu dilakukan evaluasi tehadap
hasil pelaksanaan diseminasi informasi pertanian.

Evaluasi Diseminasi Informasi Pertanian 4


“Penggunaan Pupuk Organik pada Tanaman Sayuran”
2. Tujuan Evaluasi
Tujuan evaluasi yang dilaksanakan yaitu :
1. Mengetahui dampak pelaksanaan diseminasi informasi
pertanian dan perubahan perilaku sasaran;
2. Mengetahui kelemahan selama pelaksanaan penyuluhan dan
termasuk hal-hal yang baik untuk dipertahankan
3. Memuat kerangka pedoman atau tindakan untuk memecahkan
masalah yang menyebabkan kegagalan kegiatan penyuluhan
pertanian.

3. Manfaat Evaluasi
Manfaat dari evaluasi ini adalah :
1. Menentukan tingkat perubahan perilaku petani setelah evaluasi
dan penyuluhan dilaksanakan;
2. Perbaikan program penyuluhan tentang diseminasi materi
pemupukan organik untuk petani;
3. Penyempurnaan kebijakan penyuluhan pertanian.

4. Landasan Teori
A. Evaluasi Penyuluhan Pertanian
Evaluasi merupakan upaya penilaian atas hasil suatu kegiatan
melalui pengumpulan dan penganalisaan informasi/data secara
sistematis serta mengikuti prosedur tertentu yang secara ilmu
diakui kebenarannya. Evaluasi bisa dilakukan terhadap
perencanaan, pelaksanaan maupun pada hasil serta dampak suatu
kegiatan. Evaluasi pembinaan kelompok tani perlu dilaksanakan

Evaluasi Diseminasi Informasi Pertanian 5


“Penggunaan Pupuk Organik pada Tanaman Sayuran”
secara teratur, baik awal, evaluasi proses, evaluasi akhir maupun
evaluasi dampak (DEPTAN, 2007).
Secara umum evaluasi adalah suatu proses sistematik untuk
mengetahui tingkat keberhasilan dan efisiensi suatu program.
Dalam konteks evaluasi di lingkungan Penyuluhan, terdapat tiga
istilah yang memiliki arti berbeda karena tingkat penggunaan yang
berbeda, yaitu istilah pengukuran (measurement), penilaian
(evaluation) dan pengambilan keputusan (decision making). Ketiga
istilah ini berkaitan erat dan merupakan suatu rangkaian aktivitas
evaluasi dalam dunia Penyuluhan.
Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang penting bila dilihat
dari segi manfaat sebagai upaya memperbaiki dan
penyempurnaan program atau kegiatan penyuluhan pertanian
sehingga lebih efektif, efisien dan dapat mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Evaluasi penyuluhan pertanian dapat digunakan
untuk memperbaiki perencanaan kegiatan atau program
penyuluhan dan kinerja penyuluh, mempertanggungjawabkan
kegiatan yang dilaksanakan, membandingkan antara kegiatan dan
tujuan yang telah ditetapkan (Erwin, 2012)
Adapun tujuan evaluasi adalah memperbaiki
program/kegiatan yang sedang berjalan maupun umpan balik
untuk perbaikan program yang akan datang dan pengambilan
keputusan. Dalam tulisan ini tujuan evaluasi dibagi menjadi tiga
tujuan (Cerbea and Tepping, 1977; FAO, 1984, dalam
Werimon A., 1992), disamping itu tujuan dan manfaat bersifat
implisit. Berikut dijelaskan beberapa aspek atau cakupan tujuan
evaluasi.

Evaluasi Diseminasi Informasi Pertanian 6


“Penggunaan Pupuk Organik pada Tanaman Sayuran”
1. Tujuan Kegiatan (activity objective) :
a) Mengumpulkan data yang penting untuk perencanaan
program (keadaan umum daerah, sosial, teknis, ekonomis,
budaya, masalah, kebutuhan dan minat, sumber daya,
faktor-faktor pendukung).
b) Mengetahui sasaran/tujuan program/kegiatan telah
tercapai.
c) Mengetahui perubahan-perubahan yang telah terjadi
sebagai akibat intervensi program/kegiatan penyuluhan
d) Mengetahui strategi yang paling efektif untuk pencapaian
tujuan program.
e) Mengidentifikasi “strong dan weak points” dalam
perencanaan dan pelaksanaan program.
f) Mengetahui kemajuan pelaksanaan kegiatan.
2. Tujuan Managerial (managerial objective) :
a) Memberikan data/informasi sebagai dasar pertimbangan
untuk pengambilan keputusan.
b) Memperbaiki perencanaan dan pelaksanaan program
c) Berkomunikasi dengan masyarakat dan penyandang
dana/stake holder.
d) Menimbulkan rasa persatuan dan motivasi untuk bekerja
lebih baik.
3. Tujuan Program (Program objective)
Menilai efisiensi, efektifitas, dan manfaat dari program selain
untuk memenuhi beberapa tujuan tersebut di atas, alasan lain
mengapa perlu dilakukan evaluasi adalah karena mungkin:
1. Telah terjadi perubahan dalam sifat dari masalah

Evaluasi Diseminasi Informasi Pertanian 7


“Penggunaan Pupuk Organik pada Tanaman Sayuran”
2. Telah terjadi perubahan struktur dan program dari lembaga-
lembaga terkait
3. Telah terjadi perubahan kebutuhan, aspirasi, dan harapan dari
masyarakat.

B. Penggunaan Pupuk Organik pada Tanaman Sayuran


Perilaku masyarakat menggunakan pupuk kimia memicu
kekhawatiran makin kritisnya lahan pertanian. Sebaliknya
minimnya pemakaian pupuk organik dimasa depan dapat
berimplikasi berkurangya kesuburan tanah serta tingginya potensi
gagal panen. Pada sisi yang lain masyarakat masih belum
mengenal secara mendalam tentang pupuk organik. Padahal
manfaatnya di masa depan jauh lebih baik jika dibandingkan
pemakaian pupuk kimia (anorganik). Beberapa lahan produktif
yang selama ini menggunakan pupuk kimia produktivitasnya mulai
menurun setiap panennya. Kendati masih terjadi peningkatan
namun masih lebih rendah dibandingkan produksi sebelum
ketergantungan pupuk kimia. Implikasi lain yang timbul adalah
tanaman menjadi mudah terserang penyakit karena tanah yang
tidak sehat. Karena itu, penggunaan pupuk organik diyakini
menjadi solusi terbaik untuk mengatasi masalah kesehatan lahan
dan ketahanan pangan yang sehat bagi masyarakat. Penggunaan
pupuk organik ini pada umumnya dilakukan pada suatu kawasan
yang disengaja untuk mengembangkan pertanian organik.
Pertanian organik merupakan Suatu sistem pertanian yang tidak
menggunakan bahan kimia buatan s(Prayogo, dkk., 1999).

Evaluasi Diseminasi Informasi Pertanian 8


“Penggunaan Pupuk Organik pada Tanaman Sayuran”
Penggunaan pupuk dan pestisida yang berlebih membawa
dampak yang tidak baik bagi pertanian. Pada awal penggunaan
pada tanah yang masih alami akan menampakkan peningkatan
hasil yang signifikan naik, tetapi lama-kelamaan dengan
penambahan dosis yang pada akhirnya mencapai batas tertentu
justru tanah akan menjadi tidak subur, kehilangan kelembabab
dan unsur haranya. Demikian juga penggunaan obat pemberantas
hama pada awal penggunaan juga akan berhasil membunuh
hama, tetapi penggunaan yang terus menerus justru akan
menjadikan hama lebih kebal terhadap pestisida. Jadi penggunaan
pupuk kimia buatan serta pestisida yang berlebih dalam jangka
panjang akan merusak ekologi. Berubahnya ekosistem lahan,
ternyata justru tidak baik bagi pertanian, tetapi justru hasil
produksi menurun. Melihat kenyataan ini, perlu adanya sistem
pertanian yang berkelanjutan yang menjamin terciptanya
lingkungan yang sehat dan ramah. Salah satunya sistem pertanian
yang diperkenalkan yaitu sistem pertanian organik. Sistem
pertanian ini telah diatur dalam peraturan menteri pertanian
nomor 64/permentan/ot.140/5/2013 Tentang Sistem pertanian
organik. Peraturan yang dimaksudkan sebagai dasar hukum dalam
pelaksanaan sistem pertanian organik.
Sistem pertanian organik adalah sistem manajemen produksi
yang holistik untuk meningkatkan dan mengembangkan
kesehatan agroekosistem, termasuk keragaman hayati, siklus
biologi, dan aktivitas biologi tanah. Pertanian organik menekankan
penerapan praktek-praktek manajemen yang lebih mengutamakan
penggunaan input dari limbah kegiatan budidaya di lahan, dengan

Evaluasi Diseminasi Informasi Pertanian 9


“Penggunaan Pupuk Organik pada Tanaman Sayuran”
mempertimbangkan daya adaptasi terhadap keadaan/kondisi
setempat. Jika memungkinkan hal tersebut dapat dicapai dengan
penggunaan budaya, metoda biologi dan mekanik, yang tidak
menggunakan bahan sintesis untuk memenuhi kebutuhan khusus
dalam sistem. Peraturan ini dimaksudkan sebagai dasar hukum
dalam pelaksanaan sistem pertanian organik.
Sayuran merupakan salah satu komoditi hortikultura yang
memiliki potensi besar untuk menjaga ketahanan pangan bagi
masyarakat. Potensi tersebut meliputi nilai ekonomi, nutrisi, dan
kemampuan menyerap tenaga kerja yang banyak. Sayuran
merupakan sumber pangan yang penting untuk dikonsumsi
masyarakat setiap hari karena kandungan protein, vitamin, mineral
dan serat yang dimiliki oleh sayuran sangat berguna bagi tubuh.
Pada beberapa daerah, permintaan masyarakat terhadap beragam
jenis sayuran semakin tinggi seiring dengan meningkatnya
kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi sayuran
bagi kesehatan. Pola hidup sehat merupakan salah satu tolok ukur
yang menjadi gaya hidup kehidupan masyarakat modern saat ini.
Salah satu diantaranya ialah dengan mengkonsumsi makanan
yang sehat (tidak mengandung bahan kimia sintetis dan pestisida).
Preferensi masyarakat terhadap permintaan makanan yang
memiliki kriteria tersebut dari tahun ke tahun menunjukkan
peningkatan. Bahkan dalam skala internasional, peningkatan
produk makanan organik mengalami peningkatan 20% per tahun
(Balitbang Pertanian, 2005). Beberapa alasan mengapa konsumen
memilih produk organik, yaitu bebas bahan kimia; Lebih banyak
nutrisi, kandungan gizi yang tinggi, menjaga kelestarian

Evaluasi Diseminasi Informasi Pertanian 10


“Penggunaan Pupuk Organik pada Tanaman Sayuran”
lingkungan dan mengurangi polusi serta tidak mengandung
antibiotik (Parlyna & Munawaroh, 2011).
Sayuran organik adalah sayuran yang dibudidayakan secara
alami tanpa ada bantuan bahan kimia. Karena itu sayuran organik
bebas dari berbagai zat kimia. Bebas dari zat kimia berarti dari
dibukanya lahan, pemberian pupuk, pemillihan bibit, proses
tanam, pemeliharaan dan pembasmian hama sampai pengemasan
pascapanen tidak menggunakan zat kimia.
Pupuk yang diberikan untuk sayuran berasal dari pupuk
organik, yang dapat dibuat sendiri dari bahan-bahan dari alami,
seperti jerami, batang pohon pisang, dedaunan dan kotoran
ternak. Pembasmian hama juga tidak menggunakan pestisida dari
bahan kimia. Tidak ada suntik hormon agar cepat tumbuh, juga
tidak ada pengawet ketika sayur dikemas untuk dijual. Semuanya
alami. Karena sayuran organik dibudidayakan secara alami, maka
sayuran tersebut mengandung berbagai keunggulan dibandingkan
sayuran non organik. Keunggulan tersebut terutama adalah aman
dari residu bahan kimia sehingga sangat menunjang kesehatan
kita.

B. METODE
1. Waktu dan Tempat
Evaluasi diseminasi informasi pertanian dengan materi
“Penggunaan Pupuk Organik pada Tanaman Sayuran”
dilaksanakan pada KWT Gaka Super, Lembang Embatau,
Kecamatan Tikala, Kabupaten Toraja Utara. Kegiatan Evaluasi
dilaksanakan pada Minggu Pertama Bulan Juni 2023.

Evaluasi Diseminasi Informasi Pertanian 11


“Penggunaan Pupuk Organik pada Tanaman Sayuran”
2. Metode Evaluasi
Evaluasi diseminasi informasi pertanian dilaksanakan dengan
metode evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dilaksanakan setelah
kegiatan penyuluhan dilaksanakan dengan mengukur hasil
perubahan perilaku yang terjadi sebagai akibat adanya diseminasi
informasi pertanian. Metode pengumpulan data evaluasi
dilaksanakan dengan memadukan metode wawancara dan
menggunakan kuisioner, dipilihnya metode wawancara dan
kuesioner dalam pengumpulan data karena metode ini paling
sederhana, namun lebih teliti karena pertanyaan yang diajukan
telah dipersiapkan terlebih dahulu dalam kuesioner.
Penentuan Responden
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang telah ditetapkan oleh penyuluh untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Metode pengambilan sampel
dilakukan secara sengaja (Purposive Sampling) dengan mengambil
petani peserta penyuluhan sebanyak 20 orang petani dari KWT
Gaka Super.
Instrument
Untuk mengukur dan menilai keberhasilan pelaksanaan
diseminasi informasi pertanian yang telah disampaikan pada
petani yang terdiri atas materi penyuluhan, metode penyuluhan,
penguasaan materi, cara menyampaikan materi, penggunaan
media, maka instrument yang digunakan berupa kuesioner
(Kuesioner terlampir).

Evaluasi Diseminasi Informasi Pertanian 12


“Penggunaan Pupuk Organik pada Tanaman Sayuran”
3. Teknik Pengumpulan dan Analisa Data
Data yang dikumpulkan dalam laporan hasil evaluasi ini terdiri
dari data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang di
ambil langsung dari responden dengan menggunakan kuisioner
sebagai alatnya. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari kantor
lembang dan instansi terkait.
Adapun teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut :
1. Interview (Wawancara) di gunakan sebagai teknik pengumpulan
data apabila ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus di teliti, dan juga apabila
penulis ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam dan jumlah respondennya sedikit / kecil.
2. Observasi adalah teknik pengumpulan data yang di lakukan
dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung terhadap
objek yang di teliti.
3. Dokumentasi adalah pengambilan data beberapa dokumen, foto-
foto yang berkaitan dengan evaluasi.
4. Studi Pustaka adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan
penelaahan terhadap berbagai buku, literature, catatan, serta
berbagai laporan yang berkaitan dengan masalah yang ingin
dipecahkan (nazir 1988).
5. Kuesioner dapat berupa pertanyaan-pertanyaan tertutup atau
terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung.
Kuesioner sebaiknya diberikan secara langsung oleh peneliti
kepada responden. Dengan adanya kontak langsung antara
peneliti dengan responden akan menciptakan suatu kondisi yang

Evaluasi Diseminasi Informasi Pertanian 13


“Penggunaan Pupuk Organik pada Tanaman Sayuran”
baik, sehingga responden dengan sukarela akan memberikan data
obyektif dan cepat (Sugiyono 2013).
Analisa data yang digunakan dalam evaluasi ini adalah analisa
diskriptif kuantitatif dan kualitatif. Analisa diskriptif kuantitatif
digunakan untuk menganalisa variabel yang ada secara deskriptif
dengan menghitung distribusi frekuensi berbentuk tabel yang meliputi
pengetahuan, sikap dan keterampilan responden terhadap
penggunaan pupuk organik
Pengukuran perilaku petani dalam kegiatan evaluasi ini dilakukan
pada tingkat senyatanya, yaitu dalam kenyataan sehari- hari
pelaksanaan usahatani. Variabel dalam penelitian ini diukur pada
tingkat ukuran ordinal, dengan memberikan skor pada semua
pertanyaan yang menyusun variabel. Skor ini kemudian dijumlahkan
untuk mendapatkan skor gabungan (Singarimbun). Pemberian skor
tersebut diadakan dalam jenjang (3,2,1), sehingga setiap responden ini
diperoleh jumlah nilai skor. Dengan diberikan suatu orde atau urutan
tertentu dalam titik skala, responden dapat diklasifikasikan dalam
tingkatan penilaian rendah sampai tinggi (Van Zanten).
Teknik analisis data untuk mengetahui pelaksanaan disusun
dalam tabel skor jawaban responden dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Data dalam bentuk skor yang didapat dari jawaban kuisioner
dimasukkan ke dalam tabulasi silang antara skor pertanyaan dan
skor responden.
b. Data dalam bentuk skor dihitung jumlah dan rata-rata skor setiap
pertanyaan, skor setiap responden dan skor kumulatif.

Evaluasi Diseminasi Informasi Pertanian 14


“Penggunaan Pupuk Organik pada Tanaman Sayuran”
c. Nilai skor hasil pelaksanaan berdasarkan nilai/skor pada kuisioner
yang dikategorikan menjadi 3 yaitu:
 Sesuai (A) skor 3
 Kurang sesuai (B) skor 2.
 Tidak sesuai (C) skor 1.

Adapun mencari interval kelas dalam analisis data adalah sebagai


berikut:

Interval Kelas =

Nilai Maksimal = jumlah responden x jumlah skor tertinggi


= 20 x 3
= 60

Nilai minimal = Jumlah Responden x Jumlah skor terendah


= 20x 1
= 20

Interval Kelas = 60-20 = 13,33 = 13


3
Asumsi dalam analisis data dengan interval kelas 13 adalah
sebagai berikut :
Kategori :
 Meningkat Nilai A = 48 - 60
 Tetap Nilai B = 34 - 47
 Menurun Nilai C = 20 - 33

Index % = Total Skor ___________________ x 100%

Evaluasi Diseminasi Informasi Pertanian 15


“Penggunaan Pupuk Organik pada Tanaman Sayuran”
(Skor skala tertinggi x Jumlah Responden)

C. HASIL EVALUASI
1. Hasil Data
Pelaksanaan evaluasi diseminasi informasi pertanian tentang
penggunaan pupuk organik terhadap pertumbuhan tanaman sayuran
ini mengambil sampel sebanyak 20 orang responden dari pengurus
dan anggota KWT Gaka Super di Lembang Embatau, Kecamatan Tikala,
dengan data responden sebagai berikut :
Tabel 1. Tabulasi Data Responden Evaluasi Diseminasi Informasi
Pertanian Pengunaan Pupuk Organik pada Tanaman
Sayuran
Luas Lahan
No. Nama Alamat
Pekarangan (are)
1. Rosmina Rero Embatau 0,25
2. Ruth Rombe Embatau 0,25
3. Sarlota Pasak Embatau 0,25
4. Serli Sombolayuk Embatau 0,25
5. Yuliana Tumba' Embatau 0,25
6. Martha Dondan Embatau 0,20
7. Agustina Madaun Embatau 0,20
8. Alfrida Banne Embatau 0,20
9. Alfrida Todingbua' Embatau 0,20
10. Atriana Pirri Embatau 0,20
11. Berta Banne Embatau 0,20
12. Bertha Sampe Embatau 0,20
13. Bertha Sesa Embatau 0,20
14. Damita Karel Padondan Embatau 0,20
15. Ester Lembang Embatau 0,20
16. Jenita Rante Toding Embatau 0,20
17. Kristina Patoding Embatau 0,20
18. Lisu Embatau 0,20
19. Ludia Ruru Embatau 0,20

Evaluasi Diseminasi Informasi Pertanian 16


“Penggunaan Pupuk Organik pada Tanaman Sayuran”
Luas Lahan
No. Nama Alamat
Pekarangan (are)
20. Marce Sombo Embatau 0,20
Sumber Data : Olahan Data Primer, 2023

Evaluasi diseminasi informasi pertanan merupakan kegiatan


untuk mengukur, menafsirkan, dan menetapkan pencapaian hasil dari
suatu program, memastikan seberapa besar program telah memenuhi
kebutuhan suatu kelompok yang dilayani. Dalam hal ini instrument
yang diajukan dalam bentuk kuisioner diberikan untuk membantu
membuat keputusan yang berkenaan dengan kelanjutan, akhir dan
modifikasi program, hasil yang telah dicapai, serta langkah yang harus
ditempuh setelah program tersebut berjalan. Hasil evaluasi diseminasi
dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini :
Tabel 2. Hasil Kuisioner Evaluasi Diseminasi Informasi Pertanian
Penggunaan Pupuk Organik Pada Tanaman Sayuran

JUMLAH SKOR JAWABAN KATE


JAWABAN GORI
JUM INDEX
NO PERTANYAAN RERATA
(A) (B) (C) LAH PERSEN
A= B= C=
Ya Ragu- Tidak
3 2 1
Ragu

Apakah bapak /
1 ibu tahu apa itu 18 2 0 54 4 0 58 19,33 96,67% A
pupuk organik?

Apakah bapak /
ibu tahu apa saja
2 macam – macam 12 5 3 36 10 3 49 16,33 81,67% B

pupuk organik?

Apakah ibu/
3 20 0 0 60 0 0 60 20 100% A
bapak mau

Evaluasi Diseminasi Informasi Pertanian 17


“Penggunaan Pupuk Organik pada Tanaman Sayuran”
JUMLAH SKOR JAWABAN KATE
JAWABAN GORI
JUM INDEX
NO PERTANYAAN RERATA
(A) (B) (C) LAH PERSEN
A= B= C=
Ya Ragu- Tidak
3 2 1
Ragu
menggunakan
pupuk organik
dalam budidaya
tanaman sayuran
?
Apakah Bapak/
Ibu sudah
menggunakan
4 pupuk organik 18 0 2 54 0 2 56 18,66 93,33% A
dalam budidaya
tanaman
sayuran?
Apakah bahan-
bahan
pembuatan
pupuk organik
5 19 1 0 57 2 0 59 19,66 98,33% A
mudah diperoleh
di sekitar
lingkungan
rumah?
Apakah
bapak/ibu setuju
jika pupuk
organik yang
6 16 4 0 48 8 0 56 18,66 93,33 A
digunakan dapat
meningkatkan
kesuburan
tanah?

Evaluasi Diseminasi Informasi Pertanian 18


“Penggunaan Pupuk Organik pada Tanaman Sayuran”
JUMLAH SKOR JAWABAN KATE
JAWABAN GORI
JUM INDEX
NO PERTANYAAN RERATA
(A) (B) (C) LAH PERSEN
A= B= C=
Ya Ragu- Tidak
3 2 1
Ragu
Apakah setelah
menggunakan
pupuk organik,
7 16 4 0 48 8 0 56 18,66 93,33 A
hasil produksi
sayuran bapak /
ibu meningkat?
Apakah bapak /
ibu telah mampu
8 12 2 6 36 4 6 46 15,33 76,67 B
membuat pupuk
organik sendiri?
Apakah dengan
adanya pupuk
organik, pupuk
kimia yang
9 17 3 0 51 6 0 57 19 95 A
digunakan bapak
/ ibu menjadi
berkurang dan
telah dikurangi?
Apakah bapak /
ibu menerapkan
10 pemupukan 18 2 0 54 4 0 58 19,33 96,67 A
organik secara
berkelanjutan?
JUMLAH 166 23 6 498 46 11 555 184,96 924,96
RATA RATA 16,6 2,3 0,6 49,8 4,6 1,1 55,5 18,50 92,50

Sumber Data : Olahan Data Primer, 2023

2. Pembahasan
Evaluasi Diseminasi Informasi Pertanian 19
“Penggunaan Pupuk Organik pada Tanaman Sayuran”
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata hasil
evaluasi diseminasi informasi penggunaan pupuk organik yang telah
disampaikan pada KWT Gaka Super adalah 92,50%, yang artinya
mayoritas pengurus dan anggota kelompok tani Gaka Super sudah
mengetahui dan menerapkan penggunaan pupuk organik pada
budidaya sayuran yang mereka kelolah.
Pada pertanyaan 1 dan 2 responden berdasarkan data lebih
banyak banyak menjawab opsi A dan B yang artinya petani sudah
banyak yang mengetahui tentang apa itu pupuk organik, namun
dalam menyebutkan pupuk organik yang diketahui petani masih
kurang, tetapi pertanyaan telah dijawab dengan benar.
Pada pertanyaan point yang ke 3 semua responden menjawab
pada opsi A, yang artinya petani mau atau berminat menggunakan
pupuk organik dalam usaha budidaya sayuran mereka.
Pada point pertanyaan ke 4 dan ke 5 responden kebanyakan
menjawab opsi A, yang artinya petani telah banyak menggunaan
pupuk organik dan bahan –bahan pembuatan pupuk organik mudah
diperoleh disekitar lingkungan mereka. Hal itu dikarenakan petani
sudah menerapkan penggunaan pupuk organik dalam budidaya
mereka namun dalam penerapan tersebut mereka belum sesuai
rekomendasi.
Pada point pertanyaan yang ke 6 responden kebanyakan memilih
opsi A, yang berarti bahwa petani setuju jika penggunaan pupuk
organik dapat meningkatkan kesuburan tanah. Hal ini menunjukan
bahwa tingkat kesadaran petani tinggi.
Pada point pertanyaan yang ke 7 responden kebanyakan memilih
opsi A, yang berarti petani banyak yang setuju dengan penggunaan

Evaluasi Diseminasi Informasi Pertanian 20


“Penggunaan Pupuk Organik pada Tanaman Sayuran”
pupuk organik dalam usaha budidaya sayuran dapat meningkatkan
hasil panen mereka. Hal ini disebabkan karena pupuk organik dapat
memperbaiki sifat fisik dan kimia pada tanah.
Pada point pertanyaan yang ke 8 responden kebanyakan memilih
opsi A, yang berarti petani sudah bisa membuat dan telah membuat
pupuk organik sendiri dalam usaha budidayanya. Hal tersebut
menunjukan bahwa petani dalam usaha budidayanya sudah dapat
mandiri dengan menggunakan pupuk organik hasil buatan sendiri.
Untuk pertanyaan point yang ke 9 responden kebanyakan
memilih pada opsi A, yang berarti dengan adanya penyuluhan
penggunaan pupuk organik, pupuk anorganik yang digunakan oleh
petani telah berkurang. Meski sudah diadakan penyuluhan
penggunaan pupuk organik petani tidak secara konstan langsung
berpindah menggunakan pupuk organik dan tidak mengunakan
pupuk anorganik sama sekali namun mereka secara bertahap telah
menguranginya.
Dalam point pertanyaan yang ke 10 responden kebanyakan
memilih untuk menjawab pada opsi A, yang berarti tingkat adopsi
pada penggunaan pupuk sudah tinggi. Dimana kebanyakan petani
sudah menggunakan pupuk organik dalam budidaya sayuran mereka
dan penggunaan pupuk organik tersebut diterapkan secara
berkelanjutan.
Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa
diseminasi informasi pertanian dalam hal penggunaan pupuk organik
pada tanaman yang telah disampaikan pada petani berhasil diterima
dan diterapkan oleh KWT Gaka Super. Dari hasil tersebut juga dapat
terlihat tingkat pengetahuan, sikap, minat, dan adopsi petani dalam

Evaluasi Diseminasi Informasi Pertanian 21


“Penggunaan Pupuk Organik pada Tanaman Sayuran”
penggunaan pupuk organik pada usaha budidaya sayuran mengalami
peningkatan .

Pengetahuan Petani Sayur Dalam Penggunaan Pupuk Organik


Pengetahuan merupakan salah satu komponen perilaku petani
yang turut menjadi faktor dalam adopsi inovasi. Tingkat pengetahuan
petani mempengaruhi petani dalam mengadopsi teknologi baru dan
kelanggengan usahataninya. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa dalam
mengadopsi pembaharuan atau perubahan, petani memerlukan
pengetahuan mengenai aspek teoritis dan pengetahuan praktis.
Sebagai salah satu aspek dari perilaku, pengetahuan merupakan suatu
kemampuan individu (petani) untuk mengingat-ingat segala materi
yang dipelajari dan kemampuan untuk mengembangkan intelegensi
(Soedijanto, 1978).
Pengetahuan merupakan tahap awal terjadinya persepsi yang
kemudian melahirkan sikap dan pada gilirannya melahirkan perbuatan
atau tindakan. Adanya pengetahuan yang baik tentang suatu hal, akan
mendorong terjadinya perubahan perilaku pada diri individu, dimana
pengetahuan tentang manfaat suatu hal akan menyebabkan
seseorang bersikap positif terhadap hal tersebut, demikian pula
sebaliknya.
Dari pengalaman dan evaluasi menunjukkan bahwa perilaku yang
didasari pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang
tidak didasari pengetahuan.
Pengukuran tingkat pengetahuan petani dilakukan dengan skala
likert, yang diukur melalui pertanyaan pengetahuan. Pertanyaan
disusun dalam bentuk pertanyaan terbuka, dimana responden

Evaluasi Diseminasi Informasi Pertanian 22


“Penggunaan Pupuk Organik pada Tanaman Sayuran”
kemudian diminta untuk menjawab setiap soal. Jika responden dapat
menjawab dengan benar/tahu = skor 3, jika hanya mampu menjawab
sedikit / sebagian dengan benar/kurang tahu = skor 2, jika tidak
mampu menjawab atau salah/tadak tahu = skor 1.
Berikut tabel persentase pengetahuan petani tehadap
penggunaan pupuk organik :
Tabel 3. Persentase Petani yang mengetahui Pupuk Organik

Frekuensi Persentase
Kategori
(Orang) (%)
Tahu 20 100
Kurang Tahu -
Tidak Tahu - -
Total 20 100

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa seluruh petani responden


memiliki tingkat pengetahuan tentang pupuk 23organik yaitu sebesar
20 orang atau (100%) dari seluruh responden.
Tabel 4. Persentase Petani yang mengetahui Kegunaan/Manfaat Pupuk Organik
Untuk Tanah dan Tanaman

Frekuensi
Kategori Persentase (%)
(Orang)
Tahu 20 100
Kurang Tahu
Tidak Tahu - -
Total 20 100
Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa seluruh petani responden
memiliki tingkat pengetahuan tentang kegunaan pupuk organik yaitu
sebesar 20 orang atau (100%) dari seluruh responden.
Tabel 5. Persentase Petani yang mengetahui Pembuatan Pupuk Organik

Kategori Frekuensi Persentase (%)

Evaluasi Diseminasi Informasi Pertanian 23


“Penggunaan Pupuk Organik pada Tanaman Sayuran”
(Orang)
Tahu 12 60
Kurang Tahu 3 15
Tidak Tahu 5 25
Total 20 100
Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa hanya 60 % responden
yang mengetahui cara pembuatan pupuk organik, sedangkan yang
tidak tahu sebesar 25 %. Responden yang menjawab kurang tahu
sebesar 15 %.
Tabel 6. Persentase Petani yang mengetahui Pengaplikasian Pupuk Organik Secara
Tepat

Frekuensi
Kategori Persentase (%)
(Orang)
Tahu 7 35
Kurang Tahu 5 25
Tidak Tahu 8 40
Total 20 100

Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa hanya 35 % responden


yang mengetahui cara mengaplikasikan pupuk organik dengan tepat,
sedangkan yang tidak tahu sebesar 40 %. Responden yang menjawab
kurang tahu sebesar 25 %. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun
petani mengetahui manfaat pupuk organik tetapi mereka belum
mengetahui teknik penggunaan yang tepat supaya tanaman lebih
produktif.

Perilaku Petani
Perilaku merupakan suatu bentuk hasil pengetahuan dan
sikap kemudian akan membentuk suatu tindakan yang menunjukkan
perilaku individu. Bentuk perilaku tersebut bersumber dari pengaruh

Evaluasi Diseminasi Informasi Pertanian 24


“Penggunaan Pupuk Organik pada Tanaman Sayuran”
lingkungan eksternal dan internal. Perilaku yang dimiliki masing-
masing individu berbeda-beda. Perilaku individu petani bergantung
pada rangsangan terhadap suatu teknologi pertanian.
Teknologi pertanian baru akan mempengaruhi cara berpikir
petani, sikap petani dan tindakan yang akan dilakukan petani.
Pengukuran perilaku petani dalam pemanfaatan pupuk organik di KWT
Gaka Super dilakukan dengan berdasarkan skor.
Pengukuran perilaku petani menggunakan model skala likert,
yang diukur melalui 3 pertanyaan, dengan alternatif jawaban selalu =
skor 3, Jawaban kadang-kadang = skor 2, jawaban tidak pernah = skor
1.
1. Memilih Benih Unggul
Benih unggul yang memenuhi syarat, antara lain daya
tumbuhnya cukup baik, harus murni, harus bebas dari hama dan
penyakit. Benih yang memenuhi syarat biasanya memiliki sertifikat dari
badan benih nasional. Persentase petani sampel yang menggunakan
benih unggul dapat dilihat dari Tabel 7.
Tabel 7. Persentase Petani yang menggunakan Benih Unggul

Kategori Frekuensi Persentase %


Selalu -
Kadang - kadang 20 100
Tidak pernah -
Total 20 100

Pada Tabel 7 menunjukkan bahwa 100 % petani sampel kadang-


kadang menggunakan benih unggul. Hal ini disebabkan karena
pengetahuan petani tentang benih unggul masih kurang, selain itu
harga benih unggul relative mahal bagi petani.
2. Pemilihan dan Penggunaan Pupuk Organik
Evaluasi Diseminasi Informasi Pertanian 25
“Penggunaan Pupuk Organik pada Tanaman Sayuran”
Tabel 8. Persentase Petani yang Menggunakan Pupuk Organik

Kategori Frekuensi (Orang) Persentase %


Selalu 16 80
Kadang - kadang 4 20
Tidak pernah -
Total 20 100

Hasil di lapangan menunjukkan bahwa sebesar 80 % responden


atau sebanyak 16 orang petani selalu memilih menggunakan pupuk
organik. Adapun pupuk organik yang responden gunakan adalah
pupuk yang berasal dari kotoran babi dan kerbau yang telah
dikomposkan petani. Petani memilih pupuk organik tersebut karena
kandungan hara pada ternak cukup tinggi dan memanfaatkan kotoran
ternak hasil peternakan mereka di rumah masing-masing. Petani juga
menggunakan kompos dari limbah rumah tangga seperti sampah
dapur, pangkasan dedaunan atau rerumputan daun tanaman sayur.

3. Sikap Petani Mendukung Penggunaan Pupuk Organik


Meningkatkan Produksi Tanaman

Tabel 9. Persentase Petani yang Mendukung Penggunaan


Pupuk Organik Meningkatkan Produksi Tanaman
Kategori Frekuensi (Orang) Persentase %
Setuju 20 100
Ragu-ragu -
Tidak setuju -
Total 20 100

Evaluasi Diseminasi Informasi Pertanian 26


“Penggunaan Pupuk Organik pada Tanaman Sayuran”
Berdasarkan Tabel 9 menunjukkan bahwa seluruh petani responden
(100%) setuju mendukung penggunaan pupuk organik dapat
meningkatkan produksi tanaman sayuran yang mereka tanam. Hal ini
terjadi karena responden telah membuktikan sendiri pada usahatani
sayuran mereka, dimana mereka menggunakan pupuk organik dari
kotoran ternak dan limbah rumah tangga untuk meningkatkan
produksi tanaman sayuran mereka.

D. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan evaluasi
penggunaan pupuk organik pada tanaman sayuran, adalah sebagai
berikut :
1. Hasil evaluasi program penyuluhan penggunaan pupuk organik
tercapai, yaitu 92,50% responden menggunakan pupuk organik
untuk meningkatkan produksi usahataninya, utamanya pada
budidaya sayuran.
2. Tingkat pengetahuan petani responden mengenai teknik
pembuatan dan penerapan yang tepat pupuk organik masih
rendah, akibat masih kurangnya penyuluhan yang diberikan pada
kelompok tani.
2. Saran
1. Perlu dilakukan penyuluhan yang terus menerus agar petani lebih
paham manfaat, teknik pembuatan, dan cara pengaplikasikan pupuk
organik yang tepat serta bagaimana mengelolah lahan pertanian
dengan baik.

Evaluasi Diseminasi Informasi Pertanian 27


“Penggunaan Pupuk Organik pada Tanaman Sayuran”
2. Pengadaan demplot pertanian organik perlu dilakukan untuk
mempercepat diseminasi teknologi.

DAFTAR PUSTAKA

Agsriyani, Dwi, dkk. 2013. Analisis Perilaku Kerja Petani Sayur Di Kelurahan
Maharatu Kecamatan Marpoyan Damai Kota Pekanbaru. Skripsi
Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Riau.

Azwar, S. 2005. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Penerbit Pustaka


Pelajar. Yogyakarta.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2005. Prospek Pertanian


Organik di Indonesia.

Evaluasi Diseminasi Informasi Pertanian 28


“Penggunaan Pupuk Organik pada Tanaman Sayuran”
Bahrul Ulum. 2005. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Dan Sikap Masyarakat Terhadap Penggunaan Pupuk Organik.
Jurusan Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian. Universitas Islam Negeri
Jakarta.

Benyamin Bloom. 1908. Psikologo Pendidikan. Jakarta

Erwin, SP.Sumber Tulisan : Bahan Diklat Sertifikasi Penyuluh Pertanian Level


Supervisor Bapeltan Jambi 2012 dan sekian itulah artikel
MENGEVALUASI PELAKSANAAN PENYULUHAN PERTANIAN

Fuady, Ikhsan. 2011. Hubungan Perilaku Komunikasi Dengan


Praktek Budidaya Pertanian Organik. Skripsi. Insitut
Pertanian Bogor.

Padmowihardjo S. 2002. Evaluasi Penyuluhan Pertanian, Universitas


Terbuka Jakarta

Werimon A. (1992) Diktat Monitoring dan Evaluasi APP Yogyakarta (tidak


diterbitkan).

IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama Petani :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Pendidikan :
5. Jumlah Anggota Keluarga :
6. Luas Lahan :
7. Alamat :
Evaluasi Diseminasi Informasi Pertanian 29
“Penggunaan Pupuk Organik pada Tanaman Sayuran”
8. Kelompok Tani :

Kuisioner Responden

1. Sarana produksi, merupakan input - input yang diperbolehkan dalam


pertanian organik. Sarana produksi tersebut meliputi penggunaan
memilih benih, memilih pupuk organik, menggunakan media tanah
pembibitan, penyediaan bahan pupuk organik dan alat - alat budidaya.

a. Memilih benih bermutu dari varietas unggul, dinilai atas kategori :


1) Selalu memilih benih unggul (3)
2) Kadang ± kadang memilih benih unggul (2)
3) Tidak pernah memilih benih unggul (1)

b. Memilih pupuk organik yang baik, dinilai atas kategori :


1) Selalu Memilih (3)
2) Kadang ± kadang memilih (2)
3) Tidak pernah memlih (1)

c. Menggunakan media tanah pembibitan, dinilai atas kategori :


1) Selalu menggunakan (3)
2) Kadang ± kadang menggunakan (2)
3) Tidak pernah menggunakan

d. Penyediaan bahan pupuk organik, dinilai atas kategori:


1) Selalu menyediakan (3)
2) Kadang ± kadang menyediakan (2)
3) Tidak pernah menyediakan (1)

e. Menggunakan alat-alat budidaya,dinilai atas kategori :


1) Selalu menggunakan (3)
2) Kadang-kadang menggunakan (2)
3) Tidak pernah menggunakan (1)

2. Pengolahan lahan dan pembibitan oleh petani sayur, diukur dari :


a. Pemberian pupuk organik dasar pada saat pengolahan, dinilai atas
kategori :
1) Selalu memberikan (3)
2) Kadang-kadang memberikan (2)
3) Tidak pernah memberikan (1)

Evaluasi Diseminasi Informasi Pertanian 30


“Penggunaan Pupuk Organik pada Tanaman Sayuran”
3. Proses produksi merupakan tahapan yang diperlukan. Proses produksi
mencakup kegiatan penanaman, pemberian pupuk susulan dan
pengendalian organisme penggangu tanamanyang diukur dari :
a. Pemupukan susulan diberikan dalam bentuk cair atau padat, dinilai
atas kategori :
1) Selalu memberikan (3)
2) Kadang-kadang memberikan (2)
3) Tidak pernah memberikan (1)

4. Panen dan pasca panen meliputi alat yang digunakan saat panen
proses pencucian sayur yang diukur dari :
a. Melakukan pemanenan, dinilai atas kategori:
1) Selalu melakukan (3)
2) Kadang ± kadang melakukan (2)
3) Tidak pernah melakukan (1)

b. Melakukan proses pencucian sayur harus dilakukan dengan air


bersih, dinilai atas kategori :
1) Selalu melakukan (3)
2) Kadang ± kadang melakukan (2)
3) Tidak pernah melakukan (1)

Pengetahuan
1. Apakah saudara mengetahui pupuk organik
a. Tahu
b. Kurang Tahu
c. Tidak tahu

2. Apakah saudara mengetahui kegunaan pupuk orgaik


a. Tahu
b. Kurang Tahu
c. Tidak tahu

3. Apakah saudara memahami fungsi pupuk organik dengan baik


a. Tahu
b. Kurang Tahu
c. Tidak tahu

4. Apakah saudara mengetahui diperlukan pupuk kandang yang matang


atau kompos sebagai pupuk dasar pada tanaman sayur organik
Evaluasi Diseminasi Informasi Pertanian 31
“Penggunaan Pupuk Organik pada Tanaman Sayuran”
a. Tahu
b. Kurang Tahu
c. Tidak tahu

5. Apakah saudara mengetahui cara mengaplikasikan/menggunakan


pupuk organik secara tepat pada tanaman sayuran
a. Tahu
b. Kurang Tahu
c. Tidak tahu

6. Penggunaan pupuk organik pada tanaman sayuran mampu


meningkatkan produksi hasil panen
a. Setuju
b. Ragu-ragu
c. Tidak setuju

Evaluasi Diseminasi Informasi Pertanian 32


“Penggunaan Pupuk Organik pada Tanaman Sayuran”

Anda mungkin juga menyukai