Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN EVALUASI PENYULUHAN

SISTEM JAJAR LEGOWO

Dosen Pengampu :

Andi Warnaen Sst. M.Ikom

Yudi Rustandi Sst, M. Si

Disusun Oleh :

RAFIF FALIH IBRAHIM FIRDAUSI (04. 03. 19. 384)

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PETERNAKAN DAN KESEJAHTERAAN HEWAN


POLITEKNIK PEMBAGUNAN PERTANIAN MALANG

2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Evaluasi merupakan saduran dari bahasa Inggris "evaluation" yang


diartikan sebagai penaksiran atau penilaian. Nurkancana (1983) menyatakan
bahwa evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan berkenaan dengan proses
untuk menentukan nilai dari suatu hal. Sementara Raka Joni (1975)
menjelaskan bahwa evaluasi adalah proses untuk mempertimbangkan
sesuatu barang, hal atau gejala dengan mempertimbangkan beragam faktor
yang kemudian disebut Value Judgment.

Maka dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi


adalah proses menetukan nilai untuk suatu hal atau objek yang
berdasarakan pada acuan-acuan tertentu untuk menentukan tujuan
tertentu. Dalam perusahaan, evaluasi dapat diartikan sebagai
proses pengukuran akan evektivitas strategi yang digunakan dalam upaya
mencapai tujuan perusahaan. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran
tersebut akan digunakan sebagai analisis situasi program berikutnya.

Evaluasi penyuluhan pertanian adalah sebuah proses sistematis


untuk memperoleh informasi yang relevan tentang sejauh mana tujuan
program penyuluhan pertanian di suatu wilayah dapat dicapai sehingga
dapat ditarik suatu kesimpulan, kemudian digunakan untuk mengambil
keputusan dan pertimbangan-pertimbangan terhadap program penyuluhan
yang dilakukan. Kegiatan evaluasi dilakukan oleh evaluator, melalui
pengumpulan dan penganalisaan informasi secara sistematik mengenai
perencanaan, pelaksanaan, hasil, dan dampak kegiatan untuk menilai
relevansi, efektivitas, efisiensi pencapaian hasil kegiatan, atau untuk
perencanaan dan pengembangan selanjutnya dari suatu kegiatan.Sistem
tanam legowo merupakan cara tanam padi sawah dengan pola beberapa
barisan tanaman yang diselingi satu barisan kosong. Tanaman yang
seharusnya ditanam pada barisan yang kosong dipindahkan sebagai
tanamansisipan di dalam barisan. Pada awanya kemudian diselingi oleh 1
baris kosong dimana jarak tanam pada barisan pinggir 1⁄2 kali jarak tanaman
pada baris tengah.
Cara tanam jajar legowo untuk padi sawah secara umum bisa
dilakukan dengan berbagai tipe yaitu: legowo (2:1), (3:1), (4:1), (5:1), (6:1) atau
tipe lainnya. Namun dari hasil penelitian, tipe terbaik untuk mendapatkan
produksi gabah tertinggi dicapai oleh legowo 4:1, dan untuk mendapat bulir
gabah berkualitas benih dicapai oleh legowo 2:1.

Modifikasi jarak tanam pada cara tanam legowo bisa dilakukan dengan
berbagai pertimbangan. Secara umum, jarak tanam yang dipakai adalah 20
cm dan bisa dimodifikasi menjadi 22,5 cm atau 25 cm sesuai pertimbangan
varietas padi yang akan ditanam atau tingkat kesuburan tanahnya.

1.2 Rumusan Masalah

Penyuluhan pembuatan pupuk bokashi ini dilakukan untuk


mengurangi dan mengolah limbah ternak sapi khususnya agar terolah
dengan baik dan bermanfaat bagi sekitar mengingat kurangnya pengetahuan
dari masyarakat tentang pengolahan limbah peternkan sehingga pengolahan
pupuk bokashi ini sangat membantu bagi kegiatan masyarakat.

1.3 Tujuan Evaluasi

a) mengumpulkan data yang penting untuk perencanaan program (keadaan


umum, daerah, sosial, teknis, ekonomis, budaya, masalah, kebutuhan
dan minat, sumber daya dan factor factor pendukung)

b) mengetahui sasaran/tujuan program telah tercapai

c) mengetahui perubahan perubahan yang telah terjadi sebagai akibat


intervensi program penyuluhan

d) mengetahui strategi yang paling efektif untuk pencapaian tujuan


program

e) mengidentifikasi “strong and week point” dalam perencanaan dan


pelaksanaan

f) mengetahui kemajuan pelaksanaan kegiatan


1.4 Kegunaan dan Manfaat

a) jumlah populasi tanaman meningkat

b) memudahkan perawatan dan pemeliharaan

c) menekan serangan hama dan penyakit

d) hemat biaya pemupukan

e) meningkatkan produksi dan kualitas gabah


5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyuluhan Pertanian


Menurut Ashari (2011), Penyuluhan Pertanian adalah pemberdayaan
petani dan keluarganya beserta masyarakat pelaku agribisnis melalui
kegiatan pendidikan non formal di bidang pertanian agar mereka mampu
menolong dirinya sendiri baik di bidang ekonomi, sosial maupun politik
sehingga peningkatan pendapatan dan kesejahteraan mereka dapat dicapai.
Petani harus diajak belajar bagaimana memelihara dan memanfaatkan
sumberdaya yang ada di lingkungannya untuk kesejahteraannya yang lebih
baik secara berkelanjutan.
Menurut Marius (2007), Ada tiga metode yang lazim diterapkan dalam
penyuluhan pertanian di Indonesia, yaitu: metode penyuluhan pertanian
perseorangan, kelompok, dan massal. Tidak ada metode yang selalu efektif
untuk diterapkan dalam setiap kegiatan penyuluhan pertanian. Bahkan
dalam banyak kasus kegiatan penyuluhan harus diterapkan metode
sekaligus yang saling menunjang dan melengkapi.
Materi penyuluhan adalah pesan yang ingin disampaikan dalam proses
komunikasi pembangunan yang bersifat inovatif yang mampu mengubah
atau mendorong terjadinya perubahan-perubahan ke arah terjadinya
pembaharuan dalam segala aspek kehidupan masyarakat penerima manfaat
demi selalu terwujudnya perbaikan-perbaikan mutu hidup setiap individu
dan seluruh warga masyarakat yang bersangkutan. Pokok bahasan yang
disampaikan oleh seorang penyuluh pertanian kepada masyarakat
penerima manfaatnya harus mencakup banyak hal, baik yang berkaitan
langsung dengan kegiatan bertani, pengelolaan usahatani, pengelolaan
rumah tangga petani, kelembagaan pertanian, maupun politik
pembangunan pertanian (Mardikanto, 2009).
Programa penyuluhan pertanian adalah rencana kegiatan penyuluhan
pertanian yang memadukan aspirasi petani-nelayan dan masyarakat
pertanian dengan potensi wilayah dan program pembangunan pertanian
yang menggambarkan keadaan sekarang, tujuan yang ingin dicapai,
6

masalah-masalah, dan alternatif pemecahannya, serta cara mencapai


tujuan yang disusun secara partisipatif, sistematis, dan tertulis setiap tahun
(Purwanto, 2006)
Menurut Padmowihardjo (1996) evaluasi penyuluhan pertanian adalah
sebuah proses sistematis untuk memperoleh informasi yang relevan tentang
sejauh mana program tujuan program penyuluhan pertanian disuatu
wilayah dapat dicapai sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan, kemudian
digunakan untuk mengambil keputusan dan pertimbangan-pertimbangan
terhadap program penyuluhan yang dilakukan.

2.2 Sistem Jajar Legowo

Sistem tanam jajar legowo merupakan suatu upaya


memanipulasikan lokasi pertanaman sehingga pertanaman akan
memiliki jumlah pinggiran yang lebih banyak dengan adanya
barisan kosong. Tanaman padi yang berada dipinggir memiliki
pertumbuhan dan perkembangan yang lebih baik dibanding
tanaman padi yang berada dibarisan tengah sehingga memberikan
hasil produksi dan kualitas gabah yang lebih tinggi. Hal ini
disebabkan karena tanaman yang berada dipinggir akan
memperoleh intensitas cahaya yang lebih banyak (efek tanaman
pinggir) (Suharno, 2013).
Menurut Suharno (2013) manfaat dan tujuan dari penerapan
sistem tanam jajar legowo adalah sebagai berikut : Populasi
tanaman meningkat sekitar 20% - 30 %, tergantung tipe jajar
legowo yang diharapkan akan meningkatkan produksi.
Mempermudah pemeliharaan tanaman seperti penyiangan,
pemupukan dan pengendalian hama penyakit tanaman dilakukan
melalui barisan kosong/lorong. Mengurangi kemungkinan
serangan hama dan penyakit terutama hama tikus. Menghemat
pupuk, Meningkatkan mutu dan hasil, serta bisa menghemat air.
7

Keuntungan Sistem Jajar Legowo :


a) Memanfaatkan sinar matahari bagi tanaman yang berada pada
bagian pinggir barisan. Semakin banyak sinar matahari yang
mengenai tanaman, maka proses fotosintesis oleh daun
tanaman akan semakin tinggi sehingga akan mendapatkan
bobot buah yang lebih berat.
b) Mengurangi kemungkinan serangan hama, terutama tikus.
Pada lahan yang relatif terbuka, hama tikus kurang suka
tinggal di dalamnya.
c) Menekan serangan penyakit. Pada lahan yang relatif terbuka,
kelembaban akan semakin berkurang, sehingga serangan
penyakit juga akan berkurang. Mempermudah pelaksanaan
pemupukan dan pengendalian hama/penyakit. Posisi orang
yang melaksanakan pemupukan dan pengendalian
hama/penyakit bisa leluasa pada barisan kosong di antara 2
barisan legowo.
d) Menambah populasi tanaman. Misal pada legowo 2 : 1,
populasi tanaman akan bertambah sekitar 30 %.
Bertambahnya populasi tanaman akan memberikan harapan
peningkatan produktivitas hasil.
e) Meningkatkan produktivitas padi 12-22%.
f) Sistem tanam berbaris ini juga berpeluang bagi pengembangan
sistem produksi padi-ikan (mina padi) atau prabelek
(kombinasi padi, ikan dan bebek)

Anda mungkin juga menyukai