Oleh:
Nama : Elma Mentari Putri
NIM : C1G018037
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berpenduduk 200 juta lebih masih
mengandalkan sektor pertanian sebagai penopang perekonomiannya. Disamping itu,
sektor pertanian masih menjadi peringkat paling atas dalam menyerap tenaga kerja
dibandingkan dengan sektor-sektor ekonomi lainnya.
Dalam satu dekade ini diadakan istilah ketahanan pangan yang artinya sektor
pertanian yang menjadi andalan dalam penyediaan pangan nasional melalui berbagai
disertifikasi usaha tani. Untuk mewujudkan program pemerintah ketahanan pangan
tentunya pemerintah akan menyiapkan berbagai inovasi teknologi usaha tani, baik di
sub sektor tanaman pokok padi palawija dan sub sektor lainnya seperti hortikultura,
dan berbagai teknologi pengolahan hasil pertanian.
Untuk menyampaikan teknologi, usahatani tersebut perlu media agar di terima
oleh pelaku usaha tani secara baik dalam arti efektif dan efisien. Mengingat
perkembangan teknologi komunikasi di era saat ini, media penyampaian teknologi
dapat melalui berbagai cara antara lain media cetak, media digital atau elektronik,
tenaga penyuluh atau diskusi dari kelompok pelaku usaha tani.
Untuk mengetahui efektifitas sarana penyuluhan mana yang kebih efektif saat
ini, maka dirasa perlu di teliti dan di analisa media mana yang paling efektif dan
efisien dalam penyampaian informasi teknologi usahatani pada pelaku usahatani
tersebut. Maka dari itu saya akan menggunakan judul “EFEKTIFITAS METODE
PENYULUHAN DENGAN BERBAGAI MEDIA PADA PETANI DI KABUPATEN
LOMBOK BARAT”, Studi Analisis Efektifitas Penyuluhan Pada Petani Hortikultura Di
Kabupaten Lombok Barat.
1.3.1 Tujuan
1.3.2 Kegunaan
5. Hipotesis
Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil atau
sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah populer mendefinisikan
efetivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna atau menunjang tujuan.
Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah
ditentukan di dalam setiap organisasi, kegiatan ataupun program. Disebut efektif
apabila tercapai tujuan ataupun sasaran seperti yang telah ditentukan (Iga R, 2012).
Efektivitas sangat diperlukan dalam berbagai kegiatan salah satu contohnya adalah
kegiatan penyuluhan, menurut Mardikanto (1993) Penyuluhan merupakan cara
pendidikan non-formal bagi masyarakat, khususnya untuk para petani dan
keluarganya di pedesaan dengan tujuan agar sasaran mampu, sanggup dan
berswadaya memperbaiki usaha taninya, sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan peternak. Pendapat Mardikanto penyuluhan merupakan sistem belajar
untuk menjadi mau, tahu, dan bisa menyelesaikan masalah yang dihadapi.
• Keadaan Lokasi
Keadaan lokasi merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk di ketahui
sebelum penyuluh melakukan kegiatan penyuluhan. Keadaan lokasi ini erat kaitannya
dengan musim, topografi wilayah, sistem pengairan, jenis tanah dan keadaan usaha
tani suatu daerah. Karena tentunya tiap-tiap daerah memiliki keadaan lokasi yang
berbeda-beda.
• Sasaran
Media penyuluhan adalah alat penyampai atau penghantar suatu materi pesan
sehingga dapat sampai kepada penerima (sasaran penyuluh). menurut A. G.
Kartasaputra, media penyuluhan adalah saluran yang dapat menghubungkan
penyuluh dengan materi penyuluhannya dengan petani yang memerlukan
penyuluhannya. Pada dasarnya media penyuluhan itu dapat berupa media hidup dan
media mati. Media hidup adalah orang – orang tertentu yang telah menerapkan
materi penyuluhan atau pengetahuannya dari bidang pertanian. Media mati adalah
sarana tertentu yang selalu digunakan atau dapat digunakan untuk memperantai
hubungan tersebut, seperti Radio, Televisi, Majalah, Surat Kabar. Koran Masuk Desa,
Poster dan sebagainyaAdapun jenis-jenis media penyuluhan pertanian adalah :
Bentuk dasar tersebut akan disajikan dalam berbagai jenis media presentasi seperti:
• Flipchart
• Over head transparency (oht)
• Poster
• Leaflet
• Folder.
• Media Foto
• Bersifat konkrit
• Mengatasi batasan ruang dan waktu
• Mengatasi pengamatan langsung indera mata
• Memperjelas pesan
• Relatif mudah untuk diproduksi, direproduksi, dimanipulasi, didokumentasi,
dan dipresentasi.
• Autentik
• Sederhana
• Menampilkan ukuran relatif
• Mengandung gerak dan aktivitas
Merupakan media yang menyajikan visual dan audio dalam suatu unit media Sasaran
(penerima) penyuluh pertanian.
Mneurut Ida Ruyadi, Yunus Winoto, dan Neneng Komariah (2017) menuliskan
penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan media komunikasi dan informasi
dalam menunjang kegiatan penyuluhan pertanian. Media komunikasi dalam penelitian
ini dibatasi pada media brosur dan leaflet. Penelitian dilaksanakan di Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Jawa Barat. Populasi dalam penelitian ini adalah para penyuluh
pertanian dengan jumlah sampel sebanyak 48 orang. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode deskrptif dengan teknik pengumpulan data melalui
angket, wawancara, observasi serta studi pustaka. Berdasarkan hasil penelitian
menunjukan bahwa: Frekuensi penggunaan media komunikasi yang berupa brosur
dan leaflet oleh petugas penyuluh pertanian tidak terlalu tinggi, namun sebagian
besar responden menggunakan brosur dan leaflet sebagai media penunjang kegiatan
penyuluhan pertanian; Intensitas penggunaan brosur dan leaflet oleh penyuluh
pertanian juga tidak terlalu tinggi namun hampir setengah dari responden
menggunakan brosur dan leaflet dalam menunjang kegiatan penyuluhan pertanian;
Alasan pemanfaatan brosur dan leaflet pada umumnya responden menyatakan
karena informasi yang terkandung dalam brosur dan leaflet sesuai dengan
kebutuhan dalam menunjang kegiatan penyuluhan pertanian; Sedangkan tujuan
penggunaan brosur dan leaflet sebagian besar responden menyatakan untuk
menambah pengetahuan dalam menunjang kegiatan penyuluhan pertanian.
Rahidin H. Anang, Sisvaberti Afriyatna, Tri Astutik (2020) dalam Studi Media
Yang Efektif Dalam Penyampaian Materi Penyuluhan Pertanian Di Kabupaten
Banyuasin (Kasus: Kelompok Tani Di Kecamatan Air Salek), Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui media yang efektif dalam penyampaian materi penyuluhan
pertanian dan tanggapan petani terhadap penggunaan media tersebut pada
kelompok tani Kecamatan Air Kumbang Kabupaten Banyuasin. Penelitian ini
dilaksanakan di Kecamatan Air Salek dari bulan Desember 2018 sampai Februari
2019. Metode penelitian yang digunakan dalam bentuk studi kasus (case study),
untuk metode penarikan contoh diguanakan metode sensus dan random sampling.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
langsung kepada responden yang telah ditentukan dengan menggunakan alat bantu
qoesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. Pengolahan dan analisis data
dilakukan menggunakan metode deskriptif-kualitatif. Dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa media yang efektif dalam penyampaian materi penyuluhan
pertanian. Penyuluh pertanian lebih efektif menggunakan media tercetak. Tanggapan
petani terhadap penggunaan media cetak dalam menyampaikan materi penyuluhan
pertanian pertanian karena mudah dimengerti dan mudah dipahami sehingga petani
menerima baik dan menyukai media cetak yang digunakan penyuluh pertanian dalam
menyampaikan materi penyuluhan pertanian.
Obyek penelitian akan di fokuskan pada sikap Petani dalam menerima sebuah inovasi
di ukur dari sikap. Sikap tersebut di ukur dari perilaku sebagai berikut :
2.3.1. Sikap Kognitif, yaitu perilaku di mana individu mencapai tingkat "tahu" pada
objek yang diperkenalkan. Afektif - perilaku di mana individu mempunyai
kecenderungan untuk suka atau tidak suka pada objek. Kognatif - perilaku yang sudah
sampai tahap hingga individu melakukan sesuatu tindakan terhadap objek.
Komponen Kognitif
Komponen kognitif merupakan sebuah komponen yang diisikan oleh apa yang diyakini
dan berisikan oleh apa yang difikirkan mengenai obyek sikap tertentu. Berikut ini
beberapa komponen kognitif dalam sebuah sikap :
1. Pengetahuan
Pertama adalah pengetahuan, anda tentu tahu bahwa kognitif berhubungan dengan
hal-hal yang bersifat fakta dan juga objektif. Komponen kognitif dalam sebuah sikap
merupakan hal yang meliputi pengetahuan untuk nomor satunya. Komponen Dalam
Kognisi Untuk Membentuk Pengetahuan sangatlah besar, Pengetahuan sendiri penting
bagi sikap seseorang. Namun tidak menjamin 100% seluruhnya sikap seseorang
menjadi baik.
Misalnya anda tentu tahu bahwa sikap mereka yang dimiliki orang-orang yang
bersekolah tinggi dengan mereka yang hanya lulusan sekolah dasar pasti akan
berbeda.
Pengetahuan bisa mengajarkan bagaimana cara bersikap dengan baik dan benar.
Namun terkadang masih ada saja yang tidak baik meskipun pengetahuannya sudah
tinggi, jika terjadi hal tersebut maka disebut sebagai komponen afektifnya yang
bermasalah.
2. Pandangan
Setiap orang mungkin memiliki kepala yang sama, rambut yang sama namun
pandangan yang berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh komponen kognitifnya yang berakhir
pada sikap yang berbeda. Pandangan bisa mempengaruhi orang yang dasarnya baik
menjadi buruk begitupun sebaliknya. Pandangan bisa mempengaruhi sikap anda
menjadi baik dan buruk.
Sebagai contoh, jika anda tidak menyukai 1 orang meskipun faktanya mereka memiliki
kelebihan yang luar biasa. Maka anda akan mengikuti untuk menghormati mereka,
dalam sisi ini kognitif yang bekerja maka anda akan dinilai sebagai orang yang sportif.
3. Keyakinan
Keyakinan merupakan salah satu hal yang bisa mempengaruhi sikap. Dengan adanya
keyakinan anda bisa bersikap dengan baik dan sesuai dengan objeknya sehingga
menghindari permasalahan seperti subjektif atau tidak sesuai. Keyakinan sendiri
didasarkan pada pengalaman, pengetahuan ataupun fakta yang anda dapatkan. Tidak
mudah memang menghubungkan antara keyakinan dan juga komponen kognitif dalam
sebuah sikap.
4. Terpola
Anda tentu tahu bahwa kognitif membicarakan mengenai hal yang dianggap teratur dan
tidak bisa secara acak. Dimana pola yang teratur akan memudahkan sikap dan juga
mempermudah bagaimana sikap dilakukan.
Hal ini tidak akan berdasar pada salah dan juga benar karena kognitif selalu bersifat
objektif dan hal inilah yang menuntun sikap seringkali tetap terpola meskipun anda tahu
hal tersebut salah dan tidak boleh digunakan. Contoh ringan adalah ketika anda tahu
bahwa tidak boleh meminum dengan cara berdiri, namun jika anda sudah terbiasa dan
terpola maka anda terus melakukan hal tersebut meskipun anda tahu itu salah, lain
yang sulit untuk ditoleransi namun karena sudah terpola akan sulit diubah.
5. Kaku
Meskipun objektif sifat yang berdasarkan pada kognitif tidak selalu akurat dan juga
benar, anda tentu harus tahu bahwa sesuatu yang berdasarkan objektif seringkali
menyulitkan dan juga tidak sesuai.
Anda bisa dikatakan kaku atau terlalu berpatok pada sebuah aturan tanpa mau tahu
keadaan atau melibatkan perasaan. Kognitif memang menjelaskan secara nyata
Perbedaan Perasaan dan Emosi dalam Psikologi
6. Tidak Akurat
Menjadi tidak akurat memang menyebalkan, namun terkadang anda harus membiarkan
peluang masuk dan bertukar pikiran atau perasaan dengan orang lain.
Keburukan dari kognitif adalah bahwa mereka yang merasa memutuskan sesuatu
secara objektif akan akurat, mengingat sebelumnya semua pencapaian dan target
selalu berhasil. Sayangnya kenyataannya tidak begitu, pasti ada 1% peluang tidak
akurat dalam sebuah sikap kognitif. anda yang biasanya memutuskan untuk memasang
alarm dan selalu berhasil.
Namun ada peluang 1% tidak berhasil seperti halnya anda yang sangat pulas tidak
tidur sehingga tidak bangun ataupun ponsel anda yang ternyata mati atau lowbet.
Sehingga alarm tidaklah bunyi, hal tersebut masuk kedalam tidak akurat.
7. Pasti
Ilmu kognitif karena mengikuti hal yang bersifat objektif maka bisa dikatakan pasti. Hal
ini yang menjadikan banyak orang memiliki sikap yang pasti dan lebih kearah prinsipil
dibandingkan perasaan karena kognitif mereka berperan dalam sebuah sikap. untuk
anda yang memang merasa tidak pernah terganggu sikap buruk atau baiknya maka
bisa jadi komponen kognitif inilah yang mengganggu dan mempengaruhi.
Selanjutnya adalah komponen yang dimiliki seseorang yaitu konatif dimana ada
beberapa aspek kecenderungan berperilaku sesuai dengan sikap yang dimiliki.
Bagaimana orang tersebut berperilaku dalam situasi tertentu dan juga stimulus. semua
itu berkaitan dan berkesinambungan dalam membentuk sikap seseorang.
Ranah afeksi adalah materi yang berdasarkan segala sesuatu yang berkaitan dengan
emosi seperti penghargaan, nilai, perasaan, semangat, minat, dan sikap terhadap
sesuatu hal. Pada ranah afeksi, Bloom menyusun pembagian kategorinya dengan
David Krathwol yaitu:
Penerimaan ( Receiving/Attending)
Mengacu kepada kemampuan untuk memperhatikan dan merespon stimulasi yang
tepat, juga kemampuan untuk menunjukkan atensi atau penghargaan terhadap orang
lain. Dalam domain atau ranah afektif, penerimaan merupakan hasil belajar yang paling
rendah. Contohnya, mendengarkan pendapat orang lain.
Responsif (Responsive)
Domain ini berada satu tingkat di atas penerimaan, dan ini akan terlihat ketika siswa
menjadi terlibat dan tertarik terhadap suatu materi. Anak memiliki kemampuan
berpartisipasi aktif dalam suatu pembelajaran dan selalu memiliki motivasi untuk
bereaksi dan mengambil tindakan. Contoh, ikut berpartisipasi dalam diskusi kelas
mengenai suatu pelajaran.
Penilaian (Value)
Domain ini mengacu pada pentingnya nilai atau keterikatan diri terhadap sesuatu,
seperti penerimaan, penolakan atau tidak menyatakan pendapat. Juga kemampuan
untuk menyatakan mana hal yang baik dan yang kurang baik dari suatu kegiatan atau
kejadian dan mengekspresikannya ke dalam perilaku. Contoh: mengusulkan kegiatan
kelompok untuk suatu materi pelajaran.
Organisasi (Organization)
Tujuan dari ranah organisasi adalah penyatuan nilai, sikap yang berbeda yang
membuat anak lebih konsisten dan membentuk sistem nilai internalnya sendiri, dan
menyelesaikan konflik yang timbul diantaranya. Juga mengharmonisasikan berbagai
perbedaan nilai yang ada dan menyelaraskan berbagai perbedaan.
Karakterisasi (Characterization)
Acuan domain ini adalah karakter seseorang dan daya hidupnya. Semua hal ini akan
tercermin dalam sebuah tingkah laku yang ada hubungannya dengan keteraturan
pribadi, sosial, dan emosi. Nilai – nilai telah berkembang sehingga tingkah laku lebih
mudah untuk diperkirakan.
Peniruan
Kategori ini terjadi ketika anak bisa mengartikan rangsangan atau sensor menjadi suatu
gerakan motorik. Anak dapat mengamati suatu gerakan kemudian mulai melakukan
respons dengan yang diamati berupa gerakan meniru, bentuk peniruan belum spesifik
dan tidak sempurna.
Kesiapan
Kesiapan anak untuk bergerak meliputi aspek mental, fisik, dan emosional. Pada
tingkatan ini, anak menampilkan sesuatu hal menurut petunjuk yang diberikan, dan
tidak hanya meniru. Anak juga menampilkan gerakan pilihan yang dikuasainya melalui
proses latihan dan menentukan responsnya terhadap situasi tertentu.
Respon Terpimpin
Merupakan tahap awal dalam proses pembelajaran gerakan kompleks yang meliputi
imitasi, juga proses gerakan percobaan. Keberhasilan dalam penampilan dicapai
melalui latihan yang terus menerus.
Mekanisme
Merupakan tahap menengah dalam mempelajari suatu kemampuan yang kompleks.
Pada tahap ini respon yang dipelajari sudah menjadi suatu kebiasaan dan gerakan bisa
dilakukan dengan keyakinan serta ketepatan tertentu.
Adaptasi
Pada tahap ini, penguasaan motorik sudah memasuki bagian dimana anak dapat
memodifikasi dan menyesuaikan keterampilannya hingga dapat berkembang dalam
berbagai situasi berbeda.
Penciptaan
Yaitu menciptakan berbagai modifikasi dan pola gerakan baru untuk menyesuaikan
dengan tuntutan suatu situasi. Proses belajar menghasilkan hal atau gerakan baru
dengan menekankan pada kreativitas berdasarkan kemampuan yang telah
berkembang pesat.
A.G. Kartasapoetra, 1988. Teknologi Penyuluhan Pertanian. PT. Bina Aksara. Jakarta.
Azwar, S. 2001. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Everett, M. Rogers, with F. Floyd Shoemaker. 1971. Communication of Innovation
: A Cross Cultural Approach. London : The Free Press.
Iga Rosalina, 2012. “Efektivitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri Perkotaan Pada Kelompok Pinjaman Bergulir Di Desa Mantren
Kec Karangrejo Kabupaten Madetaan”. Jurnal Efektivitas Pemberdayaan
Masyarakat, Vol. 01 No 01, hal. 3
LR, Levis. 1996. Komunikasi Penyuluhan Pedesaan. Bandung.
Mardikanto, Totok. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta : UNS.
Press. 211 hal.