Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

DISEMINASI INOVASI PERTANIAN

Dosen Pengampu :

Kelompok :

1. Dede Rahmawati (02.01.18.011)

2. Melinda Suryani

3. M. Fikriansyah

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN


JURUSAN PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN BOGOR
2018/ 2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat
dan karunianya kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan semestinya. Sholawat
serta salam kami panjatkan kepada panutan kami Nabi Muhammad SAW.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Inovasi Pertanian
Berkelanjutan. Dalam penulisan makalah ini kami sadar masih terdapat kesalahan.
Oleh karena itu, kami harap bapak/ ibu/ saudara/i pembaca bisa memberikan saran
yang membangun agar laporan kami kedepannya bisa lebih baik lagi.

Kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung


penulisan makalah ini, dan semua pihak yang mendukung dalam pembuatan makalah
ini. Kami harap makalah ini bisa memberikan informasi yang bermanfaat bagi para
pembaca.

Bogor, Oktober 2019

Penyusun
BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik memberikan definisi bahwa informasi adalah keterangan,
pernyataan, gagasan dan tanda-tanda yang mengandung nilai, makna dan pesan, baik
data, fakta maupun penjelasannya yang dapat dilihat, didengar dan dibaca yang
disajikan dalam berbagai kemasan dan format, sesuai dengan perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik ataupun non elektronik
(Republik Indonesia, 2008). Teknologi yang dihasilkan oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) seyogianya disampaikan kepada
penggunanya, cara penyampaian dapat langsung kepada pengguna atau dengan media
informasi elektronik atau cetak.

Akses terhadap teknologi pertanian menjadi hal yang sangat penting demi
kelangsungan usaha tani. Informasi teknologi pertanian yang memadai dan tepat
waktu yang didukung oleh informasi terkait lainnya dapat digunakan sebagai dasar
dalam strategi penguasaan pasar dan perencanaan untuk pengembangan usaha tani
lebih lanjut (Mulyandari, 2005). Sumber informasi pertanian merupakan peluang bagi
upaya peningkatan kesejahteraan petani melalui akses terhadap informasi pertanian
(Mulyandari dan Ananto, 2005).

2. Rumusan Masalah

3. Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Diseminasi
Diseminasi (Bahasa Inggris: Dissemination) adalah suatu kegiatan yang
ditujukan kepada kelompok target atau individu agar mereka memperoleh informasi,
timbul kesadaran, menerima, dan akhirnya memanfaatkan informasi tersebut.

Diseminasi merupakan tindak inovasi yang disusun dan disebarannya


berdasarkan sebuah perencanaan yang matang dengan pandangan jauh ke depan baik
melalui diskusi atau forum lainnnya yang sengaja diprogramkan, sehingga terdapat
kesepakatan untuk melaksanakan inovasi,

Diseminasi adalah proses penyebaran inovasi yang direncanakan, diarahkan,


dan dikelola. Hal ini berbeda dengan difusi yang merupakan alur komunikasi
spontan.  Sehingga terjadi saling tukar informasi dan akhirnya terjadi kesamaan
pendapat antara tentang inovasi tersebut.

Perubahan dan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang cepat


dan dinamika sosial dan politik sakan mempengaruhi pilihan strategi komunikasi dan
diseminasi informasi publik. Hal ini menjadi tantangan sekaligus catatan bagi pejabat
publik dan humas pemerintah untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan dan
perubahan tersebut.

2. Konsep Diseminasi
Secara umum pola komunikasi di masa mendatang relatih tidak berubah.
Komunikasi linier, sebagai basis, tetap digunakan. Namun, proses atau
pendekatan  komunikasi transaksional (yang bersifat diskusi interaktif, kooperatif,
egaliter, resiprokal) akan makin berkembang dan menjadi kebutuhan.

Fenomena ini bisa kita lihat, misalnya, acara-acara talkshow yang


menghadirkan narasumber dan melibatkan pendengar, tetap menjadi pilihan. Hanya
saja, media perlu berupaya agar mereka yang selama ini ‘diam’ menjadi ‘mau
bersuara’; dan menghindari narasumber yang “itu lagi, itu lagi” karena akan membuat
audiens cepat bosan.

Dalam konteks strategi komunikasi dan diseminasi informasi publik, prinsip


komunikasi adalah tercapai common interest, yakni bagaimana kepentingan
pemerintah dan masyarakat ‘bertemu’. Untuk itu, ada beberapa langkah yang harus
diperhatikan. Pertama, menentukan dan memahami tujuan. Kedua, mengidentifikasi
pesan inti atau kunci (key messages) yang akan dikomunikasikan. Ketiga, mehamami
target audience: siapa saja yang terlibat, siapa yang dipengaruhi, siapa yang tertarik?
Informasi apa yang mereka butuhkan? Bagaimana reaksi mereka? Apa konsern atau
minat mereka? Keempat, menentukan media yang paling efektif. Kelima, memotivasi
audiens untuk memberi tanggapan atau masukan. Keenam, frekuensi penyampaian
pesan. Ketujuh, memperhitungkan dampak, baik negatif atupun positif. Dalam hal ini,
ukuran sukses sebuah program komunikasi yaitu pesan yang sampai saja, tidak
cukup. Perlu evaluasi, sejauh mana audiens memahami dengan baik pesan kunci dan
menganalisis apakah semua strategi sesuai dengan persoalan yang dihadapi atau
alasan komunikasi (Cees Leeuwis, 2006).

3. Pengertian Inovasi
Reka baru atau inovasi (bahasa Inggris: innovation) dapat diartikan sebagai
proses dan/atau hasil pengembangan pemanfaatan/mobilisasi pengetahuan,
keterampilan (termasuk keterampilan teknologis) dan pengalaman untuk menciptakan
atau memperbaiki produk (barang dan/atau jasa), proses, dan/atau sistem yang baru,
yang memberikan nilai yang berarti atau secara signifikan (terutama ekonomi dan
sosial).

Reka baru sebagai suatu “objek” juga memiliki arti sebagai suatu produk atau
praktik baru yang tersedia bagi aplikasi, umumnya dalam suatu konteks komersial.
Biasanya, beragam tingkat kebaruannya dapat dibedakan, bergantung pada
konteksnya: suatu inovasi dapat bersifat baru bagi suatu perusahaan (atau agen/aktor),
baru bagi pasar, atau negara atau daerah, atau baru secara sejagat. Sementara itu, reka
baru sebagai suatu “kegiatan” merupakan proses penciptaan reka baru, seringkali
diidentifikasi dengan komersialisasi suatu reka cipta.
BAB III PEMBAHASAN

1. Diseminasi Inovasi Pertanian


Diseminasi adalah suatu kegiatan yang ditujukan kepada kelompok target atau
individu agar mereka memperoleh informasi, sehingga timbul kesadaran, menerima,
dan akhirnya memanfaatkan informasi tersebut. Istilah umumnya yang digunakan
sebagai sinonim dari “penyebaran”. Atas dasar pengertian itu dalam kaitannya dengan
inovasi teknologi pertanian, diseminasi dapat diartikan sebagai kegiatan
penyebarluasan teknologi pertanian spesifik lokasi.

Kegiatan diseminasi teknologi pertanian bertujuan meningkatkan adopsi dan


inovasi pertanian hasil penelitian dan pengkajian melalui berbagai kegiatan
komunikasi, promosi dan komersialisasi serta penyebaran paket teknologi unggul
yang dibutuhkan dan menghasilkan nilai tambah bagi berbagai khalayak pengguna
dan menyelenggarakan kegiatan penyebarluasan materi penyuluhan baik secara
tercetak maupun media elektronik.

Dalam konteks pembangunan pertanian, diseminasi diartikan secara praktis


sebagai cara dan proses penyampaian hasil-hasil pengkajian teknologi kepada
masyarakat atau pengguna untuk diketahui dan dimanfaatkan (Permentan No 20
tahun 2008). Di dalam Permentan No. 03/ Kpts/HK.060/1/2005, dijelaskan bahwa
hasil-hasil pengkajian teknologi di bidang pertanian tersebut merupakan inovasi yang
mengandung ilmu pengetahuan baru atau cara baru untuk menerapkan pengetahuan
dan teknologi ke dalam produk atau proses produksi.  Inovasi yang dimaksud
mencakup teknologi pertanian dan kelembagaan agribisnis unggul mutakhir hasil
temuan atau ciptaan Badan Litbang Pertanian

Adopsi teknologi di sektor pertanian menjadi perhatian utama dalam rangka


mendukung pembangunan pertanian. Sasaran yang dituju adalah bagaimana caranya
agar teknologi yang dianjurkan itu dapat diterapkan oleh sebanyak-banyaknya
pengguna. Penggunaan teknologi oleh pengguna akan mendukung peningkatan
produktivitas pertanian. Pertanyaannya adalah bagaimanakah mempercepat adopsi
inovasi teknologi pertanian.

Dalam upaya menjawab persoalan tersebut, ditemukan bahwa dewasa ini


petani tidak hanya menerima informasi dari satu sumber saja (mono channel) akan
tetapi dari berbagai sumber (multi channel). Pemerintah Propinsi, Pemerintah
Kabupaten/Kota dan/atau Pemerintah Desa melaksanakan kebijakan dan bertanggung
jawab terhadap penyebaran teknologi pertanian diwilayahnya masing-masing, dengan
memperhatikan pedoman, norma, standar, dan kriteria yang ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat. Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan/atau
Pemerintah Desa mendorong keikutsertaan masyarakat dalam penyebaran teknologi
pertanian. Dalam mendorong keikutsertaan masyarakat dalam penyebaran teknologi
pertanian dapat dilakukan dengan:

- memberikan informasi;
- membantu kelancaran;
- meningkatkan motivasi masyarakat;
- meningkatkan kemandirian.

Diseminasi teknologi pertanian dengan menggunakan lima pendekatan, yaitu:

a)      Pendekatan agroekosistem, artinya dalam implementasi perlu diperhatikan


kesesuaian kondisi biofisik lokasi yang meliputi sumber daya lahan, air, wilayah
komoditas, dan komoditas dominan;

b)      Pendekatan agribisnis, memperhatikan struktur dan keterkaitan sub-subsistem


penyediaan input, usaha tani, pascapanen, pemasaran dan penunjang dalam suatu
sistem agribisnis pedesaan;

c)      Pendekatan wilayah berarti optimisasi penggunaan lahan untuk pertanian dalam


satu kawasan administrasi (desa atau kecamatan) untuk memudahkan fasilisasi dari
stakeholders, terutama pemerintah;
d)     Pendekatan kelembagaan berarti dalam pengembangan agribisnis industrial
pedesaan tidak hanya memperhatikan keberadaan dan fungsi organisasi ekonomi atau
individu yang berkaitan dengan input, proses dan output, tetapi juga modal sosial,
norma dan aturan yang berlaku di lokasi Prima Tani;

e)      Pendekatan pemberdayaan masyarakat mengandung arti lebih menekankan pada


upaya penumbuhan kemandirian masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya
setempat.

2. Langkah Strategi dalam Proses Diseminasi


Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin pesat, dan
pengaruh dinamika sosial politik akan berdampak pada pilihan strategi komunikasi
dan diseminasi informasi publik. Hal ini tentunya menjadi tantangan bagi pejabat
publik dan humas instansi/lembaga untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan
dan perubahan tersebut.

Secara umum pola penyebaran informasi di masa mendatang relatif tidak


berubah. Diseminasi melalui komunikasi satu arah masih banyak digunakan. Namun,
proses penyebaran infromasi melalui pendekatan komunikasi transaksional (yang
bersifat diskusi interaktif, kooperatif, egaliter, dan resiprokal) akan makin
berkembang dan menjadi kebutuhan.

Dalam konteks strategi proses diseminasi kepada masyarakat, prinsip


komunikasi tetap harus menciptakan kepentingan bersama (common interest), yakni
bagaimana kepentingan pemerintah dan masyarakat ‘bertemu’. Untuk itu, ada
beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam proses diseminasi :

1) Menentukan dan memahami tujuan


2) Mengidentifikasi pesan inti atau kunci
3) Memahami target audience
4) Menentukan media yang paling efektif
5) Memotivasi audience untuk memberi tanggapan atau masukan
6) Frekuensi penyampaian pesan
7) Memperhitungkan dampak, baik positif maupun negatif

Ukuran sukses sebuah program diseminasi tidak cukup dengan pesan bisa
berhasil disampaikan. Hal lain yang perlu dilakukan adalah evaluasi, sejauh mana
karakter audiens agar mampu memahami dengan baik pesan kunci. Selain itu,
program diseminasi perlu adanya analisa apakah semua strategi dalam penyampain
informasi sesuai dengan persoalan yang dihadapi.
BAB IV PENUTUP

1. Kesimpulan
Diseminasi inovasi hasil penelitian dan pengkajian pertanian merupakan
aktivitas komunikasi yang penting dalam mendorong terjadinya proses penyebaran
dan penerapan teknologi dalam suatu sistem sosial pedesaan.  Permasalahan
diseminasi inovasi pertanian umumnya terkait dengan kesenjangan adopsi teknologi,
kesenjangan hasil dan kendala sosial-ekonomi petani.  Kesenjangan antara kondisi
ideal dengan kondisi riil dalam implementasi diseminasi inovasi pertanian merupakan
hal yang menarik untuk dicermati. Tulisan ini bertujuan mengidentifikasi proses dan
implementasi diseminasi inovasi pertanian, dan merekomendasikan strategi
diseminasi inovasi pertanian. 

Tulisan ini merupakan hasil review dari beberapa literatur dan hasil penelitian
yang relevan.  Strategi diseminasi inovasi pertanian dapat dipilah menjadi dua, yakni
di tingkat pusat dan daerah dengan memperhatikan pengguna inovasi dan kebutuhan
atau preferensi pengguna inovasi pertanian. Sumber inovasi pertanian di tingkat pusat
berasal dari Badan Litbang Pertanian dan sebagai pengguna adalah BPPSDMP,
direktorat jenderal teknis, pelaku usaha (industri/pengusaha/swasta), dan pelaku
utama (petani).  Saluran diseminasi yang digunakan dapat didominasi melalui media
elektronik dengan daya jangkau yang luas dan media cetak, serta sebagian berupa
media interpersonal (forum pertemuan seperti rapat pimpinan maupun pameran). 

2. Saran
Dukungan ketersediaan prasarana dan sarana berupa jaringan internet dan
perangkatnya menjadi faktor penentu bagi kemampuan pengguna dalam mengakses
inovasi pertanian.  Sumber inovasi pertanian di tingkat daerah adalah BPTP dengan
Penyuluh Pertanian Lapangan sebagai pengguna antara dan petani sebagai pengguna
akhir. Peran penyuluh dan tokoh masyarakat sebagai motivator masih dominan di
tingkat petani. Dengan demikian, saluran diseminasi yang digunakan dapat
didominasi melalui media interpersonal seperti demplot, gelar teknologi, temu
lapang, ataupun pertemuan kelompok.  Di tingkat daerah dukungan kelembagaan
petani yang dinamis sangat diperlukan. 
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org (Diakses pada 13 Oktober 2019)

http://agronomi3000.blogspot.com/2012/05/diseminasi-teknologi-pertanian.html
(Diakses pada 13 Oktober 2019)

http://skdibatola.blogspot.com/2013/08/pengertian-diseminasi.html (Diakses pada 13


Oktober 2019)

https://www.pengadaan.web.id/2019/08/diseminasi.html (Diakses pada 13 Oktober


2019)

Anda mungkin juga menyukai