Dosen Pengampu :
Kelompok :
2. Melinda Suryani
3. M. Fikriansyah
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Inovasi Pertanian
Berkelanjutan. Dalam penulisan makalah ini kami sadar masih terdapat kesalahan.
Oleh karena itu, kami harap bapak/ ibu/ saudara/i pembaca bisa memberikan saran
yang membangun agar laporan kami kedepannya bisa lebih baik lagi.
Penyusun
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik memberikan definisi bahwa informasi adalah keterangan,
pernyataan, gagasan dan tanda-tanda yang mengandung nilai, makna dan pesan, baik
data, fakta maupun penjelasannya yang dapat dilihat, didengar dan dibaca yang
disajikan dalam berbagai kemasan dan format, sesuai dengan perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik ataupun non elektronik
(Republik Indonesia, 2008). Teknologi yang dihasilkan oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) seyogianya disampaikan kepada
penggunanya, cara penyampaian dapat langsung kepada pengguna atau dengan media
informasi elektronik atau cetak.
Akses terhadap teknologi pertanian menjadi hal yang sangat penting demi
kelangsungan usaha tani. Informasi teknologi pertanian yang memadai dan tepat
waktu yang didukung oleh informasi terkait lainnya dapat digunakan sebagai dasar
dalam strategi penguasaan pasar dan perencanaan untuk pengembangan usaha tani
lebih lanjut (Mulyandari, 2005). Sumber informasi pertanian merupakan peluang bagi
upaya peningkatan kesejahteraan petani melalui akses terhadap informasi pertanian
(Mulyandari dan Ananto, 2005).
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Diseminasi
Diseminasi (Bahasa Inggris: Dissemination) adalah suatu kegiatan yang
ditujukan kepada kelompok target atau individu agar mereka memperoleh informasi,
timbul kesadaran, menerima, dan akhirnya memanfaatkan informasi tersebut.
2. Konsep Diseminasi
Secara umum pola komunikasi di masa mendatang relatih tidak berubah.
Komunikasi linier, sebagai basis, tetap digunakan. Namun, proses atau
pendekatan komunikasi transaksional (yang bersifat diskusi interaktif, kooperatif,
egaliter, resiprokal) akan makin berkembang dan menjadi kebutuhan.
3. Pengertian Inovasi
Reka baru atau inovasi (bahasa Inggris: innovation) dapat diartikan sebagai
proses dan/atau hasil pengembangan pemanfaatan/mobilisasi pengetahuan,
keterampilan (termasuk keterampilan teknologis) dan pengalaman untuk menciptakan
atau memperbaiki produk (barang dan/atau jasa), proses, dan/atau sistem yang baru,
yang memberikan nilai yang berarti atau secara signifikan (terutama ekonomi dan
sosial).
Reka baru sebagai suatu “objek” juga memiliki arti sebagai suatu produk atau
praktik baru yang tersedia bagi aplikasi, umumnya dalam suatu konteks komersial.
Biasanya, beragam tingkat kebaruannya dapat dibedakan, bergantung pada
konteksnya: suatu inovasi dapat bersifat baru bagi suatu perusahaan (atau agen/aktor),
baru bagi pasar, atau negara atau daerah, atau baru secara sejagat. Sementara itu, reka
baru sebagai suatu “kegiatan” merupakan proses penciptaan reka baru, seringkali
diidentifikasi dengan komersialisasi suatu reka cipta.
BAB III PEMBAHASAN
- memberikan informasi;
- membantu kelancaran;
- meningkatkan motivasi masyarakat;
- meningkatkan kemandirian.
Ukuran sukses sebuah program diseminasi tidak cukup dengan pesan bisa
berhasil disampaikan. Hal lain yang perlu dilakukan adalah evaluasi, sejauh mana
karakter audiens agar mampu memahami dengan baik pesan kunci. Selain itu,
program diseminasi perlu adanya analisa apakah semua strategi dalam penyampain
informasi sesuai dengan persoalan yang dihadapi.
BAB IV PENUTUP
1. Kesimpulan
Diseminasi inovasi hasil penelitian dan pengkajian pertanian merupakan
aktivitas komunikasi yang penting dalam mendorong terjadinya proses penyebaran
dan penerapan teknologi dalam suatu sistem sosial pedesaan. Permasalahan
diseminasi inovasi pertanian umumnya terkait dengan kesenjangan adopsi teknologi,
kesenjangan hasil dan kendala sosial-ekonomi petani. Kesenjangan antara kondisi
ideal dengan kondisi riil dalam implementasi diseminasi inovasi pertanian merupakan
hal yang menarik untuk dicermati. Tulisan ini bertujuan mengidentifikasi proses dan
implementasi diseminasi inovasi pertanian, dan merekomendasikan strategi
diseminasi inovasi pertanian.
Tulisan ini merupakan hasil review dari beberapa literatur dan hasil penelitian
yang relevan. Strategi diseminasi inovasi pertanian dapat dipilah menjadi dua, yakni
di tingkat pusat dan daerah dengan memperhatikan pengguna inovasi dan kebutuhan
atau preferensi pengguna inovasi pertanian. Sumber inovasi pertanian di tingkat pusat
berasal dari Badan Litbang Pertanian dan sebagai pengguna adalah BPPSDMP,
direktorat jenderal teknis, pelaku usaha (industri/pengusaha/swasta), dan pelaku
utama (petani). Saluran diseminasi yang digunakan dapat didominasi melalui media
elektronik dengan daya jangkau yang luas dan media cetak, serta sebagian berupa
media interpersonal (forum pertemuan seperti rapat pimpinan maupun pameran).
2. Saran
Dukungan ketersediaan prasarana dan sarana berupa jaringan internet dan
perangkatnya menjadi faktor penentu bagi kemampuan pengguna dalam mengakses
inovasi pertanian. Sumber inovasi pertanian di tingkat daerah adalah BPTP dengan
Penyuluh Pertanian Lapangan sebagai pengguna antara dan petani sebagai pengguna
akhir. Peran penyuluh dan tokoh masyarakat sebagai motivator masih dominan di
tingkat petani. Dengan demikian, saluran diseminasi yang digunakan dapat
didominasi melalui media interpersonal seperti demplot, gelar teknologi, temu
lapang, ataupun pertemuan kelompok. Di tingkat daerah dukungan kelembagaan
petani yang dinamis sangat diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org (Diakses pada 13 Oktober 2019)
http://agronomi3000.blogspot.com/2012/05/diseminasi-teknologi-pertanian.html
(Diakses pada 13 Oktober 2019)