Anda di halaman 1dari 9

Mendikbud: Bahasa Inggris Tidak Wajib,

Bukan Dihapus
- detikNews
Rabu 11 Desember 2013, 23:20 WIB
https://news.detik.com/berita/2439452/mendikbud-bahasa-inggris-tidak-wajib-bukan-dihapus

Bandung,

- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) M Nuh menegaskan mata pelajaran bahasa
Inggris di Sekolah Dasar (SD) tidak dihapus. Namun sekolah diberi kebebasan untuk
memasukkannya sebagai mata pelajaran.

\\\"Sejak dulu memang tidak diwajibkan (bahasa Inggris). Bukan dihapus jadi nggak ada,\\\" ujar
Mendikbud usai meluncurkan program Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SNMPTN) 2014 di Aerowisata Grand Hotel Preanger, Jalan Asia Afrika, Bandung, Jawa Barat,
Rabu (11\/12\/2013) malam.

Mata pelajaran bahasa Inggris nanti akan menjadi pilihan di sekolah. \\\"Tapi kalau nggak mau
masukan bahasa Inggris, tidak apa-apa,\\\" imbuh dia.

Selain tidak mewajibkan mata pelajaran bahasa Inggris dalam kurikulum 2013, porsi jam
pelajaran bahasa Indonesia akan ditambah.

Kemendikbud mengimbau sekolah memprioritaskan pelajaran bahasa Indonesia dibanding


bahasa asing.

\\\"Bahasa Indonesia bukan cuma sarana komunikasi, tapi juga jati diri bangsa. Maka sebaiknya
diajari dulu bahasa Indonesia,\\\" ujar Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kemendikbud Prof Dr Mahsun dalam jumpa pers di Kemendikbud, Jalan Jenderal Sudirman,
Jakarta, Selasa (3\/9) lalu.

Dalam silabus Kemendikbud, mata pelajaran bahasa asing seperti bahasa Inggris dan Mandarin
adalah muatan lokal. Sekolah swasta diperbolehkan menambahkan muatan lokal ini.

\\\"Itu kan namanya kebutuhan lokal, jadi silakan,\\\" tuturnya.

(spt/fdn)
nadariau.com

Pelajaran Bahasa Inggris Resmi Dihapus


untuk Tingkat SD
Alin Indra Jaya
https://nadariau.com/2018/04/07/pelajaran-bahasa-inggris-resmi-dihapus-untuk-tingkat-sd/
Sabtu, 7 April 2018

Pekanbaru (Nadariau.com) – Mulai tahun ajaran baru, Mata Pelajaran Baha Inggris akan
dihapus di sekolah tingkat SD.

Akibat Mata Pelajaran Bahasa Inggris dihapus, maka ada sekitar 300-an guru yang terancam
tidak mengajar. Guru tersebut berstatus ASN dan honorer.

“Terkait dihapuskannya mata pelajaran Bahasa Inggris dari kurikulum tingkat SD, sekitar 300-an
guru Bahasa Inggris yang ada di Kota Pekanbaru tidak bisa lagi mengajar di sekolah tingkat SD,”
kata Kadisdik Kota Pekanbaru Abdul Jamal, Sabtu (07/04/2018).

Meski demikian, Jamal meminta kepada guru yang mengajar Mata Pelajaran Bahasa Inggris
untuk tidak khawatir.

Karena guru itu akan dipindahkan mengajar ke sekolah tingkat SLTP negeri. Sementara guru
yang berstatus GTT atau honorer sekolah akan dipindahkan sesuai instruksi Disdik Pekanbaru.

Karena, guru berstatus GTT dan honorer adalah tanggungjawab Disdik. Dalam artian guru itu
tetap akan dipertahankan untuk terus menjadi tenaga pendidik di Pekanbaru.

Jamal mengakui, keputusan penghapusan Mata Pelajaran Bahasa Inggris adalah keputusan
pemerintah pusat. Sementara seluruh daerah harus mengikutinya.

“Oleh sebab itu, guru yang dipindahkan ke SLTP harus bisa menyesuaikan proses belajar
mengajar sesuai dengan tingkatan sekolah. Sehingga bisa menghasilkan lulusan bermutu
nantinya,” jelas Jamal. (ind)
https://www.kompasiana.com/charisdewantara/54f77a9da33311f96c8b4584/dilema-
penghapusan-mata-pelajaran-bahasa-inggris-di-sekolah-dasar

Dilema Penghapusan Mata Pelajaran Bahasa


Inggris di Sekolah Dasar oleh Charis
Dewantara
28 April 2014 23:51 Diperbarui: 23 Juni 2015 23:05

Bila ada yang bertanya pelajaran apa yang sulit selain matematika, pasti kebanyakan akan
menjawab, “Bahasa Inggris”. Ya, demikian jawaban jika semisal pertanyaan tersebut
dilemparkan pada siswa, khususnya Sekolah Dasar (SD). Namun apakah alasan tersebut sudah
cukup kuat untuk menggulingkan mata pelajaran BahasaInggris yang telah disampaikan selama
bertahun-tahun di Sekolah Dasar?

Tentu saja belum! Tapi apa boleh dikata, subtitusi menjadi muatan lokal atau ekstrakurikuler
telah terjadi. Terlebih lagi pemerintah dengan Kurikulum 2013-nya telah meramu dan membuat
semacam kebijakan dalam kaitannya dengan hal itu.

Beberapa pihak yang pro dengan kebijakan ini, seperti Musliar Kasim (Wamendikbud bidang
Pendidikan) menyampaikan dua alasan kuat mengenai penggeseran posisi Bahasa Inggris
sebagai mata pelajaran di Sekolah Dasar: kekhawatiran akan menambah beban kognitif siswa
serta kekhawatiran bahwa murid Sekolah Dasar menjadi tidak fokus dalam mempelajari bahasa
nasional (Bahasa Indonesia).

Yang menjadi pertanyaan, kenapa kekhwatiran itu baru disadari akhir-akhir ini? Sedangkan
posisi bahasa Inggris sebagai mata pelajaran sudah berjalan cukup lama. Aneh bukan? Saya juga
sependapat bila banyak pakar yang menilai bahwa adanya kebijakan ini disinyalir dapat menjadi
jalan untuk memupuk kembali rasa nasionalisme sejak dini. Mengingat semakin menipisnya rasa
nasionalisme di jiwa anak-anak selaku generasi penerus bangsa.

Namun jangan lupa bahwa, kebijakan demikian juga bakal melahirkan polemik baru. Dalam
konteks perkembangan kognitif anak misalnya, pendidikan bahasa memang harus diajarkan
sedini mungkin karena masa emas perkembangan bahasa anak yaitu antara umur 6 sampai 13
tahun (masa-masa SD). Selain itu berdasarkan hasil riset Teknologi Brain Imaging di University
of California, Los Angeles, proses kognitif, kreativitas, dan divergent thinking pada anak berada
pada kondisi optimal di usia 6 sampai 13 tahun, sehingga secara biologis masa ini menjadi waktu
yang tepat untuk memaksimalkan pembelajaran bahasa asing. Oleh karena itu, akan sangat
disayangkan bila masa ini terlewatkan begitu saja.
Jika kemudian ada yang bertanya manakah diantara kedua pendapat di atas yang paling benar
maka saya akan menjawabnya sama-sama benar. Kenapa demikian? Sebab ini bukan masalah
benar atau salah akan tetapi tentang bagaimana menata hal ihwal yang dulunya telah baik agar
menjadi semakin baik. Hanya begitu saja intinya.

Kalaupun dirunut, dari dulu dalam kurikulum SD memang tak ada pelajaran Bahasa Inggris
apalagi sebagai matpel wajib. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kepala Pusat Kurikulum dan
Perbukuan (Kapuskurbuk) Kemendikbud Ramon Mohandos sebagaimana dilansir
(Republika.co.id, 12/12/2013), bahwa sebenarnya tidak ada istilah penghapusan Bahasa Inggris
dalam mata pelajaran SD. Kata penghapusan yang selama ini diperdebatkan harus segera
dibenahi. Sejak dulu dalam Kurikulum SD memang tidak ada mata pelajaran Bahasa Inggris.

Sehingga dalam Kurikulum 2013 juga tidak ada mata pelajaran Bahasa Inggris maka tidak ada
penghapusan mata pelajaran itu karena memang tidak ada. Tidak ada penghapusan berarti juga
tidak ada pergeseran atau pengalihan kedudukan mata pelajaran Bahasa Inggris di Sekolah
Dasar. Lalu apa yang selama ini diperdebatkan?

Seperti yang kita ketahui, Bahasa Inggris pada dasarnya memang bukan mata pelajaran wajib
yang harus diajarkan di seluruh Sekolah Dasar di Indonesia. Bahasa Inggris adalah mata
pelajaran tambahan (muatan lokal) yang telah menjelma menjadi mata pelajaran wajib. Hal
tersebut mengubah persepsi masyarakat mengenai posisi Bahasa Inggris dari muatan lokal
menjadi mata pelajaran umum.

Kalaupun ada yang patut disalahkan dalam masalah ini, tentu saja semua pihaklah yang harus
bertanggung jawab. Sebab ini tidak hanya tentang keteledoran pendidik atau kerancuan regulasi
pemerintah akan tetapi jauh daripada itu ada pergeseran persepsi yang telah terlanjur mengakar
begitu kuatnya.

Kendati demikian, sejauh pengamatan saya selama ini, memang metode pembelajaran Bahasa
Inggris di tingkat Sekolah Dasar cenderung memberatkan siswa. Hal ini bisa dilihat dari semakin
bertambahnya beban kognitif yang harus ditanggung; mulai dari menghafal kosa kata baru yang
cukup memusingkan, memahami grammar-grammar yang sulit dicerna, hingga makin
menggunungnya tugas-tugas dan pekerjaan rumah yang entah apa fungsinya.

Dalam mempelajari bahasa, hendaknya seorang siswa dihindarkan dari tekanan dan beban karena
pada dasarnya belajar bahasa itu adalah sebuah kesadaran bukan tuntutan. Berlatih
mengaplikasikan Bahasa Inggris, menyangkut tentang bagaimana cara mengucapkan suatu kata
atau kalimat dan kapan kalimat itu harus digunakan setidaknya akan lebih membantu anak dalam
memahami fungsi bahasa secara lebih mendalam. Ditambah lagi dengan metode penyampaian
yang lebih luwes dan menyenangkan, seperti bernyanyi bersama, mendengarkan lagu dan
membaca cerita bergambar berbahasa Inggris akan membuat anak lebih ngeh dan enjoy selama
proses belajar mengajar berlangsung. Dan sekali lagi, faktanya memang pembelajaran bahasa
apa pun itu adalah sebuah pembiasaan bukan pemaksaan.
Pada intinya, diberlakukan atau tidak diberlakukannya Kurikulum 2013, tidak akan
mempengaruhi kedudukan mata pelajaran Bahasa Inggris sebagai muatan lokal. Dengan kata
lain, Bahasa Inggris akan tetap diajarkan di Sekolah Dasar. Oleh sebab itu, tidak ada gunanya
merasa bingung dengan pergantian kurikulum untuk yang kesebelas kalinya ini. Kalau kita
seorang pendidik, bukankah lebih baik meningkatkan kualitas diri daripada repot-repot pusing
memikirkan masalah regulasi, sistem atau apalah namanya itu.#Septi.

Anda mungkin juga menyukai