Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PEMYULUHAN PARTISIPATIF

KELOMPOK 5

 GRESIA TANEO (1613020040)


 FULGENSIUS W. KEIN (1613020073)
 FREDERIKUS UKU (1613020059)
 HILDEGARDIS KONO (1613020036)
 WIWIN T. TAEBENU (1613020015)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN

UUNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1 Latar Belakang

Semakin maju suatu Negara semakin banyak orang yang terdidik, maka semakin
dirasakan akan pentingnya dunia penyuluhan. Pembangunan akan lebih mantap jika ditunjang
oleh turunnya penyuluh yang berarti, karena kemampuan pemerintah sangatlah terbatas.
Pemerintah tidak akan sanggup menggarap semua aspek pembangunan karena membutuhkan
anggaran belanja yang besar, personalia, dan pengawasannya. Oleh sebab itu, penyuluh
merupakan potensi pembangunan baik dalam jumlah maupun mutu. Sekarang kita
menghadapi kenyataan bahwa jumlah penyuluh di Indonesia masih sedikit dan mutunya
belum bisa dikatakan baik/hebat, sehingga persoalan penyuluhan Indonesia merupakan
persoalan mendesak bagi suksesnya pembangunan.

Sebagian besar masyarakat Indonesia yang tinggal pada daerah terpencil atau yang
kurang terjangkau dari kemajuan teknologi yang terus berkembang kurang menyadari hal-hal
yang terus berkembang dan terus maju. Mereka masih mempercayai hal-hal yang berbau
mistik, ataupun mereka belum memahami konsep-konsep pada tingkat jaman yang terus
berkembang. Hal ini di sebabkan jangkauan yang jauh dari tempat yang telah berkembang,
dan juga mugkin  sebab faktor dari masyarakat tersebut sendirilah yang tidak ingin
mengetahui hal-hal yang berbau terknologi.

Maka dari itu, khususnya pada sektor pertanian dalam hal ini pemerintah harus
bertindak cepat agar masyarakat dapat menyadari perkembangan zaman yang semakin hari
semakin berkembang dengan cepat serta kembali mendongkrak ekonomi daerah, salah satu
cara untuk menangani hal ini adalah dengan cara membuat strategi dengan membentuk
oragnisasi ataupun penyuluhan yang berpengalaman dengan menerjunkannya lansung pada
daerah –daerah yang di anggap harus terus berbenah.

1.2 Rumusan Masalah


 Apa yang dimaksud dengan penyuluh
 Apa yang dimaksud dengan penyuluh partisipatif
 Tujuan dan penyuluhan partisipatif
 Manfaat penyuluhan partisipatif
 Hambatan dalam metode partisipatif
 Apa yang dimaksud dengan metode penyuluhan
 Tujuan dari pemilihan metode penyuluhan pertanian
 Apa saja prinsip-prinsip metode penyuluhan pertanian
 Apa kelemahan metode penyuluhan pertanian top downyang ada sekarang
 Contoh kasus
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui lebih dalam lagi mengenai penyuluhan partisipatif
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penyuluh

Penyuluhan berdasar dari kata dasar “SULUH” atau OBOR, sekaligus sebagai
terjemahan dari kata “ Voorlichting” yang dapat diartikan sebagai kegiatan penerangan atau
memberikan terang bagi yang dalam kegelapan. Sebagai proses penerangan, kegiatan
penyuluhan tidak saja terbatas pada memberikan penerangan, tetapi menjelaskan mengenai
segala informasi yang ingin disampaikan kepada kelompok sasaran yang akan menerima
manfaat penyuluhan (beneficiaries), sehingga mereka benar-benar memahami seperti yang
dimaksud oleh penyuluh. Penyuluhan tidak boleh bersifat searah tapi harus komunikasi
timbal balik (bersifat dua arah dan aktif) agar aspirasi masyarakat diketahui. Hal ini penting,
agar penyuluhan yang dilakukan tidak bersifat “ PEMAKSAAN KEHENDAK” (indoktrinasi,
agitasi, dll). Sehingga terjalin hubungan yang harmonis antara penyuluh dan masyarakat
/kliennya secara berkelanjutan. Penyuluhan adalah proses aktif yang memerlukan interaksi
antara penyuluh dan yang disuluh agar terbangun proses perubahan “PERILAKU”
(Behaviour)yang merupakan perwujudan dari Pengetahuan , Sikap dan Keterampilan
seseorang yang dapat diamati oleh orang/ pihak lain , baik secara langsung atau tidak
langsung. Dengan kata lain kegiatan penyuluhan tidak hanya berhenti pada penyebarluasan
informasi/inovasi, dan memberikan penerangan tetapi merupakan proses yang dilakukan
secara terus menerus, sekuat tenaga dan pikiran, memakan waktu dan melelahkan, sampai
terjadinya perubahan perilaku yang ditunjukkan oleh penerima manfaat penyuluhan
(beneficiaries) yang menjadi klien penyuluhan.

2.2 Penyuluhan partisipatif merupakan pendekatan penyuluhan dari bawah ke atas


(bottom up) untuk memberikan kekuasaan kepada petani agar dapat mandiri, yaitu kekuasaan
dalam peran, keahlian, dan sumberdaya untuk mengkaji desanya sehingga tergali potensi
yang terkandung, yang dapat diaktualkan, termasuk permasalahan yang ditemukan (Suwandi,
2006).
Penyuluhan pertanian partisipatif yaitu masyarakat berpartisipasi secara interaktif,
analisis-analisis dibuat secara bersama yang akhirnya membawa kepada suatu rencana
tindakan. Partisipasi disini menggunakan proses pembelajaran yang sistematis dan terstruktur
melibatkan metode-metode multidisiplin, dalam hal ini kelompok ikut mengontrol keputusan
lokal (BBPP Lembang). Berdasarkan atas UU SP3K pasal 26 ayat 3, dikatakan bahwa
"Penyuluhan dilakukan dengan menggunakan pendekatan partisipatif melalui mekanisme
kerja dan metode yang disesuaikan dengan kebutuhan serta kondisi pelaku utama dan pelaku
usaha".
Dengan pelatihan metode penyuluhan pertanian partisipatif, para penyuluh pertanian
akan termotivasi untuk menggali keberadaan sumber informasi pertanian setempat yang
mudah diakses oleh yang memerlukan, baik penyuluh maupun petani. Pelatihan juga akan
mendorong inisiatif positif para penyuluh pertanian dan petani, melalui pendekatan
partisipatif untuk mendapatkan solusi permasalahan usahatani di lapangan (BBPP Lembang,
2009).
2.3 Tujuan Metode Penyuluhan Partisipatif
 Menyakinkan sasaran akan suatu cara yang lebih baik dan menguntungkan
 Menujukan hasil sesuatu cara baru
 Memperlihatkan keuntungan dari suatu anjuran
 Terbukanya kesmpatan bagi sasaran untuk berperan aktif dalam kegiatan
pembangunan pertanian
 Terbukanya kesempatan bagi sasaran untuk meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan secara lebih nyata.
2.4 Manfaat Metode Penyuluhan Pratisipatif
 Efektif untuk mengajarkan ketrampilan
 Menumbuhkan kepercayaan
 Merangsang kegiatan
 Dapat memberikan keterangan dengan fakta-fakta yang nyata
 Menumbuhkan sikap kepemimpinan
2.5 Hambatan dalam metode penyuluhan partisipatif
 Tidak dapat dipakai untuk semua kegiatan
 Memerlukan banyak persiapan, peralatan dan ketrampilan.
2.6 Metode Penyuluhan Pertanian
Metode penyuluhan pertanian dapat diartikan sebagai cara atau teknik penyampaian
materi penyuluhan oleh para penyuluh kepadaa para petani beserta keluarganya baik secara
langsung maupun tidak langsung, agar mereka tahu, mau dan mampu menerapkan inovasi
(teknologi baru).
Dalam proses penyuluhan pertanian keberhasilan yang dicapai yaitu dapat
menetapkan pesan/ materi yang tepat sesuai dengan sasaran pembangunan pertanian tersebut
tanpa mengabaikan kebutuhan dari masyarakat petani. Pesan atau materi penyuluhan
pertanian utnuk dapat diterima dan dihayati serta diterapkan sehingga dapat meningkatkan
kemampuan, bila cara penyampaiannya yang dipilih cocok dengan kondisi dari masyarakat
petani.

2.7 Tujuan pemilihan metode penyuluhan pertanian


 Agar penyuluh pertanian dapat menetapkan suatu metode atau kombinasi beberapa
metode yang tepat dan berhasil digunakan
 Agar kegiatan penyuluhan pertanian yang dilaksanakan untuk menimbulkan
perubahan yang dikehendaki yaitu perubahan perilaku petani dan anggota
keluarganya dapat berdaaya gunadan berhasil.
2.8 Prinsip-prinsip Metode Penyuluhan Pertanian
Prinsip merupakan suatu pernyataan mengenai kebijaksanaan yang dijadikan sebagai
pedoman dalam pengambilan keputusan dan dilaksanakan secara konsisten. Dalam kegiatan
penyuluhan, prinsip menurut leagars (1961) menilai bahwa setiap penyuluhan dalam
melaksanakan kegiatannya, harus berpegang teguh pada prinsip-prinsip yang sudah
disepakati agar dapat melakukanperkerjaan denagan baik.
Mardikarto (1999) menyatakan bahwa merujuk pada pemahaman penyuluhan
pertaniansebagai proses pembelajaran, maka prinsip-prinsip dalam penyuluhan pertanian
sebagai berikut:
a. Mengerjakan : artinya kegiatan penyuluhan harus sebanyak mungkin melibatkan
masyarakat untuk menerapkan sesuatu
b. Akibat : artinya kegiatan pertanian harus memberikan dampak yang memberikan
pengaruh baik
c. Asosiasi : artinya kegiatan penyuluhan harus saling terkait dengan kegiatan lainnya.
Misalnya apabila seorang petani berjalan disawahnya kemudian melihat tanaman
padinya,terserang hama, maka ia akan berupaya untuk melakukan tindakan
pengambilaan.

2.9 Kelemahan metode penyuluhan pertanian top down yang ada sekarang ini

1)     Penyuluh sering memandang dirinya sebagai pakar, bukan sebagai fasilitator yang
memotivasi pengembangan teknologi spesifik lokalita. Hubungan petani – penyuluh
menyerupai komunikasi antara guru dan siswa, padahal seharusnya hubungan mereka
atas dasar kemitraan

2)     Penyuluh kurang menyadari bahwa kehadiran teknologi baru seharusnya sebagai
pelengkap dari sistem teknologi setempat yang sudah ada, tanpa harus
menggusurnya.masuknya teknologi baru tidak berarti memarjinalkan teknologi
tradisional lokal yang sudah ada, karnea belum tentu teknologi baru membawa
banyak  manfaat untuk masa sekarang dan masa mendatang

3)     Penyuluh kebanyakan hanya mendapatkan pelatihan teknis pertanian tanpa dibekali
pengetahuan manajemen perubahan psikologi social akibat inovasi teknologi baru

4)     Penyuluh kurang mendapatkan gaji dan insentif yang memadai sehingga peran dan
kinerjanya dalam memebrdayakan masyarakat tani yang menjadi binaanya menjadi
tidak optimal

Model Penyuluhan Bottom Up ( Penyuluhan Partisipatif )

Penyuluhan partisipatif merupakan pendekatan penyuluhan dari bawah ke atas


(bottom up) untuk memberikan kekuasaan kepada petani agar dapat mandiri, yaitu kekuasaan
dalam peran, keahlian, dan sumberdaya untuk mengkaji desanya sehingga tergali potensi
yang terkandung, yang dapat diaktualkan, termasuk permasalahan yang ditemukan (Suwandi,
2006).
Penyuluhan pertanian partisipatif yaitu masyarakat berpartisipasi secara interaktif,
analisis-analisis dibuat secara bersama yang akhirnya membawa kepada suatu rencana
tindakan. Partisipasi disini menggunakan proses pembelajaran yang sistematis dan terstruktur
melibatkan metode-metode multidisiplin, dalam hal ini kelompok ikut mengontrol keputusan
lokal (BBPP Lembang). Berdasarkan atas UU SP3K pasal 26 ayat 3, dikatakan bahwa
"Penyuluhan dilakukan dengan menggunakan pendekatan partisipatif melalui mekanisme
kerja dan metode yang disesuaikan dengan kebutuhan serta kondisi pelaku utama dan pelaku
usaha".
Dengan pelatihan metode penyuluhan pertanian partisipatif, para penyuluh pertanian
akan termotivasi untuk menggali keberadaan sumber informasi pertanian setempat yang
mudah diakses oleh yang memerlukan, baik penyuluh maupun petani. Pelatihan juga akan
mendorong inisiatif positif para penyuluh pertanian dan petani, melalui pendekatan
partisipatif untuk mendapatkan solusi permasalahan usahatani di lapangan (BBPP Lembang,
2009).

Tabel 1. Perbandingan model Top Down dan Bottom Up


Prakarsa Pemerintah Prakarsa Lembaga Prakarsa Masyarakat
Swadaya
Model Top Down Bottom Up Bottom Up
Orientasi Program Oriented : Process Deterministic Process Deterministic
Mengutamakan hasil Mengutamakan proses Mengutamakan proses
yang dicapai dalam melakukan kegiatan dalam melakukan
kegiatan
Masyarakat Objek Subjek Subjek
Hubungan Menggantungkan hidup Kekeluargaan, Kekeluargaan,
kerja terhadap bantuan kegotongroyongan, dan kegotongroyongan, dan
pemerintah kebhinekaan kebhinekaan
Kelanjutan >Sesuai dengan pesanan >Berkesinambungan, >Berkesinambungan,
program donor atau rencana kerja >Kegiatan dilaksanakan >Kegiatan dilaksanakan
>Masyarakat hanya secara terorganisir secara terorganisir
dilibatkan sebagai >Dilaksanakan tahap demi > Dilaksanakan tahap
pekerja tidak dilibatkan tahap dimulai dari tahap demi tahap dimulai dari
dalam pembuatan permulaan sampai pada tahap permulaan sampai
kebijakan tahap kegiatan tindak lanjut pada tahap kegiatan
dan evaluasi
Partisipasi *Partisipasi Kerja *Partisipasi Penuh *Partisipasi Penuh
*Penyuluhan *Pendampingan secara  *Sanksi sosial
penuh
Pemecahan *Dilakukan melalui *Pemecahan masalah *Pemecahan masalah
masalah wacana yang beredar dan dilakukan secara bersama- dilakukan secara
sama dengan masyarakat
bersifat umum bersama-sama dengan
*Pemenuhan kebutuhan
*Pemberian bantuan masyarakat melalui
dilakukan berdasarkan
yang sifatnya tempor pemuka agama dan
potensi-potensi yang
tokoh masyarakat
dimiliki masyarakat
*Pemenuhan kebutuhan
dilakukan hal yang
penting dalam
masyarakat
Anggapan >Tidak menjunjung >Menjunjung tinggi aspirasi >Masyarakat harus
terhadap tinggi aspirasi dan dan potensi masyarakat dilayanai dengan
masyarakat potensi masyarakat untuk melakukan kegiatan menujunjung tinggi
untuk melakukan swadaya. kepentingan umum.
kegiatan swadaya. > Mengakui bahwa  >Potensi masyarakat
>Pola pikir sangat masyarakat memiliki akan muncul dengan
lokalit, terbelakang, potensi untuk memenuhi sendirinya bila ada
statis tradisional, sulit kebutuhannya,memecahkan kejadian atau hal-hal
berubah, lambat permasalahannya, serta yang penting terjadi.
mengadopsi inovasi, mampu melakukan usaha-
serta tidak berdaya untuk usaha produktif dengan
hidup mandiri. prinsip swadaya dan
kebersamaan.

STUDI KASUS
Gambaran umum daerah penelitian
Letak dan keadaan geogfaris

Keluran Lutuk Menturun sungai Lare merupakan salah satu daearah dari keceamata
kota Tengah. Kecamatan kota Tengah dengan luas wilayah 23.225 ha mempunyai 2 sungai
yaitu Batang air dingin dan batang kandis dengan bentuk wilayah datar sampai
berbukit,berikut dengan panjang pantai ± 14 km , temperatur udara berkisar antara 23-28,
udara tipe penggunungan lahan untuk sawah irigasi, kebun campuran, pemukiman dan
pekarangan, belukar dan hutan.
Kelurahan Lubuk Minturun sungai Lare berada pada ketinggian 30-105 m dari
permukaan laut. Jemis tanah dominan adalah himotropepts dengan tingkat kesuburan sedang
sampaisubur. Lahan yang ada di Kelurahan Lubuk Minturun Sungai Lera merupakan lahan
sawah dan lahan kering yang telah digunakan untuk pengembangan komunitas padi, sayur,
buah-buahan dan perkebunan.
Selain wilayah Lubuk Sungai Lera juga merupakan daerah kawasan agro wisata
dimana agro ekosistemlahan kering dataran rendah iklim basah dengan bentuk wilayah
dasarsampai perbukitan dengan curah hujan rata-rata tahunan adalah 4.187,4 Mm/tahun
dengan rta-rata bulanan 348,95Mm?bulan.
Lubuk Minturun merupakan salah satu kawasan penerapan penyuluhan dengan
menggunakan metode pertisipatif yang diawali dengan penelusuran potensi desa dan
masyarakat secara mendalam melalui kegiatan PRA. Inolasi teknologi PPPT merupakan
satu inovasi yang dirumuskan pada saat pelaksanaan PRA berdasarkan perusahan-perusahan
yang dihadapi oleh pihal petani dalam berusa tani yang didiskusikan secara bersama-sama.
Inovasi teknologi PPT merupakan salah satu tarif inovasi yang ditetapkan dan diharapkan
dapat emningkatkan produksi dan prodifitas pertanian. Untuk lebih menambah pengetahuan
dan pemaham petani tentang inovasi teknologi PPT ini, maka diadakan pelatihan inovasi
teknologi PTT untuk petani. Komunitas padi sawah dengan mendatakan narasumber dari
BPTP dari sumbar.
Hampir semua petani di Lubuk Minturun menanam padi dengan pola tanam
mentimun- padi- mentimun, yang adapt menarik pola tanam mentimun- padi- mentimun
disini adalah pemanfatan residu pupuk dari tanaman sayur untuk tanaman padi, sehingga
pada waktu menanam padi petani tidak lagi melakukan pemupukan secara optimal, sehingga
dapat menghemat biaya, dengan menerapkan pemupukan inovasi antara pola tanam mentimu-
padi- mentimun dan teknologi PTT maka akan didapat keuntungan-keuntungan dari
keunggulan yang ditawarkan.
Namun yang menjadi pertanyaan disini apakah petani mau mengadopsi inovasi
tekonologi tersebut sebagai suatu inovasi atau atas dasar adanya penyuluhan atau mungkin
karena keinginan dari sipetani itu sendiri.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
 Penyuluhan berasal dari kata “suluh” atau OBOR, sekaligus sebagai terjemahan dari
kata “voorlichting” yang dapat diartikan sebagai kegiatan penerangan atau
memberikan terang bagi yang dalam kegelapan.
 Penyuluhan partisipatif merupakan pendekatan penyuluh dari bawah keatas (bottom
up) untuk memberikan kekuasaan kepada petani agar dapat mandiri, yaitu kekuasaan
dalam peran, keahlian, dan sumberdaya untuk mengkaji desanya sehingga terjadi
potensi yang terkandung, yang dapat di aktualkan, termasuk permasalahan yang
ditemukan (Suwandi, 2006)
 Penyuluhan Nelayan Partisipatif yaitu masyarakat berpartisipasi secara interatif,
analisis-analisis dibuat secara bersama yang akhirnya membawa kepada suatu rencana
tindakan.

DAFTAR PUSTAKA
Ban A.W Van Den & H.S Hawkins,. 1999. Penyuluhan Pertanian. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta.

Kartasapoetra, A. G. 1988. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta

Mardikanto, T. 1999. Penyuluhan pembangunan pertanian, Universitas Sebelas Maret,


Surakarta
Padmowihardjo, S., 2000. Metode penyuluhan pertanian, Universitas Terbuka, Jakarta.

Samsudi, U. 1987. Dasra-dasar penyuluhan dan medernisasi pertanian, Bina Cipta, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai