PEMYULUHAN PARTISIPATIF
KELOMPOK 5
KUPANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1 Latar Belakang
Semakin maju suatu Negara semakin banyak orang yang terdidik, maka semakin
dirasakan akan pentingnya dunia penyuluhan. Pembangunan akan lebih mantap jika ditunjang
oleh turunnya penyuluh yang berarti, karena kemampuan pemerintah sangatlah terbatas.
Pemerintah tidak akan sanggup menggarap semua aspek pembangunan karena membutuhkan
anggaran belanja yang besar, personalia, dan pengawasannya. Oleh sebab itu, penyuluh
merupakan potensi pembangunan baik dalam jumlah maupun mutu. Sekarang kita
menghadapi kenyataan bahwa jumlah penyuluh di Indonesia masih sedikit dan mutunya
belum bisa dikatakan baik/hebat, sehingga persoalan penyuluhan Indonesia merupakan
persoalan mendesak bagi suksesnya pembangunan.
Sebagian besar masyarakat Indonesia yang tinggal pada daerah terpencil atau yang
kurang terjangkau dari kemajuan teknologi yang terus berkembang kurang menyadari hal-hal
yang terus berkembang dan terus maju. Mereka masih mempercayai hal-hal yang berbau
mistik, ataupun mereka belum memahami konsep-konsep pada tingkat jaman yang terus
berkembang. Hal ini di sebabkan jangkauan yang jauh dari tempat yang telah berkembang,
dan juga mugkin sebab faktor dari masyarakat tersebut sendirilah yang tidak ingin
mengetahui hal-hal yang berbau terknologi.
Maka dari itu, khususnya pada sektor pertanian dalam hal ini pemerintah harus
bertindak cepat agar masyarakat dapat menyadari perkembangan zaman yang semakin hari
semakin berkembang dengan cepat serta kembali mendongkrak ekonomi daerah, salah satu
cara untuk menangani hal ini adalah dengan cara membuat strategi dengan membentuk
oragnisasi ataupun penyuluhan yang berpengalaman dengan menerjunkannya lansung pada
daerah –daerah yang di anggap harus terus berbenah.
PEMBAHASAN
Penyuluhan berdasar dari kata dasar “SULUH” atau OBOR, sekaligus sebagai
terjemahan dari kata “ Voorlichting” yang dapat diartikan sebagai kegiatan penerangan atau
memberikan terang bagi yang dalam kegelapan. Sebagai proses penerangan, kegiatan
penyuluhan tidak saja terbatas pada memberikan penerangan, tetapi menjelaskan mengenai
segala informasi yang ingin disampaikan kepada kelompok sasaran yang akan menerima
manfaat penyuluhan (beneficiaries), sehingga mereka benar-benar memahami seperti yang
dimaksud oleh penyuluh. Penyuluhan tidak boleh bersifat searah tapi harus komunikasi
timbal balik (bersifat dua arah dan aktif) agar aspirasi masyarakat diketahui. Hal ini penting,
agar penyuluhan yang dilakukan tidak bersifat “ PEMAKSAAN KEHENDAK” (indoktrinasi,
agitasi, dll). Sehingga terjalin hubungan yang harmonis antara penyuluh dan masyarakat
/kliennya secara berkelanjutan. Penyuluhan adalah proses aktif yang memerlukan interaksi
antara penyuluh dan yang disuluh agar terbangun proses perubahan “PERILAKU”
(Behaviour)yang merupakan perwujudan dari Pengetahuan , Sikap dan Keterampilan
seseorang yang dapat diamati oleh orang/ pihak lain , baik secara langsung atau tidak
langsung. Dengan kata lain kegiatan penyuluhan tidak hanya berhenti pada penyebarluasan
informasi/inovasi, dan memberikan penerangan tetapi merupakan proses yang dilakukan
secara terus menerus, sekuat tenaga dan pikiran, memakan waktu dan melelahkan, sampai
terjadinya perubahan perilaku yang ditunjukkan oleh penerima manfaat penyuluhan
(beneficiaries) yang menjadi klien penyuluhan.
2.9 Kelemahan metode penyuluhan pertanian top down yang ada sekarang ini
1) Penyuluh sering memandang dirinya sebagai pakar, bukan sebagai fasilitator yang
memotivasi pengembangan teknologi spesifik lokalita. Hubungan petani – penyuluh
menyerupai komunikasi antara guru dan siswa, padahal seharusnya hubungan mereka
atas dasar kemitraan
2) Penyuluh kurang menyadari bahwa kehadiran teknologi baru seharusnya sebagai
pelengkap dari sistem teknologi setempat yang sudah ada, tanpa harus
menggusurnya.masuknya teknologi baru tidak berarti memarjinalkan teknologi
tradisional lokal yang sudah ada, karnea belum tentu teknologi baru membawa
banyak manfaat untuk masa sekarang dan masa mendatang
3) Penyuluh kebanyakan hanya mendapatkan pelatihan teknis pertanian tanpa dibekali
pengetahuan manajemen perubahan psikologi social akibat inovasi teknologi baru
4) Penyuluh kurang mendapatkan gaji dan insentif yang memadai sehingga peran dan
kinerjanya dalam memebrdayakan masyarakat tani yang menjadi binaanya menjadi
tidak optimal
STUDI KASUS
Gambaran umum daerah penelitian
Letak dan keadaan geogfaris
Keluran Lutuk Menturun sungai Lare merupakan salah satu daearah dari keceamata
kota Tengah. Kecamatan kota Tengah dengan luas wilayah 23.225 ha mempunyai 2 sungai
yaitu Batang air dingin dan batang kandis dengan bentuk wilayah datar sampai
berbukit,berikut dengan panjang pantai ± 14 km , temperatur udara berkisar antara 23-28,
udara tipe penggunungan lahan untuk sawah irigasi, kebun campuran, pemukiman dan
pekarangan, belukar dan hutan.
Kelurahan Lubuk Minturun sungai Lare berada pada ketinggian 30-105 m dari
permukaan laut. Jemis tanah dominan adalah himotropepts dengan tingkat kesuburan sedang
sampaisubur. Lahan yang ada di Kelurahan Lubuk Minturun Sungai Lera merupakan lahan
sawah dan lahan kering yang telah digunakan untuk pengembangan komunitas padi, sayur,
buah-buahan dan perkebunan.
Selain wilayah Lubuk Sungai Lera juga merupakan daerah kawasan agro wisata
dimana agro ekosistemlahan kering dataran rendah iklim basah dengan bentuk wilayah
dasarsampai perbukitan dengan curah hujan rata-rata tahunan adalah 4.187,4 Mm/tahun
dengan rta-rata bulanan 348,95Mm?bulan.
Lubuk Minturun merupakan salah satu kawasan penerapan penyuluhan dengan
menggunakan metode pertisipatif yang diawali dengan penelusuran potensi desa dan
masyarakat secara mendalam melalui kegiatan PRA. Inolasi teknologi PPPT merupakan
satu inovasi yang dirumuskan pada saat pelaksanaan PRA berdasarkan perusahan-perusahan
yang dihadapi oleh pihal petani dalam berusa tani yang didiskusikan secara bersama-sama.
Inovasi teknologi PPT merupakan salah satu tarif inovasi yang ditetapkan dan diharapkan
dapat emningkatkan produksi dan prodifitas pertanian. Untuk lebih menambah pengetahuan
dan pemaham petani tentang inovasi teknologi PPT ini, maka diadakan pelatihan inovasi
teknologi PTT untuk petani. Komunitas padi sawah dengan mendatakan narasumber dari
BPTP dari sumbar.
Hampir semua petani di Lubuk Minturun menanam padi dengan pola tanam
mentimun- padi- mentimun, yang adapt menarik pola tanam mentimun- padi- mentimun
disini adalah pemanfatan residu pupuk dari tanaman sayur untuk tanaman padi, sehingga
pada waktu menanam padi petani tidak lagi melakukan pemupukan secara optimal, sehingga
dapat menghemat biaya, dengan menerapkan pemupukan inovasi antara pola tanam mentimu-
padi- mentimun dan teknologi PTT maka akan didapat keuntungan-keuntungan dari
keunggulan yang ditawarkan.
Namun yang menjadi pertanyaan disini apakah petani mau mengadopsi inovasi
tekonologi tersebut sebagai suatu inovasi atau atas dasar adanya penyuluhan atau mungkin
karena keinginan dari sipetani itu sendiri.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyuluhan berasal dari kata “suluh” atau OBOR, sekaligus sebagai terjemahan dari
kata “voorlichting” yang dapat diartikan sebagai kegiatan penerangan atau
memberikan terang bagi yang dalam kegelapan.
Penyuluhan partisipatif merupakan pendekatan penyuluh dari bawah keatas (bottom
up) untuk memberikan kekuasaan kepada petani agar dapat mandiri, yaitu kekuasaan
dalam peran, keahlian, dan sumberdaya untuk mengkaji desanya sehingga terjadi
potensi yang terkandung, yang dapat di aktualkan, termasuk permasalahan yang
ditemukan (Suwandi, 2006)
Penyuluhan Nelayan Partisipatif yaitu masyarakat berpartisipasi secara interatif,
analisis-analisis dibuat secara bersama yang akhirnya membawa kepada suatu rencana
tindakan.
DAFTAR PUSTAKA
Ban A.W Van Den & H.S Hawkins,. 1999. Penyuluhan Pertanian. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta.
Samsudi, U. 1987. Dasra-dasar penyuluhan dan medernisasi pertanian, Bina Cipta, Bandung.