Anda di halaman 1dari 29

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Kelembagaan dan lembaga merupakan satu kesatuan yang ada

di masyarakat baik berstatus formal maupun informal, di desa maupun


di kota. Pada hakikatnya manusia selalu hidup dalam ketergantungan,
baik

terhadap

alam,

sistem

dan

khususnya

sesama

manusia.

Khususnya masyarakat di pedesaan, hidup dalam ketergantungan


bagian dari satu tatanan yang mempunyai nilai sosial dan budaya
tinggi. Hal tersebut ditunjukkan dengan berbagai peristiwa antara lain:
adanya komunitas-komunitas sosial yang di dalamnya sebenarnya ada
harga diri, penghargaan, status seseorang, tingkat hubungan dan
konflik. Semuanya merupakan dinamika kehidupan yang ada di
komunitas sekecil apapun.
Kelompok tani merupakan salah satu komunitas yang telah lama
ada

khususnya

di

pedesaan

karena

anggotanya

mempunyai

kepentingan yang sama, dalam kondisi dan status yang relatif sama.
Akan tetapi di lain sisi kelompok tani yang ada, tidak semuanya
berkembang dengan pesat dan belum seluruh wilayah tumbuh sesuai
harapan. Terlibat atau tidaknya keseluruhan masyarakat tani dalam
kelompok,

tetap

merupakan

ujung

tombak

pelaku

utama

pembangunan pertanian dari keseluruhan masyarakat pada umumnya.


Bersama

pemerintah

mengemban

misi

besar

yaitu

memenuhi

ketahanan pangan.
Untuk mencapai apa yang telah dicanangkan dalam revitalisasi
pertanian oleh pemerintah, maka salah satu yang perlu ditumbuhkan
dan dikembangkan adalah kelembagaan petani yang memiliki jejaring

kelompok dan manajemen yang baik serta kepemimpinan kelompok


yang penuh daya juang tinggi.

1.2

Tujuan
Mengetahui apa yang dimaksud dengan lembaga pertanian
beserta interaksi dan peranan yang ada di dalamnya dan
mengetahui lembaga-lembaga pertanian yang ada di Indonesia.

1.3

Rumusan Masalah
1. Apa itu Lembaga Pertanian?
2. Bagaimana peranan kelembagaan pertanian tersebut?
3. Bagaimana kelembagaan pertanian terkait dalam sistem
agribisinis?
4. Apa saja permasalahan umum yang ada dalam lembaga
pertanian, dan bagaimana mengatasinya?
5. Apa saja lembaga pertanian yang ada di Indonesia?

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1

Kelembagaan Sosial dan Kelembagaan Pertanian


Menurut
Koentjaraningrat
(1964),
lembaga
kemasyarakatan/lembaga sosial/pranata sosial adalah

suatu

sistem norma khusus yang menata suatu rangkaian tindakan


berpola mantap, guna memenuhi suatu kebutuhan khusus dari
manusia dalam kehidupan masyarakat.
Kesimpulan dari definisi di atas :

Adanya sistem norma


Sistem norma yang mengatur tindakan berpola
Tindakan berpola itu untuk memenuhi kehidupan manusia
dalam kehidupan masyarakat
Soekanto (2003) mendefinisikan lembaga kemasyarakatan

sebagai himpunan dari norma-norma segala tindakan, berkisar


pada suatu kebutuhan pokok manusia di dalam kehidupan
masyarakat.
Ada dua hal penting di dalamnya yaitu:

Himpunan norma-norma dalam segala tingkatan


Norma-norma
itu
mengatur
manusia

memenuhi

kebutuhannya.
Rahardjo (1999) menyatakan bahwa kelembagaan sosial
(social

institution)

kompleks

secara

norma-norma

ringkas
atau

dapat

diartikan

kebiasaan-kebiasaan

sebagai
untuk

mempertahankan nilai-nilai yang dipandang sangat penting


dalam masyarakat, merupakan wadah dan perwujudan yang
lebih konkret dari kultur dan struktur.
Berdasarkan

pada

beberapa

pengertian

tadi,

dapat

dipahami bahwa kelembagaan pertanian adalah Norma atau


kebiasaan yang terstruktur dan terpola, serta dipraktekkan terus

menerus untuk memenuhi kebutuhan anggota masyarakat yang


terkait erat dengan penghidupan dari bidang pertanian di
pedesaan.
Kelembagaan pertanian pada masyarakat pedesaan sendiri
masih

terkait

erat

dengan

kegiatan

ekonomi

masyarakat

tradional. Pada masyarakat desa yang kegiatan ekonominya


masih belum didominasi sistem ekonomi uang, menyebabkan
masih kuatnya kait-mengkait antara kegiatan ekonomi dan
sosial, seperti:
Sistem gotong royong dalam proses produksi pertanian
sistem bagi hasil
sistem tebasan
sistem borongan pengolahan tanah dan pemanenan
sistem buruh tani
sistem tradisional lainnya yang terkait dengan operasi
produksi pertanian
Kelembagaan
kelembagaan,

yaitu

pertanian
1)

memiliki

kelembagaan

delapan

penyedia

jenis

input,

2)

kelembagaan penyedia modal, 3) kelembagaan penyedia tenaga


kerja, 4) kelembagaan penyedia lahan dan air, 5) kelembagaan
usaha tani, 6) kelembagaan pengolah hasil usaha tani, 7)
kelembagaan pemasaran, 8) kelembagaan penyedia informasi
(Basuki et al. 2006).
Dalam sistem pertanian dikenal juga istilah Kelembagaan
rantai pasok, yakni hubungan manajemen atau sistem kerja yang
sistematis dan saling mendukung di antara beberapa lembaga
kemitraan

rantai

pasok

suatu

komoditas.

Komponen

kelembagaan kemitraan rantai pasok mencakup pelaku dari


seluruh rantai pasok, mekanisme yang berlaku, pola interaksi
antar pelaku, serta dampaknya bagi pengembangan usaha suatu
komoditas maupun bagi peningkatan kesejahteraan pelaku pada
rantai

pasok

tersebut.

Bentuk

kelembagaan

rantai

pasok

pertanian terdiri dari dua pola, yaitu pola perdagangan umum


dan

pola

kemitraan.

Ikatan

antara

petani

dan

pedagang

umumnya ikatan langganan, tanpa adanya kontrak perjanjian


yang mengikat antar keduanya dan hanya mengandalkan
kepercayaan. Petani dan pedagang pada pola ini juga sering
melakukan ikatan pinjaman modal. Sedangkan pola kemitraan
rantai

pasok

pertanian

adalah

hubungan

kerja

di

antara

beberapa pelaku rantai pasok yang menggunakan mekanisme


perjanjian atau kontrak tertulis dalam jangka waktu tertentu.
Dalam kontrak tersebut dibuat kesepakatan-kesepakatan yang
akan menjadi hak dan kewajiban pihak-piihak yang terlibat
(Marimin dan Maghfiroh, 2010).

2.2

Peran Lembaga Pertanian


Lembaga Pertanian memiliki beberapa fungsi, di antaranya:
a) Sebagai
wadah
proses
pembelajaran:
meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan sikap

serta tumbuh dan

berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani sehingga


produktivitas dan pendapatan bertambah.
b) Wahana kerjasama, untuk memperkuat kerjasama di antara
sesama petani di dalam dan antar kelompok serta dengan
pihak lain, sehingga usaha taninya akan lebih efisien serta
lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan
dan ganguan.
c) Unit penyedia sarana dan prasarana produksi, unit produksi,
unit pengolahan dan pemasaran, adalah usaha tani yang
dilaksanakan secara keseluruhan harus dipandang sebagai
satu

kesatuan

usaha

yang

dapat

dikembangkan

untuk

mencapai skala ekonomi baik dari kualitas maupun kuantitas.

d) Serta unit jasa penunjang, yaitu mampu melakukan akses


dengan berbagai lembaga lain guna memajukan kegian
kelompok.
Peran

kelembagaan

dalam

membangun

dan

mengembangkan sektor pertanian di Indonesia terutama terlihat


dalam kegiatan pertanian tanaman pangan, khususnya padi.
Di tingkat makro nasional, peran lembaga pembangunan
pertanian

sangat

intensifikasi

dan

menonjol

dalam

peningkatan

program

produksi

dan

pangan.

proyek
Kegiatan

pembangunan pertanian dituangkan dalam bentuk program dan


proyek dengan membangun kelembagaan koersif (kelembagaan
yang dipaksakan). Contohnya Padi Sentra, Demonstrasi Massal
(Demas), Bimbingan Massal (Bimas), Bimas Gotong Royong,
Badan Usaha Unit Desa (BUUD), Koperasi Unit Desa (KUD), Insus,
dan Supra Insus.
Pada subsektor

peternakan

dikembangkan

berbagai

program dan lembaga pembangunan koersif, seperti Bimas Ayam


Ras, Intensifikasi Ayam Buras (Intab), Intensifikasi Ternak Kerbau
(Intek), dan berbagai program serta kelembagaan intensifikasi
lainnya.
Kondisi di atas menunjukkan signifikansi keberdayaan
kelembagaan dalam akselerasi pembangunan sektor pertanian.
Hal ini

sejalan dengan hasil berbagai pengamatan yang

menyimpulkan bahwa bila inisiatif pembangunan pertanian


dilaksanakan oleh suatu kelembagaan atau organisasi, di mana
individu-

individu

yang

memiliki

jiwa

berorganisasi

menggabungkan pengetahuannya dalam tahap perencanaan dan


implementasi inisiatif tersebut, maka peluang keberhasilan
pembangunan pertanian menjadi semakin besar. (De los Reyes
dan Jopillo 1986; USAID 1987; Kottak 1991; Uphoff 1992a;
Cernea 1993; Bunch dan Lopez 1994 dalam Sradisastra, 2011).

2.3

Kelembagaan

Petani

dan

Kelembagaan

Pelatihan

Swadaya Petani
Kelembagaan Petani (Kelompok tani, Gabungan kelompok
tani, Asosiasi Komoditas dan Badan Usaha Milik Petani) dan
Kelembagaan

Pelatihan

Swadaya

Petani

(Pusat

Pelatihan

Pertanian Pedesaan Swadaya/P4S dan Pusat Pelatihan Pertanian


Terpadu

Swadaya/P3TS

merupakan

dua

lembaga

yang

ditumbuhkembangakan oleh, dari dan untuk petani. Mempunyai


misi dan tujuan yang serupa, yaitu mensejahterakan anak
bangsa

melalui

peningkatan

kompetensi

pengetahuan

dan

keterampilan dalam usaha agribisnis. Tetapi kedua lembaga ini


berbeda atau tak sama dalam wujud pengelolaanya.
Kelembagaan petani dikelola dengan mengedepankan
pemberdayaan anggotanya melalui pendekatan penyuluhan dan
pendampingan

yang

berorientasi

kepada

gerakan

pengembangan informasi teknologi, ekonomi dan sosial.


Sementara itu, kelembagaan pelatihan swadaya dikelola
dengan mengedepankan pemberdayaan SDM pertanian melalui
pelatihan dan permagangan secara terstruktur, berorientasi
kepada peningkatan kompetensi dan penanaman nilai-nilai moral
dan etos kerja di bidang pertanian.
Kelembagaan petani mempunyai sistem pembelajaran
dengan kekhasan tersendiri sesuai metode penyuluhan yang
dikembangkan oleh penyuluh setempat, dengan menggunakan
kaidah-kaidah pembelajaran orang dewasa melalui pendekatan
kelompok. Sedangkan pelatihan swadaya menerapkan sistem
pembelajaran yang lebih bersifat keterampilan teknis pertanian
yang ditularkan ke petani lain dan sekitarnya, berdasarkan
pengalaman, keberhasilan dan keahlian pengelola/pengurusnya
melalui proses pelatihan dengan pendekatan "bekerja sambil
belajar " atau permagangan.

Sasaran

pembelajaran

bagi

kelembagaan

petani

dan

kelembagaan pelatihan swadaya petani, kurang lebih sama yaitu


orang

orang

yang

berlatar

belakang

profesi

petani

atau

masyarakat baik individual kelompok tani (Poktan) maupun


gabungan kelompok tani (Gapoktan) yang berkeinginan untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap di bidang
pertanian.
Dari aspek pengelolaan kelembagaan petani dan kelembagaan
pelatihan

swadaya

petani,

hampir

sama,

meskipun

latar

belakang pembentukan kelembagaanya berbeda. Kelembagaan


petani

biasanya

Sedangkan

dipimpin/diketuai

kelembagaan

dipimpin/diketuai

oleh

seorang

pelatihan

petani

maju,

kontak

swadaya
tokoh

tani

tani.
petani

ataupun

pengusaha tani berhasil.


Pemberdayaan Kelembagaan
Menyimak latar belakang keberadaan Kelembagaan Petani
dan Kelembagaan Pelatihan Swadaya Petani dengan keunggulan
masing-masing, antara lain ketersediaan sumber daya alam dan
sumber daya manusia, maka kedua lembaga ini mempunyai
peluang

untuk

karakteristik

mengembangkan

agroklimat

dan

agribisnis
potensi

sesuai

yang

dengan

dimilikinya.

Pemberdayaan kelembagaan petani diarahkan pada penguatan


kelembagaan usaha taninya untuk mengembangkan agribisnis
komoditas unggulan, yang mempunyai daya saing bagi pasar
dalam dan luar negeri.

Upaya

ini sangat memungkinkan

dilakukan oleh kelembagaan petani mengingat sumber daya


(lahan, tenaga kerja dan nilai jual pasar) cukup tersedia dan
memungkinkan, baik untuk memenuhi kebutuhannya sendiri
maupun untuk memenuhi permintaan pasar lainnya
Adapun upaya pemberdayaan kelembagaan

pelatihan

swadaya,

belakang

dapat

dilakukan

sesuai

dengan

latar

pembentukannya, yaitu diarahkan untuk mencetak lebih banyak


kader-kader

petani

terdidik

guna

mendorong

tumbuh

kembangnya jiwa kewirausahaan agribisnis, melalui proses


pembelajaran
agribisnis,

kaji

antara

lain

terapi

pelatihan

teknologi

keterampilan,

spesifik

magang

lokalita,

inkubasi

teknologi dan teknik agribisnis.


Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penguatan
kedua lembaga tersebut antara lain: ( 1 ). Kelembagaan petani
berciri khas dari oleh dan untuk petani, sehingga yang perlu
difasilitasi

adalah

usaha

agribisnisnya.

Hal

tersebut

bisa

diwujudkan dalam bentuk pendampingan teknis, desiminasi


teknologi, akses modal dan pasar. ( 2 ). Kelembagaan pelatihan
swadaya dengan ciri khas keswadayaan, hal ini berarti yang
perlu kita berdayakan adalah pengembangan pelatihannya
secara terstruktur (kurikulum, modul, silabus dan paket-paket
pembelajaran) sesuai potensi komoditas yang dikembangkannya.
Selain itu, penguatan informasi teknologi tepat guna dan spesifik
lokalita. Pengetahuan dan keterampilan teknis pengolahan hasil,
permodalan dan pemasaran tidak kalah pentingnya untuk
dikuasai oleh pengelola kelembagaan pelatihan swadaya petani
seperti P4S.
2.4

Lembaga Pertanian dalam Sistem Agribisnis


Kelembagaan Pertanian yang terkait dalam

sistem

agribisnis adalah sebagai berikut:


1. Kelembagaan Sarana Produksi
Kelembagaan sarana produksi merupakan kelembagaan
ekonomi yang bergerak di bidang produksi, penyediaan dan
penyaluran sarana produksi seperti: BUMN, Koperasi Unit Desa
(KUD) dan usaha perdagangan swasta. Kelembagaan ini pada
umumnya

melakukan

perdagangan/pemasaran

usaha
sarana

dalam

produksi

pestisida, dan benih yang diperlukan petani.

seperti

produksi,
pupuk,

Produsen Saprodi (sarana produksi)


Kelembagaan sarana produksi ini ada yang berfungsi
sebagai produsen atau perusahaan yang bergerak di bidang
industri pupuk.
Distributor/penyalur saprodi
Kelembagaan
ekonomi
distribusi/penyaluran

sarana

yang

bergerak

produksi

ini

di

bidang

cukup

banyak

jumlahnya, baik yang berstatus sebagai perusahaan BUMN


maupun swasta dan koperasi/KUD. Kelembagaan ini tersebar
di semua-sentra produksi tanaman pangan dan hortikultura di
daerah.
Asosiasi
Untuk mengkoordinasi kegiatan baik di bidang produksi
maupun

distribusi

sarana

produksi,

biasanya

beberapa

kelembagaan usaha membentuk asosiasi.


2. Kelembagaan Usaha Tani/Produksi
Kelembagaan agribisnis yang bergerak di bidang usaha
tani/produksi meliputi:
Rumah tangga petani sebagai unit usaha terkecil di bidang
tanaman pangan dan hortikultura
Kelembagaan tani dalam bentuk kelompok tani, dan
Kelembagaan usaha dalam bentuk perusahaan budidaya
tanaman pangan dan hortikultura.
3. Kelembagaan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil
Kelembagaan yang terkait dengan pasca panen dan
pengolahan hasil ini dapat dibedakan antara lain:
Kelembagaan yang melakukan usaha di bidang pasca panen
meliputi: usaha jasa perontokan, usaha pengemasan, sortasi,
grading yang dilakukan oleh pedagang dan sebagainya
Kelembagaan usaha di bidang pengolahan (agroindustri)
seperti perusahaan penggilingan industri tepung tapioka,
industri kecap, dan sebagainya
Kelembagaan lumbung desa yang berperan untuk mengatasi
masalah pangan yaitu untuk memenuhi kebutuhan pangan

yang sangat mendesak, dimana ketersediaan pangan tidak


mencukupi sementara untuk memperolehnya masyarakat
relatif tidak memiliki daya beli.
4. Kelembagaan Pemasaran Hasil
Kelembagaan pemasaran meliputi

kelembagaan

yang

terkait dalam sistem tataniaga hasil pertanian sejak lepas dari


produsen sampai ke konsumen. Bidang

pemasaran hasil

pertanian dapat juga bertugas menyelenggarakan pembinaan,


fasilitasi

dan

pengembangan

pengolahan,

pemasaran

hortikultura

dan

hasil

peternakan.

penanganan
pertanian
Contoh

pasca

tanaman
dari

panen,
pangan,

kelembagaan

pemasaran tersebut adalah asosiasi pemasaran hasil tanaman


pangan dan hortikultura.
5. Kelembagaan Jasa Layanan Pendukung
Di antara banyak kelembagaan jasa pendukung ada
beberapa yang dianggap penting, antara lain:
Kelembagaan di Bidang Permodalan
Kelembagaan ini sangat bervariasi mulai dari perbankan,
maupun

dana

dari

penyisihan

keuntungan

BUMN.

Kelembagaan permodalan ini menyediakan modal bagi sektor


agribisnis baik berbasis komersial maupun menyalurkan kredit
program yang pada umumnya dikemaskan oleh pemerintah.
Kelembagaan di Bidang Penyediaan Alat, Mesin dan
Kendaraan
Wujud kelembagaan

ini

berupa

perusahaan/industri

pembuatan dan perakitan alsintan (mesin pertanian) baik


skala besar maupun skala menengah dan kecil, termasuk
usaha perbengkelan yang melakukan perakitan dan pembuat
alsintan sederhana yang tersebar di daerah.
Kelembagaan Aparatur
Kelembagaan
aparatur
yang
melaksanakan

fungsi

pelayanan/penyuluhan adalah Balai Penyuluhan Pertanian


(BPP)

yang

tersebar

di

seluruh

Indonesia.

Selain

dari

kelembagaan penyuluhan, ada pula kelembagaan aparatur


yang memiliki fungsi pengaturan dan pembinaan antara lain
adalah organisasi pemerintah baik di pusat dan di tingkat
provinsi serta instansi terkait; serta Dinas Pertanian dan
Instansi terkait di tingkat kabupaten.
2.5

Permasalahan
Indonesia
Menurut

Petani
Dimyati

dan

Kelembagaan

(2007),

permasalahan

Petani
yang

di

masih

melekat pada sosok petani dan kelembagaan petani di Indonesia


adalah:
1)
Masih

minimnya

wawasan

dan

pengetahuan

petani

terhadap masalah manajemen produksi maupun jaringan


2)

pemasaran.
Belum terlibatnya secara utuh petani dalam kegiatan
agribisnis. Aktivitas petani masih terfokus pada kegiatan

3)

produksi (on farm).


Peran dan fungsi kelembagaan petani sebagai wadah
organisasi petani belum berjalan secara optimal.
Kelembagaan pertanian baik formal maupun informal

belum memberikan peranan yang berarti khususnya di daerah


perdesaan, hal ini disebabkan :
Peran antarlembaga pendidikan

dan

pelatihan,

balai

penelitian, dan penyuluhan belum terkoordinasi dengan baik


Fungsi dan keberadaan lembaga penyuluhan cenderung
terabaikan
Koordinasi dan kinerja lembaga-lembaga keuangan perbankan
perdesaan masih rendah
Koperasi perdesaan khususnya yang bergerak di sektor
pertanian masih belum berjalan optimum
Keberadaan lembaga-lembaga tradisi di perdesaan belum
dimanfaatkan secara optimum

Untuk mengatasi permasalahan di atas, perlu melakukan


upaya

pengembangan,

pemberdayaan,

dan

penguatan

kelembagaan petani (seperti: kelompok tani, lembaga tenaga


kerja,

kelembagaan

penyedia

input,

kelembagaan

output,

kelembagaan penyuluh, dan kelembagaan permodalan) dan


diharapkan dapat melindungi bargaining position petani.
Tindakan perlindungan sebagai keberpihakan pada petani
tersebut, baik sebagai produsen maupun penikmat hasil jerih
payah usahatani mereka, terutama diwujudkan melalui tingkat
harga output yang layak dan menguntungkan petani. Dengan
demikian, penguatan dan pemberdayaan kelembagaan tersebut
juga

untuk

menghasilkan

pencapaian

kesinambungan

dan

keberlanjutan daya dukung SDA dan berbagai usaha untuk


menopang dan menunjang aktivitas kehidupan pembangunan
pertanian di pedesaan.
2.6

Penumbuhan dan Pengembangan Kelembagaan Pertanian


Penumbuhan dan pengembangan lembaga pertanian dapat
dimulai dari kelompok-kelompok/organisasi sosial yang sudah
ada di masyarakat.
pertanian,

diarahkan

Selanjutnya melalui kegiatan penyuluhan


menuju

bentuk

kelompok

tani

yang

semakin terikat oleh kepentingan dan tujuan bersama dalam


meningkatkan produksi dan

pendapatan dari usahataninya

(Departemen Pertanian, 2007)


Kelompok tani juga dapat ditumbuhkan dari petani dalam
satu wilayah, dapat berupa satu dusun atau lebih, satu desa atau
lebih, dapat berdasarkan domisili atau hamparan tergantung
dari kondisi penyebaran penduduk dan lahan usahatani di
wilayah tersebut. Penumbuhan dan pengembangan kelompok
tani didasarkan atas prinsip dari, oleh dan untuk petani. Jumlah
anggota kelompok tani 20 sampai 25 orang petani atau

disesuaikan

dengan

kondisi

lingkungan

masyarakat

dan

usahataninya (Margono S, 1989).


Kegiatan-kegiatan kelompoktani yang dikelola tergantung
kepada kesepakatan anggotanya.

Dapat berdasarkan jenis

usaha, unsur-unsur sub sistem agribisnis (pengadaan sarana


produksi, pemasaran, pengolahan hasil pascapanen). Dalam
penumbuhan kelompok tani tersebut perlu diperhatikan kondisikondisi kesamaan kepentingan,
ekonomi,

keakraban,

saling

sumber daya alam, sosial

mempercayai,

dan

keserasian

hubungan antar petani, sehingga dapat menjadi faktor pengikat


untuk

kelestarian

kehidupan

berkelompok,

anggota kelompok dapat merasa

dimana

setiap

memiliki dan menikmati

manfaat sebesar-besarnya dari apa yang ada dalam kelompok


tani.

Penumbuhan kelompok tani didasarkan kepada prinsip-prinsip


sbb:
1) Kebebasan, artinya menghargai kepada para individu para
petani

untuk

berkelompok

sesuai

keinginan

dan

kepentingannya. Setiap individu memiliki kebebasan untuk


menentukan serta memilih kelompok tani yang mereka
kehendaki sesuai dengan kepentingannya. Setiap individu
bisa

tanpa

atau

kelompoktani.
2) Keterbukaan,

menjadi

artinya

anggota

satu

penyelenggaraan

atau

lebih

penyuluhan

dilakukan secara terbuka antara penyuluh dan pelaku utama


serta pelaku usaha.
3) Partisipatif, artinya semua anggota terlibat dan memiliki
hak serta kewajiban yang sama dalam mengembangkan
serta

mengelola

(merencanakan,

melaksanakan

melakukan penilaian kinerja) kelompok tani.

serta

4) Keswadayaan,

artinya

mengembangkan

kemampuan penggalian potensi diri sendiri para anggota


dalam penyediaan dana dan sarana serta pendayagunaan
sumber daya guna terwujudnya kemandirian kelompok tani.
5) Kesetaraan, artinya hubungan antara penyuluh, pelaku
utama dan pelaku
sejajar.
6) Kemitraan,

usaha yang harus merupakan mitra

artinya

penyelenggaraan

penyuluhan

yang

dilaksanakan berdasarkan prinsip saling menghargai, saling


menguntungkan,

saling

memperkuat,

dan

saling

membutuhkan antara pelaku utama dan pelaku usaha yang


difasilitasi oleh penyuluh.
2.7

Lembaga-Lembaga Pertanian di Indonesia


1.
UP-FMA
TILOTE
(UNIT
PENGELOLAFARMER
MANAGED EXTENSION ACTIVITIES)
Program Pemberdayaan Petani melalui Teknologi dan
Informasi Pertanian (P3TIP).

Farmer

Empowerment

through

Agricultural Technology and Information (FEATI). Mulai tahun


2007, Badan Pengembangan SDM Pertanian melaksanakan
Program Pemberdayaan Petani melalui Teknologi dan Informasi
Pertanian (P3TIP).
UPFMA TILOTE merupakan salah satu sarana daripada
program ini dan merupakan kelembagaan agribisnis yang
dijadikan sebagai sarana penyalur keterampilan,pengetahuan
serta pengelolaan hasil hasil pertanian yang kemudian
dijadikan sebagai peluang bisnis oleh petani yang ada di Desa
Tilote Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. UP FMA TILOTE
itu sendiri merupakan program pemerintah yang kemudian di
biayai oleh Bank Dunia yang telah dikukuhkan sejak tahun 2007
yang terdiri dari beberapa Kelompok Tani yang ada di desa Tilote
dengan memiliki anggota sebanyak 45 orang hingga saat ini.

UP FMA TILOTE ini tempatnya berada di Desa Tilote


Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo yang dikelola oleh para
petani di desa tersebut dengan usaha komoditas utama yaitu
tanaman Hortikultura.
Tujuannya memberdayakan petani dan organisasi petani
dalam peningkatan produktivitas, pendapatan dan kesejahteraan
petani

melalui

peningkatan

aksebilitas

terhadap

informasi,

teknologi, modal dan sarana produksi, pengembangan agribisnis


dan kemitraan usaha
Ruang Lingkup :

Pengembangan kelembagaan penyuluhan

Pengembangan kelembagaan petani

Penguatan ketenagaan penyuluhan

Perbaikan sistem dan metode penyuluhan

Perbaikan penyelenggaraan penyuluhan

Penguatan dukungan teknologi pada usaha tani/agribisnis di


tingkat petani

Perbaikan pelayanan teknologi dan informasi pertanian.


Kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan :

Pengembangan sumberdaya manusia penyuluhan di tingkat


kebupaten dan provinsi melalui pelatihan dan pendidikan
formal lanjutan melalui Penyuluhan di tingkat Kelompok Tani
khususnya yang ada di Desa Tilote
Pelatihan teknologi budidaya oleh pihak Balai Pertanian
Kecamatan,Kabupaten maupun yang dari Provinsi
Mengasah keterampilan para petani melalui berwirausaha
lewat hasil-hasil pertanian seperti pembuatan pupuk organik
dari eceng gondok,pembuatan green house dengan sistem
tanam vertikulture kaleng,pembuatan pestisida nabati yang
kemudian dipasarkan ke petani-petani yang membutuhkan dan

pihak-pihak dinas pertanian,kehutanan yang membutuhkan


akan produk tersebut.

Pemberian keterampilan dalam teknologi informasi yang


bertujuan untuk memberikan informasi kepada para petani
mengenai

hal-hal

yang

berhubungan

dengan

teknologi

budidaya maupun pengolahan hasil-hasil pertanian.


Kegiatan studi banding / field trip yang diadakan untuk
meningkatkan wawasan para petani mengenai keberhasilan
kelompok tani yang ada di luar Desa
Produk yang telah dihasilkan

Pupuk organik dari eceng gondok

Pembuatan Green House dengan sistem tanama vertikulture


kaleng

Pestisida Nabati

Hasil

hasil

komoditas

Hortikultura

( caisim,tomat,rica,seledri,bunga kol,dll )

Pembuatan Trichoderma
Struktur Organisasi

2.

Ketua : Anton Puyo


Sekretaris : Roman Gubali
Bendahara : Samira Saha
Seksi Sarana : Marzuki
Seksi Pemasaran : Marwan Patila
Seksi Hama dan Penyakit : Marzuki
Penyuluh Swadaya : Mahmud Abas
Penyuluh Pendamping : Indri Yasin
PUSAT
PELATIHAN
PERTANIAN

&

PEDESAAN

SWADAYA (P4S) MEGA TANI MANDIRI


Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S)
MEGA TANI MANDIRI yang telah berdiri sejak tahun 2007 yang
awalnya telah melalui tahap-tahap yang dahulunya masih
berbentuk Kelompok Tani tahun 2003 kemudian berubah menjadi
Pos Pelayanan Agen hayati tahun 2006. Kemudian telah produk-

produk yang dapat diciptakan sendiri yang telah dirasakan


manfaatnya oleh para petani-petani yang tergabung di dalam
Pusat

Pelatihan

ini

maupun

petani

dari

luar

desa

yang

membutuhkan.
Selain itu juga Pusat Pelatihan ini memberikan Pelatihan
ataupun Penyuluhan sendiri yaitu Ketua dari Pusat Pelatihan ini
yang ternyata berprofesi sebagai Petani. Perlu di ketahui juga
P4S MEGA TANI MANDIRI ini telah mendapat penghargaanpenghargaan atas prestasi mereka baik dari produk hasil
komoditas pertanian maupun tingkat keterampilan mereka yang
telah mendapat pengakuan baik dari pihak Pemerintah Pusat
maupun Pihak Pemerintah Provinsi Gorontalo.
Adapun tempat dari Pusat Pelatihan

Pertanian

dan

Pedesaan Swadaya (P4S) MEGA TANI MANDIRI ini terletak di


Desa

Toto

Utara

Kecamatan

Tilongkabila

Kabupaten

Bone

Bolango yang dikelola oleh para petani yang ada di Desa


tersebut dengan usaha komoditas utama yaitu tanaman padi.
Tujuan dari P4S MEGA TANI MANDIRI ini yaitu terutama
untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia khususnya para
Petani yang harus diberikan baik itu Pelatihan, Pengetahuan
umum / informasi yang berkaitan dengan dunia pertanian,serta
mengasah keterampilan para petani dalam mengaplikasikan
teknologi,teknik

budidaya

hingga

sampai

pada

sistem

pemasaran produk.
Kegiatan kegiatan yang pernah dilaksanakan

Pengembangan potensi para petani melalui pembinaan


kelompok tani dengan cara pemberian penyuluhan pertanian

Pengenalan

teknologi

yang

dapat

diaplikasikan

dalam

pengetahuan untuk mencari informasi melalui teknik budidaya


komoditas pertanian

Praktek pembuatan produk-produk pertanian yang dibuat dari


bahan dasar hasil komoditas pertanian

Kerjasama

dengan

sekolah-sekolah,universitas-

universitas,hingga instansi pemerintah khususnya di daerah


Provinsi Gorontalo dan ada juga dari luar daerah hingga dari
luar negeri ( Jepang ) dalam pembelajaran mapun dari segi
teknik

budidaya

hingga

pengenalan

produk

yang

telah

diusahakan sendiri.
Produk yang telah dihasilkan

Mengembangbiakkan tricograma sp,coryne bacteri,dantrico


compose (untuk mengatasai hama penggerek batang)

Pembuatan Pupuk alami yaitu pupuk trichocompos yang


bahan utamanya dari hasil komoditas pertanian seperti jerami
padi , buah maja

Pembuatan obat anti stress pada tanaman yang bahan


utamanya dari rumput teki

Pembuatan Tanaman Hias


Struktur Organisasi

Ketua : Tonny Muhamad


Wakil Ketua : Romi Muhamad

Bendahara : Herlina Bakari


Wakil Bendahara : Asna Usman
Sekretaris : Misrawati Dalu
Wakil Sekretaris : Nirmawaty Hasan
Seksi Pelaitihan & Pengadaan Pangan : Abd. Rajak Umar,
Marsel Yahya dan Darwan Botutihe

3.

Lembaga pertanian yang ada di Desa Karanglewas

Kidul
1.
Gabungan kelompok tani (Gapoktan)
Gapoktan merupakan gabungan para kelompok tani yang
bertugas untuk mengkoordinasikan kegiatan pertanian termasuk
peternakan. Gapoktan di Desa Karanglewas Kidul bernama

Gapoktan Maju Luhur, yan terdiri dari dua kelompok tani yaitu
kelompok tani Maju dan kelompok tani Luhur yang masingmasing beranggotakan 20 orang. Sementara itu, adapula dua
kelompok wanita tani yang melaksanakan kegiatan peternakan
dan pengolahan makanan dari hasil pertanian, yang masingmasing kelompok beranggotakan 30 orang. Pada kelompok
wanita tani telah mendapat bantuan untuk usaha peternakan
dari provinsi berupa 10 ekor ayam per orang untuk diternakan.
Kegiatan rutin Gapoktan yaitu berkumpul satu bulan sekali
dan didampingi oleh penyuluh dari Dinas Pertanian Kabupaten
Banyumas. Adapun yang dibahas di perkumpulan rutin tersebut
adalah membahas kegiatan pertanian yang akan dilakukan,
seperti kegiatan menjelang tanam akan dibahas mengenai
persiapan

benih,

pengolahan

tanah,

pengadaan

pupuk,

pembahasan hama dan penyakit, penyeragaman kualitas dari


gabah seperti umur tanam, waktu panen, dan penjualan hasil
pertanian.
Struktur Organisasi
Ketua
Sekretaris
Bendahara
Seksi-seksi
Pengadaan pupuk
Penanganan Pascapanen
2.
Koperasi Usaha Desa (KUD)
Keberadaan KUD sebagai suatu lembaga perekonomian
yang tugasnya menyalurkan factor produksi seperti bibit, pupuk,
obat-obatan

pertanian

yang

dibutuhkan

petani

di

Desa

Karanglewas Kidul belum berjalan. Hal ini karenan keberadaan


KUD tidak sesuai harapan petani di sana dalam hal pembelian
gabah. Sehingga kegiatan penjulan gabah petani langsung ke
tengkulak dan pedagang cina.

3.

Di Desa Sukalilah terdapat empat kelompok tani,

antara lain :

Kelompok Tani Islah Mukti


Ketua
: Aep Saepudin
Sekretaris
: Yayat Hidayat
Bendahara
: Adang
Kelompk tani asih saluyu
Ketua
: Yaya
Sekretaris
: Atang
Bendahara
: Amin
Kelompok Tani Mitra Saluyu
Ketua
: Ebor
Sekretaris
: Jajang
Bendahara
: Deni
Kelompok Tani Wargi Saluyu
Ketua
: Adi Hidayat
Sekretaris
: E. Suryadi
Bendahara
: Apong Kodir

Terdapat suatu lembaga yang memayungi empat kelompok


tani yang ada di Desa Sukalilah. Lembaganya hanya satu,
akan tetapi memiliki tiga nama karena beberapa alasan
tertentu. Jika di pemerintahan Kabupaten Garut, lembaga ini
dikenal dengan sebutan Pos Penyuluhan (Posluh) Pertanian
Desa Sukalilah. Sementara untuk kepentingan dengan pihak
pemerintah provinsi lembaga ini dikenal dengan nama
Gabungan Kelompok Tani Desa Sukalilah. Kemudian dalam
hubungannya dengan Yayasan FEATI, Lembaga ini memakai
nama UP FMA Sumber Rejeki Desa Sukalilah. Namun dalam
laporan ini kami akan menjelaskan Lembaga tersebut dengan
menggunakan nama Posluh Desa Sukalilah saja.
Saat ini Posluh beranggotakan sebanyak 385 orang,
dengan jumlah laki- laki 250 orang dan perempuan 135 orang.
Tujuan pembentukan Posluh antara lain
memudahkan
pembinaan, disiplin, gotong royong dan pengelolaan modal ;
mempercepat transformasi teknologi dan informasi tentang
pola tanam yang sesuai dengan potensi alam yang ada ;
menumbuhkan swadaya dan swakarya petani untuk bisa
mandiri; serta menumbuhkan jalinan kemitraan. Program
Posluh tahun 2010 yaitu pengembangan ternak domba dan
untuk tahun 2011 yaitu pengembangan pola tanam harapan

di lahan tadah hujan dan pengembangan inovasi pakan ternak


berupa urea molasis block (umb).
Adapun susunan pengurus dari Pos Penyuluhan (Posluh)
Desa Sukaliah adalah sebagai berikut :
Ketua

: Yayat Hidayat

Wakil

: E. Effendi

Sekretaris

: E. Mansur

Bendahara

: Atang

Seksi Sarana Produksi

: Dida Hidayat

Seksi Alat dan Mesin Pertanian

: Yeyet M

Seksi P3A
Burhanudin

: Entang, Udung, Ende,

Seksi PHT

: Atar Sutarman

Seksi Pemasaran

: Sanang, Ade Suhara

Dalam menjalankan programnya Posluh Desa Sukalilah


didampingi oleh tenaga penyuluh pertanian yang bernama
Ade Soleh, SP KP dari Dinas Pertanian Kabupaten Garut.
Petugas tersebut bekerjasama dengan Posluh dalam hal
pembinaan para petani di Desa Sukalilah. Di tahun 2010,
program kerja yang dilakukan oleh tenaga penyuluh bersama
Posluh Desa Sukalilah, terangkum dalam laporan kegiatan
sebagai berikut :
Program Kerja Penyuluuh Pertanian Desa Sukalilah Tahun
2010
No Kegiatan
1
Penyusunan
program 2010
2
Penyusunan
rencana kerja 2010
3
Latihan PPL di BPP

Tujuan kegiatan
Adanya perencanaan
kegiatan tahun 2010
Adanya rencana kerja
2010
Meningkatkan
pengetahuan dan
pengetahuan PPL

Sasaran kegiatan
Programa, penyuluh
pertanian
Adanya rencana kegiatan
tahun 2010
PPL-se-BPP kecamatan
cibatu

8
9

10

11

12
13

Anjangsana

Meningkatkan
pengetahuan kelompok
tani
Kunjungan dan
Meningkatkan
Pertemuan
pengetahuan kelompok
tani
Demonstrasi Paket Meningkatkan
Teknologi ( SLPTT) pengetahuan kelompok
tani
Bimbingan FEATI
Meningkatkan
kemandirian,
penghasilan dan
kesejahteraan petani
Pembinaan P4K
Meningkatkan sosial
ekonomi petani
Kursus Tani
Meningkatkan
pengetahuan kelompok
tani
Bimbingan
Meningkatkan kinerja
Kelembagaan
Gapoktan
Gapoktan
Percetakan dan
Meningkatkan
penyebaran bahan pengetahuan petani
informasi
Pertemuan dan
Meningkatkan kinerja
koordinasi
penyuluh
Penyusuanan
Tersusunnya laporan
laporan kegiatan
kegiatan

4.

Kelompok tani

Kelompok tani

Kelompok tani

Kelompok tani

Kelompok wanita tani


Kelompok tani

Gapoktan

Kelompok tani

PPL se- kabupaten garut


Pelaporan

Koperasi Unit Desa (KUD) Sri Among Tani


KUD Sri Among Tani berada di Kecamatan Ploso, Klaten,

Kabupaten Kediri, Jawa Timur.

Koperasi Unit Desa (KUD) Sri

Among Tani dulunya bernama Badan usaha wilayah Kecamatan


Plosoklaten (BUUD) . Koperasi Unit Desa Sri Among Tani didirikan
di desa Brenggolo, Kecamatan Plosoklaten Kabupaten Kediri 16
Km dari Kota Kediri pada tanggal 9 Januari 1973, berbentuk
BUUD, dengan SK Bupati Kepala Daerah Tk II Kabupaten Kediri
dengan nomor 20/KPTS/BUP/1973.

Tanggal 4 Desember 2012, KUD ini diketuai oleh Imam


Sahudi, SE .. Ketua 1 KUD ,Sri Among Tani menyatakan bahwa :
KUD Sri among tani memiliki 8 pengurus, 42 karyawan, 15
ketua koordinator desa, 15 desa wilayah kerja dan 11 unit
usaha yang dikelola serta tanpa manajer
Anggota di KUD Sri Among Tani masih merupakan anggota
pasif dimana anggota hanya membayar simpanan pokok saja.
Alat perlengkapan KUD Sri Among Tani organisasi terdiri dari :
1. Rapat anggota
2. Pengurus
3. Badan pemeriksa dan pengawas
Fungsi / peran Koperasi Unit Desa (KUD) Sri Among Tani :
Koperasi Unit Desa (KUD) Sri Among Tani ini merupakan
wujud kelembagaan masyarakat yang banyak bergerak dibidang
ekonomi,

yaitunya

upaya

pengembangan

peningkatan

pendapatan anggotanya. Untuk itu fungsi dari koperasi ini lebih


banyak berhubungan dengan ekonomi.
KUD Sri Among Tani ini memiliki 11 unit usaha yaitu
Penarikan listrik, simpan pinjam, apotik, swalayan, poto kopi, TRI,
poto studio, USP, spare part dan bengkel, peternakan sapi perah,
dan pembuatan batako. Dari ke sebelas unit tersebut, 3 unit
yang menyumbangkan SHU terbesar setiap tahunnya. Tiga unit
usaha tersebut meliputi Unit Simpan Pinjam, Unit Swalayan dan
Unit Apotik. Berikut ini merupakan pengaruh unit-unit tersebut
terhadap

pendapatan

anggota.Setiap

nasabah

yang

ingin

melakukan transaksi keuangan sesuai dengan kebutuhannya


diwajibkan

memenuhi

kewajiban

yang

sudah

ditetapkan

tersebut.

Unit

Simpan

Pinjam

dirasakan

sangat

bermanfaat

kehadirannya bagi anggota maupun masyarakat di tengah

lembaga

keuangan

lainnya

yang

dianggap

memiliki

persyaratan tidak semudah di unit Simpan Pinjam KUD Sri


Among Tani. Dengan pelayanan yang baik dan waktu
pencairan uang cepat membuat nasabah baik anggota
maupun masyarakat merasa nyaman dan percaya untuk
menjadi nasabah.
Unit Swalayan memberikan manfaat bagi anggota dan
masyarakat

untuk

memenuhi

berbagai

kebutuhan

yang

keluarga. Mulai dari perlengkapan mandi, dapur, jajanan dan


sebagainya tersedia di swalayan dengan harga yang relatif
terjangkau sehingga anggota maupun masyarakat tidak perlu
pergi ke kota yang jaraknya 15km.
Unit Apotek merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh
masyarakat sehingga berdirinya unit apotek KUD Sri Among
Tani sangat bermanfaat mengingat perkembangan jenis
penyakit semakin beragam
Dari penjelasan tadi dapat diambil kesimpulan bahwa
manfaat / peran KUD bagi anggota sangat banyak yaitu dengan
menyediakan unit-unit untuk keperluan anggota mulai dari unit
simpan pinjam untuk penyediaan modal keuangan bagi anggota.
Unit

swalayan

untuk

penyediaan

barang-barang

keperluan

rumah tangga untuk anggota dan unit apotik untuk penanganan


kesehatan bagi para anggotayang memiliki banyak unit usaha ini
pada

akhirnya

memberikan

peran

dalam

peningkatan

pendapatan anggota.
Peran yang ini terlihat dari anggota yang mudah
mendapatkan modal usaha dengan meminjam uang di unit
Simpan Pinjam. Persyaratan yang mudah serta sesuai dengan
yang diharapkan anggota menjadikan anggota mau melakukan
transaksi simpan pinjam selama bertahun-tahun.
6. PPNU

PPNU, Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdatul Ulama


adalah Lembaga yang memiliki tugas dan wewenang melaksanakan
Kebijakan Nahdlatul Ulama di bidang pengembangan pertanian.
Sesuai dengan himbauan Lembagan Pengembangan Pertanian
Pengurus Besar nahdlatul Ulama, LPPNU ini ditingkat PCNU Cilacap
sudah

disesuaikan

namanya

menjadi

Lembaga

Pertanian,

Pengelolaan Sumber Daya Alam, Pembangunan Pedesaan dan


Lingkungan Hidup Nahdlatul Ulama Kabupaten Cilacap sesuai
dengan Akta Pendirian Nomor 05 Tanggal 18 Nopember 2011 oleh
Notaris Suminto Adi SH.
Berikut
ini
Susunan

Pengurus

Lembaga

Pertanian,

Pengelolaan Sumber Daya Alam, Pembangunan Pedesaan dan


Lingkungan Hidup Nahdlatul Ulama Kabupaten Cilacap.

Dewan Pembina
Ketua

KH. Maslahuddin
KH. Syahid Muchson
Ir. Gunawan ST, MM
Drs. H Suyono
Jamalludin S.Ag

Dewan Penasehat
Ketua

KH. Suada Adzkiya


KH. Masyhud Hasbulloh M.Ag
Ir. H. Anton Santosa MM
H. Sujiman

Dewan Pengurus
Ketua
Wakil Ketua

H. Imam Buchori
H. Drs Ibrahim

Wakil Ketua

H. Roni

Wakil Ketua

Drs. H. usnanto

Sekretaris

Ahmad Rusdan

Wakil Sekretaris

Daryanto

Wakil Sekretaris

Surur Hidayat S.Pt.

Bendahara

: H. Solikhun

Wakil Bendahara

Pardjan Sayuti

BAB 3
PENUTUP

Kelembagaan petani yang sudah ada di masyarakat khususnya


pedesaan perlu ditumbuh kembangkan secara berkelanjutan dan
berkesinambungan sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No.
273/ Kbpts/OT.160/4/2007 Tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan
Petani.
Keberhasilan kelembagaan petani merupakan integrasi dari
berbagai elemen (pemerintah, swasta, formal dan informal) untuk
mencapai

revitalisasi

pertanian

melalui

peran

penyuluhan

oleh

Penyuluh Pertanian.
Penyuluh Pertanian Sebagai ujung tombak dalam melakukan
penumbuhan

dan

pengembangan

Kelompok

Tani

harus

mampu

menyikapi dan menerapkan program dan kegiatan yang terkait dengan


kemajuan petani.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.sumberajaran.com/2013/01/kelembagaan-dan-kemitraanagribisnis.html
http://ekonomi.kompasiana.com/manajemen/2013/09/19/kelembagaanpertanian-591347.html
jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/download/197/160
http://onceuponthemoon.blogspot.com/2013/02/kelembagaan-pertanianuntuk-peningkatan.html
http://sukalilah.wordpress.com/perekonomian/pertanianperkebunan/kelembag
aan-pertanian-di-desa-sukalilah/
http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/pemberdayaan-kelembagaan-petanidan-kelembagaan-pelatihan-swadaya-bagian-i

Anda mungkin juga menyukai