Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tataniaga merupakan suatu proses dari pertukaran yang mencakup
serangkaian kegiatan untuk memindahkan barang-barang atau jasa-jasa dari sektor
produksi ke sektor konsumsi. Kegiatan ini disebut fungsi tataniaga. Aliran produk
pertanian dari produsen sampai ke konsumen akhir disertai peningkatan nilai
“guna” komoditi-komoditi pertanian tersebut. Peningkatan nilai guna ini terwujud
hanya apabila terdapat lembaga-lembaga pemasaran yang melaksanakan fungsi-
fungsi pemasaran komoditi pertanian tersebut.
Istilah tata niaga sering juga disebut pemasaran yang bersumber dari kata
marketing. Kegiatan tata niaga adalah sebagian dari kegiatan distribusi. Distribusi
menimbulkan suatu kesan seolah-olah orang-orang yang bergerak didalam bagian
ini bersifat statis, menunggu saja apa yang akan mereka peroleh dari produsen
untuk dibagi-bagikan lagi kepada konsumen. Sedangkan marketing (tata niaga)
sebaliknya bersifat dinamis karena tata niaga mencakup semua persiapan,
perencanaan dan penelitian dari segala sesuatu yang bersangkutpaut dengan
perpindahan, peralihan milik atas sesuatu barang atau jasa serta pelaksanaan
perpindahan dan peralihan tersebut. Oleh sebab itu sering terjadi “perbedaan”
penggunaan istilah dengan maksud yang sama.

1.2 Permasalahan
Kegiatan tata niaga umumnya kebanyakan berorientasi dengan utility
tersebut. Sebagai contoh, pohon-pohon kayu di hutan belantara secara ekonomis
tidak punya nilai guna, akan tetapi bila ditebang dan diangkat ke kampung paling
sedikit bernilai guna untuk bahan bakar (Place Utility).
Barang-barang dan jasa selalu dibutuhkan pada waktu-waktu tertentu. Jadi
barang harus tersedia setiap saat dibutuhkan oleh konsumennya (kegunaan waktu
(time utility)). Kegiatan menyimpan barang, misalnya pada saat panen harganya
turun dan pada waktu paceklik dijual, termasuk dalam kegunaan waktu (Time
Utility). Dengan penjelasan melalui contoh diatas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa tata niaga itu adalah kegiatan yang produktif.
Pemasaran memiliki tiga komponen utama fungsi, yaitu:
1. Bauran pemasaran adalah elemen internal atau unsur penting yang disusun
dalam program pemasaran organisasi.
2. Kekuatan Pasar adalah peluang atau ancaman dari luar yang berinteraksi
dengan operasi pemasaran organisasi.
3. Proses Penyesuaian adalah proses strategis dan manajerial dimana bauran
pemasaran kebutuhan internal sesuai dengan kekuatan pasar.
Kesuksesan program pemasaran dipengaruhi oleh tingkat kesesuaian
antara lingkungan eksternal yaitu kekuatan pasar dan kemampuan internal
perusahaan dalam merancang bauran pemasarannya. Program pemasaran menjadi
karakteristik proses penyesuaian dan hal tersebut penting dalam konteks jasa.

1.3. Tujuan Penulisan


a. Menjelaskan mengenai tujuan tataniaga pertanian.
b. Menjelaskan mengenai peranan tataniaga pertanian
c. Menjelaskan mengenai masalah tataniaga pertanian
d. Menjelaskan mengenai hambatan tataniaga pertanian
e. Menjelaskan mengenai Karakteristik produk pertanian
f. Kesimpulan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tujuan Tataniaga Pertanian


a) Menurut Mubyarto ( 1989)
Istilah tataniaga diartikan sama dengan pemasaran atau distribusi yaitu
semacam kegiatan ekonomi yang berfungsi membawa atau menyampaikan barang
dari produsen ke konsumen. Disebut tataniaga karena niaga berarti dagang,
sehingga tataniaga berarti segala sesuatu yang menyangkut aturan permainan
dalam hal perdagangan barang – barang. Perdagangan itu biasanaya dijalankan
melalui pasar maka tataniaga disebut juga pemasaran(terjemahan dari kata
marketing).
Tataniaga pertanian merupakan keragaan dari semua aktivitas bisnis dalam
mengalirkan barang/jasa dari petani produsen (tingkat usahatani) sampai ke
konsumen akhir. Tataniaga menjembatani gap antara petani produsen dengan
konsumen akhir.
1. Pendekatan Kelembagaan (institutional approach)
Yaitu suatu pendekatan yang menekankan untuk mempelajari
pemasaran dari segi organisasi lembaga-lembaga yang turut serta dalam
proses penyampaian barang dan jasa dari titik produsen sampai titik
konsumen. Lembaga-lembaga yang terlibat dalam proses penyampaian barang
dan jasa antara lain: produsen, pedagang besar dan pedagang pengecer.

2. Pendekatan Fungsi (fungtional approach)


Adalah mengklasifikasikan aktivitas-aktivitas dan tindakan
atauperlakuan-perlakuan ke dalam fungsi yang bertujuan untuk menyampaikan
proses penyampaian barang dan jasa. Adapun fungsi pemasaran terdiri dari
tiga fungsi pokok, yaitu:
a. Fungsi pertukaran :
- Penjualan : Mengalihkan barang ke pembeli dengan harga yang
memuaskan.
- Pembelian : Mengalihkan barang dari penjual dan pembeli
dengan harga yang memuaskan.
b. Fungsi pengadaan secara fisik
- Pengangkutan : Pemindahan barang dari tempat produksi dan atau
tempat penjualan ke tempat-tempat dimana barang
tersebut akan terpakai (kegunaan tempat).
- Penyimpanan : Penahanan barang selama jangka waktu antara
dihasilkan atau diterima sampai dijual (kegunaan
waktu).
c. Fungsi pelancar
- Pembiayaan : Mencari dan mengurus modal uang yang berkaitan dengan
transaksi-transaksi dalam arus barang dari sektor
produksi sampai sektor konsumsi.
- Penanggungan risiko : Usaha untuk mengelak atau mengurangi
kemungkinan rugi karena barang yang rusak,
hilang, turunnya harga dan tingginya biaya.
- Standardisasi dan Grading : Penentuan atau penetapan dasar
penggolongan (kelas atau derajat) untuk
barang dan memilih barang untuk
dimasukkan ke dalam kelas atau derajat
yang telah ditetapkan dengan jalan
standardisasi.
- Informasi Pasar : Mengetahui tindakan-tindakan yang berhubungan
dengan fakta-fakta yang terjadi, penyampaian fakta,
menafsirkan fakta dan mengambil kesimpulan akan
fakta yang terjadi.

3. Pendekatan barang (the commodity approach)


Yaitu suatu pendekatan yang menekankan perhatian terhadap kegiatan
atau tindakan-tindakan yang diperlakukan terhadap barang dan jasa yang
selama proses penyampaiannya mulai dari titik produsen sampai ke titik
konsumen. Pendekatan ini menekankan pada komoditi yang akan diamati.
4. Pendekatan Sistem (sistim approach)
Yaitu merupakan suatu kumpulan komponen-komponen yang bekerja
secara bersama-sama dalam suatu cara yang terorganisir. Suatu komponen dari
suatu sistem, mungkin merupakan suatu system tersendiri yang lebih kecil yang
dinamakan subsistem
Petani adalah pengusaha, terlepas di kelas mana berada. Ada petani gurem,
menengah dan ada pula petani berdasi. Bagi petani menengah dan petani berdasi,
apa yag diusahakannya selalu berorientasi pasar, komoditi apa yang saat ini
sedang laku dan harganya bagus. Bagi petani kecil, yang merupakan mayoritas
masyarakat pertanian, sekaligus mayoritas Bangsa Indonesia, belum mengacu
pada permintaan pasar.
Tujuan pembangunan pemasaran hasil pertanian adalah untuk mewujudkan
usaha pemasaran hasil pertanian yang tangguh,berdaya saing dan berkelanjutan
untuk kesejahteraan petani dan pelaku usaha agribisnis. Tangguh dalam
pengertian bahwa pemasaran hasil pertanian unggul dalam persaingan dan tahan
menghadapi gejolak ekonomi dan politik. Berdaya saing memiliki pengertian
bahwa pemasaran hasil pertanian dilaksanakan dengan menintegrasikan empat
komponen pemasaran Yaitu Produk, price, place,dan promotion.Berkelanjutan
mengandung pengertian bahwa pelaku pemasaran hasil pertanian berorientasi
jangka panjang dan tidak mengejar keuntungan sesaat.
Menurut Gumbira –Said dan Harizt intan (2001), Untuk mencapai tujuan
pembangunan pemasaran hasil pertanian tersebut, maka misi yang harus
dilaksanakan antara lain:
1. Memfasilitasi berkembangnya pasar domestic dan internasional bagi
produk pertanian Indonesia
2. Memfasilitasi, mendorong dan membangkitkan upaya –upaya dalam
menumbuhkembangkan usaha di bidang pemasaran hasil pertanian
3. Memfasilitasi pengembangan infrastruktur (sarana dan prasarana)
pemasaran hasil pertanian
4. Memfasilitasi pengembangan system informasi pasar melalui
peningkatan kemampuan market intelegent
5. Memfasilitasi promosi dan membangun brand image produk hasil
pertanian Indonesia
6. Meningkatkan kemampuan diplomasi dan negosiasi dalam pemasaran
bidang pertanian
Adapun tujuan tataniaga pertanian meliputi :
1. Terhadap petani produsen, yang bertujuan untuk mengarahkan keputusan –
keputusan petani produsen dalam hal- hal berikut :
a. Apa yang dihasilkan / diproduksikan dan bagaimana menjualnya.
b. Kapan dan dimana membeli barang – barang untuk keperluan produksi-
produksi konsumsi.
c. Kapan dan dimana menjual hasil sehingga menguntungkan.
d. Berapa banyak pekerjaan yang harus disumbangkan terhadap tataniaga
baik sebagai individu maupun anggota masyarakat
2. Terhadap pedagang perantara (midlelemen)
a. Untuk mengarahkan keputusan-keputusan pedagang perantara
dalam hal-hal
b Apa yang akan dilakukan untuk memper luas pasar
c. Bagaimana memperoleh dan balas jasa tanpa mengurangi
kepuasan prosedur dan konsumen atas barang yang diterimanya.

3. Terhadap pemerintah
Bertujuan untuk mengarahkan keputusan-keputusan yang menjamin
terlaksananya kegiatan operasional tataniaga
4. Terhadap Konsumen
Bertujuan untuk menciptakan dan mempertahankan tingkat kepuasan
komsumen dan kesediaan mereka membayar yang diinginkan. Kepuasan
konsumen akan tercapai apabila produsen mampu untuk menyediakan consumer
value vakage, yang meliputi:
1. Produknya : berkualitas dan memenuhi kebutuhan konsumen
2. Harganya: dapat terjangkau oleh konsumen target
3. Pelayananya: kepada konsumen memuaskan
4. Citra produknya: baik dari sudut pandang konsumen
Apabila kepuasan konsumen tersebut terpenuhi, maka hasil penjualan produknya
akan meningkat dan ahirnya tujuan pemasaran dapat tercapai, yaitu perolehan
laba. Sebaliknya apabila perusahaan melalaikan kebutuhan konsumen dan hanya
berfikir dari sudut pandang produsen saja, kemungkinan hasil penjualan
produknya akan menurun, sehingga yang diperoleh minim, bahkan dapat terjadi
adanaya kerugian. Kepuasan konsumen adalah segalanya bagi perusahaan yang
berorientasi kepada pemasaran/ marketing.

Tujuan Tataniaga Pertanian


a) Tata niaga sebagai suatu proses
Menyoroti gerakan perpindahan barang-barang dan jasa-jasa dari sektor
produsen kegiatan sektor konsumen serta segala kejadian dan perlakukan yang
dialami oleh barang. Misalnya, jagung dari usahatani dijual petani, dibeli
pedagang, diproses oleh pabrik, dijadikan tepung maizena, dipacking dalam
kantong plastik, botol atau kaleng, dipetikan dan dikirim kedaerah lain atau
eksport dan seterusnya.
b) Tata niaga sebagai suatu sistem
Meliputi cara, model strategi penyampaian barang-barang dan jasa-jasa
dari sektor produsen kegiatan sektor konsumen. Rangkaian dari proses
penyampaian itu banyak variasinya, yang dipengaruhi oleh keadaan sosial budaya
dan perekonomian masyarakat. Komponen-komponen yang bekerja atas suatu
sistem tata niaga tertentu selalu berusaha mencapai tujuan masing-masing. Jadi
suatu sistem tata niaga terdiri dari berbagai sistem ataupun subsistem
pengorganisasiannya. Misalnya suatu saluran tata niaga, atau suatu mata rantai
tata niaga (channel of marketing) bisa terdiri dari satu atau beberapa lembaga tata
niaga perantara. Dapat pula dengan memakai saluran tunggal (sole agent) atau
koperasi.
c) Tata niaga sebagai suatu kegiatan ekonomi.
Sebagai aktivitas ekonomi peninjauan dari segi ini selalu menyoroti
kegiatan yang produktif oleh sebab itu tinjauan dari segi ini, tataniaga dianggap
atau dipandang sebagai bagian dari kegiatan produksi, dalam arti kata yang luas.
d) Tata niaga sebagai suatu kegiatan proses sosio-ekonomi.
Masyarakat selalu “berobah” dalam arti kata berkembang sesuai dengan
kemajuan-kemajuan jaman. Perkembangan teknologi akan membawa dampak
(positif dan negatif) terhadap sosial, budaya, sosial-politik, sosial ekonomi,
preferensi dan lain-lain. Spesialisasi misalnya akan merobah pola pembagian kerja
dan lain-lain. Tuntutan sektor konsumen turut pula mengalami perobahan atau
penyusuaian atas perubahan-perubahan tersebut, sehingga “jarak” antara sektor
produsen kegiatan sektor konsumenpun menjadi semakin “jauh”, sehingga
semakin besar dan penting pula peranan tata niaga. Timbullah badan-badan usaha
(Perseroan Terbatas, Firma, CV, Koperasi, Assosiasi, dll) yang menspesialisasi
diri dari berbagai profesinya dan didalam masyarakat terjadilah semacam
pembagian peranan pihak swasta, perorangan, badan dan pemerintah.
e) Tata niaga sebagai suatu kegiatan usaha niaga (business).
Munculnya bentuk-bentuk spesialisasi menuntut penataan,
pengorganisasian, pembiayaan, pengolahan, perencanaan, dan lain-lain yang satu
persatu menjadi komponen yang khusus. Badan- badan yang bergerak dalam
bidang niaga diarahkan dan dikontrol para manajer untuk mengendalikan
perusahaannya. Sebagian dari unit perusahaan itu memerlukan kegiatan tata niaga
bersama-sama dengan kegiatan produksi. Misalnya PND/PTP ada biro atau bagian
pemasaran bersama.
f) Tata niaga sebagai suatu kegiatan unit perusahaan.
Sebagai salah satu bagian dari unit perusahaan tata niaga sifatnya
operasional. Dalam pelaksanaan operasional ini, kegiatan tata niaga
diorganisasikan dalam berbagai unit yang lebih kecil yang mengkhususkan diri,
seperti bagian iklan, langganan, penjualan, pergudangan, penelitian pasar,
pengembangan, dan lain-lain.
Berikut ini beberapa pendekatan-pendekatan dalam tataniaga:
a. Pendekatan serba barang (commodity approach)
Dalam pendekatan ini harus diawali dengan menetapkan komoditas
pertanian apa yang harus dikaji. Pendekatan seperti ini dinamakan pendekatan
komoditas. Kemudian bagi seorang peneliti harus mengamati dan mengikuti
aliran komoditas tersebut dari titik produksi sampai dengan titik konsumsi terakhir
dan secara simultan mempelajari gambaran perlakuan apasaja terhadap komoditas
pertanian tersebut dan bagaimana suatu komoditaspertanian dipasarkan secara
efisien. Kelebihan utama dalam pendekatan ini terletak pada proses
penyederhanaan, sehingga dengan menitik-beratkan hanya pada satu komoditas
pertanian saja maka kompleksitas situasi tataniaga dapat disederhanakan dan
aliran komoditas pertanian dapat digambarkan secara jelas.
Oleh karena adanya kesulitan menentukan populasi masing-masing
lembaga tataniaga, maka untuk keperluan menentukan sampel bagi masing-
masing lembaga umumnya menggunakan teknik penarikan sampel “salju
menggelinding” (snowbowling sampling), yaitu dengan terlebih dahulu
menentukan tingkat pertama dari lembaga-lembaga tataniaga yang diteliti secara
random sampling, sedangkan sample selanjutnya ditentukan berdasarkan arus
pergerakan komoditas tersebut. Pendekatan ini kurang memperhatikan konsep
koordinasi antar tahapan tataniaga yang sangat penting untuk meningkatkan
efisiensi sistem tataniaga secara keseluruhan.
Lembaga yang dimaksudkan disini adalah lembaga yang mempunyai peran dalam
aktivitas tataniaga–tengkulak, pedagang pengumpul, pedagang penengah,
pengolah, pedagang besar, pengecer, lembaga pengakutan, pengkreditan dan lain
sebagainya. Peneliti harus dapat menentukan lembaga-lembaga tataniaga yang
benar-benar berperan dalam proses tataniaga untuk dikaji.
b. Pendekatan serba lembaga (institutional approach)
Lembaga tataniaga ini sangat penting, sebab merekalah yang melakukan
proses pengambilan keputusan dalam proses tataniaga komoditas pertanian.
Tanpa adanya lembaga tataniaga ini, maka proses dan sistem tataniaga tidak akan
mengalami perubahan, perkembangan dan proses-proses penyesuaian. Selain itu
tidak hanya penting bagi para produsen saja tetapi bagi lembaga-lembaga itu
sendiri sehubungan dengan jasa-jasa yang telah mereka berikan, baik yang
menguntungkan atau tidak.
c. Pendekatan serba fungsi (functional approach)
Fungsi tataniaga merupakan kegiatan pokok yang harus dilakukan untuk
menyelesaikan proses tataniaga. Proses tataniaga meliputi beberapa fungsi yang
harus dilaksanakan oleh produsen dan lembaga-lembaga yang terlibat dalam mata
rantai tataniaga serta harus diakomodasikan oleh produsen dan rantai saluran
barang dan jasa.
Tujuan tata niaga dari berbagai aspek tata niaga dapat ditinjau dari berbagai segi.
 Tata niaga sebagai suatu proses
 Tata niaga sebagai suatu sistem
 Tata niaga sebagai suatu kegiatan ekonomis
 Tata niaga sebagai suatu kegiatan proses sosio-ekonomi
 Tata niaga sebagai suatu kegiatan usaha niaga (Business)
 Tata niaga sebagai suatu kegiatan unit perusahaan

1). Tata niaga sebagai suatu proses menyoroti gerakan perpindahan barang-
barang dan jasa-jasa dari sektor produsen kegiatan sektor konsumen serta
segala kejadian dan perlakukan yang dialami oleh barang. Misalnya, jagung dari
usahatani dijual petani, dibeli pedagang, diproses oleh pabrik, dijadikan tepung
maizena, dipacking dalam kantong plastik, botol atau kaleng, dipetikan dan
dikirim kedaerah lain atau eksport dan seterusnya.

2). Tata niaga sebagai suatu sistem meliputi cara, model strategi penyampaian
barang-barang dan jasa-jasa dari sektorprodusen kegiatan sektor konsumen.
Rangkaian dari prosespenyampaian itu banyak variasinya, yang dipengaruhi oleh
keadaan sosial budaya dan perekonomian masyarakat.

3). Tata niaga sebagai suatu kegiatan ekonomi. Sebagai aktivitas ekonomi
peninjauan dari segi ini selalu menyoroti kegiatanyang produktif oleh sebab itu
tinjauan dari segi ini, tata niagadianggap atau dipandang sebagai bahagian dari
kegiatan produksi, dalam arti kata yang luas.

4). Tata niaga sebagai suatu kegiatan proses sosio-ekonomi

5). Masyarakat selalu “berobah” dalam arti kata berkembang sesuai dengan
kemajuan-kemajuan jaman. Perkembangan teknologi akan membawa dampak
(positif dan negatif) terhadap sosial, budaya, sosial-politik, sosial ekonomi,
preferensi dan lain-lain. Spesialisasi misalnya akan merobah pola pembagian
kerja dan lain-lain. Tuntutan sektor konsumen turut pula mengalami
perobahan atau penyusuaian atas perubahan-perubahan tersebut, sehingga
“jarak” antara sektor produsen kegiatan sektor konsumenpun
menjadi semakin “jauh”, sehingga semakin besar dan penting pula peranan tata
niaga. Timbullah badan- badan usaha (Perseroan Terbatas, Firma, CV,
Koperasi, Assosiasi, dll) yang menspesialisasi diri dari berbagai profesinya dan
didalam masyarakat terjadilah semacam pembagian peranan pihak swasta,
perorangan, badan dan pemerintah.

6). Tata niaga sebagai suatu kegiatan usaha niaga (business).


Munculnya bentuk-bentuk spesialisasi menuntut penataan, pengorganisasian,
pembiayaan, pengolahan, perencanaan, dll yang satu persatu menjadi komponen
yang khusus. Badan-badan yang bergerak dalam bidang niaga diarahkan dan
dikontrol para manajer untuk mengendalikan perusahaannya. Sebagian dari unit
perusahaan itu memerlukan kegiatan tata niaga bersama-sama dengan kegiatan
produksi. Misalnya PND/PTP ada biro atau bagian pemasaran bersama.

7). Tata niaga sebagai suatu kegiatan unit perusahaan.

8). Sebagai salah satu bagian dari unit perusahaan tata niaga sifatnya
operasional. Dalam pelaksanaan operasional ini, kegiatan tata niaga
diorganisasikan dalam berbagai unit yang lebih kecil yang mengkhususkan diri,
seperti bagian iklan, langganan, penjualan, pergudangan, penelitian
pasar,pengembangan, dll.

b. Tata Niaga adalah kegiatan Produktif


Dalam teori ekonomi lama ada pendapat mengatakan bahwa kegiatan
dalam perusahaan yang produktif hanyalah dalam sektor produksi saja.
Misalnya menanam padi, beternak, dan lain-lain.
1. Sejarah Singkat dan Perkembangan Tata Niaga
Peningkatan harga harga jual komoditas pertaian ditingkat petani
penggarap lahan kabupaten Malang perlu dilakukan, sehingga kesenjangan dan
tingkat kerugian petani on farm dapat dihindarkan. Cara itu meliputi:
1. Konsololidasi petani dalam satu wadah untuk meyatukan gerak
ekonomi dalam setiap rantai pertanian. Konsolidasi tersebut dapat
dilakukan dengan kolektifitas semua rantai pertanian, seperti
kolektifitas modal, kolektifitas produksi dan kolektifitas pemasaran
(Akhmad, 2010).
2. Membentuk lembaga-lembaga yang menangani masalah pertanian,
seperti GAPOKTAN (Gabungan Kelompok Tani) dan Koperasi Usaha
Tani. Dengan adanya kelompok-kelompok tani tersebut diharapkan
dapat memutusnya rantai pemasaran. Dan dapat memperkuat petani
dalam sisi permodalan, karena para petani taidak perlu meminjam pada
rentenir.
2. Pembutan logo dalam komoditas yang dihasilakan. Dengan terbentukya
lembaga-lembaga pertanian dapat dilakukan dengan membuat logo sebagai ciri
khas produk tersebut. Pentingnya logo dalam pemasaran produk dapat dirasakan
oleh petani. Bagi mereka, logo menjadi salah satu alat promosi untuk
mengenalkan brand produk kepada konsumen. Sehingga dari ciri khas bentuk dan
gambar yang ada, konsumen bisa membedakan suatu produk dengan produk
lainnya.
3. Mengolah lahan mentah menjadi bahan masak. Teknik selain dapat menaikan
harga jual, dapat pula untuk menghemat tempat penyimpanan.karena yang seperti
kita ketahui, bahwa komoditas pertanian bersifat volumeris. Sehigga dengan
adanya pengubahan bentuk akan lebih efisien dalam penyimpanan. Contohnya,
jahe jika disimpan dalam bentuk semula akan cepat rusak dan tempat
penyimpanan akan membutuhkan yang luas. Tetapi jika jahe tersebut disimpan
dalam bentuk bubuk akan lebih efisien dan awet.
BAB III
PERANAN TATANIAGA PERTANIAN

3.1 Peranan Tataniaga Pertanian


Menurut Peter Drucker (1958) seorang pakar manajemen pemasaran
mengemukakan bahwa Tataniaga merupakan kunci bagi pertumbuhan ekonomi
Negara –negara berkembang. Tanpa suatu system pemasaran yang efektif, Negara
–negara berkembang tidak akan menghindarkan diri dari lingkaran kemiskinan.
Tataniaga efektif dibutuhkan untuk menghubungkan produsen dengan konsumen.
Pemasaran yang efektif berarti menyerahkan barang – barang dan jasa yang
dibutuhkan konsumen dengan tepat waktu, tepat bentuk, tepat kualitas, yang
sesuai dengan selera dan harga yang mereka bayar.
Sistetem tataniaga dianggap efisien apabila memenuhi beberapa syarat
yaitu: 1. Mampu menyampaikan hasil- hasil dari petani produsen ke petani
konsumen dengan biaya semurah –murahnya, dan 2. Mampu mengadakan
pembangian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen terakhir
kepada semua pihak yang ikut serta didalam kegiatan produksi dan tataniaga
barang itu. yang dimaksud adil didalam hal ini adalah pemberian balas jasa fungsi
– fungsi pemasaran sesuai sumbangan masing-masing. Dengan melihat kedua hal
ukuran diatas, jelaslah bahwa kemungkinan peningkatan efisiensi tataniaga
dinegara kita masih kurang adil.kalau dimisalkan hanya sarat pertama yang
dipenuhi, tetapi pembeli dan penjual hasil pertanian hanya satu perusahaan atau
satu orang saja (monopsoni dan monopoli), maka perusahaan itu mungkin dapat
menekan harga yang relatif rendah (Mubyarto 2002).
Darius (2001) Tataniaga berperan dalam menciptakan empat macam kegunaan
bagi suatu komoditas pertanian yakni:
a. Kegunaan kepemilikan (Prossion utility) diperoleh melalui prosen jual
beli atau pertukaran
b. Kegunaan tempat (Place utility) melalui kegiatan pengangkutan
c. Kegunaan waktu (Time utility) melalui kegiatan penyimpanan
d. Kegunaan bentuk (Form utility) melalui tranpomasi perubahan produk
menjadi bentuk yang lebih di inginkan konsumen melalui proses
pengolahan hasil.
Penyebab timbulnya kesadaran baru dibeberapa Negara berkembang untuk lebih
memperhatikan aspek tataniaga pertanian adalah sebagai berikut:
a. Terjadinya kelebihan produksi serta timbulnya persaingan yang
semakin ketat diantara produsen hasil pertanian
b. Resiko investasi yang lebih tinggi dalam produksi pertanian
c. Biaya operasional yang semakin meningkat
d. Kesadaran konsumen yang semakin meningkat kesediaan pangan dari
segi kualitas dan kandungan gizinya guna memenuhi diet kesehatan
e. Bergabungnya para pembeli hasil pertanian untuk meningkatkan
kekuatan tawar menawar mereka.
Peranan system pemasran (tata niaga) pertanian mencangkup banyak lembaga,
baik yang terlibat dan terkait secara langsung maupun tidak langsung. Operasi
system pemasaran yang kompleks tersebut diharapkan dapat memainkan peranan
penting dalam upaya memaksimalkan tingkat konsumsi, kepuasan konsumen,
pilihan konsumen, dan mutu hidup masyarakat (Gumbira –Sa’id) dan Harizt Intan
2001).
Darius (2001) menyatakan bahwa peranan tataniaga hasil pertanian dapat ditinjau
sebagai berikut:
1. Tataniaga sebagai suatu proses
Tataniaga sebagai suatu proses yang menyoroti gerakan perpindahan barang
atau jasa dari sector produsen ke sector konsumen, serta segala kejadian dan
perlakuan yang dialami oleh barang. Misalnya jagung dari usaha tani dijual petani,
pedagang, diproses oleh pabrik, dijadikan tepung maizena,dikemas dalam kantong
plastic,botol,atau kaleng, kemudian dipetikan dan dikirim kedaerah lain atau
diekspor dan seterusnya.
2. Tataniaga sebagai suatu sistem
Produktivitas hasil pertanian selalu mengalami fluktuasi, sedangkan harga
hasil pertanian ditingkat prodesen cenderung mengalami peningkatan yang cukup
berarti, hal ini diduga berkaitan dengan rendahnya produktivitas dari hasil
pertanian. Singh dalam Sahara (2001) mengatakan bahwa fluktuasi harga yang
tinggi di sektor pertanian merupakan suatu fenomena yang umum akibat
ketidakstabilan (inherent instability) pada sisi penawaran.

3. Tataniaga sebagai suatu kegiatan ekonomis


Peninjauan dari segi ini selalu menyoroti kegiatan produktif. Oleh sebab
itu tata niaga daiangggap atau dipandang sebagai bagaian dari kegiatan produksi,
dalam arti yang luas.

4. Tataniaga sebagai suatu kegiatan proses social –ekonomi


Masyarakat selalu “berubah” dalam arti kata berkembang sesuai dengan
zaman. Perkembangan teknologi akan membawa dampak (positif dan negatif)
terhadap sosial. budaya,sosial-politik, sosial-ekonomi, preferensi,dan lain-lain.
Spesialisasi misalnya, akan mengubah pola pembagian kerja,dan lain-lain.
Tuntutan sector konsumen turut pula mengalami perubahan atau penyesuaian atas
perubahan –perubahan tersebut, yang mengakibatkan jarak antara sector produsen
kegiatan sector konsumen pun semakin menjadi jauh, sehingga semakin besar dan
penting pula peranana tataniaga. Kemudian timbulah badan – badan usaha
(Perseroan Terbatas, CV,Koperasi, Asosiasi, dan lain-lain) yang mengkususkan
diri dari berbagai profesinya, dan didalam masyarakat terjadi pula semacam
pembagian peranan pihak swasta,peroranagan, badan,dan pemerintah.

5. Tataniaga sebagai suatu kegiatan usaha niaga (bussines)


Munculnya bentuk- bentuk spesialisasi menuntut penataan,
pengorganisasian,pembiayaan,pengolahan, perencanaan,dan lain-lain yang satu
persatu menjadi komponen yang khusus.badan- badan yang bergerak dalam
bidang niaga diarahkan dan dikontrol para manajer untuk mengendalikan
perusahaanya. Sebagian unit perusahaan itu memerlukan kegiatan tata niaga
bersama –sama dengan kegiatan produksi. Misalnya pada PND / PTP terdapat
biro atau bagian pemasaran bersama.
6. Tataniaga sebagai suatu kegiatan unit perusahaan
Sebagai salah satu dari unit perusahaan, tata niaga sifatnya operasional.
Dalam pelaksanaan operasional ini, kegiatan tataniaga diorganisasikan dalam
berbagai unit yang lebih kecil yang mengkususkan diri: seperti sebgai iklan,
langganan, penjualan, pergudanagan, penelitian pasar,pengembangan dan lain-
lain.

7. Informasi pasar
Membaiknya arus informasi yang berhubungan dengan harga, produksi,
konsumsi, volume perdagangan, dan juga perkiraan (ekspektasi) pasar, membuat
pasar berjangka lebih transparan dan bersaing (competitive). Semakin banyak
informasi tentang pasar diketahui orang, akan membuat mereka semakin mampu
mengantisipasi pembentukan harga di pasar. Untuk menilai manfaat khusus pasar
berjangka bagi ekonomi memang sulit. Namun menurut suatu hasil studi tentang
pasar berjangka ternyata bahwa pendapatan (income) yang diperoleh mereka yang
menggunakan pasar berjangka untuk tujuan hedging lebih stabil dibandingkan
dengan mereka yang tidak menggunakannya. Meskipun mereka tidak selalu
memperoleh harga tertinggi, namun mereka juga jarang memperoleh harga
terendah. Bagi para penggunanya, pasar berjangka memberi kesempatan untuk
menstabilkan pendapatan mereka. Didalam suatu industri yang mengedepankan
persaingan, keuntungan yang diperoleh tersebut pada akhirnya akan beralih ke
sektor ekonomi lainna, yang akan membuat alokasi sumber ekonomi menjadi
lebih baik.
Pemasaran hasil pertanian adalah serangkaian ekonomi berturut-turut yang
terjadi selama perjalanan komoditas hasil-hasil pertanian mulai dari produsen
primer sampai ke tangan konsumen (FAO, 1958). Pemasaran hasil pertanian
merupakan pelaksanaan dari semua kegiatan usaha yang terlibat dalam arus
komoditas-komoditas dan pelayanan dari titik awalnya produksi pertanian sampai
di tangan konsumen terakhir (Kohls dan Downey).
Pemasaran merupakan kegiatan produktif yang menciptakan kegunaan (utility)
yaitu menciptakan barang dan jasa menjadi lebih berguna. Kegunaan pemasaran
yang diciptakan pemasaran meliputi kegunaan bentuk (form utility),
Pemasaran hasil pertanian merupakan pelaksanaan dari semua kegiatan
usaha yang terlibat dalam arus komoditas-komoditas dan pelayanan dari titik
awalnya produksi pertanian sampai di tangan konsumen terakhir (Kohls dan
Downey).
Pemasaran merupakan kegiatan produktif yang menciptakan kegunaan
(utility) yaitu menciptakan barang dan jasa menjadi lebih berguna. Kegunaan
pemasaran yang diciptakan pemasaran meliputi kegunaan bentuk (form utility),
kegunaan tempat (place utility), kegunaan waktu (time utility) dan kegunaan
kepemilikan (possession utility). Pemasaran dalam kegunaan waktu (time utility)
yaitu pemasaran menyebabkan produk tersedia sesuai pada waktu yang dinginkan
(Nur Baladina, 2010).
Permasalahan yang menyebabkan sistem pemasaran produk pertanian
menjadi tidak efisien diantaranya lemahnya infrastruktur dan informasi pasar,
skala pertanian yang masih relatif kecil, kurangnya pengetahuan dari para pelaku
pemasaran mengenai grading dan handling, biaya transaksi yang tinggi serta
kurangnya kebijakan pemasaran yang baik (Tri Wahyu Nugroho, 2010).
Sebuah sistem pemasaran dikataka efisien apabila semua kegiatan pemasaran
yang meliputi kegiatan pengumpulan komoditas di tingkat petani (tersebar pada
daerah yang cukup luas), kemasan komoditas, transportasi, pengolahan serta
distribusi (wholesaling dan retailing) berjalan dengan biaya minimum (Zahari
Zen, 2010).
Sistem pemasaran produk pertanian merupakan satu kesatuan urutan
lembaga-lembaga pemasaran. Tugasnya melakukan fungsi-fungsi pemasaran
untuk memperlancar aliran produk pertanian dari produsen awal ke tangan
konsumen akhir. Begitu pula sebaliknya memperlancar aliran uang, nilai produk
yang tercipta melalui kegiatan produktif yang dilakukan oleh lembaga-lembaga
pemasaran baik dari tangan konsumen akhir sampai ke tanga produsen awal dalam
suatu sistem komoditas (Gumbira. E. Dan A. Haritz Intan, 2001).
Masalah pemasaran yang tak kalah penting adalah rendahnya mutu sumber daya
manusia. Selain itu keberadaan fasilitas pemasaranpun tidak memadai. Saat ini
pengembangan sumber daya manusia baru sebatas mengenai budidaya produksi
pertanian sehingga pengetahuan mengenai sistem pemasaran, terutama petani
kecil masih kurang. Hal ini menyebabkan subsistem pemasaran berkembang
sangat lamban (Syahza. A, 2004).
 Tataniaga dilakukan untuk meningkatkan nilai guna komoditas
 Peningkatakan nilai guna harus ada lembaga yg melaksanakan peran
pemasaran
 Fungsi tataniaga pertanian menurut ( Kotler,2013)
 Menurunnya jumlah produk yang dijual
 Menurunnya pertumbuhan penampilan perusahaan
 Terjadinya perubahan keinginan konsumen
 Tajamnya kompetisi
 Besarnya pengeluaran untuk penjualan
 Fluktuasi harga cepat
Setelah menelah batasan-batasan tata niaga yang telah diutarakan diatas,
maka dapat diambil kesimpulan bahwa tata niaga atau marketing itu meliputi
kegiatan-kegiatan yang sangat luas sekali, diantaranya: kegiatan pembelian
(buying), kegiatan menjual (selling), kegiatan pembungkusan (packing), kegiatan
pemindahan (transport), kelancaran arus barang dan jasa dan lain sebagainya.
Atau dengan lebih singkat tataniaga itu adalah segala kegiatan yang bersangkut
paut dengan semua aspek proses yang terletak diantara fase kegiatan sektor
produksi barang-barang dan jasa-jasa sampai kegiatan sektor konsumen. Jadi,
marketing ini merupakan sesuatu kegiatan moving process atau moving activities.
Akan tetapi dengan adanya kemajuan teknologi, baik dalam berproduksi,
kelancaran komunikasi dan perhubungan, teknik pembungkusan, handling dan
sebagainya, tidak mustahil akan merubah strategi dan kebijakan tata niaga,
sehingga batasan- batasan tersebut di atas akan mengalami penyempurnaan atau
perubahan secara dinamis pada masa-masa mendatang.
Tataniaga Sebagai Kegiatan Produktif
Tataniaga Menembah Nilai Guna Dari Barang-Barang Dan Jasa-Jasa
Dalam teori ekonomi lama ada pendapat mengatakan bahwa kegiatan dalam
perusahaan yang produktif hanyalah dalam sektor produksi saja. Misalnya
menanam padi, beternak, dan lain-lain.Kemajuan peradaban, teknologi dan
perkembangan ekonomi telah merobah pandangan tersebut yaitu bahwa setiap
usaha yang dapat memberikan faedah atau guna (utility) adalah sesuatu yang juga
termasuk kegiatan yang produktif.
Beberapa ahli ekonomi menggambarkan produksi itu sebagai penciptaan
nilai guna (utility), yaitu proses bagaimana membuat barang dan jasa bermanfaat.
Proses penciptaan nilai guna tersebut merupakan kegiatan productive, yang
selanjutnya dapat digolongkan ke dalam: (a) place utility (kegunaan karena
tempat), (b) form utility (kegunaan karena bentuk), (c) possesion/ ownership
utility (kegunaan karena milik) dan, (d) time utility (kegunaan karena waktu).
Alex Nitisemito menggambarkan arti pentingnya tata niaga sebagai
berikut: “tidak ada suatu perusahaan yang mampu bertahan bilamana perusahaan
tersebut tidak mampu memasarkan/menjual barang-barang dan jasa-jasa yang
dihasilkannya. Oleh karena itu bilamana suatu perusahaan dimisalkan sebagai
tubuh manusia maka kegiatan tata niaga itu dapatlah dimisalkan sebagai kegiatan
jantung manusia. Apabila jantung terganggu maka seluruh tubuh juga akan
terganggu dan apabila “jantung” berhenti, maka matilah perusahaan tersebut.
Disamping pendapat yang menyatakan tata niaga produktif ada pula pendapat
menyatakan tata niaga tidak produktif. Sudah barang tentu dijaman ini fungsi
pertukaran belum memainkan peranan.

Tata niaga menekankan cara suatu produksi dapat sampai ke tangan


konsumen
Tata niaga merupakan salah satu cabang aspek pemasaran yang menekankan cara
suatu produksi dapat sampai ke tangan konsumen. Tata niaga dapat dikatakan
efisien apabila mampu menyampaikan hasil produksi kepada konsumen dengan
biaya semurah-murahnya dan mampu mengadakan pembagian keuntungan yang
adil
Tataniaga bisa diartikan sama dengan pemasaran atau distribusi yaitu suatu
kegiatan ekonomi yang berfungsi menyampaikan barang dari produsen
kekonsumen. Disebut tataniaga karana niaga berarti dagang sehingga tataniaga
mempunyai arti pula segala sesuatu yang menyangkut aturan media dalam hal
perdagangan barang-barang.
Perekonomian yang menyangkut persoalan cara kita hidup dapat dibagi ke dalam
tiga aspek pokok, yaitu :
1. Produksi, merupakan tindakan pembuatan barang-barang yang
berkaitan dengan penciptaan atau penambahan kegunaan daripada
barang dan jasa.
2. Distribusi, merupakan tindakan yang bertalian dengan pergerakan
barang dan jasa dari produsen ke konsumen.
3. Konsumsi, merupakan kegiatan yang berhubungan dengan
pemakaian danpenurunan mutu dan kegunaan dari barang dan jasa.
Tataniaga mampu mengatasi karakteristik/fenomenal pada produk pertanian
Karakteristik produk Pertanian, antara lain:
Voluminous
Memerlukan ruang dan biaya penyimpanan yang relatif besar. Biaya
pengangkutan mahal. Harga produk relatif sangat kecil dibandingkan dengan
volumenya
Biaya total pemasarannya seringkali jauh lebih besar secara proporsional
dibandingkan dengan biaya produksinya. Penawaran produknya relatif kecil:
Secara perorangan petani pada umumnya merupakan suplier kecil yang tidak
memiliki posisi tawar dalam menentukan harga. Penetapan harga pada umumnya
dikuasai oleh pelaku pasar lain Mudah rusak / perishable
Produk agronomi dikenal tidak tahan lama dan sangat mudah rusak. Hal ini
disebabkan antara lain oleh rendahnya kualitas penanganan pasca panen,
kandungan air yang relatif tinggi dan faktor-faktor lain yang lekat dengan
karakteristik biologis dan fisiologis produk agronomi itu sendiri.

- Tergantung pada alam


Produk agronomi bersifat spesifik dalam kaitannya dengan factor
klimatologi.Seluruh aspek alamiah memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap produk agronomi.Produk tertentu hanya dapat ditanam pada kondisi
alam tertentu dan dipanen hanya di musim-musim tertentu. Perubahan kondisi
alam di luar kecenderungan alamiahnya akan berakibat pada kegagalan panen.
Berdasarkan sifat semacam ini produk agronomi tergolong produk beresiko tinggi.
- Bersifat musiman
Ketersediaan produk agronomi bersifat musiman, pada saat panen produk
tersedia di pasar dalam jumlah melimpah sebaliknya sebelum dan sesudah saat
panen terjadi kelangkaan pasokan di pasar.Hal ini menciptakan struktur harga
pasar yang tidak menguntungkan bagi produk agronomi sesuai dengan hukum
permintaan dan penawaran (harga turun bila terjadi kelebihan pasokan dan harga
naik bila terjadi kekurangan pasokan produk di pasaran). Memiliki banyak produk
substitusi
Baik sebagai produk yang langsung dikonsumsi maupun sebagai input
produksi produk agronomi bersifat substitusi satu sama lain. Artinya kebutuhan
akan satu jenis produk agronomi jika tidak tersedia maka dapat digantikan dengan
jenis produk agronomi yang lain.
- Tataniaga Bersifat Kompleks
Pemasaran Produk Pertanian Umumnya Bersifat Konsentrasi-Distributif
Proses pembelian hasil produksi petani dari sentra produksi dan diteruskan ke
daerah konsentrasi konsumsi berlangsung sulit dan mahal sebab pemasaran
produk pertanian umumnya bersifat konsentrasi-distributif, tidak seperti produk
industri yang proses pemasarannya berlangsung secara distributive.
- Tataniaga Mengikutsertakan Beberapa Lembaga Pemasaran
Proses tataniaga, dilaksanakan bersama atau dengan mengikutsertakan
beberapa lembaga pemasaran lain yang membantu terjalinnya pertemuan antara
penjual dan pembeli. Mereka melakukan berbagai kegiatan mulai dari pembelian,
penjualan, pengangkutan, pengolahan, penyimpanan, pengepakan dan lain
sebagainnya (Hanafiah dan Saefuddin, 1983).
Selanjutnya banyaknya lembaga tataniaga yang terlibat dalam pemasaran
hasil pertanian akan mempengaruhi panjang pendeknya rantai tataniaga dan
besarnya biaya tataniaga. Besarnya biaya tataniaga akan mengarah pada semakin
besarnya perbedaan harga antara petani produsen dengan konsumen. Hubungan
antara harga yang diterima petani produsen dengan harga yang dibayar oleh
konsumen pabrikan sangat bergantung pada struktur pasar yang
menghubungkannya dan biaya transfer. Apabila semakin besar margin pemasaran
ini akan menyebabkan harga yang diterima petani produsen menjadi semakin
kecil dan semakin mengindikasikan sebagai sistem pemasaran yang tidak efisien
(Tomek and Robinson, 1990).
Sentra Produksi Pertanian Yang Tersebar Sangat Jauh Dari Tempat
Konsumen
Pada kenyataannya pemasaran hasil pertanian yang diproduksi pada sentra
produksi yang tersebar sangat jauh dari tempat konsumen (baik itu perdagangan
dalam suatu daerah, antar daerah (pulau), bahkan antar negara). Atau dengan kata
lain jarang sekali (sangat sedikit) produsen berhadapan langsung (melakukan
transaksi) dengan konsumen akhir. Oleh sebab itu perlu mempelajari margin
pemasaran dalam tataniaga pertanian.Margin pemasaran ditinjau dari dua sisi,
yaitu pandangan harga dan biaya pemasaran.
Kegiatan-Kegiatan Tataniaga Meliputi Beberapa Proses
Kegiatan-kegiatan tataniaga yang dilihat berdasarkan arus barang yang meliputi
beberapa proses, yaitu (Hanafiah dan Saefuddin, 1983) :
1. Proses pengumpulan
Pengumpulan merupakan proses pertama dari arus barang. Barang-barang
yang dihasilkan dalam jumlah kecil dikumpulkan menjadi jumlah yang besar, agar
dapat disalurkan ke pasar-pasar eceran secara lebih efisien.
2. Proses pengimbangan
Pengimbangan merupakan proses tahap kedua dari arus barang, terjadi
antara proses pengumpulan dan proses penyebaran. Proses pengimbangan
merupakan tindakan penyesuaian antara permintaan dan penawaran berdasarkan
tempat, waktu, jumlah dan kualitas.
3. Proses penyebaran
Penyebaran merupakan proses tahap akhir daripada arus barang, dimana
barang-barang yang telah terkumpul disebarkan ke konsumen atau pihak yang
menggunakannya. Adanya beberapa biaya pemasaran dan margin biaya
biaya pemasaran adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam proses transfer
barang (produk) dari tangan produsen samapi ketangan konsumen akhir.
Pembiayaan pemasaran adalah pembiayaan kegiatan dan investasi modal terhadap
barang dan fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam proses tataniaga.
Besar kecilnya biaya tataniaga hasil pertanian tergantung dari volume
(besar kecilnya) lembaga-lembaga tataniaga melakukan kegiatan fungsi-fungsi
tataniaga, dan jumlah fasilitas yang diperlukan dalam proses transfer barang.
Misal: biaya tataniaga padi akan lebih besar dari biaya tataniaga sayur-sayuran
(bayam dan kangkung), karena fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh
lembaga-lembaga pemsaran pada dua komoditi yang berbeda ini juga berbeda.
Pada tataniaga padi lembaga pemasaran yang terlibat akan melakukan fungsi-
fungsi tataniaga yang memerlukan biaya yang lebih besar, seperti: mengumpulkan
padi dari berbagai petani, penyimpanan (memerlukan biaya gudang), pengolahan
padai menjadi beras (biaya pengolahan), pengagungkatan, pengepakan (kemasan),
dan lain-lain. Sedangkan tataniaga sayuran pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran
lebih sederhana, misalnya setelah sayuran dipetik dapat langsung dipasarkan ke
pedagang pengecer.

Jenis-jenis biaya tataniaga:


Biaya persiapan dan pengepakan produk (Preparation and packaging cost),
kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam komponen ini adalah:
 Pembersihan
 Sortasi dan grading
 Pengepakan
 Biaya penanganan (handling cost), mencakup kegiatan-kegiatan:
 Penimbangan Pengepakan ulang produk pada pedagang perantara.
Bongkar dan muat produk dari alat angkut sortasi dan grading ulang oleh
pedagang.
 Biaya pengangkutan (transportation cost), mencakup:
Biaya angkut per unit produk (jika menggunakan angkutan umum) Biaya
bahan bakar, perbaikan alat angkutan, asuransi dan pajak yang harus
dibayar dari angkutan. Biaya lain-lain selama produk dalam perjalanan.
 Kehilangan produk (product losses), yaitu kehilangan atau penyusutan
produk yang terjadi selama pengankutan, penyimpanan atau akibat
kegiatan-kegiatan lain seperti pada waktu pencucian, handling, sortasi dan
grading yang dilakukan.Biaya kehilangan produk dihitung dengan
mengasumsikan produk yang hilang tersebut terjual.
 Biaya penyimpanan (storage cost), mencakup:
Biaya fisik penyimpanan akibat penggunaan tempat penyimpanan, seperti
penyusutan gedung, keamanan, listrik, dll . Biaya perbaikan kualitas
produk selama penyimpanan, seperti biaya pembelian bahan-bahan kimia.
Biaya yang termasuk dalam biaya kehilangan produk biaya finansial
(financial cost) yang harus diterima pemilik produk selama produk dalam
gudang penyimpanan.
 Biaya pengolahan (processing cost), mencakup seluruh biaya yang
digunakan dalam proses transformasi produk primer menjadi produk
olahan, seperti bahan bakar, tenaga kerja, penyusutan alat. Hal penting
yang harus diperhatikan dalam biaya pengolahan adalah faktor konversi
produk primer menjadi produk olahan, seperti 1 kg padi dikonversikan
dengan 65-70 persen beras setelah di huller. Untuk menghitung biaya
pengolahan perlu diketahui:
Faktor konversi jumlah (kuantitas) produk biaya pengolahan.
 Fees, commissions and unofficial payments, mencakup biaya-biaya yang
dibayar oleh lembaga pemasaran, seperi biaya-biaya pengurusan izin
usaha, biaya komisi yang dibayarkan kepada agen dan pedagang besar,
serta biaya-biaya tidak resmi lainnya yang dibayarkan oleh lembaga
pemasaran selama proses pemasaran produk.

Anda mungkin juga menyukai