Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara agraris dan sebagian besar penduduknya
bermata pencaharian di bidang pertanian. Negara diuntungkan karena kondisi
alam yang mendukung bidang pertanian, keanekaragaman hayati yang melimpah,
serta iklim tropis yang sinar matahari bersinar sepanjang tahun senhingga mampu
menanam tanaman sepanjang tahun. Pertanian menjadi sektor yang memiliki
peran membantu meningkstkan devisa negara (Warsani, 2013).
Bidang pertanian di Indonesia saat ini memiliki kebijakan yang tergolong
mendasar dan luas. Kebijakan tersebut antara lain pencanangan Revitalisasi
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK) 2005-2025 dan telah dikeluarkannya
Undang Undang Nomor 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan. Pada kedua kebijakan penyuluhan, strategi penyuluhan,
dan kebijakan penyuluhan. Di tingkat mikro, akan dibentuk beberapa lembaga
baru, misalnya Pos Penyuluhan Desa dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan).
Departemen Pertanian menargetkan akan membentuk satu Gapoktan di setiap
desa khususnya yang berbasiskan pertanian. Gapoktan merupakan lembaga yang
menjadi penghubung petani satu desa dengan lembaga-lembaga lain di luarnya.
Gapoktan diharapkan berperan untuk fungsi-fungsi pemenuhan permodalan
pertanian, pemenuhan sarana produksi, pemasaran produk pertanian, dan
termasuk menyediakan berbagai informasi yang dibutuhkan petani.
Bidang pertanian di Indonesia saat ini memiliki kebijakan yang tergolong
mendasar dan luas. Kebijakan tersebut antara lain pencanangan Revitalisasi
Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (RPPK) 2005-2025 dan telah
dikeluarkannya Undang Undang Nomor 16 tahun 2006 tentang Sistem
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. Pada kedua kebijakan
penyuluhan, strategi penyuluhan, dan kebijakan penyuluhan. Di tingkat mikro,
akan dibentuk beberapa lembaga baru, misalnya Pos Penyuluhan Desa dan
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Departemen Pertanian menargetkan akan
membentuk satu Gapoktan di setiap desa khususnya yang berbasiskan pertanian.
Gapoktan merupakan lembaga yang menjadi penghubung petani satu desa dengan

1
lembaga-lembaga lain di luarnya. Gapoktan diharapkan berperan untuk fungsi-
fungsi pemenuhan permodalan pertanian, pemenuhan sarana produksi, pemasaran
produk pertanian, dan termasuk menyediakan berbagai informasi yang dibutuhkan
petani.
Dalam upaya menuju pembangunan pertanian yang lebih maju, peran
kelembagaan pertanian perlu didorong untuk memberikan kontribusi terhadap hal
tesebut. Kelembagaan pertanian menjadi sebuah penggerak utama untuk mencapai
kemajuan pertanian. Kelompok tani menjadi salah satu kelembagaan pertanian
yang berperan penting karena kelompok tani merupakan pelaku utama dalam
pembangunan pertanian (Mesuji, 2016).
Indonesia telah melalui banyak cerita dalam kehidupan perekonomiannya.
Namun cerita yang menghiasi dunia perekonomian Indonesia cenderung terlihat
suram dan notabenenya meyedihkan. Entah karena kebijakan yang diambil
pemerintah dalam mengatur perekonomian ataupun karena alasan-alasan serta
faktor-faktor lain yang menyebabkan kekecewaan dan rasa ketidak puasan dalam
bangsa ini. Indonesia telah mengalami perjalanan panjang dan menyesakkan
dalam karir perekonomiannya. Puncaknya pada krisis yang melanda negara-
negara Asia yang melumpuhkan perekonomian bahkan hampir mematikan
perekonomian Negara-negara Asia. Indonesia salah satunya. Setelah megalami
krisis seharusnya Indonesia banyak belajar dari apa yang telah dialaminya.
Sepertinya sagat sulit untuk negara ini bagkit dan kembali menata perekonomian
yang nyaris ujung tanduk. Namun Indonesia terus berusaha dan menunjukkan
usaha yang keras dalam menata dan membawa perkonomian negara ini kearah
yang lebih baik. Banyak sistem-sistem baru yang diterapkan oleh Indonesia,
banyak pula teori-teori barat yang diadopsi oleh Indonesia untuk diterapkan
sebagai bentuk usaha membawa perekonomian Indonesia kearah yang lebih baik.
Salah satu ilmu atau teori ekonomi yang ada di Indonesia adalah mengenai
ekonomi kelembagaan. Ekonomi kelembagaan membahas masalah ekonomi
dalam ranah hubungan ekonomi dan kehidupan sosial serta hubungannya dengan
kepemilikan seseorang atau propherty right. Ekonomi kelembagaan di Indonesia
berhubunga dengan pembangunan berkelanjutan. Namun pengertian
pembangunan di Indonesia dewasa ini telah mengalami penyimpangan dari
pengertian normatif.

2
Ekonomi kelembagaan adalah ekonomi yang menekankan pada hak
kepemilikan. Perekonomian dikembangkan oleh individu atau kelompok yang
memiliki sarana atau faktor produksi. Sehingga mereka memiliki keleluasaan atau
wewenang untuk mengatur dan berperan dalam sektor perekonomia serta
pengembangannya.
Kelembagaan pertanian adalah norma atau kebiasaan yang terstruktur dan
terpola serta dipraktekkan terus menerus untuk memenuhi kebutuhan anggota
masyarakat yang terkait erat dengan penghidupan dari bidang pertanian di
pedesaan. Dalam kehidupan komunitas petani, posisi dan fungsi kelembagaan
petani merupakan bagian pranata sosial yang memfasilitasi interaksi sosial atau
social interplay dalam suatu komunitas. Kelembagaan pertanian juga memiliki
titik strategis (entry point) dalam menggerakkan sistem agribisnis di pedesaan.
Untuk itu segala sumberdaya yang ada di pedesaan perlu diarahkan/diprioritaskan
dalam rangka peningkatan profesionalisme dan posisi tawar petani (kelompok
tani). Saat ini potret petani dan kelembagaan petani di Indonesia diakui masih
belum sebagaimana yang diharapkan (Suradisastra, 2008).
Kelembagaan pada subsistem usahatani bertujuan untuk menghasilkan
produk primer pertanian yang merupakan bahan baku bagi subsistem agribisnis
hilir. Peran subsistem agribisnis hilir adalah melakukan proses pengolahan
komoditas pertanian primer yang dihasilkan pada subsistem usahatani.
Kelembagaan pada subsistem agribisnis hilir bertujuan untuk menghasilkan
produk agroindustri yang mempunyai nilai tambah dibanding dengan komoditas
primernya.

1.2 Tujuan Praktek Lapang


Adapun tujuan dari praktikum lapangan yaitu:
1. Mengetahui kelembagaan formal di Desa Poleonro, Kecamatan Lamuru,
Kabupaten Bone.
2. Mengetahui kelembagan nonformal di Desa Poleonro, Kecamatan Lamuru,
Kabupaten Bone.

3
1.3 Kegunaan Praktikum
Adapun Kegunaan praktikum lapang yaitu agar mahasiswa dapat mengetahui
bagaimana ekonomi kelembagaan secara langsung, baik yang bersifat formal
maupun non formal.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Ekonomi Kelembagaan


Ekonomi adalah sebuah bidang kajian ilmu yang berhubungan tentang
pengurusan sumber daya material individu, masyarakat dan negara untuk
meningkatkan kesejahteraan kehidupan manusia. Karena itulah, ekonomi
merupakan salah satu ilmu yang berkaitan tentang tindakan dan perilaku manusia
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang berkembang dengan sumber daya
yang ada melalui kegiatan konsumsi, produksi dan distribusi (Samsudin, 2016).
Menurut Ruttan dalam Tony Djogo (2003) lembaga adalah aturan di
dalam suatu kelompok masyarakat atau organisasi yang menfasilitasi koordinasi
antar anggotanya untuk membantu mereka dengan harapan di mana setiap orang
dapat bekerja sama atau berhubungan satu dengan yang lain untuk mencapai
tujuan bersama yang diinginkan. Kelembagaan memudahkan kegiatan pertanian
masyarakat Desa, kelembagaan ini membantu memfasilitasi petani saat ada
bantuan pemerintah berupa pupuk, bibit, kontaktor, dll.
Kelembagaan adalah suatu hubungan dan tatanan antara anggota
masyarakat atau organisasi yang melekat, diwadahi dalam suatu jaringan atau
organisasi, yang dapat menentukan suatu hubungan antara manusia atau
organisasi dengan ditentukan oleh faktor-faktor pembatas dan pengikat berupa
norma, kode etik atau aturan formal dan non-formal untuk berkerjasama demi
mencapai tujuan yang diinginkan, menurut bulkis, kelembagaan berarti
seperangkat peraturan yang mengatur tingakah laku masyarakat untuk
mendapatkan tujuan hidup mereka, (Pakpahan dalam Nasution, 2002).
Kelembagaan berisi sekelompok orang yang bekerjasama dengan
pembagian tugas tertentu untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Tujuan
peserta kelempok dapat berebeda, tetapi dalam organisasi menjadi satu kesatuan.
Kelembagaan lebih ditekankan pada aturan main (the rules) dan kegiatan kolektif
(collective action) untuk mewujudkan kepentingan umum atau bersama.
Kelembagaan menurut beberapa ahli, sebagian dilihat dari kode etik dan aturan
main. Sedangkan sebagian lagi dilihat pada organisasi dengan struktur, fungsi dan
menejemennya. Saat ini kelembagaan biasanya dipadukan antara organisasi

5
dengan aturan main. Kelembagaan merupakan suatu unit sosialn yang berusaha
untuk mencapai tujuan tertentu dan menyebabkan lembaga tunduk pada
kebutuhan tersebut (Pakpahan dalam Nasution, 2002).
Ekonomi Kelembagaan merupakan disiplin ilmu yang mempelajari tentang
Ekonomi dengan tidak mengabaikan peran aspek non ekonomi seperti
kelembagaan dan lingkungan. Ekonomi Kelembagaan adalah paradigma baru
dalam ilmu ekonomi yang melihat kelembagaan (rule of the game) berperan
sentral dalam membentuk perekonomian yang efisien. Ekonomi kelembagaan
menekankan pada pentingnya aspek kelembagaan dalam menentukan bagaimana
sistem ekonomi dan sosial bekerja (Black, 2002).
Berdasarkan atas bentuknya tertulis dan tidak tertulis kelembagaan menjadi
dua yaitu informal dan formal. Kelembagaan informal adalah kelembagaan yang
keberadaannya di masyarakat umumnya tidak tertulis. Adat istiadat, tradisi,
pamali, kesepakatan, konvensi dan sejenisnya dengan beragam nama dan sebutan
dikelompokan sebagai kelembagaan informal. Sedangkan kelembagaan formal
adalah peraturan tertulis seperti perundang-undangan, kesepakatan (agreements),
perjanjian kontrak, peraturan bidang ekonomi, bisnis, politik dan lain-lain.
Kesepakatan-kesepakatn yang berlaku baik pada level international, nasional,
regional maupun lokal termasuk ke dalam kelembagaan formal. Terkadang
kelembagaan formal merupakan hasil evolusi dari kelembagaan informal.
Perubahan tersebut merupakan reaksi atas perubahan kehidupan dari masyarakat
sederhana menuju masyarakat yang lebih kompleks. Bisa juga dikatakan sebagai
tuntutan atas terjadinya perubahan zaman dan dinamika kehidupan. Masyarakat
tradisional dengan kehidupannya yang serba sederhana dengan potensi konflik
yang sangat minim tentu tidak membutuhkan peraturan tertulis yang rinci. Lain
halnya dengan masyarakat modern dengan segala kompleksitas kehidupannya
(North, 1990).
2.2 Kelembagaan Formal
Kelembagaa formal memiliki suatu struktur yang terumuskan dengan baik,
yang menerangkan hubungan-hubungan otoritasnya, kekuasaan, akuntabilitas dan
tanggung jawab. Struktur yang ada juga menerangkan bagaimana bentuk saluran –
saluran melalui apa komunikasi berlangsung. Kemudian menunjukkan tugas
terspesifikasi bagi masing-masing anggotanya. Hirarki sasaran kelembagaan

6
formal dinyatakan secara eksplit. Status, prestise, imbalan, pangkat dan
jabatan,serta persyaratan lainnya terurutkan dengan baik dan terkendali, selain itu
kelembagaa formal tahan lama dan beraturan, serta relatif tidak fleksibel, contoh
kelembgaan formal adalah badan-badan pemerintah dan universitas. Lembaga
formal merupakan lembaga atau organisasi yang mempunyai naungan hukum
tertentu yang diataur dalam peraturan pemerintah.contoh kelembagaan formal
seperti badan-badan pemerintah dan gapoktan (gabungan kelompok tani) dan
kelompok tani.
2.3 Kelembagaan Non formal
kelembagaan non formal adalah kelembagaan yang keberadaanya di
masyarakat umumnya tidak tertulis, contohnya adat istiadat, tradisi, pamali,
kesepakatan, konveksi dan sejenisnya dengan beragam nama dan sebutan
dikelompokkan sebagai kelembagaan non formal. Kelembagaan non formal yang
terdapat dalam masyarakat berawal dari kebutuhan setiap individu yang mulai
diatur dalam suatu norma kemasyarakatan. Norma-norma tersebut dianggap
penting dalam hidup kemasyarakatan. Keberadaan kelembagaan non formal
memiliki fungsi yaitu memberikan pedoman kepada anggota masyarakat tentang
sikap dalam menghadapi masalah dimasyarakat, menjaga keutuhan dari
masyarakat yang bersangkutan, memberikan pegangan kepada anggota
masyarakat untuk mengadakan pengawasan terhadap tingkah laku para
anggotanya. Hal ini menjelaskan bahwa kelmbagaan non formal mengatur
hubungan antara individu dalam masyarakat dan terdapat dalam masyarakat
sederhana maupun masyarakt modern (Nort, 2007).
Kelembagaan non formal dapat dialihkan menjadi kelembagaan formal
apabila hubungan didalamnya dan kegiatan yang dilakukan terstruktur dan
terumuskan. Kelembagaan non formal dibentuk oleh masyarakat baik yang
berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum yang berfungsi sebagai
sarana patisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Dimana
nilai merupakan sesuatu yang baik, dicita citakan dan di anggap penting oleh
masyarakat. Oleh karenanya untuk mewujudkan nilai sosial masyarakat
menciptakan aturan-aturan yang tegas yang disebut norma sosial. Nilai dan norma
inilah yang membatasi yang membatasi satiap perilaku manusia dalam kehidupan
bersama. Sekumpulan norma akan membentuk suatu sistem norma. Pada awalnya

7
kelembagaan non formal terbentuk dari norma-norma yang dianggap penting
dalam hidup kermasayarakatan. Terbetuknya lembaga non formal berawal dari
individu yang saling membutuhkan, kemudian timbul aturan aturan yang disebut
dengan norma kemasyarakatan. Lembaga non formal seting juga dikatakan
sebagai pranata sosial. Suatu norma tertentu diaktakan telah melembaga apabila
norma tersebut diketahui, dipahami, dimegerti, ditaati dan dihargai (Purwanto,
2008). Contoh kelembagaan non formal seperti tudang sipulung dan Acara
Mappadendang (Pesta Panen Adat Bugis).
Ciri-ciri kelembagaan non formal sebagai berikut (Soerjono, 1982):
1. Formalitas, adanya perumusan tertulis daripada peraturan-peraturan ketetapan-
ketetapan, prosedur, kebijaksanaan,tujuan dan seterusnya.
2. Hiierarki, adanya suatu pola kekuasaan dan wewenang yang terbentuk
piramida, artinya ada orang orang tertentu yang memiliki kedudukan dan
kekuasaan serta wewenang yang lebih tinggi daripada anggota biasa pada
organisasi tersebut.
3. Besarnya dan kompleksnya, memiliki banyak anggota sehingga hubungan
sosial antar anggota adalah tidak langsung (impersonal), gejala ini biasanya
dikenal dengan gejala birokrasi.
4. Lamanya (duration), eksistensi suatu kelembagaan lebih lama daripada
keanggotaan orang-orang dalam organisasi tersebut.
2.4 Modal Sosial
Sosial sebagai sumberdaya sosial yang dapat dipandang sebagai investasi
untuk mendapatkan sumberdaya baru dalam masyarakat. Oleh karena itu modal
sosial diyakini sebagai salah satu komponen utama dalam menggerakkan
kebersamaan, mobilitas ide, saling kepercayaan dan saling menguntungkan untuk
mencapai kemajuan bersama. Penjabaran modal sosial adalah penampilan
organisasi sosial, seperti kepercayaan, norma-norma (hal timbal balik) dan
jaringan (dari ikatan-ikatan masyarakat) yang dapat memperbaiki efisiensi
masyarakat dengan memfasilitasi adanya koordinasi dan kerjasama bagi
keuntungan bersama. Modal sosial adalah kapabilitas yang muncul dari
kepercayaan umum di dalam sebuah masyarakat atau bagian-bagian tertentu dari
masyarakat tersebut (Putnam et al Suharto, 2007).

8
konsep ini juga diartikan sebagai serangkaian nilai atau norma informal
yang dimiliki bersama diantara para anggota suatu kelompok yang
memungkinkan terjalinnya kerjasama. Modal sosial memegang peranan yang
sangat penting dalam memfungsikan dan memperkuat kehidupan masyarakat
modern. Modal sosial merupakan syarat yang harus dipenuhi bagi pembangunan
manusia, pembangunan ekonomi, sosial, politik dan stabilitas demokrasi,
Berbagai permasalahan dan penyimpangan yang terjadi di berbagai negara
determinan utamanya adalah kerdilnya modal sosial yang tumbuh di tengah
masyarakat. Modal sosial yang lemah akan meredupkan semangat gotong royong,
memperparah kemiskinan dan menghalangi upaya untuk meningkatkan kesejahter
aan. (Fukuyama,1999).
Unsur-Unsur Modal Sosial:
1. Kepercayaan, tumbuhnya sikap saling percaya antar individu dan antar institusi
dalam masyarakat
2. Kohesivitas, adanya hubungan yang erat dan padu dalam membangun
solidaritas masyarakat
3. Altruisme, paham yang mendahulukan kepentingan orang lain
4. Perasaan tidak egois dan tidak individualistik yang mengutamakan kepentingan
umum dan orang lain di ataskepentingan sendiri
5. Gotong royong, sikap empati dan perilaku yang mau menolong orang lain dan
bahu-membahu dalam melakukan berbagai upaya untuk kepentingan bersama
6. Jaringan dan kolaborasi sosial, membangun hubungan dan kerjasama antar
individu dan antar institusi baik di dalam komunitas sendiri atau kelompok
maupun diluar komunitas atau kelompok dalam berbagai kegiatan yang
memberikan manfaat bagi masyarakat.

9
BAB III

METODE PRAKTIK LAPANG

3.1 Lokasi dan Waktu Praktik Lapang


Praktik Lapang Ekonomi Kelembagaan dilaksanakan di Desa Poleonro,
Kecamatan Lamuru, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan pada hari Jumat
21-23 Desember 2018.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Praktek lapang ini menggunakan 2 jenis sumber data yaitu:
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli
atau pihak pertama. Data Primer yaitu merupakan data yang diperoleh dengan
menggunakan kuisioner atau dengan mewawancara secara langsung sebagai
sumber informasi yang dicari yaitu:
1) Metode kuisoner dilakukan dengan cara memberikan lembar pertanyaan
yang berkaitan dengan permasalahan praktikum kepada responden yang
berada di Desa Poleonro, Kecamatan Lamuru, Kabupaten Bone, Provinsi
Sulawesi Selatan
2) Metode wawancara dlilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab
secara lisan dengan pihak – pihak yang berkaitan dengan langsung dengan
proses pemasaran hasil pertanian yang berada di Desa Poleonro,
Kecamatan Lamuru, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber data yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung melalui media perantara. Data sekunder pada umumnya berupa
bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersususn dalam arsip, baik
yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.
Data sekunder untuk laporan praktik lapang ini diperoleh dari pemerintah
setempat dari sekertaris desa.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan sebuah cara yang dilakukan untuk menyediaan
dokumen-dokumen dengan menggunakan bukti yang akurat dari pencatatan

10
sumber-sumber informasi khusus dari karangan/tulisan, wasiat, buku,
undang-undang dan sebagainya.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara yang dilakukan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan
dalam mencapai tujuan penelitian.
Metode pengumpulan data yaitu:
1. Metode kuisoner dilakukan dengan cara memberikan lembar pertanyaan
yang berkaitan dengan permasalahan praktikum kepada responden yang
berada di Desa Poleonro, Kecamatan Lamuru, Kabupaten Bone, Provinsi
Sulawesi Selatan
2. Metode wawancara dlilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab
secara lisan dengan pihak -pihak yang berkaitan dengan langsung dengan
proses pemasaran hasil pertanian yang berada di Desa Poleonro,
Kecamatan Lamuru, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan
3.4 Metode Analisi Data
Metode analisi data adalah tahapan proses tahapan proses penelitian
dimana data yang sudah dikumpulkan untuk diolah. Data wawancara yang
diperoleh langsung dari Masyarakat yang dianalisis secara deskriktif untuk
menggambarkan kondisi dan perbandingan kelembagaan formal dan non formal.
Analisis deskriptif adalah bagian dari statistika yang mempelajari alat, teknik atau
prosedur yang digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan kumpulan
data atau hasil pengamatan yang telah dilakukan. Kegiatan-kegiatan tersebut
antara lain adalah kegiatan pengumpulan data, pengelompokkan data, penentuan
nilai dan fungsi statistik, serta pembuatan grafik, diagram dan gambar (Wiyono,
2001).

11
BAB IV

KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTEK LAPANG

4.1 Keadaan Umum Lokasi


Secara geografis wilayah Desa Poleonro merupakan Ibukota Kecamatan
Lamuru. Jarak kurang lebih 62 km dari pusat ibukota Kabupaten Bone, sekitar
273 km dari pusat ibukota Provinsi Sulawesi Selatan. Kawasan ini dapat dicapai
dengan menggunakan roda dua maupun roda empat dengan waktu tempuh
kurang lebih 3 jam dari ibukota Provinsi Sulawesi Selatan dan 1 jam 30 menit
dari ibukota Kabupaten Bone.
Tabel 1. Letak Batas Desa Poleonro, Kecamatan Lamuru, Kabupaten Bone,
Provinsi Sulawesi Selatan.
Letak Batas Desa/Kelurahan
Sebelah Utara Lalebbata
Sebelah Selatan Mattampawalie
Sebelah Barat Barakkae
Sebelah Timur Selli
Sumber: Data Sekunder, 2018.
Berdasarkan Tabel 1, menunjukkan letak batas Desa Poleonro yang
dibatasi oleh beberapa Desa yang ada di Kecamatan Lamuru, Kabupaten Bone,
Provinsi Sulawesi Selatan.
Luas wilayah Desa Poleonro secara keseluruhan kurang lebih 10 km2 yang
terbagi atas tanah tegalan, tanah pekarangan. Desa Poleonro termasuk yang
sebagian besar penduduknya bergerak dibidang Pertanian dan Peternakan,
Wilayah Kelurahan Lalebbata terdapat 3 Dusun.
Jenis tanah wilayah di Desa Poleonro merupakan struktur dataran rendah.
Pada dasarnya jalanan Desa Poleonro merupakan dataran rendah.
4.2 Keadaan Penduduk
Penduduk Desa Poleonro berjumlah kurang lebih 1.834. jumlah kepala
rumah tangga sebanyak 398 kepala rumah tangga, struktur penduduk umur di
Desa Poleonro sebagian besar tergolong dalam kelompok usia produktif (18-60
tahun) sedangkan untuk jumlah penduduk yang tergolong yang tidak produktif (0-
05 tahun). Rumah penduduk kebanyakan rumah berlantai satu. Berdasarkan
agama, penduduk Desa Poleonro 99% menganut agama islam karena ada.
Kerapatan rumah penduduk dengan penduduk lain sangat renggang dengan
penduduk lain. Struktur penduduk berdasarkan mata pencaharian sangat bervariasi

12
terdiri atas pertanian, ternak, pedagang dan terdapat pasar umum. Sumberdaya
manusia yang dimiliki di Desa Poleonro yaitu sebagai berikut:
Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Poleonro,
Kecamatan Lamuru, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan.
No. Jenis Kelamin Jumlah (Orang)
1. Laki-laki 901
2. Perempuan 933
Total 1.834
Sumber: Data Sekunder, 2018.
Berdasarkan Tabel 2, menujukkan bahwa di Desa Poleonro penduduknya
lebih banyak Perempuan. Dimana perbedaan antara penduduk dengan
perempuan yaitu selisih 32 orang.
Adapun penduduk menurut strata pendidikan yaitu sebagai berikut:

Tabel 3. Penduduk Berdasarkan Strata Pendidikan di Desa Poleonro, Kecamatan


Lamuru, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan..
No. Strata Pendidikan Jumlah (Orang)
1. Sarjana (S1, S2, S3) 23
2. Diploma (D1, D2, D3) 63
3. SLTA/ Sederajat 603
4. SMP/ Sederajat 431
5. SD/ Sederajat 305
6. TK (Taman kanak-kanak) 45
7. Madrasah Aliyah 210
8. Tidak sekolah 154
Total 1.834
Sumber: Data Sekunder, 2018.
Berdasarkan Tabel 3, menunjukkan bahwa pendidikan yang paling
dominan di Kelurahan Lalebbata yaitu SLTA/ Sederajat. Rata-rata penduduk
hanya berpendidikan sampai SLTA/ Sederajat.
Jumlah penduduk menurut usia meliputi usia dan jumlah (orang) yang ada
di Desa Poleonro, Kecamatan Lamuru, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi
Selatan.
Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Usia di Desa Poleonro, Kecamatan Lamuru,
Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan.
No. Usia (Tahun) Jumlah (Orang)
1. 0 – 15 437
2. 16 – 45 789
3. > 45 608
Total 1.834
Sumber: Data Sekunder, 2018.

13
Berdasarkan Tabel 4, menunjukkan bahwa penduduk yang paling dominan
di desa tersebut yaitu berumur diatas 16-45 tahun.
4.3 Keadaan Pertanian
Sebagian besar lahan yang ada, di pergunakan untuk lahan perkebunan dan
pertanian (sawah). Hasil dari sumberdaya alam subsektor pertanian meliputi
padi, jagung, kacang-kacang, ubi kayu, ubi jalar, cabai, tomat dan tanaman
hortikultura lainnya. Sedangkan sistem pengelolaannya meliputi pemilik tanah
pertanian, penyewa penggarap dan buruh tani. Secara garis besar sektor
peternakan di Desa Poleonro ciri-ciri peternakan meliputi ayam, kambing,
bebek, dan sapi. Di Desa Poleonro terdapat Koperasi Unit Desa (KUD) sebanyak
1 unit, non KUD (simpan pinjam) sebanyak 1 unit, lembaga BPD sebanyak 1
unit, PKK sebanyak 1 unit dan agen penyaluran pupuk. Prasarana pertanian
terdapat sebagai berikut:
Tabel 5. Prasarana Pertanian di Desa Poleonro, Kecamatan Lamuru, Kabupaten
Bone, Provinsi Sulawesi Selatan.
No. Prasarana Pertanian Jumlah (Unit)
1. Penggilingan padi 4
2. Pemipil jagung 2
3. Pompanisasi 2
4. Traktor 10
Sumber: Data Sekunder, 2018.
Berdasarkan Tabel 5, menunjukkan bahwa prasarana pertanian yang
terdapat di Desa Poleonro ada Penggilingan Padi, Pemipil Jagung, Pompanisasi,
dan Traktor. traktor merupakan yang paling banyak terdapat di Desa Poleonro.
Potensi sumberdaya alam di Desa Poleonro meliputi sumberdaya alam non
hayati yaitu air, lahan dan udara, sedangkan sumberdaya alam hayati yaitu
perkebunan, flora dan fauna. Khususnya tataguna dan intesifikasi lahan yang ada
di Desa Poleonro sebagai berikut :

14
Tabel 6. Luas Area di Desa Poleonro, Kecamatan Lamuru, Kabupaten Bone,
Provinsi Sulawesi Selatan.
No. Area Jumlah (Ha)
1. Pemukiman 200
2. Persawahan dan Ladang 500
3. Bangunan Umum 2,50
4. Pemakaman 2,0
5. Perkantoran 2,10
6. Tanah Wakaf 2,50
7. Irigasi Setengah teknis 15
8. Irigasi Tada Hujan 85
9. Perkebunan 422
Sumber: Data Sekunder, 2018.
Berdasarkan Tabel 6, menunjukkan bahwa luas wilayah desa yang
digunakan untuk persawahan dengan luas kurang lebih 500 Ha dan perkebunan
dengan luas kurang lebih 422 Ha sedangkan luas area pemukiman 200 Ha dan
ada beberapa luas area lainnya.
4.4 Keadaan Sarana dan Prasaran
Adapun sarana dan prasarana di Desa Poleonro, Kecamatan Lamuru,
Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan.yaitu sebagai berikut:
a). Prasarana Pendidikan
Prasarana pendidikan meliputi prasarana dan jumlah prasarana yang ada
Desa Poleonro, Kecamatan Lamuru, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi
Selatan.
Tabel 7. Prasarana Pendidikan di Desa Poleonro, Kecamatan Lamuru,
Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan.
No. Prasarana Pendidikan Jumlah (Unit)
1. Gedung TK 1
2. Gedung SD 2
4. Gedung Madrasah 1
5. Gedung SLTA 1
Sumber: Data Sekunder, 2018.
Berdasarkan Tabel 7, menunujukkan bahwa di Desa Poleonro terdapat
beberapa prasaranan pendidikan. Di desa tersebut tidak terdapat pos kesehatan
desa untuk melayani warga dalam konsultasi kesehatan karena gedungnya
berada di kelurahan lalebbata.
Prasarana transportasi meliputi prasarana dan jumlah prasarana
transportasi yang ada di Desa Poleonro, Kecamatan Lamuru, Kabupaten Bone,
Provinsi Sulawesi Selatan.

15
Tabel 8. Prasarana Transportasi di Desa Poleonro, Kecamatan Lamuru,
Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan.
No. Prasarana Transportasi Status Jalan
1. Jalan Kecamatan Aspal
2. Jalan Desa Aspal
3. Jalan Dusun Aspal
4. Jalan Usahatani Sebagian aspal
Sumber: Data Sekunder, 2018.
Berdasarkan Tabel 8, menunjukkan bahwa prasarana transportasi di Desa
Poleonro, Kecamatan Lamuru, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan.
memilki jalan yang sebagian besar sudah melalui pengaspalan.
b). Sarana Ibadah
Sarana Ibadah meliputi jenis sarana dan jumlah sarana yang ada di Desa
Poleonro, Kecamatan Lamuru, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan.
Tabel 9. Sarana Ibadah di Desa Poleonro, Kecamatan Lamuru, Kabupaten Bone,
Provinsi Sulawesi Selatan.
No. Sarana Ibadah Jumlah (Unit)
1. Masjid 2
2. Mushollah -
3. Gereja -
Sumber: Data Sekunder, 2018.
Berdasarkan Tabel 9, menunjukkan bahwa sarana ibadah yang terdapat
di Desa tersebut hanya terdapat masjid yang digunakan warga untuk kegiatan
ibadah. Sarana ibadah tersebut dapat dijangkau oleh semua warga sekitar.
c). Sarana Olahraga
Sarana Olahraga meliputi jenis sarana dan jumlah sarana yang ada di Desa
Poleonro, Kecamatan Lamuru, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan.
Tabel 10. Sarana Olahraga di Desa Poleonro, Kecamatan Lamuru, Kabupaten
Bone, Provinsi Sulawesi Selatan.
No. Sarana Olahraga Jumlah (Unit)
1. Sepak Bola 1
2. Volly 4
3. Bulu Tangkis 1
4. Tenis Meja 5
Sumber: Data Sekunder, 2018.
Berdasarkan Tabel 10, menunjukkan bahwa sarana Olahraga yang ada di
Desa Poleonro Meliputi Sepak Bola, Volly, Bulu Tangkis dan Tenis Meja yang
tersebar di beberapa dusun.

16
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Identitas Responden
Identitas responden adalah menguraikan atau memberikan gambaran
mengenai aktivitas dan survei metode pengumpulan data dengan kuisioner
diperoleh dengan kondisi responden tentang jenis kelamin, usia, pekerjaan,
penghasilan dll.
Adapun identitas responden dapat dilihat pada tabel 11 :
Tabel 11. Identitas Responden Kelompok Tani Sang Hyang Seri di Desa
Poleonro, Kecamatan Lamuru, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi
Selatan.

No. Nama Umur Tingkat Jabatan Lamanya Keterangan


Pendidikan Kepengurusan
1. Jamaluddin 56 SD Ketua kelompok 10 Formal
tani
2. Sulisanti 38 SMP Anggota pokja 1 6 Non formal
Sumber: Data primer, 2018.
Berdasarkan tabel 11, menunjukkan bahwa kelembagaan di Desa Poleonro
yaitu kelompok tani yang merupakan kelembagaan formal dengan responden
bernama pak Jamaluddin berumur 56 tahun dengan tingkat pendidikan SD,
jabatan pak Jamaluddin yaitu ketua kelompok tani dengan lama kepengurusan
selama 10 tahun. Sedangkan kelembagaan non formal yaitu Pokja 1 dengan
responden bernama ibu Sulisanti berumur 38 tahun dengan tingkat pendidikan
SMP, jabatan ibu Sulisanti yaitu anggota pokja 1 dengan lama kepengurusan 6
tahun.
5.2 Profil Lembaga
1. Lembaga Formal
Nama Lembaga : Ketua Kelompok Tani
Tahun Berdiri : 2000
Anggota : Masyarakat Desa Poleonro, Kecamatan Lamuru
Ketua : Jmaluddin
Lamanya jadi pengurus : 10 Tahun
2. Lembaga Non Formal
Nama Lembaga : Anggota pokja 1
Tahun berdiri : 2004

17
Anggota : Masyarakat Desa Poleonro, Kecamatan Lamuru
Ketua : Sulisanti
Lamanya jadi pengurus : 6 Tahun
5.3 Analisis Kelembagaan Formal
Lembaga formal adalah kumpulan dua orang atau lebih yang memiliki
hubungan kerja rasional dan mempunyai tujuan bersama biasanya mempunyai
struktur organisasi yang jelas.
Kelompok tani adalah kumpulan petani yang dibentuk atas dasar
kebersamaan kepentingan, kebersamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi dan
sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha
anggota. Kelompok tani biasanya menciptakan tata cara sumberdaya yang ada,
sebagai media atau alat pembagunan dan membagun kesadaran anggota petani
untuk menjalankan mandat yang diamanatkan oleh kelompok.
Berdirinya kelompok tani adanya kesadaran para petani untuk menjalankan
pertanian di poleonro serta dikarenakan pula untuk menghidupkan petani yang
sudah vakum, maka terbentuklah kelompok tani tersebut.
Tujuan diadakan kelompok tani di Desa Poleonro, Kecematan Lamuru yaitu
untuk memecahkan masalah atau kendala yang dihadapi para petani sebagai
penghubung antara petani dan pemerintah. Menghimpun semua petani yang ada di
desa.

18
Adapun struktur susunan pengurus kelompok tani ini dapat dilihat dibawah
ini yaitu:

Ketua
Jamaluddin

Sekertaris Bendahara
Nasri Sain Sainal Rasih

Anggota

30 orang

Gambar 1. Struktur Susunan Pengurus kelompok tani di Desa Poleonro,


Kecamatan Lamuru, Kabupaten Bone, Provinsi sulawesi
Selatan.
Berdasarkan gambar 1 menunjukkan bahwa Bapak Jamaluddin memiliki
tugas sebagai ketua kelompok yang berfungsi untuk mengkordinir ketika ada
pemasukan dari pemerintah contoh penyaluran pupuk/benih, bertanggung jawab
terhadap kegiatan dalam melakukan proker serta mengkordinir semua anggota.
Bapak Nasri Sain bertugas sebagai sekertaris yang berfungsi membuat laporan
bulanan/tahunan dokumen serta mencatat administrasi. Bapak Sainal Rasih
bertugas sebagai bendahara yang berfungsi sebagai yang mengatur dan mengelola
keuangan.
Adapun kegiatan kelembagaan kelompok tani yang dilakukan Di Desa
poleonro, Kecamatan Lamuru, Kabupaten Bone yaitu gotong royong/kerja bakti,
membersihkan saluran air, adanya rapat bulanan dan pemantauan input pertanian.
Kearifan lokal warga di Desa Poleonro, Kecematan Lamuru, Kabupaten
Bone, Provinsi Sulawesi Selatan biasa dilaksanakan kebiasaan atau adat yang
,asih dipercaya serta setelah panen masyarakat melakukan syukuran dan pesta
panen, pemanfaatan pupuk kandang dan pupuk kompos.

19
Modal sosial adalah dibangun oleh kepercayaan-kepercayaan antar individu.
Rasa saling percaya dibentuk dalam waktu yang tidak sebentar serta memiliki
proses-proses sosial yang berlaku (Fukuyama, 2001). Modal sosial yang biasa
dilaksanakan di desa Poleonro adalah meminjam uang di gapoktan serta sistem
jaringan terhadap anggota petani.
5.4 Analisis Kelembagaan Non Formal
Lembaga non formal adalah kumpulan dua orang atau lebih yang memiliki
hubungan kerja rasional dan mempunyai tujuan bersama yang tidak tertulis tetapi
disepakati.
Pokja atau kelompok kerja merupakan wadah atau gerakan untuk
mewujudkan keluarga yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa,
berakhlak mulia dan berbudi luhur, sehat sejahtera, maju-mandiri, kesetaraan dan
keadilan gender serta kesadaran hukum dan lingkungan.
Berdirinya pokja atau kelompok kerja di Desa poleonro, kecematan Lamuru
sejak tahun 2004, dimana pembentukan pokja ini untuk membina para warga dan
tentunya ini sudah menjadi ketentuan dari pemerintah.
Adapun tujuan lembaga pokja atau kelompok kerja ini adalah untuk
menghimpun para anggota, terutama ibu rumah tangga dalam membina
kelestarian lingkungan serta saling gotong royong.

20
Adapun struktur susunan pengurus kelompok arisan dapat dilihat dibawah
ini yaitu:
Ketua

Wakil
Wakil 1
Wakil 2

Sekertaris Bendahara
Sekertaris 1 Pojka 1,2,3,4
Sekertaris 2 Damawisma

Gambar 2. Struktur Susunan Pengurus Pokja atau Kelompok Kerja di Desa


Poleonro, Kecamatan Lamuru, Kabupaten Bone, Provinsi
sulawesi Selatan.
Berdasarkan gambar 2, menunjukkan bahwa struktur susunan pengurus
terdiri dari ketua yang berfungsi untuk membantu mengarahkan, mengkordinasi
anggota serta mengawasi pelaksanaan program. Kemudia wakil yang berfungsi
membantu ketua serta merumuskan segala kehidupan diseluruh bidang. Sekertaris
berfungsi membuat surat keputusan dan rencana kerja serta bertanggungjawab
dalam aktivitas administrasi. Bendahara yang berfungsi sebagai pembuat rencana
anggaran dan pokja yang berfungsi dalam bagian penghayatan pancasila,
pendidikan serta kesehatan.
Kegiatan kelembagaan pokja atau kelompok kerja yang dilakukan di Desa
Poleonro yaitu pelaksanaan program kerja berupa strip, jumat bersih serta senam
lansia dan setiap tanggal 10 akan diadakan rapat rutin.
Kearifan lokal pokja atau kelompok kerja yang dilaksanakan di Desa
Poleonro yaitu pengolahan minyak kelapa asli, pengolahan sampah serta
pembuatan tas rajut. Modal sosial yang dilakukan oleh pokja atau kelompok kerja
yaitu memberdayakan lansia dalam kegiatan yang produktif dan menjadi teladan
dalam keluarga dan lingkungannya.

21
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktik lapang yang dilakukan di Desa Poleonro, Kecamatan
Lammuru, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan dapat dilihat bahwa
1. Ada beberapa lembaga formal dan non formal yang didapat di Desa Poleonro,
Kecamatan Lammuru, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan yaitu
kelompok tani sebagai lembaga formal dan pokja atau kelompok kerja sebagai
lembaga non formal.
2. Lembaga yang bersifat formal yang ada disana masih sangat berlaku sebab
salah satu yang modal sosial yang diaggap yaitu adanya timbal balik tentang
perekonomian yang akan meningkat, sedangkan pada lembaga non formal kini
mulai berkembang apalagi dikalangan ibu-ibu dalam memberdayakan lansia
dan menjaga lingkungan.
6.2 Saran
Adapun saran yang dapat saya sampaikan dalam laporan praktik lapang
yaitu :
1. Bagi petani anggota kelompok tani untuk lebih aktif dalam mengikuti kegiatan
pertemuan kelompok tani yang diadakan oleh pemerintah di desa Poleonro,
Kecematan Lammuru, Kabupaten Bone, Provinsi sulawesi Selatan.
2. Bagi pokja atau kelompok kerja adalah sejauh mana pengurus kelompok kerja
di Desa Poleonro dapat mengelola dengan baik dan bertanggung jawab atas
apa yang telah menjadi tugasnya.

22
DAFTAR PUSTAKA

Black, 2002. pengertianilmu.com/pengertian-kelembagaan.Diakses pada tanggal 2


Januari 2018.

Barzet, 1989.https:/baiqdian.wordpress.com/2011/06/15/ekonomi-kelembagaan/.
Diakses pada tanggal 2 Januari 2018.

Fukuyama, 1995. Trust : The Social Virtue and The Creation of Properity, New
York Free Press. Diakses pada tanggal 2 Januari 2018.
Fukuyama, 2001. Social Capital and Civil Society.The Institute of Publi
Policy,George Mason University. Diakses pada tanggal 2 Januari
2018.
North, 1990. Commercial Chicken Production Manual.4thEdition. Van Nostrand
Rainhold. New York. Diakses pada tanggal 2 Januari 2018.

Nasution, 2002, “Pengembangan Kelembagaan Koperasi Pedesaan Untuk


Agroindustri.” , IPB Press, Bogor. Diakses pada tanggal 2 Januari
2018.
Samsudin, 2016. http://umum-pengertian.blogspot.co.id/2016/05/pengertian-
ekonomi-secara-umum.html. Diakses pada tanggal 2 Januari 2018.
Soerjono, 1982. Sosiologi Suatu Pengantar, CV. Rajawali, Jakarta. Diakses pada
tanggal 2 Januari 2018.

Suharto, 2007. Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.


Diakses pada tanggal 2 Januari 2018.
Wiyono, 2001. Statistik ceria.blogspot. com › Analisis deskriptif. Diakses pada
tanggal 2 Januari 2018.

23

Anda mungkin juga menyukai