Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Pada umumnya masyarakat Indonesia merupakan masyarakat agraris
yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani yang
bertempat tinggal di pedesaan. Aktivitas pertanian yang dilakukan oleh para
petani merupakan suatu cara hidup, cara berpikir dan cara bertindak dan
itulah suatu profesi. Dalam profesi petani, selalu diikuti dengan perubahan-
perubahan cara berpikir, cara hidup dan cara bertindak yang disebabkan oleh
adanya kemajuan teknologi dan informasi pertanian. Perkembangan teknologi
dan informasi pertanian secara langsung telah turut mengubah pola pikir
petani, sehingga terjadi pergeseran pola pikir dan pola bertindak dalam
mengelola tanah dan hasil-hasil pertanian.
Kemajuan sektor pertanian di Indonesia masih jauh tertinggal dengan
negara tetangga malaysia, karena Panca Usaha Tani dengan pendekatan
kelompok Tani dan Denplot (Kebun Contoh) yang pada masa Orde Baru
menjadi baro meter kemajuan produksi petani di Indonesia yang kemudian di
pelajari oleh petani dari negara tetangga Malaysia dan menjadikan negara
Malaysia saat ini menjadi salah satu negara pengeksport hasil pertanian di
Asia Tenggara, tidak dilanjutkan oleh petani Indonesia. Dampaknya
Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris ternyata saat ini sebagai negara
penginpor beras nonor satu di Asia Tenggara.
Organisasi merupakan satu-kesatuan yang terdiri atas bagian –
bagian dalam perkumpulan orang untuk mencapai tujuan bersama.
Organisasi adalah suatu pola hubungan yang melalui orang-orang di bawah
pengarahan manajermen demi mencapai tujuan bersama yang di rencanakan.
Organsasi terdiri dari organisasi formal dan organisasi informal. Organisasi
formal merupakan kumpulan dari dua orang atau lebih yang mengikatkan
dirinya dengan suatu tujuan bersama secara sadar serta dengan hubungan
kerja yang rasional. Sedangkan organisasi informal adalah kumpulan dari dua

1
orang atau lebih yang terlibat pada suatu aktivtas serta tujuan bersama yang
tidak di sadari. Salah satu bentuk bagian dari organisasi informal adalah
kelompok-kelompok yang terbentuk karena berdasarkan kebutuhan dan
profesi antara lain : kelompok tani.
Kelompok tani merupakan kumpulan petani yang tumbuh
berdasarkan kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan
(sosial,ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk bekerja sama dalam
meningkatkan dan mengembangkan produktifitas usaha tani, memanfaatkan
sumber daya petani, mendistribusikan hasil produksinya dan menciptakan
kesejahteraan anggotanya sebagai bentuk kelompok sosial yang ada dalam
masyarakat seperti membentuk kelompok tani.
Didesa Rigi Kecamatan Boawae, Kabupaten Nagekeo terdapat
beberapa kelompok tani. Salah satunya kelompok MA’E TAKU GOE.
Kelompok tani ini di bentuk sejak tahun 2013 dengan jumlah anggotanya 20
orang. Dengan adanya kelompok tersebut, masyarakat desa selalu memupuk
kebersamaan antar petani. Kelompok MA’E TAKU GOE memiliki kegiatan
berupa kerja sama di sawah maupun ladang dan beternak. Walaupun ada
dinamika atau masalah antar anggota kelompok yang berkaitan dengan
kegiatan yang tidak sesuai dengan kesepakatan awal, namun anggota
kelompok MA’E TAKU GOE tetap menjaga kekompakan dan kerjasama
dalam mempertahankan keberadaan kelompok dengan mencari solusi
bersama untuk menyelesaikan masalah yang ada.
Kelompok tani ini menciptakan budaya solidaritas antas sesama
petani dengan menjalankan aturan kelompok untuk kepentingan bersama dan
perlu dijaga bersama keleestariannya sebagai kewajiban bersama para
anggota. Artinya rasa persaudaraan dan semangat kebersamaan untuk bekerja
sama masih terus dipertahankan dan masih terus diperjuangkan. Sejak tahun
2013 sampai tahun 2015 kelompok tani ini masih dijalankan oleh masyarakat
Desa Rigi, namun seiring berjalannya waktu pada tahun 2016 kelompok tani
MA’E TAKU GOE mengalami kemacetan atau tidak difungsikan lagi.
Kelompok tani tersebut memiliki struktur yang lengkap tetapi tidak

2
menjalankan semua fungsi seperti yang sudah direncanakan bersama antara
anggota kelompok. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk
melakukan studi dengan judul “KEMACETAN PADA KELOMPOK TANI
MA’E TAKU GOE DESA RIGI, KECAMATAN BOAWAE, KABUPATEN
NAGEKEO’’.

1.2. Rumusan masalah


Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah “ Mengapa terjadi kemacetaan pada kelompok tani MA’E TAKU
GOE Desa Rigi Kecamatan Boawae, Kabupaten Nagekeo ?

1.3. Tujuan penelitian


1. Untuk mengetahui profil kelompok tani MA’E TAKU GOE di Desa Rigi,
Kecamatan Boawae, Kabupaten Nagekeo.
2. Untuk mengetahui alasan terjadinya kemacetan pada kelompok tani MA’E
TAKU GOE.

1.4. Manfaat penelitian


1. Sebagai informasi kepada kelompok tani agar tetap menjalankan program
kelompok tersebut.
2. Sebagai bahan bacaan dan literatur tambahan bagi peneliti dan masyarakat
luas pada umumnya.
1.5. Ruang lingkup
Adapun yang menjadi ruang lingkup penelitian yang terkait dengan tempat
atau lokasi penelitian lebih difokuskan pada kemacetan kelompok tani MA’E
TAKU GOE di Desa Rigi, Kecamatan Boawae, Kabupaten Nagekeo.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Landasan Teori


Teori yang digunakan dalam tulisan ini adalah teori yang relevan
dengan masalah yang akan di teliti. Berkaitan dengan itu, maka dalam studi
ini peneliti mengunakan konsep teori sebagai berikut:
2.1.1. Teori fungsional struktural
Dalam teori ini, Talcott Parsons berbicara tentang empat fungsi
penting untuk semua sistem “tindakan”, Adaptation, Goal Attainment,
Integration, dan Latency yang dikenal dengan skema AGIL. Fungsi yang
dimaksudkan oleh Talcott Parsons adalah kumpulan kegiatan yang
ditujukan kearah pemenuhaan kebutuhan sistem.
Skema yang disampaikan Parsons tersebut mau menunjukan bahwa dengan
adanya penerapan adaptation, goal attainment, integration dan latency
dalam komunitas masyarakat selain memberikan nilai lebih dalam upaya
pencapaian tujuan masyarakat dan juga memberikan manfaat-manfaat baru
dalam mempertahankan dan mendukung tumbuhnya sistem yang
berkembang di dalam masyarakat.(Ritzer dan Godman 2004: 121).
Demi keberlangsungan hidupnya, maka masyarakat harus
menjalankan fungsi-fungsi yang disarankan oleh Parsons yakni:
a. Adaptation (adaptasi), Supaya masyarakat bisa bertahan dia harus mampu
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan
dengan dirinya.
b. Goal attainment (Pencapaian tujuan) : Sebuah sistem harus mampu
menentukan tujuannya dan berusaha mencapai tujuan-tujuan yang telah
dirumuskan itu.
c. Integration (integrasi) : Masyarakat harus mengatur hubungan di antara
komponen-komponennya supaya dia bisa berfungsi secara maksimal.
d. Latency (latensi atau pemeliharaan pola): Setiap masyarakat harus
mempertahankan, memperbaiki, dan membaharui baik motivasi individu-

4
individu maupun pola- pola budaya yang menciptakan dan mempertahankan
motivasi- motivasi itu (George 2004: 121)

Dalam hubungannya dengan topik yang diangkat peneliti memutuskan untuk


memilih teori fungsionalisme struktural, karena dalam teori ini menjelaskan
tentang empat fungsi penting untuk semua sistem, yang mana apabila salah satu
sistemnya terganggu maka akan berpengaruh juga pada sistem yang lain. Sama
halnya dengan masalah kemacetan pada kelompok tani MA’E TAKU GOE
dimana ada sistem yang tidak berjalan sehingga proses kegiatan pada kelompok
tersebut menjadi terhambat.
2.2. Tinjauan Pustaka
2.2.1. kelompok tani
2.2.1.1. pengertian kelompok tani
Kelompok tani adalah kumpulan manusia yang merupakan kesatuan
beridentitas dengan adat istiadat dalam sistem norma yang mengatur pola-
pola yang mengatur interaksi antara manusia (KBBI, 2002 : 534). Menurut
departemen pertanian kelompok tani yaitu diartikan sebagai kumpulan
orang-orang tani atau petani yang terdiri atas petani-petani dewasa (pria
dan wanita) maupun petani taruna (pemuda pemudi) yang terkait secara
informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian kebutuhan
bersama serta berada di lingkungan pengaruh pemimpin kontak tani.
Secara kompleks adalah kumpulan petani atau peternak yang di
bentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan
(sosial ekonomi budaya manusia) dan keakraban untuk meningkatkan serta
mengembangkan usaha-usaha anggota. Kelompok adalah himpunan atau
kesatuan manusia yang hidup bersama sehingga terdapat hubungan timbal
balik (DepenNas, 2002 : 140). Dengan demikian kelompok tani adalah
kumpulan manusia yang memiliki kegiatan dalam bentuk bercocok tanam
yang hidup bersama merupakan kesatuan beridentitas dan interaksi sesama
sistem norma yang berlaku di dalamnya (Sado Hamzah, 1989 : 4).

5
2.2.1.2. Ciri- ciri kelompok tani
Kelompok tani memiliki ciri-ciri saling mengenal, akrab, dan saling
percaya antara sesama anggota mempunyai pandangan dan kepentingan
yang sama dalam berusaha tani serta memiliki kesamaan dalam tradisi atau
pemukiman hamparan usaha, jenis usaha, status ekonomi atau sosial,
bahasa, pendidikan dan juga terdapat pembagian tugas dan tanggungjawab
sesama anggota berdasarkan kesepakatan bersama (Sado Hamzah, 1989 :
5).
2.2.1.3. Fungsi Kelompok tani
Adapun fungsi kelompok tani sebagai kelompok belajar yaitu wadah
mengajar bagi anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, ketrampilan
dan sikap serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha
tani sehingga produktifitasnya meningkat, pendapatnya bertambah serta
kehidupan menjadi lebih sejahtera.
Kelompok tani sebagai wadah kelompok dan kerja sama untuk
memperkuat kerja sama di antara sesama petani dalam kelompok tani serta
dengan kelompok lain, sehingga usaha taninya akan lebih efisien serta
lebih mampu menghadapi tantangan, hambatan, dan gangguan.
Kelompok tani sebagai unit produksi usaha tani yang dilaksanakan
secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha yang
dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik dari segi
kualitas maupun kuantitas (Sado Hamzah, 1989 : 6).
2.2.2. Pengembangan kelompok tani
Adapun pengembangan kelompok tani diarahkan pada peningkatan
kemampuan setiap kelompok tani dalam melaksanakan fungsinya,
peningkatan kemampuan para anggota dalam mengembangkan agribisnis,
penguatan kelompok tani menjadi organisasi petani yang kuat dan mandiri.
Berdasarkan pengertian dan penjelasan tersebut diatas yang menyangkut
kelompok tani secara tidak langsung dapat dipergunakan sebagai suatu
usaha untuk meningkatkan produktifitas usaha tani melalui pengelolaan
usaha tani secara bersama. Dengan adanya kelompok tani para petani

6
dapat bersama-sama memecahkan permasalahan yang antara lain berupa
pemenuhan sarana produksi pertanian dan pemasaran hasil.
Beberapa keuntungan dari pembentukan kelompok tani itu antara lain
bahwa dengan adanya pembentukan kelompok tani maka interaksi dalam
kelompok semakin erat, kepemimpinan kelompok semakin terbina,
peningkatan secara tepat tentang antara jiwa kerja sama antara petani
semakin terarah, proses penerapan teknologi semakin cepat, pengambilan
hutang petani semakin naik, orientasi pasar semakin meningkat, baik
yangberkaitan dengan pemasukan atau produksi yang dihasilkan, dan
semakin membantu efisiensi pembangunan air irigasi serta pengawasan
oleh petani sendiri. Sedangkan alasan di bentuk kelompok tani yaitu untuk
memanfaatkan secara lebih baik semua sumber daya yang tersedia, juga
dikembangkan oleh pemerintah sebagai alat pembangunan dan adanya
alasan ideologi yang mengharuskan para petani untuk terikat oleh suatu
amanat suci yang harus mereka amalkan melalui kelompok taninya.

SYARAT-SYARAT KELOMPOK TANI (Legalitas kelompok Tani)


Tantantangan dalam kelompok tani/organisasi sosial
CATATAN TINJAUAN PUSTAKA BLM MENJAWAB TUJUAN
PENELITIAN KADI MOHON CARI REFERENSI LAIN DAN
TAMBAHKAN UTK PENGKAYAAN TULISAN ANDA, TLG CARI
BUKUNYA MIFTAH TOHA JUDUL PERILAKU ORGANISASI
ATAU BUKU LAIN TENTANG ORGANISASI NIR LABA.

2.2.3. Petani
2.2.3.1. Pengertian petani
Petani merupakan orang yang melakukan kegiatan bertani dengan cara
bercocok tanam. Petani juga merupakan orang yang melakukan usaha
dalam mengembangbiakan tanaman untuk memperoleh hasil dengan
bantuan tanah, air, iklim dan sinar matahari. Berbagai aktivitas yang

7
berkaitan dengan pertanian seperti mengolah lahan pertanian merupakan
kegiatan yang sering di lakukan petani. Sawah, ladang, dan kebun
merupakan tempat petani melakukan aktifitasnya.
Kegiatan bercocok tanam yang dilakukan sangat di pengaruhi oleh
tanah, air/kelembaban, iklim, dan sinar matahari. Apabila faktor-faktor
tersebut tidak mendukung, maka aktivitas pertanian dan hasil yang
diharapkan oleh petani menjadi kurang berhasil (Makin Atanasius, 2008).

2.2.3.2. Jenis-jenis petani


1. Petani sawah
Petani sawah adalah orang (petani) yang melakukan aktivitasnya di
lahan basah dan memerlukan banyak air, baik sawah irigasi, sawah
tadah hujan maupun sawah pasang surut.
2. Petani tegalan
Petani tegalan adalah orang yang melakukan aktifitas dengan cara
tetap tanpa pengairan dan di kerjakan secara tetap dan intensif
dengan bermacam-macam tanaman yang di tanam secara
bergantian antara palawija dan padi.
3. Petani ladang berpindah
Suatu kegiatan pertanian yang dilakukan di berbagai lahan hasil
pembukaan hutan atau semak dimana setelah beberapa kali panen
atau di tanami, maka tanah tidak subur sehingga pindah ke tempat
lain yang lebih subur atau yang sudah lama tidak di garap oleh
petani (http/www.diaperta.jenis-jenis petani,11/11/2011).

2.2.4. Pengertian kemacetan


Kemacetan ialah tidak dapat bekerja dengan baik, tersendat, serat, terhenti
dan tidak lancar atau tidak difungsikan lagi.

8
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif
eksplanatoris. Menurut Sugiono, dalam penelitian kualitatif tidak ada pilihan
lain dari pada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama.
Alasannya bahwa segala sesuatu belum mempunyai bentuk yang pasti.
Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan,
bahkan hasil yang diharapkan, itu semua tidak dapat ditentukan secara pasti
dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang
penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti, dan tidak jelas itu, tidak
ada pilihan lain, hanya penelitian itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang
dapat mencapainya (Sugiono, 2013:60). Penelitian ini bermaksud untuk
memaparkan alasan yang mempengaruhi terjadinya kemacetan pada
kelompok tani MA’E TAKU GOE di Desa Rigi, Kecamatan Boawae,
Kabupaten Nagekeo.

9
3.2 Unit Analisis
Yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah anggota kelompok
tani pada kelompok MA’E TAKU GOE Desa Rigi, Kecamatan Boawae,
Kabupaten Nagekeo.

3.3 Narasumber
Narasumber atau sumber data yang diambil untuk mendukung penelitian
ini adalah data primer, yaitu data yang diambil dari narasumber sebanyak 7
orang terdiri dari 1 orang ketua kelompok, 6 orang anggota kelompok.

3.4 Teknik pengumpulan data


Teknik yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data penelitian
terdiri dari wawancara, dokumentasi, observasi.
a. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan jalan tanya
jawab terhadap responden, yang dikerjakan secara sistematis dan
berlandaskan pada tujuan penelitian. Ini merupakan teknik pengumpulan data
untuk mendapatkan keterangan lisan melalui tanya jawab dan berhadapan
langsung dengan orang yang dapat memberikan keterangan (Usman Husain
dan Akbar Purnomo, 2001 : 3).
b. Observasi
Metode pengumpulan ini dilakukan dengan jalan pengamatan dan
pencatatan secara langsung, yakni peneliti mengamati obyek yang akan di
teliti secara sistematis mengenai gejala, fenomena atau obyek yang akan
diteliti. Yang menjadi obyek pengamatan mengarah pada kemacetan
kelompok tani MA’E TAKU GOE di Desa Rigi, Kecamatan Boawae,
Kabupaten Nagekeo (Marsuki, 1983 : 41).

c. Dokumentasi

10
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumentasi bisa berupa tulisan, gambar dan karya-karya seseorang.
Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan,
cerita biografi,peraturan dan kebijakan (Sugiyono, 2013:73). Dalam
penelitian ini, teknik pengumpulan data digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data sekunder berupa data keseluruhan profil kelompok tani
pada kelompok MA’E TAKU GOE.
3.5 Skema Data
Data yang dikumpulkan dari penelitian ini dapat dilihat dalam skema data
pada tabel 01 berikut:

Tabel 01
Skema Data

Topik Data Set Sumber data Teknik


pengumpulan
data
Profil Kelompok 1. Sejarah Kelompok Kelompok tani Wawancara
Tani 2. Struktur kelompok MA’E TAKU Observasi
tani GOE
3. Keanggotaan
a. Jenis kelamin
b. Usia
c. Pendidikan
d. Agama
Alasan terjadinya 1. Tingkat adaptasi Narasumber Wawancara
kemacetan pada anggota terhadap Observasi
kelompok tani aturan kelompok dokumentasi
MA’E TAKU GOE sebagai tradisi
kelompok.
2. Pencapaian tujuan
kelompok yang telah
dirumuskan.
3. Integrasi pola
hubungan antara
pengurus, anggota
dan pihak lain.
4. Pemeliharaan pola
dan motivasi kerja

11
sama antar anggota
kelompok

3.6 Teknis analisis data


Teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dengan
menggunakan olahan data kualitatif. Dalam hal ini data yang diperoleh dari
hasil obsevasi, wawancara, dan dokumentasi akan dianalisis secara
mendalam. Dalam tahap tersebut, masalah-masalah yang diangkat kemudian
peneliti mengklasifikasikan kedalam tema-tema, selanjutnya mengaitkannya
dengan teori-teori yang digunakan sebelum mengambil kesimpulan.
3.7 Lokasi penelitian
Lokasi dalam penelitian ini bertempat di Desa Rigi, Kecamatan Boawae,
Kabupaten Nagekeo.
3.8 Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan selama (6) bulan terhitung sejak pengajuan
proposal ini.

12

Anda mungkin juga menyukai