Pendahuluan
pemberdayaan.
memberdayakan masyarakat petani sekitar hutan agar mau dan mampu secara mandiri
kesejahteraannya. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan pembentukan
kelompok-kelompok tani mandiri. Dengan pendekatan kelompok tani yang mandiri banyak
manfaat yang akan dipetik oleh masyarakat. Pendekatan kelompok yang “mandiri” dianggap
penting karena disini masyarakat dibina untuk berkelompok yaitu agar mereka memiliki
wadah untuk berorganisasi dan bersosialisasi. Kelompok ini akan berfungsi sebagai kelas
Hal ini tergantung pada tingkat kebutuhan para petani tersebut. Untuk itu sebelum mengajak
para petani agar mau membentuk kelompok, terlebih dahulu para penyuluh perlu memahami
merupakan awal dari keseluruhan kegiatan penyuluhan. Tanpa adanya pemahaman terhadap
masyarakat yang akan diberdayakan, sangat sulit bagi penyuluh kehutanan untuk
Dalam upaya mengajak petani agar memiliki wadah kerjasama (kelompok), penulis
mengajak pembaca untuk melihat pendapat dua orang ahli komunikasi, di mana pendapat
keduanya “menurut penulis” dapat pula diterjemahkan ke dalam konteks penyuluhan. Knapp
menjadi suatu proses bagi aktivitas tugas penyuluh kehutanan dalam membentuk dan
Tahap Memulai (Initiating), merupakan usaha-usaha yang sangat awal yang dilakukan oleh
kelompok itu”, “apa keuntungan dan kerugian bekerja dalam kelompok”, dan lain
sebagainya. Tujuannya adalah agar petani sadar (aware) dan tergugah minatnya (interest) dan
terbuka wawasannya (understanding). Tahap ini sangat berkaitan dengan persepsi dan kesan
para petani terhadap informasi yang disampaikan kepada mereka sehingga diperlukan
harus menyentuh dan diharapkan mampu menjawab keinginan dan kebutuhan masyarakat.
Pada tahap ini, selain kemasan pesan yang tepat dan benar, sosok sang penyuluhpun dapat
pentingnya kelompok. Untuk itu, penyuluh kehutanan harus dapat menampilkan diri sebagai
sosok yang dapat dipercaya (trust) dan mampu menarik rasa suka masyarakat.
Tahap Penjajagan (Experimenting), merupakan usaha mencari cara membangun keinginan
para petani. Pada tahap ini, penyuluh kehutanan diharapkan mampu menggali aspirasi
kelompok. Dengan memperoleh informasi tentang apa yang menjadi kebutuhan masyarakat,
maka akan diketahui apakah masyarakat merasa butuh atau tidak akan adanya kelompok.
Apabila masyarakat belum merasa butuh maka perlu dilakukan kembali penggugahan
kesadaran atau kembali ke tahap awal (Initiating). Yang harus diperhatikan dan
keinginan dan kebutuhan yang datangnya dari masyarakat, untuk masyarakat, dan akan
dikelola oleh masyarakat tani itu sendiri, jadi bukan merupakan paksaan atau pesanan
pemerintah (top down). Pada tahap ini diperlukan pengetahuan yang mendalam tentang
sistem sosial masyarakat, termasuk untuk memperkirakan akibat-akibat yang mungkin akan
sikap. Artinya sebagian besar masyarakat tani merasakan sangat perlu dan setuju adanya
wadah dalam mencapai tujuan mereka, maka penyuluh kehutanan perlu secara terus menerus
secara formal maupun informal, seperti berkunjung dari rumah ke rumah, mengadakan
pertemuan di Balai Pertemuan Desa, ataupun kegiatan lainnya yang dapat memperkokoh
minat serta keinginan masyarakat tani dalam membentuk wadah kelompok. Pada tahap ini,
informasi-informasi yang penting yang dibutuhkan para petani diusahakan harus selalu
tersedia. Dapat juga dengan melakukan kegiatan studi banding yaitu dengan mengajak
beberapa petani yang menjadi tokoh masyarakat mengadakan kunjungan ke tempat yang
yang kuat pada sikap dan perilaku petani, penyuluh kehutanan kiranya perlu memfasilitasi
kelompok tani sebagai kelas belajar, wahana bekerjasama, dan unit produksi. Diharapkan
elemen-elemen yang terlibat dalam pertemuan ini adalah tokoh-tokoh masyarakat desa,
Penyuluh kehutanan, Pemerintah Desa, Badan Perwakilan Desa, dan bila perlu melibatkan
pula LSM-LSM, dunia usaha dan pihak lainnya yang terkait. Dengan banyaknya pihak yang
terlibat dalam dialog tersebut maka akan semakin banyak masukan dari berbagai sudut
pandang yang dapat memperkaya dan memperkokoh kelancaran dan kesuksesan program
mendatang.
dihasilkan suatu kesepakatan untuk membentuk suatu kelompok tani. Pada tahap ini, para
petani mengikrarkan kesepakatan dalam sebuah kebersamaan atau kelompok kerja. Setelah
kelompok, program kerja, penentuan sekretariat kelompok, sumber dana kegiatan dan lain
PENDAHULUAN
Dewasa ini pelaksanaan pembangunan mensyaratkan adanya pelibatan dan keterlibatan masyarakat melalui
suatu kelompok baik yang dibentuk oleh pemerintah maupun yang dibentuk atas kesadaran masyarakat sendiri.
Untuk keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang melibatkan suatu kelompok dibutuhkan pendamping
melalui kegiatan pendampingan. Pendamping adalah sesorang atau kelompok/lembaga yang ditunjuk dan
ditetapkan oleh pejabat atau instansi yang berwenang, sedangkan pendampingan lebih diarahkan pada
pelaksanaan teknis, penguatan kelembagaan dan serta pengembangan usaha melalui kemitraan dengan
pemerintah, dunia usaha dan stakeholder lainnya.
PENGERTIAN
Pengertian Kelompok
1. Kelompok adalah dua atau lebih orang yang berinteraksi dan saling mempengaruhi untuk mencapai
suatu tujuan bersama (Stoner & Wankel, 1986 : 81).
2. Mengutip pernyataan Duncan, (1981) dalam Indrawijaya, (1983:90) :
a group is defined as two or more people who interact to accomplish a common goal(s); the interaction is lasting
and displays at least some structure (Duncan, 1981)
diterjemahkan :
Suatu kelompok terdiri dari dua orang atau lebih yang berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama, interaksi
tersebut bersifat tetap dan mempunyai struktur tertentu.
3. Menurut Slamet (2008), kelompok adalah dua atau lebih orang yang terhimpun atas dasar adanya
kesamaan tertentu, berinteraksi melalui pola/struktur tertentu guna mencapai tujuan bersama, dalam kurun
waktu yang relatif panjang.
4. Kelompok Tani Hutan (KTH) adalah :
a. Kumpulan petani dalam suatu wadah organisasi yang tumbuh berdasarkan kebersamaan, keserasian, kesamaan
profesi dan kepentingan dalam memanfaatkan sumber daya alam yang mereka kuasai dan berkeinginan untuk
bekerja sama dalam rangka meningkatkan produktivitas usaha tani dan kesejahteraan anggota dan masyarakat
(Permenhut Nomor: P03/Menhut-V/2004).
Individu petani/masyarakat setempat adalah masyarakat yang tinggal di dalam dan/atau di sekitar hutan
sebagai kesatuan komunitas sosial berdasarkan mata pencaharian utamanya bergantung pada hutan dan hasil
hutan dengan dibuktikan dengan surat keterangan domisili dari Kepala Desa setempat (Permenhut Nomor:
P.9/Menhut-II/2008 tentang Persyaratan Kelompok Tani Hutan Untuk Mendapatkan Pinjaman Dana Bergulir
Pembangunan Hutan Tanaman Rakyat)
PENGERTIAN PENDAMPINGAN
Beberapa pengertian yang berhubungan dengan kegiatan Pendampingan Kelompok Tani Hutan (KTH)
adalah:
1. Pendamping adalah :
b. Seseorang atau sekelompok orang dalam wadah organisasi atau instansi yang terkait dengan pendampingan serta
bergerak dibidang kehutanan dan melakukan pendampingan di tengah-tengah masyarakat (Permenhut Nomor:
P.03/Menhut-V/2004)
c. Penyuluh Lapangan Kehutanan, koperasi/lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)/Tenaga Kerja Sarjana Terdidik
(TKST)/Tenaga Kerja Sosial yang bertugas sebagai pendamping yang bersifat teknis, penguatan kelembagaan
dan usaha, yang ditunjuk oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk, yang
memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam bidang pembangunan usaha Hutan Tanaman Rakyat (Permenhut
Nomor: P.9/Menhut-II/2008)
2. Pendampingan adalah :
a. Proses, cara, perbuatan mendampingi atau mendampingkan (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005:234)
b. Kegiatan yang dilakukan bersama-sama masyarakat dalam mencermati persoalan nyata yang dihadapi di
lapangan selanjutnya didiskusikan bersama untuk mencari alternatif pemecahan ke arah peningkatan kapasitas
dan produktivitas masyarakat (Kepmenhut 132/Menhut-II/2004)
c. Proses belajar bersama dalam mengembangkan hubungan kesejajaran, hubungan pertemanan atau persahabatan,
antara dua subyek yang dialogis untuk menempuh jalan musyawarah dalam memahami dan memecahkan
masalah, sebagai suatu strategi mengembangkan partisipasi masyarakat menuju kemandirian (Permenhut
Nomor: P.03/Menhut-V/2004)
d. Kegiatan yang dilakukan oleh agen pembangunan (Pemerintah, LSM, Perguruan Tinggi, Swasta) bersama-sama
masyarakat dalam mencermati persoalan nyata yang dihadapi persoalan nyata yang dihadapi di lapangan
selanjutnya didiskusikan bersama untuk mencari alternatif pemecahan ke arah peningkatan kapasitas dan
produktivitas masyarakat (Perdirjen BPK P.01/VI-B)
PEMBENTUKAN KELOMPOK
2. Adanya kesadaran individu tentang adanya kesamaan antara kebutuhan dan keinginan dengan kebutuhan dan
keinginan individu lain
3. Adanya kebutuhan individu untuk berbagi rasa, pengetahuan dan pengalaman dengan individu lain
4. Adanya dorongan individu untuk bersama dengan individu lain karena mereka adalah makhluk sosial
Tahap 1 – Forming
Pada tahap ini, kelompok baru saja dibentuk dan diberikan tugas. Anggota kelompok cenderung untuk bekerja
sendiri dan walaupun memiliki itikad baik namun mereka belum saling mengenal dan belum bisa saling
percaya. Waktu banyak dihabiskan untuk merencanakan, mengumpulkan infomasi dan mendekatkan diri satu
sama lain.
Tahap 2 – Storming
Pada tahap ini kelompok mulai mengembangkan ide-ide berhubungan dengan tugas yang mereka hadapi.
Mereka membahas isu-isu semacam masalah apa yang harus mereka selesaikan, bagaimana fungsi mereka
masing-masing dan model kepemimpinan seperti apa yang dapat mereka terima. Anggota kelompok saling
terbuka dan mengkonfrontasikan ide-ide dan perspektif mereka masing-masing.
Pada beberapa kasus, tahap storming cepat selesai. Namun ada pula beberapa
Tahap storming sangatlah penting untuk perkembangan suatu kelompok. Tahap ini bisa saja menyakitkan bagi
anggota kelompok yang menghindari konflik. Anggota kelompok harus memiliki toleransi terhadap perbedaan
yang ada.
Tahap 3 – Norming
Terdapat kesepakatan dan konsensus antara anggota kelompok. Peranan dan tanggungjawab telah
jelas. Kelompok mulai menemukan haromoni seiring dengan kesepakatan yang mereka buat mengenai aturan-
aturan dan nilai-nilai yang digunakan.
Pada tahap ini, anggota kelompok mulai dapat mempercayai satu sama lain seiring dengan mereka melihat
kontribusi penting masing-masing anggota untuk kelmpok.
Tahap 4 – Performing
Kelompok pada tahap ini dapat berfungsi dalam menyelesaikan pekerjaan dengan lancar dan efektif tanpa ada
konflik yang tidak perlu dan supervisi eksternal. Anggota kelompok saling tergantung satu sama lainnya dan
mereka saling respek dalam
berkomunikasi. Supervisor dari kelompok ini bersifat partisipatif. Keputusan penting justru banyak diambil oleh
kelompok.
1. Penyuluh menetapkan para pemrakarsa yang terpilih dari hasil kelompok diskusi.
2. Penyuluh memfasilitasi para pemrakarsa untuk mengadakan rapat pendahuluan dalam menentukan jenis dan
nama kelompok/lembaga, serta menunjuk dan mengangkat suatu komisi untuk merancang AD dan ART
Kelompok Tani.
1. Nama organisasi
2. Tujuan dan kekuasaan organisasi
3. Kualifikasi keanggotaan
4. Pengurus organisasi beserta tugas-tugasnya dan jangka waktu kepengurusannya
5. Dewan pengawas dan cara pemilihannya
6. Waktu bagi pertemuan-pertemuan biasa tata cara mengadakan pertemuan khusus dan rapat luar biasa
7. Cara mengubah atau menetapkan AD.
ART terdiri dari hal-hal yang menjadi inti rumah tangga kelompok/lembaga, yaitu:
1. Jenis-jenis keanggotaan
2. Syarat-syarat keanggotaan
3. Cara-cara penerimaan keanggotaan
4. Iuran-iuran
5. Hak dan kewajiban pengurus
6. Hak dan kewajiban dewan pengawas
7. Ketentuan-ketentuan mangadakan dan memimpin rapat
8. Wewenang anggota
9. Jumlah yang menentukan tercapainya forum
10. Prosedur untuk menetapkan dan merubah ART.
Hasil dari langkah ini adalah tersusunnya konsep AD dan ART kelompok/lembaga. Contoh AD dan ART
kelompok/lembaga dapat dilihat pada lampiran 1 dan 2.
Langkah 2 :
1. Penyuluh memfasilitasi para pemrakarsa untuk mengadakan rapat lanjutan. Sasaran utama ini adalah :
1. Melalui rapat anggota, Penyuluh memfasilitasi rapat pemilihan pengurus sesuai cara-cara yang telah disepakati.
Biasanya para pemrakarsa terpilih juga sebagai pengurus kelompok/lembaga. Rapat anggota dipimpin oleh ketua
(sementara), yang biasanya terpilih sebagai ketua kelompok tani sementara.
2. Penyuluh memotivasi pengurus yang telah dibentuk tersebut untuk bertanggungjawab memimpin dan
mengendalikan segala urusan kelompok dengan cara yang adil, jujur, dan obyektif.
3. Dengan dampingan Penyuluh, pengurus yang telah dibentuk menyusun Berita Acara pembentukan
kelompok. Contoh format Berita Acara disajikan dalam lampiran 3.
4. Dengan dampingan Penyuluh, pengurus menyampaikan Berita Acara hasil musyawarah awal tentang
pembentukan kelompok/lembaga kepada Kepala Desa dengan dilampiri :
Susunan/struktur pengurus
Daftar Anggota
Contoh format surat pengesahan kelompok tani dari Kepala Desadianjurkan seperti pada Lampiran 4.
3. Membangun jaringan usaha maupun hubungan kemitraan dengan pemerintah dan stakehorder lainnya.
Tujuan pendampingan dalam pembangunan Hutan Tanaman Rakyat (HTR) adalah:
3. Membangun jaringan usaha maupun hubungan kemitraan dengan pemerintah dan stakeholder lainnya.
Pendampingan mempunyai 3 fungsi utama (Rahardjo 1998 dalam Effendie 2008), yaitu:
1. Motivator, pendampingan menumbuhkan motivasi para anggota untuk mendukung pelaksanaan kegiatan
kelompok. Pendamping berperan aktif bersama anggota untuk menggali motivasi akan arti pentingnya
membentuk kelompok untuk bersama-sama mengatasi persoalan kehidupan terutama masalah-msalah ekonomi.
2. Fasilitator, pendamping memfasilitasi anggota kelompok agar memiliki keterampilan yang dipandang perlu
untuk pengembangan kelompok. Pendamping membantu penyusunan sistem administrasi dan manajerial
kelompok dan kelembagaan dengan simple administration system (sistem administrasi sederhana) dan juga
dapat menghubungi lembaga yang kompeten untuk memberikan wawasan bagi peningkatan ketrampilan teknik
berusaha
3. Komunikator, pendamping mencari informasi tentang jenis usaha apa yang dipandang memiliki prospek yang
baik di masa kini dan akan datang. Selanjutnya pendamping mengusahakan net working dengan lembaga-
lembaga perekonomian maupun pemerintah yang dapat membantu keberlangsungan program yang diagendakan.
PRINSIP-PRINSIP PENDAMPINGAN
Untuk melakukan pemberdayaan masyarakat secara umum dapat diwujudkan dengan menerapkan
prinsip-prinsip dasar pendampingan masyarakat, yaitu :
Prinsip yang paling mendasar adalah pemberdayaan masyarakat merupakan proses yang berasal dari oleh dan
untuk masyarakat
Pemberdayaan dibangun atas pengakuan serta kepercayaan akan nilai dan relevansi (hubungan/kaitan)
pengetahuan tradisional masyarakat serta kemampuannya untuk memecahkan masalahnya sendiri.
Peran para penyuluh sebagai pendamping atau fasilitator, bukan sebagai pelaku atau guru
Para penyuluh atau fasilitator harus bersikap rendah hati serta belajar dari masyarakat dan menempatkan
masyarakat sebagai nara sumber utama dan memahami kondisi masyarakat
Dalam pelaksanaan suatu program, masyarakat dibiarkan mendominasi kegiatan, walaupun pada awalnya peran
pendamping lebih besar, namun harus diusahakan agar secara bertahap peran tersebut dapat berkurang dengan
mengalihkan prakarsa kegiatan-kegiatan kepada warga masyarakat
Salah satu prinsip dasar pengakuan serta kepercayaan nilai dan relevansi (hubungan/kaitan) pengetahuan
tradisional masyarakat
Masyarakat tradisional pada umumya kurang memahami secara mendalam apa yang dibutuhkan dalam
kehidupannya, oleh karena itu untuk memberdayakan masyarakat tersebut para fasilitator perlu berdialog untuk
membesarkan harapannya, sehingga timbul kepercayaan diri dalam melaksanakan kegiatan
Materi pokok dialog antara lain, memfasilitasi dalam menentukan kegiatan yang paling mendasar dan menjadi
prioritas, serta mendorong dalam memenuhi kebutuhannya, untuk menyelesaikan permasalahan sesuai dengan
kondisi, cara dan kemampuan yang mereka miliki
Memberikan informasi tentang usaha penyelesaian masalah yang dihadapi misalnya data teknis pendukung
aturan, kelembagaan, pengetahuan umum, dan lain-lain
Masyarakat tradisional umumnya kurang percaya/tidak percaya diri dalam menghadapi suatu situasi dan kondisi
yang tidak merupakan tradisi mereka, misalnya melibatkan diri dalam program pembangunan. Hal ini
merupakan akibat dari proses penekanan psikologis yang sangat panjang bersifat ekonomi dan gaya hidup
tradisional yang sangat berbeda dengan masyarakat perkotaan
Para fasilitator harus mampu membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang
diinginkan hingga berhasil yang diinginkan oleh masyarakat itu sendiri
Para fasilitator membantu mengidentifikasi nilai-nilai positif dari kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
masyarakat, mengikutsertakan sebanyak mungkin aspek-aspek lokal dan tradisional dalam program yang
dikembangkan
Secara rutinitas melakukan pertemuan baik formal maupun informal sebagai media komunikasi dan
memberikan kesempatan untuk menyampaikan apresiasinya, menjalin kontak yang intensif dengan masyarakat
yang akan dijadikan subyek dan obyek pelaksanaan program, mendukung dan mempromosikan produk-produk
budaya lokal.
Untuk memberdayakan masyarakat pada setiap program pembangunan, para pendamping atau fasilitator tidak
berorientasi pada target (target oriented) karena apabila suatu program yang berorientasi pada target,
penerimaan masyarakat dianggap suatu program dari pemerintah yang mempunyai target tertentu, yang
mengakibatkan program tersebut dapat ditinggalkan oleh masyarakat setempat
Para fasilitator/pendamping dalam memberdayakan masyarakat terhadap suatu program berorientasi pada
proses, walaupun membutuhkan waktu yang lama, karena masyarakat diharapkan berpartisipasi dalam
perencanaan, implementasi dan pemantauan serta evaluasi program. Untuk mengaplikasikan kegiatan tersebut
dibutuhkan suatu kelembagaan petani yang kuat dan mampu sebagai wadah, sekaligus sebagai subyek terhadap
suatu program yang ada diwilayah kerjanya.
Metode sederhana seperti Analisi SWOT kelembagaan bisa mengurai sedikit persoalan yang terjadi
terorganisis
- Treaths (ancaman) dengan kelemahan dari segi kelembagaan maka muncullah beberapa masalah
yang mengarah kepada, berubahnya fungsi lahan yang dikonversi kepada tanaman lain seperti sawit,
palawija walaupun tidak mengurangi kegiatan usaha taninya tapi yang paling miris lepasnya lahan
kepada para pengembang yang secara kepemilikan sudah bukan haknya lag