Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Sistem pertanian Indonesia mengalami perubahan dari sistem pertanian tradisional yang bersifat
subsistensi menjadi sistem pertanian agribisnis yang bersifat komersial. Hal ini disebut pembangunan
pertanian yang merupakan bagian terpenting dari pembangunan ekonomi secara keseluruhan yang
dilaksanakan secara terencana. Rencana pembangunan ekonomi sebelum tahun 1969: (1) Plan Kasimo, (2)
Rencana Kesejahteraan Istimewa, (3) Rencana Pembangunan Lima Tahun, (4) Rencana Pembangunan
Semesta Delapan Tahun.Setelah tahun 1969: (1) Repelita I sampai dengan Repelita V(dikenal dengan
Pembangunan Jangka Panjang Tahap I, PJPI), (2) Pembangunan Jangka Panjang Tahap II (Repelita VI-
Repelita X), (3) Memasuki awal Repelita VII terjadi reformasi yang berakibat pada terjadinya perubahan
rencana pembangunan ekonomi selanjutnya.
Pelaksanaan rencana pembangunan ekonomi pertanian perlu perangkat  kelembagaan agar proses
pembangunan ekonomi mengarah pada sasaran yang telah ditetapkan. Kelembagaan pembanguan pertanian
yang kuat sangat diperlukan agar tercipta iklim yang mampu mendorong terpenuhinya syarat mutlak dan
syarat lancarnya pembangunan pertanian.

1.2  TUJUAN
1.2.1        Mengetahui akibat perubahan sistem pertanian tradisional menjadi sistem agribisnis.
1.2.2        Mengetahui peranan lembaga-lembaga penunjang agribisnis bagi masyarakat pedesaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sektor Pertanian


Menurut Kuznets, sektor pertanian mengkontribusikan terhadap perumbuhan dan pembangunan
ekonomi nasional dalam empat bentuk, yaitu
1.   Kontribusi Produk contohnya menyediakan bahan bakuuntuk industri manufaktur seperti: industri tektil,
makanan, minuman, dan lain-lain. Dalam sistem ekonomi terbuka, besar kontribusi produk sektor pertanian
bisa lewat pasar dan lewat produksi dengan sector non pertanian.
2.   Kontribusi pasar contohnya  pembentukan pasar domestik untuk barang industri dan konsumsi. Negara
agraris merup sumber bagi pertumbuhan pasar domestic untuk produk non pertanian seperti pengeluaran
petani untuk produk industri (pupuk, pestisida, dll) dan produk konsumsi (pakaian, mebel, dll). Keberhasilan
kontribusi pasar dari sector pertanian ke sektor non pertanian tergantung: pengaruh keterbukaan ekonomi.
Membuat pasar sektor non pertanian tidak hanya disi dengan produk domestik, tapi juga impor sebagai
pesaing, sehingga konsumsi yg tinggi dari petani tdk menjamin pertumbuhan yang tinggi sektor non pertanian.
Jenis teknologi sektor pertanian semakin modern, maka semakin tinggi demand produk industri non pertanian.
3. Kontribusi faktor produksi menyebabkan penerunan peranan pertaniaan di pembanggunan ekonomi, maka
terjadi transfer surpus modal dan sektor pertanian ke sektor lain. Faktor produksi yang dapat dialihkan dari
sector pertanian ke sektor lain tanpa mengurangi volume produksi pertanian tenaga kerja dan modal.
4.  Kontribusi devisa pertanian sebagai sumber paling penting bagi surplus neraca perdanganagan melalui ekspor
produk pertanian dan produk pertanian yang mengantikan produk impor.
2.2  Lembaga Kemasyarakatan
2.2.1 Definisi Kelembagaan dan Lembaga
Kata “kelembagaan” (Koentjaraningrat, 1997) menunjuk kepada sesuatu yang bersifat mantap
(established) yang hidup (constitued) di dalam masyarakat. Suatu kelembagaan adalah suatu pemantapan
perilaku (ways) yang hidup pada suatu kelompok orang. Merupakan sesuatu yang stabil, mantap, dan berpola,
berfungsi untuk tujuan-tujuan tertentu dalam masyarakat, ditemukan dalam sistem sosial tradisional dan
modern, atau bisa berbentuk tradisional dan modern, dan berfungsi untuk mengefisienkan kehidupan sosial.
Tiap kelembagaan memiliki tujuan tertentu, dan orang-orang yang terlibat di dalamnya memiliki pola
perilaku tertentu serta nilai-nilai dan norma yang sudah disepakati yang sifatnya khas. Kelembagaan adalah
kelompok-kelompok sosial yang menjalankan masyarakat. Tiap kelembagaan dibangun untuk satu fungsi
tertentu. Di sekitar kita selalu ada kelembagaan-kelembagaan, dan setiap individu pasti masuk ke dalam satu
atau lebih kelembagaan. Dalam bidang pembangunan pedesaan dan pertanian, kelembagaan umumnya
dipersempit terutama hanya menjadi kelembagaan kelompok tani, koperasi, subak, kelompok petani peserta
program, dan kelompok pengrajin.
Suatu sosial relation dapat disebut sebagai sebuah kelembagaan apabila memiliki empat komponen,
yaitu
a.       Komponen person. Orang-orang yang terlibat di dalam satu kelembagaan dapat diidentifikasi dengan
jelas.
b.      Komponen kepentingan. Orang-orang tersebut pasti sedang diikat oleh satu kepentingan atau tujuan,
sehingga di antara mereka terpaksa harus saling berinteraksi.
c.       Komponen aturan dan aturan. Setiap kelembagaan mengembangkan seperangkat kesepakatan yang
dipegang secara bersama, sehingga seseorang dapat menduga apa perilaku orang lain dalam lembaga tersebut.
d.      Komponen struktur. Setiap orang memiliki posisi dan peran, yang harus dijalankannya secara benar.
Orang tidak bisa merubah-rubah posisinya dengan kemauan sendiri.
Pengertian lembaga menurut beberapa para ahli dalam berbagai bidang, sebagai berikut:
Lembaga adalah aturan di dalam suatu kelompok masyarakat atau organisasi yang memfasilitasi
koordinasi antar anggotanya untuk membantu mereka dengan harapandimana setiap orang dapat bekerjasama
atau berhubungan satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan bersama yang diinginkan. (Ruttan dan
Hayami, 1984)
Lembaga adalah aturan dan rambu-rambu sebagai panduan yang dipakai oleh paraanggota suatu
kelompok masyarakat untuk mengatur hubungan yang saling mengikat atausaling bergantung satu sama lain.
Penataan institusi (institutional arrangements) dapat ditentukan oleh beberapa unsur, yaitu aturan operasional
untuk pengaturan pemanfaatansumber daya, aturan kolektif untuk menentukan, menegakkan hukum atau
aturan itusendiri dan untuk merubah aturan operasional serta mengatur hubungan kewenanganorganisasi.
(Ostrorn, 1986)
Lembaga adalah suatu himpunan atau tatanan norma-norma dan tingkah laku yang bisa berlaku dalam
suatu periode tertentu untuk melayani tujuan kolektif yang akan menjadinilai besama. Institusi ditekankan
pada norma-norma prilaku, nilai budaya dan adatistiadat. (Uphoff, 1986)
Lembaga adalah sekumpulan batasan atau faktor pengendali yang mengatur hubungan perilaku antar
anggota atau antar kelompok. Dengan definsi ini kebanyakan organisasiumumnya adalah institusi karena
anggota umumnya mempunyai aturan yang mengatur hubungan antar anggoa maupun dengan orang lain di
luar oganisasi itu. (Nabli dan Nugent, 1989)
Lembaga adalah mencakup penataan institusi (institutional arrangement) untuk memadukan organisasi
dan institusi. Penataan institusi adalah suatu penataan hubunganantara unit-unit ekonomi yang mengatur cara
unit-unit ini apakah dapat bekerjasama danatau berkompetisi. Dalam pendekatan ini organisasi adalah suatu
pertanyaan mengenaiaktor atau pelaku ekonomi di mana ada kontrak atau transaksi yang dilakukan dan
tujuanutama kontrak adalah mengurangi biaya transaksi. (Williamson, 1985)
Secara umum, kelembagaan merupakan suatu himpunan individu yang sepakat untuk menetapkandan
mencapai tujuan bersama, kelembagaan didominasi oleh unsur-unsur aturan,tingkah laku atau kode etik,
norma, hukum dan faktor pengikat lainnya antar anggotayang membuat orang saling mendukung.
Kelembagaan adalah sekumpulan jaringan dari relasi sosial yang melibatkan orang-orang tertentu,
memiliki tujuan tertentu, memiliki aturan dan norma, serta memiliki struktur. Kelembagaan dapat berbentuk
sebuah relasi sosial yang melembaga (non formal institution) atau dapat berupa lembaga dengan struktur dan
badan hukum (formal institution). Setidaknya ada delapan kelembagaan, yaitu kelembagaan sarana produksi,
kelembagaan usahatani atau produksi, kelembagaan pasca panen dan pengolahan hasil panen dan kelembagaan
jasa layanan pendukung. Tiap kelembagaan dapat dijalankan dengan dua cara, yaitu secara individual
(berstruktur lunak) atau secara kolektif (berstruktur keras).
Lembaga atau dapat juga disebut organisasi adalah bentuk kelembagaan yang formal, dengan ciri
memiliki struktur yang tegas dan diformalkan. Lembaga menjalankan fungsi kelembagaan, namun dapat satu
atau lebih fungsi sekaligus. Contohnya adalah kelompok tani, klinik agribisinis, koperasi, dan lain lain.
Kelompok tani misalnya, dapat menjalankan fungsi penyediaan saprodi dan usahatani sampai dengan
pemasaran hasil pertanian.
2.2.2 Proses Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan
Lembaga kemasyarakatan muncul dari norma, dimana mula-mula norma tersebut terbentuk secara tidak
sengaja, namun lama-kelamaan norma-norma tersebut dibuat secara sadar. Norma-norma yang ada didalam
masyarakat, mempunyai kekuatan mengikat yang berbeda-beda. Ada norma-norma yang lemah, yang sedang
sampai yang terkuat daya mengikatnya di mana yang menyangkut hal yang terakhir, anggota-anggota
masyarakat pada umumnya tidak berani melanggarnya.Pengertian norma menurut para ahli, sebagai berikut:
Menurut Hans Kelsen, norma adalah perintah yang tidak personal dan anonim (an impersonal and
anonymous "command" - that is the norm)
Menurur Robert M. Z. Lawang, norma adalah patokan perilaku dalam suatu kelompok tertentu. Norma
memungkinkan seseorang untuk menentukan terlebih dahulu bagaimana tindakan itu akan dinilai oleh orang
lain. Norma juga merupakan kriteria bagi orang lain untuk mendukung atau menolak perilaku seseorang.
Menurut Soerdjono Soekanto,norma adalah suatu perangkat agar hubungan di dalam suatu masyarakat
terlaksana sebagaimana yang diharapkan. Norma-norma mengalami proses pelembagaan atau melewati suatu
norma kemasyarakatan yang baru untuk menjadi bagian dari salah satu lembaga masyarakat sehingga norma
tersebut dikenal, diakui, dihargai, dan kemudian ditaati dalam kehidupansehari-hari
Secara umum, norma adalah aturan yang berlaku di kehidupan bermasyarakat. Aturan yang bertujuan
untuk mencapai kehidupan masyarakat yang aman, tertib dan sentosa. Namun masih ada segelintir orang yang
masih melanggar norma-norma dalam masyarakat, itu dikarenakan beberapa faktor, diantaranya adalah faktor
pendidikan, ekonomi dan lain-lain.Norma terdiri dari beberapa macam/jenis, antara lain yaitu
1. Norma Agama
Adalah suatu norma yang berdasarkan ajaran aqidah suatu agama. Norma ini bersifat mutlak yang
mengharuskan ketaatan para penganutnya. Apabila seseorang tidak memiliki iman dan keyakinan yang kuat,
orang tersebut cenderung melanggar norma-norma agama.
2. Norma Kesusilaan
Norma ini didasarkan pada hati nurani atau ahlak manusia. Melakukan pelecehan seksual adalah salah
satu dari pelanggaran dari norma kesusilan.
3. Norma Kesopanan
Norma yang berpangkal dari aturan tingkah laku yang berlaku di masyrakat. Cara berpakaian dan
bersikap adalah beberapa contoh dari norma kesopanan.
4. Norma Kebiasaan (Habit)
Norma ini merupakan hasil dari perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang
sama sehingga menjadi kebiasaan. Orang-orang yang tidak melakukan norma ini dianggap aneh oleh anggota
masyarakat yang lain. Kegiatan melakukan acara selamatan, kelahiran bayi dan mudik atau pulang kampung
adalah contoh dari norma ini.
5. Norma Hukum
Merupakan himpunan petunjuk hidup atau perintah dan larangan yang mengatur tata tertib dalam suatu
masyarakat (negara). Sangsi norma hukum bersifat mengikat dan memaksa. Melanggar rambu-rambu
lalulintas adalah salah satu contoh dari norma hukum.
Norma-norma yang ada di dalam masyarakat, mempunyai kekuatan mengikat yang berbeda-beda, ada
norma yang lemah, yang sedang sampai yang terkuat daya ikatnya. Pada akhirnya anggota-anggota
masyarakat tidak berani melanggarnya. Lembaga kemasyarakatan terbentuk melalui proses disebut sebagai
lembaga institusional, atau kelembagaan nilai-nilai yang dibentuk untuk membantu hubungan antar manusia di
dalam masyarakat.  Nilai-nilai yang mengatur tersebut dikenal dengan istilah norma yang mempunyai
kekuatan mengikat dengan kekuatan yang berbeda-beda. Norma-norma tersebut dapat dibedakan seperti
berikut:
 a.Cara (usage) menunjuk pada suatu bentuk perbuatan, jika dilanggar hukumannya tidak berat, hanya sekedar
celaan dari individu yang dihubunginya.
b. Kebiasaan (folkways) adalah perbuatan yang di ulang-ulang dalam bentuk yang sama, bila dilanggar akan
dianggap sebagai penyimpangan terhadap kebiasaan umum tersebut.
c. Tata kelakuan (mores) merupakan kebiasaan yang di anggap sebagai cara berperilaku dan diterima norma-
norma pengatur. Tata kelakuan sangat penting karena memberikan batas-batas pada perilaku individu dan
mengidentifikasi individu dengan kelompoknya dan menjaga solidaritas antar anggota masyarakat.
d Adat (customs) adalah tata kelakuan yang kekal serta kuat integrasinya dengan pola-pola perilaku
masyarakat. Bila adat istiadat dilanggar, maka sanksinya berwujud suatu penderitaan bagi pelanggarnya.
Dalam rangka pembentukannya sebagai lembaga kemasyarakatan, norma-norma tersebut mengalami
beberapa proses, yaitu
a.Proses pelembagaan (institutionalization), yakni suatu proses yang dilewati oleh suatu norma
kemasyarakatan yang baru untuk menjadi bagian dari salah satu lembaga kemasyarakatan. Norma-norma
kemasyarakatan harus dapat dikenal, diakui, dihargai dan kemudian ditaati dalam kehidupan masyarakat
sehari-hari.
b. Norma-norma yang internalized, artinya proses norma-norma kemasyarakatan tidak hanya berhenti sampai
pelembagaan saja. Akan tetapi mungkin norma-norma tersebut mendarah-daging dalam jiwa anggota-anggota
masyarakat.
Dari urutan keempat pengertian itu berisi norma-norma kemasyarakatan yang memberi petunujuk
tingkah laku seseorang yang hidup dalam suatu masyarakat. Setiap tingkat menunjukkan kekuatan yang lebih
besar yang digunakan oleh masyarakat untuk memaksa para anggotanya supaya menaati norma-norma yang
terkandung didalamnya. Dengan demikian maka kebiasaan lebih mengikat dari pada cara, tata kelakuan lebih
mengikat daripada kebiasaan, sedang adat lebih mengikat lagi daripada tata kelakuan. Dengan kata lain
hukuman yang diberikan oleh masyarakat terhadap pelanggaran-pelanggaran dari norma-norma itu bertambah
berat menurut tingkat kedudukan norma masing-masing (Soerjono Soekanto,1990).
2.2.3 Sistem pengendalian sosial
Suatu proses agar anggota masyarakat menaati norma-norma yang berlaku. Sistem pengendalian yang
merupakan segala sistem maupun proses yang dijalankan oleh masyarakat selalu disesuaikan dengan nilai-
nilai dan kaidah-kaidah yang berlaku dalam masyarakat.Pengendalian sosial dapat bersifat :
a.Preventif atau positif adalah suatu usaha pencegahan terhadap terhadap terjadinya gangguan-gangguan pada
keserasian antara kepastian dengan keadilan. Usaha perventif, misalnya, dijalankan melalui proses sosialisasi,
pendidikan formal dan informal.
b.Represif atau negatif berwujud penjatuhan sanksi terhadap para warga masyarakat yang melanggar atau
menyimpang dari kaidah-kaidah yang berlaku.
Alat-alat pengendalian sosial dapat digolongkan ke dalam paling sedikit lima golongan, yaitu:
a. Mempertebal keyakinan anggota masyarakat akan kebaikan norma-norma kemasyarakatan.
b. Memberikan penghargaan kepada anggota masyarakat yang taat pada norma-norma kemasyarakatan.
c. Mengembangkan rasa malu dalam diri atau jiwa anggota masyarakat bila mereka menyimpang atau
menyeleweng dari norma-norma kemasyarakatan dan nilai-nilai yang berlaku.
d. Menimbulkan rasa takut.
e. Menciptakan sistem hukum, yaitu sistem tata-tertib dengan sanksi yang tegas bagi para pelanggar.
2.2.4 Fungsi Lembaga Kemasyarakatan
a.   Pedoman dalam bertingkah laku dalam menghadapi masalah dalam masyarakat, terutama menyangkut
kebutuhan pokok.
b.    Menjaga keutuhan masyarakat.
c.    Pedoman sistem pengendalian sosial di masyarakat.
2.2.5 Ciri-ciri Umum Lembaga Kemasyarakatan
Menurut Gilli dan Gillin, ciri-ciri umum lembaga kemasyarakatan, yaitu
1.        Merupakan organiusasi pola-pola pemikiran dan pola-pola perilaku yang terwujud melalui aktivitas-
aktivitas kemasyarakatan.
2.        Suatu tingkat kekekalan yang merupakan ciri semua lembaga kemasyarakatan.
3.        Mempunyai satu atau beberapa tujuan tertentu.
4.        Mempunyai alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan.
5.        Memiliki lambang yang berupa ciri khas dari lembaga yang bersangkutan.
6.        Mempunyai suatu tradisi tertulis atau tidak tertulis.
2.2.6 Tipe-tipe Lembaga Kemasyarakatan
Tipe-tipe lembaga kemasyarakatan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1.        Berdasarkan sudut perkembangannya
a.         Crescive Institutions
Merupakan lembaga-lembaga paling primer yang secara tidak disengaja tumbuh dari adat istiadat masyarakat.
b.         Enacted Instituitions
Merupakan lembaga-lembaga yang dibentuk untuk memenuhi tujuan tertentu.
2.        Berdasarkan sistem nilai-nilai yang diterima masyarakat
a.         Basic Institusions
Merupakan lembaga kemasyarakatan yang penting untuk memelihara dan mempertahankan tata tertib dalam
masyarakat.
b.         Subsidiary Institutions
Merupakan lembaga kemasyarakatan yang dianggap kurang penting.
3.        Berdasarkan penerimaan masyarakat
a.         Approved atau Socially Sanctioned Institutions
Merupakan lembaga-lembaga yang diterima secara langsung oleh masyarakat.
b.         Unsanctioned Institutions
Lembaga-lembaga yang ditolak oleh masyarakat, kadang-kadang masyarakat tidak berhasil memberantasnya.
4.        Berdasarkan fungsinya
a.         Operative Institutions
Lembaga yang menghimpun pola-pola yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan lembaga yang
bersangkutan.
b.         Restricted Institutions
Lembaga yang bertujuan untuk mengawasi adat istiadat yang tidak menjadi bagian yang mutlak dalam
lembaga itu sendiri.
2.3 Kelembagaan Pembangunan Pertanian
Menurut Mosher, di setip lokalitas usahatani diperlukan beberapa kelembagaan pertanian, yaitu
kelembagaan penyedia sarana produksi, kelembagaan keuangan (penyedia kredit produksi), kelembagaan
usahatani, kelembagaan pengolahan hasil pertanian, kelembagaan pemasaran, kelembagaan
pemasaran,kelembagaan penyuluhan.
2.3.1        Kelembagaan penyedia sarana produksi
Ditingkat nasional dan provinsi, kabupaten dan kecamatan ditangani oleh BUMN danswasta (produsem,
distributor, penyalur) sedang ditingkat desa/kelurahan ditanganiswasta (pengecer) dan KUD.
Sarana produksi pertanian (saprotan) merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
mendukung perkembangan atau kemajuan pertanian terutama untuk mencapai tujuan terciptanya ketahanan
pangan. Pupuk dan pestisida (obat-obatan pertanian) adalah sarana produksi pertanian utama yang paling
banyak diperlukan petani dalam kegiatan pertanian. Pupuk dalam hal ini terdiri dari pupuk organik (kompos,
kotoran hewan, kasting, dan pupuk hijau) dan pupuk anorganik (urea, ZA, TSP, SP36 dan KCL). Sedangkan
pestisida meliputi, herbisida, insektisida, fungisida, dan lainnya.
Dengan semakin berkembangnya dan semakin majunya sistem pertanian di Indonesia, kombinasi yang
tepat dari penggunaan sarana produksi pertanian, khususnya pupuk dan pestisida merupakan hal yang sangat
penting untuk diperhatikan, sehingga permintaan sarana produksi pertanian (saprotan) yang terus meningkat
dapat dipenuhi dengan terpenuhinya prinsip enam Tepat yaitu, tepat jumlah/dosis, tepat jenis, tepat harga,
tepat mutu/kualitas, tepat waktu aplikasinya, dan tepat tempatnya (pupuk tersedia di kios saprotan).
Pupuk, pestisida, dan sarana produksi lainnya seperti alat-alat pertanian, umumnya disediakan oleh
pengecer yang biasanya berbentuk koperasi atau usaha dagang. Toko/kios saprotan merupakan salah satu
usaha dagang yang banyak berada di sekitar petani yang menyediakan saprotan yang dibutuhkan petani.
Dengan demikian, kios saprotan merupakan lembaga yang sangat penting bagi petani di dalam menyediakan
saprotan. Namun kenyataannya seringkali fungsi lembaga ini menjadi terganggu yang disebabkan karena
faktor teknis maupun ekonomis sehingga tidak tercapainya prinsip enam T yaitu tepat jumlah/dosis, tepat
jenis, tepat harga, tepat mutu/kualitas, dan tepat waktu, terutama tepat waktu dan tepat jumlah dengan yang
diharapkan.
Subsistem penyediaan sarana produksi menyangkut kegiatan pengadaan dan penyaluran. Kegiatan ini
mencakup Perencanaan, pengelolaan dari sarana produksi, teknologi dan sumberdaya agar penyediaan sarana
produksi atau input usahatani memenuhi kriteria tepat waktu, tepat jumlah, tepat jenis, tepat mutu dan tepat
produk. Sedangkan dalam penyediaan peralatan dan bahan pertanian didapat dari koperasi desa maupun toko
pertanian berupa cangkul, sabit, pupuk, benih, dan bibit serta peralatan lain yang mendukung. Kelembagaan
sarana produksi dapat dibedakan antara lain:
a.                   Produsen Saprodi
Kelembagaan saran produksi ini ada yang berfungsi sebagai produsen atau perusahaan yang bergerak
di bidang industri pupuk seperti PT Pusri, PT Pupuk Kujang, PT Petrokimia Gresik, PT Pupuk Kaltim, PT
Pupuk Iskandar Muda dan PT ASEAN Aceh Fertilizer. Produsen pupuk tersebut menghasilkan pupuk Urea,
SP-36, dan ZA. Selain dari produsen pupuk, ada pula perushaan yang memproduksi pestisida (sebagai
formulator) dan produsen penghasil pupuk alternatif seperti pupuk Pelengkap Cair (PPC), Zat Pengatur
Tumbuh (ZPT), dan sebagainya. Selain itu terdapat pula kelembagan yang bergerak di bidang produksi benih,
baik BUMN seperti PT Sang Hyang Seri dan PT Pertani, maupun perusahaan swasta penghasil benih seperti
PT BISI, PT CArgil, PT Pionir dan sebagainya.
b.                   Distributor / penyalur saprodi
Kelembagaan ekonomi yang bergerak di bidang distribusi/ penyaluran sarana produksi ini cukup
banyak jumlahnya, baik yang berstatus sebagai perusahaan BUMN maupun swasta dan koperasi / KUD.
Kelembagaan ini tersebar di sentra-sentra produksi tanaman pangan dan holtikultura di daerah. Di tingkat
pedesaan kelembagaan ini berwujud sebagai kios-kios sarana produksi dan tempat pelayanan koperasi (TPK)
yang berfungsi sebagai pengecer sarana produksi langsung kepada petani selaku konsumen.
c.                    Asosiasi
Untuk mengkoordinasikan kegiatan baik di bidang produksi maupun distribusi sarana produksi,
biasanya beberapa kelembagaan usaha membentuk asosiasi. Di bidang produksi ada asosiasi produsen pupuk
Indonesia (APPI) yang meliputi produsen pupuk perusahaan BUMN, sedang di bidang ekspor/impor ada
asosiasi niaga pupuk Indonesia (ANPI) yang merupakan wadah bagi eksportir/importir pupuk.
2.3.2        Kelembagaan usahatani atau produksi
Subsistem ini mencakup kegiatan pembinaan dan pengembangan usahatani dalam rangka
meningkatkan produksi primer pertanian. Termasuk kedalam kegiatan ini adalah perencanaan pemilihan
lokasi, komoditas, teknologi, dan pola usahatani dalam rangka meningkatkan produksi primer. Kelembagaan
agribisnis yang bergerak di bidang usaha tani/produksi meliputi :
a.         Rumah Tangga petani sebagai unit usaha terkecil di bidang tanaman pangan dan hortikultura.
b.        Kelembagaan tani dalam bentuk kelompok tani.
c.         Kelembagaan usaha dalam bentuk perusahaan budidaya tanaman pangandan holtikultura.
Baik unit-unit usaha tani dalam bentuk rumah tangga petani maupun kelompok tani, merupakan
kelembagaan non-formal yang melaksanakan fungsi agribisnis di pedesaan. Kelompok tani sebagai bentuk
kelembagaan yang lebih maju dan terorganisasi, berfungsi sebagai :
a.       Wadah berproduksi,
b.      Wahana kerjasama antar anggota kelompok tani, dan
c.       Kelas belajar di antara petani/ anggota kelompok tani.
Selain dari kelembagaan non-formal tersebut di atas, di bidang produksi tanaman pangan dan
holtikultura terdapat pula kelembagaan yang relatif lebih maju (kelembagaan usaha) dan lebih
modern.Kelembagaan tersebut berupa kelembagaan usaha budidaya tanaman pangan dan
holtikultura.Kelembagaan ini dapat berwujud perusahaan budidaya murni atau perusahaan budidaya terpadu
dengan pengolahan (agroindustri).Pengelolaan perusahaan budidaya ini dilakukan dengan manajemen yang
lebih maju, dan status legalnya adalah sebagai perusahaan berbadan hukum yang memang dirancang dengan
baik melalui investasi di bidang usaha budidaya tanaman. Bentuk investasinya dapat berupa penanaman modal
dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal asing (PMA), dua-duanya mendapat fasilitas dari
pemerintah sesuai dengan Undang-undang No. 1 Tahun 1967. Undang-Undang No 11 tahun 1970 untuk PMA
dan Undang-undang no. 6 tahun 1968 jo. Undang-undang no 12 tahun 1972 untuk PMDN. Selain dari PMA
dan PMDN ada pula investasi di luar ketentuan tersebut (non fasilitas) yang dilakukan oleh pengusaha dalam
negeri (swasta nasional).
2.3.3        Kelembagaan pasca panen dan pengolahan hasil pertanian
Lembaga pasca panen dan pengolahanan hasil pertanian merupakan lembaga yang menyangkut usaha
dan pengolahan hasil pertanian setelah panen. Lembaga ini dibedakan menjadi tiga antara lain:
a.         Kelembagaan yang melakukan usaha di bidang pasca banen
Lembaga ini bergerak pada bidang usaha setelah panen, seperti usaha pengemasan dll.
b.        Kelembagaan usaha di bidang pengolahan
Lembaga ini merupakan lembaga yang berfungsi untuk mengolah hasil pertanian, seperti industri
makanan dan minuman.
c.         Kelembagaan lumbung desa
Berbeda dengan lembaga sebelumnya yang dikelola oleh swasta, lembaga ini dikelola oleh LKMD.
Lembaga ini berfungsi untuk menjaga ketahanan pangan masyrakat.
2.3.4        Kelembagaan pemasaran
Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang menyelenggarakan pemasaran,
menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen ke konsumen akhir, serta mempunyai hubungan dengan badan
usaha atau individu lainnya.
Lembaga pemasaran muncul karena adanya keinginan konsumen untuk memperoleh komoditi yang
sesuai dengan waktu (time utility), tempat (place utility), dan bentuk (form utility).
Lembaga pemasaran bertugas untuk menjalankan fungsi-fungsi pemasaran serta memenuhi keinginan
konsumen semaksimal mungkin. Imbalan yang diterima lembaga pemasaran dari pelaksanaan fungsi-fungsi
pemasaran adalah margin pemasaran (yang terdiri dari biaya pemasaran dan keuntungan). Bahagian balas jasa
bagi lembaga pemasaran adalah keuntungan yang diperoleh dari kegiatan pemasaran.
Menurut penguasaannya terhadap komoditi yang diperjual belikan, lembaga pemasaran dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu
a.             Lembaga yang tidak memiliki komoditi, tetapi menguasai komoditi, seperti agen dan perantara, makelar
(broker, selling broker, dan buying broker)
b.             Lembaga yang memiliki dan menguasai komoditi-komoditi yang dipasarkan, seperti: pedagang
pengumpul, tengkulak, eksportir, dan importir.
c.             Lembaga pemasaran yang tidak memiliki dan menguasai komoditi yang dipasarkan, seperti perusahaan-
perusahaan yang menyediakan fasilitas transportasi, auransi pemsaran, dan perusahaan yang menentukan
kualitas produk pertanian (surveyor).
Berdasarkan keterlibatan dalam proses pemasaran, yaitu
a.             Tengkulak, yaitu lembaga pemasaran yang secara langsung berhubungan dengan petani. Tengkulak
melakukan transaksi dengan petani baik secara tunai, ijon maupun kontrak pembelian.
b.             Pedagang pengumpul, yaitu lembaga pemasaran yang menjual komoditi yang dibeli dari beberapa
tengkulak dari petani. Peranan pedagang pengumpul adalah mengumpulkan komoditi yang dibeli
tengkulak dari petani-petani, yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pemasaran seperti
pengangkutan.
c.             Pedagang besar, untuk lebih meningkatkan pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran maka jumlah komoditi
yang ada pada pedagang pengumpul perlu dikonsentrasikan lagi oleh lembaga pemasaran yang disebut
pedagang besar. Pedagang besar juga melaksanakan fungsi distribusi komoditi kepada agen dan
pedagang pengecer
d.            Agen penjual, bertugas dalam proses distribusi komoditi yang dipasarkan, dengan membeli komoditi
dari pedagang besar dalam jumlah besar dengan harga yang realtif lebih murah.
e.             Pengecer (retailers), merupakan lembaga pemasaran yang berhadapan langsung dengan konsumen.
Pengecer merupakan ujung tombak dari suatu proses produksi yang bersifat komersil. Artinya kelanjutan
proses produksi yang dilakukan oleh produsen dan lemabaga-lembaga pemasaran sangat tergantung
dengan aktivitas pengecer dalam menjual produk ke konsumen. Oleh sebab itu tidak jarang suatu
perusahaan menguasai proses produksi sampai ke pengecer.
Seluruh lembaga-lembaga pemasaran tersebut dalam proses penyampaian produk dari produsen ke
konsumen berhubungan satu sama lain yang membentuk jaringan pemasaran. Arus pemasaran (saluran
pemasaran) yang terbentuk dalam proses pemasaran ini beragam sekali, misalnya:
a.             Produsen berhubungan langsung dengan konsumen akhir
b.             Produsen – tengkulak – pedagang pengumpul – pedagang besar – pengecer – konsumen akhir
c.             Produsen – tengkulak – pedagang besar – pengecer – konsumen akhir
d.            Produsen – pedagang pengumpul – pedagang besar – pengecer – konsumen akhir
2.3.5        Kelembagaan jasa pendukung
Sampai dengan tahun 1970-an, hanya dilakukan instansi pemerintah sejak dilaksanakan proyek
penyuluhan tanaman pangan pada 1976, dikembangkan balai penyuluhan pertanian di tingkat wilayah
pembantu bupati. Pada periode 1995-2000, ditingkat kabupaten pernah dicoba pengembangan kelembagaan
penyuluhan pertanianyang terpisah dari dinas pertanian, yaitu balai informasi dan penyuluhan pertanian(BIPP)
dengan kebijakan revitalisasi pertanian, diundangkan UU No. 16 Tahun 2007tentang sistem penyuluhan
pertanian, erikana dan kehutanan.
Lembaga ini merupakan lembaga pendukung atau penunjan system agribisnis baik pada saat pra
maupun pasca panen. Lembaga ini sangat penting karena mencangkup unsur modal, alat dan penyuluhan. 
Beberapa unsur pendukung yang  penting dan sangat  berperngaruh dalam agribisnis adalah:
1.  Lembaga di bidang permodalan
Lembaga ini berjalan dalam hal keuangan, contoh system kredit. Contoh dari lembaga ini adalah koperasi
dan bank
2. Kelembagaan di bidang penyediaan alat dan mesin pertanian
Lembaga ini berwujud perusahaan pembuat alat-alat pertanian seperti alat pembajak sawah dan mesin
penggiling padi
3. Kelembagaan Aparatur
Dalam hal ini aparatur berperan sebagai agen penyuluhan bagi para petani agar para petani dapat bekerja
dengan baik dan benar sehingga menghasilkan panen yang melimpah
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Akibat Perubahan Sistem Pertanian Tradisional menjadi Sistem Pertanian Modern
Pada awalnya sistem pertanian Indonesia merupakan sistem pertanian tradisional yang bersifat
subsisten, yang kemudian diubah menjadi sistem pertanian modern yang bersifat komersial dan memiliki daya
saing tinggi serta terpadu sesuai sistem agribisnis dengan tujuan pembangunan ekonomi nasional.
Dengan terbentuknya WTO dan adanya kesepakatan Negara-negara kawasan seperti AFTA (2003),
APEC (2020), NAFTA, MEE dan sebagainya, mau tidak mau akan melibatkan Indonesia pada perdagangan
global yang semakin kompetitif. Untuk mendukung Indonesia yang telah memasuki perdagangan global,
sistem pertanian harus diubah dari pertanian tradisonal ke subsistem yang lebih modern guna untuk
menghadapi tantangan pasar global. Corak pertanian ini, pertanian modern, menuntut efisiensi yang tinggi,
berorientasi pasar dan mampu bersaing di bidang mutu, jumlah, kontinuitas, ketepatan waktu dan harga baik di
pasar dalam negeri maupun di pasar internasional. Inilah alasan mengapa Indonesia mengubah sistem
pertaniannya dari tradisional ke modern.
Modernisasi pertanian juga terjadi karena pertanian tradisional tidak mengalami kemajuan yang
signifikan, terlebih lagi pertanian tradisional bersifat tidak menentu.  Dalam pertanian tradisional, produksi
dan pruktivitas karena hanya menggunakan peralatan yang sangat sederhana (teknologi yang dipakai rendah). 
Kekuatan motivasi dalam pertanian tradisional pun bukanlah untuk meningkatkan penghasilan, tetapi berusaha
untuk bisa mempertahankan kehidupan keluarganya (subsisten).  Jadi, bagi para petani, yang lebih penting
adalah menghindarkan kegagalan panen.
Adapun persyaratan untuk dapat masuk kedalam pertanian modern yaitu: Komoditas yang dihasilkan
harus memiliki keunggulan yang kompetitif. Dalam hal ini kompetitif diartikan sebagai kemampuan untuk
mempertahankan atau meningkatkan komoditasnya dalam pasar secara menguntungkan dan berkelanjutan.
Namun, secara operasional keunggulan kompetitif didefinisikan sebagi kemampuan untuk memasok barang
dan jasa pada waktu, tempat, dan bentuk yang diinginkan konsumen, baik di pasar domestik maupun di pasar
internasional pada harga yang sama atau lebih baik dari yang sudah di tawarkan pesaing.
Maka dari itu, dibentuklah adanya reformasi di sektor pertanian agar mampu menggerakkan kembali
roda pembangunan serta memberdayakan perekonomian rakyat di pedesaan. Pembaharuan secara
berkesinambungan di semua aspek pembangunan meliputi kebijaksanaan, pelaksanaan dan program dalam
berbagai bidang seperti penyediaan dan penyaluran sarana produksi, dukungan kelembagaan dan permodalan
serta pengolahan dan pemasaran hasil yang berupa kelembagaan di dalam masyarakat pedesaan yang
menunjang pembaharuan dalam sektor pertanian.  
3.2 Peranan Lembaga Kemasyarakatan bagi Anggotanya dan Masyarakat Pedesaan
Peranan lembaga kemasyarakatan bagi anggotanya dan masyarakat pedesaan, diantaranya sebagai
berikut: 
a. Menyediakan produk atau jasa, seperti pemberian pupuk urea dan bibit yang sulit didapatkan secara gratis.
Dengan adanya lembaga sarana produksi berupa distributor, memudahkan para produsen  memasarkan
produknya sehingga masyarakat dapat dengan  mudah mendapatkan barang tersebut di daerahnya.
b. Meningkatkan peluang pasar, dapat meningkatan daya beli konsumen untuk mengkonsumsi hasil panen.
Tersedianya bahan-bahan pertanian yang bermutu dan mudah dijangkau akan memudahkan petani dalam
mengolah  lahannya. Pengolahan lahan dan tanaman yang baik akan menghasilkan panen yang baik dan
bermutu , yang tentu saja akan menarik perhatian konsumen unuk membeli hasil panen tersebut.
c. Memperbaiki mutu produk dan jasa, setelah mengikuti penyuluhanpetani diharapkan mendapat hasil panen
yang lebih baik dari sebelumnya. Kelembagaan aparatur yang merupakan bagian dari lembaga jasa layanan
pendukung  adalah lembaga yang bertugas memberi layanan berupa penyuluhan kepada para petani agar
petani dapat mengolah lahannya sesuai dengan ilmu pertanian sehingga para petani dapat menghasilkan
panen yang memuaskan.
d. Meningkatkan pendapatan, dengan hasil panen yang lebih baik atau bermutu otomatis keuntungan yang
didapat akan meningkat. Setelah mengaplikasikan penyuluhan yang mereka dapat dari kelembaggan
aparatur mengakibatkan hasil pertanian mereka meningkat dan bermutu sehingga uang dari penjualan hasil
panen mereka juga meningkat.
g.  Menjadi wahana pengembangan ekonomi rakyat, sarana agribis merupakan srana untuk mengembangkan
dan menciptakan mutu pertanian yang lebih baik. Sebagian besar rakyat Indonesia mempunyai mata
pencaharian sebagai petani,  de ngan naiknya pendapatan petani karena hasil panen yang memuaskan yang
merupakan  akibat dari pengaplikasian ilmu dari penyuluhan menyebabkan naiknya pendapatan perkapita
rakyat Indonesia.
h.  Sebagai sentra pelayanan pendidikan non-formal dan pembelajaran petani dan kelompoknya. .Keberadaan
kelembagaan mempunyai peran penting dalam fungsinya untuk penyebaran informasi teknologi,
penyuluhan , informasi pasar serta kebijakan-kebujakan yang dapat memberikan kepastian usaha mulai
dari.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Indonesia pada awalnya menganut sistem pertanian tradisional, namun seiring perkembangan zaman
dan masuknya Indonesia di dalam perdagangan global, maka diubahlah sistem pertanian tradisional tersebut
menjadi sitem pertanian modern. Pertanian modern memiliki tujuan agar terciptanya pembangunan ekonomi
terutama pada sektor pertanian dimana sektor pertanian merupakan tonggak dari berbagai macam sektor.
Maka dari itu, perlu adanya peran lembaga sosial yang dapat menunjang sektor pertanian menjadi sistem
pertanian modern dengan acuan sistem agribisnis, yang bertujuan membangun ekonomi nasional dan
meningkatkan daya saing secara global yang dilihat dari beberapa aspek meliputi mutu (quality), jumlah
(quantity), kontinuitas (continuity), ketepatan waktu (delivery on time) dan harga (price) baik di pasar dalam
negeri (domestic)  maupun di pasar internasional (export).
4.2 SARAN
Sektor pertanian merupakan sektor yang paling penting di negara ini. Indonesia harus bisa bersaing
dalam perdagangan global yang tentunya ditunjang dengan lembaga kemasyarakatan yang kuat tanpa terjadi
masalah-masalah di dalamnya agar tujuan sistem pertanian modern yang mengacu pada sistem agribisnis
tercapai, yaitu pembangunan ekonomi nasional dan dapat bersaing secara global.

DAFTAR PUSTAKA

Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.


Sarlinda, Linda. 2011. Tahap Pertanian Tradisional menuju Modernisasi (Online).           
lindasarlinda.blogspot.com/2011/05/tahap-pertanian-tradisional-menuju.html.

Marusan, Ai. 2012. Sosper Modernisasi Pertanian (Online    aimarusan.blogspot.com/2012/06/sosper-


modernisasi-pertanian.html.

Anda mungkin juga menyukai