Anda di halaman 1dari 14

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Peran

Soerjono Soekanto (2006), menerangkan bahwa peran merupakan aspek

dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan

kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan.

Peran dan status tidak dapat dipisahkan, tidak ada peran tanpa kedudukan atau

status, begitu pula sebaliknya tidak ada status tanpa peran. Peran menentukan apa

yang diperbuat seseorang untuk masyarakat, peran juga menentukan kesempatan-

kesempatan yang diberikan oleh masyarakat kepada tiap individu di dalmnya.

Peran diatur oleh norma - norma yang berlaku. Seseorang dikatakan menjalankan

peran manakala ia menjalankan hak dan kewajiban yang merupakan bagian yang

tak terpisahkan dari status yang disandangnya. Peranan yang melekat pada diri

seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan kemasyarakatan.

Posisi seseorang dalam masyarakat merupakan unsur statis yang menunjukkan

tempat individu pada organisasi masyarakat. Peranan lebih banyak menunjuk

pada fungsi, penyesuaian diri, dan sebagai suatu proses. Jadi, seseorang

menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan.

Peran berarti laku, bertindak. Didalam kamus besar bahasa Indonesia

peran ialah perangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang/lembaga

yang berkedudukan dalam masyarakat (Harahap, 2007), Dijelaskan lebih lanjut

tentang pengertian peran menurut ilmu sosial adalah meruakan fungsi yang

dibawakan seseorang ketika menduduki jabatan tertentu, seseorang dapat


memainkan fungsinya karena posisi yang didudukinya tersebut. Peran lebih

menunjukkan pada fungsi penyesuaian diri, dan sebagai sebuah proses.

Dewi Wulan Sari (2009), menjelaskan bahwa peran adalah konsep tentang

apa yang harus dilakukan oleh individu dalam masyarakat dan meliputi tuntutan-

tuntutan prilaku dari masyarakat terhadap seseorang dan merupakan prilaku

individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

B. Kelembagaan Petani

Saptana dan Daryanto (2003), Menerangkan bahwa Kelembagaan dapat

berupa adat istiadat, tradisi, aturan - aturan atau hukum formal yang mengatur

hubungan antar individu dalam suatu masyarakat terhadap sumberdaya.

Kelembagaan inilah yang mengatur siapa yang boleh berpartisipasi dalam

mengambil keputusan. Jika ditinjau dari sudut organisasi, kelembagaan

merupakan sistem organisasi dan kontrol terhadap sumberdaya. Sedangkan bila

dilihat dari sudut individu, kelembagaan merupakan gugus kesempatan bagi

individu dalam membuat keputusan dan melaksanakan aktivitasnya. Kemudian

lebih lanjut dijelakan bahwa lahirnya kelembagaan di dalam suatu kelompok atau

perkumpulan orang pada dasarnya diawali dari kesamaan karakteristik dan tujuan

masing – masing orang dalam kelompok tersebut. Hal tersebut ditandai dengan

adanya kesamaan kepentingan yang menyebabkan adanya upaya kerjasama untuk

mencapai tujuan dan memenuhi kepentingan bersama.

Menurut Hermanto (2007), kelembagaan tani di terdiri atas : 1). Lembaga

Kelompok Tani. Kelompok tani merupakan kelembagaan tani yang langsung

9
mengorganisir para petani dalam mengembangkan usahataninya. Kelompok tani

ini merupakan organisasi yang dapat dikatakan berfungsi dan ada secara nyata.

Disamping berfungsi sebagai wahana penyuluhan dan penggerak kegiatan

anggotanya, beberapa kelompok tani juga mempunyai kegiatan lain, seperti

gotong royong, usaha simpan pinjam dan arisan kerja untuk kegiatan usahatani;

2). Lembaga Permodalan. Lembaga permodalan merupakan lembaga yang

menyediakan bantuan modal bagi para petani. Contoh lembaga permodalan adalah

bank dan lembaga non bank seperti penggilingan padi dan lumbung padi.

Lembaga keuangan baik bank maupun non bank, tidak dalam peminjaman kredit

hanya karena pendapatan sektor pertanian belum diupayakan skala industri, resiko

gagalnya panen, dan biaya produksi yang semakin meningkat. Pihak perbankan

bisa memberi pinjaman kepada petani dengan syarat yang sesuai dengan

kemampuan petani. Yang mana petani mengharapkan kredit dengan waktu

kembali sesuai dengan waktu panen. Lembaga non bank seperti penggilingan padi

dan lumbung padi tidak hanya berperan dalam menggiling dan menyimpan hasil

pertanian petani tetapi juga berkembang dalam peminjaman modal bagi petani;

3). Lembaga Koperasi. Lembaga Koperasi Unit Desa (KUD) merupakan lembaga

yang memiliki peranan penting dalam menggerakkan perekonomian di pedesaan.

Kegiatan KUD bervariasi antar daerah, antara lain: penyediaan sarana produksi

pertanian, pengolahan hasil dan beberapa KUD mempunyai kegiatan pemasaran

hasil; 4). Lembaga Pemasaran. Lembaga pemasaran merupakan subsistem yang

tidak dapat dipisahkan dalam sistem dan usaha agribisnis secara keseluruhan.

Usaha peningkatan produksi komoditas pertanian tidak akan mampu

10
meningkatkan pendapatan petani apabila tidak adanya peranan dari lembaga

pemasaran; 5). Lembaga Penunjang Lainnya. Lembaga penunjang

lainnya yang cukup berkembang di pedesaan adalah kelembagaan Usaha

Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA), yang usahanya mencakup usaha jasa untuk

pengolahan tanah, usaha jasa panen (thresher), usaha jasa pengeringan (dryer) dan

usaha jasa penggilingan.

Esman dan Uphoff, 1985 dalam Sabja Anantanyu (2009), mengemukakan

pendapat bahwa kelembagaan petani dibentuk pada dasarnya mempunyai

beberapa tugas, yaitu: a). tugas dalam organisasi (interorganizational task) untuk

memediasi masyarakat dan negara, b). tugas sumberdaya (resource tasks)

mencakup mobilisasi sumberdaya lokal (tenaga kerja,modal, material, informasi)

dan pengelolaannya dalam pencapaian tujuan masyarakat, c). tugas pelayanan

(service tasks) mencakup permintaan pelayanan yang menggambarkan tujuan

pembangunan atau koordinasi permintaan masyarakat lokal, dan d). tugas antar

organisasi (extra - organizational task) memerlukan adanya permintaan lokal

terhadap birokrasi atau organisasi luar masyarakat terhadap campur tangan oleh

agen - agen luar.

Roucek dan Warren (1984) dalam Darmawan P., dkk. (2016), menjelaskan

bahwa kelembagaan adalah keseluruhan pola - pola ideal, organisasi, dan aktivitas

yang berpusat di sekeliling kebutuhan dasar seperti kehidupan keluarga, negara,

agama dan mendapatkan makanan, pakaian, dan kenikmatan serta tempat

perlindungan. Suatu lembaga dibentuk selalu bertujuan untuk memenuhi berbagai

kebutuhan manusia. Selain itu, lembaga merupakan konsep yang berpadu dengan

11
struktur, artinya tidak saja melibatkan pola aktivitas yang lahir dari segi sosial

untuk memenuhi kebutuhan manusia, tetapi juga pola organisasi untuk

melaksanakannya.

C. Konsep Pemasaran

Konsep pemasaran merupakan hal yang sederhana dan secara intuisi

merupakan filosofi yang menarik. Konsep ini menyatakan bahwa alasan

keberadaan sosial ekonomi bagi suatu organisasi adalah memuaskan

kebutuhan konsumen dan keinginan tersebut sesuai dengan sasaran

perusahaan. Hal tersebut didasarkan pada pengertian bahwa suatu penjualan

tidak tergantung pada agresifnya tenaga penjual, tetapi leb ih kepada keputusan

konsumen untuk membeli suatu produk. Menurut Philip Khotler (2002),

mengemukakan bahwa saluran pemasaran merupakan serangkaian organisasi

yang saling tergantung dan terlibat dalam proses menjadikan suatu produk atau

jasa yang siap untuk digunakan atau dikonsumsi. saluran pemasaran merupakan

saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan barang tersebut dari

produsen sampai ke konsumen atau pemakai industri (Basu Swastha, 1999).

Pemasaran adalah Semua kegiatan yang bertujuan untuk memperlancar

arus barang atau jasa dari produsen ke konsumen secara paling efisien

dengan maksud untuk menciptakan permintaan efektif (Nitisemito, 1990 dalam

Rambat Lupiyoadi, 2001). Pasar sendiri merupakan tempat terjadinya pemenuhan

kebutuhan dan keinginan dengan menggunakan alat pemuas yang berupa barang

atau jasa, dimana terjadi pemindahan hak milik antara penjual dan pembeli.

Secara umum pemasaran dianggap sebagai proses aliran barang yang terjadi

12
dalam pasar, dari produsen sampai kepada konsumen akhir (Sudiyono, 2002).

Dengan demikian pemasaran dalam aspek pertanian adalah proses aliran

komoditi yang disertai perpindahan hak milik dan penciptaan guna, waktu,

tempat dan bentuk yang dilakukan oleh lembaga - lembaga pemasaran dengan

melaksanakan satu atau lebih fungsi - fungsi pemasaran.

D. Lembaga Pemasaran

Lembaga pemasaran merupakan badan-badan atau lembaga yang berusaha

dalam bidang pemasaran, menggerakkan barang dari produsen sampai konsumen

melalui penjualan (Limbong dan Sitorus, 1987 dalam Dharmesta dan Irawan,

2001). Lembaga pemasaran pada dasarnya harus memiliki peran dalam

memberikan pelayanan kepada pembeli maupun komoditas itu sendiri, arus

barang yang melalui lembaga-lembaga yang menjadi perantara akan membentuk

saluran pemasaran. Perantara memperlancar arus barang dan jasa untuk

menjembatani kesenjangan antara mereka yang diminta oleh konsumen dengan

keanekaragaman yang ditawarkan produsen.

Uphof (1986) dalam Saptana dan Daryanto (2003), menjelaskan tentang

perbedaan lembaga dan kelembagaan, adalah bahwa Lembaga merupakan

sekumpulan norma dan perilaku baik secara indifidu maupun kelompok yang

telah berlangsung dalam waktu yang lama dan digunakan untuk mencapai

tujuannya baik dalam idifidu maupun kelompok, sedangkan kelembagaan adalah

suatu jaringan yang saling terhubung yang terdiri dari sejumlah orang atau

lembaga untuk tujan tertentu, memiliki aturan dan norma, serta memiliki struktur.

13
Menurut Hutauruk (2003), fungsi pemasaran merupakan suatu aktivitas

yang penting dispesialisasi dan dilaksanakan dalam bidang pemasaran, fungsi

tersebut adalah : a). Fungsi pertukaran, yaitu pembelian (buying) dan penjualan

(selling). b). Fungsi pengadaan secara fisik yaitu pengangkutan (transportation)

dan penyimpanan (storage). c). Fungsi fasilitasi / pemberian jasa-jasa yaitu

pemodalan, risiko, standarisasi dan informasi pasar (market information).

Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran

produk-produk pertanian sangat beragam sekali tergantung dari jenis yang

dipasarkan. Ada komoditi yang melibatkan banyak lembaga pemasaran dan ada

pula yang melibatkan hanya sedikit lembaga pemasaran. Lembaga pemasaran

timbul karena adanya keinginan konsumen untuk memperoleh komoditas sesuai

waktu, tempat, dan bentuk yang di inginkan konsumen (Rahim dan Hastuti,

2007).

Tatiek (2012), menjelaskan bahwa peran lembaga pemasaran adalah

untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran serta memenuhi kebutuhan dan

keinginan konsumen secara maksimal. Konsumen memberikan balas jasa atas

fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga konsumen. Nilai balas jasa

tersebut tercermin pada besarnya margin pemasaran. Lebih lanjut dijelaskan

bahwa lembega-lembaga pemasaran dapat di golongkan berdasarkan pada

penguasaannya terhadap komoditi yang diperjualbelikan. Yaitu :

1). Lembaga pemasaran yang memiliki dan menguasai produk pertanian yang

diperjualbelikan, antara lain : (a) Pedagang pengepul atau pengumpul,

penebas, tengkulak atau contract buyer, whole seller: mereka umumnya

14
menaksir total nilai produk pertanian dengan cara menaksir jumlah hasil

panen dikalikan dengan harga yang diharapkan pada saat panen (expectation

price). Dalam praktik onfarm bila contract buyer adalah penebas atau ijon

maka setelah ada kesepakatan harga, mereka akan bertanggungjawab

memelihara tanaman sampai panen selesai dilakukan. Biaya panen dibayar

oleh penebas. (b) Grain millers: pedagang atau lembaga pemasaran yang

memiliki gudang penyimpan produk pertanian. Mereka membeli aneka

produk pertanian utamanya padi dan palawija dan sekaligus menangani pasca

panen. (c) Eksportir dan importer.

2). Lembaga pemasaran yang bukan pemilik namun mempunyai kuasa atas

produk (agent middleman) , di antaranya ; (a) Perantara, makelar, atau broker

baik selling broker maupun buying broker. Broker merupakan pedagang

perantara yang tidak secara aktif berpartisipasi dalam melakukan fungsi

pemasaran, mereka hanya berperan menghubungkan pihak - pihak yang

bertransaksi. Bila transaksi berhasil dilaksanakan, broker akan memperoleh

komisi atas jasa mereka. (b) commission agent, yaitu pedagang perantara

yang secara aktif turut serta dalam pelaksanaan fungsi pemasaran terutama

yang berkaitan dengan proses seleksi produk, penimbangan dan grading.

Umumnya mereka memperoleh komisi dari perbedaan harga produk.

3). Lembaga pemasaran yang tidak memiliki dan tidak menguasai produk

pertanian yang ditransaksikan. Diantaranya ; (a) Processors dan manufaktur:

lembaga - lembaga ini sangat berperan dalam proses tataniaga agro produk

sebab keberadaannya menjadi jaminan pasar bagi produk pertanian. Sebagai

15
contoh dapat diamati industri -industri pangan olahan seperti produsen sari

apel, buah kaleng, susu Pasteurisasi, pakanternak, penggilingan padi, baik

dalam skala mikro, kecil, menengah hingga industri besar seperti Pabrik Gula

(PG), Pabrik Kelapa Sawit (PKS), dan sebagainya. (b) Facilitative

organizations: salah satu bentuk organisasi fasilitatif yang sudah dikenal di

Indonesia adalah pasar lelang ikan. Sub Terminal Agribisnis, walaupun belum

sepenuhnya berjalan dengan baik sudah menawarkan alternative transaksi

berbagai produk pertanian melalui lelang. (c) Trade associations: asosiasi

perdagangan agroproduk yang terutama bertujuan untuk mengumpulkan,

mengevaluasi, dan mendistribusikan informasi pada anggotanya. Contoh

asosiasi dagang semacam ini adalah AEKI (Asosiasi Ekspor Kopi Indonesia)

dan ICO (international Coffe Agreement).

E. Referensi Penelitian Terdahulu

Beberapa peneliti sebelumnya telah melakukan penelitian-penelitian

tentang peran lembaga-lembaga pemasaran yang ada dalam masyarakat pertanian.

diantaranya ;

1). Daniel Matanari, dkk., (2004), yang meneliti tentang Peranan Kelompok

Tani Terhadap Peningkatan Produksi Padi Sawah (Oriza Sativa) Di Desa

Hutagugung Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi. Hasil dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui bagaimana peranan Kelompok Tani Berdaulat

Baru dalam peningkatan produksi padi sawah di daerah penelitian,

mengetahui bagaimana motivasi petani dalam mengikuti kegiatan

16
kelompok tani berdaulat baru, serta mengetahui bagaimana efektivitas

penerimaan sarana produksi terhadap anggota Kelompok Tani Berdaulat

Baru.

2). Hesti Hermanisngsih (2011), yang melakukan penelitian tentang Penguatan

Peran Lembaga Kelompok Tani Dalam Pengembangan Usaha Tani Kopi

Rakyat (Studi Kasus Kelompok Tani Di Desa Sidomulyo Kecamatan Silo

Kabupaten Jember). Dengan tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui

hubungan serta pengaruh lembaga kelompok tani, pra maupun pasca panen

dalam usahatani kopi rakyat Di Desa Sidomulyo Kecamatan Silo Kabupaten

Jember.

3). Sabja Anantanyu (2011), yang meneliti tentang Kelembagaan Petani: Peran

Dan Strategi Pengembangan Kapasitasnya. Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui Urgensi eksistensi kelembagaan petani dalam

pembangunan pertanian di Indonesia, mengukur kemandirian petani, dan

mengetahui strategi dalam pengembangan kelembagaan petani sehingga

mampu menjadi sarana untuk mewujudkan petani yang mandiri.

4). Jajat Sudrajat, dkk., (2014), dengan penilitiannya Analisis Efesiensi Dan

Kelembagaan Pemesaran Jagung di Kabupaten Bengkayang. Hasil dari

penelitian ini adalah untuk Menganalisis efisiensi saluran pemasaran jagung

di Kabupaten Bengkayang serta menganalisis peran aspek kelembagaan

dalam pemasaran jagung di Kabupaten Bengkayang.

5). Azzam Asfiansyah Hakam (2014), yang meneliti tentang Peran Kelompok

Tani Terhadap Usaha Peningkatan Pendapatan Anggota Melalui Program

17
Kemitraan Usahatani (Studi Kasus Kelompok Tani “Sri Mulyo” Kecamatan

Sukun, Kota Malang). Dengan tujuan penelitian adalah untuk mengkaji

seberapa besar peranan kelompok tani dalam mempengaruhi jumlah

pendapatan yang diterima anggota melalui program kemitraan usaha tani

dan serta mengetahui faktor-faktor produksi dalam usaha budidaya yang

berpengaruh secara nyata terhadap perubahan pendapatan usaha tani yang

diterima oleh para anggotanya.

6). Nasution, dkk., (2015), yang melakukan penelitian tentang Peran

Kelembagaan Dalam Pengelolaan dan Pemesaran Gambir Di Kabupaten

Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat. Penelitian ini bertujuan untuk a).

menganalisis efisiensi operasional dan efisiensi harga dalam pemasaran

gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota, 2). Menganalisis peran kelembagaan

(tingkat petani dan pemasaran) dalam pengolahan dan pemasaran gambir di

Kabupaten Lima Puluh Kota, serta 3). Merumuskan alternatif kebijakan dari

implikasi analisis efisiensi pemasaran dan peran kelembagaan dalam

pengolahan dan pemasaran gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota.

Sejumlah penelitian tentang peran kelembagaan pemasaran yang telah

disebutkan diatas memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini.

Persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan

diteliti oleh penulis dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini :

Tabel. 2. Persamaan dan Perbedaan Penelitian terdahulu dengan penelitian yang


akan diteliti oleh penulis.

18
No Judul Penelitian Persamaan Perbedaan

1 Peranan Kelompok Membahas tentang Lokasi


Tani Terhadap kelompok tani
Peningkatan Produksi
Padi Sawah (Oriza
Sativa) Di Desa
Hutagugung
Kecamatan Sumbul
Kabupaten Dairi
2 Penguatan Peran Membahas tentang Lokasi
Lembaga Kelompok kelompok tani
Tani Dalam
Pengembangan Usaha
Tani Kopi Rakyat
(Studi Kasus
Kelompok Tani Di
Desa Sidomulyo
Kecamatan Silo
Kabupaten Jember)

3 Kelembagaan Petani: Membahas peran dan Lokasi


Peran Dan Strategi strategi Kelembagaan
Pengembangan Petani
Kapasitasnya
4 Analisis Efesiensi Dan Membahas tentang Lokasi
Kelembagaan peran kelembagaan
Pemesaran Jagung di petani
Kabupaten Bengkayang
5 Peran Kelompok Tani Membahas tentang Lokasi
Terhadap Usaha kelompok tani
Peningkatan
Pendapatan Anggota
Melalui Program
Kemitraan Usahatani
(Studi Kasus
Kelompok Tani “Sri
Mulyo” Kecamatan
Sukun, Kota Malang)

F. Kerangka Pemikiran

19
Proses pemasaran hasil produksi kakao dimulai dari kegiatan petani yang

bertindak sebagai produsen yang mengusahakan tanaman kakao, yang kemudian

dipanen lalu di distribusikan sampai ke konsumen akhir berupa biji kako. Biji

kakao yang di distribusikan membentuk suatu alur pemasaran yang berbeda-beda,

semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat maka semakin panjang alur

pemasaran yang terbentuk sehingga mengakibatkan margin tataniaga semakin

tinggi.

Alur pemasaran tentunya melibatkan lembaga-lembaga pemasaran yang

mempunyai tugas untuk menyampaikan produk kakao sampai ke konsumen akhir.

Lembaga pemasaran yang terlibat dalam suatu alur pemasaran memiliki peran

untuk melaksanakan fungsi pemasaran yaitu fungsi pertukaran, fungsi pengadaan

secara fisik, dan fungsi pemberian jasa-jasa.

Dengan demikian, kerangka pemikiran menurut proses alur pemasaran

pada lembaga pemasaran dapat dilihat pada Gambar 1 dibwah ini;

PETANI KAKAO

PEMASARAN KAKAO

PEMASARAN KAKAO PEMASARAN KAKAO

PENINGKATAN PENDAPATAN
PETANI KAKAO 20
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Proses Alur Pemasaran hasil perkebunan
(kakao) di Desa Baebunta, Kecamatan Baebunta, Kabupaten
Luwu Utara.

21

Anda mungkin juga menyukai