OLEH KELOMPOK IX
2. SELVIANA MBORO
3. SENJAYATI DAMA
5. ULRIKUS J. WANGGE
KUPANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 tujuan
Adapun tujuan adari pembuatan makalah ini adalah:
PEMBAHASAN
Pelaku penyuluh perikanan merupakan orang yang melakukan suatu perbuatan, atau
merupakan pelaku utama dalam perubahan situasi tertentu.
Penyuluh fungsional adalah PNS yang diangkat oleh pejabat berwenang dalam
jabatan fungsional penyuluh.
Penyuluh nonfungsional adalah PNS bukan pejabat fungsional penyuluh yang
ditetapkan oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan tugas penyuluhan
perikanan.
Penyuluh tenaga kontrak adalah seseorang yang diberi tugas oleh perusahaan yang
terkait dengan usaha perikanan, baik secara langsung atau tidak langsung,
melaksanakan tugas penyuluhan perikanan.
Penyuluh mandiri adalah seseorang yang atas kemauan sendiri melaksanakan
penyuluhan perikanan.
Penyuluhan kehormatan adalah seseorang yang bukan petugas penyuluhan perikanan
yang karena jasanya diberi penghargaan sebagai penyuluh kehormatan oleh Menteri
Kelautan dan Perikanan berdasarkan rekomendasi dari Kepala Dinas Kelautan dan
Perikanan dan wakil masyarakat.
Menurut Roger dan Shoemaker (1971) ada beberapa tugas utama dari seorang penyuluh,
yaitu :
Keberhasilan proses penyuluhan ditandai timbulnya partisipasi aktif dari pelaku utama
dan pelaku usaha dibidang perikanan (masyarakat sasaran), sehingga dalam pengembangan
penyuluhan kedepan harus diarahkan pada model yang berpusat pada manusia, dimana peran
penyuluh dalam proses penyuluhan adalah sebagai relasi yang berorientasi pada masyarakat
sasaran. Dalam pelaksanannya sebuah proses penyuluhan harus dimulai dari pemahaman
masyarakat terhadap potensi dan masalah yang dihadapinya, sehingga terdorong untuk
mengupayakan pemecahan masalah melalui pengembangan semua potensi yang dimilikinya.
Pada tahap inilah dimulai peran seorang penyuluh “untuk membantu peningkatan
kesejahteraan masyarakat sasaran dari kegiatan usahanya”, dengan pola pikir yang coba
dibangun adalah pengembangan komoditas yang dimilikinya melalui pemanfaatan semua
potensi sumber daya yang ada,jadi peran seorang penyuluh adalah berupa fasilitasi,
pengawalan, mobilisasi, pembentukan jaringan kerja dan kelembagaan pelaku utama dan
pelaku usaha dibidang perikanan.
Seringkali terjadi jurang sosial antara sistem yag dipresentasikan oleh agen
perubahan dan sistem klien.Perbedaan khas antara sistem seperti itu termasuk
perbedaaan bahasa subkultur (walaupun keduannya bisa saja berpura-pura berbagi
bahasa yang umum atau memakai bahasa yang sama-sama mereka mengerti), status
sosial ekonomi, kemampuan teknis, kepercayaan dan tingkah laku. Agen perubahan,
walaupun dia menghubungkan dua sistem sosial, bisa saja berbeda-beda dalam
hubungan dengan klien atau kepada atasan. Jurang perbedaan pada kedua sisi
perubahan menciptakan konflik peran dan masalah komunikasi.
Mengembangkan keinginan akan perubahan. Seorang pelaku perubahan
biasannya bersedia membantu kliennya untuk berhati-hati terhadap keinginan untuk
merubah sifatnya.
Adapun peran agen perubahan sebagai berikut:
Menjalin hubungan perubahan. Sekali kebutuhan akan perubahan diciptakan. Seorang
agen perubahan harus menjalin hubungan dengan kliennya.
Kenali masalah. Agen perubahan bertanggungjawab untuk menganalisa
situasi permasalahan kliennya agar dapat menentukan mengapa alternatif yang telah
ada tidak dapat memenuhi kebutuhan klien.
Menciptakan maksud untuk merubah klien. Setelah seorang agen perubahan
menyelami bermacam-macam kesempatan yang dapat diambil kliennya agar
tercapai tujuan mereka, ia harus dengan jujur memberitahukan maksud untuk
berubah, suatu motif untuk berkembang. Disinilah peran agen perubahan untuk
memotivasi.
Menerjemahkan maksud menjadi tindakan. Seorang agen perubahan
berusaha untuk mempengaruhi tindakan kliennya menurut rekomendasinya
berdasarkan pada kebutuhan kliennya.
Mengawal perubahan yang telah tercapai dan mencegah ketidakberlanjutan. Atau
“membekukan” perubahan yang telah tercapai.
Menerima hubungan akhir. Tujuan akhir dari setiap agen perubahan
adalah mengembangkan sikap memperbaharui bagian dari kliennya.
Kredibilitas adalah tingkat dimana sumber komunikasi atau saluran dirasakan dapat
dipercaya dan kompeten oleh si penerima. Dalil dasar dari studi percobaan laboratorium
akan komunikasi bahwa perubahan kelakuan seseorang secara positif didasarkan pada
kredibilitas. Jika seorang klien merasa bahwa si agen perubahan memiliki kredibilitas
relatif lebih tinggi daripada sumber atau saluran lain, klien akan lebih dapat menerima dari
agen perubahan tersebut.
Studi kasus
Desa Latuhalat berada di Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon. Desa ini merupakan
desa yang berada di kawasan ekosistem pesisir dengan beragam kekayaan hayati,
sumberdaya alam perikanan, mineral dan bahan galian, yang selama ini dimanfaatkan oleh
penduduk untuk memenuhi kebutuhan hidup. Desa Latuhalat merupakan salah satu desa
yang memberikan sumbangan terbesar terhadap total produksi perikanan di kawasan
perairan Teluk Ambon Luar, yakni sebesar 1.775,91 ton per tahun dari 4.253,63 ton per
tahun total produksi perikanan di Teluk Ambon Luar (Dinas Kelautan dan Perikanan
Ambon, 2008)
Kelompok Usaha Bersama (KUB) yang dikaji di desa Latuhalat adalah KUB
Risna yang tergolong KUB lama dan KUB Sibu-Sibu yang tergolong KUB baru.KUB ini
bergerak dalam bidang usaha penangkapan purse seine, KUB ini merupakan
kelembagaan nelayan yang berasal dari keinginan masyarakat nelayan di Desa Latuhalat.
Tujuan dibentuknya KUB perikanan tangkap adalah meningkatkan taraf hidup nelayan
dan menjadi salah satu usaha yang produktif khususnya sektor perikanan tangkap serta
diharapkan menjadi wadah bagi nelayan untuk memfasilitasi kebutuhan di bidang
perikanan tangkap.
ABK dari ke dua KUB ini berasal dari desa Latuhalat. Kesamaan bahasa
memudahkan setiap anggota kelompok ini untuk berinteraksi dan berkomunikasi. Begitu
juga dengan suku dan agama. Kesamaan dalam suku dan agama dapat meminimalisir
terjadinya konflik dalam kelompok nelayan yang dapat diakibatkan karena perbedaan akar
budaya dan pandangan hidup.Menurut Wahab dan Azis (2008), kebudayaan setiap
masyarakat pastilah berbeda dengan kebudayaan masyarakat lain. Hal ini disebabkan
kebudayaan tersebut berbeda pada tempat dan kondisi tertentu, norma sosial yang
berbeda-beda ukurannya sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. Perbedaan-
perbedaan inilah yang memungkinkan terjadinya konflik sosial. Oleh karena itu, dengan
adanya kesamaan budaya pada suatu kelompok akan mudah mengarahkan pada tujuan
bersama dan dapat meminimalisir konflik.
Struktur organisasi yang dibentuk oleh KUB Risna dan KUB Sibu-Sibu adalah
struktur berdasarkan hubungan kekerabatan. Merangkapnya kerja oleh setiap pengurus
KUB ini menyebabkan fungsi dari masing-masing pengurus tidak maksimal.
Perkembangan Kelembagaan KUB Risna dan Sibu-Sibu yang sedang berjalan dapat
dikatakan lamban jika kita lihat dari perkembangan hasil produksi perikanan tangkap.
Menurut Pace & Faules (2006), dalam konteks penyelenggaran manajemen organisasi,
kejelasan kedudukan dan uraian tugas seseorang dalam struktur organisasi akan
mempermudah dalam melakukan koordinasi maupun hubungan karena adanya
keterkaitan penyelesaian suatu fungsi yang dipercayakan kepada seseorang. Apabila
fungsi pengurus tidak maksimal maka akan mempengaruhi keberhasilan atau efektivitas
organisasi.
PENUTUP
Kesimpulan
Fayyadh Arkana Yahya. 2013. Atualisasi Peran Penyuluh Perikanan Dalam Mendukung
Akselerasi Pembangunan Perikanan.
http://Fayyadharkanayahya.blogspot.com/2013/08/atualisasi-peran-penyuluh-perikanan.
html. 28 Oktober 2017.
Saragih, Bungaran. 2001. Suara Dari Bogor: Membangun Sistem Agribisnis. Yayasan
USESE Bekerjasama Dengan Sucofindo. Bogor