Anda di halaman 1dari 10

FESTIVAL MANEE DI TALAUD

Kapulauan Talaud yang berada di ujung utara Propinsi Sulawesi Utaramempunyai acara kebudayaan tradisional yang unik. Acara ini sendiri dikenal dengan nama Festival Manee. Festival ini merupakan tradisi masyarakat turun temurun yang tetap lestari. Dimana pada saat acara berlangsung, penduduk menangkap ikan menggunakan janur kelapa yang panjangnya bisa mencapai 4 kilometer. Jangan mengira bahwa hasil tangkapan menggunakan janur ini akan sedikit, hasil tangkapan ikannya justru melimpah.

Festival Manee diselenggarakan dengan tujuan untuk menggali, mempertahankan juga mengenalkan nilai budaya dan tradisi khas Talaud yang kaya dan belum tentu dapat ditemukan di daerah lain di Indonesia maupun belahan dunia lain, terutama tradisi menangkap ikan dengan janur kelapa.

Pada festival ini juga ditunjukkan prosesi budaya Manee yang dimulai dari, doa adat, mengambil tali hutan, membuat alat, pelepasan sammi (janur kelapa yang sudah dirangkai), memanggil ikan, menebar alat, menombak ikan oleh tetua adat, memanen ikan, bagi hasil tangkapan, hingga acara syukuran. Acara ini dilakukan secara berurutan.

Dalam kegiatan menangkap ikan menggunakan janur kelapa, bukan hanya nilai uniknya saja yang dapat dilihat, tetapi juga nilai kerjasama. Karena diperlukan kerjasama yang baik dari masing-masing peserta dalam menggunakan rangkaian janur panjang untuk menggiring kawanan ikan di laut.

Tidak mengherankan saat festival digelar tampak banyak wisatawan yang hadir, mulai dari wisatawan lokal dan juga wisatawan mancanegara.. Bukan itu saja dalam festival ini juga dilaksanakan karnaval perahu kayu tradisional dan pagelaran seni budaya Talaud.

http://ronmanado.com/?HIBURAN_%26amp%3B_WISATA/Tempat_Wisata/Festival _Manee%2C_Talaud

MANEE TRADISI UNIK MENANGKAP IKAN


Di Wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara.
ABSTRAK Kakorotan adalah kawasan kepulauan yang mencakup Pulau: Kakorotan, Intata, dan Malo. Secara administratif kepulauan tersebut termasuk dalam wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara. Di daerah ini mempunyaitradisi yang disebut Manee. Manee adalah tradisimenggiring ikan menggunakan rotan yang diikat janur dan dilakukan beramai-ramai dari kedalaman tiga meter, kemudian dikurung di lokasi tertentu di pesisir pantai secarabersama-sama.Tradisi menangkap ikan secara bersama-sama yang dilakukan oleh 10 suku bangsa yang ada di wilayah Kakorotan tersebut merupakan akhir dari masa eha. Eha adalah masa pelarangan untuk mengambil hasil laut (ikan) dan darat (buah-buahan, sayur mayur, binatang ternak) selama tiga sampai enam bulan setiap tahunnya. Tradisi inimengandung nilai-nilai yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai itu antara lain adalah: kebersamaan, gotong royong, kearifan dan religius. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan segalahasildaricipta, karsa, dan rasa manusia. Menurut R. Lintonn, dalambukunya The Cultural Background of Personality, kebudayaan merupakankonfigurasitingkahlaku yang dipelajaridanhasil tingkah laku yang unsurunsurpembentuknyadidukungdanditeruskanolehanggotadarimasyarakattertentu.Budaya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat karena semua aspek dalam kehidupan masyarakt dapat dikatakan sebagai wujud dari kebudayaan, misalnya gagasan atau pikiran manusia, aktivitas manusia, atau karya yang dihasilkan manusia.

Budaya juga merupakan identitas bangsa yang harus dihormati dan dijaga dengan baik oleh para penerus bangsa. Budaya lokal Indonesia beranekaragam sesuai dengan potensi yang dimiliki Indonesia sebagai negara majemuk yang terdiri dari banyak pulau, suku, dan sumber daya lainnya. Dalam artikelnya, Parsudi Suparlan mengatakan bahwa potensi Indonesia sebagai negara multikultural, telah digunakan sebagai acuan oleh para pendiri bangsa Indonesia dalam mendefinisikan apa yang disebut kebudayaan bangsa, seperti yang terdapat pada penjelasan Pasal 32 UUD 1945, yang berbunyi: Kebudayaan bangsa (Indonesia) adalah puncak-puncak kebudayaan di daerah. Hal ini menjadi satu kebanggaan sekaligus suatu tantangan bagi seluruh rakyat Indonesia untuk dapat mempertahankan budaya lokal yang ada di tengah banyaknya pengaruh budaya asing yang dapat merusak budaya lokal. Tugas ini tentunya dikhususkan bagi generasi penerus bangsa yang mulai mengabaikan pentingnya peranan budaya lokal untuk memperkokoh ketahanan budaya bangsa. Padahal ketahanan budaya bangsa merupakan salah satu identitas negara di mata Internasional. Kakorotan adalah kawasan kepulauan yang mencakup Pulau: Kakorotan, Intata, dan Malo. Secara administratif kepulauan tersebut termasuk dalam wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara. Di kawasan pulau-pulau kecil yang berada di penghujung utara Indonesia itu sejak abad ke-16 ada sebuah upacara adat atautradisiyang disebutManee yang bermakna mengambil ikan di laut secara bersama setelah ada mu syawarah mufakat. 1.2 Rumusan Masalah a. Bagaimana gambaran umumKabupaten Kepulauan Talaud Sumatra Utara? b. Apa yang disebut dengan tradisi atau kebudayaan Manee? c. Bagaimana pelaksanaantradisi Manee? d. Apa? 1.3 Tujuan a. Untuk mengetahui bagaimana gambaran umum Kabupaten Kepulauan Talaud Sumatra Utara b. Untuk mengetahui apa yang disebut dengan tradisi atau kebudayaan Manee c. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaantradisi Manee d. Untuk mengetahui apa saja nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi Manee

PEMBAHASAN 2.1 Gambaran Umum Kabupaten Kepulauan Talaud Sumatra Utara Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan bagian integral dari Propinsi Sulawesi Utara. Letaknya yang berada paling utara propinsi Sulawesi Utara, menjadikannya sebagai Kabupaten perbatasan, yang berbatasan langsung dengan Negara Philipina. Beribukota di Melonguane yang berjarak sekitar 271 mil laut dari Ibukota Propinsi Sulawesi Utara yaitu Manado. Secara Geografis, kabupaten ini terletak antara 3 38 00 - 5 33 00 Lintang Utara dan 126 38 00 - 127 10 00 Bujur Timur. Adapun batasbatasnya adalah sebagai berikut : - Sebelah Utara berbatasan dengan Republik Filipina ( P. Mindanau ) Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Pasifik - Sebelah Selatan berbatas-an dengan Kebupaten Kepulauan Sangihe - Dan sebelah Barat ber-batasan dengan Laut Sulawesi. Kabupaten Kepulauan Talaud terdiri dari 19 (sembilan belas) kecamatan, dimana kecamatan terluas adalah Kecamatan Beo Utara (144,85 KM2) dan kecamatan terkecil adalah Kecamatan Miangas (2,39 KM2) yang terletak di Pulau Miangas segaligus merupakan salah satu pulau terluar Indonesia yang harus dijaga. Sebagai daerah kepulauan, Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan daerah bahari dengan luas lautnya sekitar 37.800 km2 dan luas wilayah daratan 1.251,02 km2, luas daratannya hanya sebesar 3,20% dari luas total. Dari daratan tersebut, terdapat tiga pulau utama yaitu Pulau Karakelang, Pulau Salibabu, dan Pulau Kabaruan, dan gugusan kepulauan Nanusa di sebelah utara dari Kabupaten ini. Secara Iklim, Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan wilayah cukup panas, dengan suhu udara rata-rata selama tahun 2010 sebesar 27,5oc. Tingkat kelembaban udara rata-rata di Kabupaten Kepulauan Talaud cenderung tinggi, mencapai 83,3 % pada tahun 2010. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan maret mencapai 536 milimeter dengan jumlah hari hujan selama 28 hari dalam bulan tersebut, sedangkan terendah terjadi pada bu lan Februari dengan hanya 15 hari hujan. Di wilayah ini mempunyai tradisi yang unik yaitu Manee. Tradisi ini sudah ada sejak dulu dan diturun-temurunkan pada tiap generasi dan dilakukan sampai sekarang. 2.2 Tradisi Manee Jarang ada penangkapan ikan yang didahului dengan menggiring ikan menggunakan rotan yang diikat janur dan dilakukan beramai-ramai dari kedalaman tiga meter, kemudian dikurung di lokasi tertentu di pesisir pantai. Peristiwa unik tersebut masih dilakukan masyarakat pada kepulauan Kakorotan, Intata, Malo Kabupaten Talaud, Sulawesi Utara. Di kawasan pulau-pulau kecil yang berada di penghujung utara Indonesia itu sejak abad ke-16 memang ada sebuah upacara adat yang disebut manee yang bermakna mengambil ikan di laut secara bersama setelah ada musyawarah mufakat. Mane`e adalah tradisi menangkap ikan tradisional turun-temurun yang digelar sekali dalam setahun di Pulau Intata, Kecamatan Nanusa, Kabupaten Talaud, Provinsi Sulawesi Utara. Warga setempat mengartikan Mane`e sebagai pelaksanaan sesuatu yang berdasar kerja sama, kebersamaan dan persatuan. Semangat kebersamaan inilah yang kemudian menjadi inspirasi warga Pulau Kakorotan, pulau bersebelahan dengan Pulau Intata, menangkap ikan tanpa menggunakan bom atau racun seperti yang biasa dilakukan nelayan di tempat lain.

Tradisi Mane`e kemudian dikemas begitu rupa oleh Pemerintah Kabupaten Talaud menjadi sebuah kegiatan bertajuk Festival Mane`e, ikon pariwisata baru kabupaten yang dimekarkan dari kabupaten induk, Sangihe dan Talaud. Tradisi atau festival ini biasanya dilakukan pada bulan Mei.Karena di bulan Mei biasanya air akan surut pada titik terendah sehingga hamparan terumbu karang (nyare, sebutan warga), tampak jelas dan tidak tertutup seluruhnya oleh air laut. Biasanya akan surut pada pukul 11.00-12.00 WITA, dan menjadi titik terendah air surut, di Pulau Intata dan beberapa pulau lainnya yang berdekatan. Tradisi menangkap ikan secara bersama-sama yang dilakukan oleh 10 sukubangsa yang ada di wilayah Kakorotan tersebut merupakan akhir dari masa eha. Eha adalah masa pelarangan untuk mengambil hasil laut (ikan) dan darat (buah-buahan, sayur-mayur, binatang ternak) selama tiga sampai enam bulan setiap tahunnya. Selama masa eha itu, tak seorang warga pun yang boleh mengambil sumber daya alam di darat maupun laut dalam zona tertentu di wilayah Kakorotan. Apabila ada orang yang kedapatan melakukan pelanggaran, maka akan diberikan sanksi denda sebesar kelipatan dari Rp.100.00,00, atau bergantung dari jumlah orang yang memergokinya plus dua tetua adat dan satu orang tokoh dari setiap sukubangsa yang ada di sana. 2.3 PelaksanaanTradisi Manee Sebagaimana upacara pada umumnya, upacara manee juga dilakukan secara bertahap dan membutuhkan beberapa perlengkapan. Perlengkapan yang perlu dipersiapkan dalam upacara manee ini adalah jubih (panah laut), saringan, dan Jaring berbentuk segi empat yang terbuat dari janur kelapa dan tali hutan (sammy). Jaring ini dibuat secara bergotong-royong oleh seluruh warga Karorotan sehingga panjangnya dapat mencapai tiga kilometer.
Ada beberapa tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam upacara ini, yaitu setelah masa eha berakhir, para tetua adat di kepulauan Kakorotan mulai mengabarkan kepada para warganya agar mereka bersiap-siap untuk mengadakan pesta manee baik di darat maupun di laut secara besar-besaran. Kabar ini kemudian disampaikan oleh warga pada warga lainnya yang sedang merantau atau berada di luar wilayah Kakorotan. Tahap pertama dilaksanakannya Manee, pada malam hari sebelum tradisi dimulai, dilakukan rapat persiapan pelaksanaan manee di rumah sang pemimpin tetua adat. Rapat dihadiri oleh 4 tetua adat yaitu 2 ratumbanua dan 2 inanguwanua, para kepala suku, pemuka agama, pemerintah desa, dan ibu camat. Setelah mendapatkan kesepakatan, dilakukan tahapan yang selanjutnya yaitu maraca pundagi atau memotong tali hutan yang diadakan tiga hari sebelum ritual manee diadakan. Mereka melilitkan janur pada tali hutan sampai berbentuk ekor ikan. Tali yang sudah dililiti janur ini disebut sammy .

Gambar 1.1 Proses membuat Sammy Setelah larut malam menjelang upacara, para tetua adat secara bergantian membacakan doa. Doa ini dipanjatkan dalam bahasa adat kuno. Kedengarannya seperti mantra . Doa ini hanya diwariskan kepada Ratumbanua dan Inangwanua. Doa berisi permohonan kepada Yang Kuasa agar sammy dapat menggiring ikan yang banyak, diberikan cuaca yang baik, dan dijauhkan dari malapetaka atau doa syukur. Pada ritual ini, segala perlengkapan yang akan digunakan dalam prosesi adat Mane`e didoakan. Perahu, tali hutan yang dililit janur, hingga 200-an warga pilihan harus mendapat restu.

Selanjutnya pada pagi harinya manee dilaksanakan atau menangkap ikan secara beramai-ramai di tepi laut. Sedangkan, pihak-pihak yang terlibat dalam upacara manee adalah para tetua adat, tokoh masyarakat, warga masyarakat di Kepulauan Kakorotan, dan sebagian warga di luar Kepulauan Kakorotan yang mendapat undangan atau ingin menyaksikan jalannya upacara.

Tradisi Manee juga mempunyai aturan-aturan. Beberapa aturan yang harus dipenuhi dalam upacara manee misalnya, warga tidak boleh berpakaian merah. Tidak boleh bercanda, tertawa berlebihan atau membuat keonaran. Selain itu, warga dilarang merusak tumbuhan di pulau dan tidak boleh mengeluarkan katakata kotor (makian). Upacara pun dimulai. Papa Ratumbanua memegang ujung Sammy dan memberi aba-aba, itu adalah tanda dimulainya manee. Sammy diangkat ke perahu dan mulai ditebar ke laut. Dari sisi kiri, ditebar oleh warga menggunakan perahu. Dari sisi kanan, ditebar langsung oleh para lelaki berperawakan tinggi dengan berjalan masuk ke laut.

Gambar 1.2 Menggiring ikan dengan Sammy Saat air laut surut, sammy ditarik beramai-ramai ke tepi pantai sampai membentuk lingkaran kecil. Mulai tampak ikan-ikan berenang di dalam sammy. Inilah pesta tangkap ikan terunik di dunia. Aku merasa bermimpi berada di tengah-tengah prosesi Manee. Proses manee diakhiri dengan pesta rakyat. Ikan-ikan yang ditangkap, dibakar, dan dimakan bersama oleh warga. 2.4 Nilai-Nilai Yang Terkandung Dalam Tradisi Manee Upacara manee pada masyarakat di Kepulauan Kakorotan dan sekitarnya, jika dicermati secara mendalam, mengandung nilai-nilai yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai itu antara lain adalah: kebersamaan, gotong royong, kearifan dan religius. Nilai kebersamaan tercermin dari berkumpulnya sebagian besar anggota masyarakat dalam suatu tempat untuk sama-sama mengikuti prosesi manee dan kemudian berdoa bersama demi keselamatan bersama pula. Ini adalah wujud kebersamaan dalam hidup bersama di dalam lingkungannya (dalam arti luas). Oleh karena itu, upacara ini mengandung pula nilai kebersamaan. Dalam hal ini, kebersamaan sebagai komunitas yang mempunyai wilayah, adat-istiadat dan budaya yang sama. Nilai kegotong-royongan tercermin dari keterlibatan berbagai pihak dalam penyelenggaraan upacara. Mereka saling bantu demi terlaksananya upacara. Dalam hal ini ada yang membantu menyiapkan bahan pembuat jaring, membuat jaring, membuat kubangan di pantai dan lain sebagainya. Nilai kearifan tercermin dari upacara manee itu sendiri yang merupakan rangkaian akhir dari masa eha atau pelarangan pengambilan sumber daya yang ada di laut maupun di darat. Fungsi dari pelarangan ini pada hakikatnya adalah untuk menjaga agar sumber daya alam tetap lestari dan dapat dinikmati oleh generasi berikutnya. Nilai religius tercermin dalam doa bersama yang ditujukan kepada Tuhan agar mendapat perlindungan, keselataman dan kesejahteraan dalam menjalani kehidupan.

PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Indonesia mempunyai banyak sekali tradisi atau kebudayaan yang beragam. Seperti halnya kebudayaan Manee yang dilakukan di wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara. Tradisi menangkap ikan secara bersamasama ini mempunyai manfaat yang sangat baik. Karenatradisiinimenggunakanalattangkaptradisional yang tidakakanmerusaklautdanekosistemnya. TradisiManeeinimempunyaitahapan tahapan yang harusdilaluidarimulaimempersiapkanperalatan, prosesiprosesidoahinggawaktunyamenangkapikandengan Sammy yang telahdibuatdanberpestamakanikanbersama. TradisiManeemengandung nilai-nilai yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai itu antara lain adalah: kebersamaan, gotong royong, kearifan dan religius. Nilai kebersamaan tercermin dari berkumpulnya sebagian besar anggota masyarakat dalam suatu tempat untuk sama-sama mengikuti prosesi manee dan kemudian berdoa bersama demi keselamatan bersama pula. Ini adalah wujud kebersamaan dalam hidup bersama di dalam lingkungannya (dalam arti luas). Oleh karena itu, upacara ini mengandung pula nilai kebersamaan. Dalam hal ini, kebersamaan sebagai komunitas yang mempunyai wilayah, adat-istiadat dan budaya yang sama.
3.2 Saran

Demi melestarikan kekayaan budaya Indonesia, kita sebagai generasi muda hendaknya ikut mengetahui serta melestarikan tradisi yang ada di lingkungan masyarakat kita. Salah satunya adalah tradisi menangkap ikan bersama atau yang disebut dengan Manee. Denganadanyatradisiinilautkitajugaakanlestari, karenatradisiinimenggunakanalattangkap yang tradisional. Tidak menggunakan bom, putat laut atau cara lain yang membuat laut dan ekosistemnya rusak. Makakitaperlujugamelakukantradisiiniuntukmenjagakelestariannya.
DAFTAR PUSTAKA Askes. 2012. MANE"E, Ikon Kearifan Lokal Masyarakat Talaud. Online. (http://www.transaktual.com). Diakses pada 1 Januari 2013 BPSKepulauanTalaud. 2012. Geografi dan Iklim. Online. (http://talaudkab.bps.go.id). Diakses pada 1 Januari 2013 Kidnesia. 2012. Dibalik Suksesnya Mane'e. Online. (http://www.kidnesia.com). Diakses pada 1 Januari 2013 Majalahgastra. 2007. Upacara Manee pada Masyarakat Kakorotan (Sulawesi Utara). Online. (http://uun halimah.blogspot.com/2009/03/upacara-manee-pada-masyarakat-kakorotan.html). Diakses pada 1 Januari 2013 Polakitan, Karel A. 2012. "Mane`e", kearifan lokal budaya temurun pulau Kakorotan. Online. (http://www.antaranews.com). Diakses pada 1 Januari 2013 SuaraManado. 2012. Gubernur: "Manee Jangan Sampai Merusak Terumbu Karang". Online. http://www.suaramanado.com) . Diakses pada 1 Januari 2013

=====

Upacara Manee pada Masyarakat Kakorotan (Sulawesi Utara)


Pendahuluan Kakorotan adalah kawasan kepulauan yang mencakup Pulau: Kakorotan, Intata, dan Malo. Secara administratif kepulauan tersebut termasuk dalam wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara. Di kawasan pulau-pulau kecil yang berada di penghujung utara Indonesia itu sejak abad ke-16 ada sebuah upacara adat yang disebut manee yang bermakna mengambil ikan di laut secara bersama setelah ada musyawarah mufakat.

Tradisi menangkap ikan secara berjamaah yang dilakukan oleh 10 sukubangsa yang ada di wilayah Kakorotan tersebut merupakan akhir dari masa eha. Eha adalah masa pelarangan untuk mengambil hasil laut (ikan) dan darat (buah-buahan, sayur-

mayur, binatang ternak) selama tiga sampai enam bulan setiap tahunnya. Selama masa eha itu, tak seorang warga pun yang boleh mengambil sumber daya alam di darat maupun laut dalam zona tertentu di wilayah Kakorotan. Apabila ada orang yang kedapatan melakukan pelanggaran, maka sanksinya adalah denda yang besarnya kelipatan Rp.100.00,00, atau bergantung dari jumlah orang yang memergokinya plus dua tetua adat dan satu orang tokoh dari setiap sukubangsa yang ada di sana.

Waktu, Tempat, dan Pihak-pihak yang Terlibat dalam Upacara Sebagaimana upacara pada umumnya, upacara manee juga dilakukan secara bertahap. Ada empat tahap yang harus dilalui dalam upacara ini, yaitu: (1) tahap maraca pundagi atau memotong tali hutan yang diadakan tiga hari sebelum ritual manee diadakan; (2) tahap doa selamatan yang di pimpin oleh para tetua adat (mangolom para) di Pulau Kakorotan; (3) tahap penentuan waktu dan zona upacara di Pulau Intata (sekitar 600 meter arah utara Pulau Kakorotan). Penentuan waktu ini didasarkan pada posisi bulan yang akan berpengaruh pada pasang-surutnya air laut; dan (4) tahap manee atau menangkap ikan secara beramai-ramai di tepi laut. Sedangkan, pihak-pihak yang terlibat dalam upacara manee adalah para tetua adat, tokoh masyarakat, warga masyarakat di Kepulauan Kakorotan, dan sebagian warga di luar Kepulauan Kakorotan yang mendapat undangan atau ingin menyaksikan jalannya upacara.

Perlengkapan Upacara Perlengkapan yang perlu dipersiapkan dalam upacara manee ini adalah: (1) jubih (panah laut), (2) saringan; dan (3) Jaring berbentuk segi empat yang terbuat dari janur kelapa dan tali hutan. Jaring ini dibuat secara bergotong-royong oleh seluruh warga Karorotan sehingga panjangnya dapat mencapai tiga kilometer.

Jalannya Upacara Setelah masa eha berakhir, para tetua adat di kepulauan Kakorotan mulai mengabarkan kepada para warganya agar mereka bersiap-siap untuk mengadakan pesta manee baik di darat maupun di laut secara besar -besaran. Kabar ini kemudian disampaikan oleh warga pada warga lainnya yang sedang merantau atau berada di luar wilayah Kakorotan.

Tiga hari sebelum dilaksanakan upacara manee para warga di Pulau Kakorotan mulai melangsungkan upacara pengambilan tali di dalam hutan. Setelah itu, dilanjutkan lagi dengan upacara doa selamatan yang dipimpin oleh para tetua adat (mangolom para) di Pulau Kakorotan. Selanjutnya, diadakan musyawarah untuk menentukan waktu dan tempat upacara manee yang disesuaikan dengan peredaran bulan mengeliling bumi.

Pada saat para kepala adat melakukan musyawarah tersebut warga di Pulau Kakorotan mulai merajut jaring dari bahan janur kelapa dan tali hutan. Setelah jaring siap, pagi hari menjelang upacara jaring janur tersebut dibawa secara beramai-ramai untuk ditebarkan (mamoto usammi) ke laut yang sedang pasang. Sebelum memasang jaring, mereka membuat semacam kubangan seluas 400 meter persegi yang nantinya akan digunakan untuk memerangkap ikan ketika air laut sedang surut.

Saat seluruh peserta upacara telah berada di tepi pantai, menjelang tengah hari jaring yang telah dipasang tersebut kemudian ditarik ke tepian sambil mengarahkan ikan-ikan ke kubangan di bibir pantai. Penggiringan ikan-ikan ke kubangan itu memakan waktu sekitar empat hingga lima jam. Dan, apabila ikan-ikan telah terkumpul di kubangan, warga pun segera menangkapinya dengan menggunakan jubih (panah laut), saringan atau dengan tangan kosong. Ikan hasil tangkapan itu kemudian ada yang di bawa pulang dan ada pula yang dibagikan pada pengunjung atau wisatawan untuk dibakar dan dimakan bersama-sama. Ritual manee diakhiri dengan doa bersama sebagai rasa syukur kepada Tuhan (manarimma alama).

Nilai Budaya

Upacara manee pada masyarakat di Kepulauan Kakorotan, jika dicermati secara mendalam, mengandung nilai -nilai yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai itu antara lain adalah: kebersamaan, gotong royong, kearifan dan religius. Nilai kebersamaan tercermin dari berkumpulnya sebagian besar anggota masyarakat dalam suatu tempat untuk sama-sama mengikuti prosesi manee dan kemudian berdoa bersama demi keselamatan bersama pula. Ini adalah wujud kebersamaan dalam hidup bersama di dalam lingkungannya (dalam arti luas). Oleh karena itu, upacara ini mengandung pula nilai kebersamaan. Dalam hal ini, kebersamaan sebagai komunitas yang mempunyai wilayah, adat-istiadat dan budaya yang sama.

Nilai kegotong-royongan tercermin dari keterlibatan berbagai pihak dalam penyelenggaraan upacara. Mereka saling bantu demi terlaksananya upacara. Dalam hal ini ada yang membantu menyiapkan bahan pembuat jaring, membuat jaring, membuat kubangan di pantai dan lain sebagainya.

Nilai kearifan tercermin dari upacara manee itu sendiri yang merupakan rangkaian akhir dari masa eha atau pelarang an pengambilan sumber daya yang ada di laut maupun di darat. Fungsi dari pelarangan ini pada hakikatnya adalah untuk menjaga agar sumber daya alam tetap lestari dan dapat dinikmati oleh generasi berikutnya.

Nilai religius tercermin dalam doa bersama yang ditujukan kepada Tuhan agar mendapat perlindungan, keselataman dan kesejahteraan dalam menjalani kehidupan.

Sumber: Majalah Gatra Nomor 30 Beredar Kamis, 7 Juni 2007

Anda mungkin juga menyukai