Anda di halaman 1dari 7

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa yang telah melimpahkan segala rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal yang berjudul “PENGARUH BUDIDAYA TANAMAN SAYURAN
MELALUI SISTEM VERTIKULTUR TERHADAP LINGKUNGAN”.
Mengingat keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan penulis, proposal
ini tidak luput dari kekurangan dan belum sempurna, namun penulis berharap semoga
proposal ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, serta bagi semua pihak yang
berkenan memanfaatkannya.

Pada proses penyusunan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, penulis
menyampaikan rasa hormat dan terimakasih kepada pihak yang sudah memberikan
dukungan baik moral maupun materil dalam penyusunan proposal ini. Terimakasih
juga atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan, baik pikiran maupun materi. Penulis sangat berharap semoga proposal ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Kami juga berharap
lebih jauh lagi agar proposal ini dapat diterapkan oleh pembaca dalam kehidupan
sehari-hari.

Karena proposal ini masih belum lengkap atau sempurna, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
proposal ini.

Medan, 5 Maret 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada wilayah perkotaan atau perumahan, sempitnya lahan yang tersedia untuk
dijadikan lahan pertanian merupakan salah satu permasalahan pertanian saat ini. Ini
menyebabkan perlu rekayasa agar di lahan sempit tersebut tetap dapat dihadirkan
sayuran organik untuk keperluan hidup sehari-hari. Ketersediaan pangan dalam
jumlah yang cukup sepanjang waktu merupakan keniscayaan yang tidak
terbantahkan. Setiap rumah tanggga diharapkan mampu mengoptimalisasi
sumberdaya yang dimiliki, termasuk pekarangan, dalam menyediakan pangan bagi
keluarga. Oleh karena itu, Kementeriaan Pertanian pada awal tahun 2011 menyususn
suatu konsep yang di sebut dengan Kawasan Rumah Pangan Lestari. Rumah pangan
lestari erat kaitannya dengan vertical garden yang menggunakan sistem budidaya
secara vertikultur, yang dilakukan perusahaan benih di Swiss, sekitar tahun 1945.

Pada awalnya sistem ini hanyalah pengembangan dari system penanaman di


dalam pot biasa. Setelah di reka-reka ternyata dengan mengusahakan tanaman dalam
pot secara bertingkat dapat diperoleh populasi tanaman yang jauh lebih banyak.
Selanjutnya, berkembanglah system penanaman system ini secara umum disebut
vertikultur yang berarti bertanam secara berjenjang atau bertingtkat untuk mendukung
usaha pemenuhan pangan dan gizi keluaraga. Pemanfaatan pekarangan saat ini lebih
dititikberatkan pada usaha budidaya sayuran yang berumur relatif pendek sehingga
dapat dengan segera dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan keluarga atau dijual
untuk menambah pendapatan keluarga (Sujitno,2012). Semakin sedikit lahannya
produktif menuntut adanya cara untuk memaksimalkan pemanfaatan lahan tersebut
agar tetap produktif, satu diantaranya dengan cara budidaya tanaman sistem
vertikultur.
Vertikultur sendiri berasal dari Bahasa Inggris yaitu kata "vertical" dan
"culture", vertical artinya bertingkat, sedangkan culture artinya budidaya. Jadi,
vertikultur adalah teknik bercocok tanam di ruang/lahan sempit dengan
memanfaatkan bidang vertical sebagai tempat budidaya tanaman yang dilakukan
secara bertingkat. Produksi tanaman yang dibudidayakan seacara vertikultur
dipengaruhi oleh media tanam yang digunakan, dan bahan yang digunakan sebagai
wadah vertikultur. Beberapa jenis bahan yang banyak digunakan sebagai media
tanam dalam vertikultur adalah sekam bakar, serbuk pakis, cocopeat, moss, pupuk
kandang dan lain lain. Jenis media ini dipilih sesuai syarat tumbuh optimal suatu jenis
tanaman (Noverita 2005). Sedangakn wadah yang digunakan ialah pipa, karung goni,
karpet, dan plastik. Interaksi antara media tanam dan wadah vertikultur diharapkan
mampu meningkatkan hasil produksi dari tanaman yang dibudidayakan secara
vertikultur.

Beberapa jenis tanaman yang dapat dibudidayakan secara vertikultur adalah


tanaman Sawi pakcoy, kangkung, selada dan lain-lain. Sawi pakcoy merupakan salah
satu komoditas sayuran yang penting di Indonesia. Namun, hingga saat ini, produksi
sawi belum mampu memenuhi kebutuhan pasar (Cahyono, 2003). Hal ini diakibatkan
karena rata-rata produksi sawi nasional masih sangat rendah. Kangkung adalah
tumbuhan yang termasuk jenis sayu-rsayuran dan ditanam seabagai makanan.
Kangkung banyak di jual di pasar-pasar karena, kangkung mudah dibudidayakan.
Selada atau daun sela adalah tumbuhan sayur yang biasa ditanam di daerah beriklim
sedang maupun daerah tropika. Kegunaan utama adalah sebagai salad. Dengan
adanya program rumah pangan lestari diharapkan dapat meningkatkan produksi
tanaman Sawi pakcoy, kangkung, selada secara global.

Menyempitnya lahan-lahan pertanian ternyata bukan suatu halangan untuk


mengusahakan budidaya tanaman sayuran. Lahan pertanian maupun pekarangan
memiliki potensi apabila dikelola secara optimal dan terencana. Lahan pekarangan
dapat memberikan manfaat dalam menunjang kebutuhan gizi keluarga sekaligus
untuk keindahan (estetika) (Rauf, Rahmawaty, dan Budiati, 2013). Lebih lanjut
Suryani, et al (2017) menyatakan bahwa budidaya sayuran diperkotaan memiliki
peran penting dalam menjamin pasokan pangan berkesinambungan untuk penduduk
kota. Dengan adanya sistem vertikultur, lahan yang ada di pedesaan maupun
diperkotaan menjadi lebih subur, karena adanya penggunaan pupuk kandang, sekam
bakar dan lain-lain.

Di samping dampak positif budidaya vertikultur ada juga dampak negatifnya


yaitu banyaknya hama yang menyerang tanaman sayuran yang dapat menyebabkan
virus atau penyakit bagi manusia. Serta, dikarenakan jarak tanam yang cukup rapat
pada sistem vertikulture, hama dan penyakit yang menyerang tanaman dapat dengan
cepat menyebar dan berkembang. Terutama pada musim hujan, penyakit mudah
terkontaminasi dari satu tanaman ke tanaman lainnya. Untuk mengatasi masalah ini,
kita harus sering me-monitoring tanaman. Jika terdapat hama, kita dapat
mengendalikannya dengan perlakuan mekanis, dengan menangkap dan membuang
hama atau bagian tanaman tersebut. Selain itu, kita juga dapat mengendalikannya
dengan membuat pestisida nabati yang di semprotkan ke tanaman yang terserang
hama. Namun, penggunaan pestisida yang berlebihan dapat merusak lingkungan dan
tanaman itu sendiri.

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

Dari beberapa uraian yang dikemukakan pada latar belakang, maka dapat
diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

a) Sempitnya lahan pertanian pada wilayah perkotaan atau perumahan.


b) Ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup sepanjang waktu tidak
dapat terbantahkan.
c) Sistem budidaya vertikultur menjadi solusi pada lahan pertanian yang
sempit.
d) Pada sistem vertikultur yang dapat dibudidayakan hanyalah tanaman
yang berumur relative pendek.
e) Penggunaan media dan wadah tanam menjadi pengaruh produksi
tanaman yang dibudidayakan secara sistem vertikultur.
f) Diantara tanaman yang berumur relatif pendek produksi sawi belum
mampu memenuhi kebutuhan pasar.
g) Dampak positif dan dampak negatif yang ditimbulkan dari budidaya
tanaman secara vertikultur.

1.3 Batasan Masalah


Pembatasan suatu masalah digunakan untuk menghindari adanya
penyimpangan maupun pelebaran pokok masalah agar peneliti tersebut lebih
terarah dan memudahkan dalam pembahasan sehingga tujuan penulis akan
tercapai. Beberapa batasan masalah dalam proposal kegiatan ini adalah
sebagai berikut:
a) Sistem budidaya vertikultur menjadi solusi pada lahan pertanian yang
sempit.
b) Penggunaan media dan wadah tanam menjadi pengaruh produksi
tanaman yang dibudidayakan secara sistem vertikultur
c) Diantara tanaman yang berumur relatif pendek produksi sawi belum
mampu memenuhi kebutuhan pasar.
d) Dampak positif dan dampak negatif yang ditimbulkan dari budidaya
tanaman secara vertikultur.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di jelaskan sebelumnya maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
a) Apa itu vertikultur?
b) Bagaimana solusi pertanian untuk lahan yang sempit?
c) Apakah pengaruh budidaya vertikultur terhahadap lingkungan?
d) Apakah dampak positif dan dampak negatif yang ditimbulkan dari
budidaya tanaman secara vertikultur.

1.5 Tujuan Penelitian


Dari perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya maka tujuan dari
pembudidayaan sistem vertikultur ini adalah :
a) Untuk mengetahui vertikultur.
b) Untuk menemukan solusi pertanian untuk lahan yang sempit.
c) Untuk mengetahui pengaruh budidaya vertikultur terhadap linglungan.
d) Untuk mengetahui dampak positif dan dampak negatif yang
ditimbulkan dari pembudidayaan vertikultur.

1.6 Manfaat Penelitian


Dari tujuan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya maka manfaat dari
peneliti ini dimulai ketika ingin mengetahui sesuatu. Penelitian dilakukan
untuk meningkatkan pemahaman penulis. Penelitian ini memberikan
informasi dan pengetahuan yang dibutuhkan penulis untuk memecahakan
masalah dan membuat keputusan.
Manfaat penelitian adalah kegunaan hasil penelitian nanti, baik bagi
kepentingan pengembangan program maupun kepentingan ilmu pengetahuan.
Manfaaat teoritis, hasil dari penelitian ini dapat menjadi landasan dalam
pengembangan media pembelajaran atau penerapan media pembelajaran
secara lebih lanjut.
Manfaat umum dari penelitian ini adalah:
a) Mengetahui apa itu vertikultur
b) Bermanfaat sebagai mata pencaharian masyarakat sekitar.
c) Menambah ketahanan pangan dalam jumlah yang cukup sepanjang
waktu.
d) Penulis dapat menemukan solusi pertanian untuk lahan yang sempit
yang dapat diterapkan oleh masyarakat sehari-hari.
e) Penulis dapat mengetahui dampak positif dan dampak negatif yang
ditimbulkan dari pembudidayaan vertikultur serta pencegahannya.

BAB II

PEMBAHASAN

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai