Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PERTANIAN PERKOTAAN

“VERTICAL FARMING SOLUSI BERTANI DI LAHAN TERBATAS”

Disusun Oleh:

Ayu Kartika (134180089)


Ardya Rahmawati L (134180104)
Sinta Puspita Sari (134180119)
Siti Fajar Utami (134180124)
Isnaini Khoirunnisa (134180222)

PRODI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan
nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga
penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah PERTANIAN
PERKOTAAN dengan judul “VERTICAL FARMING SOLUSI BERTANI DI
LAHAN TERBATAS ”
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Yogyakarta, Maret 2021

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan dan perkembangan di era modern memang tidak dapat
dihindari. Banyaknya alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian
mengakibatkan lahan untuk kegiatan bertanam pun semakin sedikit bahkan
hampir tidak tersedia. Diprediksikan 6 dari 10 orang pada tahun 2050 akan
tinggal di kota. Hal ini menunjukkan bahwa akan terjadi permintaan
makanan yang tinggi di tahun 2050. Namun kendala utama dalam upaya
pengembangan pertanian di perkotaan adalah lahan. Sifatnya yang bukan
pertanian menyebabkan lahan perkotaan dibangun untuk gedung-gedung dan
bangunan pemerintahan, pusat perdagangan, jasa, perindustrian, perumahan
dan pendidikan. Untuk mengatasi terbatasnya lahan untuk dikembangkan
sebagai pertanian, maka dibutuhkan suatu cara lain untuk mengembangkan
pertanian. Salah satu cara untuk mengembangkan pertanian dperkotaan
adalah dengan menggunakan metode vertical faming.
Metode pertanian vertikal merupakan inovasi dalam menghadapi
permasalahan lahan terbuka yang semakin sempit karena didominasi oleh
bangunan. Prinsip dari metode ini adalah menanam secara vertikal dengan
memanfaatkan dinding bangunan atau bahkan menyusun tempat sendiri pada
rak dan menatanya secara vertikal. Pertanian vertikal banyak diadaptasi oleh
mereka yang tinggal diperkotaan. Dengan kata lain pertanian vertikal sangat
tepat bagi kawasan perkotaan yang tidak memiliki lahan memadai untuk
bercocoktanam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Vertical Farming itu?
2. Apa kelebihan dan kekurangan Vertical Farming ?
3. Bagaimana budidaya Vertical Farming tradisional dan modern ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa itu Vertical Farming.
2. Mengetahui apa kelebihan dan kekurangan Vertical Farming.
3. Mengetahui bagaimana budidaya Vertical Farming tradisional dan
modern.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Vertical Farming
Kondisi terbatasnya lahan untuk bercocok tanam memerlukan metode
bercocok tanam yang efektif, evisien lahan dan adaptif perlu untuk di
kembangkan di perkotaan. Vertical Farming atau vertikultur adalah teknik
bercocok tanam diruang atau lahan yang sempit dengan memanfaatkan
bidang vertikal sebagai tempat bercocok tanam yang dilakukan secara
bertingkat. Prinsip atau metode menanam yang diatur secara vertikal dengan
memanfaatkan dinding bagunan atau menyusun rak pada tempat tersendiri
dan menatanya secara vertikal. Vertical Farming banyak diadaptasi oleh
masyarakat yang berada di wilayah perkotaan.
 Sayuran yang akan ditanam secara vertikultur sebaiknya disesuaikan
dengan wadah yang tersedia atau kemampuan wadah dalam menyiapkan
media untuk kebutuhan tanaman yang akan ditanam. Dengan teknologi
vertikultur ini kita bisa menanam berbagai jenis tanaman misalnya seledri,
cabai, terong, bawang kucai,  mentimun, seladah, bawang merah, tomat,
kemangi, sawi, bayam, kangkung dan berbagai jenis sayuran lainnya yang
penting tanaman jenis kecil dengan perakaran pendek. 

B. Kelebihan dan kekurangan Vertical Farming


Vertical Farming memiliki kekurangan dan kelebihan. Kelebihan sistem
pertanian vertikultur antara lain efisiensi dalam penggunaan lahan,
Penghematan pemakaian pupuk dan pestisida, dapat dipindahkan dengan
mudah karena tanaman diletakkan dalam wadah tertentu, dan mudah dalam
hal monitoring/pemeliharaan tanaman. Sistem budidaya tanaman yang
dilakukan secara vertikal atau bertingkat dapat dilakukan  di dalam ruangan
maupun luar ruangan. Sistem budidaya tanaman secara vertikal atau
bertingkat ini merupakan konsep penghijauan yang cocok untuk daerah
perkotaan dan lahan terbatas. Misalnya, lahan 1 meter mungkin hanya bisa
untuk menanam 5 batang tanaman, dengan sistem vertikal bisa untuk 20
batang tanaman. kelemahan vertikutur antara lain, membutuhkan pemberian
pupuk dan penyiraman yang dilakukan secara kontinu, bila dipindah tidak
hati-hati maka tanaman bisa rusak atau patah, apabila sedang berbunga atau
berbuah bisa rontok, dan investasi awal cukup besar terutama untuk membuat
bangunan rumah kaca dan instalansi vertikulur.

C. Metode Vertical Farming modern dan konvensional


Metode vertikal varming memiliki beberapa hal yang perlu diperhatikan
agar dapat mendapatkan manfaat yang optimal dengan menggunakan
teknologi dan perinsip yang ada, yaitu konvensional dan moderen.
1. Konvensional
vertical farming konvensional masih membutuhkan media, pupuk, dan
lain-lain. menggunakan media tanam seprti kompos, pupuk kandang sapi,
tray dan tanah.
2. Modern
a) Vertiminaponik yang merupakan kombinasi antara system budidaya
sayuran secara vertical berbasis pot talang plastik dengan aquaponik
(budidaya ikan) atau dengan kata lain integrasi antara budidaya
sayuran dengan ternak ikan. Media tanam yang digunakan adalah batu
zeolit dan kompos.
b) Walkaponic yang merupakan system budidaya sayuran yang juga
diintegrasikan dengan ternak ikan. Prinsip dari walkaponik sama
dengan vertiminaponik, yang membedakan adalah system budidaya
sayuran yang menggunakan pot-pot dan disusun sedemikian rupa
membentuk taman vertical, sehingga disebut walkaponik yang berasal
dari kata wall gardening dan aquaponik. Media tanam yang digunakan
adalah batu zeolit dan kompos.
c) Model Wall Gardening yang merupakan sistem budidaya tanaman
memanfaatkan tembok atau dinding yang kosong. Beberapa model
wall gardening meliputi: (1). Wall gardening model terpal : bahan
yang digunakan adalah terpal yang dibentuk seperti tempat sepatu.
Media tanam yang digunakan adalah campuran tanah, sekam dan
kompos/pupuk kandang; (2). Wall gardening model paralon : bahan
yang digunakan adalah paralon atau bambu yang dilubangi sebagai
tempat tumbuhnya tanaman. Media tanamnya adalah campuran tanah,
sekam dan kompos/pupuk kandang; (3) Wall gardening model pot
plant : bahan yang digunakan adalah pot dengan rangka besi atau
balok sebagai penyangganya. Media tanam yang digunakan adalah
campuran tanah, seam, dan kompos/pupuk kandang; (4). Wall
gardening model partisi/modul: bahan yang digunakan adalah agro
pro dan besi sebagai penyangganya. Media tanam yang digunakan
adalah cocopeat dan pupuk kandang/kompos.

D. Alternatif Teknik Budidaya


a. Teknik budidaya di luar ruangan dengan menggunakan cahaya matahari
b. Teknik budidaya di dalam ruangan dengan cahaya lampu

E. Organisasi Penganggu Tanaman


OPT pada tanaman verikal farming relative lebih sedikit tetapi jenisnya
sama dengan OPT lahan hamparan. Maka diperlukan identifikasi dini,
monitoring, dan pengendalian yang rutin sehingga gangguan OPT dapat
teratasi.
a. Kutu-kutuan
b. Pengorok daun, membuat lubang atau terowongan di dalam lapisan daun
sehingga daun tampak transparan.
c. Ulat atau belalang
d. Kepik akan mengrogoti epidermis dari daun sehingga daun menjadi
transparan
e. Penyakit menyebabkan daun menjadi layu, biasanya disebabkan oleh
bakteri

F. Metode pengendalian OPT


Menggunakan metode pengendalian hama terpadu yang ramah lingkungan,
yakni :
1. Secara Mekanis
2. Secara Biologis
3. Secara Kimiawi
4. Secara Kultur Teknis

G. Jenis Tanaman yang di Tanam Secara Vertikultur


Teknik bercocok tanam bertingkat ini biasanya digunakan untuk
membudidayakan tanaman semusim, seperti sayuran. Tidak menutup
kemungkinan jenis tanaman obat atau tanaman hias juga dapat ditanam. Jenis
tanaman yang dapat ditanam dengan teknik vertikultur ini adalah kangkung,
bayam, sawi/pakcoy, bawang merah, tomat, cabai besar, cabai rawit, cabai
hias, selada, kemangi, terung, pare dan lain sebagainya. Dalam
penanamannya, tanaman seperti cabai, selada dan sawi diletakkan dibagian
paling atas karena membutuhkan sinar matahari yang cukup. Sedangkan
tanaman jenis gingseng, seledri, serta kangkung bisa ditanam di bagian
tengah atau bawahnya.

KESIMPULAN
Budidaya tanaman yang diwujudkan dengan sistem vertikultur adalah
alternatif solusi untuk suatu usaha budidaya tanaman tetapi tidak memiliki
lahan yang cukup dan memadai atau dapat dikatakan lahan sangat terbatas.
Sistem pertanian secara vertikultur ini memiliki kelebihan terutama berupa
efisiensi lahan, pupuk, air, benih, serta tenaga kerja. Vertikultur merupakan
suatu sistem pertanian yang mendukung pertanian berkelanjutan yang
didasari oleh tiga macam aspek yaitu aspek ekologi, aspek ekonomi serta
aspek sosial. Jenis tanaman yang dapat ditanam dengan teknik vertikultur ini
adalah kangkung, bayam, sawi/pakcoy, bawang merah, tomat, cabai besar,
cabai rawit, cabai hias, selada, kemangi, terung, pare dan lain sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA
http://sulbar.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/info-teknologi/367-
teknologi-vertikultur-sebagai-solusi-bertani-dilahan-sempit

https://fredikurniawan.com/kelebihan-dan-kekurangan-vertikultur/

Anda mungkin juga menyukai