PENDAHULUAN
1
disusun sedemikian rupa membentuk taman vertical, sehingga disebut walkaponik yang
berasal dari kata wall gardening dan aquaponik. Media tanam yang digunakan adalah
batu zeolit dan kompos. Model Wall gardening merupakan sistem budidaya tanaman
memanfaatkan tembok atau dinding yang kosong. Beberapa model wall gardening
meliputi:
(1). Wall gardening model terpal : bahan yang digunakan adalah terpal yang dibentuk
seperti tempat sepatu. Media tanam yang digunakan adalah campuran tanah, sekam
dan kompos/pupuk kandang;
(2). Wall gardening model paralon : bahan yang digunakan adalah paralon atau bambu
yang dilubangi sebagai tempat tumbuhnya tanaman. Media tanamnya adalah
campuran tanah, sekam dan kompos/pupuk kandang;
(3) Wall gardening model pot plant : bahan yang digunakan adalah pot dengan rangka
besi atau balok sebagai penyangganya. Media tanam yang digunakan adalah
campuran tanah, sekam, dan kompos/pupuk kandang;
(4). Wall gardening model partisi/modul: bahan yang digunakan adalah agro pro dan besi
sebagai penyangganya. Media tanam yang digunakan adalah cocopeat dan pupuk
kandang/kompos.
Pemilihan jenis dan model teknik budidaya vertikultur yang tepat dipengaruhi oleh
kondisi masyarakat, tempat dan dana yang tersedia, serta tujuan penerapan vertikultur.
Aspek Fisik
1. Lahan pekarangan warga sangat sempit
2. Minat bercocok tanam tinggi tetapi minim pengetahuan tentang budidaya tanaman
di lahan sempit
Aspek Sosial – Ekonomi
1. Tingkat sosial ekonomi masyarakat menengah ke bawah
2. Membutuhkan cara mengurangi pengeluaran harian
1.3. Rumusan Masalah
2.1. Target
Target kegiatan pengabdian pada masyarakat adalah sebagai berikut :
1. Warga masyarakat mampu menerapkan budidaya tanaman secara vertikultur
2. Warga masyarakat mampu membudidayakan sayuran secara organik
2.2. Luaran
Luaran yang diharapkan dari kegiatan pengabdian pada masyarakat meliputi :
1. Model vertikultur dengan media tanah : sekam : pupuk kompos
2. Produksi sayuran organik
3
BAB 3.
METODE PELAKSANAAN
4
BAB 4.
HASIL YANG DICAPAI
5
4.2 Pembuatan Vertikultur Bersama dengan Masyarakat
Pembuatan vertikultur dilakukan bersama warga mulai dari persiapan bahan
sampai dengan finishing alat maupun botol mineral bekas yang akan digunakan sebagai
pot tanaman dan kaleng bekas cat. Proses pembuatan dan perakitan pot vertikultur
berlangsung selama 5 hari kerja.
Vertikultur yang dibuat bersama warga ada 2 (dua) macam, yaitu pot vertikultur
dari paralon dan pot dari bekas botol air mineral yang digantungkan pada bambu. Dasar
dari paralon menggunakan kaleng bekas cat yang diisi semen, tetapi dasar paralon tidak
disemen dalam kaleng cat tersebut melainkan cukup dimasukkan saja. Hal ini bertujuan
untuk memudahkan masyarkat mengganti media tanam setelah panen. Sedangkan pada
vertikultur dari tiang bambu dan botol bekas air mineral, ujung bambu ditancapkan
disemen dalam kaleng bekas cat. Hal ini bertujuan agar bambu cukup kuat menahan
beban dari pot botol bekas air mineral saat tanaman sayur mulai besar.
Media tanam merupakan salah satu faktor penting yang sangat menentukan
keberhasilan dalam budidaya tanaman. Media tanam akan menentukan baik buruknya
pertumbuhan tanaman yang pada akhirnya mempengaruhi hasil produksi. Media tanam
memiliki fungsi untuk menopang tanaman, memberikan nutrisi dan menyediakan tempat
bagi akar tanaman untuk tumbuh dan berkembang. Lewat media tanam tumbuh-
tumbuhan mendapatkan sebagian besar nutrisinya. Media tanam yang digunakan adalah
tanah, sekam dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Mengingat masysrakat
sudah biasa melakukan pembuatan kompos dapur dengan metode Kakekura, yaitu metode
pembuatan kompos dalam wadah kaleng, maka penggunaan pupuk kandang diganti
pupuk kompos. Ketiga bahan tersebut harus dicampur merata sebelum digunakan agar
diperoleh media yang optimal bagi pertumbuhan tanaman.
Paralon diletakkan
dalam kaleng
8
BAB 5.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
- Masyarakat sangat antusias mengikuti semua kegiatan pengabdian masyarakat
- Masyarakat mampu membudidayakan sayuran secara vertikultur
- Masyarakat mampu membuat dan mengaplikasikan pestini secara mandiri
- Masyarakat mampu menghasilkan sayuran yang sehat dan segar secara mandiri
sehingga mengurangi pengeluaran belanja harian
5.2 Saran
Perlu dilakukan monitoring dan pendampingan secara berkelanjutan agar
masyarakat terus termotivasi untuk melakukan teknik budidaya sayuran dengan metode
Organo-Vertikultur dengan skala yang lebih besar
9
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 2016. Teknologi Vertikultur sebagai Solusi Bertani di Lahan Sempit. BPTP
Balitbangtan Sulawesi Barat, Badan Litbang Kementerian Pertanian Republik
Indonesia, Mamuju.
Anonymous, 2018. 6 Cara Vertikutur dengan Botol Beas untuk Tanaman Sayuran Daun.
ILB Pusat Ilmu Budidaya. https://ilmubudidaya.com. (Diakses 27 September
2018)
Asmaliyah, Etik Erna Wati H.; Sri Utami; Kusdi Mulyadi; Yudhistira; dan Fitri Windra Sari.
2010. Pengenalan Tumbuhan Penghasil Pestisida Nabati dan Pemanfaatannya
Secara Tradisional. Jakarta. Kementerian Ketuhan Badan Penelitian dan
Pengenmbangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Produktivitas
Hutan.
Setiawati, Wiwin; Rini Murtiningsih; Neni Gunaedi; dan Tati Rubiati. 2008. Tumbuhan
Bahan Pestisida Nabati dan Cara Pembuatannya untuk Pengendalian Organisme
Penganggu Tumbuhan (OPT). Bandung. Balai Penelitian Tanman Sayuran.
Suriana, Neti. 2012. Pestisida Nabati : Pengertian, Kelebihan, Kelemahan, dan Mekanisme
Kerja. informasitips.com (Diakses 03 Oktober 2016).
10
LAMPIRAN
11
Lampiran 2. Anggaran Belanja
12
Lampiran 3. Pelatihan Teknik Budidaya sayuran Metode Organo-Vertikultur
13
Lampiran 5. Masyarakat Antusias Mengikuti Pelatihan
14