Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Warga di perkampungan daerah perkotaan, seperti kota Surabaya, seringkali


mengalami kesulitan bila ingin melakukan penghijauan di sekitarnya. Hal ini disebabkan
sempitnya lahan pekarangan yang dimilikinya. Bahkan pada beberapa lokasi tidak
memiliki lahan pekarangan. Pada umumnya, guna mengatasi keinginan melakukan
penghijauan, pilihan jatuh pada penanaman tanaman dalam pot. Tanaman yang dipilih
untuk penghijauan umumnya adalah tanaman hias atau tanaman sayuran. Sempitnya
lahan pekarangan, mengakibatkan jumlah tanaman yang ditanam sangat terbatas sehingga
tidak memmberikan dari segi ekonomi.

Kondisi diatas dapat diatasi dengan melakukan penghijauan secara vertikultur.


Budidaya tanamana secara vertikultur merupakan teknik bercocok tanam secara vertikal
dengan menyusun tanaman secara bertingkat dari bawah ke atas. Teknik vertikultur
umumnya diterapkan untuk menyiasati keterbatasan lahan sehingga produktivitas lahan
dapat ditingkatkan. Kelebihan lain dari teknik ini selain meningkatkan efisiensi dalam
penggunaan lahan adalah penghematan pemakaian pupuk dan pestisida, dapat
dipindahkan dengan mudah karena tanaman diletakkan dalam wadah tertentu, mudah
dalam hal monitoring/pemeliharaan tanaman, dapat dilakukan di dalam ruangan maupun
luar ruangan dan merupakan konsep penghijauan yang tepat untuk daerah perkotaan dan
lahan terbatas. Jadi, melalui teknik budidaya vertikultur, lahan seluas 0,5 m2 dapat
ditanami 20 – 30 tanaman. Budidaya vertikutur dapat diterapkan secara hidroponik,
aeropobik maupun dengan media tanah.

Metode teknik budidaya vertikultur terdiri dari beberapa jenis, yaitu


vertiminaponik, walkaponik dan wall gardening. Vertiminaponik yang merupakan
kombinasi antara system budidaya sayuran secara vertical berbasis pot talang plastik
dengan aquaponik (budidaya ikan). Media tanam yang digunakan adalah batu zeolit dan
kompos. Walkaponik yang merupakan system budidaya sayuran yang juga
diintegrasikan dengan ternak ikan. Prinsip dari walkaponik sama dengan vertiminaponik,
yang membedakan adalah system budidaya sayuran yang menggunakan pot-pot dan

1
disusun sedemikian rupa membentuk taman vertical, sehingga disebut walkaponik yang
berasal dari kata wall gardening dan aquaponik. Media tanam yang digunakan adalah
batu zeolit dan kompos. Model Wall gardening merupakan sistem budidaya tanaman
memanfaatkan tembok atau dinding yang kosong. Beberapa model wall gardening
meliputi:

(1). Wall gardening model terpal : bahan yang digunakan adalah terpal yang dibentuk
seperti tempat sepatu. Media tanam yang digunakan adalah campuran tanah, sekam
dan kompos/pupuk kandang;

(2). Wall gardening model paralon : bahan yang digunakan adalah paralon atau bambu
yang dilubangi sebagai tempat tumbuhnya tanaman. Media tanamnya adalah
campuran tanah, sekam dan kompos/pupuk kandang;

(3) Wall gardening model pot plant : bahan yang digunakan adalah pot dengan rangka
besi atau balok sebagai penyangganya. Media tanam yang digunakan adalah
campuran tanah, sekam, dan kompos/pupuk kandang;

(4). Wall gardening model partisi/modul: bahan yang digunakan adalah agro pro dan besi
sebagai penyangganya. Media tanam yang digunakan adalah cocopeat dan pupuk
kandang/kompos.

Pemilihan jenis dan model teknik budidaya vertikultur yang tepat dipengaruhi oleh
kondisi masyarakat, tempat dan dana yang tersedia, serta tujuan penerapan vertikultur.

1.2. Permasalahan Mitra

Aspek Fisik
1. Lahan pekarangan warga sangat sempit
2. Minat bercocok tanam tinggi tetapi minim pengetahuan tentang budidaya tanaman
di lahan sempit
Aspek Sosial – Ekonomi
1. Tingkat sosial ekonomi masyarakat menengah ke bawah
2. Membutuhkan cara mengurangi pengeluaran harian
1.3. Rumusan Masalah

1. Bagaimana caranya meningkatkan efisiensi pemanfaatan lahan untuk bercocok tanam?


2. Bagaimana solusi pengurangan pengeluaran harian ?
2
BAB 2.
TARGET DAN LUARAN

2.1. Target
Target kegiatan pengabdian pada masyarakat adalah sebagai berikut :
1. Warga masyarakat mampu menerapkan budidaya tanaman secara vertikultur
2. Warga masyarakat mampu membudidayakan sayuran secara organik

2.2. Luaran
Luaran yang diharapkan dari kegiatan pengabdian pada masyarakat meliputi :
1. Model vertikultur dengan media tanah : sekam : pupuk kompos
2. Produksi sayuran organik

3
BAB 3.
METODE PELAKSANAAN

Kelompok sasaran kegiatan pengabdian masyarakat adalah anggota PKK, Karang


taruna,dan Warga di RT 09 RW 12 Kelurahan Ngagel Rejo. Kegiatan pengabdian
masyarakat terdiri dari beberapa tahapan yaitu :

1. Sosialisasi dan diskusi dengan warga masyarakat

2. Pembuatan pot vertikultur bersama dengan masyarakat

3. Pelatihan budidaya tanaman sayuran secara organo-vertikultur

4
BAB 4.
HASIL YANG DICAPAI

4.1 Sosialisasi dan Diskusi dengan Warga Masyarakat


Pada awal kegiatan pengabdian masyarakat, tim pengabdi melakukan sosialisasi
dan diskusi tentang jenis dan model vertikultur yang akan diterapkan pada kelompok
masyarakat di RT 09 RW 12 Kelurahan Ngagel Rejo. Berdasarkan hasil diskusi
diputuskan menerapkan metode wall gardening model paralon dan wall gardening
model pot plant. Pemilihan model vertikultur ini disebabkan pada model ini dapat
menggunakan bahan-bahan sederhana dan mudah diperoleh oleh warga masyarakat.
Bahan yang dipilih adalah paralon, bambu dan botol bekas air mineral. Disamping itu,
kelebihan kedua model tersebut adalah menggunakan media tanam tanah yang dicampur
dengan sekam dan kompos sehingga perawatan tanaman lebih mudah dilakukan. Hal ini
ditunjang dengan kemampuan masyarakat yang telah mampu membuat kompos dari
sampah dapur.
Jenis tanaman yang disarankan tim pengabdi pada kelompok mayarakat adalah
sayuran yang berumur dan berakar pendek, seperti jenis sawi-sawian, kangkung, bayam
dll. Hal ini dikarenakan jarak antar lubang di paralon sekitar 15 cm, begitu pula botol air
minum yang digunakan bervolume 330 ml.

Gambar 1. Vertikultur dari Botol Air Mineral + Bambu dan Paralon

5
4.2 Pembuatan Vertikultur Bersama dengan Masyarakat
Pembuatan vertikultur dilakukan bersama warga mulai dari persiapan bahan
sampai dengan finishing alat maupun botol mineral bekas yang akan digunakan sebagai
pot tanaman dan kaleng bekas cat. Proses pembuatan dan perakitan pot vertikultur
berlangsung selama 5 hari kerja.
Vertikultur yang dibuat bersama warga ada 2 (dua) macam, yaitu pot vertikultur
dari paralon dan pot dari bekas botol air mineral yang digantungkan pada bambu. Dasar
dari paralon menggunakan kaleng bekas cat yang diisi semen, tetapi dasar paralon tidak
disemen dalam kaleng cat tersebut melainkan cukup dimasukkan saja. Hal ini bertujuan
untuk memudahkan masyarkat mengganti media tanam setelah panen. Sedangkan pada
vertikultur dari tiang bambu dan botol bekas air mineral, ujung bambu ditancapkan
disemen dalam kaleng bekas cat. Hal ini bertujuan agar bambu cukup kuat menahan
beban dari pot botol bekas air mineral saat tanaman sayur mulai besar.
Media tanam merupakan salah satu faktor penting yang sangat menentukan
keberhasilan dalam budidaya tanaman. Media tanam akan menentukan baik buruknya
pertumbuhan tanaman yang pada akhirnya mempengaruhi hasil produksi. Media tanam
memiliki fungsi untuk menopang tanaman, memberikan nutrisi dan menyediakan tempat
bagi akar tanaman untuk tumbuh dan berkembang. Lewat media tanam tumbuh-
tumbuhan mendapatkan sebagian besar nutrisinya. Media tanam yang digunakan adalah
tanah, sekam dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Mengingat masysrakat
sudah biasa melakukan pembuatan kompos dapur dengan metode Kakekura, yaitu metode
pembuatan kompos dalam wadah kaleng, maka penggunaan pupuk kandang diganti
pupuk kompos. Ketiga bahan tersebut harus dicampur merata sebelum digunakan agar
diperoleh media yang optimal bagi pertumbuhan tanaman.

Paralon diletakkan
dalam kaleng

Kaleng berisi semen

Gambar 2. Skema peletakkan Paralon dalam Kaleng/Kaki Vertikultur


6
Peranan tanah dalam media tanam sebagai mengikat dan penyedia nutrisi
tanaman, sekam berperan sebagai menampung kelebihan air dalam tanah sedangkan
kompos berperan sebagai penyedia cadangan makanan / nutrisi bagi tanaman. Ketiga
bahan penyusun media tanam yang telah tercampur rata dimasukkan ke dalam pot /
paralon yang telah disiapkan sampai penuh. Cara untuk memastikan tidak ada ruang
kosong, dapat digunakan bambu kecil atau kayu untuk mendorong tanah hingga ke dasar
wadah (ruas terakhir). Media tanam di dalam wadah diusahakan agar tidak terlalu padat
supaya air mudah mengalir, juga supaya akar tanaman tidak kesulitan “bernafas”
(respirasi), dan tidak terlalu renggang agar ada keleluasaan dalam mempertahankan air
dan menjaga kelembaban

4.3 Pelatihan Budidaya Tanaman Sayuran secara Organo-Vertikultur


Langkah terakhir dari kegiatan pengabdian masyarakat adalah pelatihan budidaya
tanaman sayuran. Pelatihan ini dilakukan setelah pot maupun media tanam telah siap
agar warga masyarakat dapat langsung praktek menyemai benih, memindahkan bibit,
merawat tanaman sampai panen.
Pada saat pelatihan, tanaman yang dipilih adalah tanaman bayam. Tanaman ini
mempunyai ukuran benih yang kecil. Pada tanaman yang memiliki ukuran benih kecil
seperti bayam dan sawi tidak perlu dilakukan penyemaian terlebih dahulu. Hal ini
disebabkan akar tanaman rentan terhadap kerusakan saat pemindahan bibit ke dalam pot.
Hal yang perlu diperhatikan dalam penanaman berbenih kecil adalah pemberian benih
yang tidak boleh terlalu banyak dalam 1 (satu) pot / lubang tanam. Bila jumlah tanaman
terlalu banyak dalam 1 (satu) pot atau lubang tanam, akan terjadi persaingan antar
tanaman baik persaingan dalam mendapatkan nutrisi, air maupun cahaya matahari.
Akibatnya pertumbuhan tanaman menjadi tidak optimal. Pada tanaman bayam, 1 (satu)
lubang tanam / pot dapat diberi 5 – 10 benih, tetapi untuk sawi hanya cukup satu benih
saja. Saat pelatihan, jumlah benih bayam yang dimasukkan dalam 1 (satu) pot / lubang
tanam terlalu banyak, sehingga disarankan pada warga masyarakat untuk mencabut bibit
yang kurang bagus pertumbuhannya saat bibit berumur 2 (dua) minggu setelah tabur
benih.
Pada tanaman berbiji agak besar seperti lombok dan kangkung harus dilakukan
persemaian terlebih dahulu. Bibit yang mempunyai vigor baik (bibit sehat, kuat dan
segar) dapat dipindahkan ke media tanam dengan mengikutsertakan media
persemaiannya untuk menghindari kerusakan cabang akar.
7
Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, pemupukan dan menjaga tanaman dari
serangan organisme pengganggu. Penyiraman tanaman dilakukan 2 (dua) kali sehari
dengan cara menyemprot tanaman dengan air bersih menggunakan sprayer, sedangkan
pemupukan tidak perlu dilakukan mengingat tanaman hanya berumur 30 (tiga puluh) hari
dan sudah diberi kompos yang memadai. Mengingat warga RT 09 RW 12 Kelurahan
Ngagel Rejo telah mampu mengolah sampah dapur menjadi kompos dengan metode
Kakekura (takakura dalam kaleng), maka pemeliharaan tanaman dari organisme
pengganggu diarahkan secara alami juga yaitu dengan membuat pestisida botani (pestini).
Pestini terbuat dari campuran beberapa tanaman dan / atau bumbu dapur yang mulai
kering antara lain, serai, lengkuas, bawang merah, dll. Pestini dapat diapilkasi seminggu
sekali atau bila terjadi serangan organisme pengganggu dapat diaplikasikan setiap hari
sampai tidak terjadi serangan hama.
Saat panen, tanaman yang telah layak di panen di cabut dari media tanamnya.
Setelah semua tanaman dipanen, paralon dicabut dari “kakinya” (kaleng berisi semen)
dan kemudian diletakkan diatas tanah. Seluruh media tanam didorong keluar paralon
dengan sekop tanaman (Jw : cetok) dan sisa media yang tertinggal dalam paralon di
semprot dengan air, sedangkan sisa aar yang tertinggal dipisahkan dari media tana, di
potong-potong dan dimasukkan dalam Kakekura. Paralon diangin-anginkan selama
kurang lebih seminggu sebelum diisi media tanam baru.
Masyarakat sangat antusias mengikuti seluruh rangkaian pelatihan ini dan ingin
mengembangkannya. Hal ini disebabkan keinginan mereka terpenuhi dan warga
memperoleh sayuran yang segar, sehat dan dapat mengurangi pengeluaran belanja harian.
Apabila seluruh warga RT 09 RW 12 Kelurahan Ngagel Rejo menerapkan budidaya
sayuran secara Organo-vertikultur, maka bukan hal mustahil akan berdampak pada
peningkatan pendapatan masyarakat mengingat harga jual sayuran organik yang cukup
tinggi.

8
BAB 5.
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
- Masyarakat sangat antusias mengikuti semua kegiatan pengabdian masyarakat
- Masyarakat mampu membudidayakan sayuran secara vertikultur
- Masyarakat mampu membuat dan mengaplikasikan pestini secara mandiri
- Masyarakat mampu menghasilkan sayuran yang sehat dan segar secara mandiri
sehingga mengurangi pengeluaran belanja harian

5.2 Saran
Perlu dilakukan monitoring dan pendampingan secara berkelanjutan agar
masyarakat terus termotivasi untuk melakukan teknik budidaya sayuran dengan metode
Organo-Vertikultur dengan skala yang lebih besar

9
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 2016. Teknologi Vertikultur sebagai Solusi Bertani di Lahan Sempit. BPTP
Balitbangtan Sulawesi Barat, Badan Litbang Kementerian Pertanian Republik
Indonesia, Mamuju.

Anonymous, 2018. 6 Cara Vertikutur dengan Botol Beas untuk Tanaman Sayuran Daun.
ILB Pusat Ilmu Budidaya. https://ilmubudidaya.com. (Diakses 27 September
2018)

Asmaliyah, Etik Erna Wati H.; Sri Utami; Kusdi Mulyadi; Yudhistira; dan Fitri Windra Sari.
2010. Pengenalan Tumbuhan Penghasil Pestisida Nabati dan Pemanfaatannya
Secara Tradisional. Jakarta. Kementerian Ketuhan Badan Penelitian dan
Pengenmbangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Produktivitas
Hutan.

Hasibuan, B.E. 2008. Pupuk dan Pemupukan. Medan. USU Press.

Setiawati, Wiwin; Rini Murtiningsih; Neni Gunaedi; dan Tati Rubiati. 2008. Tumbuhan
Bahan Pestisida Nabati dan Cara Pembuatannya untuk Pengendalian Organisme
Penganggu Tumbuhan (OPT). Bandung. Balai Penelitian Tanman Sayuran.

Suriana, Neti. 2012. Pestisida Nabati : Pengertian, Kelebihan, Kelemahan, dan Mekanisme
Kerja. informasitips.com (Diakses 03 Oktober 2016).

Sopandi, T., A. Nirmalawaty, I. Setiawan, J. Indriati dan M. Lestariningsih, 2006. Penerapan


Pertaian Organik pada Budidaya Tanaman Obat : Pestisida botani dalam praktik
pertanian yang baik. LPPM – UPB, Surabaya

10
LAMPIRAN

11
Lampiran 2. Anggaran Belanja

12
Lampiran 3. Pelatihan Teknik Budidaya sayuran Metode Organo-Vertikultur

Lampiran 4. Sambutan Tokoh Masyarakat

13
Lampiran 5. Masyarakat Antusias Mengikuti Pelatihan

Lampiran 6. Berfoto Bersama Warga Masyarakat RT 09 RW 12 Kelurahan Ngagel Rejo

14

Anda mungkin juga menyukai