Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN

HIDROPONIK SAWI DAN KANGKUNG


DI

OLEH KELOMPOK: 2

 Naila Nihal Amran


 Asty Anatasyah
 Andrian Prasatya
 Hanom Rahmat Dj
 Safaat

SMA NEGERI 3 POLEWALI

TAHUN AJARAN 2024/2025


BAB 1
PENDAHULUAN

A.Latar belakang
Hidroponik merupakan teknik budidaya tanaman tanpa menggunakan media
tanah, melainkan menggunakan air sebagai media tanamnya. Keuntungan
hidroponik adalah:

a. tidak memerlukan lahan yang luas


b. mudah dalam perawatan
c. memiliki nilai jual yang tinggi. Sedangkan kelemahan hidroponik adalah:
 memerlukan biaya yang maha
 membutuhkan keterampilan yang khusus (Roidah, 2014).

Jenis hidroponik sangat beragam yaitu sistem irigasi tetes, sistem wick,
sistem Nutrient Film Tehnique (NFT). Jenis hidroponik yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sistem wick (Hendra, 2014). Hidroponik sistem wick sangat
tepat digunakan bagi pemula yang ingin bertanam dengan cara hidroponik, karena
prinsipnya yang mendasar hanya memanfaatkan kapilaritas air. Keunggulan
lainnya adalah tidak memerlukan perawatan khusus, mudah dalam merakit,
portabel (dapat dipindahkan), dan cocok di lahan terbatas (Diah, 2015).
Berdasarkan penelitian Embarsari (2015), pertumbuhan tanaman seledri pada
sistem hidroponik sumbu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem hidroponik
sumbu berpengaruh pada hasil dan pertumbuhan tanaman seledri, sumbu yang
digunakan adalah jenis sumbu wol. Media tanam tidak hanya sebatas
menggunakan tanah dan air sebagai nutrisi pertumbuhan tanaman. Media tanam
dapat menggunakan teknik hidroponik dengan menggunakan nutrisi A ataupun
nutrisi B.

Era modern seperti saat ini, media tanam hidroponik sangat membantu
bagi skala rumah tangga yang tidak memiliki lahan kosong untuk bercocok tanam
sehingga lahan yang sempit sekalipun dapat dimanfaatkan untuk menanam
sayuran seperti bayam, tomat, sawi dan cabai. Selain tanah sebagai media tanam,
sistem hidroponik dapat menggunakan media sabut kelapa sebagai

media tanam ataupun dapat menggunakan rockwoll yang umum digunakan dalam
sistem hidroponik. Media sabut kelapa dapat digunakan seperti halnya rockwoll
untuk pertumbuhan tanaman. Berdasarkan penelitian Paputungan (2014),
pertumbuhan sawi hijau pada berbagai media tanam hidroponik menunjukkan
bahwa pada umur 2 MST (minggu setelah tanam) pertumbuhan tinggi tanaman
sawi yang tertinggi pada perlakuan media sabut kelapa dengan rerata mencapai
16,30 cm.
Pada umumnya nutrisi hidroponik menggunakan nutrisi A dan nutrisi B
ataupun campuran nutrisi A dan B. Nutrisi ini kita dapatkan dalam keadaan siap
pakai di toko khusus hidroponik. Kandungan yang terdapat dalam nutrisi A yaitu
kalsium amonium nitrat, kalium nitrat dan Fe-EDTA serta Fe sedangkan nutrisi B
berisi kalium dihidro sulfat, amonium sulfat, magnesium sulfat, mangan sulfat,
tembaga sulfat, seng sulfat, asam borat, dan amonium molibdat (Sutiyoso, 2003).
Nutrisi pertumbuhan tanaman tidak harus mahal, melainkan dapat menggunakan
limbah rumah tangga dan untuk menghemat biaya dapat menggunakan air cucian
beras (leri) sebagai nutrisi hidroponik. Air cucian beras (leri) merupakan sisa air
pencucian beras yang umumnya langsung dibuang dan tidak dimanfaatkan. Air
cucian beras mengandung vitamin B1 0,043%, fosfor 16,306%, nitrogen 0,015%,
kalium 0,02%, kalsium 2,944%, magnesium 14,252%, sulfur 0,027%, dan besi
0,0427% yang dapat digunakan sebagai nutrisi pertumbuhan tanaman (Wulandari,
2012).
Berdasarkan penelitian Zakaria (2013), terjadi pertumbuhan pada tanaman
tomat dengan pemanfaatan kulit telur dan air cucian beras dengan penambahan
CMA . Hasil paling optimal untuk tinggi tanaman adalah perlakuan 100 ml air
cucian beras dengan kulit telur 20 gram dan CMA 4 gram, tinggi tanaman menjadi
32,2 cm dan rata-rata jumlah daun adalah 6,0 helai. Berdasarkan penelitian
Ariwibowo (2012), terjadi pengaruh pemanfaatan kulit telur ayam dan air cucian
beras pada pertumbuhan tanaman tomat. Hasil terbaik yaitu pada konsentrasi kulit
telur 15 gram dan air cucian beras 1000 ml, rata-rata pertumbuhan tomat adalah
18,83 cm dalam waktu 1 bulan.

B. Rumus masalah

1. Bagaimana pertumbuhan tanaman cabai merah secara hidroponik dengan


pemberian nutrisi yang berbeda?
2. Bagaimana pertumbuhan tanaman cabai merah secara hidroponik dengan
media tanam yang berbeda

C.Tujuan penelitian

1. Mengetahui pertumbuhan tanaman cabai merah secara hidroponik dengan


pemberian nutrisi yang berbeda.
2. Mengetahui pertumbuhan tanaman cabai merah secara hidroponik dengan
media tanam yang berbeda. 3. Mengetahui interaksi nutrisi dan media tanam
yang berbeda terhadap pertumbuhan tanaman cabai merah dengan teknik
hidroponik.

D. Manfaat Praktek

1. Pendidikan Menambah pengetahuan bahwa limbah air cucian beras dan


tanaman kelor dapat digunakan sebagai nutrisi pada tanaman.
2. Masyarakat Menambah pengetahuan masyarakat tentang pemanfaatan limbah
air cucian beras dan ekstrak daun kelor sebagai nutrisi pada media tanam
hidroponik sehingga mampu meningkatkan hasil pertanian.
3. Peneliti Menambah pengetahuan mengenai nutrisi yang efektif bagi
pertumbuhan tanaman dengan media hidroponik.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Tanaman Hidroponik

Merupakan sebuah cara budidaya menanam tanpa media tanah, dengan cara
memanfaatkan air. Satu hal yang dapat ditekankan dalam sebuah hidroponik yaitu
pemenuhan kebutuhan nutrisi untuk sebuah tanaman. Teknik dalam menanam
hidroponik ini memerlukan air lebih sedikit apabila dibandingkan dengan
menanam di tanah pada umumnya.

Metode tanam hidroponik ini tentunya sangat sesuai yang diterapkan pada
wilayah yang memiliki sedikit air. Namun, dalam kebutuhan nutrisi tanaman juga
menjadi sangat penting untuk pertumbuhan tanaman yang maksimal.

Nutrisi pada tanaman yang dibudidayakan secara hidroponik ini dapat berasal
dari bermacam – macam sumber, yang sebagai contoh dari kotoran bebek, kotoran
ikan, pupuk kimia maupun sebuah unsur buatan lainnya.

B. Macam-Macam Media Tanam Hidroponik

1. Arang Sekam
pembakaran tak sempurna atau pembakaran parsial sekam padi. Sekam Padi
merupakan kulit padi setelah diambil bulir bulir berasnya dan hasil sampingan
dari penggilingan padi selain bekatul

2. Cocopeat
Cocopeat termasuk ke dalam media tanam hidroponik yang bersifat organik,
karena terbuat dari serbuk serabut kelapa. Cocopeat mempunyai Ph antara 5,0
hingga 6,8 sehingga sangat baik untuk pertumbuhan tanaman apapun
C. Langkah-langkah Menanam Tanaman Hidroponik
 Tanaman Hidroponik Sawi

1. Pemilihan Benih Unggul


Cara menanam sawi hijau yang pertama adalah memilih benih yang baik.
Benih sawi bisa didapatkan dengan dua cara, yakni membeli pada toko benih atau
juga bisa dapatkan dari sawi itu sendiri. Jika anda melakukan budidaya sawi
hanya untuk skala kecil di pekarangan rumah, maka bisa mengambil cara pertama.

Sedangkan untuk memperoleh benih dari sawi itu sendiri adalah dengan
mengambil benih sawi berusia tidak kurang dari 70 hari. Ciri khas benih
berkualitas sawi adalah warna benih lebih yang coklat kehitaman dan mengkilap,
teksturnya licin namun keras, dan bentuknya membulat.
2. Penyemaian Benih
Cara menanam sawi yang kedua adalah proses penyemaian benih. Anda
harus segera lakukan semai benih, setelah benih berkualitas telah didapatkan.
Mula-mula benih yang dipilih harus direndam dalam waktu 12 jam. Benih yang
tidak mengapung lantas dikeringkan. Selanjutnya dimasukkan ke dalam polybag
sebagai media tanam.

Pastikan telah mengisi polybag dengan humus dan pupuk, menggunakan


perbandingan 1:3. Pada tiap polybag yang disediakan, tanamlah sekitar 5 hingga
10 benih. Siram setiap benih dengan dosis 2 kali dalam sehari. Proses ini
dilakukan hingga tunas sawi tumbuh. Sebaiknya, letakkan polybag yang berisi
benih di tempat yang sejuk, namun tetap terkena sinar matahari.
3. Pengaturan Lahan

Cara menanam sawi yang ketiga adalah mengatur lahan yang telah
disediakan. Pengaturan lahan ini dimulai dari memperbaiki struktur tanah. Tanah
yang akan dipakai menanam sawi harus dalam kondisi gembur. Saat mencangkul
tanah sebagai lahan, pastikan Anda juga membersihkan tanah dari rumput liar dan
gulma.
Lubang lahan yang dibutuhkan untuk penanaman sawi adalah sekitar 40
cm kedalamannya. Lahan juga harus ditambahkan pupuk organik. Hal ini
bertujuan agar unsur hara tanah jadi sesuai. Selain itu, lahan juga harus dipastikan
mendapatkan sinar matahari langsung.
 Tanaman Hidroponik Kangkung
- Persiapan Tanam
Kangkung memerlukan lahan yang diolah dengan baik, dengan lebar
bedengan 90 cm dan jarak antar bedengan 150 cm. Karena kangkung toleran
terhadap genangan, maka bedengan yang dibuat boleh tidak terlalu tinggi.
- Perlakuan benih
Kangkung dapat ditanam dengan menanam benih langsung,
melalui pemindahan atau menggunakan stek batang. Penanaman secara
langsung dapat dilakukan bila jumlah benih cukup banyak, kurang tenaga.
Benih disemai pada bedengan dengan larikan sedalam 1-1.5 cm, jarak
antar larikan 15 - 20 cm dan dalam larikan 5 cm. Tutup benih dengan
kompos. Bila sudah berdaun dua, kurangi tanaman dengan berjarak
tanaman 10-15 cm. Secara komersial, kerapatan tanaman 50 000
tanaman/ha, diperlukan 5 kg/ha benih. Untuk cara penanaman dengan
menyebar benih, pengurangan benih tidak perlu dilakukan. Benih yang
diperlukan 5 – 10 kg/ha.
- Penanaman dengan pemindahan/transplanting.
Penanaman meliputi dua tahap, yaitu produksi bibit semaian dan
penanaman di lapangan. Produksi bibit semaian. Bibit semaian dapat
ditumbuhkan pada baki pesemaian atau di bedengan pesemaian. Medium
pesemaian harus terdiri dari medium yang mampu menahan air dengan
drainase yang baik, misalnya kompos, arang sekam, media campuran
untuk pot. Media dikukus selama 2 jam untuk sterilisasi. Biji disemai pada
kedalaman 1-1.5 cm, lalu jarangkan bila sudah mempunyai dua daun.
Pesemaian sebaiknya dilakukan di bawah naungan, dengan pengairan yang
cukup. Bila akan dipindahkan ke lapangan, berikan cahaya matahari
langsung 3-4 jam dan pada hari ke-4 semaian sudah menerima matahari
penuh, dan biasanya siap dipindah ke lapangan 3 minggu setelah semai,
atau bibit semaian mempunyai 5-6 daun.

Menggunakan stek batang. Bila benih tidak cukup, maka stek


batang dapat digunakan sebagai benih. Hal ini biasanya dilakukan pada
kangkung berdaun lebar yang banyak ditanam di dataran rendah. Stek
yang panjangnya 15-25 cm dengan 3-4 buku biasanya diambil pada panen
pertama, kemudian direndam 1-3 hari dalam air untuk pembentukan akar
sebelum dipindahkan ke lapangan. Stek ditanam 2-3 stek/lubang sedalam
5-10 cm dengan jarak antar guludan 20-30 cm, dan jarak dalam guludan
15-20 cm. Siram segera setelah tanam.
- Pemupukan
Kangkung dapat hidup pada kesuburan tanah sedang. Kangkung
sangat tanggap terhadap pemupukan nitrogen dan juga pemupukan
organik. Kombinasi penggunaan pupuk organik dan anorganik dapat
meningkatkan hasil dan memelihara kesuburan tanah. Dosis pupuk yang
digunakan tergantung pada kesuburan tanah, jenis tanah, kecepatan
ketersediaan pupuk, dan kandungan bahan organik. Rekomendasi
pemupukan tergantung dari kondisi setempat. Pupuk kandang 10 ton/ha,
pupuk anorganik 75 kg/ha urea, 100 kg/ha SP-36, dan 50 kg/ha KCl.
- Pengairan
Kangkung membutuhkan banyak air karena berbatang basah. Pengairan
sangat diperlukan setelah tanam, terutama bila tanaman layu pada siang
hari. Pengairan dapat dilakukan dengan dileb diantara bedengan.
- Penyiangan gulma
Gulma menyaingi cahaya, air, dan cahaya yang dapat mengurangi
hasil. Tanah harus diolah dengan baik karena benih kangkung lambat
untuk tumbuh, maka pengendalian gulma perlu dilakukan dini pada
penanaman benih secara langsung
- Pengendalian hama dan penyakit tanaman
Penyakit yang biasa menyerang kangkung adalah: karat putih
(Albugo ipomoeae-panduratae), aphids dan thrips. Pengendalian dapat
dilakukan dengan cara bercocok tanam yang baik seperti rotasi tanaman,
sanitasi, jarak tanam yang cukup, penyiraman di antara bedengan.
Penggunaan pestisida sebaiknya dihindarkan, kecuali bila serangan begitu
tinggi, sehingga penyemprotan pestisida perlu dilakukan mengikuti kaidah
yang berlaku untuk keselamatan panen.

Kangkung siap dipanen 30-45 hst, tergantung dari varietas dan tipe
tanaman kangkung. Panen dapat dilakukan sekali sampai beberapa kali. Untuk
panen yang berulang, tunas dipotong 15-20 cm dari permukaan tanah, biasanya
seminggu sekali. Panen yang berulang menghambat pembungaan dan merangsang
tumbuhnya tunas lateral yang berkembang menjadi tunas batang baru. Panen
sebaiknya dilakukan pada waktu hari tidak terlalu panas untuk menghidarkan
layu, pagi atau sore sekali. Hasil panen sebaiknya disimpan di tempat yang teduh
dan sejuk.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Melakukan budidaya sayuran secara hidroponik lebih efisien dibandingkan


dengan melakukan budidaya sayuran secara konvensional, hal ini dapat dilihat
dari penggunaan luas lahan dan produktifitasnya. Sehingga sistem hidroponik
sangat cocok diterapkan sebagai upaya dalam menerapkan sistem pertanian
perkotaan

B. Saran
1. Disarankan kepada masyarakat yang melakukan budidaya sayuran secara
hidroponik agar memanfaatkan tandan kosong kelapa sawit sebagai media
tanam.
2. Disarankan sebelum menggunakan tandan kosong kelapa sawit sebagai media
tanam agar memperhatikan perlakuan terhadap media tanam tandan kosong
kelapa sawit supaya media tanam terhindar dari jamur.
3. Dalam melakukan penelitian lanjutan diharapkan kepada peneliti selanjutnya
untuk menimbang berat media tanam agar beratnya seragam.

Anda mungkin juga menyukai