Oleh :
DWIMIA SARI
SRI WAHYUNI
RESKI MAIYEDI
WENDY PRASETYA
IYAN EDIVIRSON
DEVID SEBASTIAN
Dosen Pengampu :
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia-nya sehingga penyusun dapat melaksanakan Praktikum
Teknologi Hidroponik dan menyelesaikan penyusunan Laporan Praktikum dengan
judul Pengaruh Jenis Air Terhadap Pertumbuhan Persemaian Tanaman Sayur
Hidroponik. Selama penyusunan laporan ini penyusun menyadari banyak pihak
yang telah memberikan bantuan baik moral maupun spiritual kepada peyusun baik
secara langsung maupun tidak langsung, sehingga pada kesempatan ini penyusun
menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Leffy Hermalena S.Pi.,M.Si
selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah dan juga kepada teman teman seangkatan
mahasiswa Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Eka Sakti, yang turut membantu yang tidak dapat penyusun sebutkan
satu per satu. Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Praktikum
ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu segala kritik, saran, dan informasi akan
diterima dengan ikhlas. Penyusun berharap semoga Laporan Praktikum Teknologi
Hidroponik ini dapat bermanfaat bagi setiap pembaca dan semua pihak.
Padang,3Juli 2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
C. TUJUAN
TINJAUAN PUSTAKA
A. HIDROPONIK
Perkecambahan
Perkecambahan adalah munculnya plantula (tanaman kecil) dari dalam biji
yang merupakan hasil pertumbuhan dan perkembangan embrio. Proses
perkecambahan pada biji terdiri dari 2 proses :
1. Proses fisika, terjadi ketika biji menyerap air (imbibisi), akibat dari
potensial air rendah pada biji yang kering.
2. Proses kimia, dengan masuknya air, biji mengambang dan kulit akan
pecah. Air yang masuk mengaktifkan embrio untuk melepaskan hormon
giberelin. Hormon ini akan mendorong aleuron untuk mensintesis dan
mengeluarkan enzim. Enzim bekerja dengan menghidrolisis cadangan
makanan yang terdapat dalam endosperma.Misalnya, enzim amilase
menghidrolisis pati dalam endosperma menjadi glukosa. Glukosa ini
diperlukan untuk pertumbuhan embrio menjadi bibit tanaman.
Tipe ini terjadi jika plumula (calon daun) dan kotiledon muncul di atas
permukaann tanah. Contoh: kacang hijau dan kacang tanah.
Tipe ini terjadi jika plumula (calon daun) muncul di atas permukaan tanah,
sedangkan kotiledon tetap berada di dalam tanah. Contoh: kacang kapri
dan jagung.
1. Pertumbuhan Primer
Pertumbuhan primer merupakan pertumbuhan yang terjadi karena adanya
aktivitas meristem primer yang terdapat pada ujung akar dan ujung batang.
Titik tumbuh primer dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Daerah pembelahan sel, terdapat di bagian ujung akar dan ujung batang.
Sel-sel di daerah ini aktif membelah (bersifat meristematik)
b. Daerah perpanjangan sel, terletak di belakang daerah pembelahan. Sel-sel
di daerah ini memiliki kemampuan untuk membesar dan memanjang.
c. Daerah diferensiasi sel, merupakan daerah yang sel-selnya berdiferensiasi
menjadi sel-sel yang mempunyai fungsi dan struktur khusus.
2. Pertumbuhan sekunder
Pertumbuhan sekunder merupakan pertumbuhan yang terjadi karena
adanya aktivitas dari sel-sel meristem sekunder, yaitu kambium dan
kambium gabus (felogen). Pertumbuhan ini dijumpai pada tumbuhan
dikotil.
a. Kualitas Benih
c. Kebutuhan Air
d. Kebutuhan Cahaya
D. AIR
Air (H 2 O) adalah cairan jernih, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau
yang ada dan dibutuhkan dalam kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan, yang
secara kimiawi air terbentuk dari Hidrogen dan Oksigen. Air merupakan salah
satu faktor yang dapat mempercepat perkecambahan dan menghentikan masa
dormansi biji. Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari lingkungan
sekitar biji, baik tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan yang teramati
adalah membesarnya ukuran biji yang disebut tahap imbibisi. Biji menyerap air
dari lingkungan sekelilingnya, baik dari tanah maupun udara (dalam bentuk
embun atau uap air. Efek yang terjadi adalah membesarnya ukuran biji karena sel-
sel embrio membesar) dan biji melunak. Proses ini murni fisik.
4. Air PDAM
METODOLOGI PENELITIAN
a. Nampan plastik
b. Gergaji / pisau
c. Tusuk gigi
d. Penggaris
Bahan :
a. Rockwool
b. benih kangkung, sawi pahit, pak coy, selada merah, selada hijau, bayam
merah, sawi dakota, dan sawi pagoda.
C. CARA KERJA
1) Rendam benih dalam air biasa. Jika bibit tenggelam maka bibit tersebut
baik digunakan.
2) Memotong rockwool sejumlah yang akan digunakan dengan menggunakan
pisau atau gergaji besi kecil ukuran umum dalam pemotongan rockwool
yang digunakan adalah 2,5 × 2,5 × 2,5 cm.
3) Letakkan rockwool pada tray / alas semai.
4) Basahi rockwool dengan cara menyiram atau merendam, angkat dan
jangan peras.
5) Lubangi rockwool dengan menggunakan pinset atau tusuk gigi sedalam
0,5 cm.
6) Tanam 1 bibit / lubangi untuk tanaman besar seperti pakchoy dan selada,
lalu 3-5 benih untuk kangkung. Sedangkan untuk benih bayam hanya
menempelkan secukupnya dengan menggukan ujung jari yang dihasilkan
dan tidak pernah menghitung jumlahnya.
7) Setelah selesai menanam semua benih, simpan semaian selama semalam
atau sampai ada benih yang pecah . Akan lebih baik jika semaian disimpan
di tempat yang teduh dan tidak ada cahaya.
8) Setelah benih sprout, langsung kenalkan semaian dengan sinar matahari.
Ini dilakukan untuk menghindari tanaman menjadi kutilang atau etiolasi.
Perlu diperhatikan bahwa untuk menjemur semaian, tidak perlu menunggu
semua tanaman sprout. Jika sudah lebih dari 30% semaian sprout saja,
anda dapat langsung membawanya ke sinar matahari.
9) Selama tahap semai, pastikan media semai selalu dalam keadaan lembab
dengan cara menyemprotkan air memakai semprotan / spray atau
menyiram dasar tempat semaian agar rockwool tetap lembab.
10) jika semaian sudah berdaun, air yang digunakan untuk melembabkan dapat
menggunakan air nutrisi dengan PPM rendah sekitar 200-300 ppm.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. HASIL PENGAMATAN
Air AC
No. Tanaman Jumlah Bibit Keterangan
Hari Kecambah Tinggi Tanaman
Jadi
Minggu ke-1
Sawi
1 3 10
Pakchoy 1.11
Selada
2 2 12 0.54
Merah
Minggu ke-2
Sawi
1 4 12 2.86
Pakchoy
Selada
2 3 13 1.37
Merah
Air Sumur
Tinggi
No. Tanaman Hari Jumlah Bibit
Tanaman keterangan
Kecambah Jadi
(cm)
Minggu ke-1
1 kangkung 2 19 6.4
Sawi
2 1 10 1.4
Pagoda
Minggu ke-2
1 Kangkung 3 23 9.033
Sawi
2 2 12 1.83
Pagoda
Bayam
1 1 142 1.41666667
Merah
2 Sawi Pahit 2 6 0.2875
Minggu ke-2
Bayam
1 1 142 2.25
Merah
2 Sawi Pahit 1.83333 11 1.625
Air PDAM
No. Tanaman Jumlah Bibit Tinggi Keterangan
Hari Kecambah
Jadi Tanaman
Minggu ke-1
1 Sawi Dacota 3 11 1.52
2 Selada Hijau 3 10 0.82
Minggu ke-2
1 Sawi Dacota 5 12 2.80
2 Selada Hijau 3 12 1.52
B. PEMBAHASAN
a. Air AC
Pada data yang tertera di tabel 4.1 dapat dilihat bahwa tanaman sawi
pakchoy pada hari kecambah ketiga terdapat 10 bibit jadi pada minggu
pertama dan pada hari kecambah keeempat terdapat 12 bibit jadi pada
minggu kedua dengan rata-rata tinggi normal dan tidak etiolasi. Begitu
pula dengan tanaman pada hari kecambah kedua terdapat 12 bibit jadi dan
hari ketiga terdapat 13 bibit jadi dengan tinggi yang normal pula atau tidak
etiolasi. Hal ini dikarenakan air buangan AC memiliki kandungan yang
berbeda dengan air biasa seperti air sumur atau air keras, sehingga cocok
untuk digunakan sebagai air persemaian hidroponik karena
pertumbuhannya bagus dan seimbang.
b. Air sumur
Pada data yang tertera di tabel 4.2 dapat dilihat bahwa tanaman kangkung
pada hari kecambah kedua terdapat 19 bibit jadi pada minggu pertama,
lalu pada hari kecambah ketiga terdapat 23 bibit jadi pada minggu kedua.
Sedangkan tanaman sawi pagoda pada hari kecambah pertama terdapat
bibit jadi sebanyak 10 pada minggu pertama dan pada minggu kedua di
hari kecambah kedua terdapat 12 bibit jadi. Dapat dilihat bahwa memang
persemaian dengan air sumur memiliki jumlah bibit jadi yang lebih banyak
daripada air AC tetapi disini kondisi tanaman kangkung dan sawi
pagodanya mengalami etiolasi, sehingga tidak dapat dikatan lebih baik
dari air AC.
c. Air mineral
Pada data yang tertera di tabel 4.3 dapat dilihat bahwa tanaman bayam
merah pada hari kecambah pertama terdapat sebanyak 142 bibit jadi pada
minggu pertama, begitu pula pada minggu kedua di hari kecambah kedua
terdapat sebanyak 142 bibit jadi, yang artinya bibit jadinya tidak
mengalami pertambahan yang signifikan. Lalu pada tanaman sawi pahit
pada minggu pertama dihari kecambah kedua terdapat 6 bibit jadi, dan
pada minggu kedua dihari kecambah 1.83333 terdapat 11 bibit jadi sawi
pahit dengan masing-masing kondisi tanaman yang sama-sama lambat
pertumbuhan dan perkembangannya, mulai dari batang dan daun tetapi
tidak etiolasi. Maka bisa dibilang masih kalah bagus dengan persemaian
menggunakan air AC
d. Air PDAM
Pada data yang tertera di tabel 4.4 dapat dilihat bahwa tanaman sawi
dakota di minggu pertama pada hari kecambah ketiga terdapat 11 jumlah
bibit jadi dan pada minggu kedua di hari kecambah kelima terdapat 12
bibit jadi, sedangkan tanaman satunya yakni selada hijau pada minggu
pertama di hari kecambah ketiga terdapat 10 bibit jadi, lalu pada minggu
kedua di hari kecambah ketiga terdapat 12 bibit jadi. Persemaian dengan
air PDAM ini adalah yang paling kurang bagus dan kurang cocok
digunakan untuk persemaian tanaman sayur hidroponik daripada dengan
air yang lainnya, sekali lagi masih kalah dengan air AC, karena hasilnya
yang kurang maksimal diantara yang lain, selain pertumbuhannya lambat
dan juga pertumbuhannya mengalami etiolasi, hal ini karena air PDAM
mengandung kaporit / klorin, yang apabila dalam jangka panjang akan
meracuni tanaman mulai dari pH tanah, kesadaran, KTK tanah, residu
klorin, dan kekahatan / kekurangan unsur lain yang tertekan oleh klorin,
sehingga tanamannya jadi kurang subur.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Jenis air diantara air AC, Air sumur, Air mineral dan Air PDAM, yang
paling baik digunakan untuk persemaian yakni air AC, karena air buangan AC
memiliki kandungan yang berbeda dengan air biasa seperti air sumur atau air
keras, sehingga cocok untuk digunakan sebagai air persemaian hidroponik karena
pertumbuhannya bagus dan seimbang.
B. SARAN
Hakim, Abdul. 2011. “Pengaruh Kandungan Air pada Tanaman”. Diunduh pada
http://tikabdhakim.blogspot.com/2011/09/kti-pengaruh-kandungan-air-
pada-tanaman.html. Tanggal 15 Mei 2019.