Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Hidroponik adalah metode bercocok tanam yang revolusioner karena tidak


menggunakan tanah sebagai media tumbuh, melainkan menggunakan larutan nutrisi yang
kaya akan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman. Sistem ini memanfaatkan air
sebagai pengganti media tanah, sehingga memungkinkan untuk mengontrol kondisi
lingkungan tempat tumbuhnya seperti suhu, konsentrasi dan pH nutrisi secara lebih
efektif.

Metode hidroponik memiliki beberapa keuntungan penting dibandingkan dengan


pertanian konvensional. Dengan menghilangkan keterbatasan lahan dan mengurangi
risiko terkontaminasinya tanaman oleh patogen dalam tanah, hidroponik menjadi solusi
yang menarik untuk mengatasi tantangan pertanian masa kini. Selain itu, penggunaan air
yang lebih efisien dan peningkatan kualitas hasil panen adalah beberapa keuntungan
utama lainnya. Hidroponik dapat diaplikasikan baik dalam pertanian urban/perkotaan
maupun pedesaan. Kelebihan dari hidroponik adalah kemampuannya untuk diterapkan di
berbagai lingkungan, terlepas dari keterbatasan lahan.

1.2 Tujuan Perktikum


1. Budidaya Sayuran hidroponik.
1.3 Tinjauan Pustaka

A. Hidroponik

Hidroponik berasal dari kata Yunani yaitu hydro yang berarti air dan ponos yang artinya
daya. Hidroponik juga dikenal sebagai soilless culture atau budidaya tanaman tanpa tanah.
Jadi, hidroponik berarti budidaya tanaman yang memanfaatkan air dan tanpa menggunakan
tanah sebagai media tanam. Sejarah mencatat bahwa hidroponik sudah dimulai oleh Bangsa
Babylonia pada tahun 600 SM yaitu berupa taman gantung (hanging garden). Taman gantung
ini adalah merupakan hadiah dari Raja Nebukadnezar II untuk istri tercintanya bernama
Amytis, yang juga sebagai permaisuri. Taman gantung ini dibuat secara bertingkat dan tidak
semuanya menggunakan media tanah sebagai media tanam. Seperti halnya Bangsa
Babylonia, Bangsa Cina juga telah mencoba menerapkan cara bercocok tanam tanpa
menggunakan media tanah sebagai media tanam. Bangsa Cina telah menerapkan teknik
bercocok tanam yang dikenal dengan “Taman Terapung”. Bahkan di Mesir, Cina dan India
juga sudah menerapkan cara bercocok tanam yang tidak menggunakan tanah sebagai media
tanam.

Istilah hidroponik lahir sekitar tahun 1936, sebagai penghargaan yang diberikan kepada DR.
WF. Gericke, seorang agronomis dari Universitas California. DR. WF. Gericke melakukan
percobaan dan penelitian dengan menanam tomat di dalam bak yang berisi mineral sehingga
tomat tersebut mampu bertahan hidup dan dapat tumbuh sampai ketinggian 300 cm dan
memiliki buah yang lebat. Sebelumnya beberapa ahli patologis tanaman juga melakukan
percobaaan dan penelitian untuk dapat melakukan bercocok tanam tanpa media tanah sebagai
media tanam, sehingga pada masa itu bermunculan istilah-istilah: “Nutri Culture”, “Water
Culture”, ”Gravel Bed Culture”, dan istilah “Soilless Culture” (Roberto, 2003).

Adapun jenis-jenis hidroponik yang digunakan yaitu:

1. Nutrient Film Technique (NFT)


NFT adalah teknik hidroponik dimana aliran yang sangat dangkal air yang
mengandung semua nutrisi terlarut diperlukan untuk pertumbuhan tanaman yang
kembali beredar melewati akar tanaman di sebuah alur kedap air. Dalam sistem yang
ideal, kedalaman aliran sirkulasi harus sangat dangkal, sedikit lebih dari sebuah film
air. Sebuah sistem NFT yang dirancang berdasarkan pada penggunakan kemiringan
saluran yang tepat, laju aliran yang tepat, dan panjang saluran yang tepat. Keuntungan
utama dari sistem NFT dari bentuk-bentuk lain dari hidroponik adalah bahwa akar
tanaman yang terkena kecukupan pasokan air, oksigen dan nutrisi.
Kelemahan dari NFT adalah bahwa NTF ini memiliki gangguan dalam aliran,
misalnya, pemadaman listrik. Prinsip dasar dalam sistem NFT merupakan suatu
keuntungan dalam pertanian konvensional. Artinya, pada kondisi air berlebih, jumlah
oksigen diperakaran menjadi tidak memadai. Namun, pada sistem NFT yang
nutrisinya hanya selapis menyebabkan ketersediaan nutrisi dan oksigen pada akar
selalu berlimpah.
2. Drip-Irrigation atau Micro-Irrigation
Drip-Irrigation, juga dikenal sebagai irigasi tetes atau irigasi mikro atau irigasi lokal,
adalah metode irigasi yang menghemat air dan pupuk dengan membiarkan air
menetes perlahan ke akar tanaman, baik ke permukaan tanah atau langsung ke zona
akar, melalui jaringan katup, pipa, tabung, dan emitter. Hal ini dilakukan melalui
tabung sempit yang memberikan air langsung ke dasar tanaman. Dengan demikian,
kerugian (kehilangan air) seperti perkolasi, run off, dan evapotranspirasi bisa
diminimalkan sehingga efisiensinya tinggi.
3. Aeroponics
Aeroponics adalah proses tumbuh tanaman di lingkungan udara atau kabut tanpa
menggunakan tanah atau media agregat (dikenal sebagai geoponics). Kata
"aeroponics" berasal dari makna Yunani aero (udara) dan ponos (kerja). Budaya
aeroponics berbeda dari kedua hidroponik konvensional dan in-vitro (kultur jaringan
tanaman) tumbuh. Tidak seperti hidroponik, yang menggunakan air sebagai media
tumbuh dan mineral penting untuk mempertahankan pertumbuhan tanaman,
aeroponics dilakukan tanpa media tumbuh. Karena air digunakan dalam aeroponics
untuk mengirimkan nutrisi, kadang-kadang dianggap sebagai jenis hidroponik. Prinsip
dasar dari tumbuh aeroponik adalah untuk tumbuh tanaman digantung di dalam
lingkungan tertutup atau semi-tertutup dengan menyemprotkan akar tanaman
menjuntai dan batang bawah dengan solusi dikabutkan atau disemprot air kaya nutrisi
(Wikipedia, 2013).
1. Deep Water Culture (DWC)
Deep Water Culture (DWC) adalah salah satu metode hidroponik yang memproduksi
tanaman dengan cara menggantungkan akar tanaman ke dalam larutan kaya nutrisi, air
beroksigen (Wikipedia, 2013).
2. Flood & Drain (Ebb and Flow)
Ebb and flow merupakan suatu bentuk hidroponik yang dikenal karena
kesederhanaan, kehandalan operasi dan biaya investasi awal yang rendah. Pot diisi
dengan media inert yang tidak berfungsi seperti tanah atau berkontribusi nutrisi untuk
tanaman tapi yang jangkar akar dan berfungsi sebagai cadangan sementara air dan
pelarut nutrisi mineral (Wikipedia, 2013).
3. Floating Raft (Rakit apung)
Pada sistem rakit apung, tanaman ditempatkan pada stereofoam yang diapungkan
pada sebuah kolam. Kolam sedalam 40 cm tersebut berisi nutrisi. Sistem ini perlu
ditambahkan airstone ataupun aerator. Aerator berfungsi menghasilkan oksigen
untuk pertukaran udara dalam daerah perakaran. Kekurangan oksigen akan
mengganggu penyerapan air dan nutrisi oleh akar. Rakit apung hanya dapat ditanami
oleh tumbuhan yang memiliki bobot rendah (Randys Hydroponics, 2010).

B. Persemaian Hidroponik

Pada prinsipnya, cara menyemai benih tanaman hidroponik hampir sama dengan cara
konvensional, yang berbeda adalah teknik cara menyemai benih tanaman tersebut. Sebelum
ditanam pada wadah hidroponik, benih sayur harus disemai terlebih dahulu. Meskipun bisa
langsung ditanam, proses penyemaian dinilai penting. Proses penyemaian bertujuan agar
pertumbuhan akar tanaman lebih terkontrol sehingga tidak menjuntai atau menyentuh larutan
nutrisi saat ditanam. Kualitas tanaman yang baik dipengaruhi oleh:

1. Kualitas Benih
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Benih yang dipilih untuk semai harus
memiliki kualitas daya berkecambah yang baik dan tahan penyakit. Untuk mngetahui
daya kualitas benih dapat dilakukan dengan merendam benih menggunakan air bersih
dan tunggu sekitar 10-15 menit. Setelah itu, benih yang berada dalam kondisi tetap
tenggelam dapat digunakan.
2. Pemilihan Media Semai
Media semai merupakan media yang digunakan untuk benih tumbuh dan berkembang,
termasuk juga pada persemaian. Pemilihan media semai menjadi salah satu faktor
untuk mendukung dalam keberhasilan persemaian. Media untuk persemaian harus
dalam keadaan bersih, steril dan mampu menyimpan air dengan baik. Kondisi bersih
dan steril wajib agar tidak menghambat proses benih dalam berkecambah.
3. Kebutuhan Air
Air merupakan faktor penting dalam persemaian karena untuk menjaga kelembaban
dan mendukung proses perkecambahan benih. Kegagalan dalam persemaian terjadi
terlalu sedikit membuat benih kering dan tidak dapat berkecambah dengan baik dan
jika jumlah air terlalu banyak berdampat pada benih mudah busuk.
1. Kebutuhan Cahaya
Cahaya merupakan faktor terpenting dalam fotosintesis untuk tumbuh dan
berkembang tanaman. Fotosintesis adalah proses dimana tanaman memasak makanan
yang membutuhkan cahaya, air dan CO2. Semaian harus mendapatkan cahaya yang
cukup untuk proses perkecambahan benih. Efek negatif yang didapatkan jika semaian
kurang cahaya adalah benih sulit berkecambah, lambat berkecambah dan dapat terjadi
etiolasi. Ciri-ciri dari terjadinya etiolasi adalah dengan memanjangnya batang namun
tidak diikuti dengan pertumbuhan daun.
2. Kebersihan
Menjaga kebersihan berfungsi untuk menekan dan menghindari adanya jamur,
bakteri, dan virus yang dapat menghambat proses perkecambahan. Hal wajib yang
harus dilakukan untuk menjaga kebersihan adalah dengan menggunakan wadah untuk
semaian dan perakaran menyemai dalam kondisi bersih (Bayu, 2012).
karena saat proses perkecambahan, air yang diberikan kurang sesuai dengan
kebutuhan. Jumlah air yang

C. Macam-Macam Air

Air memiliki peranan yang penting sekali dalam budidaya tanaman dengan cara hidroponik.
Namun untuk bisa memproduksi tanaman hidroponik yang higienis, segar dan sehat ternyata
tidak seluruh jenis air bisa digunakan menjadi media tumbuh bagi tanaman hidroponik. Ada
beberapa syarat air untuk tanaman hidroponik yang wajib terpenuhi supaya bisa menjadi
media tumbuh tanaman yang maksimal dan baik guna keberhasilan budidaya tanaman
hidroponik.

a. Mineral Yang Terlarut Di Dalam Air


Air selalu berisi dengan mineral-mineral yang terlarut di dalamnya, tetapi tidak
semuanya bermanfaat karena ada beberapa unsur mineral yang membahayakan untuk
pertumbuhan tanaman, malahan mengancam bagi kesehatan tubuh manusia bila
terlalu tinggi nilai terlarutnya. Di Indonesia umumnya air tanah mempunyai nilai
mineral terlarutnya sekitar 150-250 ppm dan untuk air yang bersumber dari PDAM
(Perusahaan Daerah Air Minum) mempunyai nilai mineral terlarutnya di atas 250
ppm. Nilai mineral terlarut yang terlalu tinggi inilah yang tidak cocok untuk media
tumbuhnya tanaman hidroponik sebab akan mengganggu kinerja akar tanaman ketika
menyerap unsur hara atau nutrisi.
Adapun kualitas air yang diinginkan oleh tanaman hidroponik yaitu air dengan kadar
mineral terlarut 0-50 ppm. Dengan rendahnya kadar mineral terlarut akan membuat
tanaman bisa tumbuh dengan maksimal di dalam air sebab kemampuan akar saat
menyerap nutrisi menjadi mudah dan optimal serta nutrisi akan tercampur sempurna.
b. Nilai pH (part of Hydrogen)
Nilai pH air akan berpengaruh pada kemampuan akar tanaman saat menyerap nutrisi
karena berhubungan dengan kemampuan sel-sel akar tanaman tersebut ketika
melakukan interaksi antar jaringan di dalam tubuh tanaman terhadap berbagai garam
mineral di luar tubuh tanaman (nutrisi). Kebanyakan tanaman hidroponik
menginginkan nilai pH optimal antara 5.5-7.5 . Nilai pH d iluar kisaran angka itu akan
menghambat sekali kemampuan akar saat menyerap nutrisi di dalam larutan. Nilai pH
di bawah angka 5 akan cenderung bersifat asam yang akan mengakibatkan rusaknya
sel-sel akar tanaman dan nilai pH yang ada di atas angka 7.5 akan cenderung memiliki
sifat basa serta meracuni tanaman.
1. Air PDAM

Air yang diolah perusahaan air minum (PDAM) yang bersumber dari air sungai
ataupun air tanah. Air ini diolah dengan maksud agar bakteri berbahaya terbunuh dan
biasanya untuk dapat membunuh bakteri digunakan larutan kimia klorin. Akan tetapi
korin adalah senyawa kimia yang juga berbahaya jika dikonsumsi oleh manusia
karena hasil turunannya yaitu THMs (Trihalomethane) dapat menyebabkan penyakit
kanker dan ginjal.

Penambahan klorin dalam air PDAM berdampak pada perubahan dalam hal
kandungan dan derajat keasaman. Semakin banyak penambahan kaporit dalam air,
maka derajat keasaman juga ikut naik. Penambahan kaporit hingga 40 ppm akan
meningkatkan pH air menjadi 6,66. Ini disebabkan karena kaporit Ca(OCl)2 bila
dilarutkan dalam air, akan menghasilkan senyawa Ca(OH)2 yang dapat menyebabkan
kesadahan total sehingga pH air akan naik (Aziz dkk., 2013).

Anda mungkin juga menyukai