Anda di halaman 1dari 18

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1

1.1 Latar belakang .............................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 2
1.3 Tujuan .......................................................................................... 2

BABII TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 3

BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 5

3.1 Karakteristik dan Srategi Pemanfaatan Pekarangan ................... 5

3.2 Teknologi Budidaya Tanaman sayuran Secara vertikultur ........... 6

3.4 kelebuhan dan kekuranagn vertikultur ........................................ 11

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 14

A. Kesimpulan ................................................................................... 14
B. Saran ............................................................................................ 14
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pekarangan sebagai salah satu bentuk usaha tani belum mendapat


perhatian, meskipun secara sadar telah dirasakan manfaatnya. Di
beberapa daerah terutama di pedesaan pengembangan pekarangan
umumnya diarahkan untuk memenuhi sumber pangan sehari-hari,
sehingga seringkali diungkapkan sebagai lumbung hidup atau warung
hidup. Pekarangan didefenisikan sebagai sebidang tanah yang
mempunyai batas-batas tertentu di sekitar rumah, baik itu berada di
depan, di samping, maupun di belakang rumah, yang diatasnya terdapat
bangunan tempat tinggal dan mempunyai hubungan fungsional baik
ekonomi, biofisik maupun sosial budaya dengan penghuninya.

Sayuran yang diperoleh dari kebun/lahan pekarangan rumah


sendiri lebih terjamin kualitasnya. Hal ini dikarenakan budidaya sayuran
yang diusahakan dengan organik, pengurangan penggunaan pestisida,
dan menggunakan pupuk vermikompos. Oleh karena itu, pemanfaatan
lahan pekarangan dengan budidaya sayuran itu penting karena
terjaminnya bahan pangan yang bermutu dan higienis. Dengan
pemnfaatan pekarangan mengeluarkan biaya sedikit didalam
melaksanakan penanaman di dalam pekarangan tersebut akan dapat
hasil yang lebih banyak, sehingga dengan usaha memanfaatkan tanah
pekarangan itu berarti keluarga bersangkutan telah melaksanakan prinsip-
prinsip ekonomi didalam meningkatan pendapatan.

Budidaya tanaman pada umumnya dilakukan langsung ke media


tanam yaitu berupa tanah pada luas lahan tertentu. Yang bertujuan untuk
mendapatkan hasil sebanyak-banyaknya apabila luas lahan tersebut
memadai. Semakin sempitnya lahan untuk budidaya, maka perlu kita
pikirkan dan kita lakukan kreatifitas dalam melakukan budidaya. Seperti
hidroponik, vertikultur dan kultur jaringan. Namun dilihat dari aspek
kerumitan dan ekonomis, budidaya secara vertikultur sangatlah mudah
dan murah. Lain hal secara hidroponik maupun kultur jaringan yang perlu
memiliki tingkat ketelitian yang tinggi dan biaya yang tidak sedikit.

Sesuai dengan asal katanya dari bahasa Inggris, yaitu vertical dan
culture, maka vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan
secara vertikal atau bertingkat, baik indoor maupun outdoor. Sistem
budidaya pertanian secara vertikal atau bertingkat ini merupakan konsep
penghijauan yang cocok untuk daerah perkotaan dan lahan terbatas.
Misalnya, lahan 1 meter mungkin hanya bisa untuk menanam 5 batang
tanaman, dengan sistem vertikal bisa untuk 20 batang tanaman.

Vertikultur tidak hanya sekadar kebun vertikal, namun ide ini akan
merangsang seseorang untuk menciptakan khasanah biodiversitas di
pekarangan yang sempit sekalipun. Struktur vertikal, memudahkan
pengguna membuat dan memeliharanya. Pertanian vertikultur tidak hanya
sebagai sumber pangan tetapi juga menciptakan suasana alami yang
menyenangkan.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan Masalah Yang akan Dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan teknik Vertikultur pada budidaya
tanaman sayur?
2. Apa manfaat dari teknik Vertikultur pada budidaya tanaman sayur?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan makalah ini adalah Agar Petani dapat memiliki


pengetahuan dan keterampilan dalam membudidayakan tanaman sayuran
dengan teknik vertikultur.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Vertikultur” berasal dari 2 kata bahasa inggris


berupa Vertical dan Culture. Vertical artinya tegak lurus atau menurun,
dan Culture memiliki arti pemeliharaan, sehingga vertikultur dapat
diartikan sebagai teknik pemeliharaan atau arti budidaya tanaman dengan
pola vertikal (tegak lurus). Teknik penanaman secara vertikultur dalam
sejarahnya dikenalkan oleh sebuah perusahaan benih di Swiss pada
tahun 1944 yang merujuk sebuah ide Vertical Garden. Kemudian
vertikultur merajalela di negara Eropa yang memiliki iklim sub-tropis, tak
terkeculipula di Indonesia yang notabene beriklim tropis.

Vertikultur adalah pola bercocok tanam yang menggunakan


wadah tanam vertikal untuk mengatasi keterbatasan lahan. Tempat
media vertikultur dapat menggunakan bambu, talang, rak kayu
bertingkat dll. Media tanam digunakan bisa campuran tanah, kompos,
dan sekam. Jenis tanaman yang ditanam dari tanaman sayur- sayuran
dan sayuran buah serta tanaman hias. Vertikultur dapat diartikan
sebagai teknik budidaya tanaman secara vertikal sehingga
penanaman dilakukan secara bertingkat. Teknik budidaya ini tidak
memerlukan lahan yang luas, bahkan dapat dilakukan pada rumah yang
tidak memiliki halaman sekalipun. Salah satu solusi untuk masyarakat
dapat mengembangkan pertanian untuk memenuhi kebutuhan keluarga
dengan menanan tanaman secata vertikultur.

Jenis-jenis tanaman yang dibudidayakan biasanya adalah tanaman


yang memiliki nilai ekonomi tinggi, berumur pendek atau tanaman
semusim khususnya sayuran (seperti kangkung, sawi, bayam dan selada),
dan memiliki sistem perakarangan yang tidak terlalu luas. Kegiatan
vertikultur sekaligus dapat memanfaatkan barang-barang bekas seperti
kaleng bekas, gelas bekas air mineral, karung bekas beras dan lain-lain
yang tidak dapat terurai oleh mikrorganisme. Sehingga kita mampu
berperan aktif untuk meningkatkan nilai tambah barang bekas serta
mengurangi pencemaran lingkungan oleh penumpukan sampah-sampah
tersebut. Yang terpenting, bahan untuk vertikultur bersifat kuat dan
fleksibel untuk dipindah tempatkan. Vertikultur sebagai salah satu sistem
budidaya tanaman dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain
Vertikultur Vertikal, Vertikultul Horizontal, Verikultur Susun dan Verikultur
Gantung.

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Karakteristik dan Strategi Pemanfaatan Pekarangan

Berbeda dengan lahan pertanian secara umum, pekarangan rumah


memiliki luasan yang relatif sempit, bersentuhan langsung dengan
penghuni rumah, serta memiliki peran yang sangat kompleks. Oleh sebab
itu, pemanfaatannyadalam budidaya sayuran harus direncanakan
sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi optimal, baik dalam hal tingkat
produksi maupun dalam pemanfaatan lainnya di rumah tangga. Beberapa
prasyarat yang harus dipenuhi dalam berbudidaya sayuran di pekarangan
diantaranya adalah harus memiliki nilai estetika atau keindahan sehingga
selain dapat dimakan juga dapat mempercantik halaman rumah.

Strategi yang dapat dilakukan, diantaranya melalui pengaturan jenis,


bentuk, dan warna tanaman. Selain itu, model yang digunakan sebaiknya
bersifat mobile atau mudah untuk dipindahkan. Hal ini diperlukan guna
mengantisipasi pemanfaatan dan penataan pekarangan. Model budidaya
yang dapat memenuhi kriteris demikian adalah model budidaya secara
vertikal atau vertikultur dan budidaya dalam pot.

Teknik vertikultur merupakan cara bertanam yang dilakukan dengan


menempatkan media tanam dalam wadah-wadah yang disusun secara
vertical, atau dapat dikatakan bahwa vertikultur merupakan upaya
pemanfaatan ruang ke arah vertical. Dengan demikian penanaman
dengan system vertikultur dapat dijadikan alternative bagi masyarakat
yang tinggal di kota atau Pedesaan , yang memiliki lahan sempit atau
bahkan tidak ada lahan yang tersisa untuk budidaya tanaman.

3.2 Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur

Sistem budidaya pertanian secara vertikal atau bertingkat ini


merupakan konsep penghijauan yang cocok untuk daerah perkotaan
dan lahan terbatas. Misalnya, lahan 1 meter mungkin hanya bisa untuk
menanam5batang tanaman, dengan sistem vertikal bisa untuk 20
batang tanaman. Vertikultur tidak hanya sekadar kebun vertikal, namun
ide ini makan merangsang seseorang untuk menciptakan khasanah
biodiversitas di pekarangan yang sempit sekalipun. Strukturvertikal,
memudahkan pengguna membuat dan memeliharanya.
Pertanian vertikulturtidak hanyasebagai sumber pangan tetapi juga
menciptakan suasana alami yang menyenangkan.

Model, bahan, ukuran, wadah vertikultur sangat banyak, tinggal


disesuaikan dengan kondisi dan keinginan. Pada umumnya adalah
berbentuk persegi panjang, segi tiga, atau dibentuk mirip anak tangga,
dengan beberapa undak -undakan atau sejumlah rak. Bahan dapat
berupa bambu atau pipa paralon, kaleng bekas, bahkan lembaran
karung beras pun bisa, karena salah satu filosofi dari vertikultur adalah
memanfaatkan benda-benda bekas di sekitar kita. Persyaratan vertikultur
adalah kuat dan mudah dipindah-pindahkan. Tanaman yang akan
ditanam sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan memiliki nilai
ekonomis tinggi, berumur pendek, dan berakar pendek. Tanaman
sayuran yang sering dibudidayakan secara vertikultur antara lain selada,
kangkung, bayam, pakcoy, caisim, katuk, kemangi, tomat, pare, kacang
panjang, mentimun dan tanaman sayuran daun lainnya.

 Pembuatan wadah tanam vertikultur

Contoh salah satu wadah tanam dibuat dari dua batang bambu.
Bambu dipilih yang batangnya paling besar, lalu dipotong sesuai dengan
ukuran yang ditetapkan.Semakin bagus kualitas bambu,
semakin lama masapemakaiannya. Di bagian 20 cm terdapat ruas
yang nantinya akan menjadi ruasterakhir dihitung dari atas. Semua
ruas bambukecuali yang terakhir dibobol denganmenggunakan linggis
supayakeseluruhan ruang dalam bambu terbuka
 Pengadaan media tanam
Media tanam adalah tempat tumbuhnya tanaman untuk menunjang
perakaran. Dari media tanam inilah tanaman menyerap makanan berupa
unsur hara melalui akarnya. Media tanam yang digunakan adalah
campuran antara tanah, pupuk kompos, dan sekam dengan
perbandingan 1:1:1. Setelah semua bahan terkumpul,dilakukan
pencampuran hingga merata. Tanah dengan sifat koloidnya memiliki
kemampuan untuk mengikat unsur hara, dan melalui air unsur hara dapat
diserap oleh akar tanaman dengan prinsip pertukaran kation. Sekam
berfungsi untuk menampung air di dalam tanah sedangkan kompos
menjamin tersedianya bahan penting yang akan diuraikan menjadi unsur
hara yang diperlukan tanaman.Campuran media tanam kemudian
dimasukkan ke dalam bambu hingga penuh. Untuk memastikan tidak
ada ruang kosong, dapat digunakan bambu kecil atau kayu untuk
mendorong tanah hingga ke dasar wadah (ruas terakhir). Media tanam di
dalam bambu diusahakan agar tidak terlalu padat supaya air mudah
mengalir, juga supaya akar tanaman tidak kesulitan “bernafas”, dan tidak
terlalu renggang agar ada keleluasaan dalam mempertahankan air dan
menjaga kelembaban.

 Persiapan bibit tanaman dan penanaman

Sebelum berencana membuat wadah vertikal, terlebih dahulu


mempersiapkan sejumlah bibit tanaman, Ketika tanaman sudah mencapai
umur siap dipindahkan, pada dasarnya ada tiga tahap dalam proses
ini, yaitu persemaian, pemindahan, dan penanaman. Seperti halnya
menanam, menyemaikan benih juga memerlukan wadah dan media
tanam. Wadah bisa apa saja sepanjang dapat diisi media tanam
seperlunya danmemiliki lubang di bagian bawah untuk mengeluarkan
kelebihan air.
 Pemeliharaan tanaman

Tanaman juga memerlukan perawatan, seperti halnya makhluk hidup


yang lain. Tanaman memerlukan perhatian dan kasih sayang. Selain
penyiraman dilakukan setiap hari juga perlu pemupukan, dan juga
pengendalian hama penyakit. Kalau di daerah pedesaan, biasanya
sampah atau kotoran hewan dimasukkan ke sebuah lubang. Kalau
lubangnya sudah penuh, sampah dibakar dan sebagai pupuk. Dengan
catatan, pupuk kotoran hewan yang akan digunakan hendaknya sudah
tidak berbau busuk. Saat ini masyarakat mulai banyak
mempertimbangkan mengkonsumsi hasil panen yang Iebih sehat cara
penanamannya, yaitu menggunakan pupuk dan pengendalian hama
alami, meskipun harga produk tersebut lebih mahal. Saran untuk
berkebun di rumah sebaiknya tidak menggunakan bahan kimia.
Ditekankan pula jangan menggunakan furadan untuk membunuh
hama yang ada di dalam tanah. Penggunaan furadan bisa mengurangi
tingkat kesuburan tanah dan juga mencemari tanaman kurang lebih
selama sebulan. Jadi, sebaiknya untuk tanaman sayuran tidak perlu
digunakan furadan.

 Pemanenan

Pemanenan sayuran biasanya dilakukan dengan sistem cabut akar


(sawi, bayam, seledri, kemangi, selada, kangkung dan sebagainya).
Apabila kita punya tanaman sendiri dan dikonsumsi sendiri akan lebih
menghemat apabila panen dilakukan dengan mengambil daunnya saja.
Dengan cara tersebut tanaman sayuran bisa bertahan lebih lama dan bisa
panen berulang-ulang.

3.3 Jenis- Jenis Vertikultur


Vertikultur sebagai salah satu sistem budidaya tanaman dapat dibedakan
menjadi beberapa macam, antara lain:

1. Vertikal

Vertikultur vertikal biasanya menggunakan penopang yang kokoh dan


berbentuk silinder yang dapat berdiri tegak pada lahan. Umumnya
vertikultur jenis ini menggunakan penopang berupa paralon atau kayu
yang diberdirikan tegak pada lahan, kemudian pada sisi penopang
tersebut ditambahkan wadah penanaman seperti gelas bekas air mineral.

2. Horizontal

Vertikultur horizontal adalah vertikultur yang disusun secara bertingkat


seperti rak atau tangga. Wadah penanaman yang digunakan dapat berupa
batang pisang, rak yang dikombinasikan dengan karung bekas, kaleng
bekas dan lain lain.

3. Gantung

Vertikultur gantung adalah vertikultur yang cara peletakkan wadah


penanamannya yaitu dengan digantung pada atap bangunan
menggunakan tali atau kawat. Wadah penanaman biasanya berupa botol
bekas, pot dan ditanami tanaman hias yang menambah nilai estetika area
tersebut. Vertikultur jenis ini sering terlihat diteras-teras rumah atau
perkantoran.

4. Susun

Vertikultur susun hampir mirip jenis vertikultur vertikal. Perbedaannya,


vertikultur susun umumnya berupa pot-pot yang disusun secara vertikal
tanpa penopang layaknya vertikultur vertikal.

3.3 Manfaat Teknik Vertikultur


Adapun untuk penerapan sistem budidaya vertikultur dimasyarakat,
memiliki beberapa manfaat. Antara lain;

1. Mewujudkan keselarasan, kesejukan, dan keindahan wilayah kota


yang dominan dengan berbagai bangunan dan fasilitas umum serta
padat pemukiman penduduk. Sehingga adanya vertikultur dapat
meningkatkan nilai estetika daerah perkotaan.
2. Mengkonservasi sumber daya alam berupa tanah, yang dapat
dilakukan dengan mengelola dan menggunakannya secara tepat
dan bijak. Sehingga tanah yang ketersediaannya minimal dapat
dimanfaatkan secara maksimal untuk kegunaan yang
berkelanjutan.
3. Mengkonservasi sumber daya alam berupa air. Tanaman yang
ditanam secara vertikultur akan lebih terkontrol secara optimal
pasokan air yang dibutuhkan, karena air yang diberikan akan
terserap seluruhnya oleh tanaman sampai mencapai kapasitas titik
jenuh didalam wadah penanaman. Sehingga lebih hemat
penggunaan air.
4. Mempengaruhi dan merombak secara mikro terhadap iklim di
wilayah perkotaan, karena jumlah tanaman yang bertambah maka
meningkatkan pasokan oksigen yang memberikan dampak
peningkatan kesejukan wilayah tersebut.
5. Memaksimalkan pemanfaatan sampah baik organik maupun non-
organik karena digunakan sebagai bahan vertikultur. Sampah
organik dapat digunakan sebagai media dan pupuk tanaman,
sedangkan sampah non-organik dapat digunakan sebagai wadah
penanaman.
6. Membantu mengurangi pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari
pada tingkat rumah tangga, sekaligus dapat memberikan peluang
sebagai penghasilan tambahan untuk keluarga.
7. Membantu ketersediaan kebutuhan pangan seperti sayur-sayuran,
buah-buahan, dan lain-lain di wilayah perkotaan, yang umumnya
bergantung dengan pasokan dari pedesaan. Sehingga dapat
menciptakan kemandirian pangan secara mikro dan meningkatkan
keterampilan masyarakat perkotaan.

3.4 Kelebihan dan Kekurangan Vertikultur

3.4.1 Kelebihan Teknik Vertkultur

 Efisiensi lahan
Apa manfaat teknologi perkembangbiakan pada tumbuhan seperti
vertikultur dan hidroponik? Dari penjelasan tentang apa itu vertikultur di
atas sudah sangat jelas bahwa metode ini ditujukan untuk memanfaatkan
lahan yang sempit. Tak hanya itu, pertanian jenis ini memungkinkan
Petani yang tak punya kebun untuk mulai membudidayakan tanaman.
Manfaat vertikultur tentunya sudah banyak dilirik pada pembudidaya
tanaman. Karena pola budidayanya yakni tanaman disusun dengan cara
bertingkat sehingga Anda tak memerlukan tanah yang luas untuk mulai
menanam.

 Mudah dipindahkan

Semua tanaman tumbuh di dalam sebuah pot atau botol bekas.


Tentunya akan tak akan mengalami kesulitan ketika
memindahkannya.Meskipun cenderung fleksibel dan mudah dipindahkan,
Anda disarankan untuk tidak terlalu sering mengubah tata letak tanaman.
Apabila terlalu sering dipindah, dikhawatirkan pertumbuhan tanaman akan
terganggu. Terlebih untuk jenis tanaman yang merambat.

 Minim gulma
Gulma merupakan tumbuhan liar yang muncul di sekitar tanaman utama.
Kemunculannya dianggap sebagai pengganggu karena mengurangi
jumlah zat hara yang seharusnya menjadi milik tanaman Anda. Gulma
lebih sering dijumpai di perkebunan biasa karena tanah yang menjadi
media tanam cukup luas. Sedangkan di vertikultur, kemungkinan
munculnya gulma jauh lebih kecil. Jadi, Anda tak perlu menyiangi rumput
atau gulma lainnya.

 Minim hama
Bercocok tanam dengan metode vertikultur juga sangat minim hama atau
hewan pengganggu. Dengan begitu, petani bisa berhemat banyak uang
karena tak perlu membeli pestisida.

 Tak perlu banyak pupuk


Vertikultur biasanya memanfaatkan barang-barang bekas yang ada di
rumah, contohnya botol dan kaleng bekas. Wadah tersebut punya ukuran
yang relatif kecil dibandingkan luas lahan kebun horizontal. Secara
otomatis, konsumsi pupuk yang diperlukan oleh tanaman juga lebih
sedikit. Lagi-lagi bisa berhemat.

3.4.2. Kekurangan Vertikultur


 Penyiraman dan pemupukan harus berkelanjutan
Hal pertama yang menjadi kekurangan dari vertikultur adalah pemberian
pupuk dan juga air harus dilakukan lebih sering. Media tanam yang
cenderung minim membuat air dan unsur hara lebih cepat berkurang dan
habis. Oleh karena itu, Petani perlu rajin-rajin memberikan siraman air
dan juga pupuk. Penyiraman sebaiknya dilakukan dua kali sehari,
terutama untuk tanaman yang terkena sinar matahari langsung.
Sedangkan pupuk bisa ditambahkan dalam kurun waktu satu minggu.
 Modal yang besar
Vertikultur dapat dipraktikkan dengan berbagai macam cara. Apabila Anda
memilih sistem rumah kaca, modal awal yang diperlukan tentunya lebih
besar dibandingkan dengan metode sederhana. Petani perlu memberi
peralatan dan juga komponen untuk instalasi vertikultur.

.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Salah satu hal yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kecukupan,


ketahanan, dan kemandirian pangan tersebut adalah melalui pemanfaatan
lahan pekarangan. Pekarangan dinilai memiliki fungsi dan manfaat yang
penting bagi setiap rumah tangga Lahan pekarangan rumah yang sempit
untuk ditanami sayuran secara vertikultur. Penggunaan bahan organik
yang ramah lingkungan Dimana pemanfaatan lahan secara vertikultur
dapat membantu Petani dalam menghasilkan sayuran yang dapat di
komsumsi sendiri.

B. SARAN
Untuk peningkatan Penerapan pemanfaatan lahan pekarangan rumah
secara vertikultur dapat dilaksanaakan secara rutin agar pengalaman
masyarakat bertambah dalam hal pemanfaatan lahan pekarangan
rumah secara vertikultur
DAFTAR PUSTAKA

Andrianyta, H., & Mardiharini, M. 2015. Sosial ekonomi pekarangan


berbasis kawasan di perdesaan dan perkotaan tiga provinsi di indonesia.
Jurnal Pengkajian Dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 18(3), 225–
236.

Dwiratna, N. P. S., Widyasanti, A., & dan Rahmah, D. M. 2016.


Pemanfaatan lahan pekarangan dengan menerapkan konsep kawasan
rumah pangan lestari. Dharmakarya: Jurnal Aplikasi Ipteks Untuk
Masyarakat, 5(1), 19–22

Rani Andriani Budi Kusumo, Yayat Sukayat, Mahra Arari Heryanto, dan
Sulistyodewi Nur Wiyono. Jurnal Budidaya Sayuran Dengan Teknik
Vertikultur Untuk Meningkatkan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Di
Perkotaan Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Padjadjaran.

Anda mungkin juga menyukai