Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

VERTIKULTURE

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK I

NAMA :

Heiddy F.P.J. Marawemay (201940018)


Nindi Palirone (202040084)
Aqsa Rifki Stefanus (201940081)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2022
DAFTAR ISI

COVER................................................................................................................................1

DAFTAR ISI ......................................................................................................................2

KATA PENGANTAR ........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................4

A. Latar Belakang.......................................................................................................4

B. Rumusan.................................................................................................................5

C. Tujuan.....................................................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................6

BAB III PEMBAHASAN...................................................................................................10

A. Pengertian Vertikulture..........................................................................................10

B. Mengetahui cara menanam dengan menggunakan teknik vertikulture..................11

C. Mengetahui kelebihan menanam dengan menggunaka teknik vertikulture...........13

BAB IV PENUTUP.............................................................................................................14

A. Kesimpulan.............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................15
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
“Vertikulture”.
Makalah ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Bioteknologi. Selanjutnya penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pengampu, yang memberikan tugas
makalah untuk memenuhi mata kuliah Bioteknologi.
Penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan laporan
ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Rabu, 02 November 2022

Kelompok I
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Permasalahan di bidang pertanian merupakan hal yang tidak ada habis-
habisnya. Sehingga hal ini menjadi factor penghambat perkembangan pertanian di
dunia khususnya di indonesa. Permaslahan yang terjadi diantaranya merupakan
masalah degradasi lahan, lahan marginal, dan kurangnya pengembangan penerapan
teknologi dalam bidang pertanian. Luas lahan pertanian cendrung berkurang setiap
tahunnya akibat adanya alih fungsi lahan. Pada tahun 2009 luas lahan berkurang 97
Ha. Hal ini dikarenakan lahan dialokasikan ke lahan non pertanian.
Di daerah perkotaan, dengan segala kesibukan yang dihadapi masyarakat di
perkotaan membuat mereka tidak sempat untuk bertani, apalagi tidak tersedia cukup
lahan alias tidak punya ruang untuk bersentuhan dengan budidaya pertanian. Belum
lagi sering kita lihat pada pemukiman yang cukup padat dan hemat lahan, bagaimana
menumbuhkan hobi dan usaha pertanian, khususnya bagi ibu rumah tangga, kaum
remaja atau para pensiunan?,saat ini berbagai cara dilakukan seiring dengan
perkembangan teknologi. Hal ini dilakukan agar tercipta suatu inovasi baru
pengembangan pertanian dengan berbagai penerapan system teknologi.
Vertikultur mungkin menjadi satu solusi. Sesuai dengan asal katanya dari
bahasa Inggris, yaitu vertical dan culture, maka vertikultur adalah cara pertanian baik
indoor maupun outdoor, karena kepemilikan lahan terbatas yang dirancang
sedemikian rupa sehingga berposisi vertikal atau bertingkat. Ini merupakan konsep
penghijauan yang diintroduksikan di perkotaan yang mulai gersang dan pengap.
Memanfaatkan sedikit lahan dalam sistem ini tidak jauh berbeda dengan menanam
pohon seperti di kebun, sawah atau dalam polibag sekalipun.
Vertikultur dapat diartikan sebagai teknik budidaya tanaman secara vertikal
sehingga penanaman dilakukan secara bertingkat. Teknik budidaya ini tidak
memerlukan lahan yang luas, bahkan dapat dilakukan pada rumah yang tidak
memiliki halaman sekalipun. Pemanfaatan teknik vertikultur ini memungkinkan untuk
berkebun dengan memanfaatkan tempat secara efisien. Secara estetika, taman
vertikultur berguna sebagai penutup pemandangan yang tidak menyenangkan atau
sebagai latar belakang yang menyuguhkan pemandangan yang indah dengan berbagai
warna.
Dalam perkembangan selanjutnya, teknik vertikultur juga dimanfaatkan untuk
bercocok tanam di pekarangan yang sempit bahkan tidak memiliki pekarangan sedikit
pun.
Bercocok tanam secara vertikultur sebenarnya tidak berbeda dengan bercocok
tanam di kebun maupun di ladang. Mungkin sekilas bercocok tanam secara vertikultur
terlihat rumit, tetapi sebenarnya sangat sederhana. Tingkat kesulitannya tergantung
dari model yang digunakan. Model yang sederhana, mudah diikuti dan dipraktekan.
Bahkan bahan-bahan yang digunakan mudah ditemukan, sehingga dapat diterapkan
oleh ibu-ibu rumah tangga.
Vertikultur tidak hanya sekadar kebun vertikal. Namun ide ini akan
merangsang seseorang untuk menciptakan khasanah biodiversitas di pekarangan yang
sempit sekalipun. Dengan struktur vertikal, akan memudahkan pengguna membuat
dan memeliharanya. Dari pernyataan di atas maka dipandang perlu untuk melakukan
pengembanagan budidaya secara vertikultur di Indonesia.

B. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut
1. Memberi pengenalan arti vertikulture
2. Mengetahui cara menananam dengan menggunakan teknik vertikulture
3. Mengetahui kelebihan menanam dengan menggunakan teknik vertikulture

C. Metode
Metode yang kami gunakan dalam menyusun makalah ini adalah dengan mencari
sumber-sumber yang ada di internet, dan juga mengambil sumber-sumber pustaka.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Vertikulture


Vertikultur bisa diartikan sebagai budi daya tanaman secara vertikal sehingga
penanamannya dilakukan dengan menggunakan sistem bertingkat. Tujuan vertikultur
adalah untuk memanfaatkan lahan yang sempit secara optimal . Sistem bertanam
secara vertikultur sekilas memang terlihat rumit, tetapi sebenarnya sangat mudah
dilakukan. Tingkat kesulitan bertanam secara vertikultur. tergantung kepada model
dan sistem tambahan yang dipergunakan. Dalam model sederhana, struktur dasar yang
digunakan mudah diikuti dan bahan pembuatannya mudah ditemukan, sehingga dapat
diterapkan di rumah-rumah. Sistem tambahan yang memerlukan keterampilan dan
pengetahuan khusus, contohnya penggunaan sistem hidroponik atau drive irrigation
(irigasi tetes) (Temmy, 2003).
Vertikultur berasal dari bahasa inggris, yaitu vertical dan culture. Secara
lengkap, dibidang budi daya tanaman, arti vertikultur adalah suatu teknik bercocok
tanam diruang sempit dengan memanfaatkan bidang vertikal sebagai tempat bercocok
tanam yang dilakukan secara bertingkat (Temmy, 2003). Marsema Kaka Mone
(2006), menjelaskan bahwa vertikultur merupakan cara bertanam yang dilakukan
dengan menempatkan media tanam dalam wadah-wadah yang disusun secara vertikal,
atau dapat dikatakan bahwa vertikultur merupakan upaya pemanfaatan ruang ke arah
vertikal. Teknik ini berawal dari ide vertical garden yang dilontarkan oleh sebuah
perusahaan benih di Swiss pada tahun 1944. Popularitas bertanam dengan dimensi
vertikal ini selanjutnya berkembang pesat dinegara Eropa yang beriklim subtropis.
Awalnya, sistem vertikultur digunakan untuk memamerkan tanaman ditanam umum,
kebun, atau didalam rumah kaca (green house).
Setelah ide vertical garden dilontarkan, pemilik rumah kaca komersial di
Guernsey ( The Cannel Islands) dan di inggris mengadaptasi teknik ini untuk
memproduksi strowberi. Bahwa taman vertikal tersebut dapat dibuat dan ditanami
jenis tanaman sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pemiliknya. Lebih lanjut
Temmy (2003), menjelaskan jenis-jenis tanaman yang dibudidayakan biasanya adalah
tanaman yang memiliki nilai ekonomi tinggi, berumur pendek atau tanaman semusim
khususnya sayuran, dan memiliki sistem perakaran yang tidak terlalu luas.
Selain dibudidayakan dengan media tanam umum, teknik ini juga berkembang
dengan mengadopsi cara pemberian hara bersamaan dengan air siraman melalui
irigasi tetes (drip irrigation) atau pengaliran secara kontinu (hidroponik). Selain itu,
dapat juga digunakan beberapa teknik penanaman terbaru seperti sistem air oponik
atau sistem vertigro. Sistem airoponik adalah pengabutan unsur hara kearah sistem
perakaran.

B. Manfaat Bertanam secara Vertikultur


vertikultur sebagai salah satu teknik bertanam memiliki beberapa manfaat baik dilihat
dari unsure seni, unsure kesehatan, maupun unsure perdagangan.
1. Unsur seni
a. Dapat memenuhi kebutuhan rohani
b. Untuk ketentraman jiwa si pemilik
c. Untuk memuaskan bathin bagi orang yang melihatnya.
d. Lebih bersifat psikologis

2. Unsur kesehatan
a. Penting untuk kebutuhan jasmani
b. Sebagai sumber vitamin dan mineral
c. Untuk memenuhi kebutuhan keluarga
d. Sebagai sumber ptotein nabati
e. Berdampak pada fungsi fisiologis tubuh
3. Unsur perdagangan
a. Hasilnya dapat diperjualbelikan
b. Bermanfaat sebagai mata pencaharian penduduk
C. Kelebihan dan Kekurangan Bertanam secara Vertikultur
Sistem bertanam secara vertikultur memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.
Kelebihannya dapat ditinjau dari segi teknis maupun ekonomis, sedangkan
kekurangannya adalah struktur awalnya membutuhkan investasi yang cukup besar dan
sistem ini rawan dari serangan penyakit. Kekurangan yang disebabkan rawannya
serangan penyakit dapat di atasi dengan teknik budidaya yang tepat. Sementara itu,
kebutuhan investasi yang cukup besar terletak dalam pembangunan struktur rumah
plastik. Namun, sistem ini dapat dimodifikasi untuk keperluan skala rumah tangga,
sehingga biayanya pun dapat disesuaikan. Contohnya, dengan menempatkannya di teras
atau pekarangan yang kondisinya sesuai dengan pertumbuhan tanaman, sehingga tidak
memerlukan struktur rumah plastik. Karena sebagian besar sistem vertikultur
dimanfaatkan dirumah-rumah, pengendalian hama penyakit tanaman harus dilakukan
dengan cara yang tidak membahayakan penghuninya. Pengendalian hama penyakit secara
terpadu dapat dimanfaatkan sebagai alternatif, yakni menggunakan pestisida alami,
sterilisasi media tanam, pengelolaan air dan sistem drainase yang tepat, serta menjaga
kelembapan disekitar tanaman.

D. Jenis Tanaman Vertikulture


Sebenarnya dengan vertikultur ini anda bisa menanam berbagai jenis tanaman
misalnya cabai, terong, mentimun, bawang merah, tomat, kemangi, sawi, bayam ,
kangkung dan berbagai jenis sayuran lainnya yang penting tanaman jenis kecil dengan
perakaran pendek. Namun ada pula jenis tanaman yang banyak ditanam menggunakan
teknik vertikulture adalah tanaman sayuran semusim seperti kangkung, sawi, bayam,
seledri, selada dan sayuran lain yang karakteristiknya hampir sama. Biasanya tanaman
sayuran seperti itu akan lebih mudah untuk dipanen karena system perakarannya tidak
terlalu kuat.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Cara Pembuatan dan Pemeliharaan Vertikultur

1. Pembuatan Wadah Tanam Vertikultur


Contoh salah satu tanam dibuat dari dua batang bambu yang masing-masing
panjangnya 120 cm, dengan pembagian 100 cm untuk wadah tanam dan 20 cm sisanya untuk
ditanam ke tanah. Pada setiap bambu akan dibuat lubang tanam sebanyak 10 buah. Bambu
dipilih yang batangnya paling besar, lalu dipotong sesuai dengan ukuran yang ditetapkan.
Semakin bagus kualitas bambu, semakin lama masa pemakaiannya. Di bagian 20 cm terdapat
ruas yang nantinya akan menjadi ruas terakhir dihitung dari atas. Semua ruas bambu kecuali
yang terakhir dibobol dengan menggunakan linggis supaya keseluruhan ruang dalam bambu
terbuka. di bagian inilah nantinya media tanam ditempatkan, untuk ruas terakhir tidak dibobol
secara keseluruhan, melainkan hanya dibuat sejumlah lubang kecil dengan paku untuk
sirkulasi air keluar wadah.
Selanjutnya dibuat lubang tanam di sepanjang bagian 100 cm dengan menggunakan
bor listrik. Dapat juga menggunakan alat lain seperti pahat untuk membuat lubang. Lubang
dibuat secara selang-seling pada keempat sisi bambu (asosiasikan permukaan bambu dengan
bidang kotak).
Pada dua sisi yang saling berhadapan terdapat masing-masing tiga lubang tanam, pada
dua sisi lainnya masing-masing dua lubang tanam, sehingga didapatkan 10 lubang tanam
secara keseluruhan. Setiap lubang berdiameter kira-kira 1,5 cm, sedangkan jarak antar lubang
dibuat 30 cm.

2. Pengadaan media tanam


Media tanam adalah tempat tumbuhnya tanaman untuk menunjang perakaran. Dari
media tanam inilah tanaman menyerap makanan berupa unsur hara melalui akarnya. Media
tanam yang digunakan adalah campuran antara tanah, pupuk kompos, dan sekam dengan
perbandingan 1:1:1. Setelah semua bahan terkumpul, dilakukan melalui air unsur hara yang
diperlukan tanaman.
Campuran media tanam kemudian dimasukkan ke dalam bambu hingga penuh. Untuk
memastikan tidak ada ruang kosong, dapat digunakan bambu kecil atau kayu layu untuk
mendorong tanah hingga ke dasar wadah (ruas terakhir). Media tanam di dalam bambu
diusahakan agar tidak terlalu padat supaya air mudah mengalir, juga supaya akar tanaman
tidak kesulitan “bernafas”, dan tidak terlalu renggang agar ada keleluasaan dalam
mempertahankan air dan menjaga kelembaban.

3. Persiapan bibit tanaman dan penanaman


Sebelum berencana membuat wadah vertikal, terlebih dahulu mempersiapkan
sejumlah bibit tanaman, ketika tanaman sudah mencapai umur siap dipindahkan, pada
dasarnya ada tiga tahap dalam proses ini, yaitu persemaian, pemindahan dan penanaman.
Seperti halnya menanam, menyemaikan benih juga memerlukan wadah dan media
tanam. Wadah bisa apa saja sepanjang dapat diisi media tanam seperlunya dan memiliki
lubang di bagian bawah untuk mengeluarkan kelebihan air. Persemaian menggunakan wadah
khusus persemaian benih yang disebut tray dengan jumlah lubang 128 buah (tray lain jumlah
dan ukuran lubangnya bervariasi). Dapat juga persemaian menggunakan sebuah pot ukuran
sedang dan sebuah bekas tempat kue. Adapun untuk media tanamnya adalah media tanam
dari produk jadi yang bersifat organik
Jika menggunakan tray, jumlah benih yang dapat disemaikan sudah terukur karena
setiap lubang diisi sebuah benih (walaupun bisa juga diisi 2 atau 3). Jika menggunakan
wadah lain maka jumlah benih yang dapat disemaikan berdempetan. Dua-tiga minggu setelah
persemaian benih sudah berkecambah dan mengeluarkan 3-4 daun. Idealnya, benih yang
sudah tumbuh daun berjumlah 4-5 helai sudah layak dipindahtanamkan.
Bibit tanaman yang dipindahkan ke wadah vertikultur sudah berumur lebih dari satu
bulan, daunnya pun sudah bertambah. Karena hanya memiliki total 20 lubang tanam dari dua
batang bambu, maka cukup leluasa untuk memilih 20 bibit terbaik. Sebelum bibit-bibit
ditanam di wadah bambu, terlebih dahulu menyiramkan air ke dalamnya hingga penuh,
ditandai dengan menetesnya air keluar dari lubang-lubang tanam. Setelah cukup, baru mulai
menanam bibit satu demi satu. Semua bagian akar dari setiap bibit harus masuk ke dalam
tanah. Setiap jenis bibit (cabe merah dan tomat) dikelompokan di wadah bambu terpisah.

4. Pemeliharaan tanaman
Tanaman juga memerlukan perawatan, seperti halnya mahluk hidup yang lain.
Tanaman memerlukan perhatian dan kasih sayang. selain penyiraman dilakukan setiap hari
juga perlu pemukunan, dan juga pengendalian hama penyakit. Sebaiknya pupuk yang
digunakan adalah pupuk organik misalnya pupuk kompos, pupuk kandang atau pupuk
bokashi. Disarankan agar sayuran buah seperti cabe, tomat tidak mudah rontok sebaiknya
menambahkan KCL satu sendok teh atau sendok makan tergantung besar kecilnya pohon.
Pemberian KCL setiap 5 sampai 6 bulan sekali. di perkotaan, pupuk kandang atau kompos
harganya menjadi mahal. Limbah dapur atau daun-daun kering bisa dimanfaatkan untuk
pembuatan pupuk bokashi. Pupuk bokashi adalah hasil fermentasi bahan organik (jerami,
sampah organik, pupuk kandang dan lain-lain) dengan teknologi EM yang dapat digunakan
sebagai pupuk organik untuk menyuburkan tanah dan meningkatkan pertumbuhan dan
produksi tanaman. Bokashi adalah hasil fermentasi bahan organik untuk menyuburkan tanah
dan meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Bokashi dapat dibuat dalam beberapa
hari dan bisa digunakan sebagai pupuk.
Kalau di daerah pedesaan, biasanya sampah atau kotoran hewan dimasukkan ke dalam
lubang. Kalau lubanganya sudah penuh sampah dibakar dan sebagai pupuk. Dengan catatan
pupuk kotoran hewan yang digunaakan hendaknya sudah tidak berbau, kerinf, dan steril.
Saat.

5. Pemanenan
Pemanenan sayuran biasanya dilakukan dengan sistem cabut akar (sawi, bayam,
seledri, kemangi, selada, kangkung, dan sebagainya). Apabila kita punya tanaman sendiri dan
dikonsumsi sendiri akan lebih menghemat apabila panen dilakukan dengan mengambil
daunnya saja. dengan cara tersebut tanaman sayuran bisa bertahan lebih lama dan bisa panen
berulang-ulang.
JENIS TANAMAN VERTIKULTUR

Jenis Tanaman yang Dapat Ditanam dengan Vertikultur


Jenis tanaman yang dapat ditanam dengan sistem ini sangat banyak, misalnya
a) tanaman sayur semusim (sawi,selada, kubis, wortel, tomat, terong, cabai dan lain-lainnya),
b) tanaman bunga seperti anggrek, mawar, melati, azalea, kembang sepatu, dll; dan
c) tanaman obat-obatan yang sekulen.
Untuk tanaman yang memerlukan banyak sinar matahari, seperti cabai, tomat, terong,
dan sawi hendaknya diletakkan di posisi bagian atas. Sedangkan tanaman ginseng, kangkung,
dan seledri bisa di bagian tengah atau bawah. Sistem vertikultur ini sangat cocok diterapkan
bagi petani atau perorangan yang mempunyai lahan sempit, namun ingin menanam tanaman
sebanyak-banyaknya. Selain tanaman sayuran, kita bisa juga menanam tanaman hias. Karena
wadah yang digunakan sebagai vertikultur kecil sehingga tanaman yang dapat di tanam dalam
vertikultur adalah hanya tanaman musiman.
B. Kelebihan Vertikultur
Kelebihan sistem pertanian vertikultur:
(1) Efisiensi penggunaan lahan karena yang ditanam jumlahnya lebih banyak dibandingkan
sistem konvensional,
(2) Penghematan pemakaian pupuk dan pestisida,
(3) Kemungkinan tumbuhnya rumput dan gulma lebih kecil,
(4) Dapat dipindahkan dengan mudah karena tanaman diletakkan dalam wadah tertentu.
(5) Mempermudah monitoring/pemeliharaan tanaman,
(6) Adanya atap plastik memberikan keuntungan (a) mencegah kerusakan karena hujan, (b)
menghemat biaya penyiraman karena atap plastik mengurangi penguapan.
C. Kekurangan Vertikultur
Namun dalam prakteknya sistem pertanian vertikultur terdapat kekurangan. Kekurangan
sistem pertanian vertikultur:
(1) Investasi awal cukup tinggi.
(2) Sistem penyiraman harus kontinyu serta memerlukan beberapa peralatan tambahan,
misalnya tangga sebagai alat bantu penyiraman, dll.
(3) memerlukan keterampilan khusus
(4) hanya bisa dikembangkan pada tanaman hortikultura
(5) rawan terhadap serangan jamur, karena kelembaban udara yang tinggi akibat tingginya
populasi tanaman adanya atap plastik.
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari hasil perencanaan pengembangan system budidaya secara


vertikultur ialah :
a. Pengembangan budidaya secara vertikultur merupakan salah satu alternative pengembanagan
pertanian di perkotaan
b. Vertikultur dapat dimanfaatkan pada lahan sempit yang tidak produktif
c. Budidaya secara vertikultur dapat menambah nilai estetika lahan pekarangan.
d. Vertikultur dapat menambah pendapatan petani
e. Vertikultur dapat meningkatkan produktifitas pertanian khususnya hortikultura.
f. Vertikultur dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan ramah lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2013.http://greenleafub.blogspot.com/2013/07/vertikultur-solusi-bertanam-
di-lahan.html
Nurfahmi.2013.http://nurfahmiakhmad96.blogspot.com/2013/08/pengertian-dan-
manfaat-vertikultur.html
Anonim. 2011.

http://nidandriani.blogspot.com/2011/06/budidaya-vertikultur-sebagai

alternatif.html

Anonim.http://hortikultura.litbang.deptan.go.id/index.phpbawaan=teknologi/
isi_teknoloi&id_menu=4&id_submenu=19&id=52.

Anda mungkin juga menyukai