Anda di halaman 1dari 15

PERSEPSI PETANI TERHADAP INOVASI BUDIDAYA DAN

PEMANFAATAN SORGUM DI KECAMATAN MARIORIWAWO


KABUPATEN SOPPENG

Disususn oleh :

AINUL YAQIN
210302005
AGRIBISNIS 4A

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PUANGRIMAGGALATUNG

SENGKANG 2023
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................

A. Latar belakang..............................................................................
B. Rumusan masalah........................................................................
C. Tujuan Praktikum..........................................................................
D. Manfaat penelitian.........................................................................

BAB II STUDI KEPUSTAKAAN.....................................................................

A. Budidaya Sorgum...............................................................................
B. Pengembangan Sorgum....................................................................
C. Respons ............................................................................................
D. Sikap..................................................................................................
E. Perilaku..............................................................................................
F. Motivasi..............................................................................................

BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................

A. Teknik Pengambilan Sampel..............................................................


B. Metode Analisis Data.........................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sorgum merupakan tanaman serealia yang umumnya tumbuh di daerah


tropis terutama Afrika dan Asia serta di daerah marjinal yang umumnya
memiliki toleransi terhadap kekeringan dan umur genjah. Berdasarkan
produktivitasnya, sorgum merupakan biji-bijian terbesar kelima di dunia
setelah gandum, beras, jagung, dan barley. Sorgum mengandung protein
kasar 8,9 – 10,48%, lemak 2,5 – 3,7%, serat kasar 1,2 – 3,01%, abu 1,2 –
6,94%, pati dan gula 61,24 – 76,6% dengan berat kering (BK) sekitar
88,94 – 93,31%. Komposisi asam amino sorgum cukup lengkap, baik
asam amino esensial maupun non esensial dan juga mengandung vitamin
penting seperti vitamin A, vitamin K, vitamin B6, vitamin B12.
Pemanfaatan sorgum sebagai bahan pangan di Indonesia masih terbatas.
Hal ini disebabkan sorgum mengandung tanin (senyawa anti gizi) yang
menimbulkan rasa “pahit/astringen” yang tidak disukai konsumen. Biji
sorgum dapat diolah menjadi tepung sebagai pengganti terigu. Volume
impor terigu cukup besar dengan harga yang terus meningkat. Rata-rata
kebutuhan terigu dari perusahaan bakery dan pastry terbesar di Indonesia
mencapai 20 ton/tahun. Sedangkan produksi mi mencapai 1.000
ton/tahun. Pembangunan di bidang tanaman pangan dan hortikultura yang
diarahkan untuk mewujudkan pertanian yang maju, efisien, dan tangguh
merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Dalam
pelaksanaan pembangunan tersebut dirancang proses transformasi
struktural sektor pertanian dengan memanfaatkan sumber daya alam,
sumber daya manusia, modal, iptek dan manajemen modern. Perubahan
struktur sektor pertanian tercermin dari perubahan tersebut. dalam proses
pengelolaan sumber daya ekonomi yang tidak lagi berorientasi hanya
pada upaya peningkatan produksi tetapi juga pada upaya peningkatan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat (Wibowo, 2000). Salah satu
yang erat kaitannya dengan sektor pertanian adalah komoditas pertanian.
Komoditas pertanian merupakan barang produksi yang dihasilkan dari
sektor pertanian. Komoditas pangan merupakan komoditas yang terus
diproduksi oleh sektor pertanian dan digunakan oleh konsumen, sehingga
perlu dilakukan pengamanan komoditas pangan. Ketahanan komoditas
pangan juga mendukung program pemerintah dalam mengatasi
kerawanan pangan. Pemerintah mengeluarkan program untuk mengatasi
masalah kerawanan pangan yaitu dengan melakukan diversifikasi pangan.
Dengan adanya program ini diharapkan masyarakat tidak hanya
mengandalkan beras namun dapat memanfaatkan bahan makanan lain
yang dapat menggantikan beras namun tetap memiliki nilai gizi yang
setara dengan beras. Diversifikasi pangan dilakukan dengan
memanfaatkan komoditas pangan yang ada seperti umbi-umbian, ubi
kayu (Manihot Esculenta), ubi jalar (Ipomea batatas L.), talas (Colosia
Esculenta (L.) Schott), dan sorgum (Sorghum bicolor L.). Selain itu, dalam
beberapa tahun terakhir pemerintah juga telah membuat program
optimalisasi lahan pertanian untuk budidaya sorgum untuk mendukung
program ketahanan pangan nasional. Sorgum merupakan komoditas
pangan yang belum banyak dibudidayakan di Indonesia karena
spesiesnya yang langka. Namun sebenarnya membudidayakan tanaman
ini tidak sulit karena secara teknis membudidayakan tanaman ini tidak
jauh berbeda dengan membudidayakan jagung. Sorgum merupakan salah
satu tanaman pangan yang berhasil dikembangkan di dunia, terutama di
negara maju seperti Amerika, sehingga memiliki nilai jual yang tinggi.
Sementara di Indonesia, sorgum sedang dalam tahap introduksi dan
pengembangan. Dengan demikian sorgum menjadi suatu inovasi untuk
dunia pertanian di Indonesia. Sorgum sebagai suatu inovasi menambah
keanekaragaman tanaman pangan yang sekaligus dapat mengurangi
impor. Sorgum dapat dibudidayakan di lahan marjinal sebagai upaya
optimalisasi lahan kritis yang kurang termanfaatkan. Hal ini dikarenakan
sifat tanaman yang secara teknis budidaya mudah, tidak membutuhkan
banyak air, dan dapat dikembangkan secara optimal hasilnya. Hal
merupakan sebuah inovasi yang sekaligus dapat memanfaatkan lahan.
Salah satu wilayah yang memiliki lahan marjinal yang berpotensial untuk
ditanami tanaman sorgum adalah Kabupaten soppeng. Selain itu di
wilayah ini terdapat banyak lahan kritis yang tidak termanfaatkan sehingga
dapat berpotensi sebagai media tanam sorgum. Budidaya sorgum di
Kabupaten soppeng sudah dilakukan sejak tahun 2011. Salah satu
Kecamatan yang menjadi pengembangan sorgum di Kabupaten Soppeng
adalah Kecamatan marioriwawo. Inovasi budidaya tanaman sorgum
disosialisasikan oleh Dinas Pertanian dan BPP kepada petani melalui
penyuluhan. Selama dua tahun budidaya sorgum berjalan dengan baik,
petani memiliki ketertarikan terhadap budidaya sorgum. Respons petani
terhadap budidaya tanaman sorgum menjadi hal penting dalam
menentukan perilaku petani sebagai pelaku utama yang akhirnya
menentukan keberlanjutan kegiatan. Respons yang beragam dari petani
nantinya akan menentukan apakah teknologi ini akan bertahan lama atau
tidak.

B. Rumusan masalah

1. Apa itu sorgum ?


2. Mengapa pemerintah mendorong masyarakat untuk budidaya
sorgum?
3. Bagaimana respon masyarakat terhadap budidaya dan
pemanfaata sorgum?

C. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan praktikum ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana respon masyarakat terhadap

budidaya dan pemanfaatan sorgum di kec.marioriwawo, kab.

soppeng.
2. Dapat melihat perbandingan pertumbuhan tanaman timun dengan

pemberian perlakuan yang berbeda setiap bedengan.

D. Manfaat penelitian

1. Menambah pengetahuan dan menyumbang pemikiran mengenai

budidaya sorgum.

2. Menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan

dengan peningkatan budidaya sorgum.


BAB II

STUDI KEPUSTAKAAN

A. Budidaya Sorgum

Keunggulan sorgum dibandingkan biji-bijian lainnya adalah ketahanannya

terhadap kekeringan. Ketahanan kekeringan ini disebabkan oleh lapisan

lilin pada batang dan daun, serta luas permukaan daun yang relatif kecil,

yang dapat mengurangi kehilangan air melalui penguapan. Keunggulan

lain dari tanaman sorgum adalah dapat dipotong beberapa kali dan

produksi pangannya dapat menyamai bahkan melebihi tanaman induknya

(Ismail dan Kodir, 1977). Sorgum dapat tumbuh pada suhu pertumbuhan

optimal, yaitu sekitar 23°30°C dan kelembaban relatif 20-40%. Di tempat-

tempat di atas 800 meter di atas permukaan laut, yang suhunya di bawah

20 °C, pertumbuhan tanaman melambat dan umurnya meningkat. Jumlah

curah hujan yang dibutuhkan selama pertumbuhan adalah 375 – 425 mm

dan distribusinya teratur. Sorgum dapat tumbuh dengan baik di hampir

semua jenis tanah. Umumnya, sorgum tumbuh subur di tanah yang

ringan. Keasaman tanah (pH) yang baik untuk budidaya sorgum adalah

antara 5,0 dan 7,5. Sorgum tidak tumbuh dengan baik di tanah alkalin.

Tanaman sorgum memiliki daya serap air tanah yang tinggi (Ismail dan

Kodir, 1977).

a. Pengolahan tanah
Pengolahan tanah untuk sorgum sebaiknya sama dengan jagung, yaitu

dibajak 1–2 kali, digaru kemudian diratakan. Pada waktu penanaman

sebaiknya tanah bersih dari tumbuhan pengganggu. Pertumbuhan

sorgum lambat pada permulsannya, sehingga tidak dapat menyaingi

tumbuhan pengganggu dengan baik sampai umur 3–4 minggu. Dengan

demikian penanaman sebaiknya segera dilakukan setelah pengerjaan

tanah terkahir selesai dilakukan. Drainase juga perlu diperhatikan dengan

pembuatan saluran-saluran pembuangan terutama pada tanah-tanah

berat (Ismail dan Kodir, 1977).

b. Jarak Tanam

Budidaya sorgum harus teratur sehingga stok 100.000 sampai 150.000

tanaman per hektar. Jarak tanam yang dianjurkan adalah 75x25 cm atau

75x20 cm, 2 tanaman per lubang. Saat menanam, 2-3 benih harus

ditanam per lubang. Penjarangan menjadi 2 tanaman per lubang

dilakukan 2 minggu setelah tanam. Kebutuhan benih per hektar adalah 8-

10 kg. Penyambungan yang diperlukan dapat dilakukan dengan biji atau

dengan penanaman bergantian tanaman yang berumur sama (Ismail dan

Kodir, 1977).

c. Pemupukan

Pupuk yang dibutuhkan tanaman sorgum adalah nitrogen yang dapat

digunakan hingga 90 kg N/ha atau 2 kW urea/ha. Pupuk fosfat penambah

hasil dapat ditambahkan hingga 45 kg P2O5 atau 1 kw TSP/ha. Pupuk

nitrogen diberikan dua kali, yaitu. H. sepertiga saat tanam bersama semua
pupuk P dan K, dua pertiga sisanya satu bulan setelah tanam. Cara

pemberian pupuk adalah dengan menariknya berjajar di sisi kiri dan kanan

barisan tanaman dengan kedalaman 7 cm dan 10 cm. Pemupukan

nitrogen kedua dilakukan dengan cara yang sama, hanya jarak dari

tanaman sekitar 15 cm, kedalaman 10 cm (Ismail dan Kodir, 1977).

Lubang di kiri dan kanan lubang benih juga bisa dipupuk, namun cara ini

membutuhkan waktu dan tenaga lebih. Penggunaan pupuk cair juga

dianjurkan, apalagi jika budidaya sorgum digunakan untuk pakan ternak.

Dalam hal ini unsur hara yang diambil tanaman dapat dikembalikan ke

dalam tanah (Ismail dan Kodir, 1977).

d. Pengairan

Sorgum merupakan tanaman yang tahan kekurangan air, namun sorgum

tetap membutuhkan air untuk hidup. Kebutuhan air tanaman ini meliputi 2-

4 kali penyiraman tergantung jenis tanahnya. Tempat-tempat yang tidak

memiliki sumber irigasi dapat membuat sumur karena air tanahnya tidak

dalam (Rismunandar dan Fraeyhoven, 1973).

e. Pemeliharaan

Menurut Rismunandari dan Fraeyhoven (1973), perlakuan sorgum terdiri

dari:

1) Penjarangan tanaman dilakukan pada tanaman yang telah

mencapai tinggi 10 cm. Pemeliharaan ini harus dilakukan karena

menanam 3-4 biji dalam setiap lubang terlalu rapat untuk tanaman

jika tidak dikontrol. Pengisian 3-4 benih per lubang per hektar
membutuhkan 6-9 kg benih, sedangkan satu kilogram benih

sorgum rata-rata terdiri dari 14.000-20.000 benih.

2) Penyiangan dan penyiangan Biasanya dilakukan dua kali, yaitu. H.

ketika tinggi rata-rata tanaman adalah 5 cm, dan setelah itu tinggi

rata-rata 30–40 cm. Tujuan penyiangan adalah untuk meratakan

tanah dan menyuburkan tanaman. Hal ini mendorong sorgum

membentuk akar baru yang muncul dari pucuk pucuk. Ini

memungkinkannya untuk meningkatkan pertumbuhannya. Masuk

akal untuk mencabut gulma karena jika tidak dilakukan dapat

mempengaruhi produksi hingga 30-40%.

3) Pengendalian sorgum OPT relatif lebih tahan terhadap hama dan

penyakit dibandingkan dengan tanaman lain. Dapat dikatakan

bahwa selama ini belum ada hama atau penyakit utama di

Indonesia yang dapat menyebabkan kerugian besar dalam

budidaya sorgum. Sorgum sering diserang oleh beberapa hama

utama tanaman jagung seperti lalat biji (Atherigona exigua) dan ulat

bulu (Prodenia litura). Pencegahan atau pemberantasan dapat

dilakukan dengan penyemprotan insektisida seperti Surcide,

Basudin, Sevi dan lain-lain sesuai dosis yang dianjurkan (Ismail

dan Kodir, 1977).

B. Pengembangan Sorgum

Pada tahun 2007-2009, penelitian sorgum merupakan bagian dari

Program Riset Insentif Terapan Departemen Riset dan Teknologi Negara.

Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki genetika tanaman yang


berkaitan dengan ketahanan asam tanah. Kajian ini sangat penting

mengingat lebih dari 99,5 juta hektar (69,1%) lahan kering di Indonesia

merupakan tanah masam (Hidayat et al. cit. Human, 2002).

C. Respons

Respons adalah hasil dari perilaku stimulus yaitu aktivitas dari orang yang

bersangkutan, tanpa memandang apakah stimulus tersebut dapat

diidentifikasikan atau tidak dapat diamati. Respon akan terkait dengan

stimulus, sehingga jika stimulusterjadi maka suatu respon akan mengikuti

(Gibson et al, 988).

D. Sikap

Menurut Triandis (1971), sikap adalah pendapat disertai perasaan yang

menentukan tindakan suatu objek. Menurut Ajzen dan Fishben (1970),

sikap adalah kecenderungan untuk menimbulkan tanggapan yang selalu

menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap suatu objek.

Kecenderungan ini merupakan hasil belajar dan bukan bawaan. Menurut

Gerungan (1978), sikap memiliki tiga komponen, yaitu:

a) Kognitif adalah sesuatu yang berhubungan dengan pikiran. Berisi

informasi, pemikiran dan keyakinan berdasarkan informasi.

b) Afektif mengacu pada dimensi emosional, yaitu dimensi yang

berkaitan dengan menyenangkan atau tidak menyenangkannya

suatu objek. c) Conativeness meliputi kemungkinan tindakan

terhadap objek. Biasanya menjelaskan apa keinginan individu

untuk bertindak dalam kaitannya dengan objek


E. Perilaku

Van den Ban dan Hawkins (2005) memprediksi perilaku dengan mengukur

sikap tentang perilaku yang sama, mengingat bahwa perubahan perilaku

biasanya mengarah pada konsekuensi yang diinginkan dan tidak

diinginkan. Untuk memprediksi perilaku, konsekuensi yang paling penting

harus diukur. Sikap baru berdasarkan pengalaman responden atau

pemikiran sistematis lebih cenderung mengarah pada perubahan perilaku

daripada sikap dangkal. Sikap petani lebih terkait dengan perilaku mereka

ketika mereka telah mencoba sendiri inovasi tersebut atau memperoleh

informasi tentangnya dari sumber yang dapat dipercaya daripada ketika

mereka mendengarkan diskusi menarik di radio. Pengamatan Umstot cit.

Ahmadi (1986) menjelaskan bahwa persepsi secara umum dapat

dipandang sebagai proses pengumpulan, pemilihan, pengorganisasian

dan penginterpretasian informasi. Prosesnya dimulai dengan menerima

informasi dari indera yang berbeda dan kemudian menganalisisnya untuk

memberikan makna. Persepsi, kemudian, adalah proses kognitif yang

dialami setiap orang ketika mereka memahami informasi di sekitar mereka

dan membentuk gambaran tentang realitas yang mereka hadapi. Persepsi

merupakan faktor penting dalam penyesuaian perilaku dan lingkungan

F. Motivasi

Motivasi adalah suatu dorongan yang timbul dari dalam diri individu untuk

melakukan sesuatu. Motivasi memotivasi seseorang untuk mencapai

tujuan yang diinginkan. Hal ini mempengaruhi tingkat keberhasilan


seseorang dalam mencapai prestasi. Dapat dikatakan bahwa seseorang

yang bermotivasi tinggi memiliki keinginan yang semakin besar untuk

melakukan sesuatu yang ingin dicapainya, sehingga dapat mengubah

perilaku seseorang untuk terus melakukan apa yang ingin dicapainya.

Weiner (1990) menyatakan bahwa motivasi adalah keadaan internal

seseorang yang merangsang, mengarahkan, dan melanggengkan

perilaku. Menurut Sudarmo (2000), motivasi adalah faktor-faktor yang ada

dalam diri seseorang yang menggerakkan dan membimbing seseorang

untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Asmawati (2002) menjelaskan

bahwa teori Maslow mengungkapkan kebutuhan motivasi yang berbeda-

beda yang terdapat dalam suatu hirarki; dan sebelum kebutuhan yang

lebih tinggi terpenuhi, kebutuhan primer harus dipenuhi terlebih dahulu.

Teori ini disajikan dalam bentuk piramida dengan kebutuhan dasar di

bagian bawah dan kebutuhan tingkat yang lebih tinggi di bagian atas.

objek orang situasi

Inform
asi dari
luar Penerimaa n dan Intepreta si dan Persepsi
induvid Penyaring Organisa
u

Informasi
yang hilang Sikap

Prilaku

perasaann
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Teknik Pengambilan Sampel

Penelitian ini menggunakan metode deskriptive dengan pendekatan


metode kualitatif dan metode kuantitatif secara survei. Penelitian
dilakukan di Desa watu toa Kecamatan Marioriwawo Kabupaen Soppeng
secara purposive. Kabupaten Soppeng juga sebagai lokasi pelaksanaan
program budidaya sorgum dari Kementrian Dirjen Sarana dan Prasarana
yang bekerjasama dengan Dinas Pertanian dan Kehutanan divisi
Tanaman Pangan Kabupaten Soppeng. Pengambilan sampel dilakukan di
Desa Watu toa secara purposive dengan asumsi bahwa di Desa tersebut
terdapat petani yang membudidayakan sorgum selama dua tahun sejak
2012. Informasi tersebut diperoleh dari Badan Penyuluhan dan Pertanian
Kecamatan marioriwawo, dan instansi terkait. Sampel petani yang diambil
sebanyak 10 responden dari 60 jumlah anggota Kelompok Tani matinulu .
Hal ini dikarenakan hanya terdapat 10 petani yang terlibat langsung dalam
budidaya dan pemanfaatan sorgum di Kelompok Tani matinulu sedangkan
50 anggota lainnya hanya memiliki lahan dan digarap oleh petani lainnya.
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode sensus sebagai obyek
penelitian.

B. Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode


pengujian, untuk tujuan yang pertama digunakan metode kualitatif.
Metode ini digunakan untuk memberikan penjelasan mendetail, rinci, dan
lengkap mengenai topik penelitian. Pengujian hipotesis yang kedua
menggunakan uji proporsi yaitu untuk mengukur tinggi rendahnya respons
petani terhadap inovasi budidaya dan pemanfaatan sorgum.
DAFTAR PUSTAKA

Irawan, Bambang, and Nana Sutrisna. "Prospek pengembangan sorgum


di Jawa Barat mendukung diversifikasi pangan." (2011).

Human, Soeranto. "Riset & Pengembangan Sorgum dan Gandum Untuk


Ketahanan Pangan." JakartaBadan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN)
(2011).

Subagio, Herman, and Muh Aqil. "Perakitan dan pengembangan varietas


unggul sorgum untuk pangan, pakan, dan bioenergi." (2014).

Anda mungkin juga menyukai