Anda di halaman 1dari 11

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI BUDIDAYA TANAMAN CABAI

DI DUSUN PERESAK DESA SEPAKEK LOMBOK TENGAH

Disusun oleh :

Nama : Marina Saputri

NIM : 18051025

Prodi : Pendidikan Biologi

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS TEKNIK DAN TERAPAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN MANDALIKA MATARAM

i
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... ii

BAB I TINJAUKAN PUSTAKA ........................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG ................................................................................................. 1


B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................ 2
C. TUJUAN ..................................................................................................................... 3

BAB II METODELOGI .......................................................................................................... 4

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................. 5

BAB IV PENUTUP ................................................................................................................. 7

A. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 8

ii
iii
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Latar Belakang
Cabai merupakan tanaman terong terongan, semusim ,berbatang perdu dan, berkayu.
Tanaman pcabai memiliki jenis akar tunggang dan akar serabut dan termasuk tanaman
dikotil(berkeping dua). Buah tanaman ini memiliki rasa pedas yang disebabkan oleh
kandungan kapsaisin. Meskipun memiliki rasa pedas buah tanaman ini banyak digemari
oleh masyarakat. Hingga saat ini telah dikenal lebih dari 12 spesies cabai, namun yang
banyak dibudidayakan petani hanya beberapa saja yaiyu cabai rawit, cabai merah,
paprika dan cabai hias. Cabai rawit sendiri terbagi lagi menjadi beberapa jenis
diantaranya adalah cabai rawit putih, cabai rawit jengki, dan cabai rawit Jemprit
(Tjahjadi, 1991)
Seiring bertambahnya jumlah penduduk, permintaan pasokan cabai dimasyarakat
kian meningkat. Dengan demikian peluang keuntungan budi daya cabai sangat
menjanjikan. Tidak hanya untuk pasar lokal tetapi juga untuk pasar ekspor (Santika,
2008). Untuk me ningkatkan hasil produksi cabai rawitnya, para petani berusaha
mengatasi kendala kendala yang dapat mengakibatkan gagal panen dengan cara
melakukan pemupukan secara teratur, melakukan pengendalian hama dan penyakit
misalnya dengan sistem kultivar. Pupuk memiliki peran yang sangat penting dalam
menunjang pertumbuhan, ataupun produktifitas tanaman. Karena dapat menyediakan zat
hara bagi tanaman lebih cepat dan dengan konsentrasi yang tinggi (Taniwiryono,
2008). akan tetapi penggunaan pupuk kimia dalam jumlah yang tinggi dan pemakaian
jangka panjang akan merusak struktur tanah. Pupuk kimia juga sering mengalami
kelangkaan sehingga harganya melonjak tinggi.
Dalam penggunaan pupuk petani harus mengetahui dosi yang dibutuhkan tanaman
secara pasti. pemupukan juga harus dilakukan dengan pupuk yang tepat sesuai dengasn
unsur hara yang dibutuhkan tanaman. karena pemberian pupuk yang tidak sesuai dengan
kebutuhan tanaman dan tidak dengan dosis yang tepat terutama pemakaian pupuk buatan
akan merusak sifat fisik, kimia dan biologi tanah, bahkan dapat menyebabkan tanaman
yang diberi pupuk mati.

1
Salah satu kendaka dalam budidaya cabai adalah adanya gangguan penyakit yang
menyerang mulai dari tanaman disemai sampai tanaman menghasilkan, gangguan
penyakit pada tanaman cabai sangat banyak jenisnya dan yang paling sering ditemui
adalah penyakit keriting, busuk buah dan antraknosa. Penyakit penyakit tersebut
disebabkan oleh kondisi cuaca yang tidak menentu dan dapat menyebabkan kerugian
yang cukup besar (Duriad & Muhram, 2003)
Berdasarkan pertumbuhan akarnya cabai memiliki sistem perakaran tunggang
dengan pertumbuhan akar menyamping yang disebut akar. serabut akar serabut pada
tanama cabai dapat menembus tanah sampai kedalama 50 dan perkembangan kesamping
selebar 45 cm (Setiadi, 2006). Batang tanaman cabai tumbuh tegak dengan diameter
batang sekitar 2cm, berwarna hijau kecoklat coklatan dengan cabang menyebar. Pada
batang utama dan cabang juga terdapat daun daun dimana pada tangkai daun terdapat
ketiak daun yang ditumbuhi tunas tunas, tunas tunas tersebut sering disebut dengan
istilah tunas air. Tunas air yang terdapat pada batang utama sampai pada bunga pertama
muncul diantara percabangan primer sebaiknya dibuang agas mempercepat pertumbuhan
tanaman serta pembentukan cabang primer lebih optimal. Cabang primer tersebut
dipelihara dan tidak dipotong sampai pada cabang primer tumbuh cabang cabang
sekunder yang nantinya akan menghasilkan bunga (Prajanata, Agribisnis Cabai Hibrida,
2008).
Pertumbuhan panjang primer dan sekunder ini disebabkan oleh kuncup daun yang
terus tumbuh dan pertumbuhan ini disebut simpodial(prajnata 2007). Dan cabang cabang
sekunder yang dihasilkan oleh cabang primer juga akan membentuk cabang baru yang
disebut cabang tersier yang kemudian berlanjut dengan keluarnya bunga.

B. Rumusan Masalah
Dari sekian banyaknya permaslahan yang saya dengar dan terima dari masyarakat
yang terjadi di lingkungan masyarakat desa Sepakek akibat kecanduan game online atau
gadged, maka saya memfokuskan laporan ini pada tema meningkatkan kegitan
masyarakat dalam melakukan budidaya cabai, sehingga kurangnya pengangguran yang
terjadi akibat game online di desa sepakek dengan melakukan segala jenis kegiatan

2
berbentuk pembibitan dan bimbingan belajar agar anak-anak dan remaja desa Sepakek
memiliki kegiatan sehingga menyampingkan game online.
Tetapi ada juga beberapa masalah yang dihadapi para pembudidaya cabai adalah
masalah pupuk yang tidak tersedia sesuai dengan kebutuhan pembudidaya atau
masyarakat. Sering terjadi kelangkaan pupuk karena pupuk subsidi hilang di pasaran,
sehingga petani sulit untuk mempertahankan produksinya.

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
Agar masyarakat lebih memanfaatkan waktu luang untuk produktif karena cabai
merupakan sayuran buah yang banyak digunakan masyarakat, bahkan seluruh
masyarakat sebagai penambah rasa nikmat pada setiap masakan. Meskipun cabai
memiliki rasa pedas tetapi tetap disukai banyak orang. Sehingga harga cabai melonjak
tinggi seiring dengan pertumbuhan masyarakat, dengan demikian budidaya cabai
memiliki potensi memperoleh keuntungan yang besar apabila dilakukan dengan teknik
yang benar.

3
BAB II
METODELOGI

Tahap awal dilakukan analisis situasi yang dihadapi masyarakat khususnya petani
dilakukan melalui transformasi ilmu dan teknologi (IPTEK). Pelaksanaan dilakukan melalui
metode penyuluhan, pelatihan dan demontrasi budidaya tanaman cabai merah dalam
polybag. Metode kegiatan yang dilakukan dalam pemberdayaan kelompok sasaran adalah
dengan metode partisipasif dan aksi yang melibatkan remaja-remaja dusun peresak desa
sepakek.

Langkah-langkah kegiatan

1. Pencampuran tanah dengan sekam bakar


2. Pembuatan media tanam
3. Pemotongan media tanam
4. Pelubangan media tanam
5. Penyemaian
6. Penutupan dengan sekam bakar
7. Penyiraman dua kali sehari pagi dan sore

4
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemilihan program pemberdayaan masyarakat Dusun Peresak Desa Sepakek melalui


pelatihan budidaya tanaman cabai dilakukan setalah adanya analisis terhadap situasi yang
dihadapi oleh masya rakat. Tanaman cabai dipilih karena dapat tumbuh disegala kondisi dan
wilayah, selain itu peluang pasar yang dihasilkan dari budidaya tanaman cabai juga besar
dan luas.

Untuk dapat menghasilkan cabai yang dapat memenuhi kebutuhan pasar, maka untuk
itu diperlukan budidaya cabai yang mengedepankan keamanan dengan mengurangi
penggunaan pupuk dan pestisida kimia untuk beralih ke pupuk kandang/kompos dan
pestisida organik, hal ini juga dipilih karena dapat mengurangi biaya produksi.

Dari hasil kegiatan KKN-T selama 2 bulan ini, dalam melaksanakan pogram
pemberdayaan masyarakat dengan budidaya tanaman cabai peretamanya dilakukan dengan
adanya proses penyuluhan. Kegiatan penyuluhan dilakukan untuk memeberikan informasi
kepada masyarakat tentang buduidaya tanaman cabai merah secara umum. Saat ini sudah
jarang warga masyarajat yang memiliki lahan pekarangan yang luas untuk melakukan
kegiatan bercocok tanam. Oleh karena itu, agar tetap dapat melakukan kegiatan bercocok
tanam, penggunaan polybag dapat menjadi alternatif yang tepat.

5
Penanaman dilakukan dengan memasukan media taman kedalam polybag, namun
jangan sampai memenuhi polybag, kemudian masukan bibit cabai yang telah siap untuk
ditanam, setelah itu tutup lagi dengan media tanam, dan kemudian siram menggunakan air
secukupnya.

Untuk perawatan tanaman cabai dalam polybag dapat dilakukan dengan menyiram
tanaman pada pagi dan sore hari, proses penyiraman ini tidak boleh dilewatkan dan harus
secara rutin dilakaukan, karena tanaman cabai sangat membutuhkan air dalam proses
pertumbuhannya. Selain itu tanaman cabai juga memerlukan pencahayaan matahari yang
cukup untuk pertumbuhannya. Dalam proses perwatan tanaman cabai juga harus dilakukan
proses penyiangan gulma agar tanaman cabai dapat secara maksimal mendapatkan unsur
hara yang ada didalam media tanam, penyiangan dapat dilakukan secara manual dengan
menggunakan tangan.

6
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bertambahnya pengetahuan dan pemahaman serta keterampilan masyarakat Dusun
Peresak Desa Sepakek mengenai budidaya tanaman cabe di lingkungan rumah. Masyarakat
Dusun Peresak Desa Sepakek menjadi lebih produktif khususnya di bidang pertanian skala
kecil.
Dengan menerapkan teknik tanam yang sama, masyarakat diharapkan dapat melakukan
budidaya di lingkungan rumah dengan jenis tanaman yang lain seperti obat herbal atau
sayuran.

7
DAFTAR PUSTAKA

Fatmawati. U. 2009. Potensi Kotoran Sapi. Http//www.wordpress.org. Diakses Tanggal 8


Juli 2012.
Prayudi, B. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Cabai merah (Capsicum annum L.).
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian,
Jawa Tengah.

Setiadi. 2005. Bertanam Cabai merah. Penebar Swadaya. Bogor. 183 hal.

Purwo, 2007. Petunjuk pemupukan. Agromedia Pustaka. Jakarta. Hal 24 – 29.

Anda mungkin juga menyukai