Anda di halaman 1dari 27

LKTI HIPA COMPETITION IAIN KUDUS 2019

WORKSHOP CAM-TIS (CAMILAN TAHU ISI INDONESIAN SAUERKRAUT)


DENGAN TAMBAHAN CAPSICUM ANNUM SEBAGAI SOLUSI MASALAH
PENCERNAAN DI PONDOK PESANTREN DARUL HUSNA, DESA
PAKINTELAN, KECAMATAN GUNUNGPATI, KOTA SEMARANG

(LINGKUNGAN DAN KESEHATAN)

Disusun oleh :

M. Fakih Ma’arif/6511418004/2018

Puji Nofiyanto/5202418017/2018

M. Syamsuddin N. I./5202418003/2018

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

TAHUN 2019
LKTI HIPA COMPETITION IAIN KUDUS 2019

WORKSHOP CAM-TIS (CAMILAN TAHU ISI INDONESIAN SAUERKRAUT)


DENGAN TAMBAHAN CAPSICUM ANNUM SEBAGAI SOLUSI MASALAH
PENCERNAAN DI PONDOK PESANTREN DARUL HUSNA, DESA
PAKINTELAN, KECAMATAN GUNUNGPATI, KOTA SEMARANG
(LINGKUNGAN DAN KESEHATAN)

Disusun oleh :
M. Fakih Ma’arif/6511418004/2018
Puji Nofiyanto/5202418017/2018
M. Syamsuddin N. I./5202418003/2018

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


TAHUN 2019

i
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, dan hidayah-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah
“Workshop CAM-TIS (Camilan Tahu Isi Indonesian Sauerkraut) dengan tambahan
Capsicum Annum Sebagai Solusi Masalah Pencernaan di Pondok Pesantren Darul
Husna, Desa Pakintelan, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang”.
Karya ini diajukan untuk mengikuti “Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional
Phector 1.0 Universitas Jenderal Soedirman”. Dalam penulisan karya tulis ini
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu
dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Dalam penulisan karya tulis ini, penulis
menyadari masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharap kritik serta saran dari pembaca agar karya tulis ilmiah ini menjadi lebih
baik dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Semarang, 25 September 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ I
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ........................................ II
KATA PENGANTAR .......................................................................................... III
DAFTAR ISI ......................................................................................................... IV
BAB I
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 LATAR BELAKANG .............................................................................. 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ......................................................................... 2
1.3 TUJUAN .................................................................................................. 2
1.4 MANFAAT .............................................................................................. 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 4
2.1 LANDASAN TEORITIS ......................................................................... 4
2.2 LANDASAN KONSEPTUAL ................................................................. 4
BAB III
METODE PENULISAN ......................................................................................... 6
3.1 SUMBER DATA ..................................................................................... 6
3.2 TEKNIK PENGUMPULAN DATA ........................................................ 6
BAB IV
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 8
4.1 CAMILAN TAHU ISI INDONESIAN SAUERKAUT (CAM-TIS) ......... 8
4.2 Workshop CAM-TIS ................................................................................ 9
4.3 Alur Kerangka Berpikir .......................................................................... 10
4.4 Pelaksanaan Workshop CAM-TIS ......................................................... 10
BAB V
PENUTUP ............................................................................................................. 13
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 13
5.2 Saran ....................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14
LAMPIRAN .......................................................................................................... 15

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sayuran merupakan bahan pangan yang baik, karena banyak mengandung
vitamin dan mineral. Ada berbagai jenis sayuran yang tumbuh di Indonesia,
diantaranya bayam, kangkung, wortel, tomat, dan kubis. Kol atau kubis (Brassica
oleraceae) merupakan salah satu sayuran yang banyak mengandung vitamin,
karbohidrat, protein, dan mineral. Kol banyak ditanam di Indonesia, terutama di
daerah Aceh. Dalam kondisi hari diterangi matahari panjang seperti yang
ditemukan di garis lintang utara di musim panas, kubis dapat tumbuh jauh lebih
besar. Beberapa rekor dibahas pada akhir bagian sejarah.
Kol atau kubis memiliki kandungan air yang cukup tinggi, sehingga memiliki
sifat mudah rusak dan tidak tahan lama. Hal ini tentu menjadi masalah yang sangat
berarti, mengingat produksi kol yang melimpah sedangkan konsumsi kol masih
minim. Kol yang tidak segera diolah akan cepat layu, sehingga kandungan gizinya.
Menyimpan kol dalam kulkas dapat menjadi solusi, akan tetapi sayuran yang
disimpan dalam kulkas akan tercemar oleh gas freon dari kulkas tersebut sehingga
dapat merusak kandungan gizinya.
Untuk mengatasi hal tersebut, kol dapat diawetkan melalui proses fermentasi
menjadi Sauerkraut. Sauerkraut adalah sayuran fermentasi yang terbuat dari kubis
yang diiris halus, dan pada proses pembuatannya menggunakan bakteri
Lactobacillus, Pediococcus dan Leuconostoc. Dalam 100 gram Sauerkraut terdapat
beberapa kandungan gizi yaitu, Kalium 170 miligram, Kolestero l0 miligram,
Natrium 661 miligram, Lemak tak jenuh ganda 0.1 gram, Kalori 18 gram,
Karbohidrat 4.3 gram (serat pangan 2.9, Gula 1.8), Protein 0.9 gram, Vitamin A 18
IU, vitamin C 14.7 miligram, Magnesium 13 miligram, Kalsium 30 miligram,
Vitamin B6 0.1 miligram. Selain itu, kandungan gizi cabai seperti Vitamin C,
Vitamin B, Vitamin K dan Vitamin A, serta mengandung minyak atsiri capsaicin
sehingga menimbulkan rasa pedas yang menjadi selera masakan Indonesia.
Kandungan serat, vitamin, serta asam laktat berfungsi untuk menyeimbangkan
sistem pencernaan, serta memenuhi kebutuhan vitamin dan energi sehingga

1
meningkatkan ketersediaan nutrisi jauh lebih bergizi dibandingkan dengan kubis
biasa.
Dengan keunggulan kandungan gizi tersebut penulis berusaha memanfaatkan
kubis sebagai solusi kesehatan pencernaan. Penambahan Starter Lactobacillus
Plantarum selain menghasilkan asam laktat juga biasa digunakan pada fermentasi
sayur dan buah (Primurdia dan Kusnadi, 2014). Selain itu, bakteri ini dapat
mereduksi Kolesterol (LDL) dalam usus, serta mendukung antioksidan dalam
tubuh. Perbandingan rasio 80% kubis + 20% cabai+bahan lainnya (garam 2.25%).

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana cara memaksimalkan pemanfaatan kol atau kubis yang
melimpah
1.2.2 Bagaimana mengatasi masalah pencernaan yang terjadi di Pesantren Darul
Husna

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk memaksimalkan pemanfaatan kol atau kubis yang melimpah


1.3.2 Untuk mengetahui masalah pencernaan yang terjadi Pesantren Darul Husna
1.3.3 Untuk Kegiatan Keterampilan melalui Workshop CAM-TIS bagi kesehatan
pencernaan santri Pesantren Darul Husna
1.3.4 Untuk memberikan pengetahuan tentang makanan sehat dan solusi masalah
pencernaan

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat menambah wawasan santri Pesantren Darul Husna dan
dijadikan sebagai acuan serta pedoman bagi peneliti dimasa yang akan datang. Serta
mendorong peserta dapat berinovasi dan kreasi makanan untuk kesehatan.
1.4.2 Manfaat Praktis

2
Diharapkan dengan adanya Workshop CAM-TIS ini, hasil akhir penilaian
terhadap manfaat dan wawasan serta kegiatan santri Pesantren Darul Husna dapat
digunakan sebagai salah satu alat untuk menetapkan strategi, mengambil keputusan
dan kebijakan yang akan datang.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teoritis
Konstipasi merupakan sebuah gejala gangguan pada pencernaan manusia. Hal
ini dapat terjadi akibat kurangnya Gerakan peristaltik pada usus besar sehingga
memicu tidak teraturnya buang air besar dan timbul perasaan tidak nyaman pada
perut (Akmal, et.al,2010).Istilah lainnya adalah sembelit, yaitu dimana fases (tinja)
susah untuk dikelarkan , rasa buang air besar tidak dapat tuntas (rasa ingin BAB
tinggi, akan tetapi tidak dapat mengeluarkannya), ataupun jarang buang air besar
(BAB).
Pencernaan diakhiri dengan proses pengeluaran feses. Sisa-sisa makanan
tersebuat sama sekali tidak dapat dimanfaatkan ataupun dicerna lagi oleh saluran
pencernaan tubuh, lalu akan dimasukkan ke dalam usus besar (colon) sebagai massa
yang tidak padat serta basah. Dalam fase ini, kelebihan air dalam sisa-sisa makanan
tersebut diserap kembali oleh tubuh. Kemudian menuju rectum . dan proses terakhir
yaitu mengeluarkannya. Pada fases secara normal, terjadi sekali atau dua kali setiap
24 jam. (Akmal:2004).
Adapun salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi konstipasi adalah
dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak kandungan. Makanan
yang paling banyak mengandung serat adalah sayuran. Adapun sayur- sayuran
dimanfaatkan untuk bahan camilan misalnya yang berbentuk buah seperti tomat,
terung, dan labu; biji seperti kecipir, kacang panjang, kelapa, dan kentang; umbi
seperti wortel, bawang, dan bit; tunas (asparagus), bunga (kubis), dan daun seperti
petai, kangkung, bayam, dan lain-lain (Anonim, 2011).

2.2 Landasan Konseptual


Kubis (Brassica oleracea)adalah satu jenis tanaman yang sudah sangat lama
dikenal dan digunakan manusia untuk berbagai keperluan, serta sebagai bahan
utama yang digunakan dalam pembuatan tahu isi. Akan tetapi, kubis sulit untuk
disimpan dalam jangka waktu yang lama. Itu karena kubis memiliki kandungan air
yang cukup banyak, sehingga cepat layu jika didiamkan. Untuk mengatasi hal

4
tersebut, kubis dapat diawetkan melalui proses fermentasi menjadi Sauerkraut.
Sauerkraut adalah sayuran fermentasi yang terbuat dari kubis yang diiris halus, dan
pada proses pembuatannya menggunakan bakteri Lactobacillus, Pediococcus dan
Leuconostoc.
Lactibacillus plantarum adalah spesies penghasil asam tinggi dan sama- sama
dengan suatu spesies yang kurang popular, Pediococcus cerevisiae, memegang
sustu peranan yang utama pada fermentasi sayur-sayuran, khususnya fermentasi
pada larutan garam. Sauerkraut dengan cita rasa Indonesia atau Indonesian
Sauerkraut membutuhkan tambahan bahan yang memberikan warna ataupun, rasa
pedas dan tampilan cantik serta kandungan vitamin C, oleh karenanya dipilihlah
cabai (Capsicum Annum).
Lactobacillus bervis penting untuk membentuk karakter khusus pada sayuran
terfermentasi yang dikarakterisasi oleh kemampuannya untuk memfermentasi gula
pentosa. Hal yang menguntungkan dari pertumbuhan Leuconostoc mesenteroides
secara dini adalah kontribusinya untuk menurunkan pH dengan cepat sehingga
menghambat pertumbuhan mikroba yang tidak diinginkan dan aktifitas enzim serta
menghasilkan karbon dioksida untuk membuat kondisi anaerobik dan menciptakan
kondisi lingkunagn yang ideal untuk kelanjutan fermentasi untuk spesies-spesies
bakteri asam laktat lainnya.
Mikroba probiotik dapat menghambat organisme patogenik dengan
berkompetisi untuk mendapatkan sejumlah terbatas substrat pada makanan untuk
difermentasi (Budiansyah,2004). Sejumlah peneliti, juga mengungkapkan dampak
positif bagi kesehatan dari saeurkraut yaitu (1) meningkatkan ketahanan terhadap
penyakit infeksi terutama infeksi usus dan diare, (2) menurunkan tekanan darah/
antihipertensi, (3) menurunkan konsentrasi kolesterol serum darah, (4) mengurangi
resiko lactose intolerance, (5) mempengaruhi respon imun, (6) memudahkan/
memperlancar proses pencernaan (Kusumawati, 2002). Banyaknya manfaat yang
terdapat dalam sauerkraut menjadi alasan kami untuk memilih sauerkraut sebagai
bahan utama dalam pembuatan camilan tahu isi Indonesian sauerkraut.

5
BAB III
METODE PENULISAN
3.1 Sumber Data
3.1.1 Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara
langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer secara
khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian. Data
primer dapat berupa kuesioner secara individual atau kelompok, hasil observasi
terhadap suatu produk (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian.
3.1.2 Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak
lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah
tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak
dipublikasikan (Indriantoro dan Supomo, 1999: 146-147).

3.2 Teknik Pengumpulan Data


3.2.1 Observasi
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis
mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan
pencatatan (Soemitro, 1985 dalam Subagyo, 2004: 63). Observasi sebagai alat
pengumpul data dapat dilakukan secara spontan dapat pula dengan daftar isian yang
telah disiapkan sebelumnya. Peneliti di sini melakukan observasi secara non
partisipatif, yaitu peneliti tidak melibatkan diri dalam aktivitas objek yang diteliti,
pengamatan dilakukan secara sepintas pada saat tertentu (Subagyo, 2004: 66).
3.2.2 Kuesioner Hedonis
Kuesioner Hedonis digunakan sebagai teknik pengumpulan data, apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang
harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden
yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil (Sugiyono, 2005:

6
130). Metode wawancara dan kuisioner digunakan untuk mengumpulkan data
primer.
3.2.3 Dokumentasi
Metode penelitian yang umumnya menggunakan data sekunder adalah
penelitian arsip atau metode dokumentasi. Data dokumenter adalah jenis data
penelitian yang antara lain berupa: Kuisioner, survey,ataupun wawancara
(Arikunto:2010).

7
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Camilan Tahu Isi Indonesian Sauerkaut (CAM-TIS)
Kandungan serat sayuran lebih banyak dibandingkan dengan buah- buahan,
kandungan serat sayuran 2-3/100. Komposisi kubis atau kol per 100 gram, yaitu
27,70 untuk serat tidak larut, 2,55 untuk serat larut, serta 30,25 untuk total seratnya.
Tahu isi dengan isian Indonesian Saeurkraut tidak hanya diambil manfaat dari
seratnya namun juga dari kandungan posbiotik dari bekteri bermanfaatnya.
4.1.1 Alat Bahan yang Digunakan
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan CAM-TIS, yaitu tahu lokal
GunungPati. Adapun produk makanan yang diberikan adalah hasil kajian produk
yang dilakukan oleh Tim LKTIN PHECTOR 1.0 melalui pengabdian dan penelitian
yang diterapkan di Masyarakat.
Adapun alat yang digunakan sebagai berikut:
1. Kol atau kubis daun, yaitu sayuran yang paling umum unyuk diolah menjadi
sauerkraut, karena jenis sayuran ini banyak ditanam di Indonesia.
2. Wortel, merupakan sayuran yang dapat diolah untuk sauerkraut. Wortel
memiliki kandungan vitamin A yang cukup tinggi.
3. Garam, digunakan sebagai salah satu metoda untuk pengawetan sayuran
dalam pembuatan sauerkraut.
4. Cabai merah, digunakan sebagai penambah rasa pada sauerkraut, serta
untuk tampilan.
Adapun bahan yang digunakan sebagai berikut:
1. Toples, yakni toples yang memiliki penutup digunakan sebgai wadah untuk
pembuatan Sauerkraut.
2. Pisau, digunakan sebagai alat untuk memotong sayuran pada pembuatan
Sauerkraut.
3. Talenan, digunakan sebagai alas pada saat memotong sayuran pada
pembuatan Sauerkraut.

8
4.2 Workshop CAM-TIS
Kegiatan yang dilakukan adalah melalui diskusi dan pemaparan materi yang
dilakukan peserta dan juga tim untuk memberi pemahaman para santri sebelum
kegiatan pembuatan CAM-TIS dilaksanakan. Hal ini diberikan sebagai teori dan
praktik. Materi meliputi (1) Pengetahuan tentang Sauerkraut (2) proses pembuatan
dan pengembangan sauerkraut dengan tambahan Capsicum Annum (3) pengetahuan
tentang camilan tahu isi (4) Sanitasi dan keamanan produk CAM-TIS.
Adapun fermentasi sayuran seperti sawi asin (Indonesian sauerkraut) dan pikel
merupakan hasil dari proses fermentasi tersebut, berlangsung secara selektif dan
spontan. Pembuatannya cukup mudah sehingga banyak dilakukan secara
tradisional. Fermentasi spontan adalah fermentasi yang terjadi tanpa penambahan
mikroba dari luar (starter), mikroba yang tumbuh terdapat secara alami pada
medium (yang dalam hal ini tentu sebagai mediumnya adalah sayuran) dan medium
tersebut dikondisikan sehingga mikroba tertentu yang melakukan fermentasinya
yang dapat tumbuh dengan baik. Walau awalnya terjadi secara tidak disengaja,
fermentasi sayuran dapat mengawetkan sayuran tersebut dan menghasilkan produk
dengan aroma dan cita rasa yang khas.
Proses pembuatannya yaitu, sayuran direndam dalam larutan garam berkadar
5-15% atau diberi garam secara kering sebanyak 2,5% berat sayuran. Larutan
garam tersebut menyebabkan hanya bakteri asam laktat yang dapat tumbuh.
Adanya garam menjadikan air dan zat gizi seperti gula tertarik keluar secara
osmosis dari sel-sel sayuran. Gula-gula dalam cairan tersebut merupakan makanan
bagi bakteri asam laktat, yang selanjutnya diubah menjadi asam laktat. Asam laktat
inilah yang berfungsi sebagai pengawet produk tersebut. Kondisi yang anaerobik
mutlak diperlukan agar fermentasi berjalan dengan baik, setelah terfermentasi,
Sauerkraut siap untuk digunakan sebagai isian tahu isi (CAMTIS).

9
4.3 Alur Kerangka Berpikir

WORKSHOP CAM-TIS

Pra Workshop Pelatihan Pembuatan Post


Workshop

Pentingnya Pengetahuan Kesehatan Pencernaan bagi Santri

Pembuatan Data
Pemaparan
CAM- Kuesioner
Materi
TIS

4.4 Pelaksanaan Workshop CAM-TIS


4.4.1 Peserta Workshop CAM-TIS
Penelitian dan pengabdian Workshop CAM-TIS dilaksanakan di Pondok
Pesantren Darul Husna, Desa Pakintelan. Dengan Profil para santri adalah siswa di
sekolah SMP dan SMA Islam Terpadu Dar El Husna, yang berusia dari 11-19
tahun. Yang terdiri dari, 230 Santri, dengan rincian 140 santri putra dan 90 santri
putri. Untuk peserta yang mengikuti serangkaian Workshop CAM-TIS adalah
sejumlah 60 santri yang juga merupakan pengurus, dengan rincian 48 santri putra
dan 12 santri putri yang bertanggung jawab untuk menyiapkan perlengkapan dan
juga pengkodisian dapur.
4.4.2 Tempat Pelaksanaan
Workshop CAM-TIS dilaksanakan di pondok Pesantren Darul Husna , desa
Pakintelan RT.001/001 Kecamatan Gunungpati , Kota Semarang 50229. Dengan
luas Luas bangunan asrama Al Mubarrak 60 m2, dengan luas Aula 20x10, dan 2
dapur yang terpisah di belakang bangunan.

10
4.4.3 Waktu Pelaksanaan
Implementasi dari Penelitian dan Pengabdian Workshop CAM-TIS,
dilaksanakan dengan serangkaian kegiatan pada:
a. Pra Workshop CAM-TIS
Observasi di Pesantren darul husna, serta persiapan dengan konsultasi
terhadap dosen pembimbing (Mursid Tri Susilo, S.Gz,. M.Gizi).
 Hari, Taggal : Senin, 19 Agustus 2019
 Waktu : 09.00-selesai
 Tempat : Ruang pertemuan/Griya Dalam Pengasuh Pondok
Pesantren Darul Husna
b. Pelaksanaan
Waktu yang digunakan untuk Workshop CAM-TIS, adalah dua hari.
Dengan perincian hari pertama untuk pemaparan materi dan penjelasan
maksud kedatangan mahasiswa Unnes untuk mengadakan Workshop CAM-
TIS. Untuk hari pertama diadakan dialog dengan pengasuh dan ketua
asrama, Outbond dan Games yang dibawakan oleh Tim kami. Yang
diadakan pada:
 Hari, Tanggal : Sabtu-Minggu, 24-25 Agustus 2019
 Pukul : 08:00- Selesai
 Tempat : Aula Pondok Pesantren, Dapur, dan Halaman
Asrama Al-Mubarrak Darul Husna

c. Kegiatan Evaluasi Pasca Workshop CAM-TIS


Evaluasi kami adakan dua kali, yaitu saat akhir acara pada 25 Agustus
2019, dan Evaluasi Internal (Tim) pada Senin, 26 Agustus 2019. Bertempat
di Selasar Gedung F3-Jurusan IKM Universitas Negeri Semarang, Bersama
dosen pembimbing. Beberapa hal yang dapat kami evaluasi, yaitu
Persiapan, saat Workshop CAM-TIS berlangsung, Partisipasi Peserta, Hasil
Kuesioner peserta, dan Pasca Workshop CAMTIS.

11
4.4.4 Hasil Kuesioner
Berdasarkan hasil kegiatan berupa pertanyaan dalam kuesioner, untuk
Santri peserta Workshop CAM-TIS. Dari setiap pertanyaan dan makna memiliki
nilai., nilai tersebut yaitu untuk jawaban SS (sangat setuju) diberi nilai 6, S (setuju)
diberi nilai , cukup setuju diberi nilai 4, CTS (cukup tidak setuju) diberi nilai 3, TS
(tidak setuju diberi niali 2, sert STJ (sangat tidak setuju) dibari nilai 1.
Pernyataan yang didapat dan dirasakan oleh santri pondok pesantren Darul
Husna adalah banyak santri memiliki antusiasme yang tinggi dan kritis dalam
menanggapi diskusi, dibuktikan dengan aktifnya seluruh peserta mengkuti kegiatan
dari awal hingga akhir acara.
Dari hasil kuesioner peserta Workshop CAM-TIS yang berisikan pertanyaan
tentang poin-poin kegiatan Workshop CAM-TIS, akan kualitas dan kuantitas. Dan
hasil kuesioner memberikan hasil bahwa Produk CAM-TIS diterima sebagai
makanan camilan dan sekaligus sebagai solusi dan kegiatan positif santri Pesantren
Darul Husna. Serta Workshop CAM-TIS dinilai sangat baik dan sesuai dengan
target tim LKTIN Phector 1.0 Unsoed Purwokerto.

12
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pelatihan CAM-TIS dapat menjadi kegiatan positif santriwan dan
santriwari pondok pesantren Darul Husna, kelurahan Pakintelan, dan memberikan
solusi untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak serat, terutama
sayuran, serta dapat disimpulkan bahwa:
1. Adanya produk CAM-TIS memberikan rangsangan untuk santri mengenal
berbagai macam produk fermentasi dan juga manfaatnya, serta
mengaplikasikannya dalam hidangan atau camilan sehari-hari.
2. CAM-TIS mengandung banyak serat, vitamin dan mineral, serta zat
lainnya, seperti lemak, dan seterusnya. Yang dapat memberikan Supply
serat dan zat nutrisi lainnya yang peting bagi pencernaan tubuh.
3. Kegiatan ini adalah bagian dari penelitian tentang penerapan ide dan
kreatifitas tim LKTI PHECTOR 1.0 Unsoed Purwokerto, serta bentuk
pengabdian kepada masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan system
pencernaan (Dygestive System).
Dapat disimpulkan Workshop CAM-TIS dapat menjadi kegiatan positif
santriwan dan santriwari pondok pesantren Darul Husna, kelurahan Pakintelan, dan
memberikan solusi untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak serat,
terutama sayuran.

5.2 Saran
Untuk penelitian selanjutnya, dianjurkan mengukur pH atau derajat keasaman
menggunakan pH meter dan mengukur jumlah bakteri asam laktat (BAL) sebelum
digoreng atau dimasak. Perlu melibatkan lebih banyak responden ataupun tim
memasak di dapur umum Pondok Pesantren Darul Husna. Dikarenakan dari
keseluruhan yang terlibat dalam Workshop CAM-TIS kurang lebih 30% jumlah
santri Pesantren Darul Husna.

13
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,Suharsimi.(2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta
: Rineka Cipta.
Hidayat, N.; Padaga, Masdiana C. dan Suhartini, Sri.(2006). Mikrobiologi Industi.
Yogyakarta : Andi Publisher.
Suprihatin.(2010).Teknologi Fermentasi. Surabaya: UNISA Press.
Susilowati, Sri dan Handini.(2016). ‘Uji Kimia, Mikrobiologi, dan
Organoleptik “INDONESIAN SAUERKRAUT” Dengan Cabai dan Bawang
Putih’.Seminar Nasional Gelar Produk 2016 (SENASPRO 2016):1-10.
Tjahjadi, C dan H. Marta.(2011). Pengantar Teknologi Pangan. Bandung:
Universitas Padjajaran Press.
R J, Young dan Huffman, S.(2003). 'Probiotics use in children'. J Pediatr Health
Care. Volume 17:277-283.

14
LAMPIRAN

ABSTRAK
Sayur dan buah adalah bahan pangan yang dikonsumsi sehari-hari di
Pesantren Darul Husna, kelurahan Pakintelan. Kubis yang jumlahnya
melimpah dan mudah dibudidayakan, serta banyaknya kasus konstipasi yang
dilaporkan oleh Lurah Pesantren menjadi alasan dipilihnya olahan fermentasi
Sauerkraut yang bermanfaat bagi kesehatan pencernaan. Sauerkraut adalah
sayuran fermentasi yang terbuat dari kubis yang diiris halus, dan pada proses
pembuatannya menggunakan bakteri Lactobacillus, Pediococcus dan
Leuconostoc. Dalam 100 gram Sauerkraut terdapat beberapa kandungan gizi
yaitu, Kalium 170 mg, Kolestero l0 mg, Natrium 661 mg, Lemak tak jenuh
ganda 0.1 gram, Kalori 18 gram, Karbohidrat 4.3 gram (serat pangan 2.9, Gula
1.8), Protein 0.9 gram, Vitamin A 18 IU, Vitamin C 14.7 mg, Magnesium 13
mg, Kalsium 30 mg, Vitamin B6 0.1 mg. Selain itu, kandungan gizi cabai
seperti Vitamin C, Vitamin B, Vitamin K dan Vitamin A, serta minyak atsiri
capsaicin menimbulkan rasa pedas yang menjadi selera masakan Indonesia.
Dengan keunggulan kandungan gizi tersebut penulis berusaha memanfaatkan
kubis sebagai solusi kesehatan pencernaan. Selain itu, bakteri ini dapat
mereduksi Kolesterol (LDL) dalam usus, serta mendukung antioksidan dalam
tubuh. Perbandingan rasio 80% kubis + 20% cabai+bahan lainnya (garam
2.25%). Kami melakukan workshop CAM-TIS:(Camilan Tahu Isi Indonesian
Sauerkraut) bersama santri dan pengurus Pesantren Darul Husna, Pakintelan,
Semarang. Kandungan serat, vitamin, serta asam laktat berfungsi untuk
menyeimbangkan sistem pencernaan, serta memenuhi kebutuhan vitamin dan
serat. Dari pelatihan dan sosialisasi tersebut diharapkan memberikan
keterampilan membuat camilan bergizi dan sehat, serta menjadi stimulus santri
agar dapat melakukan percobaan ataupun riset mengenai berbagai masalah
kesehatan pada Pesantren Darul Husna.
Kata Kunci : Indonesian Sauerkraut, BAL (Bakteri Asam Laktat), Konstipasi

15
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PESERTA

Ketua
Nama Lengkap : Mohamad Fakih Ma’arif
NIM : 6511418004
TTL : Tegal, 21 Agustus 2000
Agama : Islam
Universitas : Universitas Negeri Semarang
Jurusan/Prodi : Ilmu Kesehatan Masyarakat/ GIZI
E-mail : mohfakih345@gmail.com
No. Handphone/WA : +6289521345000
Alamat : Gg. Adem Patemon RT.001/001, Kecamatan
Gunungpati, Kota Semarang, 50229

Anggota 1
Nama Lengkap : Puji Nofiyanto
NIM : 5202418017
TTL : Grobogan, 28 November 1999
Agama : Islam
Universitas : Universitas Negeri Semarang
Jurusan/Prodi : Teknik Mesin/Pendidikan Teknik Otomotif

Anggota 2
Nama Lengkap : M. Syamsuddin Nurul Iman
NIM : 5202418003
TTL : Semarang, 29 November 1999
Agama : Islam
Universitas : Universitas Negeri Semarang
Jurusan/Prodi : Teknik Mesin/Pendidikan Teknik Otomotif

16
Kuesioner Uji Hedonik CAM-TIS
Nama : Umur :
Alamat : Pekerjaan :

Pertanyaan Positif :
Untuk jawaban Sangat Setuju (SS) diberi nilai 6, Setuju (S) diberi nilai 5,
Cukup Setuju diberi nilai 4, Cukup Tidak Setuju (CTS) diberi nilai 3, Tidak
Setuju (TS) diberi nilai 2, serta Sangat Tidak Setuju (STS) diberi nilai 1.
Alternatif Jawaban
S S C CT T ST
No Daftar Pernyataan S S S S S
6 5 4 3 2 1
Product
1 Jenis Tahu Yang Dipilih
untuk
CAM-TIS

2 Aroma khas CAM-TIS


3 Warna CAM-TIS sudah
sesuai
5 Kesesuaian Tekstur
6 Kesesuaian Rasa
Workshop
7 Keseluruhan Workshop
CAMTIS
8 Pemaparan proses
pembuatan CAM-TIS
9 Praktik Pembuatan
(Memasak) CAM-TIS

17
10 Pengetahuan tentang
Kesehatan
Pencernaan Setelah
Workshop
CAM-TIS
11 Pengetahuan Membuat
Saeurkraut
12 Pengetahuan Membuat
CAM-TIS

18
DOKUMENTASI KEGIATAN

Gambar 1.1 Acara Pembukaan

Gambar 1.2 Presentasi Pengenalan Produk

19
Gambar 1.3 Pembuatan CAM-TIS

Gambar 1.4 Pembuatan CAM-TIS

20
Gambar 1.5 CAM-TIS (tampak luar)

Gambar 1.6 CAM-TIS (tampak dalam)

21
Gambar 1.7 Foto Bersama

22

Anda mungkin juga menyukai