Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL AGROMEDA

PEMBUATAN CENDOL GANYONG DAN LOTION LABU KUNING

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknologi Pengolahan Hortikultura dan
Teknologi Prngolahan Sergumbi yang Diampu oleh Dewi Nur Azizah, S.T.P., M.P.

Kelompok 9:

Nur Ayu Dwilestari (1501651)


Rini Suprianni (1501899)
Sabila Nur Amalina (1501811)
Siti Sharah (1501573)
TB. Zainal Mutaqin (1506757)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI


FAKULTAS PENDIDIKAN DAN TEKNOLOSGI KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat
dan karunia-Nya, Proposal AGROMEDA PEMBUATAN CENDOL
GANYONG DAN LOTION LABU KUNING ini dapat diselesaikan. Shalawat
dan salam senantiasa kita hadiahkan kepada baginda Rasulullah SAW, keluarga,
sahabat dan kaum muslimin, semoga kita senantiasa tetap istiqomah dalam
menjalankan ajaran-ajarannya.
Proposal ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi
Pengolahan Hortikulturan serta Teknologi Pengolahan Serealia, Legum, dan
Umbi. Dalam penyelesaian proposal ini kami banyak menerima bantuan dan
dukungan dari banyak pihak, baik yang berupa moril maupun dukungan materil.
Kami menyadari selama penyusunan proposal ini banyak pihak yang telah
membantu, oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih banyak kepada:
1. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan materil.
2. Dewi Nur Azizah, S.T.P., M.P. selaku dosen mata kuliah Teknologi
Pengolahan Hortikulturan serta Teknologi Pengolahan Serealia, Legum,
dan Umbi yang telah membimbing kami agar dapat mengerti tentang
bagaimana cara menyusun proposal ini.
Tidak lupa, kami pun berterimakasih kepada pihak Program Studi
Pendidikan Teknologi Agroindustri yang telah memberikan dukungan moril
maupun materil, khususnya bagi Ketua Prodi, Laboran dan Asisten Laboran,
karena atas kerja sama yang baiklah kami dapat mengerjakan proposal ini.
Kami menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan
proposal berikutnya. Semoga proposal ini bermanfaat bagi pembaca serta dapat
dijadikan sebagai sumbangan pikiran.

Bandung, 15 April 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1. Latar Belakang...............................................................................................1
1.2. Tujuan ............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3
2.1. Labu Kuning ..................................................................................................3
2.1.1. Komposisi Kimia Labu Kuning ..............................................................3
2.1.2. Karakteristik Tanaman Labu Kuning .....................................................4
2.1.3. Pemanfaatan Labu Kuning .....................................................................6
2.2. Ganyong ........................................................................................................6
2.2.1. Komposisi Kimia Ganyong ....................................................................7
2.2.2. Karakteristik Tanaman Ganyong ............................................................7
2.2.3. Pemanfaatan Ganyong ............................................................................9
2.3. Lotion Labu Kuning (LOLAKU) ................................................................10
2.3.1. Kandungan Kimia Lotion .....................................................................10
2.3.2. Diagram Proses Pembuatan Lotion.......................................................14
2.4. Cendol Ganyong (BENCONG) ...................................................................14
2.4.1. Kandungan Kimia Cendol ....................................................................15
BAB III METODELOGI .....................................................................................17
3.1. Waktu dan Tempat ......................................................................................17
3.2. Alat dan Bahan ............................................................................................17
3.2.1. Alat dan Bahan Pembuatan LOLAKU .................................................17
3.2.2. Alat dan Bahan Pembuatan BENCONG ..............................................17
3.3. Tahapan .......................................................................................................18
3.3.1. Tahapan Pembuatan LOLAKU ............................................................18
3.3.2. Tahapan Pembuatan BENCONG .........................................................18
3.4. Diagram Alir ................................................................................................19
3.4.1. Diagram Alir Pembuatan LOLAKU .....................................................19
3.4.2. Diagram Alir Pembuatan BENCONG ..................................................20
BAB IV ANGGARAN BIAYA............................................................................21
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................22

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kandungan Gizi Labu Kuning ...................................................................4


Tabel 2. Komposisi Kimia Ganyong........................................................................7
Tabel 3. Syarat Mutu Pelembab Kulit ....................................................................10
Tabel 4. Rancangan Formula Lotion ......................................................................11
Tabel 5. Syarat Mutu Sirup ....................................................................................15

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Program Studi Pendidikan Teknologi Agroindustri (PTAG) merupakan
salah satu Program Studi yang berada di Fakultas Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan (FPTK), Universitas Pendidikan Indonesia. Salah satu mata kuliah yang
harus ditempuh oleh mahasiswa PTAG adalah Teknologi Pengolahan Hasil
Hortikultura, Serealia, dan umbi-umbian. Pada akhir pembelajaran mata kuliah
ini, mahasiswa diharuskan menyajikan suatu produk pangan hortikultura beserta
serealia dan umbi-umbian yang telah dilakukan inovasi sehingga suatu bahan
tersebut tidak hanya memiliki diversifikasi pangan saja, tetapi juga bernilai gizi
tinggi. Produk pangan tersebut disajikan dan dipamerkan disuatu rangkaian acara
bernama AGROMEDA (Agroindustry Maintains Earth Domestic of Agriculture).
Acara ini diselenggarakan setiap satu tahun sekali, yang dimana bertujuan sebagai
eksistensi Prodi PTAG dengan cara memperkenalkan kepada masyarakat berbagai
macam inovasi bahan pangan serta sebagai salah satu alat ukur kualitas produk
pangan yang telah dibuat.
Bahan pangan yang akan dijadikan inovasi yaitu Labu kuning sebagai
produk Hortikultura dan Umbi Ganyong sebagai produk Sergumbi. Kedua bahan
pangan tersebut merupakan bahan pangan yang masih jarang dalam inovasi
pengolahannya. Labu kuning tergolong bahan pangan minor, sehingga data
statistik nasional belum tersedia. Namun, di beberapa sentra produksi, baik di
Jawa, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat dan Kalimantan Selatan, komoditas ini
telah ditanam pada luasan tidak kurang dari 300 hektar. Labu kuning atau dikenal
sebagai waluh merupakan salah satu komoditas pertanian yang saat ini mulai
mendapatkan perhatian karena potensi gizinya yang tinggi. Labu kuning
merupakan bahan pangan yang kaya karotenoid, yang mempunyai fungsi sebagai
antioksidan.
Disamping itu, labu kuning juga banyak mengandung vitamin A, vitamin
C, vitamin E, mineral seperti fosfor dan besi, serta karbohidrat dan lemak.
Vitamin A, vitamin C dan vitamin E sangat baik untuk kulit yaitu membuat kulit
menjadi lebih bersinar. Tidak hanya itu kandungan betakaroten yaitu sumber

1
antioksidan dalam labu kuning mampu mencegah penuaan dini dan kanker. Maka
dari itu, setelah mengetahui vitamin yang terkandung dalam buah labu kuning
sangat baik untuk kesehatan kulit, kami pun tertarik untuk memformulasikan labu
kuning dalam bentuk sediaan Lotion Labu Kuning yang disebut dengan
LOLAKU
Kemudian, bahan pangan produk Sergumbi yang dipilih yaitu Umbi
Ganyong. Ganyong termasuk dalam umbi-umbian yang memiliki kandungan pati
yang tinggi. Penggunaan umbi ganyong sebagai bahan pangan masih terbatas.
Cara pengolahan yang biasa dilakukan untuk umbi ganyong adalah perebusan
sehingga variasi pengolahan lanjutan dari ganyong menjadi terbatas.
Cendol terbuat dari tepung beras serta tepung terigu yang biasanya
berwarna hijau dan putih berbentuk lonjong. Rasanya yang enak dan segar
membuat cendol menjadi minuman yang banyak disukai oleh berbagai kalangan
masyarakat mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Dengan substitusi pati
Ganyong ini, diharapkan selain mempunyai rasa yang khas, juga mempunyai nilai
gizi yang tinggi agar menyehatkan masyarakat yang mengkonsumsinya.
Berdasarkan uraian diatas, produk pangan hortikultura yang akan dibuat dalam
AGROMEDA adalah Brrrr Es Cendol Ganyong BENCONG yang bernilai gizi
tinggi, mudah dikonsumsi dan banyak disukai oleh masyarakat.

1.2. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami cara pembuatan lotion dengan penambahan
esktrak labu kuning, dan memahami faktor yang mempengaruhi dalam
pembuatan Lotion.
2. Mengetahui dan memahami cara pembuatan Es Cendol dengan
menggunakan substitusi pati ganyong, dan memahami faktor yang
mempengaruhi dalam pembuatan Es Cendol.
3. Mengetahui peran & fungsi komponen dalam pembuatan lotion labu
kuning dan cendol ganyong terhadap karakteristik dan sifat sensori lotion
labu kuning dan cendol ganyong.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Labu Kuning
Klasifikasi Tanaman Labu Kuning
Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Viridiplantae
Infra Kingdom : Streptophyta
Super Divisi : Embryophyta
Divisi : Tracheophyta
Sub Divisi : Spermatophytina
Kelas : Magnoliosida
Super Ordo : Rosanae
Ordo : Cucurbitales
Famili/Suku : Cucurbitaceae
Genus : Cucurbita L
Spesies/Jenis : Cucurbita Moschata Duchesne

2.1.1 Komposisi Kimia Labu kuning


Labu kuning memiliki kandungan serat, vitamin dan karbohidrat yang
tinggi. Selain itu, didalam labu kuning juga terkandung 34 kalori, 0,8 lemak, 45
mg kalsium, dan 0,8 mineral sehingga labu kuning sangat baik dikonsumsi oleh
anak-anak maupun orang tua, karena kandungan gizi yang terdapat didalamnya
sangat baik untuk kesehatan tubuh. Pada anak-anak dapat digunakan untuk
menambah nafsu makan dan sebagai obat cacingan (Hidayah, 2010).
Labu kuning merupakan bahan pangan yang kaya vitamin A, B dan C,
mineral, serta karbohidrat. Daging buahnya pun mengandung antioksidan
sebagai penangkal berbagai jenis kanker. Sifat labu yang lunak dan mudah
dicerna serta mengandung karoten (pro vitamin A) cukup tinggi, serta dapat
menambah warna menarik dalam olahan pangan lainnya. Tetapi, sejauh ini
pemanfaatannya belum optimal (Anonim, 2008).
Labu kuning mempunyai kandungan karbohidrat yang cukup tinggi
sehingga sangat berpotensi untuk diolah menjadi tepung labu kuning. Secara
lengkap labu kuning mempunyai kandungan gizi sebagai berikut:

3
Tabel 1. Kandungan Gizi Labu Kuning
Komponen Kadar
Kalori (Kal) 29
Protein (g) 1,1
Lemak (g) 0,3
Karbohidrat (g) 6,6
Kalsium (mg) 45
Fosfor (mg) 64
Besi (mg) 1,4
Vitamin A (SI) 180
Vitamin B1 (mg) 0,08
Vitamin C (mg) 52
Air (g) 91,2
Bagian dapat dimakan (%) 77
Sumber: Departemen Kesehatan RI (1996)
2.1.2 Karakteristik Tanaman Labu Kuning
1. Akar Labu Kuning
Perkecambahan biji labu menghasilkan akar pertama dan tunas,
kemudian akan disusul dengan tumbuhnya akar-akar rambut yang semakin
banyak dari waktu ke waktu. Radius yang bisa dicapai oleh akar labu bisa
mencapai 30-40 cm.
2. Batang Labu Kuning
Labu adalah tanaman semusim yang tumbuh meambat/ menjalar
dengan kait di bagian batangnya dan jarang berkayu. Kait pada batang
tanaman labu berbentuk melingkar seperti spiral. Batang tanaman ini
berwarna hijau muda dan mempunyai bulu-bulu halus serta berakar lekat.
Panjang batang bisa mencapai lebih dari 5 meter.
3. Daun Labu Kuning
Daun-daunnya besar, berlekuk dangkal kadang berbecak putih.
Ukuran daun 20 x 30, tangkai daun panjangnya 12-30 cm. Daun tanaman
labu merupakan daun tunggal yang memiliki pertulangan daun majemuk
menjari. Daunnya menyebar di sepanjang batang. Bentuk daun labu
kuning ini menyerupai jantung dan bertangkai. Warna daun labu adalah

4
hijau, seperti daun tanaman pada umumnya, dan permukaan daunnya
kasar.
4. Bunga Labu Kuning
Bunga tanaman labu kuning ini berwarna kuning dan berbentuk
menyerupai lonceng. Di dalam satu rumpun bunga terdapat bunga jantan
dan bunga betina (uniseksual). Bunga jantan mempunyai tangkai yang
tipis tapi panjang. Saat umur tanaman mencapai 1,5 bulan, bunga jantan
akan muncul untuk pertama kalinya, lalu disusul dengan bunga betina.
Penyerbukan tanaman labu terjadi dengan bantuan angin dan serangga.
5. Buah Labu Kuning
Buah labu kuning berbentuk bermacam-macam, ada yang
berbentuk pipih, lonjong atau memanjang dengan alur yang berjumlah
sekitar 15 hingga 30 alur. Buah labu yang masih muda berwarna hijau dan
berubah menjadi kuning kecoklatan ketika tua. Ukuran pertumbuhan buah
ini cepat sekali, mencapai 350 gram perhari.
Buahnya beragam, tidak berkulit keras, warnanya hijau pudar,
daging buahnya kuning, bertekstur halus dengan serat-serat gelatin, bijinya
berlemak, coklat gelap, asimetris. Buah labu kuning berwarna kuning
jingga atau orange dikarenakan banyak mengandung beta karoten yang
berguna sebagai zat antioksidan dan pro vitamin A. Daging buahnya jika
dibelahkan akan terlihat penampang yang berbentuk bintang. Daging buah
labu kuning rasanya manis sedikit masam dengan tekstur yang renyah
6. Biji Labu Kuning
Tanaman labu kuning umumnya memiliki banyak biji. Biji-biji
labu ini berbentuk pipih, bundar telur (oval), sampai bundar memanjang.
Bagian ujung biji labu membulat, sedangkan pada bagian pangkal
meruncing. Permukaan bijinya licin dan buram. Letak biji ini terdapat
bagian tengah-tengah buah.
Untuk budidaya tanaman labu kuning, pada umumnya ditanam
pada musim kemarau setelah padi sawah pada lahan tegalan. Biasa
ditanam pada akhir musim penghujan. Pengolahan tanah dilakukan untuk
membuat bedengan, guludan, atau gundukan tanah. Jarak tanam beragam

5
sekitar 100-150 cm, tiap liang tanam diisi 2-3 biji yang kemudian
dijarangkan.
Pupuk NPK dapat diberikan untuk memperbaiki pertumbuhan dan
menaikan hasil buah. Dosisnya berkisar 600-800 kg/ha (pupuk NPK
5:10:10). Pupuk kandang dapat diberikan pada saat pengolahan tanah,
yakni dicampur dengan tanah atau ditempatkan di liang tanah. Jumlah
pupuk yang diberikan sangat beragam.
2.1.3 Pemanfaatan Labu Kuning
Pada pemanfaatan labu kuning banyak orang yang mengolah menjadi
makanan dan minuman segar contohnya seperti pada kolak, manisan, agar-agar
bahkan ada yang membuat yoghurt dari labu kuning ini. Labu kuning
mengandung karotenoid (beta karoten), Vitamin A dan C, mineral, lemak serta
karbohidrat. Daunnya berfungsi sebagai sayur dan bijinya bermanfaat untuk
dijadikan kuaci. Air buahnya berguna sebagai penawar racun binatang berbisa,
sementara bijinya menjadi obat cacing pita. Daging buahnya pun mengandung
antioksidan sebagai penangkal kanker. Labu kuning juga dapat digunakan untuk
penyembuhan radang, pengobatan ginjal, demam dan diare (Anonim, 2010).
Pada buah labu kuning terdapat kandungan kimia seperti saponin,
flavanoid dan tanin. Kandungan kimia pada labu kuning inilah yang akan
berfungsi untuk mengurangi kadar gula dalam darah,menjadi sumber anti-
bakteri dan anti-virus, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, meningkatkan
vitalitas, mengurangi terjadinya penggumpalan darah. Selain itu juga dapat
meningkatkan aktifitas vitamin C sebagai antioksidan mencegah oksidasi LDL
kolesterol yang dapat mengakibatkan kerusakan dinding pembuluh arteri (proses
awal terjadinya atherosklerosis) dan menghambat penggumpalan keping-keping
darah sehingga baik untuk orang yang sudah mulai penempelan kolesterol pada
dinding pembuluh darah atau orang pasca serangan/stroke, serta dapat
digunakan sebagai pengikat protein dan pelindung protein dari degradasi
mikroba rumen.

2.2. Ganyong
Klasifikasi Tanaman Ganyong
Kingdom : Plantae

6
Sub Kingdom : Viridiplantae
Infra Kingdom : Streptophyta
Super Divisi : Embryophyta
Divisi : Tracheophyta
Sub Divisi : Spermatophytina
Kelas : Magnoliophyta
Super Ordo : Lilianae
Ordo : Zingiberales
Famili/Suku : Cannaceae
Genus : Canna L
Spesies/Jenis : Canna Indica L

2.2.1. Komposisi Kimia Ganyong


Ganyong merupakan salah satu bahan pangan yang bergizi cukup tinggi,
terutama pada kandungan karbohidratnya. Zat lain yang ada di dalamnya adalah
fosfor, kalsium, besi, vitamin B1, glukosa, alkaloid, dan getah. Umbi ini
mengandung serat dan zat besi yang lebih tinggi dara pada kentang (Murtini,
2007). Komposisi kimia dan gizi dalam 100 gram umbi ganyong dapat dilihat
tabel berikut:

Tabel 2. Komposisi Kimia Ganyong


Komponen Kadar
Kalori (Kal) 95,00
Protein (g) 1,00
Lemak (g) 0,11
Karbohidrat (g) 22,60
Kalsium (mg) 21,00
phosphor (mg) 70,00
Besi (mg) 20,00
Vitamin B1 (mg) 0,10
Vitamin C (mg) 10,00
Air (g) 75,00
Bagian dapat dimakan (%) 68
Sumber: Susanto, et al. (1994)
2.2.2. Karakteristik Tanaman Ganyong
1. Batang Tanaman Ganyong

7
Tanaman Ganyong merupakan tanaman herbal yang berbentuk
seperti rumpun. Semua bagian vegetatifnya mulai dari batang dan daun
terdapat lapisan lilin. Selama tanaman ganyong ini tumbuh, tanaman ini
tetap berwarna hijau.
Batang dari tanaman ini memiliki ketinggian 0,9 hingga 1,8 meter.
Panjang dari batang ganyong ini diukur dari ujung tanaman hingga
rhizome yaitu bagian umbi dari tanaman ganyong. Batang ganyong yang
tersapat di tanah sebenarnya merupakan batang yang semu yang terdiri
dari sekumpulan pelepah daun.
2. Daun Tanaman Ganyong
Daun pada tanaman ganyong memiliki daun yang berbentuk elips
memanjang dan lebar. Ujung daun dan pangkal daun sedikit meruncing.
Dan memiliki panjang berkisar antara 15 hingga 60 cm dengan lebar 7
hingga 20 cm. Pada bagian tengah daun tanaman ganyong, terdapat tulang
daun dengan ukuran yang tebal.
Daun dari tanaman ini memiliki warna yang berbeda-beda, yaitu
hijau muda hingga hijau tua dan terkadang bergaris ungu atau semua
bagian berwarna ungu. Begitu pula dengan bagian pelepah daunnya, ada
yang berwarna ungu dan hijau.
3. Bunga Tanaman Ganyong
Warna bunga dari tanaman ganyong yaitu jingga dengan bagian
pangkal berwarna kekuningan. Tanaman ganyong ini memiliki bunga yang
terdiri dari 3 helai kelopak.
Bunga yang dimiliki oleh tanaman ganyong ini menyerupai bunga
tasbih, perbedaanya terletak hanya pada ukurannya saja. Perbungaan
tanaman ganyong terletak pada bagian ujung ranting, tandan, dan
umumnya sederhana namun kadang terdapat cabang.
Selain itu bunga yang muncul dapat berpasangan maupun tunggal
dan tidak teratur. Bunga tanaman ganyong merupakan bunga biseksual,
terdiri dari kelopak bunga yang berbentuk bulat telur, mahkota berbentuk
pita dengan bunga berwarna merah pucat hingga kuning.

8
4. Umbi Tanaman Ganyong
Umbi yang dimiliki oleh tanaman ganyong yang memiliki
bentukyang besar dengan diameter berkisar antara 5 hingga 8,75 cm dan
dengan panjang berkisar antara 10 hingga 15 cm bahkan panjangnya dapat
mencapai hingga 60 cm. Bagian tengah umbi tanaman ganyong ini tebal
dan dikelilingi berkas sisi dengan warna ungu ataupun coklat.
5. Buah Tanaman Ganyong
Tanaman yang termasuk kedalam suku canna ceae ini memiliki
buah yang berbentuk buah kotak dengan memiliki 3 ruang yang masing-
masing ruang terdiri dari 5 butir biji yang memiliki ukuran kecil dan
dengan buah berwarna hitam.
Akan tetapi dalam pertumbuhannya, buah dari tanaman ganyong
ini kerap kali tidak tumbuh dengan sempurna, tertutup papilla dan dengan
panjang berkisar kurang lebih 3 cm.

2.2.3. Pemanfaatan Ganyong


Dalam pemanfaatan umbi ganyong ini sangatlah banyak, ada yang
dijadikan makanan dan juga ada yang dijadikan minuman dari umbi ganyong
ini, banyak sekali variasinya karena nilai gizi dari umbi ganyong ini sangat
tinggi jadi banyak orang yang memanfaatkan umbi ganyong ini. Pada rimpang
ganyong memiliki kandungan Pati, Besi, Kalsium, dan Garam fosfat. Dari setiap
100 gram rimpang ganyong mengandung gizi, karbohidrat 22,6 gram, protein
1,0 gram, lemak 0,1 gram, vitamin B 0,1 gram, Vit C 10 gram, dan lainnya.
Khasiatnya ganyong bersifat Antifiretik dan Diuretik. Rimpang mudanya
di Amerika Selatan dimakan sebagai sayuran, dan kadang-kadang digunakan
sebagai pencuci mulut. Hampas rimpangnya yang tertinggal setelah diambil
patinya dapat digunakan sebagai kompos. Sementara pucuk dan tangkai daun
muda dipakai untuk pakan ternak. Selain itu, bunga daunnya cukup indah,
sehingga dapat dimanfaatkan sebagai tanaman hias. Biasanya ganyong
dikonsumsi dalam bentuk rebusan, tepung, pati, dan keripik. Sebagai camilan
ganyong cukup direbus, lalu dimakan dengan rasa pulen kemanis-manisan.
Dengan demikian, ganyong sebetulnya dapat diolah menjadi produk,
karena dalam bentuk pati atau tepung ganyong dapat dimanfaatkan sebagai

9
bahan baku dalam industri makanan. Contohnya: kue, jenang, makanan bayi,
keripik, dan sebagainya. Oleh karenanya, tak heran bila ganyong dapat dikaitkan
dengan gerakan ketahanan pangan melalui program diversifikasi pangan non
beras. Ganyong merupakan salah satu komoditas pangan lokal di daerah
centranya karena memiliki gizi yang cukup tinggi, terutama kandungan
karbohidratnya.

2.3. Lotion Labu Kuning (LOLAKU)


Lotion Labu kuning atau biasa disebut dengan LOLAKU merupakan salah
satu sediaan kosmetik perawatan kulit yang mengandung antioksidan dan kaya
akan vitamin A. Pembuatan produk lotion ini merupakan langkah awal sebagai
pemanfaatan labu kuning yang jarang dimanfaatkan oleh masyarakat luar.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa labu kuning sering kali dikonsumsi
oleh masyarakat secara langsung, seperti kolak, manisan, agar-agar, yoghurt dan
lain-lain. Namun pemanfaatan labu kuning tidak hanya sebatas pemanfaatan
sebagai bahan pangan saja, melainkan dapat dimanfaatkan sebagai non pangan
seperti body lotion.
Menurut (Schmitt 1996) dalam (Anita, 2008) lotion didefinisikan sebagai
campuran dua fase yang tidak bercampur, distabilkan dengan sistem emulsi, dan
berbentuk cairan yang dapat dituang jika ditempatkan pada suhu ruang. Berikut
merupakan syarat mutu pelembab kulit berdasarkan SNI 16-4399-1996 dalam
(Anita, 2008) sebagai berikut:

Tabel 3. Syarat Mutu Pelembab kulit


Kriteria Uji Satuan Persyaratan
Kenampakan - Homogen
pH - 4,5 8,0
Bobot jenis, 20C - 0,95 1,05
Viskositas, 25C cP 2000-50000
Cemaran mikroba Koloni/gram Maks 102
Sumber: SNI 16-4399-1996

2.3.1. Kandungan Kimia Lotion


Dilihat dari kandungan pati yang cukup banyak, labu kuning dapat
digunakan sebagai bahan pengental alami. Body lotion labu kuning ini kaya

10
akan antioksidan alami seperti beta karoten. Menurut (Winarsi, 2007), beta
karoten memiliki kemampuan untuk menonaktifkan radikal oksigen sebagai
antimutasi dan antikanker, melindungi kulit dari kerusakan radiasi dan sinar
ultraviolet serta memperlambat penuaan.
Pembuatan lotion labu kuning ini berpacu pada penelitian
(Widyapranata, 2014) yang merancang formula pembuatan lotion ekstrak buah
jambu biji.

Tabel 4. Rancangan Formula Lotion


Bahan Formula I (gram) Formula II (gram) Formula III (gram)
Ekstrak Kental 18,50 20,50 22,,50
Parafin cair 0,60 0,60 0,60
Setil Alkohol 0,50 0,50 0,50
Asam Sterarat 5,00 5,00 5,00
Lanolin 1,40 1,40 1,40
Tweem 80 3,25 3,25 3,25
PEG 400 2,73 2,73 2,73
Nipagin 0,10 0,10 0,10
Nipasol 0,05 0,05 0,05
Minyak mawar qs qs qs
Aquadest 100 100 100

Dari tabel diatas, menurut penelitian (Widyapranata, 2014) formula ke 3


adalah formula yang terbaik. Namun pada pembuatan lotion labu kuning tidak
semua bahan yang terdapat pada tabel 3 digunakan, dan ada beberapa bahan
yang diganti namun fungsi nya tetap sama.
Dari bahan-bahan diatas, yang dihilangkan pada pembuatan lotion labu
kuning adalah setil alkohol, Nipagin, dan Nipasol. Setil alkohol tidak digunakan
karena dikhawatirkan ada beberapa orang yang rentan terhadap penggunaan
alkohol untuk produk kecantikan. Sedangkan Nipagin dan Nipasol merupakan
salah satu jenis dari paraben. Paraben merupakan bahan pengawe pada suatu
produk kecantikan, namun beberapa literature mengatakan bahwa penggunaan
paraben tidak diizinkan lagi sejak tahun 2015. Alternatifnya pengganti paraben

11
pada pembuatan lotion labu kuning ialah minyak zaitun yang kaya akan vitamin
E dan berfungsi sebagai bahan pengawet alami.
Berikut merupakan kandungan kimia yang akan digunakan dalam
pembuatan lotion labu kuning (LOLAKU)
2.3.1.1. Asam Stearat
Asam stearat merupakan emulsifier (pengemulsi) yang digunakan
dalam pembuatan lotion di fase minyak. Asam stearate memiliki gugus polar
maupun non polar secara bersamaan dalam suatu molekulnya sehingga pada
satu sisi akan mengikat minyak yang non polar dan di sisi lain juga akan
mengikat air yang bersifat polar sehingga zat-zat yang ada dalam emulsi dapat
bercampur.

2.3.1.2. Parafin Cair


Parafin cair merupakan hidrokarbon yang jenuh dan dapat mengikat
atom hidrogen secara maksimal sehingga bersifat tidak reaktif. Menurut
(Mitsui, 1997) dalam (Anita, 2008) parafin cair memiliki kompatibilitas yang
sangat baik terhadap kulit dan mempunyai peranan yang khas sebagai
occlusive emolien. Emolien sebagai media yang jika digunakan pada lapisan
kulit yang keras dan kering akan mempengaruhi kelembutan dengan adanya
hidrasi ulang dan memiliki titik cair yang lebih tinggi dari suhu kulit.

2.3.1.3. Gliserin
Berdasarkan formulasi pada penelitian (Widyapranata, 2014)
menggunakan PEG 400. Namun untuk pembuatan lotion ini di ganti dengan
gliserin yang sama saja perananya. Gliserin merupakan humektan yang paling
baik digunakan dalam pembuatan lotion. Humektan adalah komponen yang
larut dalam fase air yang memiliki peranan untuk mempertahankan kandungan
air produk pada permukaan kulit saat pemakaian. Humektan berpengaruh
terhadap kulit yaitu untuk melembutkan kulit dan mempertahankan
kelembaban kulit agar tetap seimbang. Menurut (Mitsui, 1997) dalam (Anita,
2008) humektan juga berpengaruh terhadap stabilitas lotion yang dihasilkan
karena dapat mengurangi kekeringan ketika produk disimpan pada suhu ruang.

12
Gliserin tidak hanya berfungsi sebagai humektan tetapi juga berfungsi
sebagai pelarut, penambah viskositas, dan perawatan kulit karena dapat
melumasi kulit sehingga mencegah terjadinya iritasi kulit (Depkes RI 1993).
Sifat melembabkan timbul dari gugus-gugus hidroksil yang dapat berikatan
hidrogen dengan air dan mencegah penguapan air (Fessenden dan Fessenden
1982) dalam (Anita, 2008).

2.3.1.4. Vaselin
Vaselin merupakan bahan pengganti Lanolin yang berfungsi untuk
melembabkan kulit. Penambahan vaselin dalam pembuatan lotion labu kuning
terdapat pada fase minyak.

2.3.1.5. Tween 80
Tween 80 merupakan pengemulsi pada fase air. Kegunaan Tween 80
antara lain sebagai: zat pembasah, emulgator, dan peningkat kelarutan (Rowe,
2009). Selain fungsi tersebut, Tween 80 juga berfungsi sebagai peningkat
penetrasi (Akhtar, 2011).

2.3.1.6. Aquades
Aquades merupakan komponen yang paling besar persentasenya daam
pembuatan lotion. Aquades merupakan Air murni hanya mengandung molekul
air saja dan dideskripsikan sebagai cairan jernih, tidak berwarna, tidak berasa,
memiliki pH 5.0-7.0, dan berfungsi sebagai pelarut (Depkes RI 1993).

2.3.1.7. Pewangi
Hampir setiap jenis kosmetik menggunakan zat pewangi yang terutama
berguna untuk menambah nilai estika produk yang dihasilkan. Pewangi yang
biasa digunakan adalah minyak (essential oil). Minyak parfum yang
digunakan biasanya dalam jumlah yang kecil sehingga tidak menyebabkan
iritasi (Schuller dan Romanowski 1999, diacu dalam Sondari 2007).

13
2.3.2. Diagram Proses Pembuatan Lotion menurut (Widyapranata, 2014)
Jambu Biji

Dikupas, dipotong, dikeringkan

Dijadikan serbuk (grinder) ayak.

Serbuk dimaserasi dengan etanol 70%

Disaring dan diuapkan pada suhu 37oC

Fase minyak Fase air

Melebur setil alkohol, parafin Melebur gliserin, tween 80,


cair, asam stearat, lanolin dan nipagin, aquades pada suhu
nipasol pada suhu 70oC 70oC

Disatukan

Diaduk sampai terdapat basis


lotion

Ekstrak jambu biji dan pewangi

Disimpan dan diamati selama 4


minggu

Lotion

2.4. Cendol Ganyong (BENCONG)


BENCONG alias Brrr Cendol Ganyong merupakan diversivikasi pangan
lokal yang berbahan dasar ganyong. Berdasarkan lingkungan di zaman yang serba
modern ini, kebanyakan masyarakat tidak mengenal ganyong. Yang artinya

14
keberadaan ganyong kali ini hampir tidak terasa kebermanfaatannya. Padahal,
gandungan gizi dalam ganyong sangat baik bagi tubuh salah satunya yaitu kaya
akan karbohidrat dan serat.
Cendol ganyong ini berperan untuk mengenalkan produk lokal kepada
masyarakat dan merupakan makanan sehat kaya akan gizi sehingga dapat
dijadikan makanan sehat bagi orang tua untuk anak-anak.Untuk menciptakan rasa
yang lebih enak, cendol disajikan dengan sirup gula yang di campur dengan
santan. Berikut meru[akan syarat mutu sirup berdasarkan SNI SNI 01-3544-1999:
Tabel 5. Syarat Mutu Sirup
Kriteria Uji Satuan Persyaratan
Aroma - Normal
Rasa - Normal
Gula jumlah % b/b Min. 65
Pemanis buatan - Tidak boleh ada
Pewarna tambahan Sesuai SNI 01-0222-1987*)
Sumber: Standar Nasional Indonesia (SNI 01-3544-1999)

2.4.1. Kandungan Kimia Cendol


Pembuatan cendol ganyong ini berpacu pada penelitian (Harmayani, 2011)
dalam pembuatan cendol berbahan dasar pati ganyong. Pati ganyong dalam
penelitian ini diketahui memiliki kandungan gula reduksi rendah, yaitu 0,77%
sehingga kemungkinan tidak banyak berkontribusi pada terjadinya reaksi
pencoklatan. Pembahasan tentang kadar gula reduksi dalam pati ganyong belum
ditemukan pada penelitian sebelumnya. Kadar karbohidrat dalam pati ganyong
sebesar 99,40% dari berat kering. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan Peres dan
Larez (2005) yang menyebutkan kandungan karbohidrat pati ganyong sebesar
98,96 % dari berat kering. Hal ini menunjukkan bahwa pati ganyong berpotensi
menjadi pangan sumber karbohidrat.
Kadar amilosa pati ganyong adalah 42,40%, sedangkan kadar
amilopektinnya adalah 50,90%. Menurut Santacruz (2004), tipikal pati normal
memiliki kadar amilosa pada kisaran 25%. Dengan demikian, dapat dikatakan
pati ganyong tergolong pati berkadar amilosa tinggi. Menurut Blennow (2004),
besarnya kemampuan membentuk gel dan kecenderungan untuk retrogradasi

15
menjadikan pati berkadar amilosa tinggi cocok untuk produk-produk yang
dikehendaki bertekstur kenyal.
Pada penelitian (Harmayani, 2011) untuk pembuatan cendol ganyong
melakukan percobaan beberapa perbedaan konsentrasi pati ganyong. Pada
konsentrasi 5 %, pati ganyong memiliki viskositas pasta panas yang rendah
(9,67 dPa.s.) dan stabil, viskositas meningkat menjadi 14,67 dPa.s setelah
pendinginan. Berdasarkan beberapa karakteristik tersebut, pati ganyong dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan cendol. Hasil uji kesukaan
menunjukkan bahwa pati ganyong dapat digunakan hingga 100 % pada
pembuatan cendol. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pati
ganyong memiliki karakteristik yang potensial untuk diversikasi pangan.

16
BAB III
METODELOGI
3.1. Waktu dan Tempat
Percobaan dalam pembuatan produk dimulai pada hari Senin tanggal 17
April di Laboratorium Pengawasan Mutu dan Laboratorium TPP Pendidikan
Teknologi Agroindustri FPTK-UPI.

3.2. Alat dan Bahan


3.2.1. Alat dan Bahan Pembuatan Lotion Labu Kuning (LOLAKU)
3.2.1.1. Alat
1. Neraca Analitik 7. Pipet volume
2. Blender 8. Viskosimeter
3. Stirrer 9. Spektofotometer
4. Hot plate 10. Desikator
5. Beaker glass 11. Waterbath
6. Tabung reaksi 12. Thermometer
3.2.1.2. Bahan
1. Labu Kuning 6. Gliserin
2. Parafin cair 7. Minyak Zaitun
3. Asam Stearat 8. Aquades
4. Vaselin 9. Parfum
5. Tween 80
3.2.2. Alat dan Bahan Pembuatan Cendol Ganyong (BENCONG)
3.2.2.1. Alat
1. Timbangan 6. Kompor
2. Blender 7. Baskom
3. Oven 8. Ayakan
4. Loyang 9. Cetakan cendol
5. Panci 10. Spatula

17
3.2.2.2. Bahan
1. Ganyong 6. Kapur sirih
2. Tepung Beras 7. Air
3. Santan 8. Garam
4. Gula Merah 9. Es Batu
5. Air dingin

3.3. Prosedur Kerja


3.3.1. Tahapan
3.3.1.1. Tahapan Pembuatan Lotion Labu Kuning
1. Pengupasan dan pengecilan ukuran labu kuning dengan pisau.
2. Mengekstrak Labu kuning dengan diambil sarinya.
3. Pembuatan fase minyak yaitu dengan pemanasan parafin cair, asam
stearat, vaselin pada suhu 70-750C.
4. Pembuatan fase air yaitu dengan pemanasan gliserin, tween 80,
aquades dan ekstrak labu kuning pada suhu 70-750C.
5. Didinginkan sampai mencapai suhu 700C.
6. Penyatuan fase air dan fase air dengan pengemulsi dan diaduk sampai
homogen dan mencapai suhu 400C.
7. Penambahan vitamin E yaitu minyak zaitun dan penambahan pewangi
atau parfum pada suhu 350C dan diaduk kurang lebih selama 1 menit
8. Penyimpanan dan pengamatan selama 4 minggu.

3.3.1.2. Tahapan Pembuatan Cendol Ganyong


1. Menyiapkan pati ganyong 100% dan tepung beras : air, 1 : 5
2. Mencampurkan tepung beras, pati ganyong, kapur sirih dan sedikit air.
3. Sisa air di didihkan, lalu adonan dimasukkan sambil di aduk hingga
matang dan mengkilat.
4. Menuangkan adonan cendol yang sudah matang kedalam cetakan
secara perlahan yang diletakkan diatas wadah yang berisi air dingin.
5. Pembuatan kuah cendol dengan mendidihkan santan.
6. Pembuatan sirup gula merah dengan melarutkan gula dengan air 2 : 1

18
7. Pencampuran cendol dengan kuah santan, sirup gula dan es batu.
8. Penyajian Cendol Ganyong.

3.3.2. Diagram Alir


3.3.2.1. Prosedur Pembuatan Lotion Labu Kuning

Labu kuning

Blending

Ekstrak labu
kuning

Fase minyak Fase air


parafin cair, asam stearat, gliserin, tween 80, aquades
vaselin dan ekstrak labu kuning

Pemanasan pada suhu 70-750C Pemanasan pada suhu 70-750C

Pencampuran dengan
pengemulsi

Pengadukan sampai homogen dan


mencapai suhu 400C

Pencampuran minyak zaitun


dengan parfum di suhu 350C

Disimpan dan diamati selama 4


minggu

Lotion

19
3.3.2.2. Prosedur Pembuatan Cendol Ganyong

Siapkan pati ganyong 100%


dan tepung beras : air
sebanyak 1 : 5

Pembuatan
Campurkan tepung beras, pati kuah cendol
ganyong, kapur sirih dan sedikit air

Adonan
cendol
Sisa air dididihkan
Santan dididihkan Larutan gula merah
sebanyak 500 ml sebanyak 200 gram dan air
Panaskan sambal di aduk 100 ml
sampai matang

Campurkan semua kuah.


Tuangkan sedikit demi sedikit
keatas cetakan sambil ditekan

Masukkan cendol kedalam Kuah


kuah cendol

Cendol

20
BAB IV
ANGGARAN BIAYA

Rencana Harga
Jumlah Unit Jumlah (Rp)
Pengeluaran Satuan (Rp)

Ganyong 5 kg 15.000 75.000

Tepung Beras 1,5 kg 50.000 50.000

Gula merah 500 gram 10.000 10.000

Santan 1000 ml 20.000 20.000

Labu kuning 2 kg 9.000 18.000

Bahan kimia - - 160.000

Gelas cup 100 pcs 2.000 200.000

Sedotan 100 pcs 15.000 15.000

Stiker 200 pcs 1.000 200.000

Kemasan botol 100 pcs 2.000 200.000

Poster A2 2 pcs 10.000 20.000

Print 2 10.000 20.000

TOTAL 988.000

21
DAFTAR PUSTAKA

Anita, S. B. (2008). Aplikasi Karaginan dalam Pembuatan Skin Lotion. SKRIPSI.


Anonim. (2010). Lima Dari 10 Pekerja di Indonesia Terserang Penyakit Maag.
Jakarta pusat
Anonim. 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia
Tahun 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Blennow, A. (2004). Starch bioenginerring. Dalam: Elliason, A.C. Starch in Food.
Structure, Function and Application. Woodhead Publishing Limited,
Cambridge.
[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1993. Kodeks Kosmetik
Indonesia Ed ke-2 voLume I. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan
Obat dan Makanan
[Depkes RI] Direktorat Gizi Depkes RI, 1996. Daftar Komposisi Bahan Makanan.
Bhratara Karya Aksara, Jakarta.
Harmayani, E. (2011). KARAKTERISASI PATI GANYONG (Canna Edulis)
DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN
COOKIES DAN CENDOL. Jurnal Teknologi Pangan dan Hasil
Pertanian, Vol. 31, No. 4.
Hidayah, R., 2010. Manfaat dan Kandungan Gizi Labu Kuning (Waluh).
http://www.borneotribune.com [15 April 2017].
Perez, E., Lares, M. dan Gonzalez, Z. (1997). Some Characteristics of Sagu
(Canna edulis Kerr) and Zulu (Maranta sp.) Rhizomes. Journal of
Agriculture and Food Chemistry 45: 2546-2549.
Rowe, R.C., Sheskey, P.J. and Quinn M., E. (2009). Handbook of Pharmaceutical
Excipients. Lexi-Comp: American Pharmaceutical Association, Inc. Page
418, 685
Santacruz, S. (2004). Characterisation of starches isolated from Arracacha
xanthorriza, Canna edulis and Oxalis tuberosa and extracted from potato
leaf. Agraria 486.
Susanto, T. dan B. Saneto, 1994. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian. Bina
Ilmu, Surabaya.
[SNI] Standar Nasional Indonesia 164399. 1996. Sediaan Tabir Surya. Jakarta:
Badan Standarisasi Nasional.
[SNI] Standar Nasional Indonesia 013544. 1999. Syarat Mutu Sirup. Jakarta:
Badan Standarisasi Nasional
Sondari D. 2007. Sintesis dan aplikasi polimer kationik alami pada sistem emulsi
skin lotion. [tesis]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian
Bogor.
Widyapranata, R. (2014). Formulasi Ekstrak Buah Jambu Biji (Psidium
guajavaL.) sebagai Lotion Antioksidan . Jurnal Farmasi Indonesia, 39-45.
Winarsi,H.2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta

22

Anda mungkin juga menyukai