Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KKN MBKM

PENGEMBANGAN PERTANIAN VERTIKULTUR UNTUK


LAHAN TERBATAS
DIBALAI PELATIHAN TEKNIS PERTANIAN PROVINSI
SULAWESI UTARA

OLEH :

ALYA POLAPA
613419055

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA
MASYARAKAT
2022
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA

A. Judul Program : Pengembangan Pertanian Vertikultur Untuk Lahan Terbatas


B. Lokasi KKN : Balai Pelatihan Teknis Pertanian
Desa : Kalasey Satu
Kecamatan : Mandolang
Kabupaten : Minahasa
Provinsi : Sulawesi Utara
C. Peserta KKN :

1. Ali Fathur Rachim/613419012 8. Alya Polapa/613419055


2. Dariani A Harundja/613419013 9. Abd Rahman Yusuf/613419059
3. Sagita Putri Moha/613419022 10. Windrawati Suhuru/613419062
4. Hikmah Qur’ain Marwan/613419031 11. Putri Arisky Abas/613419069
5. A Nurlaila A. Kader/613419047 12. Kelvin Arvianto/613419073
6. Alfandri Akuba/613419048 13. Sri Jein Ishak/613419074
7. Ifki Nur Iqlima Mokodompis/61341904914. Adi Kurniawan Saputra/613419077

DISETUJUI OLEH

Dosen Pembimbing, Ketua Jurusan Agroteknologi,

Fauzan Zakaria, SP, M.Si Roin R.C Saroinsong, SP. M.Si


NIP: 19670817 200312 1 001 NIP: 19670607 199703 1 006

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. yang tidak ada hentinya
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya kepada semua mahluk ciptaannya. Atas izin-
Nya pulalah kami dapat menyelesaikan semua program kerja kegiatan KKN kami
serta menyelesaikan laporan KKN ini dengan baik.
Alhamdulilah tidak terasa pelaksanaan KKN MBKM di Balai Pelatihan
Teknis Pertanian bertepatan di Desa Kalasey Satu, Kecamatan Mandolang,
Kabupaten Minahasa sudah selesai. Ada banyak hal yang dapat menambah
pengalaman hidup dan ilmu yang kami dapatkan. Cerminan sikap tolong – menolong,
bekerja sama dan saling menghargai satu sama lain sangat dicerminkan oleh Pejabat
Struktural, staf maupun THL serta masyarakat disini. Hal itu membuat kami
termotivasi untuk menyelesaikan program kerja kegiatan kami dengan sebaik
mungkin. Sebagai hasilnya, semua kegiatan program kerja kami terlaksana dengan
baik dan lancar.
Tak lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu menyelesaikan KKN ini. Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Eduart Wolok, ST, MT, selaku rektor Universitas Negri Gorontalo.
2. Ibu Dr. Ir. Asda Rauf, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Negeri
Gorontalo.
3. Ibu Dr. Indriati Husain, S.P, M.Si, selaku Ketua Jurusan Prodi Agroteknologi,
terimakasih sudah memberikan kesempatan kepada kami untuk melaksanakan
KKN ini.
4. Bapak Angry Pratama Solihin, S.P., M.Sc. selaku dosen pembimbing lapangan,
terimakasih atas masukan, kritikan dan saran yang diberikan.
5. Bapak Roin R.C.Saroinsong, SP. M. Si, selaku Kepala Balai Pelatihan Teknis
Pertanian Provinsi Sulawesi Utara, terimakasih telah bersedia menerima kami di
Balai ini.
6. Bapak Ibu Pejabat struktural dan staf di Balai Pelatihan Teknis Pertanian,
terimakasih atas bantuan dan kerja samanya.
7. Masyarakat yang tinggal di area Balai, terimakasih atas bantuan dan support
selama kami menjalankan program.

ii
8. Teman-teman KKN MBKM Balai Pelatihan Teknis Pertanian yang telah
melaksanakan kegiatan KKN ini, terimakasih atas kerja sama selama kegiatan
berlangsung.
9. Semua pihak yang sudah membantu mensukseskan semuan kegiatan kami,
yang tidak kami sebutkann satu persatu.

Semoga segala kebaikan dan keikhlasan semuanya pada proses mensukseskan


semua kegiatan kami mendaptakan ridho dan balasan dari Allah SWT.
Kami menyadari bahwa untuk mencapai hasil yang maksimal tidaklah
mudah, sebab keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami baik dari segi ilmu
maupun literatur. Sehingga kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun
sangat kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini serta untuk memperoleh hasil
yang sesuai dengan yang diharapkan.

Kalasey Satu, 01 Desember 2022


Penyusun

Tim KKN MBKM Prodi Agroteknologi

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................i

KATA PENGANTAR...............................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................1

1.2 Gambaran Umum Lokasi KKN.....................................................3

1.3 Tujuan Pelaksanaan KKN MBKM................................................4

1.4 Manfaat Pelaksanaan KKN MBKM..............................................5

BAB II HASIL OBSERVASI....................................................................6

2.1 Permasalahan di Lokasi KKN........................................................6

2.2 Rencana Penyelesaian....................................................................7

BAB III METODE PELAKSANAAN PROGRAM..................................8

3.1 Waktu dan tempat..........................................................................8

3.2 Alat dan Bahan...............................................................................8

3.3 Prosedur Kerja...............................................................................8

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................10

4.1 Hasil.............................................................................................10

4.2 Pembahasan.................................................................................12

4.3 Kegiatan Tambahan.....................................................................13

BAB V PENUTUP..................................................................................15

5.1 Kesimpulan..................................................................................15

5.1 Saran............................................................................................15
iv
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................16

LAMPIRAN.............................................................................................16

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mengkonsumsi sayuran setiap hari terbukti bermanfaat bagi tubuh. Hal ini
karena sayuran banyak mengandung serat, vitamin A, vitamin C, dan mineral yang
dibutuhkan tubuh (Vincent, Rubatzky, dan Yamaguchi, 1998). Namun demikian,
konsumsi sayuran di Indonesia saat ini masih dibawah standar yang
direkomendasikan FAO, yaitu sebesar 40,90 kg/kapita/tahun pada tahun 2007.
Standar konsumsi sayur yang direkomendasikan FAO sebesar 73 kg/kapita/tahun,
sedangkan standar kecukupan untuk sehat sebesar 91,25 kg/kapita/tahun(Anonymous,
2012).
Dari jumlah tersebut tidak semua sayuran yang dikonsumsi masyarakat aman
bagi tubuh, hal ini disebabkan adanya residu pestisida yang terkandung dalam sayuran
Bahan-bahan kimia seperti pupuk kimia, pestisida sintesis serta hormon pertumbuhan
dalam produksi pertanian, dapat menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan
manusia dan lingkungan. Bagi manusia, senyawa kimia tersebut berpotensi
menurunkan kecerdasan, menggangu kerja saraf, menganggu metabolisme tubuh,
menimbulkan radikal bebas, menyebabkan kanker, meningkatkan risiko keguguran
pada ibu hamil dan dalam dosis tinggi menyebabkan kematian (Sutanto, 2002).

Tingginya resiko yang disebabkan oleh bahan-bahan kimia tersebut


mendorong masyarakat untuk beralih pada produk-produk sayuran organik.Namun
saat ini sayuran organik masih merupakan komoditas yang sulit didapatkan di
pasaran, kalaupun tersedia biasanya harga sayuran organik relatif mahal sehingga
tidak terjangkau semua kalangan masyarakat.Upaya aplikatif yang murah dan efektif
untuk meningkatkan konsumsi sayuran organik yang aman bagi tubuh adalah dengan
melakukan budidaya sayuran organik di pekarangan rumah. Saat ini, luas pekarangan
rumah pada perumahanperumahan rakyat sangat terbatas.

Strategi yang digunakan untuk tetap bisa melakukan kegiatan budidaya


sayuran organik di pekarangan rumah adalah dengan menggunakan sistem vertikultur.
Vertikultur merupakan cara budidaya tanaman secara vertikal atau bertingkat ke atas.

1
Penggunaan sistem vertikultur memungkinkan untuk melakukan kegiatan budidaya
sayuran dengan memanfaatkan tempat secara efesien. Dalam budidaya ini, sayuran
ditanam dengan memanfaatkan ruang tumbuh ke atas.
Sesuai dengan asal katanya dari bahasa Inggris, yaitu vertical dan culture,
maka vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau
bertingkat, baik indoor maupun outdoor. Sistem budidaya pertanian secara vertikal
atau bertingkat ini merupakan konsep penghijauan yang cocok untuk daerah
perkotaan dan lahan terbatas. Misalnya, lahan 1 meter mungkin hanya bisa untuk
menanam 5 batang tanaman, dengan sistem vertikal bisa untuk 20 batang tanaman.
Vertikultur tidak hanya sekadar kebun vertikal, namun ide ini akan merangsang
seseorang untuk menciptakan khasanah biodiversitas di pekarangan yang sempit
sekalipun. Struktur vertikal, memudahkan pengguna membuat dan memeliharanya.
Pertanian vertikultur tidak hanya sebagai sumber pangan tetapi juga
menciptakan suasana alami yang menyenagkan. Model, bahan, ukuran, wadah
vertikultur sangat banyak, tinggal disesuaikan dengan kondisi dan keinginan. Pada
umumnya adalah berbentuk persegi panjang, segi tiga, atau dibentuk mirip anak
tangga, dengan beberapa undak-undakan atau sejumlah rak. Bahan dapat berupa
bambu atau pipa paralon, kaleng bekas, bahkan lembaran karung beras pun bisa,
karena salah satu filosofi dari vertikultur adalah memanfaatkan benda-benda bekas di
sekitar kita. Persyaratan vertikultur adalah kuat dan mudah dipindah-pindahkan.
Tanaman yang akan ditanam sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan memiliki
nilai ekonomis tinggi, berumur pendek, dan berakar pendek.
Tanaman sayuran yang sering dibudidayakan secara vertikultur antara lain
selada, kangkung, bayam, pokcoy, caisim, katuk, kemangi, tomat, pare, kacang
panjang, mentimun dan tanaman sayuran daun lainnya. Untuk tujuan komersial,
pengembangan vertikultur ini perlu dipertimbangkan aspek ekonomisnya agar biaya
produksi jangan sampai melebihi pendapatan dari hasil penjualan tanaman.
Sedangkan untuk hobiis, vertikultur dapat dijadikan sebagai media kreativitas dan
memperoleh panenan yang sehat dan berkualitas.
Lahan yang sempit memang membuat kegiatan berkebun jadi kurang leluasa,
terutama di perumahan di perkotaan, namun dengan memanfaatkan ruang secara
vertikal, berkebun menjadi lebih menyenangkan dengan kuantitas yang dapat
ditingkatkan. Perumahan yang tidak mempunyai lahan pekarangan tetapi masih
mempunyai ruang terbuka di atas bangunan masih dapat dimanfaatkan sebagai
2
penghasil tanaman. Vertikultur adalah pola bercocok tanam yang menggunakan
wadah tanam vertikal untuk mengatasi keterbatasan lahan. Tempat media vertikultur
dapat menggunakan bambu, talang, rak kayu bertingkat dll. Media tanam digunakan
bisa campuran tanah, kompos, dan sekam. Jenis tanaman yang ditanam dari tanaman
sayursayuran dan sayuran buah serta tanaman hias. Pertanian perkotaan merupakan
sebuah upaya pemanfaatan ruang minimalis yang terdapat di perkotaan untuk
dimanfaatkan agar dapat menghasilkan produksi. Produksi ini berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan pangan, kenyamanan hidup ditengah polusi udara perkotaan
dan menghadirkan nuansa estetika di rumah kota.

1.2 Gambaran Umum Lokasi KKN

Kecamatan Mandolang merupakan daerah yang termasuk dalam wilayah


Kabupaten Minahasa menurut peraturan daerah Kabupaten no 2 tahun 2012
Kecamatan Mandolang pada tanggal 10 September 2012 di mekarkan dari
kecamatan pineleng. Luas wilayah Kecamatan Mandolang adalah 3.844,27 Ha.
Dengan Jumlah penduduk di kecamatan mandolang adalah 20.707 jiwa dengan laki-
laki berjumlah 10.532 jiwa sedangkan perempuan 10.175 jiwa (Disdukcapil
Kab.Minahasa Tahun 2019). Terdapat 11 desa di Kecamatan Mandolang yang
termasuk dalam klasifikasi peri-urban sekunder yaitu Kalasey Satu, Kalasey Dua,
Tateli Satu, Tateli Dua, Tateli Tiga, Tateli, Tateli Weru, Koha, Koha Barat, Koha
Selatan, Agotey. Sementara karakteristik rural peri-urban hanya ditemukan pada
desa Koha Timur.

Berdasarkan kondisi geografisnya, Desa Kalasey Satu memiliki luas wilayah


mencapai 356 Ha. Desa Kalasey Satu terdiri dari 6 Jaga yaitu Jaga I, Jaga II, Jaga III,
Jaga IV, Jaga V, Jaga VI. Desa Kalasey Satu secara administrative berada dalam
wilayah Kecamatan Mandolang, Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara.
Letak geografis berada pada 1°27’14,2”-1°27’40,2”LU dan 124°45’50,5”-
124°47’2,2”BT. Desa Kalasey Satu memiliki Batas-batas desa sebagai berikut :

Utara : Laut Sulawesi/Teluk Manado

Timur : Kelurahan Malalayang II dan Desa Kalasey II

Selatan : Desa Sea dan Desa Kalasey II

3
Barat : Desa Tateli I

Balai Pelatihan Teknis Pertanian berdiri dengan nomenklatur kegiatan


pertama Pendidikan dan Pelatihan Chrass program pelatihan tanggal 6 Desember
1982 dengan nama Balai Latihan Pegawai Pertanian (BLPP). Yang saat itu masih
berstatus Proyek Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Pertanian dengan pimpinan
Bapak Ir. Efendy Monoarfa. Perubahan pimpinan pada tanggal 1 April 1983
Kepala Balai kepada Bapak drh. Joseph Soemadji Kartadiwirja yang dengan
perkembangan pada tanggal 1 April 1988 terjadi penggantian pimpinan BLPP
kepada Bapak Ir. Soritua Butarbutar, MEd.

Pada tahun 1995 terjadi penggantian pimpinan Kepala BLPP Bapak Ir.
Johanes Samuel Patisina terjadi perubahan nama dari Balai Latihan Pegawai
Pertanian berubah menjadi Balai Diklat Pertanian sekaligus terjadi pergantian
pimpinan dari Ir. Johanes Samuel Patisina kepada Bapak Jefferson Rumbayan
MS. Pada tahun 2005 terjadi pergantian pimpinan kepada Bapak Dr. Ir. Arie
Boroing, M.Si sebagai pelaksana tugas kepala Balai.Pada tahun 2006 terjadi
pergantian pimpinan kepada Bapak Ir. Jeffry Oroh.

Pada tahun 2012 terjadi pergantian pimpinan kepada Bapak Ir. Phillips
Wowiling dengan nomenklatur baru Balai Pelatihan dan Penyuluhan Pertanian.
Pada tahun 2021 terjadi pergantian pimpinan kepada Bapak Henry Stevanus
Lumangkun, SE. Sebagai pelaksana tugas Kepala Balai Pada tahun 2021 terjadi
pergantian pimpinan kepada Roin R. C. Saroinsong, SP., M.Si.

1.3 Tujuan Pelaksanaan KKN MBKM

Tujuan kegiatan pengabdian masyarakat adalah agar masyarakat dapat


memanfaatan lahan pekarangan yang sempit sebagai penghasil sayur-sayuran yang
sehat dengan budidaya tanaman teknik vertikultur khususnya masyarakat di sekitar
kawasan kantor Desa Kalasey Kecamatan Mandolang, Kabupaten Minahasa, Provinsi
Sulawesi Utara.

4
1.4 Manfaat Pelaksanaan KKN MBKM

Manfaat dari pembuatan media vertikultur adalah untuk mengatasi


keterbatasan lahan yang tersedia dipekarangan rumah sehingga dapat memanfaatkan
pekarangan rumah secara optimal. Sedangkan manfaat dari pelaksanaan program
kerja KKN MBKM ini yaitu melalui kegiatan ini diharapkan memberi manfaat
kepada masyarakat yang ada, berupa pengetahuan tentang cara pembuatan media
vertikultur sehingga masyarakat dapat mempraktekannya sebagai penyaluran hobi
dilapangan/pekarangan rumah, sehingga dapat mewiujudkan keinginan dalam
mengatasi persoalan pemikiran masyarakat “Berkebun tidak semestinya dilahan yang
luas”. Berkebun bisa dilakukan dilahan yang sempit dengan memanfaatkan bambu
sebagai media vertikultur.

5
BAB II

HASIL OBSERVASI

2.1 Permasalahan di Lokasi KKN


Untuk menemukan permasalahan yang terjadi di lokasi KKN, kami telah
melakukan observasi dengan terus mewawancarai masyarakat dan aparat desa guna
memahami permasalahan sekaligus potensi-potensi yang ada di Desa Pentadu Barat.
Berdasarkan hasil wawancara kami menemukan bahwa sebagian besar penduduk
Desa Pentadu Barat didominasi oleh nelayan dan sebagian lainnya masih banyak
yang pengangguran. Desa Pentadu Barat yang berlokasi di pesisir pantai Boalemo
dan berada tidak jauh dari pusat ibukota Boalemo ini memiliki potensi besar untuk
dapat berkembang menjadi Desa Wisata, hal tersebut juga didukung langsung oleh
pemerintah Kabupaten Boalemo dengan dipilihnya Desa Pentadu Barat sebagai
lokasi pembangunan wisata kuliner yang direncanakan akan dibangun pada tahun
2022 ini.
Melalui wawancara dengan pihak terkait, ditemukan permasalahn sebagai berikut :
1. Rendahnya minat dari masyarakat Desa Pentadu Barat untuk dapat
membangun usaha sendiri.
2. Terdapat beberapa masyarakat yang telah membangun usaha ekonomi kreatif
namun masih kurang mendapat perhatiaan serta apresiasi dari pihak Desa.
3. Menurut Hasil wawancara dengan ketua penggerak PKK dan data yang kami peroleh
sebagian besar penduduk lebih mengandalkan bantuan dari pemerintah seperti
Bantuan Langsung Tunai. Bantuan yang diperoleh masyarakat tidak dimanfaatkan
dengan baik untuk dapat membangun usaha, padahal Desa Pentadu Barat merupakan
desa yang kaya akan potensi. Hal ini menjadi kekhawatiran bagi ketua penggerak
PKK ketika nantinya wisata kuliner telah dibangun akan lebih banyak di isi oleh
UMKM dari luar Desa dari pada UMKM Desa Pentadu Barat sendiri.
4. Belum adanya lembaga ekonomi kerakyatan di desa sebagai lembaga
pemberdayaan masyarakat.

6
2.2 Rencana Penyelesaian

Sejalan dengan Tujuan dilaksanakan KKN MBKM Membangun Desa ini kami
menawarkan solusi untuk menangani pemanfaatan potensi Desa Pentadu Barat
sebagai berikut :
1. Melakukan sosialisai dan pembimbingan dalam meningkatkan pengetahuan serta
keterampilan dalam membangun usaha ekonomi kreatif khususnya dengan
memanfaatkan media.
2. Melaksanakan kegiatan pameran etnomatematika (matematika budaya) jajanan
kuliner tradisional milik UMKM masyarakat yang ada di Desa Pentadu Barat

7
BAB III

METODE PELAKSANAAN PROGRAM

3.1 Waktu dan tempat


3.1.1 Waktu
Pelaksanaan KKN MBKM dengan konsep vertikultur dilaksanakan selama
kurang lebih 4 bulan yaitu pada bulan Juli sampai dengan November Tahun 2022.
3.1.2 Tempat
Proses pembuatan serta peletakkan vertikultur ini berlokasi di UPTD Balai
Pelatihan Teknis Pertanian, Desa Kalasey, Kecamatan Mandolang, Kabupaten
Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam pembuatan vertikultur ini di antaranya: pipa
paralon 4 meter, gergaji besi, ember (wadah tempat berdirinya vertikultur (penyangga
kerangka)), alat pemanas (memanaskan pipa agar membentuk lubang).
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang di gunakan dalam pembuatan vertkiltur ini yaitu: tanah,
pupuk kandang, daun/rumput kering, pasir, batu-batu kecil, dan semen.

3.3 Prosedur Kerja


Langkah-langkah yang diterapkan dalam pembuatan vertikultur adalah sebagai
berikut:
a. Langkah pertama menyiapkan bahan dan alat
b. Kemudian mengukur pipa paralon 4 meter dengan menggunakan meteran
(panjang pipa yang digunakan 1,3 meter) dan menggunakan gergaji besi
sebagai alat pemotong.
c. Membuat lubang pada pipa yang sudah dipotong (kerangka) dengan
menggunakan alat pemanas.
d. Setelah itu, pembuatan penyangga kerangka vertikultur dengan cara
mengumpulkan pasir dan batu-batu kecil, dan campurkan dengan semen.

8
e. Bahan-bahan yang dicampurkan tadi dipindahkan pada wadah penyangga
kerangka (ember).
f. Selanjutnya, mencampurkan tanah, pupuk kandang, dan daun/rumput kering
sebagai media tanam pada vertikultur dan diisikan kedalam pipa (kerangka
vertikultur).
g. Kemudian meletakkan kerangka vertikultur yang telah jadi pada tempat yang
diinginkan dan disepakati.
h. Mendokumentasikan hasil dari pembuatan vertikultur pada lahan di UPTD
Balai Pelatihan Teknis Pertanian Provinsi Sulawesi Utara

9
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

KKN MBKM ini dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 4 bulan dengan
program kerja pembuatan vertikultur yang dimanfaatkan sebagai tempat alternative
budidaya tanaman bayam. Hasil pembuatan vertikultur adalah sebagai berikut.
Table 1. Prosedur Pembuatan Vertikultur
Gambar Prosedur
No. Keterangan
Pembuatan Vertikultur
1. Proses pemotongan pipa sebagai tempat
tanaman bayam dengan menggunakan alat
gergaji besi, dan meteran untuk mengukur.

2. Proses pembuatan lubang pada pipa sebagai


tempat penanaman tanaman bayam dengan
memanaskan pipa menggunakan alat
pemanas

3. Pengambilan pasir dan batu-batu kecil


sebagai bahan campuran penyangga
kerangka vertikultur

10
4. Pembuatan penyangga kerangka vertikultur

5. Pengisian media tanam pada vertikultur


(tanah, pupuk kandang, dan daun/rumput
kering)

6. Dokumentasi hasil penyelesaian program


kerja vertikultur

11
4.2 Pembahasan
4.2.1 Vertikultur
Budidaya secara vertikultur ada kelebihan dan kekurangan. Keuntungan
budidaya secara vertikultur adalah sebagai berikut :
a. Kualitas produksi Iebih baik dan lebih bersih
b. Kuantitas produksi lebih tinggi dan kontinuitas produksi dapat dijaga
c. Mempercantik halaman dan benfungsi sebagai paru-paru kota
d. Menunjang pendapatan keluarga
e. Menjadi lahan bisnis, baik langsung maupun tidak langsung
f. Dapat digunakan sebagai sumber tanaman obat bagi keluarga(toga)
g. Menambah dan memperbaiki gizi kcluarga
h. Efisiensi lahan, pupuk, air, benih, dan tenaga kerja
i. Menghilangkan stress atau mengurangi beban pikiran.
Kekurangan sistem vertikultur adalah sebagai berikut:
a. Rawan terhadap serangan jamur
b. Investasi awal yang dibutuhkan cukup tinggi, terutama untuk membuat
bangunan
c. Apabila menggunakan atap plastik, harus dilak penyiraman tiap hari
d. Perlu tangga atau alat khusus yang dapat dinaiki pemeliharaan dan pemanenan
di lantai atas.
Media tanam vertikultur ini bisa menggunakan campuran tanah, kompos, dan
sekam. Budidaya tanaman secara vertikultur di daerah perkotaan dapat menciptakan
keasrian, konservasi sumber daya tanah dan sumber daya air, memperbaiki iklim
mikro perkotaan, serta dapat memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga, juga
meminimalisir pengeluaran keluarga (Setiawati1, Rahmawati Madanih, 2019).

4.2.2 Realisasi Rencana Aksi


Kegiatan KKN MBKM ini dengan program kerja Pemanfaatan Vertikultur
untuk Lahan Sempit dapat membangun kerangka berfikir yang lebih kreatif dan
inovatif kepada masyarakat, yaitu dalam bidang kewirausahaan maupun pemanfaatan
di pekarangan rumah sendiri. Hal-hal yang akan direalisasikan dalam kegiatan KKN
MBKM adalah sebagai berikut :
a. Menjadi inspirasi dan inovasi bagi masyarakat dalam pemanfaatan vertikultur
sebagai alternative budidaya tanaman di lahan sempit

12
b. Menjadi salah satu media penambah pengetahuan mengenai pemanfaatan
vertikultur sebagai usaha.

Untuk mencapai tujuan tersebut, kegiatan yang dilaksanakan dalam KKN


MBKM ini yaitu :
1) Kegiatan inti yang dilaksanakan dalam KKN MBKM ini adalah kegiatan
program kerja pembuatan vertikultur sebagai pemanfaatan lahan sempit.
2) Kegiatan sosialisasi tentang program kerja dan pemanfaatan vertikultur
sebagai salah satu pilihan alternative dalam pemanfaatan lahan sempit juga
bermanfaat dalam bidang kewirausahaan.
3) Kegiatan tambahan yang dilakukan yaitu kerja bakti social yang dilaksanakan
setiap hari jum’at.

4.2.3 Hambatan
Hambatan utama kami dalam melaksanakan program kerja yang kami hadapi
adalah kesulitan dalam hal pendanaan.

4.3 Kegiatan Tambahan


4.3.1 Kegiatan Penyukuhan Sekolah Lapang Cabai

Sekolah Lapang (SL) merupakan kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan


dan keterampiilan petani dalam budidaya tanaman cabe yang baik dan benar sebagai
bagian program peningkatan produksi, produktivitas dan mutu buah cabe yang
berkelanjutan. Pada prinsipnya sekolah Lapang (SL) adalah petani mengalami sendiri
dengan melakukannya sendiri kegiatan yang telah diagendakan  sehingga petani
dapat mengungkapkan atau menggambarkan sendiri kegiatan yang dilakukan
kemudian petani belajar menganalisa dan berdiskusi tentang kegiatan yang
dilakukannya, selanjutnya petani belajar menyimpulkan dan membuat keputusan
tindakan yang perlu dilakukan. Keputusan tersebut akan diterapkan nantinya pada
lahan belajar dan lahan usahanya sendiri.
Sekolah lapangan cabai merupakan salah satu upaya peningkatan produktivitas
hasil tanaman cabai melalui pengembangan sumber daya manusia. Sekolah lapangan

13
merupakan salah satu cara pembelajaran yang mampu membentuk perilaku petani
untuk berusaha tani cabai rawit dengan baik dan benar.
Sekolah Lapang (SL) Cabe tahun 2022 di laksanakan oleh Balai Pelatihan Teknis
Pertanian yang juga turut berpartisipasi mahasiswa KKN
MBKM Universitas Negeri Gorontalo. Yang telah di mulai dari bulan juli –
selesai. Adapun Wikayah Kerja Penyuluh Pertanian (WKPP) yang melaksanakan di
antaranya desa Popo dan Desa Mopolo, Kecamatan Ranoyapo, Kabupaten Minahasa
Selatan dan Desa Pinokalan Kota Bitung.

4.3.2 Sosialisasi sertifikasi organic

Sistem Pertanian Organik adalah sistem manajemen produksi yang holistik


untuk meningkatkan dan mengembangkan kesehatan agroekosistem, termasuk
keragaman hayati, siklus biologi, dan aktivitas biologi tanah. Pertanian organik
menekankan penerapan praktekpraktek manajemen yang lebih mengutamakan
penggunaan input dari limbah kegiatan budidaya di lahan, dengan mempertimbangkan
daya adaptasi terhadap keadaan/kondisi setempat. Jika memungkinkan hal tersebut
dapat dicapai dengan penggunaan budaya, metoda biologi dan mekanik, yang tidak
menggunakan bahan sintesis untuk memenuhi kebutuhan khusus dalam sistem
Kegiatan sosialisasi sertifikasi Sistem Pertanian organic ini dilaksanakan oleh
Dinas Pertanian dan Peternakan Sulawesi Utara yang bertempat di desa Kayawu,
Kecamatan Tomohon Utara, Kab. Minahasa Utara, pada tanggal 08 September 2022. 
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman Petani tentang Pentingnya
melakukan pertanian organic  dan meningkatkan pemahaman petani tentang
Sertifikasi Organic pada hasil pertanian. 

14
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa program
kerja pembuatan vertikultur dapat dimanfaatkan sebagai tempat alternatif budidaya
tanaman. Budidaya secara vertikultur memiliki keuntungan dan kelebihan yang cukup
banyak, contohnya Mempercantik halaman dan benfungsi sebagai paru-paru kota,
efisiensi lahan, pupuk, air, benih, dan tenaga kerja serta masih banyak lagi.
Terealisasinya program kerja pembuatan vertikultur ini dapat memberikan
pemanfaatan Vertikultur untuk Lahan Sempit dapat membangun kerangka berfikir
yang lebih kreatif dan inovatif kepada masyarakat, yaitu dalam bidang kewirausahaan
maupun pemanfaatan di pekarangan rumah sendiri.

5.1 Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil pembahasan di atas disarankan kepada
pembaca atau masyarakat agar melakukan budidaya sayuran secara hidroponik
vertikultur agar bisa mengoptimalkan lahan yang sempit.

15
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous.2012. Konsumsi Sayur Masyarakat Indonesia Di Bawah Rekomendasi


FAO.
Setiawati1, Rahmawati Madanih2*, A. A. R. D. (n.d.). Dengan Sistem Vertikultur Di
Lahan Terbatas. September 2019.
Sutanto R., 2002. Pertanian Organik Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan.
Kanisius.Yogyakarta.217 hlm. PPPTAL. 2009. Bahan Pelatihan Pertanian
Organik. Pusat Pelatihan Pertanian Organik. Bogor.

Vincent, E., Rubatzky, Yamaguchi,M., 1998. Sayuran Dunia 1 : Prinsip, Produksi,


dan Gizi. Penerbit ITB. Bandung.

16
LAMPIRAN

1. Rincian anggaran biaya KKN MBKM Mandiri

Kegiatan 1. Pembuatan Vertikultur Volume  Harga satuan Jumlah(Rp)


Spanduk Kegiatan 1 Buah 100.000 100.000
Pipa paralon 20 ujung 60.000 1.200.000
Semen 1 sak 60.000 60.000
Pupuk organik 10 karung 15.000 150.000
Benih tanaman selada 1 pak 150.000 150.000
Gergaji besi 2 buah 100.000 200.000
Alat pemanas pipa (sewa) 2 buah 50.000 100.000
Trasportasi 14 orang 100.000 1.400.000
SUB TOTAL (Rp) 3.360.000
Kegiatan 2. Acara Perpisahan Volume  Harga satuan Jumlah(Rp)
1 paket
Konsumsi berat 2.750.000 2.750.000
(catering)
Konsumsi ringan 200 biji (kue) 1.500 300.000
Air mineral 2 karton 25.000 50.000
Sound Sistem (Sewa) 1 buah 100.000 100.000
SUB TOTAL (Rp) 3.200.000
TOTAL (Rp) 6.560.000

Rekapitulasi Biaya
I. Kegiatan 1. Rp 3.360.000
II. Kegiatan 2. Rp 3.200.000
Total Rp. 6.560.000

Terbilang : Enam Juta Lima Ratus Enam Puluh Ribu Rupiah.

16
Dokumentasi kegiatan kkn mbkm

Gambar 1. Penerimaan Mahasiswa KKN MBKM di Balai Pelatihan Teknis Pertanian


Sulawesi Utara

17
Gambar 2. Study Tour ke Tomohon

Gambar 3. Study Tour ke Balitpalma dan Pandu

Gambar 4. Kegiatan Penanaman, Panen dan Pasca Panen Jagung Manis

18
Gambar 5. Kegiatan Kerja Bakti Sosial Membantu Bersih-Bersih dan Lainnya di
Masjid dan Gereja

19

Anda mungkin juga menyukai