Anda di halaman 1dari 63

LAPORAN LENGKAP

TEKNOLOGI BAHAN DAN PRODUKSI PAKAN

OLEH :

ADELIA HIDAYAN
I1B119035

JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
LAPORAN LENGKAP
TEKNOLOGI BAHAN DAN PRODUKSI PAKAN

Complete Report Of Material Technology And Food Production

Oleh :

ADELIA HIDAYAN
I1B119035

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Nilai Praktikum


Teknologi Bahan Dan Produksi Pakan pada Jurusan Budidaya Perairan

JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Laporan Lengkap Praktikum Nutrisi Ikan


Laporan Lengkap : Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Pada Mata
Kuliah Teknologi Bahan Dan Produksi Pakan
Nama : Adelia Hidayan
Kelompok : I (Satu)
Jurusan : Budidaya Perairan
Fakultas : Perikanan dan Ilmu Kelautan

Laporan Lengkap ini


Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh

Koordinator Asisten Asisten Pembimbing

Achmad Rizal, S.Pi Usman, S.Pi

Mengetahui,
Koordinator Mata Kuliah
Teknologi Bahan dan Produksi Pakan

Dr. Ir. Wellem H. Muskita, M.Si.


NIP. 19620528 198803 1 001
RIWAYAT HIDUP

Adelia Hidayan dilahirkan pada tanggal 14 Oktober 2001

bertempat di Kel. Rahampuu, Kec. Kabaena, Kab.Bombana,

Prov. Sulawesi Tenggara, putri dari pasangan Hidayan Syah

dan Hesnawati, anak ke 1 dari 4 bersaudara, Riwayat

pendidikan dimulai dari TK Dwi Kartini. Kemudian

melanjutkan pendidikan di SDn Rahampuu. Lalu melanjutkan pendidikan di

sekolah menengah pertama yaitu di MTSn 01 Bombana, kemudian ke jenjang

sekolah menengah atas yaitu SMAN 1 Bombana. Selanjutan melanjutakan

pendidikan perguruan tinggi di Universitas Halu Oleo, Fakultas Perikanan Dan

Ilmu Kelautan, Jurusan Budidaya Perairan.


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Laporan

Lengkap Praktikum Teknologi Bahan Dan Produksi Pakan” ini tepat pada

waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari Laporan ini adalah untuk memenuhi

tugas Bapak Dr. Ir. Wellem H. Muskita, M.Si. pada bidang studi Teknologi Bahan

Dan Produksi Pakan. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah

wawasan tentang pengeloalaan lingkungan budidaya bagi para pembaca dan juga

bagi penulis.

Saya menyadari, laporan yang saya tulis ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan

demi kesempurnaan Laporan ini.

Kendari, 09 Juni 2022

Adelia Hidayan
UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih

kepada semua pihak yang telah memberi bimbingan, petunjuk, arahan, dan saran

yang berarti dalam kegiatan serta penyusunan laporan praktikum ini. Melalui

lembaran halaman ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Allah SWT, atas segala yang telah diberikaNya kepada kita semua hingga

selama praktikum selalu dalam lindunganNya.

2. Koordinator mata kuliah dan dosen pengampu mata kuliah teknologi bahan dan

prodksi pakan terima kasih atas bimbingan, saran dan kritik yang disampaikan.

3. Asisiten pembimbing yang telah membantu mengarahkan penulisan laporan

agar menjadi lebih baik.

4. Semua teman yang selalu membantu, tak lupa kepada kedua orang tua yang

selalu menjadi semangat.

Penulis berharap semoga laporan praktikum yang penulis kerjakan dapat

bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya untuk pembaca laporan

praktikum ini.
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL....................................................................................... i
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ iii
RIWAYAT HIDUP............................................................................................ iv
KATA PENGANTAR........................................................................................ v
DAFTAR ISI....................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL.............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... ix
I. PEMBUATAN TEPUNG KEDELAI ..........................................................
II. PEMBUATAN TEPUNG KEPALA UADANG.........................................
III. PEMBUATAN TEPUNG IKAN................................................................
IV. PEMBUATAN MINYAK IKAN................................................................
V. UJI BIOLOGI...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Alat dan Bahan Beserta Kegunaannya (Tepung Kedelai)...............................
2. Alat dan Bahan Beserta Kegunaannya (Tepung Kepala Udang).....................
3. Alat dan Bahan Beserta Kegunaannya (Tepung Ikan).....................................
4. Alat dan Bahan Beserta Kegunaannya (Minyak Ikan)....................................
5. Alat dan Bahan Beserta Kegunaannya (Uji Biologis).....................................
6. Komposisi Bahan Baku Pakan yang Digunakan.............................................
7. Parameter Kualitas Air.....................................................................................
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Biji Kedelai dan Tepung Kedelai.....................................................................
2. Tepung Kepala Udang.....................................................................................
3. Ikan Layang dan Tepung Ikan.........................................................................
4. Minyak ikan.....................................................................................................
5. Morfologi Ikan Nila.........................................................................................
6. Denah Lay Out.................................................................................................
7. Gambar Pakan Komersil..................................................................................
8. Histogram Rata-rata Pertumbuhan mutlak Ikan Nila.......................................
9. Histogram Rata-rata Laju Petumbuhan Spesifik Ikan Nila..............................
10. Histogram Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Nila......................................
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pakan merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan usaha

budidaya. Pada umumnya pakan komersial dapat menghabiskan sekitar 60-70%

dari total biaya produksi. Keberhasilan dalam usaha budidaya salah satunya dapat

dicapai dengan pemberian pakan buatan yang tepat kualitas dan kuantitasnya serta

ramah lingkungan (Agustono , dkk., 2017).

Kedelai merupakan salah satu bahan pangan dari kelompok biji-bijian

penghasil sumber protein (asam amino) serta lemak nabati yang sangat penting

peranannya dalam kehidupan, walaupun tidak selengkap seperti yang terdapat

pada hewani,). Kedelai mengandung protein kurang lebih 35%, bahkan pada

varietas unggul dapat mencapai 40-43%. Bila dibandingkan dengan beras,

jagung,, kacang hijau, daging, ikan segar dan telur, kedelai mempunyai

kandungan protein yang lebih tinggi. Dapat dikatakan bila seseorang tidak boleh

makan daging sebagai sumber protein maka kebutuhan protein 55 g/hari dapat

dipenuhi dengan mengonsumsi 157,14 g kedelai ( Rani, 2013).

Tepung kedelai adalah tepung yang terbuat dari kedelai dengan cara

dikeringkan kemudian dihaluskan dan diayak sampai didapatkan tepung kedelai

yang halus. Tepung Kedelai mengandung protein, karbohidrat, lemak, kalsium,

fosfor, dan zat besi. Selain itu di dalam Tepung Kacang Kedelai juga terkandung

vitamin A, vitamin B1 dan vitamin C ( Trisnawati, 2015).


Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu dilakukan praktikum

mengenai pembuatan tepung kedelai.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari praktikum ini adalah bagaimana cara dan

tahapan pembuatan tepung kedelai.

C. Tujuan dan Manfaat

Tujuan praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengetahui proses dan

tahapan pembuatan tepung kedelai.

Manfaat dari praktikum ini adalah untuk menambah wawasan dan ilmu

pengetahuan mengenai proses dan tahapan pembuatan tepung kedelai.


II. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum pembuatan tepung kedelai dilaksanakan pada tanggal 24 Mei

2022. Adapun lokasi praktikum bertempat di Laboratorium Produktivitas dan

Lingkungan Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Halu

Oleo, Kendari.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 1. Alat dan Bahan Beserta Kegunaanya


No Alat dan Bahan Satuan Kegunaan
1. Alat:
-Timbangan g Untuk menimbang biji kedelai
-Kompor - Untuk memasak kedelai
-Baskom - Untuk menimbang sampel
- Sebagai wadah untuk merebus biji
-Panci
kedelai
-Sendok - Untuk mengaduk biji kedelai
-Penggiling - Untuk menghaluskan biji kedelai
-Ayakan - Untuk mengayak tepung kedelai
- Sebagai tempat untuk menjemur biji
-Baki
kedelai
-Kain - Untuk mengeluarkan cairan pada biji
kedelai
-Toples - Untuk menyimpan tepung kedelai
2. Bahan:
- Biji Kedelai g Bahan untuk membuat tepung
- Air Bersih ml Untuk membersihkan biji kedelai
B. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja pembuatan tepun kedelai sebagai berikut :

1. Menimbang biji kedelai yang akan digunakan

2. Membersihkan kotoran yang ada pada biji kedelai

3. Merendam biji kedelai sekitar 10 menit

4. Mencuci biji kedelai hingga bersih

5. Merebus biji kedelai hingga matang

6. Mengepres biji kedelai menggunakan kain sampai cairan pada biji kedelai

diperkirakan habis

7. Menyimpan dan meratakan biji kedelai diatas talang atau baki

8. Menjemur dibawah sinar matahari hingga kering

9. Menggiling atau memblender biji kedelai yang telah dikeringkan hingga

menjadi tepung

10. Mengayak tepung kedelai yang telah digiling atau di blender untuk

mendapatkan tepung kedelai yang halus

11. Menyimpan tepung kedelai didalam toples


III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 1. Tepung Kedelai


(Dok. Pribadi 2022)

B. Pembahasan

Pakan merupakan komponen utama yang menjadi penunjang

keberlangsungan usaha budidaya. Biaya terbesar dalam usaha budidaya ikan

berasal dari biaya pakan. Tepung kedelai merupakan bahan baku protein nabati

terbesar dalam pembuatan pakan.Tepung kedelai dibuat melalui beberapa tahap

proses perendaman, pembersihan, pencucian, perebusan, pengepresan,

penjemuran, penggilingan, pengayakan, dan penyimpanan tepung kedelai.

Proses pembuatan tepung kedelai dimulai dengan menimbang biji kedelai

yang akan di gunakan, lalu biji kedelai dibersihkan dan di rendam sekitar ± 20

menit, kemudian biji kedelai di rebus hingga matang, setelah matang kedelai di

pres hingga cairan di perkirakan habis dan biji kedelai dijemur hingga kering di

bawah sinar matahari, proses selanjutnya dilakukan penggilingan kedelai hingga

menjadi tepung dan di ayak untuk mendapatkan tepung kedelai yang halus.

Menurut Evawati (2003), didalam proses pembuatan tepung kedelai, pemanasan

(perebusan dan pengukusan) merupakan proses penting dalam pembuatan tepung


kedelai. Proses tersebut bertujuan untuk mengaktifkan beberapa enzim di samping

menghilangkan bau.Tepung kedelai mengandung asam amino lisin yang tinggi,

suatu jenis asam amino yang biasanya sedikit sekali terdapat pada biji-bijian,

kedelai sebagai bahan dalam pembuatan tepung kedelai mengandung 18-20%

lemak dan 80% dari jumlah tersebut terdiri dari asam lemak Tak jenuh yang bebas

kolesterol. Di samping itu di dalam lemak kedelai mengandung fosfolipida

penting yaitu lesitin, seralin dan lipositol (Koeswara, 2003).


IV. PENUTUP

A. Simpulan

Kacang kedelai merupakan salah satu bahan nabati yang memiliki

kandungan protein dan nutrisi yang cukup lengkap daripada jenis

kacangkancangan lainnya. Namun, kacang kedelai memiliki kandungan tripsin

inhibitor sebagai zat anti nutrisi bagi tubuh ikan. Oleh karena itu perlu dilakukan

perebusan kacang kedeai sebelum diolah menjadi tepung untuk mengurangi atau

bahkan menghilangkan zat anti nutrisi tersebut.

B. Saran

Sebaiknya alat-alat sarana dan prasarana pembuatan tepung dan pakan

pellet yang masih kurang seperti blender dilengkapi lagi. Selain itu bagi praktikan

agar selanjutnya dapat mengikuti proses pembuatan tepung dan pakan dengan

lebih tertib.
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pakan buatan, dapat diartikan secara umum sebagai pakan yang berasal

dari olahan beberapa bahan pakan yang memenuhi nutrisi yang diperlukan oleh

ikan. Salah satu pakan ikan buatan yang paling banyak dijumpai di pasaran adalah

pelet. Pelet adalah bentuk makanan buatan yang dibuat dari beberapa macam

bahan yang kita ramu dan kita jadikan adonan, kemudian kita cetak sehingga

merupakan batangan atau bulatan kecil-kecil. Ukurannya berkisar antara 1-2 cm

(Zaenuri, dkk., 2014).

Tepung kepala udang merupakan salah satu jenis sumber karoten yang

berasal dari hasil pengolahan limbah tubuh udang yang sudah tidak dimanfaatkan

dan mengandung bahan-bahan seperti mineral, protein, khitin, dan karotenoid

(Endah, 2010).

Pemanfaatan limbah udang merupakan salah satu alternatif yang dapat

meningkatkan nilai guna dan nilai ekonomisnya. Perkembangan lebih lanjut

menunjukkan bahwa dari limbah udang dapat diproduksi khitin, khitosan, protein

konsentrat, flavoran (zat perasa) dan pigmen karotenoid (Riansah, 2020).


Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu dilakukan praktikum

mengenai pembuatan tepung Kepala Udang.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari praktikum ini adalah bagaimana cara dan

tahapan pembuatan tepung kepala udang.

C. Tujuan dan Manfaat

Tujuan praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengetahui proses dan

tahapan pembuatan tepung kepala udang.

Manfaat dari praktikum ini adalah untuk menambah wawasan dan ilmu

pengetahuan mengenai proses dan tahapan pembuatan tepung udang.


III. METODE PRAKTIKUM

C. Waktu dan Tempat

Praktikum pembuatan tepung kepala udang (Litoptnaeus vannamei)

dilaksanakan pada hari Selasa, Tanggal 26 Mei 2022. Bertempat di Laboratorium

Produktifitas dan lingkungan perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Universitas Halu Oleo, Kendari.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 2. Alat dan Bahan Beserta Kegunaanya


No Alat dan Bahan Satuan Kegunaan
1. Alat:
-Timbangan g Untuk menimbang kepala udang
-Kompor - Untuk memasak kepala udang
-Baskom - Untuk menimbang sampel
- Sebagai wadah untuk merebus
-Panci
kepala udang
-Sendok - Untuk mengaduk kepala udang
-Penggiling - Untuk menghaluskan kepala udang
-Ayakan - Untuk mengayak tepung kepala
udang
- Sebagai tempat untuk menjemur
-Baki kepala udang
-Toples - Untuk menyimpan tepung kepala
udang
2. Bahan:
- Kepala udang g Bahan untuk membuat tepung
- Air Bersih ml Untuk membersihkan kepala udang
D. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja pembuatan tepung kepala udang sebagai berikut :

1. Menimbang kepala udang yang akan digunakan

2. Membersihkan kotoran yang ada pada kepala udang

3. Mencuci kepala udang hingga bersih

4. Merebus kepala udang hingga matang

5. Menyimpan dan meratakan kepala udang diatas talang atau baki

6. Menjemur dibawah sinar matahari hingga kering

7. Menggiling atau memblender kepala udang yang telah dikeringkan hingga

menjadi tepung

8. Mengayak tepung kepala udang yang telah digiling atau di blender untuk

mendapatkan tepung kepala udang yang halus

9. Menyimpan tepung kepala udang didalam toples


III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 2. Tepung Kepala Udang


(Dok. Pribadi 2022)

B. Pembahasan

Tepung kepala udang mengandung cholesterol yang cukup tinggi yang

diperlukan untuk pertumbuhan udang. Kepala udang juga dapat diolah menjadi

tepung kepala udang. Menurut Endah (2010) Dalam tepung kepala udang

terdapat zat chitin yang sukar dicerna oleh udang. Untuk memperkecil jumlah

chitin tersebut dapat dilakukan pengayakan untuk membuang bagian yang kasar.

Analisa komposisi kimia tepung kepala udang adalah sebagai berikut protein

53,74%, lemak 6,65%, abu 7,72%, air 17,28%. Tepung kepala udang mengandung

protein yang cukup tinggi di samping itu kandungan asam aminonya mirip dengan

kandungan asam amino pada tubuh udang, untuk itu tepung kepala udang windu,

serta diharapkan dapat memberikan pertumbuhan yang baik bagi udang.

Tepung limbah udang merupakan limbah industri pengolahan udang yang

terdiri dari kepala dan kulit udang. Hasil analisis berdasarkan bahan kering bahwa

tepung limbah udang mengandung 45,29% protein kasar, 17,59% serat kasar,
6,62% lemak, 18,65% abu, 13,16 BETN Agustono , dkk., (2009). Tepung limbah

udang yang digunakan dalam ransum pakan buatan hanya sebesar 10% dan bila

dipakai sebagai pengganti tepung ikan, maka tepung limbah udang mempunyai

kelemahan, yaitu serat kasar tinggi dan mempunyai khitin. Berdasarkan hasil

analisis ini terlihat bahwa kandungan protein kasar dari tepung limbah udang

cukup baik dijadikan sebagai bahan pakan ikan. Tingginya kandungan serat kasar

tepung limbah udang menjadi kendala dalam penggunaannya.

Tahapan pembuatan tepung kepala udang dimulai dengan pengumpulan alat

dan bahan, kemudian dilakukan pembersihan kepala udang dari kotorankotoran

yang menempel di kepala udang, lalu kepala udang dicuci berulang kali hingga

benar-benar bersih. Setelah kepala udang telah bersih, kepala udang dimasak

hingga matang. Menurut Irwansyah, dkk., (2021) proses ini dilakukan untuk

mengurangi kadar air pada kepala udang selain itu untuk mengurangi bau tidak

sedap yang ditimbulkan kepala udang pada saat proses penjemuran.


IV. PENUTUP

A. Simpulan

Tepung kepala udang mempunyai protein yang begitu tinggi untuk

pertumbuhan pada ikan. Tepung kepala udang mengandung zat kitin yang

berfungsi untuk meningkatkan pigmentasi pada ikan atau organisme lainnya

terutama udang. Oleh karena itu, penambahan tepung kepala udang pada ikan

sangat baik untuk ikan dan organisme lainnya.

B. Saran

Sebaiknya alat-alat sarana dan prasarana pembuatan tepung dan pakan

pellet yang masih kurang seperti blender dilengkapi lagi. Selain itu bagi praktikan

agar selanjutnya dapat mengikuti proses pembuatan tepung dan pakan dengan

lebih tertib.
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketersediaan pakan dalam usaha perikanan budi daya secara intensif

merupakan hal yang pokok. Kebutuhan pakan ikan harus dipenuhi dari luar

kolam, yaitu berupa makanan buatan yang dikenal dengan istilah pakan ikan.

Pakan ikan dibuat dari campuran beberapa macam bahan baku dan dicetak dalam

berbagai bentuk seperti emulsi, tepung, flake (lempengan kecil/serpih), pasta,

remah (crumble), dan pellet. Komponen bahan baku pakan ikan sebenarnya

tersedia melimpah hampir disetiap kawasan pengembangan pertanian-perikanan.

Oleh karena itu, pembuatan pakan ikan merupakan alternatif lain yang dapat

dilakukan oleh pembudidaya ikan (Iskandar dan Fitriadi, 2017).

Tepung ikan merupakan sumber protein utama yang belum tergantikan

dalam pakan ikan. Tepung ikan tersedia dalam berbagai jenis berdasarkan bahan

bakunya, meskipun demikian perbedaan bahan baku tepung ikan dapat

menghasilkan tampilan pertumbuhan yang sama (Abidin, dkk., 2015).

Tepung ikan secara umum dianggap sebagai bahan baku pembuat pakan

yang memiliki kandungan protein yang paling baik, karena memiliki kandungan

nutrien yang tinggi, dan kandungan asam amino esensial yang mirip dengan

kebutuhan sebagian besar spesies ikan (Anggraini, dkk., 2018).


Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu di lakukan praktikum

mengenai pembuatan tepung ikan.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari praktikum ini adalah bagaimana cara dan

tahapan pembuatan tepung ikan.

C. Tujuan dan Manfaat

Tujuan praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengetahui proses dan

tahapan pembuatan tepung ikan.

Manfaat dari praktikum ini adalah untuk menambah wawasan dan ilmu

pengetahuan mengenai proses dan tahapan pembuatan tepung ikan.


II. METODE PRAKTIKUM

E. Waktu dan Tempat

Praktikum Teknologi Bahan dan Produksi Ikan dilaksanakan pada hari

Selasa, Tanggal 31 Mei sampai 2022. Bertempat di Laboratorium Produktifitas

dan lingkungan perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Halu

Oleo, Kendari.

F. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 3. Alat dan Bahan Beserta Kegunaanya


No Alat dan Bahan Satuan Kegunaan
1. Alat:
-Timbangan g Untuk menimbang ikan
-Kompor - Untuk memasak ikan
-Baskom - Untuk menimbang sampel
-Panci - Sebagai wadah untuk merebus ikan
-Sendok - Untuk mengaduk ikan
-Penggiling - Untuk menghaluskan ikan
-Ayakan - Untuk mengayak tepung ikan
- Sebagai tempat untuk menjemur
-Baki ikan
-Toples - Untuk menyimpan tepung ikan
2. Bahan:
- Ikan layang g Bahan untuk membuat tepung
(Decapterus
ruselli)
- Air Bersih ml Untuk membersihkan ikan
G. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja pembuatan tepung ikan sebagai berikut :

12. Menimbang ikan yang akan digunakan

13. Membersihkan kotoran yang ada pada ikan

14. Mencuci ikan hingga bersih

15. Merebus ikan hingga matang

16. Menyimpan dan meratakan ikan diatas talang atau baki

17. Menjemur dibawah sinar matahari hingga kering

18. Menggiling atau memblender ikan yang telah dikeringkan hingga menjadi

tepung

19. Mengayak tepung ikan yang telah digiling atau di blender untuk

mendapatkan tepung ikan yang halus

20. Menyimpan tepung ikan didalam toples


III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 3. Tepung ikan


(Dok. Pribadi 2022)

B. Pembahasan

Tepung ikan (marine fish meal) merupakan salah satu bentuk hasil

pengawetan ikan yang berbentuk tepung/serbuk dengan kadar air/lemak yang

rendah (Mardiana dan Fatmawati, 2014). Produk tepung ikan banyak

dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak/ bahan pakan ikan. Tepung ikan

umumnya digunakan sebagai bahan baku pakan ternak dan pakan ikan. Dalam

penyusunan ransum pakan ikan atau pakan ternak biasanya menggunakan tepung

ikan sebanyak 15-20% dari total bahan pakan yang dibuat (Sayuti dan Saidin,

2021).

Proses awal yang dilakukan dalam pembuatan tepung ikan yaitu

membersihkan sisik dan mengeluarkan seluruh isi perut ikan, kemudian ikan

dicuci hingga bersih. Ikan yang telah dicuci bersih kemudian ikan dimasak dengan

cara direbus hingga matang. Perebusan ikan ini dapat membantu mengurangi

kadar air yang terdapat dalam tubuh ikan, seperti yang dikemukakan oleh
Rahman, dkk., (2016) selama proses pemanasan, tubuh ikan melepaskan sejumlah

air sehingga terjadi penurunan kadar air pada produk yang dihasilkan dan semakin

berkurang saat proses pengepresan dan pengovenan. Namun, pada tahap ini waktu

pemanasan dan suhu dalam memasak perlu diperhatikan untuk memperoleh

kualitas tepung ikan dengan nutrisi yang baik.

Tahap selanjutnya dilakukan pengepresan hingga cairan yang ada didalam

tubuh ikan diperkirakan habis, agar proses pengeringan ketika penjemuran dapat

berlangsung lebih cepat. Ikan lalu di keringkan di bawah sinar matahari 1-3 hari,

tergantung pada keadaan cuaca. Pengeringan merupakan metode pengawetan

dengan pengurangan kadar air dari bahan pangan sehingga daya simpan menjadi

lebih panjang. Perpanjangan daya simpan terjadi karena aktivitas mikroorganisme

dan enzim menurun sebagai akibat dari air yang dibutuhkan untuk aktivitasnya

tidak cukup (Karmila, 2017). Menurut Sayuti dan Saidin (2021) Kerusakan secara

biologis dan mikrobiologi bisa disebabkan oleh tingginya kadar air suatu bahan

pakan. Oleh karena itu, dalam proses pengeringan, ikan harus dijemur hingga

benar-benar kering.

Ikan yang telah kering kemudian diblender/digiling hingga menjadi

tepung. Selanjutnya tepung ikan diayak untuk mendapatkan tepung ikan yang

halus dan mengeluarkan tepung ikan yang masih kasar. Tepung ikan yang telah

diayak selanjutnya di simpan didalam toples agar kualitas serta mutu tepung ikan

tetap terjaga.
IV. PENUTUP

A. Simpulan

Tepung ikan memiliki kandungan nutrisi yang sangat baik bagi hewan

budidaya, namun dalam pembuatan tepung ikan proses pemanasan sebaiknya

dilakukan dengan suhu dan waktu yang cukup agar kandungan nutrisi yang

terdapat dalam tepung ikan dapat terjaga secara maksimal.

B. Saran

Sebaiknya alat-alat sarana dan prasarana pembuatan tepung dan pakan

pellet yang masih kurang seperti blender dilengkapi lagi. Selain itu bagi praktikan

agar selanjutnya dapat mengikuti proses pembuatan tepung dan pakan dengan

lebih tertib.
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Budidaya ikan dapat bernilai dari sisi ekonomi jika dikembangkan secara

intensif, salah satunya dengan memperhatikan efisiensi dan kualitas pakan. Hal

tersebut karena pakan adalah input terbesar dalam meningkatkan pertumbuhan

ikan pada usaha budidaya intensif (Haetami, 2018).

Fungsi makanan bagi ikan adalah sebagai sumber energi yang diperlukan

dalam proses fisiologi ikan. Oleh karena itu, makanan sebaiknya mengandung

lemak dan komponen nutrisi lainnya. Lemak merupakan salah satu komponen

makro nutrien yang memberikan kandungan energi terbesar dibandingkan dengan

karbohidrat dan komponen lain. Lemak pakan mempunyai 2 fungsi utama, yaitu

sebagai sumber energi metabolik dan sebagai sumber dari berbagai komponen

asam lemaknya (Kurniansih, dkk., 2015).

Minyak ikan adalah minyak yang berasal dari jaringan ikan yang

berminyak. Minyak ikan dianjurkan untuk diet kesehatan karena mengandung

asam lemak omega-3, EPA (eikosapentaenoat), DHA (dokosaheksaenoat) yang

dapat mengurangi peradangan pada tubuh. Tidak semua ikan menghasilkan asam

lemak omega-3 akan tetapi hanya ikan yang mengkonsumsi mikroalga saja yang

dapat menghasilkan asam lemak tersebut misalkan saja ikan herring dan ikan

sarden atau ikan-ikan yang memangsa ikan yang mengandung asam lemak

omega-3 seperti ikan air tawar, ikan air payau, ikan air danau, ikan laut yang

gepeng, ikan tuna dan ikan salmon dimungkinkan mengandung asam lemak
omega-3 yang tinggi. Minyak ikan mengandung asam lemak yang beragam

(Hasan, dkk., 2021).

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari praktikum ini adalah bagaimana cara dan

tahapan pembuatan minyak ikan.

C. Tujuan dan Manfaat

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses dan

tahapan pembuatan minyak ikan

Manfaat pada praktikum ini yaitu sebagai bahan masukan untuk

menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.


II. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum pembuatan minyak Ikan dilaksanakan pada hari Selasa, Tanggal

31 Mei 2022. Bertempat di Laboratorium Produktifitas dan lingkungan perairan,

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Halu Oleo, Kendari.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai

berikut :

Tabel 4. Alat dan Bahan yang digunakan pada saat praktikum


No. Alat dan Bahan Satuan Keterangan
1 Alat

- Timbangan G Menimbang ikan


- Kompor - Untuk memasak ikan hingga
masak
- Pisau
- Untuk membersihkan isi perut
dan insang ikan
- Baskom - Wadah untuk merendam
dan membersihkan ikan
- Panci - Wadah untuk memasak ikan
- Sendok/Pengaduk - Untuk mengaduk ikan ketika
dimasak
A - Penyaring - Untuk memisahkan minyak
ikan
- Baki/Talang - Wadah untuk menjemur ikan
- Pengepres/Alat - Untuk memisahkan ikan dari
Pemeras
air setelah perebusan
- Kamera HP
- Untuk mendokumentasikan
- Toples kegiatan pembuatan tepung
- ikan
Untuk menyimpan tepung ikan
2 Bahan

- Ikan Layang G Bahan utama pembuat tepung


(Decapterus
ikan
ruselli)
- Air bersih Ml Untuk merebus dan
membersihkan ikan

C. Prosedur Kerja

Adapun prosedur pembuatan minyak ikan sebagai berikut :

1. Terlebih dahulu menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Menimbang ikan sebanyak 2 kg

3. Membersihkan ikan, sisik dan seluruh isi perut ikan dikeluarkan.

4. Mencuci ikan hingga bersih

5. Merebus ikan hingga masak

6. Memeras ikan menggunakan kain hingga cairan yang terdapat dalam tubuh

ikan diperkirakan habis

7. Menebar ikan secara merata diatas baki/talang

8. Menjemur ikan dibawah sinar matahari hingga minyak yang terdapat pada

ikan keluar

9. Mengambil minyak ikan yang keluar dari tubuh ikan


10. Menyimpan minyak ikan didalam botol

11. Melakukan uji proximate


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

(a) (b)

Gamabar 4. (a) Ikan Layang (Decapterus sp., (b) Minyak Ikan Layang
(Sumber Dok : Pribadi, 2022)

B. Pembahasan

Kurniansih, dkk.,(2015),menyampaikan bahwa pemanfaatan minyak

secara efisien sebagai sumber energi dapat menggantikan energi yang berasal dari

protein, sehingga dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan protein. Dosis total

minyak hewani dan nabati pada kadar protein yang sama dalam pakan atau

disebut juga rasio energi protein (E/P) dapat mempengaruhi pertumbuhan.

Pemanfaatan protein oleh ikan belum optimal, sehingga diduga protein digunakan

sebagai energi. Oleh karena itu dibutuhkan sumber energi lain, yakni yang

diperoleh dari lemak, agar protein bisa dimanfaatkan secara optimal untuk

pertumbuhan.
Secara umum kandungan Omega-3 dan Omega-6 yang tinggi dapat

meningkatkan fekunditas telur, menurunkan kada kolesterol pertumbuhan dan

tingkat kelangsungan hidup ikan. Jika kekurangan asam lemak esensial dapat

menyebabkan penurunan reproduksi, laju pertumbuhan ikan dan tingkat

kelangsungan hidup ikan (Istiqomah, 2017)

Pembuatan minyak ikan dibagi menjadi beberapa tahapan, diantaranya

tahap persiapan alat dan bahan, pencucian, perebusan, penjemuran, dan

pengambilan minyak ikan yang keluar dari tubuh ikan. Menurut Nurbayasari,

dkk., (2016) pada pembuatan minyak ikan, perebusan dilakukan untuk

mematangkan daging, mengeluarkan air dan lemak/minyak dalam jaringan tubuh

ikan.

Pada proses untuk mendapatkan minyak ikan dengan kualitas yang baik

terdapat dua tahap penting yang harus diperhatikan yaitu ekstraksi minyak dan

pemurnian minyak. Mutu minyak ikan kasar tersebut dipengaruhi oleh beberapa

faktor antara lain bahan baku, penanganan, suhu, tekanan dan kandungan partikel

pada minyak ikan. Proses pemasakan pada temperatur tinggi menyebabkan

minyak mengalami pirolisis yaitu suatu dekomposisi karena panas. Lama waktu

pemasakan juga memberikan hasil kualitas minyak yang berbeda.


IV. PENUTUP

A. Simpulan

Tepung ikan memiliki kandungan nutrisi yang sangat baik bagi hewan

budidaya, namun dalam pembuatan tepung ikan proses pemanasan sebaiknya

dilakukan dengan suhu dan waktu yang cukup agar kandungan nutrisi yang

terdapat dalam tepung ikan dapat terjaga secara maksimal.

B. Saran

Sebaiknya alat-alat sarana dan prasarana pembuatan tepung dan pakan

pellet yang masih kurang seperti blender dilengkapi lagi. Selain itu bagi praktikan

agar selanjutnya dapat mengikuti proses pembuatan tepung dan pakan dengan

lebih tertib.
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan budidaya ikan saat ini semakin berkembang guna memenuhi

kebutuhan konsumsi ikan yang meningkat. Sistem budidaya yang dipakai oleh

kebanyakan pengusaha ikan adalah sistem budidaya intensif, yaitu sistem

budidaya ikan dengan padat penebaran yang tinggi untuk memperoleh jumlah

produksi yang tinggi. Pada umumnya budidaya intensif menggunakan kolam

pemeliharaan yang terbatas dan tidak luas (Sepang, dkk., 2021).

Pakan merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan usaha

budidaya. Pada umumnya pakan komersial dapat menghabiskan sekitar 60-70%

dari total biaya produksi. Keberhasilan dalam usaha budidaya salah satunya

dapat dicapai dengan pemberian pakan buatan yang tepat kualitas dan

kuantitasnya serta ramah lingkungan (Agustono, dkk., 2017).

Ikan nila merupakan salah satu komoditas budidaya yang mempunyai prospek

pasar cukup tinggi. Sampai saat ini permintaan pasar dalam dan luar negeri

untuk ikan nila belum tercapai maksimal. Selain untuk memenuhi kebutuhan

lokal, ikan nila merupakan komoditas ekspor yang semakin hari semakin

meningkat permintaannya, terlebih kini fillet nila merupakan komoditas ekspor

yang mulai diminati oleh negara-negara importer. Ikan Nila merupakan ikan

berdaging putih, dapat tersedia dalam jumlah banyak dan harganya relatif murah

serta sebagai alternatif sumber protein non-kolesterol. Di dalam negeri, nila juga
digemari karena dianggap sebagai makanan pengganti ikan tawar. Selain

mempunyai rasa yang enak dan gurih, tekstur daging nila padat serta harganya

yang relatif murah sehingga terjangkau oleh masyarakat (Rahmi, 2016).

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari praktikum ini adalah bagaimana pengaruh kadar

protein yang berbeda dalam pakan buatan terhadap perumahan dan kelangsungan

hidup ikan (O. niloticus).

C. Tujuan dan Manfaat

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan

dengan kadar protein yang berbeda dalam pakan buatan terhadap petumbuhan dan

kelangsungan hidup ikan nila (O. niloticus).

Manfaat pada praktikum ini yaitu sebagai bahan masukan untuk

menambah wawasan dan ilmu pengetahuan serta sebagai referensi untuk pengaruh

pakan terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila (O. niloticus).
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi dan Morfologi Ikan

Klasifikasi ikan nila (Oreochromis niloticus) menurut Myers dkk., (2006)

adalah sebagai berikut :

Filum : Chordata
Sub-Filum : Vertebrata
class : Osteichthyes
Sub kelas:Acanthoptherigii
Ordo : Percomorphi
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis sp

Gambar 5. Morfologi Ikan Nila (O. niloticus)


(Sumber : Dok. Pribadi, 2022)

Ikan nila merupakan ikan yang berasal dari sungai Nil di Benua Afrika.

Secara umum, ikan nila menpunyai bentuk tubuh panjang dan ramping dengan

sisik berukuran besar, menonjol, dan bagian tepinya berwarna putih. Gurat sisi

(linea literalis) terputus dibagian tengan badan kemudian berlanjut, tetapi

letaknya lebi ke bawah dari pada letak garis yang memanjang di atas sirip dada.

Jumlah sisik, dan sirip anal menpunyai jari-jari lemak tetapi keras dan tajam

seperti duri. Sirip punggung dan sisip dadanya berwarna hitam. Bagian pinggir
sirip punggung berwarna abu-abu atau hitam (Wulandari, 2018).

B. Habitat dan Penyebaran

Ikan nila memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang baik dengan

lingkungan sekitarnya. Ikan nila juga memiliki toleransi yang tinggi terhadap

lingkungan hidupnya, sehingga bisa dipelihara di daratan yang rendah yang

berair payau maupun di daratan yang tinggi dengan suhu yang rendah. Ikan nila

mampu hidup pada suhu 14-38°C dengan suhu terbaik adalah 25-30°C. Hal yang

paling berpengaruh dengan pertumbuhannya adalah salinitas atau kadar garam

berkisar 0-29 % sebagai kadar maksimal untuk tumbu dengan baik. Meskipun

dapat hidup pada kadar garam sampai 35% namun jika ikan nila sudah tidak

dapat tumbuh berkembang dengan baik (Wulandari, 2018).

C. Siklus Hidup dan Reproduksi

Nila termasuk ikan yang mudah berkembangbiak hampir di semua

perairan dibandingkan jenis ikan lainnya. Musim pemijahan terjadi sepanjang

tahun dan mencapai kematangan kelamin pada umur sekitar 4-5 bulan

dengan kisaran berat 120-180 g/ekor. Sesuai dengan sifat-sifat biologisnya,

maka dalam proses pemijahannya tidak diperlukan manipulasi lingkungan

secara khusus. Selesai pemijahan, telur-telur yang telah dibuahi segera

diambil oleh induk betina dan dikulum di mulut. Induk betina mengerami

telur dalam mulut gunamenjaga suhu tetap normal atau juga melindungi dari

predator sehingga telurdapat menetas dengan baik. Pada umur 6-7 hari

burayak mulai dilepas oleh induknya. Post larva yang sudah cukup kuat
berenang dan dapat mencari makan sendiri (Kannur, 2017).

D. Makan dan Kebiasaan Makan

Setiap organisme hidup membutuhkan makanan untuk kelangsungan hidup

dan pertumbuhan. Makanan bagi ikan dapat diperoleh dari alam (pakan alami) dan

manusia (pakan buatan). Pakan adalah bahan yang dikonsumsi oleh hewan

berfungsi sebagai sumber makanan dan sumber nutrien atau keduanya dalam

ransum (makanan yang secara teratur diberikan atau dikonsumsi oleh seekor

hewan) pakan yang dimakan oleh ikan energinya digunakan untuk kelangsungan

hidup dan kelebihannya akan dimanfaatkan untuk pertumbuhan (Armen, 2015).

Ikan nila memakan makanan alami berupa plankton, perifiton dan

tumbuhtumbuhan lunak seperti hydrilla, ganggang sutera dan klekap. Oleh karena

itu, ikan nila digolongkan ke dalam omnivora (pemakan segala). Untuk budidaya,

ikan nila tumbuh lebih cepat hanya dengan pakan yang mengandung protein

sebanyak 20 - 25%. Dari penelitian lebih lanjut kebiasaan makan ikan nila

berbeda sesuai tingkat usianya.

Benih-benih ikan nila ternyata lebih suka mengkomsumsi zooplankton,

seperti rototaria, copepoda dan cladocera. Ikan nila ternyata tidak hanya

mengkonsumsi jenis makanan alami tetapi ikan nila juga memakan jenis makanan

tambahan yang biasa diberikan, seperti dedak halus, tepung bungkil kacang,

ampas kelapa dan sebagainya. Ikan nila aktif mencari makan pada siang hari.

Pakan yang disukai oleh ikan nila adalah pakan ikan yang banyak mengandung

protein terutama dari pakan buatan yang berupa pelet.


E. Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan

Kelangsungan hidup merupakan peluang hidup suatu individu dalam

waktu tertentu, sedangkan mortalitas adalah suatu kematian yang terjadi pada

suatu populasi yang mengakibatkan berkurangnya jumlah suatu individu dalam

populasi tersebut. Kualitas air seperti suhu, kadar amoniak dan nitrit, oksigen

terlarut, serta tingkat keasaman suatu perairan (pH), dan juga rasio antara jumlah

pakan dengan kepadatan adalah suatu faktor yang mempengaruhi kelangsungan

hidup ikan nila. Nilai tingkat kelangsungan hidup ikan rata-rata yang baik berkisar

antara 73,5 – 86,0% (Mushoni, dkk., 2021).

Berdasarkan uraian diatas dapat diidentifikasi masalah, yaitu sejauh

manakah pengaruh salinitas dalam wadah pemeliharaan terhadap pertumbuhan,

konversi pakan, dan kelangsungan hidup ikan nila (Oreochromis niloticus).

F. Pakan Ikan Nila

Pakan yang baik adalah dapat memenuhi nutrisi ikan. Pakan yang

memiliki keseimbangan protein, lemak dan serat untuk kebutuhan ikan tentu akan

memacu pertumbuhan ikan yang cepat besar, akan tetapi bila nutrisi yang

dibutuhkan ikan kurang, pertumbuhan ikan akan lamabat sehingga berakibat biaya

dan waktu panen yang cukup lama (Fauzi, dkk., 2013).

Kebutuhan nutrisi ikan nila yang dibutuhkan untuk tumbuh dan

berkembang yang termasuk didalamnya mengganti sel sel yang rusak serta

menghasilkan tenaga dalam aktivitasnya. Komponen penting yang terdapat dalam

nutrisi adalah protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral yang dibutuhkan

bagi ikan nila. Protein yang dibutuhkan didalam pakan ikan nila berkisaran antara
20-60% dan kadar protein yang optimum berkisaran 30-36%. Jumlah protein

dalam pakan disesuaikan dengan ukuran dan usia ikan nila. Ikan nila juga

membutuhkan pakan yang mengandung lemak sekitar 6-8%. Ikan nila merupakan

omnivora yang cenderung herbivora, sehingga membutuhkan karbohidrat sekitar

10-20%. Karena ikan nila mempunyai kemampuan mencerna yang relative rendah

sekitar 25% (Thalib, 2021)

Nurhayati dan Nazila (2019) ikan nila tergolong ikan pemakan segala atau

omnivora sehingga bisa mengkonsumsi makanan berupa hewani ataupun nabati.

sehingga ikan Nila mudah untuk dibudidayakan. Berdasarkan hasil analisis yang

dilakukan, isi lambung Oreochromis nilotica tercatat delapan jenis pakan yang

ditemukan terdiri dari 6 jenis kelompok pakan Nabati (Fitoplankton) yaitu,

Oedogonium sp, Anabaena sp, Nostoc sp, Oscillatoria princeps, Rivularia sp,

Coelastrum sphaericum dan 2 jenis pakan kelompok Hewani (Zooplankton) yaitu

Chironomus sp dan Dugesia tigrina. Jenis pakan ini terdapat dalam lambung ikan

Nila dalam jumlah yang berbeda. Ditemukan jumlah pakan yang paling banyak

dari kelompok pakan Nabati (Fitoplankton) jenis Coelastrum sphaericum dan

Oedogonium sp. Sedangkan jenis yang lainnya Anabaena sp, Nostoc sp,

Oscillatoria princeps, Rivularia sp, hanya dalam jumlah yang sedikit. Untuk

pakan jenis Hewani (Zooplankton) yaitu jenis Chironomus sp dan Dugesia tigrina

dalam lambung ikan nila juga ditemukan dalam jumlah yang sedikit.
G. Kebutuhan Protein Ikan Nila

Protein merupakan salah satu nutrien penting dalam pakan. Protein sering

kali digunakan sebagai indikator kualitas pakan. Pakan diperlukan untuk

pertumbuhan, kesehatan ikan, dan untuk peningkatan mutu produksi. Untuk

keperluan tersebut ikan memerlukan nutrien berupa protein yang kebutuhannya

berbeda sesuai dengan umur dan jenis ikan. Pemberian nutrient pakan yang tepat

akan menghasilkan pertumbuhan dan efisiensi pakan yang optimal. Protein

merupakan sumber energi selain lemak dan karbohidrat bagi sintasan dan

pertumbuhan ikan. Protein merupakan bahan yang mahal sehingga perlu

kecermatan yang tinggi dalam penggunaannya (Tahapari & Darmawan, 2018).

H. Parameter Kualitas Air

Menurut Kurnia dkk. (2017) Ikan nila lebih memanfaatkan kelas

Bacillariophyceae sebagai makanan utama. Kelas Chlorophyceae, dan kelas

Cyanophyceae sebagai makanan pelengkap dan kelas Zygnematophyceae sebagai

makanan tambahan pada ikan nila.


Ikan nila merupakan salah satu jenis ikan yang bersifat herbivora

cenderung omnivora. Ikan nila cenderung akan memanfaatkan jenis makanan yang

ada di sekitarnya. Kelas Bacillariophyceae merupakan salah satu yang terbanyak

dan melimpah karena adanya masukkan bahan organik, sehingga ikan nila lebih

memanfaatkan Bacillariophyceae sebagai makanan utama. Karena ikan nila

memiliki sifat herbivora yang cenderung memanfaatkan segala yang ada di

sekitarnya atau yang lebih melimpah pada perairan tersebut (Kurnia, dkk., 2017).

Ikan nila dapat memanfaatkan kelompok makanan yang tersedia secara

merata dalam jumlah banyak, dan mempunyai kemampuan menyesuaikan diri

terhadap ketersediaan makanan dengan baik, selain itu ikan nila sangat aktif dalam

mencari makanan yang tersedia di perairan. Hal ini terlihat dari hasil indeks

preponderan, bahwa ikan nila memanfaatkan seluruh kelompok makanan mulai dari

makanan utama, makanan pelengkap dan makanan tambahan (Sitepu, dkk., 2016).
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum Teknologi Bahan dan Produksi Pakan, Pembuatan Pakan dan

Pengujian Kualitas Pakan dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 7 Juni hingga

14 Juni 2022 Adapun Lokasi praktikum ini bertempat di Laboratorium Budidaya,

Teknologi Pembenihan dan Produksi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Universitas Halu Oleo, Kendari.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 5. Alat dan Bahan Beserta Kegunaanya


No Alat dan Bahan Satuan Kegunaan
1 Alat

- Timbangan digital g Untuk Menimbang Ikan


- Kompor - Untuk Memanaskan Air
- Baskom - Untuk Mencampurkan Bahan
- Panci - Untuk Memasak Air
- Pengaduk - Untuk Mengaduk
- Baki - Untuk Menjemur Pakan
- Aluminium foil - Sebagai Pengalas Baki
- Gelas Akua - Wadah Menyimpan Minyak
- Pencetak pellet - Untuk Mencetak Pellet
- Aquarium cm Media Pemeliharaan Ikan
- Ember - Media Pengambilan Air
- Timbangan Digital g Menimbang Sampel Ikan
- Alat Tulis Menulis Data
- Termometer oC Mengukur Suhu Air
- pH Meter - Mengukur pH Air
- Aerator - Menyuplai Oksigen
- Seser - Menangkap Ikan
- Oven oC Mengeringkan Pakan
- Selang - Menyipon Air
- Kamera Hp - Mendokumentasikan hasil
Praktikum
- Batu Aerasi - Membuat Gelembung Kecil
- Plastik Sampel - Menyimpan Pakan Ikan
- Kertas Label - Memberi Label
- Mistar cm Mengukur Panjang Ikan
- Kertas Laminating - Sebagai Tempat Mengukur
Panjang Ikan
- Toples - Untuk Menyimpan Pakan
- Lap Halus - Untuk Mengelap Akuarium
- Lap Kasar - Untuk Mengelap Akuarium

2 Bahan

- Ikan Nila (O. niloticus) ekor Sampel Uji Biologis


- Tissue - Mengeringkan Timbangan
- Sabun - Membersihkan Akuarium
- Air ml Media Pemeliharaan
- Pakan - Sebagai Makanan Ikan
- Tepung Ikan Layang - Bahan Pembuatan Pakan
- Tepung Kepala Udang - Bahan Pembuatan Pakan
- Tepung Kedelai - Bahan Pembuatan Pakan
- Tepung Jagung - Bahan Pembuatan Pakan
- Tepung Dedak Halus - Bahan Pembuatan Pakan
- Tepung Tapioka - Bahan Pembuatan Pakan
- Tepung Sagu - Bahan Pembuatan Pakan
- Minyak Jagung - Bahan Pembuatan Pakan
- Minyak Ikan - Bahan Pembuatan Pakan
- Minyak Cumi - Bahan Pembuatan Pakan
- Top Mix - Bahan Pembuatan Pakan
- Air Hangat - Agar Bahan dapat Tercampur
dengan Rata Hingga Membentuk
Adonan
C. Metode Praktikum

Praktikum teknologi bahan dan produksi pakan, dalam uji biologi ikan

menggunakan metode perhitungan secara deskriptif.

D. Prosedur Praktikum

 Pembuatan Pakan

1. Menentukan formulasi pellet yang akan digunakan sesuai target protein yang

diinginkan.

2. Menimbang semua bahan-bahan sesuai dengan takarannya.

3. Memasukkan semua bahan-bahan yang telah ditimbang ke dalam baskom dari

yang jumlahnya paling sedikit hingga yang paling banyak.

4. Mengaduk semua bahan hingga homogen.

5. Jika sudah tercampur rata, tambahkan air hangat 40-60% dari target yang akan

dicetak hingga adonan tidak lengket ditangan.

6. Membentuk adonan menjadi bulat-bulatan besar agar mudah dicetak.

7. Mencetak adonan pakan dengan menggunakan mesin pencetak pellet.

8. Menebar diatas aluminium foil kemudian jemur dibawah sinar matahari

hingga benar-benar kering.

9. Mengemas kedalam wadah yang bersih.

10. Melakukan uji kualitas pakan.

11. Pakan siap diberikan pada hewan uji.


 Uji Biologi

1. Persiapan Wadah Praktikum

Wadah pemeliharaan yang digunakan berupa akuarium dengan total 4

akuarium dan berukuran 35 x 35 x 40 cm. Wadah yang telah dikeringkan diberi

label akuarium kelompok. Persiapan media dilakukan pertama-tama akuarium

disiapkan dengan cara pembersihan akuarium dari partikel yang masih terdapat di

dalamnya dengan cara penggosokan kaca sisi dan dasar lalu dibilas menggunakan

air hingga bersih dan dikeringkan. Selanjutnya menata akuarium dan ditempatkan

pada tempat yang telah disediakan. Setelah itu, wadah diberikan label nama

masing-masing kelompok kemudian diisi air, kemudian blower dipasang

dihubungkan dengan menggunakan selang plastik untuk sirkulasi dan suplai

oksigen.

A B D C
Gambar 6. Denah Lay Out

2. Pakan Uji

Pakan uji yang digunakan dalam percobaan ini pakan buatan berupa pelet

dengan bahan baku utama yaitu tepung kedelai, tepung kepala udang, tepung ikan

layang dan bahan tepung pendukung lainnga. Pakan uji yang digunakan dibuat

sesuai dengan kebutuhan protein ikan nila 25-31%. Komposisi pakan uji yang

diformulasikan dengan kebutuhan protein yang sesuai dengan kebutuhan protein


ikan nila dengan komposisi yang telah ditentukan, dan dapat dilihat pada Tabel 2

berikut ini.

Tabel 6. Komposisi Baha Baku Pakan Uji


Berat Pakan yang digunakan (g)
Bahan Bahan Baku
A B C
Tepung Ikan Layang 100 15 200
Tepung Kepala
200 15 100
Udang
Tepung Kedelai 150 15 150
Tepung Jagung 200 200 200
Tepung Dedak Halus 200 200 200
Tepung Tapioka 100 100 100
Tepung Sagu 30 30 30
Minyak Jagung 5 5 5
Minyak Ikan 5 5 5
Minyak Cumi 5 5 5
Top Mix 5 5 5

3. Hewan Uji
Ikan uji yang digunakan dalam praktikum ini yaitu ikan nila (O. niloticus)

sebanyak 40 ekor dengan bobot rata-rata berkisar antara 7,72-12,39 gram yang

diperoleh dari Laboratorium Lapangan Unit Pembenihan dan Produksi Air Tawar

Sarana Praktikum dan Riset Air Tawar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Universitas Halu Oleo.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Pertumbuhan Mutlak

Hasil rata-rata pertumbuhan mutlak pada ikan nila (O. niloticus), nilai

rata-rata pertumbuhan mutlak tertinggi pada perlakuan aquarium 4 (protein 31%)

yaitu sebesar 3,70 g, dan diikuti perlakuan aquarium 1 (protein 25,35%) yaitu

sebesar 2,08 g, kemudian perlakuan aquarium 3 (protein 27,40%) sedangkan

pertumbuhan mutlak terendah terdapat pada perlakuan aquarium 2 dengan

(protein 25,35%) yaitu sebesar 1,02 g.

Hasil pengamatan pertumbuhan mutlak ikan nila (O. niloticus) dapat

dilihat pada gambar 4 berikut.

4.00 3,70
Pertumbuhan Mutlak (g)

3.50
3.00
2.50 2,08 1,96
2.00
1.50
1,02
1.00
0.50
0.00
A1 A2 A3 A4
Perlakuan

Gambar 7. Histologi Rata-rata Pertumbuhan Mutlak Ikan Nila (O. niloticus),


perlakuan aquarium 4 (Protein 31%) sebesar 3,70 gram, perlakuan
aquarium 1 (Protein 25,35%) sebesar 2,08 gram, perlakuan aquarium
3 (protein 27,40%) sebesar 1,96 gram, dan perlakuan aquarium 2
(protein 26,38%) sebesar 1,02 gram.
2. Tingkat Kelangsungan Hidup

Hasil rata-rata tingkat kelangsungan hidup ikan nila (O. niloticus)

menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup dari perlakuan aquarium 1

(Protein 25,35%), perlakuan aquarium 2 (protein 26,38%) , perlakuan aquarium 3

(protein 27,40%), dan perlakuan akuarium 4 (Protein 31%) memiliki

kelangsungan hidup yang sama rata yaitu sebesar 100% .

Hasil pengamatan kelangsungan hidup ikan nila (O. niloticus) dapat

dilihat pada gambar 4 berikut.


K elangsungan H idup (% )

120
100 100 100 100
100
80
60
40
20
0
A1 A2 A3 A4
Perlakuan

Gambar 8. Histogram Rata-Rata Kelangsungan Hidup Ikan Nila (O.niloticus),


Perlakuan aquarium 1 (Protein 25,35%) sebesar 100%, perlakuan
aquarium 2, (Protein 26,38%) sebesar 100%, perlakuan aquarium 3
(27,40%) sebesar 100%, dan perlakuan aquarium 4 (protein 31%)
sebesar 100%.

3. Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS)

Hasil rata-rata laju pertumbuhan spesifik pada ikan nila (O. niloticus),

nilai rata-rata laju pertumbuhan spesifik tertinggi terdapat pada ikan nila yang

diberi perlakuan aquarium 4 (protein 31%) yaitu sebesar 26,43%, diikuti

perlakuan aquarium 1 (protein 25,35%) sebesar 14,86%, kemudian diikuti

perlakuan aquarium 3 (protein 27,40%) sbesar 14,00%, sedangkan laju


pertumbuhan spesifik terendah terdapat pada ikan nila yang diberi perlakuan

aquarium 2 (protein 26,38%) dengan nilai 7,29%.

Hasil pengamatan laju pertumbuhan spesifik (LPS) ikan nila (O.

niloticus) dapat dilihat pada gambar 5 berikut.

30.00
26,43
Laju Pertumbuhan Spesifik

25.00

20.00
14,86
14,00
(%)

15.00

10.00
7,29
5.00

0.00
A1 A2 A3 A4
Perlakuan

Gambar 9. Histogram Rata-Rata Laju Pertumbuhan Spesifik Ikan nila (O.


niloticus), Perlakuan aquarium 4 (Protein 31%) sebesar 26,43%,
perlakuan aquarium 1 (Protein 25,35%) sebesar 14,86%, perlakuan
aquarium 3 (27,40%) sebesar 14,00%, dan perlakuan aquarium 2
(protein 26,38%) sebesar 7,26.

4. Kualitas Air

Adapun hasil pengukuran kualitas air pada praktikum uji biologi selama

penelitian disajikan pada tabel 2.

Tabel 6. Nilai Pengukuran Kualitas Air


No Parameter Kualitas Hasil Nilai Optimum
Air Pengamatan
1 Suhu 25-27° ∁ 24-32° C
(Nugroho, dkk., 2013)
2 Ph 7,2 – 7,6 6,5 – 9
(Hidayat, dkk. 2013)
B. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan pada pertumbuhan ikan nila (O. niloticus),

didapat hasil pertumbuhan mutlak tertinggi pada perlakuan A1 (31% protein)

yaitu 3,70 gram dan hasil pertumbuhan mutlak terendah yaitu pada perlakuan A2

(26,38% protein) yaitu sebesar 1,02 gram.

Menurut Hidayat dkk. (2016) pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa

faktor yaitu faktor dari dalam dan factor dari luar, adapun faktor dari dalam

meliputi sifat keturunan, ketahanan terhadap penyakit dan kemampuan dalam

memanfaatkan makanan, sedangkan faktor dari luar meliputi sifat fisika, kimia

dan biologi perairan. Faktor makanan dan suhu perairan merupakan faktor utama

yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan. Kandungan protein dalam pakan

juga mempengaruhi pertumbuhan ikan dalam pakan, sebab protein berfungsi

membentuk jaringan baru untuk pertumbuhan dan menggantikan jaringan yang

rusak. kekurangan protein berpengaruh negative terhadap konsumsi pakan,

konsekuensinya terjadi penurunan pertumbuhan bobot.

Laju pertumbuhan spesifik didapatkan dari data bobot ikan pada saat

sampling selama praktikum. Data laju pertumbuhan spesifik ikan nila (O.

niloticus) selama 11 hari memiliki nilai rata-rata pertumbuhan biomasa yang tidak

berbeda jauh dimana laju pertumbuhan spesifik tertinggi terdapat pada perlakuan

A4 (31% protein) sebesar 26,43%, sedangkan laju pertumbuhan spesifik terkecil

terdapat pada perlakuan A2 (26,38% protein) sebesar 7,26%.


Menurut Zainal (2020), kebutuhan protein bervariasi menurut spesies ikan

dan pemanfaatan protein pakan untuk pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh ukuran

ikan, kualitas protein, kandungan nutrisi, tingkat pemberian pakan dan kandungan

asam amino yang paling rendah ketersediaannya.

Nilai kelangsungan hidup dalam praktikum ini pada perlakuan A1, A2,

A4, dan A4 menunjukkan nilai yang sangat baik, yaitu hingga 100%. Menurut

Nurhayati & Nazila (2019) nilai kelangsungan hidup ikan diatas 50% tergolong

baik, berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa nilai kelangsungan hidup

pelakuan A1, A2, A3, dan A4 adalah sangat baik.

Berdasarkan hasil praktikum nilai pH air pada media pemeliharaan

berkisar antara 7,2-7,6, hal ini menunjukkan pH air berada pada kisaran nilai

optimal. Sesuai dengan pernyataan Hidayat, dkk. (2013) pH yang baik untuk

pemeliharaan benih ikan gabus adalah 6,5 – 9. Apabila pH kurang dari kisaran

optimal maka pertumbuhan ikan terhambat dan ikan sangat sensitive terhadap

bakteri dan parasit. Sedangkan jika pH lebih dari kisaran optimal maka

pertumbuhan ikan terhambat. Namun pada kondisi yang kurang optimal, suatu

jenis ikan akan mencapai ukuran yang lebih kecil dibandingkan pada kondisi

optimal.

Suhu memegang peranan penting sebagai factor lingkungan yang

mempengaruhi pertumbuhan organisme air tawar dan berhubungan erat dengan

laju metabolisme untuk pernafasan dan reproduksi (Hidayat, dkk., 2013). Suhu

pada wadah pemeliharaan berkisar antara 24-27° C . Hal ini menunjukan suhu

media pemeliharaan dapat dikatakan optimal. Sesuai dengan pernyataan Nugroho,


dkk., (2013) suhu optimal untuk ikan nila antara 24-32° C. Pertumbuhan ikan nila

biasanya akan terganggu apabila suhu habitatnya lebih rendah dari 14° C atau pada

suhu tinggi 38° C. Ikan nila akan mengalami kematian 6° C atau 42° C.
V. PENUTUP

A. Simpulan

Pertumbuhan mutlak dengan kisaran nilai 1,02-3,70 gram, pertumbuhan

spesifik dengan kisaran nilai 7,29%-26,43% dan tingkat kelangsungan hidup ikan

nila (O. niloticus) dengan kisaran 25,35-31% yang diberikan pakan dengan kadar

protein berbeda berpengaruh pada pertumbuhan ikan.

B. Saran

Saran dari praktikum kali ini yaitu dalam proses pengamatan sebaiknya

lebih detail lagi dalam mengambil data pengamatan. Seperti pengambilan nilai

setiap parameter kualitas air sebaiknya diambil secara teratur.


DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z., Junaidi, M., Cokrowati, N., dan Yuniarti, S. (2015). Pertumbuhan dan
konsumsi pakan ikan lele (Clarias sp.) yang diberi pakan berbahan baku
lokal. Depik, 4(1).
Agustono, B., Lamid, M., Ma’ruf, A., dan Purnama, M. T. E. (2017). Identifikasi
limbah pertanian dan perkebunan sebagai bahan pakan inkonvensional di
Banyuwangi. Jurnal Medik Veteriner, 1(1), 12-22.
Anggraini, T. P., Hudaidah, S., dan Utomo, D. S. C. (2018). Pengaruh Proporsi
Tepung Ikan Dan Tepungkeong Mas (Pomacea Canaliculata) Yang
Berbeda Sebagai Bahan Baku Utama Pembuatan Pakan Terhadap
Pertumbuhan Benih Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei). E-Jurnal
Rekayasa Dan Teknologi Budidaya Perairan, 7(1), 799-806.
Aliyas, A. (2016). Pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila(Oreochromis
sp.) yang dipelihara pada media bersalinitas. JSTT, 5(1).
Armen. 2015. Budidaya Ikan nilaPilihan Untuk Mengatasi Ketergantungan
Penduduk Terhadap Sumber Daya Hayati Taman Nasional Kerinci Seblat
Di Nagari Limau Gadang Lumpo. Universitas Negeri Padang, Barat.
Fauzi, Y. A., Ekowati, C. E. C., Susanto, G. N., dan Prayuwidayati, M. (2013,
March). Tingkat Pertumbuhan Spesifik dan Sintasan Ikan
nila(Oreochromis niloticus Linn.) Melalui Pemberian Pakan Pelet
Bercampur Bagas yang Difermentasi dengan Isolat Jamur. In Prosiding
Seminar Nasional Sains, Matematika, Informatika dan Aplikasinya (Vol.
3, No. 3).
Haetami, K. (2018). Efektifitas lemak dalam formulasi terhadap kualitas pelet dan
pertumbuhan ikan nila. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(1),
6-11.

Hasan, U., Siswoyo, B. H., Manullang, H. M., dan Irwanmay, I. (2021). Pengaruh
Penambahan Minyak Ikan Pada Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan
Dan Kelulusan Hidup Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal
Aquaculture Indonesia, 1(1), 38-46.

Hidayat, D., dan Sasanti, A. D. (2013). Kelangsungan hidup, pertumbuhan dan


efisiensi pakan ikan gabus (channa striata) yang diberi pakan berbahan
baku tepung keong mas (pomacea sp). Jurnal akuakultur rawa indonesia,
1(2), 161-172.
Irvawansyah, I., Sunding, A., dan Afifah, N. (2019). Peningkatan Pemahaman
Pengusaha Bebek Petelur Menggunakan Sistem Dry Home Dan Mesin
Penghalus Kepala Udang Pada Desa Cambajawa Kabupaten Maros.
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 25(3), 154-159.
Iskandar, R., dan Fitriadi, S. (2017). Analisa Proksimat Pakan Hasil Olahan
Pembudidaya Ikan di Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan. Ziraa'ah
Majalah Ilmiah Pertanian, 42(1), 65-68.
Istiqomah, S. (2016). Potensi Penambahan Minyak Ikan Lemuru Pada Pakan
Komersial Terhadap Kandungan Asam Lemak Omega-3 Dan Omega-6
Belut Sawah (Monopterus albus) (Doctoral dissertation, Universitas
Airlangga).

Kannur, H. 2017. Pengaruh Salinitas yang Berbeda Terhadap Daya Tetas Telur
dan Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan nilaMerah (Oreochromis
Niloticus). Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Makassar.
Karmila, A. S. (2017). Analisa Mutu Tepung Ikan Barakuda Barakuda (Sphyraena
barracuda) Kaya Protein Sebagai Food Supplement
Kurnia, R., Widyorini, N., dan Solichin, A. (2018). Analisis Kompetisi Makanan
Antara Ikan Tawes (Barbonymus gonionotus), Ikan Mujair (Oreochromis
mossambicus) dan Ikan nila(Oreochromis niloticus) di Perairan Waduk
Wadaslintang Kabupaten Wonobonsobo. Management of Aquatic
Resources Journal (MAQUARES), 6(4), 515-524
Kurniasih, K., Subandiyono, S., dan Pinandoyo, P. (2015). Pengaruh Minyak Ikan
Dan Lesitin Dengan Dosis Berbeda Dalam Pakan Terhadap
Pemanfaatan Pakan Dan Pertumbuhan Ikan Mas (Cyprinus
Carpio) (Doctoral dissertation, Diponegoro University).

Mardiana, dan Fatmawati. (2014). Analisa Tepung Ikan Gabus sebagai Sumber
Protein. Octopus: Jurnal Ilmu Perikanan, 4(1), 235–243.
Muhsoni, F. F. (2021). Laju Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Ikan
nila(Oreochromis Niloticus) Pada Salinitas Yang Berbeda. Juvenil:
Jurnal Ilmiah Kelautan dan Perikanan, 2(3), 166-175.
Mulqan, M., Afdhal, S, E, R.,Dewiyanti, I. 2017. Pertumbuhan dan Kelangsungan
Hidup Benih Ikan nilaGesit (Oreocrhomis niloticus) pada Sistem
Akuaponik dengan Jenis Tanaman yang Berbeda. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiyah, 2(1): 183-193.

Nugroho, A., Arini, E., dan Elfitasari, T.2013. Pengaruh Kepadatan yang Berbeda
terhadap Kelulushidupan dan Pertumbuhan Ikan Nila (O. Niloticus).
Pada Sistem Resirkulasi dengan Filter Arang. Journal of Aquaculture
Management and Technology, 2(3)
Nurbayasari, R., Utomo, B. S. B., Basmal, J., dan Hastarini, E. (2017). Pemurnian
minyak ikan patin dari hasil samping pengasapan ikan. Jurnal
Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan, 11(2), 171-182.
Nurhayati dan Nazlia, S. (2019). Aplikasi Tepung Daun Gamal (Gliricidia
sepium) yang Difermentasi sebagai Penyusun Ransum Pakan terhadap
Laju Pertumbuhan Ikan nila(Oreochromis niloticus). Jurnal Ilmiah
Samudra Akuatika, 3(1), 6-11
Rahman, I. G., Sukmiwati, M., dan Dahlia, D. (2016). Effect of Different Cooking
Methods on the Characteristics of Climbing Perch (Anabas Testudineus)
meal (Doctoral dissertation, Riau University).
Rani, H., Zulfahmi, Z., dan Widodo, Y. R. (2013). Optimasi Proses Pembuatan
Bubuk (Tepung) Kedelai. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan, 13(3).
Riansah, R., Idrus, A., dan Baso, H. S. (2020). Pengaruh Penambahan Tepung
Kepala Udang Pada Pakan Terhadap Tingkat Kecerahan Warna Ikan Koi
(Cyprinus carpio L.). Fisheries Of Wallacea Journal, 1(2), 69-76.
Sayuti, M., dan Saidin, S. (2021). Peningkatan Keterampilan Melalui Pelatihan
Pengolahan Tepung Ikan Dan Pembuatan Pakan Ikan/Ternak Bagi
Masyarakat Pesisir Pulau Doom Kota Sorong. JMM (Jurnal Masyarakat
Mandiri), 5(2), 374-384.
Sepang, D. A., Mudeng, J. D., Monijung, R. D., Sambali, H., dan Mokolensang, J.
F. (2021). Pertumbuhan Ikan nila(Oreochromis niloticus) yang diberikan
pakan kombinasi pelet dan maggot (Hermetia illucens) kering dengan
presentasi berbeda. E-Journal Budidaya Perairan, 9(1).
Tahapari, E., dan Darmawan, J.2018. Kebutuhan protein pakan untuk performa
optimal benih Ikan Patin Pasupati (Pangasiid). Jurnal Riset
Akuakultur, 13(1), 47-56.
Thalib, A.2022.Pengaruh Vitomolt Plus Sebagai Feed Additive terhadap
Pertumbuhan dan Efisiensi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)=Effect of
Vitomolt Plus As Feed Additive on Growth and Efficiency Of Tilapia
(O. niloticus).(Doctoral dissertation, Universitas Hasanuddin).
Trisnawati, I. D. (2015). Pengaruh Proporsi Tepung Ketan dan Tepung Kedelai
Terhadap Sifat Organoleptik Wingko Babat. Jurnal Tata Boga, 4(2).
Wulandari, S. (2018). Efektivitas Serbuk Daun Kayu Manis (Cinnamomun
burmanii) terhadap Diferensial Leukosit dan Aktivitas Fagositosis Ikan
nila(Oreochromis Niloticus) yang Diinfeksi Bakteri Streptococcus
Agalactiae (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Gresik).
Yuniar, I. (2017). Biologi Reproduksi Ikan
Zaenuri, R., Suharto, B., dan Haji, A. T. S. (2014). Kualitas pakan ikan berbentuk
pelet dari limbah pertanian. Jurnal Sumberdaya Alam Dan Lingkungan,
1(1), 31-36.

Anda mungkin juga menyukai