Oleh :
Kelompok :
Maulida Larasati S.C. A1D0171
Makna Piningit A1D017143
Malik Priambada A1D0171
Feby Laelia Nur Hibah A1D017151
Fenita Nur Zaeni A1D017155
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan hidayah-Nya makalah ini dapat penyusun selesaikan tepat waktu
dan sesuai yang diharapkan. Makalah ini berisi ulasan teknologi pasca panen pada
buah pisang.
bimbingan, arahan, koreksi dan saran, untuk itu rasa terima kasih kami ucapkan
kepada Bapak Ir. Slamet Rohadi Suparto, M.Agr selaku dosen pengampu mata
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga makalah ini dapat
makalah ini kami susun, atas perhatian dan kerjasama dari semua pihak yang
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER ……………………………………………………………………………………………………………………… i
PRAKATA ............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
I. PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................................................... 3
C. Rumusan Masalah ................................................................................................ 3
II. ISI ........................................................................................................................... 4
A. Tanaman Pisang .................................................................................................... 4
B. Fisiologi Buah Pisang .......................................................................................... 14
C. Permasalahan Pasca Panen ................................................................................ 21
D. Perlakuan Pasca Panen ...................................................................................... 23
E. Teknologi Pasca Panen ....................................................................................... 29
III. PENUTUP ............................................................................................................ 33
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 33
B. Saran .................................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 36
iii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
buahan yang banyak tumbuh di daerah tropik terutama di dataran rendah. Tanaman
pisang yang merupakan suku Musaceae termasuk tanaman yang besar memanjang.
Penyebaran tanaman pisang mulai dari daerah Asia Tenggara, seperti Malaysia,
Indonesia serta termasuk pulau Papua, Australia Topika, Afrika Tropik. Pisang
dapat berubah sepanjang tahun pada daerah dengan hujan merata sepanjang tahun.
tanman pisang dapat dimanfaatkan, mulai dari buah, daun, bunga, bonggol hingga
kulitnya. Buah termasuk bagian yang paling banyak dikonsumsi dan mempunyai
nilai ekonomi tinggi. Menurut Sumarwan dan Palupi (2017) pisang merupakan
buah yang paling diminati masyarakat Indonesia kemudian diikuti dengan buah
semangkan dan jeruk. Buah pisang memiliki harga terjangkau dengan kandungan
dengan buah pisang yang mengandung berbagai sumber vitamin, mineral dan
cukup tinggi, kolesterol rendah serta vitamin B6 dan vitamin C tinggi. Zat gizi
terbesar pada buah pisang masak adalah kalium sebesar 373 miligram per 100 gram
pisang, vitamin A 250-335 gram per 100 gram pisang dan klor sebesar 125 miligram
1
per 100 gram pisang. Pisang juga merupakan sumber karbohidrat, vitaminn A dan
C, serta mineral. Komponen karbohidrat terbesar pada buah pisang adalah pati pada
daging buahnya, dan akan diubah menjadi sukrosa, glukosa dan fruktosa pada saat
pada tahun 2010 sebesar 5.755.073 ton. Jawa timur merupakan produsen pisang
terbesar kedua setelah Jawa Barat dengan jumlah produksi sebanyak 921.964 ton
pada tahun 2010 (BPS, 2011). Total konsumsi pisang per kapita relatif stabil setiap
tahun namun cenderung menurun dalam lima tahun terakhir dengan rata-rata
penurunan sebesar 1,8% per tahun. Konsumsi pisang lainnya secara umum lebih
tinggi dibandingkan konsumsi pisang ambon dan pisang raja. Tahun 2011, terjadi
kenaikan konsumsi pisang menjadi 8,812 kg/kapita atau naik 29,01% dibandingkan
tersebut disesuaikan dengan jenis dan tingkat kematangan pisang. Pisang mentah
kebutuhan buah sehari-hari maupun diolah menjadi kue atau makanan penutup
lainnya. Pisang yang terlalu matang juga enak dimakan dengan mengolahnya
menjadi pisang rebus. Bahan pisang rebus harus pisang yang dipanen tua, saat kadar
2
tidak dimanfaatkan karena daya simpan buah pisang yang relatif singkat.
rendah. Tanpa adanya teknologi yang mengatur pasca panen pisang, kualitas buah
semakin menurun dan produk mudah terinfeksi patogen hama pasca panen. Solusi
permasalahan tersebut yaitu menerapkan teknologi pasca panen yang tepat untuk
mengatasi resiko serangan OPT pasca panen, meningkatkan nilai jual, serta
B. Tujuan
C. Rumusan Masalah
3. Teknologi dan perlakuan apa yang diterapkan untuk menanagani pasca panen
buah pisang ?
3
II. ISI
A. Tanaman Pisang
sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonae
Famili : Musaceae
Genus : Musa
Pisang termasuk famili Musaceae dari ordo Scitaminae dan terdiri dari dua
genus, yaitu genus Musa dan Ensete. Genus Musa terbagi dalam empat golongan,
Australimusa dan Eumusa merupakan jenis pisang yang dapat dikonsumsi, baik
segar maupun olahan. Buah pisang yang dimakan segar sebagian besar berasal dari
2000).
4
berkesinambungan satu dengan lainnya. Berikut adalah penjelasan bagian-bagian
a. Akar
bagian bawah tanah. Akar ini tumbuh menuju bawah sampai kedalaman 75-
150 cm. Akar yang berada di bagian samping umbi batang tumbuh ke
b. Batang
Bagian atas umbi batang terdapat titik tumbuh yang menghasilkan daun dan
pada suatu saat akan tumbuh bunga pisang (jantung). Batang pisang yang
berdiri tegak di atas tanah merupakan batang semu. Batang semu ini
terbentuk dari pelepah daun panjang yang saling menutupi dengan kuat dan
kompak sehingga bisa berdiri tegak layaknya batang tanaman. Batang semu
c. Daun
tersebar dengan bagian bawah daun tampak berlilin. Daun ini diperkuat oleh
tangkai daun yang panjangnya antara 30-40 cm. Daun pisang mudah
terkoyak oleh hembusan angin yang kencang karena tidak memiliki tulang-
5
d. Bunga
satu dalam satu tandan. Daun penumpu bunga biasanya berjejal rapat dan
tersusun secara spiral. Daun pelindung yang berwarna merah tua, berlilin,
dan mudah rontok berukuran panjang 10-25 cm. bunga tersebut tersusun
atas dua baris melintang, yakni bunga betina berada di bawah bunga jantan.
Lima daun tenda bunga melekat sampai tinggi dengan panjang 6-7 cm.
e. Buah
Buah pisang tersusun dalam tandan. Tiap tandan terdiri atas beberapa sisir,
dan tiap sisir terdiri dari 6-22 buah pisang atau tergantung pada varietasnya.
Buah pada pisang diawali dengan tumbuhnya sisir yang terbentuk setelah bunga
keluar. Sisir pertama yang terbentuk akan terus memanjang membentuk sisir
kedua, ketiga, dan seterusnya. Buah pisang pada umumnya tidak berbiji atau
disebut 3n (triploid), kecuali pada pisang batu (klutuk) bersifat diploid (2n).
1999).
dengan diameter sekitar 2,5-4,5 cm. Buah berlingir 3-5 alur, bengkok dengan
ujung meruncing atau membentuk leher botol. Daging buah (mesokarpa) tebal
6
dan lunak. Kulit buah (epikarpa) yang masih muda berwarna hijau, namun
setelah tua (matang) berubah menjadi kuning dan strukturnya tebal sampai tipis
(Cahyono, 2002).
seperti sisir dua baris, dengan kulit berwarna hijau, kuning, atau coklat. Tiap
kelompok buah atau sisir terdiri dari beberapa buah pisang. Berbiji atau tanpa
biji. Bijinya kecil, bulat, dan warna hitam. Buahnya dapat dipanen setelah 80-
90 hari sejak keluarnya jantung pisang. Pisang termasuk buah klimakterik, yaitu
suatu periode mendadak yang unik bagi buah-buahan tertentu, di mana selama
proses ini terjadi serangkaian perubahan biologis yang diawali dengan proses
Buah pisang kaya akan mineral seperti kalium, magnesium, fosfor, kalsium,
dan besi. Mineral pisang khususnya besi hampir 100% dapat diserap oleh tubuh.
Kadar besi pisang mencapai 2 mg/100 g dan seng 0,2 mg/100 g. kandungan
vitamin buah pisang pun sangat tinggi terutaa provitamin A berupa betakaroten
cukup tinggi, yaitu sebesar 0,5 mg/100 g. selain berfungsi sebagai koenzim
7
3. Jenis Pisang
Di Indonesia terdapat kurang lebih 230 jenis pisang, namun tidak semua jenis
pisang yang ada dapat diperoleh dipasaran. Terdapat dua jenis pisang yang dapat
umum disajikan sebagai buah segar danm kedua pisang olahan (plantain) yang
hanya enak dimakan setelah diolah terlebih dahulu menjadi berbagai produk
4. Varietas Pisang
Varietas pisang terdapat tiga golongan yaitu pertama; Musa nana yakni varietas
pisang yang berasal dari Cina. Pisang ini hidup pada dataran tinggi 1000 meter di
atas permukaan laut (mdpl). Kedua; jenis varietas pisang Musa paradisiaca yakni
golongan varietas pisang yang dapat dikonsumsi setelah diolah menjadi makanan
ataupun dapat diperoleh tepungnya. Ketiga; jenis varietas pisang Musa paradisiaca
8
var. sapientum pisang ini dapat dimakan setelah masak sebagai buah meja seperti
pisang raja sere, pisang ambon, pisang susu dan lain sebagainya (Nuswamarhaeni
et al., 1999).
Pisang Raja Sere dikenal sebagai pisang meja. Ukuran buahnya kecil
dengan panjang buah 10-15 cm dan diameter 3- 4 cm. Berat per tandan antara
10-14 kg, jumlah sisir 5-9, dan tiap sisir terdiri dari 12-16 buah. Buah yang
kehitaman. Kulit buah tipis, warna daging buah putih, rasanya manis dan
aromanya harum.
Merupakan buah meja yang penting dan umum disajikan setelah makan.
Pisang Ambon Kuning pada saat matang berwarna kuning dengan warna
daging buah krem atau putih kekuningan. Rasa daging buahnya manis dan
aromanya kuat. Selain sebagai buah meja, pisang Ambon digunakan sebagai
makanan pemula untuk bayi. Berat tandan antara 15-25 kg tersusun dari 10-
14 sisir. Setiap sisir terdiri dari 14-24 buah. Ukuran buahnya termasuk besar,
panjang tiap buah 15-20 cm dan diameter 3,45 cm. Selain untuk pisang meja,
buah pisang Ambon dapat diolah menjadi sari buah, dodol, sale, jam dan
tepung pisang.
9
Rasanya manis, enak, dan aromanya kuat. Berat per tandan mencapai kisaran
15-18 kg dengan jumlah sisir 8-18. Setiap sisir kurang lebih 20 buah. Ukuran
buah 15-20 cm dengan diameter 3-3,5 cm. Selain untuk buah meja, pisang
Ambon Lumut dapat diolah menjadi sari buah, dodol, sale, jam dan tepung
pisang.
d. Pisang Emas
Pisang Emas memiliki bentuk buah kecil-kecil dengan panjang 8-12 cm dan
diameter 3-4cm. Berat per tandan antara 8-12 kg terdiri dari 5-9 sisir. Setiap
sisir rata-rata berisi 14- 18 buah. Pisang Emas, bila matang berwarna kuning
cerah, kulit buahnya tipis, rasanya sangat manis dan aromanya kuat. Selain
sebagai buah meja, pisang Emas dapat diolah menjadi sari buah, dodol, sale,
e. Pisang Cavendish
mengikuti anjuran dan diproduksi untuk pasar. Seperti pisang Ambon, ukuran
buah termasuk besar, panjang buah antara 17-23 cm dengan diameter 3,5-4
cm, berat tiap buah 130-200 gram, warna kulit buah kuning merata saat
matang dan daging buah putih kekuningan dan aroma kuat. Susunan buah rapi
dan kompak membentuk sisir, sisir yang besar bisa berisi 16-20 buah. Tandan
10
f. Pisang Lampung
Pisang Lampung Pisang jenis ini mirip pisang Emas, perbedaannya terletak
sedangkan pisang Emas ujung buahnya tumpul. Setiap tandan terdiri dari 6-8
sisir dengan setiap sisir terdiri dari 18-20 buah. Berat setiap sisir adalah ± 940
gram, berat setiap buah 50 gram. Panjang buah 9 cm dan diameter buah 3-4
cm. Warna kulit buah kuning dan warna daging buah putih kemerahan.
Rasanya manis dan aromanya harum. Pisang Lampung disajikan sebagai buah
segar. Kelemahan jenis pisang ini adalah jari pisang mudah rontok dari
sisirnya. Selain untuk buah meja, pisang Lampung dapat diolah menjadi sari
g. Pisang Barangan
Jenis pisang ini termasuk buah meja yang banyak dihasilkan dari daerah
Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan, terkenal karena rasanya yang manis
dan aroma harum. Tiap sisir berisi 16-23 buah, dengan besar buah yang
hampir rata, panjang buah antara 12-15 cm, susunan buah dalam satu sisir
berat 12-20 kg, berisi antara 8-12 sisir. Kulit buah ketika mentah hijau dengan
kemerahan dengan aroma pisang yang kuat. Pisang Barangan dari Sumatera
Utara memiliki daya tahan yang cukup kuat dan tidak mudah rontok, saat ini
11
h. Pisang Raja Bulu
Pisang Raja Bulu atau dikenal dengan pisang Raja termasuk buah yang
dapat digunakan sebagai buah meja dan bahan baku produk olahan atau
campuran dalam pembuatan kue. Daging buah rasanya manis dan aromanya
kuat, namun, kulit agak tebal sehingga bagian yang dapat dimakan (bdd).
Pada waktu matang, warna kulit buahnya kuning berbintik coklat atau kuning
memiliki berat berkisar 4-22 kg dengan jumlah sisir 6-7 sisir dan jumlah buah
10-16 setiap sisir. Sebagai buah segar, pisang Raja Bulu memiliki nilai
ekonomis yang tinggi terutama di pulau Jawa. Pisang Raja cocok untuk diolah
i. Pisang Kepok
Buah pisang Kepok enak dimakan setelah diolah terlebih dahulu. Bentuk
buahnya agak pipih karenanya sering disebut pisang gepeng dan memiliki
kulit tebal. Berat per tandan dapat mencapai 22 kg memiliki 10-16 sisir.
Setiap sisir terdiri dari 12-20 buah. Bila matang warna kulit buahnya kuning
penuh. Pisang Kepok, yang terkenal di antaranya pisang Kepok Putih dan
Kepok Kuning. Pisang Kepok Putih memiliki warna daging buah putih dan
Kuning rasa buahnya lebih enak dibanding Kepok Putih sehingga lebih
j. Pisang Nangka
12
Warna kulit buah pisang Nangka saat matang tetap hijau dengan rasa
buahnya asam manis. Berat per tandan antara 11-14 kg terdiri dari 6-8 sisir,
dan tiap sisir terdiri dari 14-24 buah. Panjang buah 24-28 cm dengan diameter
3,5-4 cm. Pisang Nangka digunakan untuk pisang olahan. Buah pisang
Nangka cocok diolah menjadi keripik, buah dalam sirup dan tepung serta
olahan sehari-hari seperti pisang goreng dan kolak pisang. Pisang Siem
Pisang jenis ini rata-rata tiap tandan buah terdiri atas 6 sisir yang masing-
masing tersusun oleh 15 buah pisang. Berat buah pisang sekitar 92 gram
dengan panjang 20- 25 cm dan diameter 3,2 cm. Bentuk buahnya melengkung
tanpa biji. Empulur buahnya nyata, dengan tekstur kasar, rasanya manis.
Lamanya tanaman berbunga sejak tunas adalah 14 bulan. Pisang jenis ini
hanya cocok untuk olahan terutama keripik dan sale. Bila dibuat tepung
k. Pisang Tanduk
warna daging buahnya kuning kemerahan. Pisang jenis ini hanya cocok untuk
pisang olahan. Berat setiap tandan berkisar antara 7-10 kg yang terdiri atas
tiga sisir, dan setiap sisir berisi paling banyak sekitar 10 buah. Ukuran buah
pisang tanduk termasuk besar, yaitu panjang 25,3-30,9 cm, lingkar buah 13,6-
Pisang Tanduk sebaiknya dipanen saat sudah tua, yaitu sekitar 105-120 hari
13
setelah bunga mekar, karena memiliki sifat-sifat fisik dan kimia yang berada
pada kondisi maksimum. Pada saat mentah memiliki kadar karbohidrat 30-
33,2% dan setelah matang menjadi 25,6-29,7% (karbohidrat) atau gula total:
diolah menjadi keripik, buah dalam sirup, aneka olahan tradisional (pisang
goreng, rebus) dan tepung. Persentase daging buah sekitar 73% karena bagian
1. Respirasi
lainnya yang terjadi di dalam jaringan. Respirasi juga didefinisikan sebagai suatu
metabolisme dan reaksi lainnya yang terjadi di dalam jaringan. Bahan hasil
dan respirasi hingga produk tersebut cenderung mengalami kerusakan baik secara
fisik maupun kimia. Proses pematangan buah disertai dengan perubuhan fisiologis
dan kimiayang merupakan ciri khas dari semua jenis buah dan sayur. Pematangan
14
Reaksi kimia pada proses respirasi dapat dinyatakan sebagai berikut :
Dengan melihat reaksi tersebut di atas maka laju respirasi dapat dijadikan petunjuk
sebagai parameter daya simpan pasca panen. Laju respirasi dianggap sebagai
ukuran dari laju metabolisme sehingga laju respirasi sering digunakan sebagai
petunjuk dari daya simpan buah. Kecepatan respirasi yang tinggi akan menurunkan
yaitu respirasi aerob dan anaerob. Respirasi aerob merupakan proses respirasi yang
etanol dan asam laktat. Pada respirasi aerob berlangsung dalam tiga tahap yaitu :
Glikolisis, Silklus Krebs, dan Transport Elektron dengan hasil akhir CO2, air, dan
energi. Sedangkan pada respirasi anaerob hanya berlangsung dalam satu tahap
yaitu glikolisis yang akan menghasilkan alkohol, CO2, dan energi (Dimas, 2011).
Pisang merupakan buah klimakterik dan juga masuk kedalam kategori buah
dengan laju respirasi sedang. Hal-hal yang berkaitan dengan produksi gas CO2 dan
gas etilen pada saat proses pematangan di dalam ruang penyimpanan sangat perlu
15
Gambar 1. Laju respirasi bukah klimaterik dan non-klimaterik
Dapat dilihat pada kurva di atas laju respirasi pada buah klimakterik mulai
klimakterik terlihat pada saat fase maturation, ripening, dan senescence laju
respirasi cenderung turun secara linear dan tidak mengalami peningkatan. Pada
respirasi akan semakin menurun. Hal ini karena apabila kandungan oksigen di
dalam udara penyimpanan pada komoditi buah di bawah 2% maka buah tersebut
aroma yang tidak sedap pada produk yang disimpan (Dimas, 2011).
16
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju respirasi komodit pertanian.
Menurut Hotman (2009), proses respirasi dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu :
a. Faktor Internal
Semakin tinggi tingkat perkembangan organ, maka semakin tinggi jumlah
CO2 yang dihasilkan. Susunan kimiawi jaringan mempengaruhi laju
respirasi, dimana pada buah-buahan yang banyak mengandung karbohidrat,
maka laju respirasinya akan semakin meningkat. Laju respirasi rendah
terjadi pada produk yang memiliki lapisan kulit yang tebal.
b. Faktor Eksternal
Adapun faktor eksternal yang umum dalam mempengaruhi laju respirasi
antara
lain :
1. Suhu
Kenaikan suhu 100 C pada umumnya akan meningkatkan laju respirasi
2 – 2.5 kalinya.
2. Konsenterasi O2
Konsenterasi gas oksigen diudara sangat perlu diperhatikan karena
semakin tinggi kadar oksigen di udara maka akan meningkatkan laju
respirasi buah
3. Konsentrasi CO2
Kandungan CO2 di udara yang sesuai akan memperpanjang umur
simpan buah-buahan dan sayur-sayuran, hal ini karena CO2 tersebut
dapat menggangu proses respirasi pada buah tersebut.
4. Etilen
Penambahan gas etilen pada tingkatan pra-klimakterik dapat
meningkatkan laju respirasi pada buah klimakterik.
5. Kerusakan/Memar
Kerusakan/memar pada permukaan produk dapat meningkatnya laju
respirasi produk akibat kerusakan fisik buah tersebut sehingga umur
simpan produk pasca panen akan relatif menurun.
17
2. Transpirasi
adanya tekanan osmosis yang mengakibatkan perpindahan air dari kulit ke daging
buah,dan mengakibatkan terjadinya perpindahan air dari kulit ke daging buah. Hal
ini disebabkan karena daging buah memiliki potensial air yang lebih rendah
kenaikan kadar air sebanding dengan semakin meningkatnya laju respirasi pada
jaringan buah. Peningkatan kadar air pada daging buah juga diakibatkan oleh
adanya perbedaan tekanan osmosis antara daging buah dan kulit buah selama proses
penyimpanan dan proses pematangan, buah tetap melakukan proses metabolik yaitu
respirasi dan transpirasi yang dapat menyebabkan kehilangan air dan bahan organik
lain.
Harun (2012), menyatakan bahwa penurunan kadar air daging buah selain
disebabkan oleh proses penuaan buah, juga diduga terjadi karena tingkat kandungan
air dan hasil proses transpirasi lebih besar sehingga buah cepat mengalami
menyebabkan ikatan sel menjadi longgar dan ruang udara menjadi besar seperti
18
3. Proses Pemasakan
Selama proses pemasakan buah pisang akan mengalami perubahan sifat fisik
dan kimiawi, antara lain adalah: perubahan tekstur, aroma dan rasa, kadar pati dan
gula. Tekstur buah ditentukan oleh senyawa-senyawa pektin dan selulosa. Selama
Selama itu jumlah protopektin yang tidak larut berkurang sedang jumlah pektin
yang larut menjadi bertambah. Menurut Palmer (1981), jumlah selulosa buah
pisang yang baru dipanen adalah 2–3% dan selama pemasakan buah jumlahnya
akan berkurang.
Rasa manis setelah buah masak, ditentukan oleh adanya gula hasil degradasi
pati yang menjadi gula yang lebih sederhana yaitu sukrosa, glukosa, dan fruktosa.
Daging buah yang masih mentah memiliki rasa sepet yang disebabkan oleh
senyawa tanin. Selama proses pemasakan buah rasa sepet berangsur-angsur kurang,
hal ini disebabkan kandungan tanin aktif menurun pada buah yang masak (Stover,
1987).
senyawa kompleks dari senyawa yang mudah menguap dan beberapa minyak
esensial yang ada. Di samping timbulnya aroma terbentuk juga gula selama
buah pisang sangat erat hubungannya dengan pembentukan aroma buah pisang
(Stover, 1987). Komponen penyusun aroma pada buah pisang adalah iso–amil
asetat, amil asetat, amil propionat, amil butirat, heksil asetat, metil asetat, pentanol,
19
Sebagian besar zat padat dalam buah adalah karbohidrat. Karbohidrat utama
jaringan tanaman yang tidak ada hubungannya dengan dinding sel adalah senyawa
pati. Pati terdapat dalam plastida intraseluler atau granula yang mempunyai ukuran
dan bentuk khusus. Metabolisme pati mempunyai peran yang penting pada proses
pemasakan buah. Selama periode pasca panen, pati dapat diubah menjadi gula
sederhana seperti sukrosa, glukosa, dan fruktosa. Dalam penyimpanan suhu rendah,
terjadinya akumulasi gula adalah akibat dari aktivitas enzim. Perubahan kadar pati
dan penambahan kadar gula merupakan sifat yang menonjol dalam proses
pemasakan buah pisang. Pada waktu dipanen, buah pisang mengandung pati sekitar
20–30% berat basah. Pada akhir pemasakan buah, hampir semua pati terhidrolisis
menjadi gula sederhana hanya tinggal 1–2% saja. Kandungan gula pada buah
pisang yang masih muda hanya sekitar 2% tetapi setelah masak meningkat menjadi
15–20%. Pada waktu kandungan pati menurun, kandungan sukrosa akan naik, dan
sukrosa yang terbentuk akan dipecah menjadi glukosa dan fruktosa. Glukosa yang
terbentuk akan digunakan untuk proses respirasi atau diubah menjadi senyawa lain
(Noor, 2007).
Buah pisang yang telah matang sangat mudah dikenali melalui perubahan warna
kulitnya, oleh karena itu indeks warna kulit menjadi penting, dan digunakan sebagai
20
Gambar 2. Tingkat Kematangan Buah Pisang
(Sumber : https://intisari.grid.id/)
Pemanenan buah pisang tidak lepas dari kegiatan perlakuan pasca panen.
mutu produk yang berdampak pada nilai ekonomi buah pisang. Beberapa
Mutu buah pisang yang baik ditentukan oleh tingkat ketuaan buah dan
penampakannya. Buah yang dipanen pada umur muda bermutu jelek, tapi
memiliki ketahanan simpan yang relatif singkat. Tingkat ketuaan buah selain
kandungan kimia dan gizi dalam buah. Tingkat ketuaan buah dapat dilihat
21
secara fisik atau dapat ditentukan dari umurnya. Secara fisik lebih mudah dilihat
karena tanda-tanda ketuaan mudah diamati. Salah satu perubahan fisik yang
dapat dilihat adalah warna kulit buah pisang (Satuhu dan Supriyadi, 2004).
Pisang termasuk produk hortikultura yang tidak tahan lama, mudah rusak,
dan meruah. Hal ini disebabkan oleh tingginya tingkat respirasi buah dan
kematangan semakin cepat, sebagai contoh pisang raja bulu yang berumur 100
hari setelah antesis (HSA) mencapai kematangan pada hari ke-12. Guna
buah pisang baik secara fisik maupun kimia sehingga kualitas buah dapat
dipertahankan.
oleh panen tidak tepat waktu (ketuaan tidak memenuhi syarat), kurangnya
mikroorganisme yang masuk ke dalam buah melalui luka, serangan busuk buah
kemudian berada dalam keadaan laten, dan spora berkecambah saat buah
22
menjadi matang. Pada umumnya busuk pada pisang di Indonesia adalah
antraknos, tip rot, dan crown rot (Murtiningsih dan Pekerti, 2003).
23
seperti kadar padatan terlarut total, kadar pati, dan kadar asamnya. Namun,
analisis kimiawi harus mengambil buah dan menghancurkannya, oleh
kerena itu analisis dilakukan sebagai pengendali mutu buah dan diambil
pada beberapa contoh saja. Cara lainnya adalah melalui umur buah yang
umumnya pada buah pisang ditentukan sejak bunga mekar. Cara ini dikenal
dengan cara fisiologis, yang mudah dilakukan.
Tingkat ketuaan buah merupakan faktor penting pada mutu buah
pisang. Buah yang dipanen kurang tua, meskipun dapat matang, namun
kualitasnya kurang baik karena rasa dan aromanya tidak berkembang baik.
Sebaliknya bila buah dipanen terlalu tua, rasa manis dan aroma buah kuat,
tetapi memiliki masa segar yang pendek. Oleh karena itu tingkat ketuaan
panen sangat erat kaitannya dengan jangkauan pemasaran dan tujuan
penggunaan buah. Sebagai contoh, pisang Ambon Jepang berkualitas
terbaik jika dipetik pada umur 120 hari sesudah bunga mekar. Pada umur
petik tersebut, pisang menjadi matang sempurna, rasa manis yang
ditunjukkan dengan kandungan kimiawi terdiri atas gula total (26,12%),
asam (0,32%), karbohidrat (13,19%), dan kandungan air (73,39%),
meskipun berdasarkan uji organoleptik sebenarnya pisang sudah dapat
dipanen pada umur 100 hari setelah bunga mekar (Murtiningsih dan Pekerti,
1988).
b. Cara Panen
Setelah buah yang akan dipanen ditentukan tingkat ketuaannya dan
sudah memenuhi syarat, maka batang pohon dipotong pada posisi
ketinggian sekitar 1 meter, kemudian dipotong setengah diameter batangnya
dan pohon direbahkan. Tandan pisang dipotong setelah pohon rebah, dan
dijaga agar buah pisang tidak terkena getah. Untuk menjaga agar tandan
buah pisang tidak kontak dengan tanah, maka di perkebunan besar biasanya
panen ditangani oleh dua orang, satu orang memotong tandan dan orang
lainnya langsung menerima dan memanggulnya untuk menggantungkan
tandan tersebut pada kabel-kabel yang telah diinstalasi di perkebunan,
24
terhubung ke bangsal pengemasan. Melalui kabel tersebut buah pisang
sampai ke bangsal pengemasan untuk penanganan selanjutnya.
Petani melakukan panen pisang dengan memotong tandan dan
kemudian diletakkan di tempat pengumpulan. Disarankan untuk meletakkan
tandan pisang pada tempat yang teduh, tidak terkena sengatan matahari, dan
buah pisang tidak menyentuh tanah. Secara sederhana dapat digunakan alas
daun pisang kering. Tandan harus diposisikan sedemikian rupa, sehingga
buah pisang tidak terkena getah yang keluar dari bekas tandan yang
dipotong. Setelah terkumpul beberapa tandan, biasanya petani membawa
dengan menggunakan pikulan ke rumah atau langsung menjualnya kepada
pedagang pengumpul.
2. Pengumpulan dan Pengangkutan
Penanganan buah pisang oleh petani maupun pedagang pengumpul
masih sederhana. Untuk mempertahankan mutu buah pisang setelah panen,
maka penanganan yang baik harus dilakukan sejak panen. Buah setelah
panen dikumpulkan di tempat yang teduh, terlindung dari panas. Umumnya
para pedagang pengumpul memiliki ruangan di depan atau di samping
rumahnya untuk menampung buah pisang. Tandan buah pisang diletakkan
berjajar, tidak bertumpuk, dan harus dihindari penetesan getah dari tangkai
yang menodai buah pisang, karena penampilan buah menjadi kotor.
Buah pisang di Indonesia diperdagangkan dalam bentuk tandan, sisir
atau satu gandeng terdiri dua buah. Umumnya, buah pisang dari sentra
produksi diangkut masih dalam bentuk tandan dan keadaannya masih
mentah. Pengangkutan dilakukan menggunakan truk atau mobil dengan bak
pengangkut (pick up) dengan menumpuk tandan pisang hingga bak tersebut
penuh, kemudian menutupnya dengan terpal atau kain penutup lainnya atau
tanpa penutup sama sekali. Kondisi ini dapat mengakibatkan tingkat
kerusakan yang tinggi.
Pisang yang mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi mendapat
perlakuan yang lebih baik, dengan membungkus tandan pisang
menggunakan daun pisang kering yang dililitkan dari sisir terbawah ke sisir
25
paling atas sehingga menutup sempurna seluruh bagian. Cara tersebut
umumnya diterapkan untuk buah pisang dalam tandan yang sudah matang
atau mengalami pemeraman terlebih dahulu. Di perkebunan besar, tandan
buah pisang dari kebun diangkut menggunakan kabel atau fasilitas lainnya
menuju bangsal pengemasan. Bangsal pengemasan merupakan bangunan
yang dilengkapi dengan fasilitas berupa perlengkapan pemotongan sisir,
bak pencucian, meja-meja sortasi, penimbangan, perlakuan pengendalian
hama dan penyakit pascapanen, dan fasilitas pengemasan.
3. Pemotongan sisir dan pencucian
Untuk menjaga kualitas buah pisang, cara terbaik dalam pengiriman
buah adalah dalam bentuk sisir yang dikemas dalam peti karton atau peti
plastik yang bisa digunakan ulang. Pekerjaan pemotongan sisir dilakukan
oleh pekerja di bangsal pengemasan menggunakan pisau khusus (dehander).
Biasanya pada saat dipotong, tiap sisir akan mengeluarkan getah. Untuk
membekukan getah dan sekaligus membersihkan debu dan kotoran yang
melekat pada permukaan buah, sisir-sisir pisang segera dimasukkan dalam
bak berisi air. Jika satu sisir pisang berukuran besar dan berisi banyak, maka
perlu dipotong lagi atau dalam bentuk klaster, agar lebih mudah
penanganannya saat pengemasan. Air dalam bak harus sering diganti. Jika
tidak, dapat merupakan sumber inokulum yang kemudian menginfeksi
bagian crown dan menyebabkan busuk yang dikenal dengan crown rot yang
dapat menjalar ke buah pisang. Untuk mencegahnya, dalam air pencucian
dapat ditambahkan chlorin, berupa natrium hipochlorit 75-125 ppm untuk
membunuh spora Fusarium, Cholletotrichum, dan Botryodiplodia serta
fungi lain yang sering menyerang crown pisang. Buah kemudian ditiriskan.
4. Sortasi dan Grading
Sortasi bertujuan untuk memilih dan memisahkan buah pisang yang
baik dari buah pisang yang kurang baik atau rusak. Sementara grading
bertujuan untuk mengelompokkan buah pisang yang telah disortasi menjadi
beberapa kelompok kelas, misalnya kelas A, B, C, dan seterusnya. Sortasi
dan grading biasanya dilakukan berdasarkan ukuran (besar dan kecil buah),
26
kerusakan mekanis (cacat buah), tingkat kematangan (ketuaan buah), bobot
buah, keseragaman warna, jenis pisang, dan kerusakan yang disebabkan
oleh hama atau penyakit.
5. Perlakuan Pengendalian Penyakit Pascapanen
Buah pisang yang mendapat perlakuan hati-hati dan terjaga
kebersihannya selama penanganan dapat mencegah infeksi
mikroorganisme. Untuk mengendalikan busuk yang disebabkan serangan
penyakit pascapanen dapat digunakan salah satu dari beberapa fungisida
atau tanpa bahan kimia yaitu menggunakan pencelupan dengan air panas.
Jika tidak ingin menggunakan fungisida, maka perlakuan dengan air panas
sudah dapat membantu mengurangi dan menunda serangan busuk pada buah
pisang. Kutipan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa, buah pisang
yang tidak mendapat perlakuan fungisida atau air panas, saat buah menjadi
matang sudah mulai terdapat bintik-bintik serangan penyakit pascapanen
pada permukaan buahnya, namun, jika buah mendapat perlakuan, awal
serangan baru mulai paling cepat 3 hari setelah buah matang. Hal ini berarti,
ketika buah dalam pemajangan/ pemasaran hingga sampai konsumen dalam
keadaan mulus. Untuk mengatasi serangan busuk pada crown, dapat
dilakukan dengan beberapa cara, antara lain pencelupan dalam air panas,
pelapisan lilin+benomil, dan pengolesan dengan kapur sirih. Ternyata, yang
paling mudah dan murah namun cukup efektif adalah pengolesan dengan
kapur sirih pada crown.
6. Pengemasan
Pengemasan buah pisang ditujukan untuk melindungi buah dari
kerusakan mekanis dan memudahkan penanganan selama pengangkutan
untuk distribusi dan pemasaran. Untuk itu, Mitchell (1985) dalam Prabawati
et al. (2008) menyebutkan beberapa persyaratan, yaitu: kemasan harus
mampu melindungi isi terhadap kerusakan selama distribusi dan mampu
mempertahankan bentuk dan kekuatan kemasan meski terkena kelembaban
dan ditumpuk selama waktu penggunaannya. Kemasan yang baik juga
mampu mengeluarkan panas dan uap air yang dihasilkan oleh buah pisang
27
yang tetap melakukan respirasi. Untuk kemasan buah pisang, terdapat
bermacam-macam bentuk, ukuran, dan bahan kemasan. Paling sederhana
dan masih banyak digunakan adalah keranjang terbuat dari anyaman bambu,
kotak dari kayu, dan kotak dari karton. Untuk kemasan karton biasanya
digunakan oleh perusahaan atau swasta yang memiliki perkebunan buah
pisang.
Berdasarkan observasi penulis, para pedagang mengelompokkan
menjadi 4 kelas: Super (isi 3 gandeng, berat buah pisang 1180 gram), tiga
kelas berikutnya hampir sama isinya dengan berat buah sekitar 670-760
gram. Untuk buah pisang yang berukuran kecil yaitu 760 gram berisi 4
gandeng merupakan kelas paling rendah. Berat keranjang rata-rata 150-160
gram dan berat daun pisang kering yang digunakan sebagai bantalan
berkisar antara 240-370 gram. Model kemasan dan bantalan demikian, pada
satu sisi menyelamatkan isi (buah pisang hampir tidak mengalami
kerusakan selama transportasi), namun pada sisi lain manjadi sampah di
kota besar. Ke depan, pengemasan demikian perlu diganti dengan cara
pengemasan yang tidak menimbulkan masalah sampah di kota besar.
7. Pemeraman
Buah pisang sampai tempat tujuan pengiriman diharapkan masih dalam
dengan penampilan kulit buah kuning, namun daging buah masih keras.
misalnya daun kelapa, sabut kelapa yang dikenal dengan cara pengomposan.
28
karbit, dan selanjutnya ditutup menggunakan kertas bekas pembungkus
semen
1.1. Pemeraman
dilakukan pengasapan dari bahan pertanian, misalnya daun kelapa, sabut kelapa
yang dikenal dengan cara pengomposan. Disamping itu, yang juga banyak
dilakukan pedagang pisang, yakni menggunakan peti kayu yang dilapisi kertas
buah pisang akan matang dalam 2 – 3 hari. Buah pisang disusun dalam
tempayan yang terbuat dari tanah liat kemudian selanjutnya ditutup dengan
wajan besar yang diberi perekat dari tanah liat sehingga udara tidak dapat
seperti daun gamal, daun mindi juga daun pisang. Cara ini dapat
29
mempercepat pemasakan buah pisang dalam 3 – 4 hari. Buah pisang yang
hendak diperam dimasukkan ke dalam sebuah wadah yang telah diberi alas
daun. Kemudian bagian atasnya ditutup denga daun lebih kurang sebanyak
dengan daun dari beberapa jenis tumbuhan. Beberapa daun yang memiliki
perlu dipetik satu hari sebelumnya, karena pada saat tersebut produksi etilen
tertinggi dengan periode waktu yang lama (24-48 jam), masing masing
0,73-0,89 ppm pada daun Albizzia dan 0,20-0,24 ppm pada Gliricidia
1.2.Penyimpanan
transpirasi, sehingga dengan cara ini daya simpan buah akan menjadi lebih
lama dan kuali tas buah dapat terjaga baik. Penyimpanan bertujuan untuk
mengatasi kerusakan buah akibat proses pemasaran yang sedikit lambat atau
lama.
30
Buah pisang yang tidak terjual habis dalam waktu relatif singkat mesti
diberikan perlakuan khusus dalam proses penyimpanan agar buah tetap baik
yang teduh, tidak terkena sengatan matahari, dan buah pisang tidak
tidak terkena getah yang keluar dari bekas tandan yang dipotong. Setelah
pedagang pengumpul.
pisang tetap segar, sehat, dan berwarna hijau dan bertujuan untuk pengaturan
distribusi atau pemasaran. Hal ini berkaitan dengan upaya untuk menekan aktivitas
temperatur rendah; dan menekan penguapan air dari buah dengan mengurangi
31
Berkenaan dengan pengaturan temperatur dingin untuk penyimpanan pada
suhu 16-20oC, buah pisang Ambon memiliki periode tetap berwarna hijau atau
IW=1 antara 13,316,5 hari. Penelitian untuk menentukan masa hijau (green life)
pisang yang dipanen dengan tingkat ketuaan ’tua penuh’. Tiap tandan diambil
4 sisir bagian tengah. Hasilnya memperlihatkan bahwa, masa hijau buah pisang
Ambon asal Lampung pada suhu 20-23oC adalah 11 hari, dan tidak ada
normal (O2: 20,95%; CO2: 0,03% dan N2: 70,08%). Perbedaannya dengan
secara tepat dikendalikan, tetapi diperoleh melalui efek kombinasi dari respirasi
buah dan penggunaan kantong plastik semi permiabel yang tertutup yaitu low
dengan disimpan pada suhu ruang (Cahyono 2009). Penggunaan KMnO4 secara
32
penampilan fisik buah, sehingga diperlukan suatu bahan pembawa. Beberapa
bahan pembawa KMnO4 yang telah diteliti antara lain: arang tempurung kelapa
yang dibuat menjadi pellet, zeolit, dan tanah liat (Arista et al., 2017).
terlama (14 hari penyimpanan) dan masih layak dikonsumsi diperoleh pada
penggunaan 30 g bahan oksidan etilen (campuran 27.75 g tanah liat dan 2.25 g
KMnO4) dalam bungkus serat nilon. Selain itu setelah 12 hari penyimpanan,
penyimpanan pisang Raja Bulu. Penelitian lain juga telah dilakukan oleh
oksidan etilen dalam serat nilon menghasilkan waktu simpan terpanjang yaitu
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
33
1. Pisang termasuk buah klimaterik tersusun dalam tandan. Tiap tandan terdiri atas
beberapa sisir, dan tiap sisir terdiri dari 6-22 buah pisang atau tergantung pada
varietasnya.
dan pemasakan buah. laju respirasi pada buah pisang dimulai dari fase
sampai mendekati fase senescence (pelayuan) dan nilai laju respirasi mengalami
dapat diamati dari segi fisik seperi warna maupun dari segi tekstur buah.
3. Beberapa perlakuan pasaca panen yang dilakukan pada buah pisang antara lain
permanganat.
B. Saran
Sebaiknya teknologi pasca panen yang telah diuraikan dalam makalah ini dapat
34
35
DAFTAR PUSTAKA
Arista, M.L., W.D. Widodo dan K. Suketi. 2017. Penggunaan kalium permanganat
sebagai oksidan etilen untuk memperpanjang daya simpan pisang raja bulu.
Buletin Agrohorti. 5 (3) : 334-34.
Badan Pusat Statistik. 2011. Data produksi hortikultura basis data pertanian [serial
online]. http://www.bps.go.id/ getfile.php/news=201. Diakses Tanggal 1
Oktober 2019.
Dimas. 2011. Respirasi. Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Sebelas
Maret. Surakarta.
Millerd, Slater, R., dan Blum. 1952. Use of dinitrosalicyclic acid reagent for
determination of reducing sugars. Analytical Chemistry. 1(2) : 34-45.
36
Murtiningsih., dan H. Pekerti. 2003. Pengaruh umur petik terhadap mutu buah
pisang Tanduk. Penelitian Horti. 3(1): 33-37.
Noor, Zulafa. 2007. Perilaku selulase buah pisang dalam penyimpanan udara
termodifikasi. Seminar Nasional Teknologi. STTNAS Yogyakarta.
Nurjanah, S. 2002. Kajian laju respirasi dan produksi etilen sebagai dasar penentuan
waktu simpan sayuran dan buah-buahan. Jurnal Bionatura. 4 (3).
Nuswamarhani S, Prihatini D., dan Endang PP. 1999. Mengenal Buah Unggul
Indonesia. Penebar Swadaya, Bogor.
Palmer, J.K. (1981). The Banana. Dalam: Hulme, A.C. (Ed). The Biochemistry of
Fruits and Their Product. Vol 2. Academic Press, London and New York.
Sutowijoyo D. 2013. Kriteria kematangan pascapanen pisang Raja Bulu dan pisang
Kepok. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Tjitrosoepomo, G. 2000. Morfologi Tumbuhan. Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.
37