Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAMPINGAN

PRAKTIKUM SAMBUNG PUCUK DURIAN

DI DESA SUMBERTENGAH

Oleh

MUHAMMAD DIKI ZULKARNAIN

NIRM. 04.01.19.342

PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

JURUSAN PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang atas
rahmat-nya maka saya dapat menyelesaikan penyusunan laporan tentang
“Sambung pucuk pada tanaman Durian (Grafting)”.

Dalam penulisan laporan ini saya merasa masih banyak kekurangan-


kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang di miliki saya. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan laporan ini.

Dalam penulisan laporan ini saya menyampaikan ucapan terima kasih yang
tidak terhinga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan laporan ini,
khususnya Asisten Praktikum yang telah memberikan materi.

Bondowoso, 10 Juni 2020

Penulis

MUHAMMAD DIKI ZULKARNAIN

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1


1.2 Tujuan Praktikum ............................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 3

2.1 Botani Durian ..................................................................................... 3


2.2 Syarat tumbuh durian ........................................................................ 4
2.3 Perbanyakan Vegetatif ....................................................................... 5
2.4 Grafting ............................................................................................... 6
2.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyambungan ........................ 8
2.6 Teknik Sambung Pucuk ..................................................................... 11

BAB III METODELOGI PRAKTIUM....................................................................... 13

3.1 Waktu dan Tempat .............................................................................. 13


3.2 Bahan dab Alat ................................................................................... 13
3.3 Prosedur Kerja..................................................................................... 13

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................... 15

4.1 Hasil ..................................................................................................... 15

4.2 Pembahasan........................................................................................ 15

BAB V PENUTUP .................................................................................................. 17

5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 17

5.2 Saran ................................................................................................... 17

DAFTAR PUSATKA .............................................................................................. 18

LAMPIRAN ............................................................................................................ 19

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : PRAKTIKUM SAMBUNG PUCUK DURIAN DI DESA

SUMBER TENGAH KEC.BINAKAL KAB.BONDOWOSO

Nama : Muhammad Diki Zulkarnain

NIRM : 04.01.19.342

Program Studi : Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan

Jurusan : Pertanian

Menyetujui

Pembimbing Internal

Rika Despita, SST, MP


19841212 200604 2 001

Ketua Jurusan Pertanian Politeknik Ketua Program Studi Penyuluhan


Pembangunan Pertanian Malang Pertanian Berkelanjutan
Politeknik Pembangunan Pertanian
Malang

Gunawan, SP, M.Si Gunawan, SP, M.Si


NIP. 19690829 200217 1 001 NIP. 19690829 200217 1 001

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di daerah


tropis dilewati oleh garis khatulistiwa dan memiliki keanekaragaman tanaman buah,
baik jenis tanaman yang berbuah musiman maupun jenis tanaman yang berbuah
sepanjang tahun, salah satunya adalah tanaman durian. Indonesia dikenal sebagai
negara yang kaya raya akan plasma nutfah (termasuk durian). Banyaknya varietas
yang ada tidak mampu mewarnai agribisnis buah di Indonesia. Tidak ada buah yang
paling menonjol secara nasional seperti : Durian Monthong dari Thailand. Kondisi ini
diperburuk dengan membanjirnya durian impor dipasar tradisional hingga
supermarket. Seolah- olah menenggelamkan varietas durian nasional. Durian
merupakan tanaman asli Asia Tenggara yang beriklim tropika basah, khususnya di
Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Di Indonesia pusat keragaman genetiknya
terutama berada di Kalimantan (27 spesies) dan Sumatera (11 spesies). Durian liar
yang telah dikenal dan dimanfaatkan tercatat sebanyak 13 spesies (Sarwono 1995).

Banyaknya peminat dan permintaan pasar salah satunya karena durian


mempunyai manfaat yang sangat banyak, diantaranya akar dijadikan obat demam,
daun durian dapat dimanfaatkan untuk menyembuhkan infeksi pada kuku, kulit
buahnya untuk mengobati ruam atau kerutan pada kulit yang biasa terjadi pada ibu-
ibu pasca melahirkan, biji dapat dibakar atau diolah dalam bentuk sajian lainnya
sehingga dapa di konsumsi, daging buah mngandung karbohidrat, protein dan
lemak. Adapun manfaat lain dari daging buah yaitu mengatasi sembelit, menjaga
kesehatan kelenjar tiroid, menambah energi, dan menghilangkan bau pada urin.
Banyaknya manfaat dari tanaman durian seperti diatas memberikan peluang kepada
petani atau siapapun termasuk pada kegiatan Kerja Praktek (KP) ini untuk membuat
bibit durian yang bermutu baik (Sindumarta 2012)

Bibit unggul merupakan syarat utama untuk menunjang pengembangan


tanaman durian sehingga buah yang dihasilkan berkualitas, untuk meningkatkan

1
kualitas dan pengembangan tanaman durian, maka perlu dilakukan pembudidayaan
2 bibit durian secara vegetatif, seperti okulasi, sambung pucuk, dan susuan. Salah
satu keistimewaan bibit durian hasil perbanyakan dengan cara vegetatif adalah
tanaman yang dihasilkan mempunyai kualitas yang tinggi yaitu tidak menyimpang
dari sifat induknya dan masa panen lebih cepat. Diantara metode tersebut,
perbanyakan tanaman durian yang paling efektif dan efisien adalah dengan
sambung pucuk karena dapat menghasilkan bibit yang lebih banyak dan berkualitas
serta lebih menghemat biaya, tenaga, dan bahan dibandingkan cara yang lain. Cara
ini menggabungkan sifat-sifat baik dari kedua tanaman dalam waktu yang relatif
pendek dan memperlihatkan pertumbuhan yang seragam, dengan menggunakan
cara ini maka produksi akan dapat lebih tinggi (Prasetyo 2012).

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dalam pendampingan ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan mempelajari cara – caara penyambungan
2. Melihat berapa tingkat keberhasilan teknik perbanyakan Durian (Durio
Zibethinus Murr.) dengan cara sambung.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Durian

Durian merupakan tanaman asli Asia Tenggara yang beriklim tropika basah,
khususnya di Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Di Indonesia pusat keragaman
genetiknya terutama berada di Kalimantan (27 spesies) dan Sumatera (11 spesies).
Durian liar yang telah dikenal dan dimanfaatkan tercatat sebanyak 13 spesies
(Sarwono 1995). Durian adalah nama tumbuhan tropis yang berasal dari Asia
Tenggara. Nama ini diambil dari ciri khas kulit buahnya yang keras dan berlekuk-
lekuk tajam sehingga menyerupai duri. Sebutan populernya adalah “ Raja dari
Segala Buah ” (King of the fruit). Sebutan durian diduga berasal dari istilah Melayu
yaitu dari kata duri yang diberi akhiran -an sehingga menjadi durian. Kata ini
terutama dipergunakan untuk menyebut buah yang kulitnya berduri tajam. Tanaman
durian termasuk famili Bombacaceae sebangsa pohon kapuk-kapukan, yang lazim
disebut durian adalah tumbuhan dari marga (Genus) Durio (Fathul 2012).

Durian mempunyai manfaat yang sangat banyak, diantaranya akar dijadikan


obat demam, daun durian dapat dimanfaatkan untuk menyembuhkan infeksi pada
kuku, kulit buahnya untuk mengobati ruam atau kerutan pada kulit yang biasa terjadi
pada ibu-ibu pasca melahirkan, biji dapat dibakar atau diolah dalam bentuk sajian
lainnya sehingga dapa di konsumsi, daging buah mngandung karbohidrat, protein
dan lemak. Adapun manfaat lain dari daging buah yaitu mengatasi sembelit,
menjaga kesehatan kelenjar tiroid, menambah energi, dan menghilangkan bau pada
urin (Sindumarta 2012).

3
Klasifikasi Tanaman Durio zibethinus Murr.

Divisi : Magnoliophyta

Sub Divisi : Supermatophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Malvales

Family : Bombacaceae

Genus : Durio

Spesies : Durio zibethinus Murr.

2.1 Syarat Tumbuh Tanaman Durian

A. Iklim

Curah hujan untuk tanaman durian maksimum 3000-3500 mm/tahun dan


minimal 1500-3000 mm/tahun. Intensitas cahaya matahari yang dibutuhkan durian
adalah 60- 80%, sedangkan suhu yang dibutuhkan durian rata-rata 20-30 0C, pada
suhu 15 0C durian dapat tumbuh tetapi pertumbuhan tidak optimal. Bila suhu
mencapai 35 0C daun akan terbakar (Jamil 2010).

B. Media Tanam

Tanaman durian membutuhkan tanah yang subur (tanah yang kaya bahan
organik). Tanah yang cocok untuk durian adalah jenis tanah grumosol dan ondosol.
Tanah yang memiliki ciri-ciri warna hitam keabu-abuan kelam, struktur tanah lapisan
atas bebutir- butir, sedangkan bagian bawah bergumpal, dan kemampuan mengikat
air tinggi. Derajat keasaman tanah yang dibutuhkan tanaman durian adalah pada pH
5-7, dengan pH optimum 6-6,5. Tanaman durian termasuk tanaman tahunan dengan
perakaran dalam, maka membutuhkan kandungan air tanah dengan kedalam yang
cukup, minimum ( 50-150 cm ) dan optimum (150-200 cm). Jika kedalaman air tanah
terlalu dangkal atau dalam, rasa buah tidak manis, tanaman akan kekeringan dan
akar busuk akibat selalu tergenang.

4
C. Ketinggian Tempat

Untuk budidaya durian, dalam pemilihan lokasi budi daya ketinggian tempat
untuk bertanam durian tidak boleh lebih dari 800 m dpl. Tetapi ada juga tanaman
durian yang cocok ditanam diberbagai ketinggian (Jamil 2010).

2.3 Perbanyakan Vegetatif

Perbanyakan tanaman secara vegetatif dapat dilakukan secara alamiah yaitu


perbanyakan tanaman tanpa melalui perkawinan atau tidak menggunakan biji dari
tanaman induk yang terjadi secara alami tanpa bantuan campur tangan manusia.
Perbanyakan tanaman secara vegetatif alamiah dapat terjadi melalui tunas, umbi,
rizoma, dan geragih (stolon). Perbanyakan tanaman secara vegetatif juga dapat
dilakukan secara buatan yaitu perbanykan tanaman tanpa melalui perkawinan atau 5
tidak menggunakan biji dari tanaman induk yang terjadi secara buatan dengan
bantuan campur tangan manusia. Tanaman yang biasa diperbanyak dengan cara
vegetatif buatan adalah tanaman yang memiliki kambium. Tanaman yang tidak
memiliki kambium atau bijinya berkeping satu (monokotil) umumnya tidak dapat
diperbanyak dengan cara vegetatif buatan. Perbanyakan tanaman secara vegetatif
buatan dapat dilakukan dengan cara stek, cangkok, dan merunduk (layering). Selain
itu, perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan cara okulasi dan sambung
(grafting) (Rahman, Maria, dan Yomi, 2012).

Beberapa faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan dalam


memproduksi bibit dengan cara perbanyakan vegetatif yaitu (1) faktor tanaman
(genetik, kondisi tumbuh, panjang entris), (2) faktor lingkungan (ketajaman,
kesterilan alat, kondisi cuaca, waktu pelaksanaan), dan (3) faktor keterampilan orang
yang melakukanya (Naipospos, 2015).

5
2.4 Grafting (Sambung)

Grafting adalah salah satu teknik perbanyakan vegetatif menyambungkan


batang bawah dan batang atas dari tanaman yang berbeda sedemikian rupa
sehingga tercapai persenyawaan, kombinasi ini akan terus tumbuh membentuk
tanaman baru. Grafting ini bukanlah sekedar pekerjaan menyisipkan dan
menggabungkan suatu bagian tanaman, seperti cabang, tunas atau akar pada
tanaman yang lain. Melainkan sudah merupakan suatu seni yang sudah lama
dikenal dan banyak variasinya. Sharock’s (1672) dalam Wudianto (2002)
menyatakan bahwa seni grafting ini telah digemari sejak dua abad yang lalu, yaitu
sekitar abad ke-15 dia menggambarkan betapa pelik dan banyaknya ragam dari seni
grafting ini. Disamping itu Thouin dalam Wudianto (2002) mengatakan bahwa ada
119 bentuk grafting. Dari sekian banyak grafting ini digolongkan menjadi tiga
golongan besar, yaitu :

1. Bud-grafting atau budding, yang kita kenal dengan istilah okulasi

2. Scion grafting, lebih populer dengan grafting saja, yaitu sambung pucuk atau
enten

3. Grafting by approach atau inarching, yaitu cara menyambung tanaman sehingga


batang atas dan batang bawah masih berhubungan dengan akarnya masing-masing

Penyambungan disini berarti penyatuan antara batang atas (sepotong


cabang dengan dua atau tiga tunas vegetatif) dengan batang bawah yang sehingga
gabungan ini bersama-sama membentuk individu yang baru.

Batang bawah sering juga disebut stock atau root stock atau bahasa
belandanya onder stam. Ciri dari batang ini adalah batang masih dilengkapi dengan
akar, sedangkan batang atas yang disambungkan sering disebut entris atau scion.
Batang atas dapat berupa potongan batang atau bisa juga cabang pohon induk,
kadang-kadang untuk penyambungan ini memerlukan batang perantara (Inter-
Stock). Agar batang atas dan batang bawah bisa terus merupakan perpaduan yang
kekal, maka sebaiknya dipilih batang atas dan batang bawah yang masih
mempunyai hubungan keluarga dekat. Hal demikian tidak selamanya benar,
klasifikasi botani biasanya hanya berdasarkan sifat- sifat reproduksinya, sedangkan

6
penyambungan justru yang dipertimbangkan adanya persamaan sifat-sifat vegetatif
tanaman. Selama ini yang digunakan sebagai patokan untuk melakukan
penyambungan adalah berdasarkan sifat botaninya, maka tidak jarang suatu
penyambungan mengalami kegagalan.

Keuntungan dan Kerugian Perbanyakan Tanaman Secara Grafting adalah :

1. Keuntungan

a. Mengekalkan sifat-sifat klon yang tidak dapat dilakukan pada pembiakan


vegetatif lainnya seperti stek, cangkok dan lain-lainnya.

b. Bisa memperoleh tanaman yang kuat karena batang bawahnya tahan


terhadap keadaan tanah yang tidak menguntungkan, temperatur yang
rendah, atau gangguan lain yang terdapat di dalam tanah.

c. Memperbaiki jenis-jenis tanaman yang telah tumbuh, sehingga jenis yang


tidak di inginkan diubah dengan jenis yang dikehendaki.

d. Dapat mempercepat berbuahnya tanaman (untuk tanaman buah-buahan)


dan mempercepat pertumbuhan pohon dan kelurusan batang (jika tanaman
kehutanan).

2. Kerugian

a. Bagi tanaman kehutanan, kemungkinan jika pohon sudah besar gampang


patah jika ditiup angin kencang.

b. Tingkat keberhasilannya rendah jika tidak cocok antara scion dan


rootstock.

7
2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyambungan

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyambungan dapat dibagi menjadi 2


golongan, yaitu :

1. Faktor Internal

a. Pohon Induk dan Entres

Pohon induk adalah tanaman pilihan yang dipergunakan sebagai sumber


batang atas (entres), baik itu tanaman kecil ataupun tanaman besar yang sudah
produktif yang berasal dari biji atau hasil perbanyakan vegetatif. Kebun pohon induk
adalah kebun yang ditanami dengan beberapa varietas buah unggul untuk sumber
penghasil batang atas (entres) untuk perbanyakan dalam jumlah besar. Lokasi
pohon induk sebaiknya tidak jauh dengan lokasi perbanyakan tanaman, untuk
memudahkan pelaksanaan perbanyakan bibit.

Pohon induk yang akan diambil entresnya adalah benih dasar, BD


(Foundation seed, FS). Benih dasar diproduksi dan diawasi secara ketat oleh
pemulia tanaman sehingga kemurnian varietasnya dapat dipertahankan. Benih
dasar diproduksi oleh Balai benih (terutama Balai Benih Induk, BBI) dan proses
produksinya diawasi dan disertifikasi oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih
(BPSB) (Wirawan B dan Wahyuni S, 2002).

Pucuk yang digunakan sebagai batang atas adalah pucuk pada stadium
istirahat atau tunas tidur menjelang fase generatif. Menurut Sukarmin (2011) waktu
pengambilan entres yang baik adalah pagi hari, antara pukul 7.00-9.00 dengan
menggunakan gunting pangkas.

Kriteria tanaman yang akan dijadikan batang atas:

a. Mampu beradaptasi atau tumbuh kompak dengan batang bawahnya,


sehingga batang atas ini mampu menyatu dan dapat berproduksi dengan
optimal. Cabang dari pohon yang sehat, pertumbuhannya normal dan bebas
dari serangan hama dan penyakit.
b. Cabang berasal dari pohon induk yang sifatnya benar-benar yang seperti kita
kehendaki, misalnya berbuah lebat dan berkualitas tinggi (Prastowo et al,
2006).

8
b. Batang Bawah

Batang bawah atau rootstock/understam adalah tanaman yang berfungsi


sebagai batang bagian bawah yang masih dilengkapi dengan sistem perakaran yang
berfungsi mengambil makanan dari dalam tanah untuk batang atas atau tajuknya.

Kriteria tanaman yang akan dijadikan batang bawah :

a. Mampu beradaptasi atau tumbuh kompak dengan batang atasnya, sehingga


batang bawah ini mampu menyatu dan menopang pertumbuhan batang
atasnya.
b. Tanam dalam kondisi sehat
c. Sistem perakarannya baik dan dalam serta tahan terhadap keadaan tanah
yang kurang menguntungkan, termasuk hama dan penyakit yang ada dalam
tanah.
d. Tidak mengurangi kualitas dan kuantitas buah pada tanaman yang
disambungkan.
e. Perawatan batang bawah seperti pemupukan, pengendalian hama dan
penyakit, serta penyiraman perlu diperhatikan agar batang bawah tumbuh
subur dan sehat. Pertumbuhan yang subur dan sehat memudahkan
pengelupasan kulit dan kayunya, karena sel-sel kambium berada dalam
keadaan aktif membelah diri (Prastowo et al, 2006).

2. Faktor eksternal

a. Waktu penyambungan

Pada umumnya penyambungan dilakukan pada waktu cerah, tidak hujan,


dan tidak di bawah terik matahari. Waktu terbaik melaksanakan penyambungan
adalah pada pagi hari, antara jam 07.00 – 11.00, karena pada saat tersebut
tanaman sedang aktif berfotosintesis sehingga kambium tanaman juga dalam
kondisi aktif dan optimum. Di atas jam 12.00 siang daun mulai layu, tetapi ini bisa
diatasi dengan menyambung ditempat teduh, terhindar dari sinar matahari langsung
(Sunarjono, 2000).

9
b. Temperatur dan Kelembapan

Temperatur dan kelembapan yang optimal dapat mempertinggi pembentukan


jaringan kalus yang sangat diperlukan untuk berhasilnya suatu sambungan.
Temperatur yang diperlukan dalam penyambungan berkisar antara 7,2 0C – 32 0C,
bila temperatur kurang dari 7,2 0C pembentukan kalus akan lambat dan apabila
lebih dari 32 0C pembentukan kalus akan menjadi lambat dan mematikan sel-sel
pada sambungan. Temperatur optimum pada penyambungan adalah 25 0C – 30 0C.

c. Curah Hujan

Keadaan curah hujan akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman durian.


Curah hujan yang tinggi akan menyebabkan kelembapan tinggi yang menyebabkan
populasi jamur meningkat yang akan menyerang tanaman didalam sungkup. Curah
hujan yang rendah dapat menyebabkan kekeringan.

d. Faktor tanaman

1. Kompatibilitas dan Inkompatibilitas

Pada umumnya batang atas dan batang bawah yang berukuran sama akan
menghasilkan sambungan yang kompatibel, biasanya gabungan tanaman hasil
sambungan akan hidup lama, produktif dan kuat. Menurut Hartman et al. (1997)
inkompatibilitas antara jenis tanaman yang disambung dapat dilihat dari kriteria
sebagai berikut :

1. Tingkat keberhasilan sambungan rendah


2. Pada tanaman yang sudah berhasil tumbuh, terlihat daunnya menguning,
rontok dan mati tunas
3. Mati muda pada bibit sambungan
4. Terdapat perbedaan laju tumbuh antara batang bawah dan batang atas
5. Terjadi pertumbuhan berlebihan baik batang atas atau batang bawah

10
2. Penyatuan Kambium

Agar persentuhan kambium batang atas dan batang bawah lebih banyak
terjadi, diperlukan batang atas dan batang bawah yang mempunyai ukuran yang
sama. Posisi batang yang telah disayat jangan terlalu lama terbuka agar kambium
tidak kering, maka pekerja harus memiliki kecepatan dalam proses penyambungan.

e. Faktor Pelaksaan

Kecepatan menyambung merupakan pencegahan paling baik terhadap


infeksi penyakit dan kerusakan pada kambium. Selain itu dalam proses
penyambungan jangan terlalu lama, agar kambium tidak mengering. Dalam
penyambungan diperlukan ketajaman dan kebersihan alat. Selain itu, juga
dibutuhkan tali pengikat yang tipis dan lentur. Keserasian bentuk potongan antara
batang atas dan batang bawah perlu diperhatikan. Hal ini untuk mendapatkan
kesesuaian letak penyatuan kambium batang atas dan batang bawah yang serasi.

2.6 Teknik Sambung Pucuk

Sambung pucuk merupakan cara penyambungan batang atas pada bagian


atas atau pucuk dari batang bawah. Caranya sebagai berikut :

1. Batang atas yang sudah disiapkan dipotong, sehingga panjangnya antara


7,5-10 cm. bagian pangkal disayat pada kedua sisinya sepanjang 2-2,5 cm,
sehingga bentuk irisannya seperti mata kampak. Selanjutnya batang atas
dimasukkan ke dalam belahan batang bawah.
2. Pengikatan dengan tali plastik yang terbuat dari kantong plastik ½ kg selebar
1 cm. Kantong plastik ini ditarik pelan-pelan, sehingga panjangnya menjadi 2-
3 kali panjang semula. Terbentuklah pita plastik yang tipis dan lemas.
3. Pada waktu memasukkan entres ke belahan batang bawah perlu
diperhatikan agar kambium entres bisa bersentuhan dengan kambium
batang bawah. Sambungan kemudian disungkup dengan kantong plastik
bening. Agar sungkup plastik tidak lepas bagian bawahnya perlu diikat.
Tujuan penyungkupan ini untuk mengurangi penguapan dan menjaga
kelembaban udara di sekitar sambungan agar tetap tinggi.

11
4. Tanaman sambungan kemudian ditempatkan di bawah naungan agar
terlindung dari panasnya sinar matahari. Biasanya 2-3 minggu kemudian
sambungan yang berhasil akan tumbuh tunas. Sambungan yang gagal akan
berwarna hitam dan kering. Pada saat ini sungkup plastiknya sudah bisa
dibuka. Namun, pita 11 pengikat sambungan baru boleh dibuka 3-4 minggu
kemudian (Prastowo et al, 2006).

12
BAB III

METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Perbanyakan Vegetatif dengan Cara Sambung (Grafting)


dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 14 Mei 2020 pukul 08.00 WIB s/d selesai di
pekarangan rumah.

3.2 Bahan dan Alat

1. Bahan

1) Pita pengikat grafting


2) Batang bawah dan batang atas (Entres)
3) Kantong plasik

2. Alat

1) Gunting grafting
2) Pisau
3) Batu asahan

3.3 Prosedur Kerja

1. Potong Entres secara rapi, dengan mata tunas dua atau tiga mata tunas
kemudian sayat miring pangkal Entres, sedangkan sebelah lagi cukup
dengan mengelupas kulitnya sehingga tinggal kambiumnya saja, (jika
menggunakan teknik Veneer dan teknik rind) sayat kedua sisi Entres
berbentuk huruf V, (bila menggunakan teknik grafting top cleft graf) dan
usahakan dalam penyayatan jangan sampai berulang-ulang.
2. Potong rootstock pada tempat yang tepat sesuai dengan sambungan yang
diinginkan.
3. Sambungkan Entres pada rootstock dengan memperhatikan apakah
kambium Entres dan kambium rootstock telah saling berlekatan, bila batang
bawah tidak sama besar dengan batang atas, maka salah satu sisinya
diusahakan berimpit (satu- garis) supaya kambium bisa bersatu, walaupun
hanya satu sisi. (grafting top cleft).
4. Ikat sambungan dengan pita grafting plastik, para film atau tali rafia,
sehingga kambiumnya dapat melekat erat.

13
5. Setelah itu sambungan dibungkus kantong plastik transparan (bening) untuk
menjaga kestabilan suhu.

14
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil pengamatan terhadap sambung pucuk tanaman durian (Durio


zibethinus Murr.) Seperti terlihat dalam gambar di bawah ini :

4.1 Pembasan

Dari hasil praktikum dapat diketahui bahwa persentase hidup sambung


pucuk (grafting) pada praktikum ini adalah 90 %.

Faktor yang mempengaruhi sambungan hidup, pertambahan panjang entres


dan diameter batang bawah yaitu daya gabung (kompatibilitas) antara batang atas
dan batang bawah. Kompatibilitas mempengaruhi kelangsungan hidup tanaman
hasil sambungan dan berlanjut pada bertambahnya panjang entres dan
pertambahan diameter batang bawah. Pada penyambungan yang kompatibel diduga
terjadi lignifikasi dinding sel 15 yang dapat menyatukan sel-sel yang berdekatan
diluar daerah penyatuan sambungan. Sebaliknya dinding sel daerah penyatuan
sambungan pada gabungan yang inkompatibel tidak menghasilkan lignin dan hanya
dihubungkan oleh serat selulosa (Hartman et al., 1997). Gagalnya penyatuan antara
batang atas dan batang bawah (inkompatibilitas) dapat disebabkan oleh respon
fisiologi antara kedua bagian yang disambungkan, transmisi virus atau fitoplasma
dan kelainan anatomi jaringan pembuluh pada jembatan kalus.

Zat pengatur tumbuh juga menjadi salah satu fator dalam keberhasilan
sambung pucuk pada durian. Pemakaian Zat Pengatur Tumbuhpada tanaman

15
biasanya dilakukan dengan penyemprotan/perendaman ke permukaan daun. Dalam
penelitian ini tidak ada perlakuan pemberian ZPT, padahal zat pengatur tumbuh ini
kemudian pada metabolisme lebih lanjut digunakan dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan tanaman tersebut. Nah, diduga ketidak berhasilan sambungan pada
praktikum ini salah satunya dikarenakan tidak ada perlakuan ZPT (Intan, 2008).

Kecepatan dalam penyambungan juga menjadi faktor penentu dalam


keberhasilan grafting. Kecepatan menyambung merupakan pencegahan paling baik
terhadap infeksi penyakit dan kerusakan pada kambium. Selain itu dalam proses
penyambungan jangan terlalu lama, agar kambium tidak mengering. Dalam
penyambungan diperlukan ketajaman dan kebersihan alat. Selain itu, juga
dibutuhkan tali pengikat yang tipis dan lentur. Keserasian bentuk potongan antara
batang atas dan batang bawah perlu diperhatikan. Hal ini untuk mendapatkan
kesesuaian letak penyatuan kambium batang atas dan batang bawah yang serasi.
Dalam praktikum ini diduga penyambungan yang dilakukan kurang cepat sehingga
menyebabkan daerah yang dipotong menjadi kering dan diduga terkena virus dari
udara luar.

Dalam penyambungan alat yang digunakan juga harus steril untuk mencegah
adanya penyakit maupun virus dalam alat yang digunakan. Sterilisasi alat biasanya
digunakan dengan alkohol. Pada praktikum ini tidak adanya sterilisasi alat dengan
alkohol sehingga dapat diduga bahwa ketidakberhasilan sambung ini salah satunya
berasal dari alat yang digunakan.

16
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dalam penyambungan durian ada bayak faktor yang harus diperhatikan demi
keberhasilan sambungan. Faktor yang perlu diperhatikan seperti kompatibilitas dan
inkompatibilitas antara batang atas (Entres) dan batang bawah karena pada
umumnya batang atas (Entres) dan batang bawah yang berukuran sama akan
menghasilkan sambungan yang kompatibel, biasanya gabungan tanaman hasil
sambungan akan hidup lama, produktif dan kuat. Faktor lain yang perlu diperhatikan
suhu dan kelembapan.

Kecepatan dalam penyambungan juga menjadi faktor penentu dalam


keberhasilan grafting. Kecepatan menyambung merupakan pencegahan paling baik
terhadap infeksi penyakit dan kerusakan pada kambium. Selain itu dalam proses
penyambungan jangan terlalu lama, agar kambium tidak mengering. Zat pengatur
tumbuh juga menjadi salah satu faktor dalam keberhasilan sambung pucuk pada
durian. Faktor lain yang menentukan keberhasilan sambung pucuk pada durian yaitu
sterilisasi alat

4.2 Saran

1. Dalam teknik grafting sebaiknya dilakukan dengan cepat agar tidak


terkontaminasi oleh virus.
2. Pemberian ZPT perlu untuk merangsang penyatuan kambium pada grafting
durian.
3. Alat yang dipakai harus disterilkan terlebih dahulu.
4. Perhatikan suhu dan kelembapan di sekitar tempat melakukan
penyambungan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Anto dan Erma. 2012. Laporan Kerja Praktek Teknik Perbanyakan Bibit Durian
Montong dan Durian Tembaga dengan Metode Grafting. Jurusan Biologi
FMIPA Universitas Riau. Pekanbaru.

Hartman and Kester. (1997). Plant Propagation: Principle and Practices. New Jersey
: Sixth Ed. Prentice hall, Inc. 768 page.

Jamil,A.H. Widyantodan P.H Sinaga. 2010. Petunjuk teknis budidaya tanaman


durian. Agrao Inovasi. Riau

Naipospos, N. 2015. Teknik Grafting untuk Perbanyakan Tanaman. Penyuluhan


PKK desa Karang Kedawung, Sokaraja, Banyumas.

Prastowo, N., J.M. Roshetko. 2006. Teknik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif
Tanaman Buah. World Agroforestry Center. Bogor.

Rahman, E., Maria Lusia Hutagalung, dan Yomi Tasina Surbakti. 2012. Makalah
Dasar-dasar Agronomi: Perbanyakan Tanaman secara Vegetatif. Program
Studi Agribisnis. Fakultas Pertanian. Universitas Jambi.

Sarwono.1995. Ragam Varietas Durian Budidaya. Trubus Edisi Desember No.313


tahun XXVI: Hlm.15

Sindumarta, D. 2012. Awet Muda Dengan Durian Dan Buah-Buahan Khas


Nusantara.Grafindo Litera Media. Yogyakarta.

Sukarmin. 2011. Teknik Uji Daya Simpan Entres Durian Varietas Kani sebagai
Bahan Penyambungan. Teknisi Litkayasa Penyedia Balai Penelitian
Tanaman Buah Tropika. 16 (2), 48-51

Sunarjono, H. 2000. Aneka Permasalahan Durian dan Pemecahannya. Penebar


Swadaya. Jakarta

Wiryanta, Bernad T.Wahyu. 2008. Sukses Bertanam Durian. Agromedia Pustaka.


Jakarta.

Winarno,M.1990. Teknik Perbanyakan Cepat Buah-Buahan Tropika.Pslitbanghor:


Jakarta

Wudianto, R. 2002. Cara Membuat Stek, Cangkok, dan Okulasi. Penebar Swadaya.
Jakarta.

Wudianto,R, (2002). Membuat Setek, cangkok dan Okulasi. Jakarta : Penerbit PT.
Penebar Swadaya.

18
LAMPIRAN

Gambar 1. Proses penyambungan

Gambar 2. Proses penyambungan selesai

Gambar 3. Hasil yang sudah jadi

Gambar 4. Vlog kegiatan

19

Anda mungkin juga menyukai