DI DESA SUMBERTENGAH
Oleh
NIRM. 04.01.19.342
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang atas
rahmat-nya maka saya dapat menyelesaikan penyusunan laporan tentang
“Sambung pucuk pada tanaman Durian (Grafting)”.
Dalam penulisan laporan ini saya menyampaikan ucapan terima kasih yang
tidak terhinga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan laporan ini,
khususnya Asisten Praktikum yang telah memberikan materi.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
4.2 Pembahasan........................................................................................ 15
LAMPIRAN ............................................................................................................ 19
ii
LEMBAR PENGESAHAN
NIRM : 04.01.19.342
Jurusan : Pertanian
Menyetujui
Pembimbing Internal
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
kualitas dan pengembangan tanaman durian, maka perlu dilakukan pembudidayaan
2 bibit durian secara vegetatif, seperti okulasi, sambung pucuk, dan susuan. Salah
satu keistimewaan bibit durian hasil perbanyakan dengan cara vegetatif adalah
tanaman yang dihasilkan mempunyai kualitas yang tinggi yaitu tidak menyimpang
dari sifat induknya dan masa panen lebih cepat. Diantara metode tersebut,
perbanyakan tanaman durian yang paling efektif dan efisien adalah dengan
sambung pucuk karena dapat menghasilkan bibit yang lebih banyak dan berkualitas
serta lebih menghemat biaya, tenaga, dan bahan dibandingkan cara yang lain. Cara
ini menggabungkan sifat-sifat baik dari kedua tanaman dalam waktu yang relatif
pendek dan memperlihatkan pertumbuhan yang seragam, dengan menggunakan
cara ini maka produksi akan dapat lebih tinggi (Prasetyo 2012).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Durian merupakan tanaman asli Asia Tenggara yang beriklim tropika basah,
khususnya di Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Di Indonesia pusat keragaman
genetiknya terutama berada di Kalimantan (27 spesies) dan Sumatera (11 spesies).
Durian liar yang telah dikenal dan dimanfaatkan tercatat sebanyak 13 spesies
(Sarwono 1995). Durian adalah nama tumbuhan tropis yang berasal dari Asia
Tenggara. Nama ini diambil dari ciri khas kulit buahnya yang keras dan berlekuk-
lekuk tajam sehingga menyerupai duri. Sebutan populernya adalah “ Raja dari
Segala Buah ” (King of the fruit). Sebutan durian diduga berasal dari istilah Melayu
yaitu dari kata duri yang diberi akhiran -an sehingga menjadi durian. Kata ini
terutama dipergunakan untuk menyebut buah yang kulitnya berduri tajam. Tanaman
durian termasuk famili Bombacaceae sebangsa pohon kapuk-kapukan, yang lazim
disebut durian adalah tumbuhan dari marga (Genus) Durio (Fathul 2012).
3
Klasifikasi Tanaman Durio zibethinus Murr.
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Family : Bombacaceae
Genus : Durio
A. Iklim
B. Media Tanam
Tanaman durian membutuhkan tanah yang subur (tanah yang kaya bahan
organik). Tanah yang cocok untuk durian adalah jenis tanah grumosol dan ondosol.
Tanah yang memiliki ciri-ciri warna hitam keabu-abuan kelam, struktur tanah lapisan
atas bebutir- butir, sedangkan bagian bawah bergumpal, dan kemampuan mengikat
air tinggi. Derajat keasaman tanah yang dibutuhkan tanaman durian adalah pada pH
5-7, dengan pH optimum 6-6,5. Tanaman durian termasuk tanaman tahunan dengan
perakaran dalam, maka membutuhkan kandungan air tanah dengan kedalam yang
cukup, minimum ( 50-150 cm ) dan optimum (150-200 cm). Jika kedalaman air tanah
terlalu dangkal atau dalam, rasa buah tidak manis, tanaman akan kekeringan dan
akar busuk akibat selalu tergenang.
4
C. Ketinggian Tempat
Untuk budidaya durian, dalam pemilihan lokasi budi daya ketinggian tempat
untuk bertanam durian tidak boleh lebih dari 800 m dpl. Tetapi ada juga tanaman
durian yang cocok ditanam diberbagai ketinggian (Jamil 2010).
5
2.4 Grafting (Sambung)
2. Scion grafting, lebih populer dengan grafting saja, yaitu sambung pucuk atau
enten
Batang bawah sering juga disebut stock atau root stock atau bahasa
belandanya onder stam. Ciri dari batang ini adalah batang masih dilengkapi dengan
akar, sedangkan batang atas yang disambungkan sering disebut entris atau scion.
Batang atas dapat berupa potongan batang atau bisa juga cabang pohon induk,
kadang-kadang untuk penyambungan ini memerlukan batang perantara (Inter-
Stock). Agar batang atas dan batang bawah bisa terus merupakan perpaduan yang
kekal, maka sebaiknya dipilih batang atas dan batang bawah yang masih
mempunyai hubungan keluarga dekat. Hal demikian tidak selamanya benar,
klasifikasi botani biasanya hanya berdasarkan sifat- sifat reproduksinya, sedangkan
6
penyambungan justru yang dipertimbangkan adanya persamaan sifat-sifat vegetatif
tanaman. Selama ini yang digunakan sebagai patokan untuk melakukan
penyambungan adalah berdasarkan sifat botaninya, maka tidak jarang suatu
penyambungan mengalami kegagalan.
1. Keuntungan
2. Kerugian
7
2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyambungan
1. Faktor Internal
Pucuk yang digunakan sebagai batang atas adalah pucuk pada stadium
istirahat atau tunas tidur menjelang fase generatif. Menurut Sukarmin (2011) waktu
pengambilan entres yang baik adalah pagi hari, antara pukul 7.00-9.00 dengan
menggunakan gunting pangkas.
8
b. Batang Bawah
2. Faktor eksternal
a. Waktu penyambungan
9
b. Temperatur dan Kelembapan
c. Curah Hujan
d. Faktor tanaman
Pada umumnya batang atas dan batang bawah yang berukuran sama akan
menghasilkan sambungan yang kompatibel, biasanya gabungan tanaman hasil
sambungan akan hidup lama, produktif dan kuat. Menurut Hartman et al. (1997)
inkompatibilitas antara jenis tanaman yang disambung dapat dilihat dari kriteria
sebagai berikut :
10
2. Penyatuan Kambium
Agar persentuhan kambium batang atas dan batang bawah lebih banyak
terjadi, diperlukan batang atas dan batang bawah yang mempunyai ukuran yang
sama. Posisi batang yang telah disayat jangan terlalu lama terbuka agar kambium
tidak kering, maka pekerja harus memiliki kecepatan dalam proses penyambungan.
e. Faktor Pelaksaan
11
4. Tanaman sambungan kemudian ditempatkan di bawah naungan agar
terlindung dari panasnya sinar matahari. Biasanya 2-3 minggu kemudian
sambungan yang berhasil akan tumbuh tunas. Sambungan yang gagal akan
berwarna hitam dan kering. Pada saat ini sungkup plastiknya sudah bisa
dibuka. Namun, pita 11 pengikat sambungan baru boleh dibuka 3-4 minggu
kemudian (Prastowo et al, 2006).
12
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
1. Bahan
2. Alat
1) Gunting grafting
2) Pisau
3) Batu asahan
1. Potong Entres secara rapi, dengan mata tunas dua atau tiga mata tunas
kemudian sayat miring pangkal Entres, sedangkan sebelah lagi cukup
dengan mengelupas kulitnya sehingga tinggal kambiumnya saja, (jika
menggunakan teknik Veneer dan teknik rind) sayat kedua sisi Entres
berbentuk huruf V, (bila menggunakan teknik grafting top cleft graf) dan
usahakan dalam penyayatan jangan sampai berulang-ulang.
2. Potong rootstock pada tempat yang tepat sesuai dengan sambungan yang
diinginkan.
3. Sambungkan Entres pada rootstock dengan memperhatikan apakah
kambium Entres dan kambium rootstock telah saling berlekatan, bila batang
bawah tidak sama besar dengan batang atas, maka salah satu sisinya
diusahakan berimpit (satu- garis) supaya kambium bisa bersatu, walaupun
hanya satu sisi. (grafting top cleft).
4. Ikat sambungan dengan pita grafting plastik, para film atau tali rafia,
sehingga kambiumnya dapat melekat erat.
13
5. Setelah itu sambungan dibungkus kantong plastik transparan (bening) untuk
menjaga kestabilan suhu.
14
BAB IV
4.1 Hasil
4.1 Pembasan
Zat pengatur tumbuh juga menjadi salah satu fator dalam keberhasilan
sambung pucuk pada durian. Pemakaian Zat Pengatur Tumbuhpada tanaman
15
biasanya dilakukan dengan penyemprotan/perendaman ke permukaan daun. Dalam
penelitian ini tidak ada perlakuan pemberian ZPT, padahal zat pengatur tumbuh ini
kemudian pada metabolisme lebih lanjut digunakan dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan tanaman tersebut. Nah, diduga ketidak berhasilan sambungan pada
praktikum ini salah satunya dikarenakan tidak ada perlakuan ZPT (Intan, 2008).
Dalam penyambungan alat yang digunakan juga harus steril untuk mencegah
adanya penyakit maupun virus dalam alat yang digunakan. Sterilisasi alat biasanya
digunakan dengan alkohol. Pada praktikum ini tidak adanya sterilisasi alat dengan
alkohol sehingga dapat diduga bahwa ketidakberhasilan sambung ini salah satunya
berasal dari alat yang digunakan.
16
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dalam penyambungan durian ada bayak faktor yang harus diperhatikan demi
keberhasilan sambungan. Faktor yang perlu diperhatikan seperti kompatibilitas dan
inkompatibilitas antara batang atas (Entres) dan batang bawah karena pada
umumnya batang atas (Entres) dan batang bawah yang berukuran sama akan
menghasilkan sambungan yang kompatibel, biasanya gabungan tanaman hasil
sambungan akan hidup lama, produktif dan kuat. Faktor lain yang perlu diperhatikan
suhu dan kelembapan.
4.2 Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
Anto dan Erma. 2012. Laporan Kerja Praktek Teknik Perbanyakan Bibit Durian
Montong dan Durian Tembaga dengan Metode Grafting. Jurusan Biologi
FMIPA Universitas Riau. Pekanbaru.
Hartman and Kester. (1997). Plant Propagation: Principle and Practices. New Jersey
: Sixth Ed. Prentice hall, Inc. 768 page.
Prastowo, N., J.M. Roshetko. 2006. Teknik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif
Tanaman Buah. World Agroforestry Center. Bogor.
Rahman, E., Maria Lusia Hutagalung, dan Yomi Tasina Surbakti. 2012. Makalah
Dasar-dasar Agronomi: Perbanyakan Tanaman secara Vegetatif. Program
Studi Agribisnis. Fakultas Pertanian. Universitas Jambi.
Sukarmin. 2011. Teknik Uji Daya Simpan Entres Durian Varietas Kani sebagai
Bahan Penyambungan. Teknisi Litkayasa Penyedia Balai Penelitian
Tanaman Buah Tropika. 16 (2), 48-51
Wudianto, R. 2002. Cara Membuat Stek, Cangkok, dan Okulasi. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Wudianto,R, (2002). Membuat Setek, cangkok dan Okulasi. Jakarta : Penerbit PT.
Penebar Swadaya.
18
LAMPIRAN
19