Disusun oleh:
Nadia Putri Fadhila
11919036
Kelompok 4
Asisten:
Halimatussadiyah Assyifa
11918002
2.2. MSDS, mode of action, dan persamaan reaksi zat penghambat KMnO4 ....... 7
2.3. MSDS, mode of action, dan persamaan reaksi zat penghambat Ca(OH)2...... 9
2.4. MSDS, mode of action, dan persamaan reaksi zat penghambat asam L-
askorbat ........................................................................................................... 9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pisang muli adalah salah satu komoditas buah-buahan yang memiliki produksi
terbesar di Indonesia. Produksi pisang Indonesia pada tahun 2010 mencapai 5 755 073
ton dan tahun 2011 meningkat menjadi 6 132 695 ton (BPS 2012). Potensi produksi
pisang yang besar tersebut belum dikembangkan sebagai keunggulan yang memiliki
daya saing kuat sehingga pemanfaatan pisang kurang terealisasikan dengan baik.
Pisang muli termasuk produk hortikultura yang tidak tahan lama, mudah rusak,
dan meruah. Hal ini disebabkan oleh tingginya tingkat respirasi buah dan produksi
etilen endogen selama proses pematangan setelah dipanen. Perubahan secara fisik yang
menyebabkan turunnya mutu buah antara lain: perubahan tekstur, susut bobot, layu,
dan keriput. Perubahan kimia yang terjadi yaitu perubahan komposisi karbohidrat,
asam organik, dan aroma. Menurut Satuhu dan Supriyadi (1999) salah satu cara yang
dapat dilakukan untuk memperlambat penurunan mutu buah pascapanen adalah dengan
penggunaan kalium permanganat (KMnO4).
1.2. Tujuan
Praktikum ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Menentukan pengaruh zat penghambat secara organoleptik terhadap proses
pematangan buah pisang muli (Musa acuminata Linn)
2. Menentukan perlakuan yang paling efektif dalam pengendalian penyerapan
gas etilen oleh zat penghambat terhadap proses pematangan buah pisang
muli (Musa acuminata Linn)
3
1.3. Hipotesis
Praktikum ini memiliki hipotesis sebagai berikut
1. Pengaruh zat penghambat yaitu dpaat memperlambat pengaruh gas etilen
pada pematangan buah
2. Perlakuan paling efektif dalam penyerapan gas etilen yaitu menggunakan
KMnO4
4
BAB II
TEORI DASAR
5
Gambar 2.1. Buah pisang muli (Attar, 2017)
6
pada kulit buah pisang muli. Warna kulit buah pisang muli dapat dilihat hanya dengan
indera penglihatan. Terdapat tujuh tahap pematangan pisang muli berdasarkan warna
kulitnya yaitu: 1). Hijau, 2). Hijau dengan jejak kuning, 3). Lebih hijau daripada
kuning, 4). Lebih kuning dari hijau, 5). Kuning dengan ujung hijau, 6). Semua kuning,
7). Kuning dengan bintik coklat. Untuk mensortir dan mengelompokkan buah pisang
muli sesuai dengan kelas mutunya, perlu dilakukan penentuan tingkat kematangan.
Kandungan kimia pada buah pisang muli akan berbeda di setiap tingkat kematangannya
(Raymond, 2012).
7
Gambar 2.3. Reaksi KMnO4 (Condys, 2016)
8
2.3. MSDS, mode of action, dan persamaan reaksi zat penghambat Ca(OH)2
Darmstadt (2021) menyatakan, Ca(OH)2 memiliki sifat fisik dan kimia yaitu
berbentuk padat, berwarna putih, tidak memiliki bau, dan tidak mudah terbakar. Zat ini
berbahaya karena dapat menyebabkan iritasi kulit, kerusakan mata, dan iritasi saluran
pernafasan. Cara pencegahan yaitu dengan tidak menghirup debu, menggunakan
kacamata pelindung. Cara penanganan yaitu jika terkena kulit segera cuci dengan
sabun dan air, jika terhirup segera hirup udara segar, jika terkena mata bilas dengan air
mengalir. Peran Ca(OH)2 dalam penurunan susut bobot akibat Ca(OH)2 terkait
respirasi. Reaksi Ca(OH)2 + CO2 CaCO3 + H2O, dapat mencegah kerusakan buah
dan kerusakan kemasan (Sen et al., 2012). Napitupulu (2013) menyatakan dengan
penambahan Ca(OH)2 dapat mencegah akumulasi CO2 yang artinya menekan laju
respirasi pada buah pisang ’Barangan’ selama penyimpanan.
2.4. MSDS, mode of action, dan persamaan reaksi zat penghambat asam L-
askorbat
Darmstadt (2021) menyatakan, L-askorbat memiliki sifat fisik dan kimia yaitu
berbentuk padat, berwarna putih, tidak memiliki bau, tidak mudah meledak, dan tidak
bersifat oksidator. Bahan ini tidak digolongkan sebagai bahan berbahaya pada tubuh
namun bisa meledak. Cara pencegahan yaitu dengan menghindari mencampurkan zat
dengan logam berat, asam basa maupun bahan yang mudah menyala.Selama
melakukan percobaan, disarankan menggunakan sarung tangan pelindung, pakaian
pelindung, kaca mata pelindung, dan pelindung wajah. Cara penanganan yaitu jika
tertelan, basuh mulut dan jangan merangsang muntah. Jika terkena mata, bilas dengan
air mengalir. Jika terhirup, segera hirup udara segar.
9
Gambar 2.4. Konversi
Upaya untuk memperpanjang umur simpan produk sangat diperlukan agar lebih
tahan lama dan mutu produk terjaga, salah satu caranya adalah menjaga kadar gas etilen
dalam ruang penyimpanan. Jika hal tersebut terjaga maka dapat menunda proses
pematangan dan pembusukan serta dapat memperpanjang umur simpan produk.
Beberapa teknik yang bisa dilakukan antara lain penyimpanan suhu dingin, atmosfir
terkendali, pelapisan, perendaman dalam cairan kimia dan penggunaan scrubber gas
etilen.
Absorber adalah alat atau bahan yang digunakan untuk menangkap dan
menghilangkan zat-zat pengganggu. Pembuatan scrubber, salah satu caranya dengan
senyawa kimia kalium permanganat (KMnO4) yang dijerapkan pada suatu bahan.
Kalium permanganat merupakan penyerap etilen yang paling banyak digunakan karena
10
harganya murah dan mudah didapat. Senyawa KMnO4 dapat merusak etilen karena
merupakan zat pengoksidasi yang kuat. Keunggulan KMnO4 dibandingkan dengan
penyerap etilen lain yaitu tidak menguap dan dapat meminimalisasi kerusakan bahan
kimia [3]. Pemilihan bahan penjerap yang digunakan adalah dengan kriteria yaitu
bahan berpori dengan densitas rendah, permukaannya luas dan kapasitas retensi
terhadap bahan aktif tinggi salah satunya adalah zeolit.
Etilen merupakan senyawa hidrokarbon yang tidak jenuh yang pada suhu kamar
berbentuk gas, dihasilkan oleh buah dan sayuran selama proses pematangan dan dapat
memepercepat proses pematangan [10]. Salah satu cara yang banyak digunakan untuk
mengurangi atau menghilangkan gas etilen yaitu dengan menggunakan bahan penyerap
etilen (scrubber). Salah satu caranya yaitu dengan penggunanaan senyawa kimia
kalium permanganat (KMnO4) yang memerlukan media/ bahan penjerap (biasanya
berupa material berpori dengan permukaan yang luas) supaya reaksi dengan etilen bisa
berlangsung efektif. Kriteria bahan penjerap yang baik adalah bersifat inert, memiliki
densitas rendah, permukaannya luas dan kapasitas retensi terhadap bahan aktif tinggi.
Bahan penjerap tersebut sebagian sudah bisa digunakan sebagai scrubber secara fisika
terutama setelah mengalami pengaktifan untuk memperluas permukaan dan
meningkatkan kapasitas adsorpsinya. Salah satu bahan yang bisa digunakan sebagai
penjerap adalah zeolit.
11
Sholihati (2015) menyatakan asil pengujian efektivitas absorber menunjukkan
kecenderungan konsentrasi etilen menurun dengan bertambahnya absorber. Hal ini
diduga dengan bertambahnya jumlah absorber turut meningkatkan jumlah pori dalam
menyerap KMnO4 sehingga turut meningkatkan efektivitas absorber dalam menyerap
etilen. Pengikatan ini terjadi karena KMnO4 sebagai pengoksida dapat bereaksi atau
mengikat etilen dengan cara memecah ikatan rangkap yang ada pada senyawa etilen.
Reaksi oksidasi inilah yang diduga dapat mengikat dan menurunkan konsentrasi etilen
selama pengujian efektivitas absorber.
2.6. O2 scavenger
Asam askorbat merupakan oxygen scavenger yang mampu menyerap O2 di dalam
kemasan dan dianggap paling aman untuk digunakan. Pada prinsipnya, reaksi yang
terjadi ialah asam L-askorbat dioksidasi menjadi asam dehidro L-askorbat dengan
bantuan enzim oksidase atau peroksidase (Vermeiren et al. 1999). Reaksi ini
menunjukkan bahwa keberadaan asam L-askorbat aktif dan O2 di dalam kemasan
menurun karena digunakan untuk mengoksidasi asam L-askorbat, berkurangnya O2
menyebabkan proses respirasi pada buah berjalan lambat, sehingga akan
memperpanjang masa simpan. Selain sebagai pengikat dan pereduksi O2, asam
askorbat juga dapat berfungsi sebagai antioksidan, pro antioksidan, dan pengikat logam
di dalam sel hidup (Barus 2019).
Penurunan konsentrasi O2 dengan aplikasi asam askorbat atau sebaliknya,
terjadi peningkatan konsentrasi CO2. Peningkatan CO2 yang berlebih dapat memicu
12
fermentasi pada pengemasan buah-buahan. Aplikasi Ca(OH)2 merupakan salah satu
alternatif untuk mengikat CO2 yang ada dalam wadah kemasan, dengan reaksi sebagai
berikut : Ca(OH)2 + CO2 à CaCO3 + H2O. Teknik pengurangan CO2 pada aliran
biogas diaplikasikan menggunakan larutan Ca(OH)2 (Masyhuri et al. 2012).
13
BAB III
METODOLOGI
14
(titrasi), total padatan terlarut/TPT (refraktometer), dan indeks kematangan buah untuk
setiap perlakuan. Dicatat dan dokumentasikan semua perubahan yang terjadi.
3.3. Rubrik Skala Organoleptik
Tabel 3.1. Skala karakteristik warna buah pisang muli (Musa acuminata Linn)
Skala Warna
1 Hijau
2 Hijau kekuningan
3 Kuning
4 Kuning kecoklatan
5 Coklat kekuningan
Tabel 3.2. Skala karakteristik tekstur buah pisang muli (Musa acuminata Linn)
Skala Tekstur
1 Sangat keras
2 Keras
3 Netral
4 Lunak
5 Sangat Lunak
Tabel 3.3. Skala karakteristik aroma buah pisang muli (Musa acuminata Linn)
Skala Aroma
1 Tidak beraroma
2 Kurang ada aroma
3 Cukup beraroma
4 Ada aroma
5 Sangat beraroma
Tabel 3.4. Skala karakteristik rasa buah pisang muli (Musa acuminata Linn)
Skala Rasa
15
1 Sepat
2 Sepat manis
3 Manis asam
4 Manis
5 Manis sedikit hambar
16
DAFTAR PUSTAKA
Sen, S., H.N. Mishra and P.P Srivastav. 2012. Modified atmosphere packag- ing and
active packaging of banana (Musa spp.): a review on control of ripening and
extension of shelf life. Journal od Stored and Postharvest Research, 3(9): 122-
132. Sholihati, R. Abdullah, dan Suroso. 2015. Kajian penundaan kematangan
pi- sang raja (musa paradisiaca Var. sapientum L.) melalui penggunaan media
penyerap etilen kalium per- manganat. Jurnal Rona Teknik Per- tanian. 8(2): 76-
89.
Silsia, D., Y. Rosalina, dan F. Muda. 2011. pemanfaatan asap cair untuk mem-
pertahankan kesegaran buah pisang ambon curup. Jurnal Agroindustri. 1 (1): 8-
16.
Sulastri, S. 2019. Modifikasi silika gel da- lam kaitannya dengan peningkatan manfaat.
Prosiding Seminar nasional Penelitian, Pendidikan dan Penera- pan MIPA,
Fakultas MIPA Universi- tas Negeri Yogyakarta. 16 Mei 2009. Yogyakarta.
Sutomo, H. 2016. Hubungan kadar CaCl2 terhadap laju respirasi dan pematan- gan
buah mangga arumanis (Mangifera indica L.). Jurnal AGRI- JATI. 3(1): 1-5.
Tapre, A.R. and R.K. Jain. 2012. Study of advanced maturity stages of banana.
International Journal of Advanced Engineering Research and Studies. 1 (3): 272-
274.
Winarno, F. G., 2012. Fisiologi Lepas Panen Hortikultura. M. Brio Press, Bogor. 203
hlm.
17
Zewter, A., K. Woldetsadik, and T.S. Workneh. 2012. Effect of 1- methylcyclopropene,
potassium per- manganate and packaging on quality of banana. African Journal
of Agri- cultural. 7(16): 2425-2437.
18
LAMPIRAN
19