ACARA II
PELILINAN PRODUK PASCA PANEN
Oleh :
Nama : Vita Isnania Alvyani
NIM : A1D019042
Kelas : C
1
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
B. Tujuan .......................................................................................................... 2
i
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
lengket, tidak mudah pecah, mengkilap dan licin, tipis, tidak mengandung racun,
harganya murah dan mudah diperoleh (Sugiyatno, 2004).
B. Tujuan
Dari latar belakang diatas maka tujuan dari pembuatan makalah mengenai
pelilinan pada produk pasca panen ini yaitu:
1. Mengetahui manfaat dari pelilinan produk pasca panen
2. Mengetahui bahan apa saja yang digunakan untuk pelilinan produk pasca
panen
3. Mengetahui metode pelilinan produk pasca panen
4. Mendapat wawasan mengenai dampak pelilinan produk pasca panen bagi
Kesehatan
C. Rumusan Masalah
Dari tujuan yang telah disampaikan diatas maka dapat dibuat rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apa manfaat dari pelilinan produk pasca panen?
2. Bahan apa saja yang digunakan untuk pelilinan produk pasca panen?
3. Metode apa yang digunakan dalam pelilinan produk pasca panen?
4. Bagaimana dampak pelilinan produk pasca panen bagi kesehatan manusia?
II. PEMBAHASAN
Lilin umumnya digunakan sebagai bahan pelapis buah dan sayuran untuk
menekan kehilangan air selama penyimpanan dan untuk memperpanjang umur
simpan. Buah dan sayuran pada umumnya memiliki lapisan lilin alami yang
membantu menahan air, karena produk hortikultura mengandung 80% – 90% air.
Pelapisan lilin pada produk hortikultura untuk menggantikan lapisan lilin alami
yang hilang selama pencucian. Pelapisan lilin jika diaplikasikan dengan
konsentrasi
yang tepat mampu mempertahankan kualitas fisik dan kimia pada berbagai buah-
buahan (Li et al., 2018; Mendeita et al., 2017; Shahid dan Abbasi, 2011; Shetty et
al., 2018). Selain itu pelapisan lilin juga dapat membantu menghambat
pertumbuhan cendawan, melindungi dari luka memar, dan meningkatkan
penampilan (Machado et al., 2012; Pascall dan Lin, 2013, Vasquez-Celestino et
al.,
2016). Lilin lebah termasuk pelapis edibel yang banyak digunakan sebagai bahan
pelapis. Menurut Pavlath dan Orts (2009), pelapis edibel merupakan semua jenis
bahan yang digunakan sebagai pelapis atau pembungkus berbagai makanan yang
bertujuan untuk memperpanjang umur simpan produk, yang dapat dikonsumsi
bersama-sama dengan makanan baik dengan maupun tanpa pembuangan lapisan
tersebut.
Pelapisan lilin pada permukaan buah dapat mencegah terjadinya penguapan
air sehingga dapat memperlambat kelayuan, menghambat laju respirasi, dan
mengkilapkan kulit buah sehingga menambah daya tarik bagi konsumen. Hasil
penelitian Chotimah (2008) menyatakan bahwa perlakuan pemanasan dengan
pelilinan 4% merupakan perlakuan yang terbaik dalam mempertahankan mutu
alpukat berdasarkan parameter susut bobot, kekerasan, total padatan terlarut, kadar
air, dan mampu bertahan terhadap serangan penyakit sampai akhir penyimpanan.
Perlakuan pelilinan berfungsi menahan transpirasi sehingga menurunkan
aktivitas metabolisme yang menandai perubahan kimiawi dan fisik buah. Hasil
penelitian Purwoko dan Suryana (2000) menyimpulkan bahwa buah pisang
cavendish yang dilapisi lilin lebah 6% secara umum memberikan nilai total
padatan terlarut yang paling rendah dibandingkan bahan pelapis lainnya. Pelapisan
dengan lilin lebah 6% memberikan nilai total padatan terlarut buah yang rendah
juga dikemukakan oleh Purwoko dan Fitradesi (2000) pada buah pepaya Solo.
Lubis (2008) pelapisan lilin dapat mencegah kehilangan air 30-50% karena
semakin tinggi konsentrasi lilin yang digunakan maka pori-pori buah akan
semakin kecil sehingga susut bobot yang terjadi pada buah dapat dikurangi.
Riza (2004) menyatakan bahwa pelilinan pada buah manggis mampu
mengurangi kehilangan air dan memperbaiki penampakan buah selama pasca
panen. Shonti, (2003) menyatakan bahwa kehilangan air pada buah naga dapat
dikurangi dengan mempertahankan RH tertinggi, menurunkan suhu, memberikan
aliran udara yang cukup untuk menghilangkan panas dari proses respirasi pada
buah, dan memberikan lapisan lilin yang tidak tembus air. Hasil penelitian Riza,
(2004) menurunnya kadar air disebabkan oleh metabolisme produk, selama
penyimpanan cairan dalam sel dan antar sel akan keluar.
Dari hasil penelitian Dewandari, et al., (2011) menyimpulkan bahwa
pelapisan 6% pada buah mangga gedong dapat mempertahankan kesegaran buah
hingga mencapai minggu ke 4 dibandingkan dengan tanpa pelilinan dan selain itu
pelilinan dapat menurunkan serangan penyakit antraknosa dan buah memiliki
penampakan yang lebih baik secara fisik
Bahan waxing dapat dibuat secara sintetis atau berasal dari sumber alami.
Lilin alami dapat diperoleh dari serangga (misalnya lilin lebah dan lak) atau dari
tumbuhan (misalnya lilin carnauba dan lilin candelilla). Lilin ini, sebagai jenis
bahan tambahan makanan, telah dievaluasi oleh Komite Ahli Bersama FAO/WHO
untuk Bahan Tambahan Makanan, otoritas keamanan pangan internasional dan
dianggap bahwa penggunaannya dalam makanan tidak menjadi perhatian
keamanan.
Jenis-jenis emulsi lilin air yang biasa digunakan antara lain :
1. Shellac, Merupakan jenis lilin yang paling populer digunakan
meskipun harganya relatif mahal. Umum digunakan untuk ekspor
ke Jepang.
2. Lilin tebu, Lilin gula tebu diperoleh dari ekstrasi lumpur press atau
juga disebut dengan blotong atau filter cake. Lumpur press adalah
endapan dari nira kotor pada proses pemurnian nira yang disaring
di rotary vacuum filter.
3. Terpen, merupakan senyawa hidrokarbon tidak jenuh dan unit
terkecil yang terdapat dalam molekulnya disebut isopren.
4. Lilin karnauba, Berasal dari pohon palem. Bentuk fisiknya keras
dan kedap air. Sering digunakan karena harganya murah, mudah
diperoleh tetapi daya kilapnya rendah.
5. Lilin lebah, banyak digunakan untuk pelilinan komoditas
hortikultura karena mudah didapat dan murah. Lilin lebah
digolongkan sebagai food grade, lilin ini tidak dapat larut dalam
pelarut (air), oleh sebab itu digunakan emulsifier yang sesuai
seperti trietanolamin (TEA) dan asam oleat untuk menghasilkan
emulsi lilin yang stabil dan homogen.
6. Lilin buah komersial, Saat sekarang lilin komersial siap pakai yang
dapat dan sering digunakan para produsen buah adalah lilin dengan
nama dagang BrogdexBritex Wax.
Pelapisan dengan lilin pada buah dan sayuran telah dilakukan sejak
tahun 1920. Dimana bahan dari lilin tersebut terbuat bukan dari proses
kimiawi melainkan dari bahan alami seperti Carnauba Wax, daun Palem
Brasil, Candellia Wax, dari tanaman sejenis Euphorbia, Shellac jenis food
grade yang terbuat dari sejenis kumbang di India dan Pakistan. Di Amerika
bahan lilin tersebut harus disertifikasi keamananan (untuk dikonsumsi)
oleh badan yang khusus mengurusi konsumsi yaitu FDA (Food and Drug
Administration).
Teknik aplikasi atau penggunaan lilin atau pelapisan pada sayur
dapat dengan menggunakan teknik pencelupan sayur dalam larutan
(dipping), pembusaan (foaming), penyemprotan (spraying), dan pengolesan
atau penyikatan (brushing). Teknik pencelupan sayur dalam larutan
(dipping) memiliki keunggulan yaitu buah dan sayur dapat terlapisi secara
merata jika dibandingkan dengan teknik lainnya seperti pembusaan
(foaming), penyemprotan (spraying) dan penuangan (casting). Pembusaan
merupakan cara pemberian lilin yang memuaskan karena cara ini
meninggalkan lapisan lilin yang sangat tipis pada buah.
Metode pelilinan dengan lilin lebah yang dilakukan oleh Susanto
(2018), Pelaksanaan percobaan diawali dengan pembuatan larutan stok
emulsi lilin 12%. Proses pembuatan emulsi lilin lebah yaitu mencampurkan
lilin lebah sebanyak 120 g yang sudah mencair dengan asam oleat
sebanyak
20 ml, dan aquades 820 ml dengan trietanolamin 40 ml pada suhu 90-95
0C, masing-masing dalam panci yang berbeda. Kemudian larutan pada
kedua panci tersebut dicampur sambil diaduk hingga mencapai suhu ruang.
Larutan emulsi lilin lebah 12% kemudian diencerkan sesuai konsentrasi
yang digunakan dalam perlakuan. Tahap selanjutnya yaitu melakukan
pencucian dan sortasi buah yang sudah dipanen. Pelapisan buah dengan
lilin lebah dilakukan dengan mencelupkan buah ke dalam masing-masing
larutan emulsi sesuai perlakuan selama 30 detik, kemudian
dikeringanginkan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode pelilinan dapat
dilakukan dengan cara, setelah buah dipanen, buah disortir dengan baik
dengan kematangan yang seragam, kemudian buah dicuci dengan air
bersih, dibersihkan dengan cara disikat untuk membuang segala
kotoran yang menempel pada kulitnya dimana tentu proses ini akan
menghilangkan lapisan lilin natural tersebut dan ditiriskan. Kemudian buah
dicelupkan ke dalam larutan lilin benlate dengan konsentrasi tertentu
selama 1 menit, lalu ditiriskan kembali. Selanjutnya buah dicelupkan
kedalam emulsi lilin selama 30 detik, ditiriskan dan diangin-anginkan agar
cepat kering dan pelapisan merata. Lilin yang digunakan untuk memoles
sekitar setengah
kilogram dan dapat digunakan untuk memoles sampai sekitar 160.000
buah atau sekitar 2 tetes lilin sudah cukup untuk melapisi 1 buah.
Tebal lapisan lilin harus seoptimal mungkin. Jika lapisan terlalu
tipis maka usaha dalam menghambatkan respirasi dan transpirasi kurang
efektif. Jika lapisan terlalu tebal maka kemungkinan hampir semua pori-
pori komoditi akan tertutup. Apabila semua pori-pori tertutup maka akan
mengakibatkan terjadinya respirasi anaerob, yaitu respirasi yang terjadi
tanpa menggunakan O2 sehingga sel melakukan perombakan di dalam
tubuh buah itu sendiri yang dapat mengakibatkan proses pembusukan lebih
cepat dari keadaan yang normal (Roosmani, 1975). Pemberian lapisan lilin
dapat dilakukan dengan penghembusan, penyemprotan, pencelupan (30
detik) atau pengolesan (Pantastico, 1986).