ACARA II
PELILINAN PRODUK PASCA PANEN
Oleh :
Nama : Ghena Sekar Kinanti
NIM : A1D019166
Kelas : C
1
DAFTAR ISI
Halaman
i
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Aktivitas metabolisme pada buah dan sayuran segar dicirikan dengan
adanya proses respirasi. Respirasi menghasilkan panas yang menyebabkan
terjadinya peningkatan panas. Sehingga proses kemunduran seperti kehilangan air,
pelayuan, dan pertumbuhan mikroorganisme akan semakin meningkat.
Mikroorganisme pembusuk akan mendapatkan kondisi pertumbuhannya yang ideal
dengan adanya peningkatan suhu, kelembaban dan siap menginfeksi sayuran
melalui pelukaan-pelukaan yang sudah ada. Selama transportasi ke konsumen,
produk sayuran pascapanen mengalami tekanan fisik, getaran, gesekan pada kondisi
dimana suhu dan kelembaban memacu proses pelayuan.
Pelapisan lilin pada permukaan buah dapat mencegah terjadinya
penguapan air yang berlebihan.Dengan konsentrasi emulsi lilin yang
membentuk lapisan dengan ketebalan tertentu pada permukaan buah dapat
menciptakan kondisi internal atmosfer (gas oksigen dan karbondioksida)
buah yang menghambat laju respirasi.Dengan demikian kesegaran buah dapat
dipertahankan lebih lama.Ketebalan lapisan adalah faktor kritis karena bila
terlalu tebal dapat mengakibatkan respirasi anaerobic yang justru merusak
buah yang dindikasikan oleh terbentuknya senyawa off flavor seperti etanol
dan asetaldehid (Ahmad, Darmawati dan Refilia, 2014). Hal lain yang
menguntungkan adanya pelapisan lilin tersebut adalah penampakan permukaan
kulit buah yang lebih mengkilap dengan kesan segar.Di samping itu, dengan
menurunnya aktivitas air pada permukaan buah yang berlapis lilin dapat
mencegah pertumbuhan mikroorganisme pathogen (Utama, Utama dan Pudja,
2019).
Pelilinan tradisional dilakukan dengan menggunakan minyak biji kapas atau
minyak kacang namun sekarang cara yang umum dilakukan adalah dengan
menggunakan emulsi lilin. Lilin (wax) merupakan ester dari asam lemak berantai
panjang dan sterol. Lilin yang digunakan untuk pelapisan harus memenuhi beberapa
persyaratan yaitu: tidak mempengaruhi bau dan rasa buah, cepat kering, tidak
lengket, tidak mudah pecah, mengkilap dan licin, tipis, tidak mengandung racun,
harganya murah dan mudah diperoleh (Sugiyatno, 2004).
2
B. Tujuan
Dari latar belakang diatas maka tujuan dari pembuatan makalah mengenai
pelilinan pada produk pasca panen ini yaitu:
1. Mengetahui manfaat dari pelilinan produk pasca panen
2. Mengetahui bahan apa saja yang digunakan untuk pelilinan produk pasca
panen
3. Mengetahui metode pelilinan produk pasca panen
4. Mendapat wawasan mengenai dampak pelilinan produk pasca panen bagi
Kesehatan
C. Rumusan Masalah
Dari tujuan yang telah disampaikan diatas maka dapat dibuat rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apa manfaat dari pelilinan produk pasca panen?
2. Bahan apa saja yang digunakan untuk pelilinan produk pasca panen?
3. Metode apa yang digunakan dalam pelilinan produk pasca panen?
4. Bagaimana dampak pelilinan produk pasca panen bagi kesehatan manusia?
3
II. PEMBAHASAN
4
akan mengalami perubahan fisik dan kimia setelah dipanen. Subhan, (2008)
menyatakan bahwa proses pemasakan buah-buahan akan terus berlangsung
karena jaringan dan sel di dalam buah masih hidup dan melakukan respirasi,
proses respirasi akan menyebabkan penurunan mutu dan masa simpan buah.
Pelapisan lilin pada permukaan buah dapat mencegah terjadinya
penguapan air sehingga dapat memperlambat kelayuan, menghambat laju
respirasi, dan mengkilapkan kulit buah sehingga menambah daya tarik bagi
konsumen. Hasil penelitian Chotimah (2008) menyatakan bahwa perlakuan
pemanasan dengan pelilinan 4% merupakan perlakuan yang terbaik dalam
mempertahankan mutu alpukat berdasarkan parameter susut bobot,
kekerasan, total padatan terlarut, kadar air, dan mampu bertahan terhadap
serangan penyakit sampai akhir penyimpanan.
Perlakuan pelilinan berfungsi menahan transpirasi sehingga
menurunkan aktivitas metabolisme yang menandai perubahan kimiawi dan
fisik buah. Hasil penelitian Purwoko dan Suryana (2000) menyimpulkan
bahwa buah pisang cavendish yang dilapisi lilin lebah 6% secara umum
memberikan nilai total padatan terlarut yang paling rendah dibandingkan
bahan pelapis lainnya. Pelapisan dengan lilin lebah 6% memberikan nilai
total padatan terlarut buah yang rendah juga dikemukakan oleh Purwoko
dan Fitradesi (2000) pada buah pepaya Solo. Lubis (2008) pelapisan lilin
dapat mencegah kehilangan air 30-50% karena semakin tinggi konsentrasi
lilin yang digunakan maka pori-pori buah akan semakin kecil sehingga susut
bobot yang terjadi pada buah dapat dikurangi.
Muliansyah (2004) menyatakan bahwa buah yang tidak dilapisi
(kontrol) memiliki kadar air yang lebih rendah dibandingkan dengan buah
yang dilapisi dengan lilin lebah. Riza (2004) menyatakan bahwa pelilinan
pada buah manggis mampu mengurangi kehilangan air dan memperbaiki
penampakan buah selama pasca panen. Shonti, (2003) menyatakan bahwa
kehilangan air pada buah naga dapat dikurangi dengan mempertahankan RH
tertinggi, menurunkan suhu, memberikan aliran udara yang cukup untuk
menghilangkan panas dari proses respirasi pada buah, dan memberikan
5
lapisan lilin yang tidak tembus air. Hasil penelitian Riza , (2004)
menurunnya kadar air disebabkan oleh metabolisme produk, selama
penyimpanan cairan dalam sel dan antar sel akan keluar.
6
5. Lilin lebah (Cera vlava) = Pada umumnya digunakan sebagai bahan
kosmetik, bahan pembuat lilin bakar, dan industri pemeliharaan.
Lilin ini berwarna putih kekuningan sampai coklat, titik cairnya
62.8-70 oC dan bobot jenisnya 0.952-0.975 kg/m3. Lilin lebah
banyak digunakan untuk pelilinan komoditas hortikultura karena
mudah didapat dan murah (Bernett, 1964). Lilin lebah digolongkan
sebagai food grade, lilin ini tidak dapat larut dalam pelarut (air), oleh
sebab itu digunakan emulsifier yang sesuai seperti trietanolamin
(TEA) dan asam oleat untuk menghasilkan emulsi lilin yang stabil
dan homogen. Emulsi diartikan sebagai campuran dari dua cairan
atau lebih yang saling tidak melarutkan, saling ingin berpisah karena
mempunyai berat jenis yang berbeda. (Riskia, 2004).
6. Spermaceti = lilin yang didapat dari kepala ikan paus (Phesester
macrocephalus). Lilin ini banyak digunakan dalam industri obat dan
kosmetik (Bernett, 1964 dalam Pantastico 1986).
7. Lilin buah komersial = Saat sekarang lilin komersial siap pakai yang
dapat dan sering digunakan para produsen buah adalah lilin dengan
nama dagang BrogdexBritex Wax.
Pelapisan lilin untuk buah-buahan pada umumnya menggunakan
lilin lebah yang dibuat dalam bentuk emulsi lilin dengan konsentrasi 4%
sampai dengan 12%. Sedangkan kepekatan emulsi lilin yang ideal untuk
buah alukat adalah emulsi lilin 4%. Untuk membuat lapisan lilin 4 %
dilakukan pencampuran emulsi lilin 12% dengan 2 bagian air. Berikut ini
adalah komposisi dasar emulsi lilin 12 % yang diberikan dalam tabel
sebagai berikut :
7
Air panas 820gram
Lilin adalah ester dari asam lemak berantai panjang dengan alkohol
monohidrat berantai panjang atau sterol (Bennett, 1964). Lilin lebah
merupakan lilin alami komersial yang merupakan hasil sekresi dari lebah
madu (Apis mellifica) atau lebah lainnya. Madu yang diekstrak dengan
sentrifusi sisir madunya dapat digunakan lagi, sedangkan yang diekstrak
dengan pengepresan mengakibatkan sarang lebah hancur. Sarang yang
hancur dapat dijadikan lilin atau dapat dibuat untuk sarang baru. Hasil sisa
pengepresan dan sarang yang hancur dicuci dan dikeringkan, kemudian
dipanaskan sehingga menjadi lilin atau malam (Winarno, 1981).
Menurut Dominica (1998) diketahui bahwa kombinasi perlakuan
suhu dingin (15-18 oC) dapat memperpanjang umur simpan buah selama 7
hari. Salah satu contohnya adalah jeruk pacitan, kesegaran buah dapat
dipertahankan dengan pemberian lapisan lilin 6% setelah disimpan pada
suhu rendah (Nainggolan, 1992).
Emulsi lilin yang dapat digunakan sebagai bahan pelapisan lilin
harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu tidak mempengaruhi bau dan
rasa yang akan dilapisi, mudah kering dan jika kering tidak lengket, tidak
mudah pecah, mengkilap dan licin, tidak menghasilkan permukaan yang
tebal, mudah diperoleh, murah harganya, dan yang terpenting tidak bersifat
racun (Roosmani, 1975).
8
(foaming), penyemprotan (spraying) dan penuangan (casting). Pemilihan
metode pencelupan ini karena bersifat lebih sederhana, mudah untuk
dilakukan, murah dan tidak memerlukan preparasi alat yang khusus seperti
pada metode penyemprotan maupun pembungkusan (Hasibuan, 2016).
Tentunya jenis sayur yang berbeda memerlukan teknik pelilinan yang
berbeda. Secara alami buah mempunyai selaput lilin pada permukaannya.
Lamanya proses pencelupan dapat mempengaruhi umur simpan
buahbuahan. Hal ini sebabkan karena semakin lama buah dan sayur tersebut
dicelupkan kedalam larutan edible coating maka akan semakin baik
melapisi permukaan buah dengan lebih merata dan memiliki lapisan yang
lebih permeable sehingga dapat meminimalisir kontaminasi mikroba
(Mulyadi, 2010).
Adapun cara untuk pelapisan lilin pada buah-buah yaitu setelah buah
dipanen, buah disortir dengan baik dengan kematangan yang seragam,
kemudian buah dicuci dengan air bersih, dibersihkan dengan cara disikat
untuk membuang segala kotoran yang menempel pada kulitnya dimana
tentu proses ini akan menghilangkan lapisan lilin natural tersebut dan
ditiriskan. Kemudian buah dicelupkan ke dalam larutan lilin benlate dengan
konsentrasi tertentu selama 1 menit, lalu ditiriskan kembali. Selanjutnya
buah dicelupkan kedalam emulsi lilin selama 30 detik, ditiriskan dan
diangin-anginkan agar cepat kering dan pelapisan merata. Lilin yang
digunakan untuk memoles sekitar setengah kilogram dan dapat digunakan
untuk memoles sampai sekitar 160.000 buah atau sekitar 2 tetes lilin sudah
cukup untuk melapisi 1 buah. Syarat pelilinan pada produk hortikultura
antara lain yaitu:
a. Tidak berpengaruh terhadap bau dan rasa produk
b. Tidak mengandung racun
c. Mudah kering dan tidak lengket
d. Tidak mudah pecah, mengkilap dan licin
e. Mudah diperoleh dan murah
9
Faktor kritis pelilinan sayur adalah tingkat ketebalan lapisan lilin.
Terlalu tipis lapisan lilin yang terbentuk di permukaan sayur membuat
pelilinan tidak efektif, namun bila pelapisan terlalu tebal akan menyebabkan
kebusukan sayur. Pemberian lilin pada produk hortikultura dapat dilakukan
dengan pembusaan, penyemprotan, pencelupan atau pengolesan.
Pembusaan merupakan cara pemberian lilin yang memuaskan karena cara
ini meninggalkan lapisan lilin yang sangat tipis pada buah.
10
bahan tambahan yang diterapkan, baik disengaja maupun tidak disengaja
dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan atau keamanan konsumen
(Anggrahini, 2008). Mengingat pentingnya keamanan pangan maka telah
diwujudkan oleh pemerintah dengan dikeluarkannya Undang-undang No.
23 tahun 1992 tentang kesehatan dan Undangundang Nomor 7 tahun 1996
tentang Pangan serta Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2004 tentang
Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan (Anggrahini, 2008).
Sebenarnya, pelilinan pada buah tidak mengandung racun karena
menggunakan lilin lebah. Hal yang paling dikhawatirkan adalah buah-
buahan itu rawan kandungan pestisida yang kemudian dilapisi lilin sehingga
pestisidanya masih menempel pada buah. Kandungan pestisida inilah yang
berbahaya bila sampai termakan karena bisa menyebabkan berbagai
penyakit berbahaya seperti kanker, leukimia, tumor dan neoplasma indung
telur. Jadi, usahakanlah untuk selalu mencuci buah menggunakan sabun
untuk menghilangkan lilin sekaligus kandungan pestisidanya. Wax yang
digunakan untuk melapisi buah dan sayur harus wax jenis food grade
(khusus untuk makanan), terbuat dari madu atau yang terbuat dari tanaman.
Wax bersifat 'indegistible' maka wax tidak akan dapat hancur oleh enzim
pencernaan dan tidak dapat diserap oleh tubuh tapi aman apabila termakan
oleh manusia.
11
III. KESIMPULAN
Pelilinan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan pada penanganan
pasca panen buah dan sayur. Pelapisan lilin pada permukaan buah dapat mencegah
terjadinya penguapan air sehingga dapat memperlambat kelayuan, laju respirasi dan
mengkilatkan kulit buah sehingga menambah daya tarik bagi konsumen serta dapat
memperpanjang umur simpan dan kesegarannya. Pelilinan (waxing) bermanfaat
sebagai pelindung dari serangan fisik, mekanik, dan mikrobiologis. Jenis-jenis lilin
yang biasa digunakan yaitu Lilin tebu (sugarcane wax), Lilin karnauba (carnauba
wax), Terpen, Shellac, Lilin lebah (Cera vlava), Spermaceti dan lilin buah
komersial. Dengan teknik pelilinannya atau pengaplikasiannya menggunakan
teknik pencelupan sayur dalam larutan (dipping), pembusaan (foaming),
penyemprotan (spraying), dan pengolesan atau penyikatan (brushing). Pelilinan
pada buah dan sayur ini akan berbahaya bagi kesehatan manusia jika sebelum
dikonsumsi tidak dicuci terlebih dahulu karna dikhawatirnya pada buah tersebut
mengandung pestisida yang dapat menyebabkan berbagai penyakit.
12
DAFTAR PUSTAKA
13
Warsyidah, A. A., Syarif, J., & Samman, M. D. (2019). IDENTIFIKASI ZAT
LILIN PADA BUAH APEL YANG DIPERJUALBELIKAN DI PASAR
PABAENG-BAENG KOTA MAKASSAR. Jurnal Media Laboran, 9(2),
1-5.
14