Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PASCA PANEN

ACARA II
PELILINAN PRODUK PASCA PANEN

Oleh :
Nama : Ghena Sekar Kinanti
NIM : A1D019166
Kelas : C

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN


TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2021

1
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ......................................................................................................... i


I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Tujuan ...................................................................................................... 3
C. Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
II. PEMBAHASAN......................................................................................... 4
a. Manfaat Pelilinan Produk Pasca Panen ...................................................... 4
b. Bahan Yang Digunakan Untuk Pelilinan Pasca Panen ................................. 6
c. Metode Pelilinan Produk Pasca Panen ........................................................ 8
d. Dampak Bagi Kesehatan .......................................................................... 10
III. KESIMPULAN ........................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 13

i
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penanganan pasca panen (postharvest) sering disebut juga sebagai


pengolahan primer (primary processing) merupakan istilah yang digunakan untuk
semua perlakuan dari mulai panen sampai komoditas dapat dikonsumsi “segar” atau
untuk persiapan pengolahan berikutnya. Umumnya perlakuan tersebut tidak
mengubah bentuk penampilan atau penampakan, kedalamnya termasuk berbagai
aspek dari pemasaran dan distribusi. Pengolahan (secondary processing)
merupakan tindakan yang mengubah hasil tanaman ke kondisi lain atau bentuk lain
dengan tujuan dapat tahan lebih lama (pengawetan), mencegah perubahan yang
tidak dikehendaki atau untuk penggunaan lain. Ke dalamnya termasuk pengolahan
pangan dan pengolahan industri.
Penanganan pasca panen buah merupakan faktor perlakukan secara khusus
yang perlu diperhatikan agar mutu buah dapat dipertahankan hingga sampai kepada
konsumen. Salah satu cara yang dapat dilakukan pada penanganan pasca panen
buah adalah dengan menggunakan metode pelilinan, dengan menggunakan lilin
lebah. Pelapisan lilin pada permukaan buah dapat mencegah terjadinya penguapan
air sehingga dapat memperlambat kelayuan, laju respirasi dan mengkilatkan kulit
buah sehingga menambah daya tarik bagi konsumen serta dapat memperpanjang
umur simpan dan kesegarannya (Harahap, 2018).
Secara umum, buah-buahan setelah panen tetap melakukan aktivitas
metabolisme yang meliputi respirasi dan transpirasi. Buah yang tergolong sebagai
buah klimakterik, laju respirasinya melonjak tinggi selama periode pemasakan dan
selanjutnya mengalami periode pelayuan yang diindikasikan dengan laju
kemunduran mutu yang cepat. Pelonjakan laju respirasi biasanya diikuti oleh
penurunan tekstur perubahan warna, peningkatan kadar gula, penurunan kadar asam
dan peningkatan produksi gas etilen (Utama, Utama dan Pudja, 2019).

1
Aktivitas metabolisme pada buah dan sayuran segar dicirikan dengan
adanya proses respirasi. Respirasi menghasilkan panas yang menyebabkan
terjadinya peningkatan panas. Sehingga proses kemunduran seperti kehilangan air,
pelayuan, dan pertumbuhan mikroorganisme akan semakin meningkat.
Mikroorganisme pembusuk akan mendapatkan kondisi pertumbuhannya yang ideal
dengan adanya peningkatan suhu, kelembaban dan siap menginfeksi sayuran
melalui pelukaan-pelukaan yang sudah ada. Selama transportasi ke konsumen,
produk sayuran pascapanen mengalami tekanan fisik, getaran, gesekan pada kondisi
dimana suhu dan kelembaban memacu proses pelayuan.
Pelapisan lilin pada permukaan buah dapat mencegah terjadinya
penguapan air yang berlebihan.Dengan konsentrasi emulsi lilin yang
membentuk lapisan dengan ketebalan tertentu pada permukaan buah dapat
menciptakan kondisi internal atmosfer (gas oksigen dan karbondioksida)
buah yang menghambat laju respirasi.Dengan demikian kesegaran buah dapat
dipertahankan lebih lama.Ketebalan lapisan adalah faktor kritis karena bila
terlalu tebal dapat mengakibatkan respirasi anaerobic yang justru merusak
buah yang dindikasikan oleh terbentuknya senyawa off flavor seperti etanol
dan asetaldehid (Ahmad, Darmawati dan Refilia, 2014). Hal lain yang
menguntungkan adanya pelapisan lilin tersebut adalah penampakan permukaan
kulit buah yang lebih mengkilap dengan kesan segar.Di samping itu, dengan
menurunnya aktivitas air pada permukaan buah yang berlapis lilin dapat
mencegah pertumbuhan mikroorganisme pathogen (Utama, Utama dan Pudja,
2019).
Pelilinan tradisional dilakukan dengan menggunakan minyak biji kapas atau
minyak kacang namun sekarang cara yang umum dilakukan adalah dengan
menggunakan emulsi lilin. Lilin (wax) merupakan ester dari asam lemak berantai
panjang dan sterol. Lilin yang digunakan untuk pelapisan harus memenuhi beberapa
persyaratan yaitu: tidak mempengaruhi bau dan rasa buah, cepat kering, tidak
lengket, tidak mudah pecah, mengkilap dan licin, tipis, tidak mengandung racun,
harganya murah dan mudah diperoleh (Sugiyatno, 2004).

2
B. Tujuan

Dari latar belakang diatas maka tujuan dari pembuatan makalah mengenai
pelilinan pada produk pasca panen ini yaitu:
1. Mengetahui manfaat dari pelilinan produk pasca panen
2. Mengetahui bahan apa saja yang digunakan untuk pelilinan produk pasca
panen
3. Mengetahui metode pelilinan produk pasca panen
4. Mendapat wawasan mengenai dampak pelilinan produk pasca panen bagi
Kesehatan

C. Rumusan Masalah

Dari tujuan yang telah disampaikan diatas maka dapat dibuat rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apa manfaat dari pelilinan produk pasca panen?
2. Bahan apa saja yang digunakan untuk pelilinan produk pasca panen?
3. Metode apa yang digunakan dalam pelilinan produk pasca panen?
4. Bagaimana dampak pelilinan produk pasca panen bagi kesehatan manusia?

3
II. PEMBAHASAN

Tingkat kesukaan konsumen terhadap hortikultura juga dipengaruhi warna


komoditas. Berbagai upaya telah dilakukan agar kenampakan komoditas tersebut
dapat semakin menarik. Salah satu cara yang dilakukan adalah pemberian lapisan
lilin atau pelilinan (waxing). Beberapa jenis sayuran terutama sayuran buah kadang-
kadang diberi perlakuan pelilinan dengan tujuan untuk meningkatkan kilap,
sehingga penampakannya akan lebih disukai oleh konsumen. Selain itu, luka atau
goresan pada permukaan buah dapat ditutupi oleh lilin. Namun demikian pelilinan
harus dilakukan sedemikian rupa agar pori-pori buah tidak tertutupi sama sekali
agar tidak terjadi proses anareobik dalam sayuran. Proses anaerobik dapat
mengakibatkan terjadinya fermentasi yang dapat mempercepat terjadinya
pembusukan.

a. Manfaat Pelilinan Produk Pasca Panen


Pelilinan (waxing) bermanfaat sebagai pelindung dari serangan
fisik, mekanik, dan mikrobiologis. Pelapisan ini sebenarnya menambah
lapisan lilin alami yang terdapat pada kulit buah yang sebagian besar hilang
selama penanganan pascapanen. Lapisan lilin bekerja dengan menutupi
pori-pori buah yang dapat menekan laju respirasi dan transpirasi, sehingga
daya simpan buah lebih lama. Manfaat lain dari pelilinan ini adalah dapat
meningkatkan kilau dan menutupi luka/goresan pada permukaan kulit buah,
sehingga penampilan lebih menarik.
Buah-buahan pada umumnya termasuk perishable commodities,
artinya komoditi yang mudah mengalami kerusakan. Kerusakan dapat
disebabkan oleh kerusakan mekanis atau efek fisiologis. Kerusakan
fisiologis yang terjadi pada komoditi tanaman hortikultura antara lain lecet,
terkelupas, kering layu, memar, busuk setelah dipanen. Dampak dari efek
fisiologis, buah-buahan tidak mempunyai umur simpan panjang. Poerwoko
dan Fitradesi (2000) menyatakan bahwa sepertiga produk hortikultura dunia
tidak dapat dikonsumsi karena rusak. Buah merupakan struktur hidup yang

4
akan mengalami perubahan fisik dan kimia setelah dipanen. Subhan, (2008)
menyatakan bahwa proses pemasakan buah-buahan akan terus berlangsung
karena jaringan dan sel di dalam buah masih hidup dan melakukan respirasi,
proses respirasi akan menyebabkan penurunan mutu dan masa simpan buah.
Pelapisan lilin pada permukaan buah dapat mencegah terjadinya
penguapan air sehingga dapat memperlambat kelayuan, menghambat laju
respirasi, dan mengkilapkan kulit buah sehingga menambah daya tarik bagi
konsumen. Hasil penelitian Chotimah (2008) menyatakan bahwa perlakuan
pemanasan dengan pelilinan 4% merupakan perlakuan yang terbaik dalam
mempertahankan mutu alpukat berdasarkan parameter susut bobot,
kekerasan, total padatan terlarut, kadar air, dan mampu bertahan terhadap
serangan penyakit sampai akhir penyimpanan.
Perlakuan pelilinan berfungsi menahan transpirasi sehingga
menurunkan aktivitas metabolisme yang menandai perubahan kimiawi dan
fisik buah. Hasil penelitian Purwoko dan Suryana (2000) menyimpulkan
bahwa buah pisang cavendish yang dilapisi lilin lebah 6% secara umum
memberikan nilai total padatan terlarut yang paling rendah dibandingkan
bahan pelapis lainnya. Pelapisan dengan lilin lebah 6% memberikan nilai
total padatan terlarut buah yang rendah juga dikemukakan oleh Purwoko
dan Fitradesi (2000) pada buah pepaya Solo. Lubis (2008) pelapisan lilin
dapat mencegah kehilangan air 30-50% karena semakin tinggi konsentrasi
lilin yang digunakan maka pori-pori buah akan semakin kecil sehingga susut
bobot yang terjadi pada buah dapat dikurangi.
Muliansyah (2004) menyatakan bahwa buah yang tidak dilapisi
(kontrol) memiliki kadar air yang lebih rendah dibandingkan dengan buah
yang dilapisi dengan lilin lebah. Riza (2004) menyatakan bahwa pelilinan
pada buah manggis mampu mengurangi kehilangan air dan memperbaiki
penampakan buah selama pasca panen. Shonti, (2003) menyatakan bahwa
kehilangan air pada buah naga dapat dikurangi dengan mempertahankan RH
tertinggi, menurunkan suhu, memberikan aliran udara yang cukup untuk
menghilangkan panas dari proses respirasi pada buah, dan memberikan

5
lapisan lilin yang tidak tembus air. Hasil penelitian Riza , (2004)
menurunnya kadar air disebabkan oleh metabolisme produk, selama
penyimpanan cairan dalam sel dan antar sel akan keluar.

b. Bahan Yang Digunakan Untuk Pelilinan Pasca Panen


Bahan yang dipakai dalam pelilinan adalah yang bersifat pengemulsi
(emulsifier) yang berasal dari campuran tidak larut lilin-air dan yang lainnya
adalah larutan lilin-air (solvent wax). Bahan yang bersifat pengemulsi ini
lebih banyak digunakan kerena lebih tahan terhadap perubahan suhu
dibandingkan dengan larutannya yang mudah terbakar. Selain itu,
penggunaan emulsi lilin-air tidak mengharuskan dilakukannya pengeringan
buah terlebih dahulu setelah proses pencucian. Untuk menjaga buah dari
serangan mikroba maka kedalam emulsi lilin-air dapat ditambahkan
bakterisida atau fungisida. Jenis-jenis emulsi lilin air yang biasa digunakan
antara lain adalah
1. Lilin tebu (sugarcane wax) = Lilin gula tebu diperoleh dari ekstrasi
lumpur press atau juga disebut dengan blotong atau filter cake. Dari
pabrik pengolahan tebu, umumnya menggunakan ekstrasi pelarut.
Lumpur press adalah endapan dari nira kotor pada proses pemurnian
nira yang disaring di rotary vacuum filter.
2. Lilin karnauba (carnauba wax) = Berasal dari pohon palem
(Copernica cerifera). Bentuk fisiknya keras dan kedap air. Sering
digunakan karena harganya murah, mudah diperoleh tetapi daya
kilapnya rendah.
3. Terpen = Terpen merupakan senyawa hidrokarbon tidak jenuh dan
unit terkecil yang terdapat dalam molekulnya disebut isopren (C5H8)
4. Shellac = Menghasilkan daya kilap terbaik namun mudah memucat/
memutih bila disimpan dalam ruang pendingin (cold storage).
Merupakan jenis lilin yang paling populer digunakan meskipun
harganya relatif mahal. Umum digunakan untuk ekspor ke Jepang.

6
5. Lilin lebah (Cera vlava) = Pada umumnya digunakan sebagai bahan
kosmetik, bahan pembuat lilin bakar, dan industri pemeliharaan.
Lilin ini berwarna putih kekuningan sampai coklat, titik cairnya
62.8-70 oC dan bobot jenisnya 0.952-0.975 kg/m3. Lilin lebah
banyak digunakan untuk pelilinan komoditas hortikultura karena
mudah didapat dan murah (Bernett, 1964). Lilin lebah digolongkan
sebagai food grade, lilin ini tidak dapat larut dalam pelarut (air), oleh
sebab itu digunakan emulsifier yang sesuai seperti trietanolamin
(TEA) dan asam oleat untuk menghasilkan emulsi lilin yang stabil
dan homogen. Emulsi diartikan sebagai campuran dari dua cairan
atau lebih yang saling tidak melarutkan, saling ingin berpisah karena
mempunyai berat jenis yang berbeda. (Riskia, 2004).
6. Spermaceti = lilin yang didapat dari kepala ikan paus (Phesester
macrocephalus). Lilin ini banyak digunakan dalam industri obat dan
kosmetik (Bernett, 1964 dalam Pantastico 1986).
7. Lilin buah komersial = Saat sekarang lilin komersial siap pakai yang
dapat dan sering digunakan para produsen buah adalah lilin dengan
nama dagang BrogdexBritex Wax.
Pelapisan lilin untuk buah-buahan pada umumnya menggunakan
lilin lebah yang dibuat dalam bentuk emulsi lilin dengan konsentrasi 4%
sampai dengan 12%. Sedangkan kepekatan emulsi lilin yang ideal untuk
buah alukat adalah emulsi lilin 4%. Untuk membuat lapisan lilin 4 %
dilakukan pencampuran emulsi lilin 12% dengan 2 bagian air. Berikut ini
adalah komposisi dasar emulsi lilin 12 % yang diberikan dalam tabel
sebagai berikut :

Bahan Dasar Komposisi

Lilin lebah 120gram


Trietanolamin 40gram
Asam oleat 20gram

7
Air panas 820gram

Lilin adalah ester dari asam lemak berantai panjang dengan alkohol
monohidrat berantai panjang atau sterol (Bennett, 1964). Lilin lebah
merupakan lilin alami komersial yang merupakan hasil sekresi dari lebah
madu (Apis mellifica) atau lebah lainnya. Madu yang diekstrak dengan
sentrifusi sisir madunya dapat digunakan lagi, sedangkan yang diekstrak
dengan pengepresan mengakibatkan sarang lebah hancur. Sarang yang
hancur dapat dijadikan lilin atau dapat dibuat untuk sarang baru. Hasil sisa
pengepresan dan sarang yang hancur dicuci dan dikeringkan, kemudian
dipanaskan sehingga menjadi lilin atau malam (Winarno, 1981).
Menurut Dominica (1998) diketahui bahwa kombinasi perlakuan
suhu dingin (15-18 oC) dapat memperpanjang umur simpan buah selama 7
hari. Salah satu contohnya adalah jeruk pacitan, kesegaran buah dapat
dipertahankan dengan pemberian lapisan lilin 6% setelah disimpan pada
suhu rendah (Nainggolan, 1992).
Emulsi lilin yang dapat digunakan sebagai bahan pelapisan lilin
harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu tidak mempengaruhi bau dan
rasa yang akan dilapisi, mudah kering dan jika kering tidak lengket, tidak
mudah pecah, mengkilap dan licin, tidak menghasilkan permukaan yang
tebal, mudah diperoleh, murah harganya, dan yang terpenting tidak bersifat
racun (Roosmani, 1975).

c. Metode Pelilinan Produk Pasca Panen


Teknik aplikasi atau penggunaan lilin atau pelapisan pada sayur
dapat dengan menggunakan teknik pencelupan sayur dalam larutan
(dipping), pembusaan (foaming), penyemprotan (spraying), dan pengolesan
atau penyikatan (brushing). Teknik pencelupan sayur dalam larutan
(dipping) memiliki keunggulan yaitu buah dan sayur dapat terlapisi secara
merata jika dibandingkan dengan teknik lainnya seperti pembusaan

8
(foaming), penyemprotan (spraying) dan penuangan (casting). Pemilihan
metode pencelupan ini karena bersifat lebih sederhana, mudah untuk
dilakukan, murah dan tidak memerlukan preparasi alat yang khusus seperti
pada metode penyemprotan maupun pembungkusan (Hasibuan, 2016).
Tentunya jenis sayur yang berbeda memerlukan teknik pelilinan yang
berbeda. Secara alami buah mempunyai selaput lilin pada permukaannya.
Lamanya proses pencelupan dapat mempengaruhi umur simpan
buahbuahan. Hal ini sebabkan karena semakin lama buah dan sayur tersebut
dicelupkan kedalam larutan edible coating maka akan semakin baik
melapisi permukaan buah dengan lebih merata dan memiliki lapisan yang
lebih permeable sehingga dapat meminimalisir kontaminasi mikroba
(Mulyadi, 2010).
Adapun cara untuk pelapisan lilin pada buah-buah yaitu setelah buah
dipanen, buah disortir dengan baik dengan kematangan yang seragam,
kemudian buah dicuci dengan air bersih, dibersihkan dengan cara disikat
untuk membuang segala kotoran yang menempel pada kulitnya dimana
tentu proses ini akan menghilangkan lapisan lilin natural tersebut dan
ditiriskan. Kemudian buah dicelupkan ke dalam larutan lilin benlate dengan
konsentrasi tertentu selama 1 menit, lalu ditiriskan kembali. Selanjutnya
buah dicelupkan kedalam emulsi lilin selama 30 detik, ditiriskan dan
diangin-anginkan agar cepat kering dan pelapisan merata. Lilin yang
digunakan untuk memoles sekitar setengah kilogram dan dapat digunakan
untuk memoles sampai sekitar 160.000 buah atau sekitar 2 tetes lilin sudah
cukup untuk melapisi 1 buah. Syarat pelilinan pada produk hortikultura
antara lain yaitu:
a. Tidak berpengaruh terhadap bau dan rasa produk
b. Tidak mengandung racun
c. Mudah kering dan tidak lengket
d. Tidak mudah pecah, mengkilap dan licin
e. Mudah diperoleh dan murah

9
Faktor kritis pelilinan sayur adalah tingkat ketebalan lapisan lilin.
Terlalu tipis lapisan lilin yang terbentuk di permukaan sayur membuat
pelilinan tidak efektif, namun bila pelapisan terlalu tebal akan menyebabkan
kebusukan sayur. Pemberian lilin pada produk hortikultura dapat dilakukan
dengan pembusaan, penyemprotan, pencelupan atau pengolesan.
Pembusaan merupakan cara pemberian lilin yang memuaskan karena cara
ini meninggalkan lapisan lilin yang sangat tipis pada buah.

d. Dampak Bagi Kesehatan


Buah yang ada di Indonesia memiliki berbagai karakteristik, akan
tetapi pada dasarnya semua produk hortikultura termasuk di dalamnya
memiliki karakter yang mudah rusak (perishable). Karakter ini yang
menyulitkan dalam pemasaran dikarenakan dengan mudah rusaknya
komoditas, maka mutu akan mudah menurun hingga mengakibatkan
penurunan harga dan mengalami kerugian (Viana, 2011).
Biasanya yang digunakan dalam mengawetkan buah adalah dengan
garam,zat lilin, pemberian suhu rendah, dan juga pengeringan. Bahan
pengawet yang aman digunakan yaitu asam benzoat, asam propionate,
kalium sulfit, kalium bisulfit, kalium nitrat, dll. Sedangka npengawet yang
tidak aman untuk dikonsumsi yaitu natamysin, kalium aseta tdan
butilhidroksianisol (BHA). Zat lilin tersendiri yang dipakai adalah zat lilin
lebah yang terdapat pada sarang lebah itu sendiri, zat lilin digunakan untuk
melapisi buah atau sayuran agar tidak cepat mengalami pembusukan atau
kerusakan. Proses pengawetan dengan cara pelilinan sangat mendukung
dalam pengolahan maupun penyimpanan. Di samping itu pengawetan
dengan cara pelilinan jika dikonsumsi secara terus menerus akan berdampak
pada kesehatan konsumen misalnya, kanker hati, kanker usus dan leukemia
(Dwiari, dkk, 2008).
Berkembangnya produk pangan awet saat ini, hanya mungkin terjadi
karena semakin tingginya kebutuhan masyarakat terhadap berbagai jenis
makanan yang praktis dan awet. Kesalahan teknologi dan penggunaan

10
bahan tambahan yang diterapkan, baik disengaja maupun tidak disengaja
dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan atau keamanan konsumen
(Anggrahini, 2008). Mengingat pentingnya keamanan pangan maka telah
diwujudkan oleh pemerintah dengan dikeluarkannya Undang-undang No.
23 tahun 1992 tentang kesehatan dan Undangundang Nomor 7 tahun 1996
tentang Pangan serta Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2004 tentang
Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan (Anggrahini, 2008).
Sebenarnya, pelilinan pada buah tidak mengandung racun karena
menggunakan lilin lebah. Hal yang paling dikhawatirkan adalah buah-
buahan itu rawan kandungan pestisida yang kemudian dilapisi lilin sehingga
pestisidanya masih menempel pada buah. Kandungan pestisida inilah yang
berbahaya bila sampai termakan karena bisa menyebabkan berbagai
penyakit berbahaya seperti kanker, leukimia, tumor dan neoplasma indung
telur. Jadi, usahakanlah untuk selalu mencuci buah menggunakan sabun
untuk menghilangkan lilin sekaligus kandungan pestisidanya. Wax yang
digunakan untuk melapisi buah dan sayur harus wax jenis food grade
(khusus untuk makanan), terbuat dari madu atau yang terbuat dari tanaman.
Wax bersifat 'indegistible' maka wax tidak akan dapat hancur oleh enzim
pencernaan dan tidak dapat diserap oleh tubuh tapi aman apabila termakan
oleh manusia.

11
III. KESIMPULAN

Pelilinan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan pada penanganan
pasca panen buah dan sayur. Pelapisan lilin pada permukaan buah dapat mencegah
terjadinya penguapan air sehingga dapat memperlambat kelayuan, laju respirasi dan
mengkilatkan kulit buah sehingga menambah daya tarik bagi konsumen serta dapat
memperpanjang umur simpan dan kesegarannya. Pelilinan (waxing) bermanfaat
sebagai pelindung dari serangan fisik, mekanik, dan mikrobiologis. Jenis-jenis lilin
yang biasa digunakan yaitu Lilin tebu (sugarcane wax), Lilin karnauba (carnauba
wax), Terpen, Shellac, Lilin lebah (Cera vlava), Spermaceti dan lilin buah
komersial. Dengan teknik pelilinannya atau pengaplikasiannya menggunakan
teknik pencelupan sayur dalam larutan (dipping), pembusaan (foaming),
penyemprotan (spraying), dan pengolesan atau penyikatan (brushing). Pelilinan
pada buah dan sayur ini akan berbahaya bagi kesehatan manusia jika sebelum
dikonsumsi tidak dicuci terlebih dahulu karna dikhawatirnya pada buah tersebut
mengandung pestisida yang dapat menyebabkan berbagai penyakit.

12
DAFTAR PUSTAKA

Utama, M. S. (2001, November). Penanganan Pasca Panen Buah dan Sayuran


Segar. In Makalah “Forum Konsultasi Teknologi” Dinas Pertanian
Tanaman Pangan Provinsi Bali.
Mutiarawati, T. (2007). Penanganan Pasca Panen Hasil Pertanian. Bandung.
Universitas Padjadjaran, 1-5.
Sihombing, Y. (2010). Kajian Pengaruh Konsentrasi Pelilinan dan Suhu
Penyimpanan Terhadap Mutu Buah Manggis (Garcinia mangostana L.).
Krisdianto, K., Sepriani, Y., & Dalimunthe, B. A. (2021). Konsentrasi Pelilinan
Terhadap Daya Simpan Buah Pepaya (Carica papaya L.). JURNAL
MAHASISWA AGROTEKNOLOGI (JMATEK), 2(1), 28-34.
Samad, M. Y. (2012). Pengaruh penanganan pasca panen terhadap mutu komoditas
hortikultura. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia, 8(1).
Zuhran, M. Teknologi penanganan pascapanen jeruk.
Harun, N., Efendi, R., & Hasibuan, S. H. (2012). Penggunaan lilin untuk
memperpanjang umur simpan buah naga merah (Hylocereus
polyrhizus). Jurnal Sagu, 11(2).
CHRISTINA, M. (2017). PENGARUH SUHU PENYIMPANAN DAN LAMA
PENCELUPAN EDIBLE COATING BERBASIS NATA DE COCO
TERHADAP KARAKTERISTIK BUAH POTONG MELON (Cucumis melo
L) (Doctoral dissertation, Fakultas Teknik).
Nuraeni, C. (2017). ANALISIS CEPAT DATABASE PATEN ESP@ CENET
UNTUK PENELUSURAN BAHAN BAKU POTENSIAL
STIGMASTEROL. bbkk. kemenperin. go. id, 4(1).
Langkong, J. (2017). Penerapan Teknologi Tepat Guna Pada Pengolahan Buah Dan
Sayur Di Desa Pasui Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang Sulawesi
Selatan. Jurnal Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Indonesia, 1(1), 16-
27.
Nurjanah, N., & Ihsan, N. (2013). ANCAMAN! DI BALIK SEGARNYA BUAH &
SAYUR. Puspa Swara.

13
Warsyidah, A. A., Syarif, J., & Samman, M. D. (2019). IDENTIFIKASI ZAT
LILIN PADA BUAH APEL YANG DIPERJUALBELIKAN DI PASAR
PABAENG-BAENG KOTA MAKASSAR. Jurnal Media Laboran, 9(2),
1-5.

14

Anda mungkin juga menyukai