DISUSUN
OLEH :
MEDAN 2019/2020
DAFTAR ISI
3.1 Bahan........................................................................................................10
4.1 Hasil..........................................................................................................12
BAB V KESIMPULAN.............................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................18
i
BAB I
PENDAHULUAN
Kehilangan air dari produk hortikultura saat berada pohon tidak masalah
karena masih dapat digantikan atau diimbangi oleh laju pengambilan air oleh
tanaman. Berbeda dengan produk yang telah dipanen kehilangan air tersebut tidak
dapat digantikan, karena produk tidak dapat mengambil air dari lingkungnnya.
Demikian juga kehilangan substrat juga tidak dapat digantikan sehinga menyebabkan
perubahan kualitas dari produk yang telah dipanen atau dikenal sebagai kemunduran
kualitas dari produk, tetapi pada suatu keadaan perubahan tersebut justru
meningkatkan kualitas produk tersebut.
1
dicapai apabila produk tersebut dipanen pada kondisi tepat mencapai kemasakan
fisiologis sesuai dengan yang dibutuhkan oleh penggunanya. Produk yang dipanen
sebelum atau kelewat tingkat kemasakannya maka produk tersebut mempunyai nilai
atau mutu yang tidak sesuai dengan keinginan pengguna atau SNI (Standart Nasional
Indonesia)
2.1. Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada buah terdapat perbedaan buah atas dasar proses laju respirasi yang
terdapat pada buah yaitu klimaterik dan non klimaterik. Pada buah klimaterik
memiliki laju respirasi yang relatif cepat sedangkan pada buah non klimaterik proses
respirasinya lambat (Dwiari, dkk, 2008). Proses terjadinya respirasi akan
menyebabkan tanaman cepat pembusukannya karena terjadi perombakan senyawa
kimia didalam buah sehingga menyebabkan menurunnya masa simpan buah.
Lilin (wax) merupakan ester dari asam lemak berantang panjang dengan
alkohol monohidrat berantai panjang atau sterol. Lilin yang digunakan harus
memenuhi beberapa persyaratan yaitu : tidak mempengaruhi bau dan rasa buah,
cepat kering, tidak lengket, tidak muda pecah, mengkilap dan licin, tipis, tidak
mengandung racun, harganya murah sesuai dengan kualitas dan mudah diperolah.
3
Proses pelilinan adalah suatu proses pemberian lapisan pada permukaan
produk hortilkultura dengan menggunakan emulsi lilin guna mempertahankan
kualitas dan memperpanjang umur simpannya. Pelilinan berfungsi sebagai lapisan
pelindung terhadap hilangnya air dari komoditi dan mengatur kebutuhan oksigen
untuk respirasi. Pelapisan dapat menekan respirasi dan transpirasi dari buah dan
sayuran segar, mengurangi kerusakan pasca panen akibat proses respirasi sehingga
komoditi tersebut memiliki umur simpan yang lebih lama dan nilai jualnya dapat
dipertahankan.
Pelilinan merupakan suatu teknik yang melapisi bagian permukaan buah agar
tetap terjaga kesegarannya dengan menekan angka laju respirasi dan laju
transpirasinya. Pelilinan bertujuan untuk mengganti lapisan lilin yang hilang akibat
dari proses mekanik pemanenan dan menutupi pori-pori yang ada dipermukaan buah
karena proses respirasi buah melalui pori-pori buah. Pelapisan lilin pada permukaan
buah dapat mencegah terjadinya penguapan air (transpirasi) sehingga dapat
memperlambat kelayuan, menghambat laju respirasi, dan mengkilapkan kulit buah
sehingga menambah daya tarik bagi konsumen
Lilin karnauba merupakan lilin yang didapat dari pohon palem (Copernica
Cerifera) (Riskia, 2004). Lilin lebah merupakan salah satu lilin yang sifat kimianya
stabil dengan titik lebur berkisar 61-69°C,berat jenis pada 20 °C sekitar 0,96, tidak
larut dalam air dan sedikit larut dalam alkohol dingin.(Suhaidi,2008).
4
Lilin lebah banyak digunakan untuk pelilinan komoditas hortikultura karena
mudah didapat dan murah. Lilin lebah digolongkan sebagai food grade, lilin ini tidak
dapat larut dalam pelarut (air), oleh sebab itu digunakan emulsifier yang sesuai
seperti trietanolamin (TEA) dan asam oleat untuk menghasilkan emulsi lilin yang
stabil dan homogen. Emulsi diartikan sebagai campuran dari dua cairan atau lebih
yang saling tidak melarutkan, saling ingin berpisah karena mempunyai berat jenis
yang berbeda. (Riskia, 2004).
Pelapisan dengan lilin pada buah dan sayuran telah dilakukan sejak tahun
1920. Dimana bahan dari lilin tersebut terbuat bukan dari proses kimiawi melainkan
dari bahan alami seperti Carnauba Wax, daun Palem Brasil, Candellia Wax, dari
tanaman sejenis Euphorbia, Shellac jenis food grade yang terbuat dari sejenis
kumbang di India dan Pakistan. Di Amerika bahan lilin tersebut harus disertifikasi
keamananan (untuk dikonsumsi) oleh badan yang khusus mengurusi konsumsi yaitu
FDA (Food and Drug Administration).
5
normal (Roosmani, 1975). Pemberian lapisan lilin dapat dilakukan dengan
penghembusan, penyemprotan, pencelupan (30 detik) atau pengolesan (Pantastico,
1986). Menurut Food and Drug Administration (FDA) Amerika, seperti dikutip dari
Go Ask Alice, Senin (8/2/2010), lapisan lilin yang banyak dipakai pada buah-buahan
berasal dari bahan alami (non petroleum-based) dan aman dipakai untuk semua jenis
makanan.
2.3. Mangga
6
(pendinginan), modifikasi atmosfer ruang simpan, pemberian bahan kimia secara
eksogen, pelapisan lilin, dan edible coating.
Agar buah mangga tidak cepat mengalami kerusakan, maka dapat dilakukan
proses pelilinan. Selain untuk memperbaiki penampilan kulit buah, pelilinan
bertujuan untuk memperpanjang daya simpan, mencegah susut bobot buah,
menutup luka atau goresan kecil, mencegah timbulnya jamur, mencegah
busuk dan mempertahankan warna. Dalam penanganan pasca panen mangga
pelilinan atau waxing dapat menekan laju respirasi sehingga perlakukan ini
merupakan salah satu alternatif untuk memperpanjang masa simpan buah
mangga. Pelilinan akan menghambat proses respirasi sehingga perubahan kimiawi
yang terjadi pada buah mangga relatif terhambat. Dengan terjadinya
penghambatan respirasi akan menunda kematangan buah. Melakukan pelilinan
pada buah mangga dapat menurunkan serangan antracnosa dan buah memiliki
penampakan yang lebih baik secara fisik dan kimia dengan kerusakan minimal.
Untuk menjaga buah mangga agar tetap segar bermutu sesuai dengan tuntutan
konsumen, maka Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan BB Pasca
Panen menghadirkan inovasi baru untuk memperpanjang masa kesegaran buah
mangga tersebut dengan cara pelilinan/coating. Ionvasi teknologi pelilinan/coating
buah mangga yang dihasilkan produknya aman dikonsumsi dan dapat
memperpanjang kesegaran buah mangga hingga satu bulan, serta dapat
meningkatkan nilai tambah pada buah. Bahan yang digunakan untuk Teknologi
Pelilinan (Coating) pada buah mangga berasal dari sarang lebah, bukan bahan-bahan
sintetik yang berbahaya. Inovasi teknologi Coating bahan coating yang digunakan
merupakan bahan yang ramah lingkungan dan aman dikonsumsi masyarakat.
2.4. Manggis
7
Buah manggis (Garcinia mangostana L.) sebagai salah satu komoditas yang banyak
digemari masyarakat, khusunya di negara-negara Eropa, dituntut untuk memiliki
kualitas yang baik. Kualitas buah manggis ditentukan oleh berbagai faktor, salah
satunya terkait dengan penyimpanan agar sampai ke konsumen dalam kondisi segar.
Sebagai komoditas ekspor, kualitas buah manggis menjadi faktor yang sangat
penting. Faktor penyebab rendahnya mutu manggis Indonesia antara lain pemanenan
pada saat buah masih muda, kelewat matang, getah kuning yang mengotori kulit
terutama bila dipanen terlalu muda, lecet pada kulit buah, dan getah kuning pada
daging buah (Satuhu, 1999). Getah kuning menyebabkan kualitas buah manggis
menjadi tidak layak ekspor karena mencemari daging buah (Direktorat Tanaman
Buah, 2002). Intensitas getah pada kulit buah manggis dipengaruhi oleh hujan, suhu,
dan kelembaban udara (Indriani et al. 2002)
Kerusakan buah seperti sepal dan tangkai buah menjadi tidak segar, buah
mengeras dan jaringan daging buah yang matang bergetah sehingga sukar dibelah
dan sulit untuk memisahkan daging dengan kulitnya. Kerusakan tersebut sering kali
dijumpai setelah pengangkutan dan penyimpanan (Tongde dan Suwanagul, 1989;
Augustin dan Azudin, 1986; Setyadjit dan Syaifullah, 1994). Akan tetapi tekstur dan
kesegaran buah dapat diperbaiki bila buah dicelupkan kedalam ekstrak umbi beet
atau dilapisi dengan lilin.
8
1997). Selain itu, perubahan warna dapat juga disebabkan oleh kerusakan mekanis
seperti adanya luka, lecet karena tergores atau memar. Kerusakan mekanis pada kulit
buah akan mempercepat terjadinya perubahan warna dan penurunan mutu buah.
Kerusakan mekanis dapat mempercepat laju kehilangan air serta kualitas buah. Luka
mekanis selain menyebabkan penampakan yang kurang baik, juga mempercepat
kehilangan air, mempermudah serangan kapang dan mendorong diproduksinya CO2
dan C2H4 pada komoditi buah buahan (Kader, 1992; Wills et al, 1998). Salah satu
cara agar memperkecil kerusakan penyimpanan antara lain dengan penutupan pori
pori buah.
9
BAB III
METODE
3.1 Bahan
Penelitian ini dilakukan secara online jadi bahan untuk penelitian ini diambil
dari beberapa literatur yaitu internet , jurnal dan penelian lainnya. Adapun bahan
yang digunakan adalah manggis dan mangga
1. 1.Mengamati secara online atau dari jurnal, internet atau literatur lainnya
mengenai pelilinan pada buah mangga dan manggis
2. Mengamati cara pelilinan pada buah mangga dan manggis
3. Mengamati jenis lilin,bahan-bahan untuk pelilinan pada buah mangga dan
manggis
4. Mengamati masalah apa yang ada pada saat pelilinan
10
BAB IV
4.1 Hasil
4.1.1. Tabel perubahan fisik dan kimia buah mangga
Variabel
0% 1% 2% 3%
parameter
Hijau
Hijau kekuning Kuning ke Kuning
Warna bintik
kuningan orange kecokltatan
ungu
ungu kemerahan
Warna Ungu kemerahan ungu kemerahan
kecoklatan
11
Penyimpanan buah mangga hari ke-33 pada teknik pelilinan penyapuan
4.2. Pembahasan
4.2.1. Mangga
12
penelitian pada hari ke-16 menunjukkan bahwa dengan pelapisan emulsi lilin lebah
2% tingkat kekerasan buah tertinggi dan berbeda nyata dibandingkan tingkat
kekerasan buah yang tanpa dilapisi emulsi lilin lebah 0 % dan yang dilapisi emulsi
1% namun tidak berbeda nyata dibandingkan dengan pelapisan dengan emulsi lilin
lebah 3% Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi emulsi lilin lebah 2% adalah
konsentrasi optimal dan efektif memperlambat laju perubahan kekerasan buah.
konsentrasi lilin lebah 2% mampu memprlambat laju perubahan fisiologis
dibandingkan dengan konsentrasi lainnya.
secara umum pelapisan buah mangga dengan emulsi lilin lebah 2% adalah
terbaik dengan nilai sensoris kesukaan terhadap aroma, warna, rasa dan tekstur
13
daging buah dibandingkan dengan konsentrasi emulsi lilin 0% dan 1% . Walaupun
hasil yang diberikan oleh pelapian dengan emulsi lilin 2% tidak berbeda nyata
dengan hasil dari pelapisan emulsi lilin 3% , tentunya 2% lebih efisien dibandingkan
dengan 3%. Hasil ini didukung pula oleh analisis data hasil pengukuran objektif
terhadap susut bobot, intensitas kerusakan dan kekerasan buah, di mana perlakuan
pelapisan dengan 2% mampu secara signifikan menurunkan susut bobot, intensitas
kerusakan dan memperlambat laju perubahan kekerasan buah mangga selama
penyimpanan pada suhu kamar (26-32oC). Hasil ini tidak terlepas dari kondisi
permeabilitas lapisan yang mampu menciptakan internal atmosfer di mana terjadi
penurunan konsentrasi gas O2 dan peningkatan gas CO2 yang berakibat terhadap
penurunan laju respirasi selama penyimpanan. Penurunan laju respirasi tentunya
berakibat pada penurunan laju perubahan fisiologis sehingga mampu memperpanjang
masa simpan buah mangga selama penyimpanan pada suhu kamar.
4.2.2. Manggis
Pembuatan emulsi lilin lebah yaitu dengan memanaskan lilin lebah dan
aquades hingga lilin lebah mencair seluruhnya, sebelumnya lilin lebah diiris tipis-
tipis terlebih dahulu untuk mempermudah pencairan. Selanjutnya larutan lilin dan
aquades ditambah asam oleat dan trietanolamin, setelah itu campuran diaduk
menggunakan homogenizer. Buah manggis yang disimpan baik pada suhu ruang
maupun suhu dingin akan mengalami peningkatan kekerasan kulit buah (Ahmad et
al. 2011). Peningkatan kekerasan kulit buah merupakan salah satu ciri menurunnya
kualitas buah manggis sehingga dapat dijadikan indikator kerusakan pada buah
manggis, dimana kekerasan kulit buah dapat dilihat dari kekuatan tekan untuk
14
membuka buahnya. Semakin keras buah, maka kualitas buah manggis akan semakin
rendah.
Hasil analisis ragam dan uji lanjut menunjukkan bahwa metode pelilinan dan
konsentrasi lilin yang digunakan berpengaruh nyata (p≤0.05) terhadap susut bobot
pada hari ke 33 Dimana metode pencelupan menunjukkan perbedaan terhadap
metode penyapuan, dan konsentrasi pelilinan 6% berdeda nyata dengan konsentrasi
pelilinan 12% dengan rata-rata susut bobot terendah yaitu pada konsentrasi pelilinan
12%. metode penyapuan menggunakan kuas mengalami kehilangan bobot yang lebih
tinggi dibandingkan dengan metode pencelupan untuk semua konsentrasi lilin
pencelupan selama 30 detik.
Jika dibandingkan hasil penelitian pada buah manggis yang dilakukan dengan
metode pencelupan dan penyapuan nilai kecerahan warna kulit buah manggis relatif
lebih rendah pada penyapuan dibandingkan pencelupan yang dilakukan teknik
pelilinan serta Pada akhir penyimpanan, nilai kecerahan warna buah manggis lebih
tinggi pada pencelupan daripada nilai kecerahan earna buah manggis yang dilakukan
penyapuan . Hal ini membuktikan bahwa mutu buah manggis dengan penyapuan
lebih baik daripada buah manggis dengan pencelupan . Rendahnya nilai kecerahan
pada daging buah manggis selama penyimpanan dipengaruhi oleh varietas buah
manggis yang digunakan selama penelitian.
Dari hasi data menunjukkan untuk parameter rasa daging buah manggis
dengan metode pencelupan lebih manis dibanding pada metode penyapuan. Pada hari
ke-33 untuk konsentrasi 12% cita rasa buah manggis manias tetapi untuk konsentrasi
6% dan 9% untuk rasa daging buah telah dibawah batas rasa manis . Secara umum,
rasa daging manggis dengan perlakuan pelilinan 12% lebih manis daripada rasa
daging buah manggis dengan konsentrasi 6% dan 9%.
untuk aroma daging buah manggis yang diaplikasikan lilin dengan penyapuan
terlihat bahwa aroma daging buah manggis lebih khas dibandingkan dengan
pencelupan . Dari uji lanjut Duncan diketahui metode penyapuan untuk aroma lebih
khas daripada metode pencelupan. Konsentrasi pelilinan memberikan pengaruh
terhadap penerimaan aroma buah pada hari ke-33, Dimana berdasarkan uji lanjut
15
Duncan pada hari ke-33 konsentrasi lilin 12% berbeda nyata dengan konsentrasi lilin
6% dan 9% dimana aroma daging buah manggis dengan konsentrasi lilin 12% paling
khas.
Dari hasil uji pembobotan yang telah dilakukan, diketahui bahwa untuk
setiap perlakuan mengalami penurunan hingga akhir penyimpanan. Perlakuan
pelilinan 12% yang dilakukan dengan penyapuan memberikan skor terbesar pada
akhir penyimpanan. Hal ini berarti pelilinan 12% yang dilakukan dengan penyapuan
merupakan kombinasi terbaik dalam mempertahankan buah manggis yang akan
disimpan.
16
BAB V
KESIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
http://referensipertanian.blogspot.com/2014/01/laporan-praktikum-
pelilinan-pada-buah.html
18
Utama,GM.,dkk.2016.”Pengaruh Konsentrasi Emulsi Lilin Lebah Sebagai Pelapis
Buah Mangga Arumanis Terhadap Mutu Selama Penyimpanan Pada
Suhu Kamar”. Jurna: Biosistem Dan Teknik Pertanian Vol 4. No. (2).
ISSN 2502-3012
19