Anda di halaman 1dari 11

BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

PEMELIHARAAN TANAMAN TEH BELUM


MENGHASILKAN
PAPER

Disusun oleh :
KELOMPOK 4

Nugraheni Esti Wulandari 20160210056


Dicky Pratama Putra 20160210070
Chia Tedi Hantryoko 20160210079
Maki Lukmanul Hakim 20160210084
Emilda Pramesti 20160210103
Adriel Mu’min Ananda 20160210111

PRODI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA

Oktober, 2018
I. PENDAHULUAN

Tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O Kuntze) diduga berasal dari Asia
Tenggara. Teh dikenal di Indonesia sejak tahun 1686 dan sampai sekarang
merupakan komoditas ekspor non-migas yang penting. Selain itu, Indonesia
merupakan salah satu penghasil teh kelima terbesar setelah India, China, Sri
Langka dan Kenya (Ditjenbun, 2006)
.Budidaya tanaman teh memerlukan perhatian yang intensif.
Pembudidayaan tanaman teh bertujuan untuk mendapatkan hasil produksi dalam
bentuk daun (vegetatif). Demi mendapatkan hasil yang tinggi dan
berkesinambungan maka fase vegetatif harus dipertahankan selama mungkin.
Semakin panjang masa vegetatif tanaman teh menunjukkan semakin panjang pula
masa produksi tanaman. Peningkatan produksi harus diimbangi dengan kualitas
yang baik, maka perlu diperhatikan aspek teknis dalam pengelolaan perkebunan
yaitu persiapan lahan, pemeliharaan, pemanenan sampai ke bagian pengolahan.
Aspek teknis budidaya yang kurang tepat dan efektif dapat menurunkan
produktivitas dan kualitas tanaman teh (Radifan, 2016)
Sebelum memasuki tahap tanaman menghasilkan (TM) tanaman teh
melewati tahap tanaman belum menghasilkan (TBM). Tanaman belum
menghasilkan merupakan tanaman teh yang baru ditanam masih muda dan
berumur di bawah 2-4 tahun dan belum diambil produksinya. Pemeliharaan pada
TBM merupakan kegiatan yang harus diperhatikan karena berpengaruh terhadap
pertumbuhan vegetatif tanaman. Kegiatan pemeliharaan pada TBM bertujuan
untuk memperpendek masa produktif tanaman serta menjaga kesuburan tanah.
Selain itu tujuan dari pemeliharaan TBM teh adalah membentuk tanaman yang
berpotensi produksi tinggi dengan masa non produktif pendek dan biaya rendah
(Radifan, 2016)
Tahapan pelaksanaan yang dilakukan dalam pemeliharaan tanaman belum
menghasilkan adalah penyulaman, pembuatan rorak, pemberian mulsa,
penyiangan gulma, pemangkasan dan pemupukan. Tanaman TBM perlu
pemeliharaan lebih terutama penyiangan dan pemupukan. Tanah sekitar tanaman
teh belum menghasilkan harus bersih dari gulma supaya tidak terjadi persaingan
hara antara tanaman teh dengan gulma. Pemangkasan pada tanaman belum
menghasilkan bertujuan untuk membentuk perdu dengan kerangka percabangan
yang ideal dan bidang petik yang luas (Pusat Penelitian Teh dan Kina 2006).
II. PEMBAHASAN
Tanaman belum menghasilkan (TBM) adalah tanaman teh yang belum dapat
dipanen atau berproduksi, beumur kurang dari 2 tahun. Tanaman belum
menghasilkan memerlukan pemeliharaan yang baik agar pertumbuhannya subur
dan sehat, sehingga pada waktu yang telah ditetapkan telah dapat dipetik hasilnya.
Dengan pemeliharaan yang baik, akan terbentuk tanaman yang berpotensi tinggi
dengan masa nonproduktif pendek.

Untuk mencapai tujuan tersebut, pada TBM dilaksanakan berbagai macam


kegiatan seperti penyulaman, pembuatan rorak, pemberian mulsa, penyiangan
gulma, pemangkasan dan pemupukan (Djoehana S., 2000).

A. Penyulaman
Penyulaman pada areal TBM lazim disebut juga sisipan, yaitu mengganti
tanaman yang mati akibat kekeringan, kondisi bibit kurang baik atau rusak pada
waktu penanaman dan gangguan hama dan penyakit dengan bibit atau tanaman
baru. Bibit yang dipakai untuk menyulam adalah bibit terbaik dari klon yang sama
dengan yang disulam. Jika sulaman dari bibit polybag maka harus berumur sama
supaya tumbuhnya seragam.
Penyulaman harus dilakukan secepat mungkin dan terus menerus dilakukan
sampai tanaman berumur 2 tahun. Untuk dapat melakukan penyulaman dengan
baik, dua minggu setelah penanaman perlu dilakukan pemeriksaan terhadap
semua bibit yang telah ditanam. Penyulaman dilakuakan sampai dua bulan
menjelang musim kemarau.
Banyaknya bibit sulaman yang diperlukan pada tahun pertama maksimal
10% dan pada tahun kedua maksimal 5%. Pada tahun ketiga populasi tanaman
menjadi penuh, yaitu pada saat TBM mulai dipersiapkan menjadi tanaman
menghasilkan (TM).
B. Pembuatan Rorak
Rorak adalah lubang – lubang buntu dengan ukuran tertentu yang dibuat
pada bidang olah dan sejajar dengan garis kontur. Pada tanah miring perlu dibuat
rorak yang mengikuti garis kontur. Rorak dibuat di antara 2 – 3 baris tanaman
secara zig-zag dengan ukuran panjang 200 cm, lebar 40 cm, dan dalam 60 cm.
Fungsi rorak sendiri dapat mengurangi bahaya erosi. Apabila rorak telah penuh
dengan tanah dan bahan erosi lainnya, fungsi rorak akan berkurang dan harus
diperbaiki kembali. Rorak perlu dikuras dengan mengangkat endapan yang ada
dan menyebarkan kebagian atas rorak secara merata.

Pengurasan rorak sebaiknya dilakukan tiga kali dalam setahun yaitu pada
awal, pertengahan dan akhir musim hujan. Fungsi rorak pada musim hujan adalah
sebagai kantong-kantong resapan air yang nantinya akan sangat berguna dalam
menghadapi musim kemarau. Rorak dipertahankan selama 2 tahun atau selama
masa TBM.

Menurut Sumanto dan Yuke (2010), rorak antar kontur dibuat berseling.

C. Pemberian Mulsa
Pemberian mulsa merupakan tahap pemeliharaan berikutnya yang
berfungsinya untuk menambah kandungan bahan organik tanah, menekan
pertumbuhan gulma, menekan penguapan tanah, menstabilkan suhu permukaan
tanah dan mengurangi terjadinya erosi. Bahan mulsa dapat berupa sisa pangkasan,
alang-alang, jerami, dan rumput-rumputan. Penyebaran mulsa di permukaan tanah
dengan tidak menyentuh batang tanaman teh karena dikhawatirkan dapat
menyebarkan penyakit. Waktu yang tepat untuk pemberian mulsa adalah saat
musim kemarau.Pemberian mulsa dilakukan dengan cara menghamparkan bahan
mulsa setebal 3-5cm, merata di seluruh permukaan tanah (± 20 ton bahan
segar/ha).

D. Pengendalian OPT
1. Penyiangan Gulma
Pengendalian gulma pada perkebunan teh merupakan salah satu kegiatan
yang penting dalam pemeliharaan tanaman teh. Pada populasi gulma yang tidak
terkendali dapat merugikan tanaman teh karena, menyebabkan terjadinya
persaingan dalam memperoleh unsur hara, air, cahaya matahari, dan ruang
tumbuh. Tujuan pengendalian gulma pada pada pertanaman teh untuk menekan
terjadinya kerugian yang ditimbulkan akibat gulam sehingga diperoleh laju
pertumbuhan tanaman teh dan produksi pucuk yang maksimal.

Pada areal pertanaman teh di UP Tambi diperoleh beberapa jenis gulma


seperti, pacar air (Impatien plathypetala), babadotan (Ageratum conyzoydes),
kirinyuh (Chromolaena odorata L.), rumput teki (Paspalum conjugatum),
Sidaacuta, dan kentang-kentangan (Borreria alata). Penyiangan gulma dapat
dilakukan dengan beberapa cara seperti, cara manual dan menggunakan herbisida.
Penyiangan sendiri dapat dilakukan setiap 1,5-2 bulan kecuali ada gangguan
serangga hama/penyakit. Gulma akan menimbulkan masalah besar terutama pada
areal tanaman teh muda atau pada areal tanaman teh produktif yang baru
dipangkas. Hal ini disebabkan sebagian besar permukaan tanah terbuka dan secara
langsung mendapatkan sinar matahari, sehingga perkecambahan maupun laju
pertumbuhan berbagai jenis gulma berlangsung sangat cepat.

2. Hama dan Penyakit


Hama dan penyakit tanaman merupakan salah satu faktor penghambat
dalam peningkatan produksi pucuk di perkebunan teh. Beberapa hama penting
yang dijumpai di perkebunan teh antara lain ulat penggulung daun
(Homonacoffearia), ulat penggulung pucuk (Cydia leucostoma), ulat api (Setora
nitens), tungau jingga, ulat bulu Looper (Hiposidra talaka Walker), Helopeltis
antonii, dan ulat jengkal. Sedangkan penyakit penting yang sering menyerang
areal pertanaman teh adalah cacar daun teh (Blister blight) yang disebabkan oleh
jamur Exobasidium vexans. Penyakit cacar daun teh ini menjadi penting karena
sangat sulit untuk dikendalikan terutama pada musim penghujan serta sangat
nyata menurunkan produksi pucuk. Selain itu terdapat Helopeltis yang
menusuk/mengisap tanaman teh muda dan batang Muda kemudian meninggalkan
warna coklat tua akibat campuran air liurnya. Dalam hal ini, Daun teh yang
terkena dampak akan mengalami kerusakan. Semua jenis ulat yang ada di
perkebunan teh menyebabkan kerugian yang cukup besar, karena merusak bagian
pokok yaitu pucuk daun. Pengendalian hama maupun penyakit tersebut dapat
dilakukan melalui penyemprotan dengan menggunakan pestisida yang sesuai
dengan dosis. Pengambilan organisme hama dan bagian tanaman yang sudah
terserang juga dapat dilakukan untuk menekan pertumbuhan populasi hama dan
penyakit. Selain itu, dengan menjaga kebersihan lingkungan perkebunan teh juga
dapat mengurangi serangan hama dan penyakit.
E. Pemangkasan
Pangkasan centering dilakukan saat tanaman belum menghasilkan, yaitu
umur 6 – 7 bulan setelah tanam. Batang utamanya dipotong dengan ketinggian 15
– 20 cm. Tujuan pemangkasan ini agar membentuk bidang petik. Untuk
memenuhi karbohidrat tanaman, batang masih ditinggalkan 10 – 20 helai daun.
Hal ini dilakukan agar tanaman tetap dapat berfotosintesis.
Tanaman teh belum menghasilkan menadapat naungan sementara dari
tanaman pupuk hijau seperti Crotalaria sp atau Theprosia sp. Naungan sementara
ini biasa ditanam selang dua baris dari tanaman the dan pada umur sekitar enam
bulan tingginya telah mencapai lebih dari satu meter. Agar tanaman pupuk hijau
ini tidak mengganggu pertumbuhan tanaman teh, perlu dilakukan pemangkasan.
Pemangkasan dilakukan pada tinggi 50 cm dan sisa pangkasan dihamparkan
sebagai mulsa di sekitar tanaman teh.
Pemangkasan tanaman pupuk hijau dilakukan setiap enam bulan sekali yaitu
pada waktu musim hujan. Jangan melakukan pemangkasan pada musim kemarau
karena pada saat itu tanaman teh muda membutuhkan naungan.
F. Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan daya dukung lahan untuk
perkembangan dan pertumbuhan tanaman teh. Oleh karena itu pemupukan harus
dilakukan pada waktu, dosis, jenis, dan pelaksanaan yang tepat.
Waktu pemupukan terbaik, yaitu pada kondisi dimana jumlah curah hujan
antara 60 – 200 mm/minggu. Kurang dari 60 mm/minggu menyebabkan unsur
hara dari pupuk belum dapat diserap dengan sempurna karena belum terurai
secara keseluruhan. Sedangkan lebih dari 200 mm/minggu sebagian akan larut
terbawa aliran air (Syakir M. dkk., 2010).
Dalam rangka pemupukan perlu mempertimbangkan dosis yang tepat agar
kehilangan pupuk dapat diperkecil sehingga dapat menunjang produktivitas yang
ingin dicapai. Namun demikian untuk mempermudah pemberian pupuk di
lapangan pedoman umum untuk dosis pemupukan sudah harus ditetapkan baik
untuk tanaman TBM maupun tanaman TM. Puslitbun Gambung (1992)
memberikan pedoman umum dosis pemupukan teh sebagai berikut :
TABEL 1. Dosis pemupukan(kg/ha/th) untuk tanaman belum menghasilkan*
Kadar Umur Andisol/Regosol Latosol/Podsolik
B.O Tahun MgO*
topsoil ke: N P2O5 K2O N P2O5 K2O MgO**
*
10 10
1 60 40 ~ 50 50 ~
0 0
15 15
<5% 2 60 40 20 75 75 40
0 0
20 17
3 75 50 30 75 75 40
0 5
1 80 50 30 ~ 80 40 40 ~
12 12
2 50 30 20 60 60 30
5-8% 0 0
15 16
3 60 50 30 60 60 30
0 0
1 70 50 20 ~ 70 30 30 ~
10 11
2 50 30 20 50 50 25
>8% 0 0
13 14
3 60 40 20 50 50 25
0 0
Keterangan : * = Pengaplikasian 5-6 kali dalam setahun
** = Apabila ada gejala defisiensi Mg

Pupuk yang digunakan untuk memupuk tanaman teh berupa pupuk


majemuk atau pupuk campuran. Pupuk campuran ada 3 macam: (1) pupuk dimana
NPK berbentuk butiran yang disebut pupuk NPK mejemuk, (2) pupuk campuran
dari bahan pupuk tunggal sesuai dengan rekomendasi pupuk dengan imbangan N-
PK-Mg-S-mikro, dan (3) pupuk campuran dari pupuk tunggal yang dirakit oleh
pekebun sendiri. Jenis pupuk tunggal yang biasa dipakai petani (PPTK, 2006).
Cara pemupukan yang tepat ialah dengan memberikan pupuk pada daerah
perakaran yang aktif yaitu pada jarak 30-40cm dari pangkal batang perdu teh
dengan kedalaman 10-15cm dari permukaan tanah. Pada tanah miring pupuk
diberikan pada rorak yang dibangun, sedangkan pada tanah datar diberikan pada
bekas garitan sekeliling tanaman TBM. Pupuk dapat juga ditaburkan pada tanah
datar/landai pada kebun yang tanaman tehnya sudah menutup (Djoehana S.,
2000).
Beberapa usaha agar pemberian pupuk efisien perlu dilakukan dengan
memperbesar daya sangga tanah melalui peningkatan bahan organik dengan mulsa
dan pencegahan erosi. Caranya dengan mempertahankan sisa pangkasan berada di
kebun. Selain memperbesar daya sangga tanah perlu meningkatkan perlindungan
tanaman dengan cara: (1) penanaman tanaman pupuk hijau pada tanaman TBM,
2) penanaman tanaman pelindung tetap pada pertanaman teh di bawah elevasi 900
m, dan 3) penanaman tanaman yang berfungsi menahan tiupan angin kencang.
Diharapkan pemakaian pemupukan yang tepat kombinasi, jenis, waktu, cara
pemupukan, dan peningkatan daya sangga tanah produktivitas tanaman teh dapat
dipertahankan dengan efisien dan berkelanjutan (Syakir M. dkk., 2010).
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembudidayaan tanaman teh bertujuan untuk mendapatkan hasil produksi
dalam bentuk daun (vegetatif). Ada beberapa tahapan budidaya pada tanaman teh.
Diantaranya tahapan tanaman menghasilkan (TM) dan tanaman tidak
menghasilkan (TBM). Tanaman TBM adalah tanaman teh yang belum dapat
dipanen atau berproduksi, berumur kurang dari 2 tahun. Tanaman belum
menghasilkan memerlukan pemeliharaan yang baik agar pertumbuhannya subur
dan sehat, sehingga pada waktu yang telah ditetapkan telah dapat dipetik hasilnya.
Pemeliharaan tersebut diantaranya penyulaman, pembuatan rorak, pemberian
mulsa, pengendalian OPT, pemangkasan, dan pemupukan.
DAFTAR PUSTAKA

Ditjenbun. 2006. Statistik Perkebunan Indonesia 2003-2005 Teh. Direktorat


Jenderal Perkebunan. Jakarta. 24 hal

Djoehana, S. 2000. Teh Budidaya dan Pengolahan Pascapanen. Yogyakarta :


Kanisius.

Effendi, D. S., Syakir, M., Yusron, M., &amp; Wiratno. 2010. Budidaya dan
Pasca Panen Teh. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan.
Kementerian Pertanian Badan Penyuluh dan Pengembangan Sumber Daya.

Manusia Pertanian. 2014. Pemeliharaan Tanaman Teh.


http://cybex.pertanian.go.id/materipenyuluhan/detail/9201/pemeliharaan-
tanaman-teh. Diakses pada tanggal 24 Oktober 2018.

PPTK. 2006. Petunjuk kultur teknis tanaman teh. Edisi ketiga. PPTK, Gambung.

Pusat Penelitian Perkebunan Gambung. 1992. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman


Teh. APPPI-Puslitbun Gambung. Bandung.

Radifan, A. 2016. Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis


(L.) O.Kuntze) di Unit Perkebunan Tzmbi PT Tambi, Wonosobo, Jawa
Tengah. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Institur Pertanian
Bogor. Bogor. 76 hal.

Sumanto dan Yuke, O. 2010. Budidaya 12 Tanaman Perkebunan Unggulan.


Penebar Swadaya. Jakarta.

Syakir, M., Dedi S.E., M. Yusron dan Wiratno. 2010. Budidaya dan Pasca Panen
Teh. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan.

Anda mungkin juga menyukai