Disusun oleh :
KELOMPOK 4
PRODI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
Oktober, 2018
I. PENDAHULUAN
Tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O Kuntze) diduga berasal dari Asia
Tenggara. Teh dikenal di Indonesia sejak tahun 1686 dan sampai sekarang
merupakan komoditas ekspor non-migas yang penting. Selain itu, Indonesia
merupakan salah satu penghasil teh kelima terbesar setelah India, China, Sri
Langka dan Kenya (Ditjenbun, 2006)
.Budidaya tanaman teh memerlukan perhatian yang intensif.
Pembudidayaan tanaman teh bertujuan untuk mendapatkan hasil produksi dalam
bentuk daun (vegetatif). Demi mendapatkan hasil yang tinggi dan
berkesinambungan maka fase vegetatif harus dipertahankan selama mungkin.
Semakin panjang masa vegetatif tanaman teh menunjukkan semakin panjang pula
masa produksi tanaman. Peningkatan produksi harus diimbangi dengan kualitas
yang baik, maka perlu diperhatikan aspek teknis dalam pengelolaan perkebunan
yaitu persiapan lahan, pemeliharaan, pemanenan sampai ke bagian pengolahan.
Aspek teknis budidaya yang kurang tepat dan efektif dapat menurunkan
produktivitas dan kualitas tanaman teh (Radifan, 2016)
Sebelum memasuki tahap tanaman menghasilkan (TM) tanaman teh
melewati tahap tanaman belum menghasilkan (TBM). Tanaman belum
menghasilkan merupakan tanaman teh yang baru ditanam masih muda dan
berumur di bawah 2-4 tahun dan belum diambil produksinya. Pemeliharaan pada
TBM merupakan kegiatan yang harus diperhatikan karena berpengaruh terhadap
pertumbuhan vegetatif tanaman. Kegiatan pemeliharaan pada TBM bertujuan
untuk memperpendek masa produktif tanaman serta menjaga kesuburan tanah.
Selain itu tujuan dari pemeliharaan TBM teh adalah membentuk tanaman yang
berpotensi produksi tinggi dengan masa non produktif pendek dan biaya rendah
(Radifan, 2016)
Tahapan pelaksanaan yang dilakukan dalam pemeliharaan tanaman belum
menghasilkan adalah penyulaman, pembuatan rorak, pemberian mulsa,
penyiangan gulma, pemangkasan dan pemupukan. Tanaman TBM perlu
pemeliharaan lebih terutama penyiangan dan pemupukan. Tanah sekitar tanaman
teh belum menghasilkan harus bersih dari gulma supaya tidak terjadi persaingan
hara antara tanaman teh dengan gulma. Pemangkasan pada tanaman belum
menghasilkan bertujuan untuk membentuk perdu dengan kerangka percabangan
yang ideal dan bidang petik yang luas (Pusat Penelitian Teh dan Kina 2006).
II. PEMBAHASAN
Tanaman belum menghasilkan (TBM) adalah tanaman teh yang belum dapat
dipanen atau berproduksi, beumur kurang dari 2 tahun. Tanaman belum
menghasilkan memerlukan pemeliharaan yang baik agar pertumbuhannya subur
dan sehat, sehingga pada waktu yang telah ditetapkan telah dapat dipetik hasilnya.
Dengan pemeliharaan yang baik, akan terbentuk tanaman yang berpotensi tinggi
dengan masa nonproduktif pendek.
A. Penyulaman
Penyulaman pada areal TBM lazim disebut juga sisipan, yaitu mengganti
tanaman yang mati akibat kekeringan, kondisi bibit kurang baik atau rusak pada
waktu penanaman dan gangguan hama dan penyakit dengan bibit atau tanaman
baru. Bibit yang dipakai untuk menyulam adalah bibit terbaik dari klon yang sama
dengan yang disulam. Jika sulaman dari bibit polybag maka harus berumur sama
supaya tumbuhnya seragam.
Penyulaman harus dilakukan secepat mungkin dan terus menerus dilakukan
sampai tanaman berumur 2 tahun. Untuk dapat melakukan penyulaman dengan
baik, dua minggu setelah penanaman perlu dilakukan pemeriksaan terhadap
semua bibit yang telah ditanam. Penyulaman dilakuakan sampai dua bulan
menjelang musim kemarau.
Banyaknya bibit sulaman yang diperlukan pada tahun pertama maksimal
10% dan pada tahun kedua maksimal 5%. Pada tahun ketiga populasi tanaman
menjadi penuh, yaitu pada saat TBM mulai dipersiapkan menjadi tanaman
menghasilkan (TM).
B. Pembuatan Rorak
Rorak adalah lubang – lubang buntu dengan ukuran tertentu yang dibuat
pada bidang olah dan sejajar dengan garis kontur. Pada tanah miring perlu dibuat
rorak yang mengikuti garis kontur. Rorak dibuat di antara 2 – 3 baris tanaman
secara zig-zag dengan ukuran panjang 200 cm, lebar 40 cm, dan dalam 60 cm.
Fungsi rorak sendiri dapat mengurangi bahaya erosi. Apabila rorak telah penuh
dengan tanah dan bahan erosi lainnya, fungsi rorak akan berkurang dan harus
diperbaiki kembali. Rorak perlu dikuras dengan mengangkat endapan yang ada
dan menyebarkan kebagian atas rorak secara merata.
Pengurasan rorak sebaiknya dilakukan tiga kali dalam setahun yaitu pada
awal, pertengahan dan akhir musim hujan. Fungsi rorak pada musim hujan adalah
sebagai kantong-kantong resapan air yang nantinya akan sangat berguna dalam
menghadapi musim kemarau. Rorak dipertahankan selama 2 tahun atau selama
masa TBM.
Menurut Sumanto dan Yuke (2010), rorak antar kontur dibuat berseling.
C. Pemberian Mulsa
Pemberian mulsa merupakan tahap pemeliharaan berikutnya yang
berfungsinya untuk menambah kandungan bahan organik tanah, menekan
pertumbuhan gulma, menekan penguapan tanah, menstabilkan suhu permukaan
tanah dan mengurangi terjadinya erosi. Bahan mulsa dapat berupa sisa pangkasan,
alang-alang, jerami, dan rumput-rumputan. Penyebaran mulsa di permukaan tanah
dengan tidak menyentuh batang tanaman teh karena dikhawatirkan dapat
menyebarkan penyakit. Waktu yang tepat untuk pemberian mulsa adalah saat
musim kemarau.Pemberian mulsa dilakukan dengan cara menghamparkan bahan
mulsa setebal 3-5cm, merata di seluruh permukaan tanah (± 20 ton bahan
segar/ha).
D. Pengendalian OPT
1. Penyiangan Gulma
Pengendalian gulma pada perkebunan teh merupakan salah satu kegiatan
yang penting dalam pemeliharaan tanaman teh. Pada populasi gulma yang tidak
terkendali dapat merugikan tanaman teh karena, menyebabkan terjadinya
persaingan dalam memperoleh unsur hara, air, cahaya matahari, dan ruang
tumbuh. Tujuan pengendalian gulma pada pada pertanaman teh untuk menekan
terjadinya kerugian yang ditimbulkan akibat gulam sehingga diperoleh laju
pertumbuhan tanaman teh dan produksi pucuk yang maksimal.
Effendi, D. S., Syakir, M., Yusron, M., & Wiratno. 2010. Budidaya dan
Pasca Panen Teh. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan.
Kementerian Pertanian Badan Penyuluh dan Pengembangan Sumber Daya.
PPTK. 2006. Petunjuk kultur teknis tanaman teh. Edisi ketiga. PPTK, Gambung.
Syakir, M., Dedi S.E., M. Yusron dan Wiratno. 2010. Budidaya dan Pasca Panen
Teh. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan.