Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM

PESTISIDA DALAM PROTEKSI TANAMAN (PTN306)


PERLAKUAN BENIH MENGGUNAKAN FUNGISIDA

Kelompok 4

Lisaana Sidqin ‘Aliya A24170048


Muhammad Ilham Fadila A24160125
Nur Rahayu Ningsih A34160010
Tia Nofitri A34160035
Zhuhri Azzhuhri A34160069
Nahla Hening Astisiwi A34160085

Dosen
Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, M.Si

Asisten Praktikum
Mahfud Arif Julianto A34150002
Sri Riski Maryani A34150075

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dewasa ini pengendalian penyakit pada tanaman banyak dilakukan dengan


cara preventif. Salah satu bentuk pengendalian secara preventif adalah dengan
melakukan perlakuan khusus pada benih yang akan ditanam di areal budidaya.
Dalam ilmu penyakit tanaman, perlakuan benih bertujuan untuk menghilangkan
sumber infeksi (disinfeksi) dan disinfestasi dari benih akibat berbagai organisme
pathogen tular benih dan tular tanah serta hama gudang. Disinfeksi memiliki
tujuan untuk menghilangkanpatogen yang berada di kulit benih atau di dalam
jaringan benih. Sedangkan disinfestasi bertujuam untuk mematikan cendawan,
bakteri, atau serangga yang berada di permukaan benih tetap belum menginfeksi
permukaan benih. Perlakuan benih juga bertujuan untuk meningkatkan
perkecambahan benih (Justice 2002).
Terdapat beberapa kondisi benih yang perlu diberikan perlakuan benih,
antara lain, terdapatnya luka pada kulit benih yang dapat meningkatkan aktivitas
cendawan untuk memasuki benih dan mematikan benih atau melemahkan
kecambah, benih yang ditanam pada lingkungan yang tidak sesuai seperti tanah
terlalu lembab maupun daerah yang sangat kering sehingga dapat memicu
pertumbuhan dan perkecambahan spora cendawan yang dapat menyerang dan
merusak benih, benih yang diberi perlakuan merupakan benih yang sangat rentan
terhadap serangan pathogen tular tanah pada masa perkecambahannya sehingga
perlu untuk dilindungi agar pathogen tidak merusak benih dan tidak mengganggu
perkecambahannya.
Perlakuan benih terdiri dari tiga perlakuan yaitu perlakuan fisik, perlakuan
kimia, dan perlakuan biologis. Salah satu upaya untuk mengurangi kerusakan
akibat patogen benih, perlu dilakukan pengujian kesehatan benih selanjutnya
dilakukan teknik pengendalian yang tepat. Salah satu teknik pengendalian patogen
benih adalah perlakuan pendahuluan sebelum penaburan. Senyawa kimia yang
digunakan untuk mencegah/mematikan patogen benih antara lain fungisida
benomil dan natrium hipoklorit (NaClO) (Schmidt 2000). Benomil 3,5 gr/liter dan
larutan hipoklorit 1,25% efektif menekan perkembangan cendawan Aspergillus
flavus pada benih kacang tanah (Sutopo 2002).

Tujuan

Praktikum ini bertujuan mengevaluasi keefektifan fungisida sistemik untuk


mengendalikan cendawan patogen terbawa benih.
BAHAN DAN METODE
Tempat dan waktu

Praktikum dilaksanakan pada hari Selasa, 30 April 2019 pukul 07.00


sampai 10.00 di Laboratorium Pendidikan Proteksi Tanaman, Proteksi Tanaman,
Institut Pertanian Bogor

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan yaitu cawan petri, baki, pinset, dan gelas ukur. Bahan
yang digunakan yaitu benih mentimun, tanah steril, suspensi cendawan patogen
Pythium sp., akuades, kertas bloter, dan fungisida Propineb 70%.

Metode

Benih mentimun diberi perlakuan fungisida sistemik dalam bentuk tepung


dan diletakkan pada kertas bloter dalam ruang lembab. Macam konsentrasi
fungisida yang dilakukan yaitu 0.25%, 0.5%, 1%, dan 2%. Setelah diberi
perlakuan, benih diinkubasi 12 jam atau sampai berkecambah. Media tanam
disiapkan, media berupa tanah steril dalam baki dengan ketebalan sekitar 4 cm.
Suspensi cendawan patogen Pythium sp. diencerkan 10-2 secara bertahap (1 cawan
petri biakan penuh ditambah 100 ml akuades). Suspensi patogen yang sudah
diencerkan kemudian disiram di media tanah steril. Benih hasil inkubasi yang
sudah berkecambah kemudian ditanam di media tumbuh yang sudah disiapkan
tersebut. Untuk kontrol negatif, media tumbuh tidak disiram suspensi cendawan
patogen dan juga tidak diberi perlakuan fungisida. Untuk kontrok positif, media
tumbuh hanya disiram suspesi cendawan patogen saja tanpa diberi perlakuan
fungisida. Pengamatan dilakukan terhadap persentase kecambah yang mati baik
pada perlakuan maupun kontrol.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil

Tabel 1 Daya berkecambah benih mentimun terhadap perlakuan fungisida dengan


konsentrasi yang berbeda
Perlakuan Daya berkecambah (%) Rata-rata
(konsentrasi) Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 DB (%)
Kontrol (+) 80 100 80 86.7
Kontrol (-) 100 100 100 100.0
0.25 100 80 80 86.7
0.50 100 100 80 93.3
1.00 100 80 100 93.3
2.00 100 100 100 100.0

Pembahasan

Uji keefektifan fungisida dengan metode perendaman benih yang dilakukan


menggunakan 4 konsentrasi dan kontrol dengan 3 kali ulangan. Persentase daya
berkecambah pada kontrol dan perlakuan diperoleh dengan cara membagi jumlah
total benih berkecambah dengan total benih yang diamati dan dikali 100%. Hasil
pengamatan menunjukkan hasil perlakuan kosentrasi 2.00 didapatkan daya
kecambah 100%, perlakuan kosentrasi 1.00 daya kecambah sebesar 93,33%,
sedangkan ketika konsentrasi 0.50 daya kecambah sebesar 93,33%, perlakuan
kosentrasi 0.25 daya kecambah yaitu 86.66%. Hasil pada perlakuan kontrol positif
daya kecambah sebesar 86.67% sedangkan perlakuan kontrol negatif daya
kecambah sebesar 100%.
Hasil ini menunjukkan perlakuan fungsida dapat mengurangi daya
kecambah benih tetapi daya kecambah yang dihasilkan masih tergolong tinggi.
Hasil daya kecambah terkecil sebesar 86.67% sedangkan daya kecambah terbesar
yaitu 100%. Hal tersebut sesuai dengan literatur bahwa bahan aktif yang terdapat
pada fungisida menyebabkan kulit benih menjadi lunak karena benih kehilangan
lapisan yang kedap air dan gas, sehingga benih dapat berkecambah lebih cepat
(Melasari 2016). Tanaman tidak menunjukkan adanya gejala serangan cendawan
patogen, hal ini menunjukkan penggunaan pestisida dapat menekan infeksi
cendawan patogen terbawa benih.

SIMPULAN

Keefektifan fungisida sistemik untuk mengendalikan cendawan patogen


terbawa benih yang dilakukan efektif bagi patogen, dimana hasil yang diperoleh
menunjakan bahwa tidak adanya tanaman yang bergejala dan daya berkecambah
yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Melasari N. 2016. Metode pematahan dormansi untuk meningkatkan viabilitas


benih kecipir (Psophocarpus tetragonolobus L.) aksesi Cilacap [skripsi].
Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.
Schmidt L. 2000. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan
Subtropis. Danida Forest Seed Center.
Sutopo L. 2000. Teknologi Benih. Jakarta(ID): PT. Radja Persada.
Justice LO, Bass LN. 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. Jakarta(ID):
PT. Rajagrafindo.

Anda mungkin juga menyukai