Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN


PENGARUH KEMASAN PLASTIK DENGAN BERBAGAI JUMLAH
VENTILASI PADA PRODUK PERTANIAN / HORTIKULTURA

Disusun oleh :
Nama : Nurwajian Kamal
Nim : 16419010
Kelompok : 2 (dua)

Dosen pengampu:
Nurmiati,S.Tp.M.Si

JURUSAN AGROINDUSTRI
POLITEKNIK NEGERI FAKFAK
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Produk holtikultura merupakan produk yang mudah rusak. Produk yang


telah dipanen mengalami berbagai macam bentuk stress seperti hilangnya suplai
nutrisi, proses panen yang banyak menimbulkan pelukaan berarti, pengemasan dan
transportasi yang sering menyebabkan kerusakan mekanis lebih lanjut, hambatan
ketersedian CO2 dan O2, hambatan regim suhu.

Penanganan pasca panen perlu dilakukan bertujuan memberikan


penampilan yang baik dan kemudahan-kemudahan bagi masyarakat memberikan
perlindungan produk dari kerusakan dan memperpanjan masa simpan. Masalah
mendasar yang masih dihadapi oleh petani adalah kerusakan sayur dan buah setelah
pasca panen. Komoditas buah-buahan dan sayuran sangat mudah mengalami
kerusakan ketika dipanen dari pohonnya karena proses respirasi dan transpirasi
pada buah terjadi. Untuk menghambat proses tersebut perlu adanya teknik dimana
dalam mengurangi proses terjadinya laju transpirasi pada buah dan sayuran.

Cara yang paling efektif untuk menurunkan laju respirasi adalah dengan
menurunkan suhu produk namun demikian beberapa cara tambahan dari cara
pendinginan tersebut dapat meningkatkan efektifitas penurunan laju respirasi.
Penanganan pasca panen buah dan sayuran seperti Indonesia belum mendapat
perhatian yang cukup. Hal ini terlihat dari kerusakan-kerusakan pasca panen
sebesar 25% - 28%. Oleh sebab itu agar produk holtikultura terutama buah-buahan
dan sayuran dapat sampai ke tangan konsumen dalam kondisi baik perlu
penanganan pasca panen yang benar dan sesuai. Penanganan pasca panen yang
baik, maka kerusakan-kerusakan yang timbul dapat diperkecil bahkan dihindari,
sehingga kerugian di tingkat konsumen dapat ditekan. Penanganannya dengan
pendinginan, sortasi, pencucian, degreening (penghilangan warna hijau) dan
perbaikan warna, pelapisan lilin, fumigasi, pengemasan dan penyimpanan.
Selanjutnya perlu pula diketahui bagaimana upaya-upaya yang mungkin
dapat dilakukan untuk mengurangi terjadinya kerusakan tersebut sehingga
kalaupun tejadi kerusakan terjadinya sekecil mungkin.

1.2 Tujuan Praktikum

1. Mengetahui pengaruh penggunaan kemasan plastik pada pengemasan buah


dan sayur segar.
2. Memahami pengaruh pemberian ventilasi pada kemasan plastik pada
pengemasan buah dan sayur.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hortikultura

Produk hortikultura merupakan produk yang sangat mudah rusak sehingga


dalam penanganan pasca panennya perlu adanya pengaturan agar produk tetap
segar apabila dikirim kepada distributor. Menyimpan produk sayuran yang paling
sederhana adalah dengan menempatkan bahan di tempat yang bersih, kering, dan
kelembaban lingkungan yang sama dengan kelembaban bahan. Cara ini ditempuh
untuk menghindari kehilangan kandungan air bahan secara berlebihan. Proses
pembusukan pada sayuran dan buah, dapat dihindari dengan menyimpan bahan
dalam keadaan permukaan kulitnya kering. Kering disini artinya permukaan kulit
bebas dari air permukaaan yang menempel (Dwiari, 2010).

Selain penyimpanan dengan menggunakan metode pengemasan dengan


plastik dan dengan cara sederhana dalam usaha memperpanjang daya simpan
produk juga dengan cara penyimpanan hipobarik. Penyimpanan hipobarik
dilakukan didalam ruang vakum yang berhubungan dengan udara yang
mengandung air jenuh sehingga bermanfaat mempertahankan tingkat oksigen
dalam buah dan kehilangan air pada buah karena dapat menurunkan tekanan parsial
pada oksigen dan pada buah yang lain dapat menekan produksi gas etilen.
Pemanfaatan berbagai teknologi akan memerlukan biaya yang cukup mahal tetapi
bagi petani yang tidak memiliki biaya cukup dalam proses penyimpanan dapat
menerapkan cara yang sederhana agar menekan biaya produksi produk (Choviya,
2011).

Pengemasan yang sering dilakukan dalam produk hortikultura adalah


teknologi penyimpanan dengan controlled atmosfer (CA) dan modifikasi atmosfer
packing (MAP) yang bertujuan dalam menekan laju respirasi pada buah sehingga
buah lebih segar dalam proses pengirimannya. Metode MAP biasanya digunakan
plastik polietilen dalam setiap kemasan produk hortikultura karena dapat menekan
CO2 dan O2 didalam kemasan tetapi meskipun plastik polietilen ini memiliki
permeabilitas yang cukup tinggi tetapi tidak cocok pada kemasan yang tertutup.
Penggunaan berbagai sistem penyimpanan dapat menghambat dalam proses
percepatan pembusukan sehingga buah yang dipetik dapat bertahan lama ketika
disimpan (Rosalina, 2011).

Produk buah yang disimpan pada suhu rendah maka buah akan terlihat
lebih pucat karena buah mengalami kesetimbangan akibat kekurangan O2 sehingga
terjadi perubahan proses kimia yaitu fermentasi yang menyebabkan buah
mengeluarkan air dalam tubuhnya sehingga cahaya memantul karena adanya
lapisan air pada permukaan buah. Selain perubahan secara visual buah akan
berubah warna akibat perlakuan suhu rendah. Dalam melakukan penyimpanan
penting diketahui karakteristik buah yang akan disimpan sehingga komposisi
atmosfer tepat dan tidak berdampak buruk bagi buah dan memiliki daya simpan
yang lebih lama daripada buah yang tidak diperlakukan dengan kondisi tersebut
(Sugiarto, 2012). Pengemasan adalah melindungi barang segar dari pengaruh
lingkungan (sinar matahari, kelembaban) dan dari pengaru-pengaruh lain.

2.2 Fungsi Kemasan

Fungsi kemasan sekarang tidak hanya untuk melindungi produk dari


kerusakan, namun kemasan pun harus mampu menarik perhatian konsumen baik
kenyamanan dalam membawa, membuka, menutup dan menyimpan kemasan
tersebut. Menurut Suyitno Kamarjani (1996:6-7) menyebutkan beberapa fungsi
kemasan sebagai berikut:

1. Melindungi produk dari kerusakan fisik dan kontaminasi sehingga dengan


demikian dapat sampai ke konsumen dalam keadaan baik.
2. Sebagai alat penakar dan memberikan kemudahan kemudahan bagi
konsumen mengenai pemakaian, penyimpanan, dibuka, dan ditutup
kembali, serta mudah pula untuk dibuang atau dimanfaatkan lagi.
3. Sebagai alat promosi, desain, bentuk, corak dan warna yang menarik
sehingga produk tersebut memiliki kemampuan untuk menjajakan diri
sendiri
4. Sebagai media informasi dari pihak produsen kepada konsumen mengenai
nama dan alamat produsen dan pernyataan yang sudah rusak.

Sedangkan menurut William M.Pride dan O.C Farrel dalam Daniel


Wirajaya (1996:6-7) mengatakan bahwa fungsi kemasan adalah sebagai berikut:

a. Dapat mempertahankan dan melindungi produk


b. Memberikan kenyamanan kepada para konsumen
c. Mempromosikan produk dengan mempromosikan ciri-ciri penggunaan,
manfaat dan citra produk.

Fungsi kemasan menurut Philip Kotler dalam Hendra Teguh dan Ronny A.
Rusli (1997:77) adalah : Memberikan perlindungan superior, memperkenalkan
suatu cara membuka yang baru, memberikan indikasi tertentu dari produk dan
perusahaan menggambarkan mutu tertentu dari produk atau perusahaan atau suatu
fungsi yang lain lagi.

Pengemasan berfungsi untuk pemuatan produk pada suatu wadah,


perlindungan produk, kegunaan dan informasi. Keperluan transportasi, pengemasan
berfungsi untuk pemuatan dan perlindungan. Pengemasan eceran (retail) lebih
dititik beratkan pada fungsi kegunaan dan informasi produk. Buah yang akan
diangkut dapat dikemas menggunakan berbagai jenis kemasan, seperti karung goni,
kardus, keranjang plastik atau bambu, tray dari stirofoam dan plastik film, dan peti
kayu. Disamping itu, terdapat juga jenis kemasan yang khas sentra produksi buah,
misalnya kemasan karung anyaman bambu (sumpit) (Peleg, 2011).

Demikian pula yang dikemukakan oleh Winardi (1993:205) bahwa fungsi


kemasan adalah sebagai berikut:

a. Untuk melindungi benda perniagaan yang bersangkutan dengan kerusakan-


kerusakan dari saat produksi, sampai saat benda tersebut dikonsumsi.
b. Untuk memudahkan pengerjaan dan pernyimpanan benda-benda perniagaan
tersebut oleh para perantara dan para konsumen.
c. Guna membantu menjual produk yang bersangkutan.

Apabila sebuah kemasan tidak dapat memenuhi salah satu fungsi di atas,
maka kemasan tersebut tidak dapat dikatakan telah memenuhi keinginan dan
kebutuhan konsumen, sehingga kemasan tersebut tidak dapat diterima oleh
konsumen dan minat membeli konsumen terhadap suatu produk pun akan menurun,
sehingga akhirnya akan menurunkan keuntungan perusahaan.

Dari pendapat diatas, maka fungsi kemasan selain mempertahankan dan


melindungi produk serta harus mampu memberikan informasi baru dari produsen
ke konsumen. Kemasan juga harus dapat memberikan kenyamanan kepada
konsumen baik kenyamanan dalam membawa, membuka, menutup dan menyimpan
produk tersebut

2.3 Jenis-Jenis Bahan Pengemasan

Pemilihan bahan dalam pengemasan disesuaikan dengan jenis produk yang


akan kita hasilkan. Apakah produk tersebut termasuk olahan basah, kering, atau
lainnya. Pengemasan yang baik tentu akan meningkatkan estetika produk, sehingga
konsumen tertarik untuk membelinya. Selain itu juga dapat menjaga kualitas suatu
produk dari udara luar yang menyebabkan produk cepat basi, kotor, dan mlempem.
Ragam kemasan makanan tradisional yang sering dijumpai seperti kemasan dengan
menggunakan daun pisang, kelobot jagung (pelepah daun jagung), daun
kelapa/enau (aren), daun jambu air dan daun jati. Sedangkan secara modern, jenis
bahan kemasan dapat berupa: kertas, alumunium foil, film, dan plastik.

2.3.1 Kemasan Plastik

Plastik merupakan kemasan makanan yang sangat populer dan menjadi


pilihan bagi konsumen.Sejak ditemukan oleh seorang peneliti dari Amerika Serikat
pada tahun 1968 yang bernama John Wesley Hyatt, plastik menjadi pilihan bagi
dunia industry dan berkembang secara luar biasa penggunaannya dari hanya
beberapa ratus ton pada tahun 1930-an, menjadi 220 juta ton/tahun pada tahun 2005
(Kadir, 2012).
Plastik mempunyai karakteristik mudah dibentuk, tahan lama (durable), dan
dapat mengikuti trend permintaan pasar. Plastik telah mampu menggeser
kedudukan bahan - bahan tradisional dimana permintaan dari tahun ke tahunnya
selalu menunjukkan peningkatan. Kelebihan dari kemasan plastik yang ringan,
fleksibel, multiguna, kuat,tidak berkarat, dapat diberi warna dan harganya yang
murah seakan membutakan masyarakat tentang dampak yang ditimbulkan, seperti
terjadinya perpindahan zat - zat penyusun dari plastik ke dalam makanan, terutama
jika makanan tersebut tidak cocok dengan plastik yang mengemasnya. Zat-zat
penyusun tersebut cukup tinggi potensinya untuk menimbulkan pen
yakit kanker pada manusia (Koswara, 2006).
Jenis - jenis plastik menurut Koswara (2006) adalah sebagai berikut :
1. PET
Polyethylene Terephthalate Biasanya, pada bagian bawah kemasan botol
plastik, tertera logo daurulang dengan angka 1 di tengahnya dan tulisan
PETE atau PET (polyethylene terephthalate) di bawah segitiga. Dalam
pertekstilan PET biasa disebut dengan polyester. Biasa dipakai untuk botol
plastik yang jernih/transparan/tembus pandang seperti botol air mineral,
botol jus, dan hampir semua botol minumanlainnya. Tidak untuk air hangat
apalagi panas. Untuk jenis ini, disarankan hanya untuk satu kali penggunaan
dan tidak untuk mewadahi pangan dengan suhu lebih besar dari 600̊̊C, hal
ini akan mengakibatkan lapisan polimer pada botol tersebut akan meleleh
dan mengeluarkan zat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker).
2. HDPE
High Density Polyethylene
a. Umumnya, pada bagian bawah kemasan botol plastik, tertera logo
daur ulangdengan angka 2 di tengahnya, serta tulisan HDPE (high
density polyethylene) di bawah segitiga.
b. Biasa dipakai untuk botol susu yang berwarna putih susu, galon air
minum,dan lain-lain.
c. HDPE merupakan salah satu bahan plastik yang aman untuk
digunakan karena kemampuan untuk mencegah reaksi kimia antara
kemasan plastic berbahan HDPE dengan makanan/minuman yang
dikemasnya.
d. HDPE memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras hingga
semifleksibel, buram dan lebih tahan terhadap bahan kimia dan
kelembapan,melunak pada suhu 750̊̊ C.
3. PVC
Polyvinyl Chloride Tertera logo daur ulang (terkadang berwarna
merah) dengan angka 3 di tengahnya,V itu berarti PVC (polyvinyl chloride),
yaitu jenis plastik yang paling sulit didaur ulang.
a. Plastik ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap),
dan botol-botol, sulit di daur ulang.
b. PVC mengandung DEHA yang dapat bereaksi dengan makanan
yang dikemas dengan plastik berbahan PVC ini saat bersentuhan
langsung dengan makanan tersebut karena DEHA lumer pada suhu
150̊̊ C.
c. Reaksi yang terjadi antara PVC dengan makanan yang dikemas
dengan plastik ini berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati dan berat
badan.
d. Plastik jenis ini sebaiknya tidak untuk mewadahi pangan yang
mengandung lemak/minyak, alkohol dan dalam kondisi panas.
e. Sebaiknya mencari alternatif pembungkus makanan lain yang tidak
mengandung bahan pelembut, seperti plastik yang terbuat dari
polietilena atau bahan alami (daun pisang misalnya).
4. LDPE
Low Density Polyethylene Tertera logo daur ulang dengan angka 4 di
tengahnya, serta tulisan LDPE (low density polyethylene) yaitu plastik tipe
cokelat (thermoplastic/dibuat dari minyak bumi), biasa dipakai untuk
tempat makanan, plastik kemasan, dan botol-botol yang lembek.
a. Sifat mekanis jenis plastik LDPE adalah kuat, fleksibel, kedap air
tetapi tembus cahaya, fleksibel dan permukaan agak berlemak.
Melunak pada suhu 700̊̊ C.
b. Barang berbahan LDPE ini sulit dihancurkan, tetapi tetap baik untuk
tempat makanan karena sulit bereaksi secara kimiawi dengan
makanan yang dikemas dengan bahan ini.
5. PP (Polypropylene)
a. Tertera logo daur ulang dengan angka 5 di tengahnya, serta tulisan
PP PP(polypropylene) adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik,
terutama untuk yang berhubungan dengan makanan dan minuman
seperti tempat menyimpan makanan, botol minum dan terpenting
botol minum ntuk bayi.
b. Karakteristik adalah biasa botol transparan yang tidak jernih atau
berawan,keras tetapi fleksibel. Polipropilen lebih kuat dan ringan
dengan daya tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik
terhadap lemak, minyak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup
mengkilap. Melunak pada suhu 1500 derajat Celcius.
c. Carilah dengan kode angka 5 bila membeli barang berbahan plastik
untuk menyimpan kemasan berbagai makanan dan minuman.
6. PS (Polystyrene)
a. Tertera logo daur ulang dengan angka 6 di tengahnya, serta tulisan
PS PS(polystyrene) ditemukan tahun 1839, oleh Eduard Simon,
seorang apotekerdari Jerman, secara tidak sengaja.
b. Terdapatdua macam PS, yaitu yang kaku dan lunak/berbentukfoam.
c. PS yang kaku biasanya jernih seperti kaca, kaku, getas, mudah
terpengaruh lemak dan pelarut (seperti alkohol), mudah dibentuk,
melunak pada suhu 950C. Contoh : wadah plastik bening berbentuk
kotak untuk wadah makanan.
d. PS yang lunak berbentuk seperti busa, biasanya berwarna putih,
lunak, mudah terpengaruh lemak dan pelarut lain (seperti alkohol).
Bahan ini dapat melepaskan styrene jika kontak dengan pangan.
Contohnya yang sudah sangat terkenal styrofoam.Biasanya
digunakan sebagai wadah makanan atau minuman sekali pakai.
e. Kemasan Styrofoam sebaiknya tidak digunakan dalam microwave.
f. Kemasan Styrofoam yang rusak/berubah bentuk sebaiknya tidak
digunakan untuk mewadahi makanan berlemak/berminyak terutama
dalam keadaan panas.
g. Polystyrene merupakan polimer aromatik yang dapat mengeluarkan
bahan styrene ke dalam makanan ketika makanan tersebut
bersentuhan.
h. Selain tempat makanan,styrene juga bisa didapatkan dari asap
rokok, asap kendaraan dan bahan konstruksi gedung.
i. Bahan ini harus dihindari, karena selain berbahaya untuk kesehatan
otak, mengganggu hormonestrogen pada wanita yang berakibat pada
masalah reproduksi, dan pertumbuhan dan sistem syaraf, juga
karena bahan ini sulit didaur ulang.Pun bila didaur ulang, bahan ini
memerlukan proses yang sangat panjang dan lama.
j. Bahan ini dapat dikenali dengan kode angka 6, namun bila tidak
tertera kode angka tersebut pada kemasan plastik, bahan ini dapat
dikenali dengan cara dibakar (cara terakhir dan sebaiknya dihindari).
Ketika dibakar, bahan ini akan mengeluarkan api berwarna kuning-
jingga, dan meninggalkan jelaga.
7. OTHER
a. Tertera logo daur ulang dengan angka 7 di tengahnya, serta tulisan
OTHER Other (SAN/styrene acrylonitrile, ABS-acrylonitrile
butadiene styrene, PC-polycarbonate, Nylon).
b. Dapat ditemukan pada tempat makanan dan minuman seperti botol
minum olahraga, alat-alat rumah tangga, peralatan makan bayi dan
plastik kemasan.
c. PC, Polycarbonate dapat ditemukan pada botol susu bayi, gelas anak
batita (sippy cup).
d. Dapat mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol -A ke dalam
makanan dan minuman yang berpotensi merusak sistem hormon,
kromosom pada ovarium, penurunan produksi sperma, dan
mengubah fungsi imunitas.
e. Dianjurkan untuk tidak dipergunakan untuk tempat makanan
ataupun minuman karena Bisphenol - A dapat berpindah ke dalam
minuman atau makanan jika suhunya dinaikkan karena pemanasan.
Untuk mensterilkan botol susu, sebaiknya direndam saja dalam air
mendidih dan tidak direbus atau dipanaskan dengan microwave.
Botol yang sudah retak sebaiknya tidak digunakan lagi.
f. SAN dan ABS memiliki resistensi yang tinggi terhadap reaksi kimia
dan suhu, kekuatan, kekakuan, dan tingkat kekerasan yang telah
ditingkatkan.
g. Biasanya terdapat pada mangkuk mixer, pembungkus termos,
piring, alat makan, penyaring kopi.
h. SAN dan ABS merupakan salah satu bahan plastik yang sangat baik
untuk digunakan.
2.3.2 Kemasan Kertas / Karton
Kertas terbuat dari bahan berserat yang berasal dari pulp. Pulp yang
digunakan telah diproses terlebih dahulu sebelum dijadikan sebagai bahan
pembuatan kertas, seperti dilakukan pengeringan. Beberapa bahan yang
salingmenempel dan saling menjalin juga tambahkan dalam proses pembuatan
kertas, serta serat alam yang digunakan adalah serat yang mengandung selulosa dan
hemiselulosa. Kertas HVS merupakan singkatan dari Houtvrij Schrifpapier (Bahasa
Belanda) yang memiliki arti kertas tulis yang bebas serat. Pada dasarnya manusia
menggunakan kertas dalam berkegiatan sehari-sehari, yang membuat konsumsi
kertas menjadi besar (Syaftyningsih, 2012)

Menurut The Technical Association of the Pulp and Paper Industry


(TAAPI) dalam Technical Information Papeer (TIP) 0404-36 Paper Grade
Classification membuat standar yang berdasarkan pertimbangan kegunaan dari
kertas dan jensi pulp. Ada 10 jenis kertas yang digolongkan di dalamnya, yaitu:

1. Kraft Paper, jenis kertas ini harfiahnya adalah kertas kuat. Gramatur
berkisar antara 50 gr/m2 dan 134 gr/m2. Pulp kertas yang dipakai bisa
melalui proses pemutihan atau tidak. Bila tidak diputihkan maka
berwarna coklat.
2. Coated Woodfree, jenis kertas ini juga mengandung kurang 10% pulp
mekanis, tetapi mempunyai lapisan pigmen baik dua sisi atau satu sisi.
Di USA kertas ini disebut kertas coated dengan tingkat kecerahan
berkisar dari 88% sampai dengan 96%. Gramatur pada umumnya
berkisar 70 g/m2 6 sampai 150 g/m2. Kegunaan paling umum adalah
untuk majalah, buku, majalah komersial dengan mutu yang tinggi dan
mahal karena tingkat kecerahan yang relatif tinggi dibanding kertas
uncoated groundwood.
3. Bleached Paperboard, Pulp kertas yang dipakai adalah untuk membuat
box, dan kertas karton susu. Gramatur bervariasi mulai dari 200 gr/m2
sampai dengan 500 gr/m2.
4. Market Pulp, Pulp atau bubur kertas juga dikategorikan sebagai kertas
yang dibagi jenisnya berdasarkan jenis kayu, proses pembuatan, dan
proses pemutihan. Bubur kertas dijual dalam bentukan lembaran, bal,
dan juga gulungan. 5. Tissue, bubur kertas yang dipakai untuk tisu
adalah pulp kimia yang di bleach dengan tambahan bisa 50 atau lebih
pulp mekanis. Gramatur mempunyai rentang dari 13 gr/m2 sampai
dengan 75 gr/m2.
5. Uncoated Groundwood, kertas yang tidak mempunyai lapisan pigmen
dan diproduksi menggunakan pulp mekanis, bubur kertas yang
diproduksi tanpa proses kimiawi. Kurang lebih 80% kertas jenis ini
adalah kertas koran. Gramatur (berat kertas dalam gram per satu meter
persegi) adalah 24-75 g/m2, dengan kertas koran dari 38 g/m2 sampai
52 g/m2.
6. Coated Groundwood, kertas jenis ini paling tidak mempunyai 10% pulp
mekanis (umumnya 50-55% groundwood) dengan sisanya
menggunakan pulp kimia. Umumnya kertas ini berwarna kekuningan
karena banyak pulp mekanis dan mempunyai gramatur dari 45 g/m2
sampai 130 g/m2.
7. Uncoated Woodfree, kertas jenis ini mempunyai kandungan pulp
mekanis lebih rendah dari 10% umumnya bisa 0% dan tidak mempunyai
lapisan pigmen sama sekali.
8. MG Kraft Specialties, kertas jenis ini mempunyai permukaan dengan
penampakan yang licin dan seperti kaca, dimana kertas tersebut
diproduksi diatas mesin yang mempunyai silinder pengering atau
pemanas yang diameternya sangat besar.
9. Recycled Paperboard, kertas yang menggunakan pulp dari kertas daur
ulang.
10. Unbleached Paperboard, kertas karton ini tidak diputihkan dengan
bleaching dan diproduksi dari pulp kimia dengan serat non-recycle.
Berat gramatur umumnya 130 gr/m2 sampai dengan 450 g/m2.

2.2.3 Kemasan Gelas

Gelas adalah benda yang transparan, lumayan kuat, biasanya tidak


bereaksidengan barang kimia, dan tidak aktif secara biologi yang bisa
dibentuk denganpermukaan yang sangat halus dan kedap air. Oleh karena
sifatnya yang sangat ideal gelas banyak digunakan di banyak bidang kehidupan.
Tetapi gelas bisa pecah menjadi pecahan yang tajam. Sifat kaca ini bisa
dimodifikasi dan bahkan bias diubah seluruhnya dengan proses kimia atau
dengan pemanasan (Fellows, 2000).

2.3.4 Kemasan Logam

Logam adalah bahan pengemas yang paling serbaguna. Logam menawarkan


kombinasi dari keamanan fisik, dapat dibentuk, sebagai unsur dekoratif, dapat
didaur ulang dan dapat diterima oleh masyarakat. Dua jenis logam yang paling
banyak digunakan yaitu aluminum dan baja (Marsh et al., 2007). Kemasan pangan
berbahan dasar logam memiliki pengertian kemasan yang menggunakan logam
untuk dijadikan bahan pelindung pangan (Yuyun, 2011). Bahan kemasan logam
yang dimaksud adalah bahan logam yang menggunakan bahan tembaga, perak dan
emas atau campuran dari bahan-bahan tersebut. Karena emas relatif mahal, maka
digunakan bahan dari timah, seng, kuningan dan besitahan karat (stainless steel).
Bahan kemasan dari stainless steel banyak digunakan dalam industri pangan
karena bahan ini hampir tidak bereaksi dengan bahan pangan (Kamuni, 2014).
Keuntungan wadah kaleng untuk bahan makanan dan minuman adalah
mempunyai kekuatan mekanik yang tinggi, barrier (pelindung/penahan) yang baik
terhadap gas, uap air, jasad renik, debu dan kotoran sehingga cocok untuk kemasan
hermetic, toksisitasnya relatif rendah meskipun ada kemungkinan migrasi unsur
logam ke bahan yang dikemas dan tahan terhadap perubahan-perubahan atau
keadaan suhu yang ekstrim (Anonim, 2010).
Aluminium foil adalah jenis bahan kemasan yang terbuat dari aluminium
yang dibentuk menjadi lembaran tipis dan padat dengan ketebalan <0.15 mm.
Ketebalan aluminium foil berpengaruh pada sifat protektifnya. Jika ketebalan
kurang maka aluminium foil dapat dilalui oleh gas dan uap. Aluminium foil
memiliki sifat hermetis, fleksibel dan tidak tembus cahaya. Kemasan ini dapat
digunakan untuk mengemas bahan-bahan yang berlemak dan bahan yang peka
terhadap cahaya seperti margarin dan yogurt. Dalam industri minuman kemasan
aluminum foil digunakan untuk pelapis kemasan yang dikombinasikan dengan
plastik. Kombinasi aluminium foil dengan bahan kemasan lain menghasilkan
kemasan baru yang disebut retort pouch. Kaleng dengan lapisan timah yang tebal
digunakan untuk mengalengkan bahan makanan yang mempunyai daya korosif
lebih tinggi (Sutrisno, 2013)
Menurut Julianti dan Nurminah (2006), Kemasan dapat diklasifikasikan
berdasarkan beberapa hal atau beberapa cara yaitu sebagai berikut :

1. Klasifikasi kemasan berdasarkan frekwensi pemakaian:


a. Kemasan sekali pakai (disposable), yaitu kemasan yang langsung
dibuang setelah dipakai, seperti kemasan produk instant, permen,
dll.
b. Kemasan yang dapat dipakai berulangkali (multitrip) dan biasanya
dikembalikan ke produsen, contoh : botol minuman, botol kecap,
botol sirup.
c. Kemasan atau wadah yang tidak dibuang atau dikembalikan oleh
konsumen (semi disposable), tapi digunakan untuk kepentingan lain
oleh konsumen, misalnya botol untuk tempat air minum dirumah,
kaleng susu untuk tempat gula, kaleng biskuit untuk tempat kerupuk,
wadah jam untuk merica dan lain-lain.
2. Klasifikasi kemasan berdasarkan struktur sistem kemasan (kontak produk
dengan kemasan) :
a. Kemasan primer, yaitu kemasan yang langsung bersentuhan dengan
produk yang di bungkusnya,
b. Kemasan sekunder, yang tidak bersentuhan langsung dengan
produknya akan tetapi membungkus produk yang telah dikemas
dengan kemasan primer,
c. Kemasar tersier dan kuartener yaitu kemasan untuk mengemas
setelah kemasan primer atau sekunder.
3. Klasifikasi kemasan berdasarkan sifat kekakuan bahan kemasan :
a. Kemasan fleksibel yaitu bahan kemasan yang mudah dilenturkan
tanpa adanya retak atau patah. Misalnya plastik, kertas dan foil,
b. Kemasan kaku yaitu bahan kemas yang bersifat keras, kaku, tidak
tahan lenturan, patah bila dibengkokkan relatif lebih tebal dari
kemasan fleksibel. Misalnya kayu, gelas dan logam,
c. Kemasan semi kaku/semi fleksibel yaitu bahan kemas yan memiliki
sifat-sifat antara kemasan fleksibel dan kemasan kaku. Misalnya
botol plastik (susu, kecap, saus), dan wadah bahan yang berbentuk
pasta.
4. Klasifikasi kemasan berdasarkan sifat perlindungan terhadap lingkungan :
a. Kemasan hermetis (tahan uap dan gas) yaitu kemasan yang secara
sempurna tidak dapat dilalui oleh gas, udara atau uap air sehingga
selama masih hermetis wadah ini tidak dapat dilalui oleh bakteri,
kapang, ragi dan debu. Misalnya kaleng, botol gelas yang ditutup
secara hermetic,
b. Kemasan tahan cahaya yaitu wadah yang tidak bersifat transparan,
misalnya kemasan logam, kertas dan foil. Kemasan ini cocok untuk
bahan pangan yang mengandung lemak dan vitamin yang tinggi,
serta makanan hasil fermentasi,
c. Kemasan tahan suhu tinggi, yaitu kemasan untuk bahan yang
memerlukan proses pemanasan, pasteurisasi dan sterilisasi.
Umumnya terbuat dari logam dan gelas.

Klasifikasi kemasan berdasarkan tingkat kesiapan pakai (perakitan):

a. Wadah siap pakai yaitu bahan kemasan yang siap untuk diisi dengan bentuk
yang telah sempurna. Contoh : botol, wadah kaleng dan sebagainya.
b. Wadah siap dirakit / wadah lipatan yaitu kemasan yang masih memerlukan
tahap perakitan sebelum diisi. Misalnya kaleng dalam bentuk lembaran
(flat) dan silinder fleksibel, wadah yang terbuat dari kertas, foil atau plastik.

Pengemasan mengurangi kehilangan lembab karena mencegah dehidrasi,


terutama bila digunakan bahan penghalang lengas uap air. Hal ini keuntungan dari
pengemasan untuk konsumsi yang dapat memperpanjang umur ketahanan komoditi
yang bersangkutan. Bungkus plastik menimbulkan udara termodifikasi yang
menguntungkan yaitu udara yang telah mengalami perubahan yang menghambat
pematangan dan memperpanjang umur simpan hasil komoditi hortikultura.
Pengemasan juga ikut membantu menghindarkan barang dari debu selama
pengangkutan. Produk yang telah dicuci bersih dalam kemasan senantiasa
terlindung dari kontaminan (Peleg,2011).
BAB III

METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Pengaruh kemasan plastic dengan berbagai jumlah Ventilasi


pada produk pangan / hortikulturs ini dilaksanakan pada tanggal 8 november 2021
bertempat dilaboratorium Analisis Agroindustri Politeknik Negeri Fakfak.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu pisau, gunting, karet.

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu kemasan plastic, sayur bayam dan
buah terong

3.3 Prosedur Kerja

1. Pilih buah / sayur yang mutunya baik, buang bagian yang diperlukan,
kemudian dicuci bersih dan dikeringkan / ditiriskan dan diangin –
anginkan supaya kering.
2. Kemas sayur dan buah sesuai perlakukan dibawah ini:
a) Tanpa kemasan
b) Menggunakan kemasan yang tidak diberi lubang
c) Menggunakan kemasan yang diberi lubang 4 buah
d) Menggunakan kemasan yang diberi lubang 8 buah
e) Menggunakan kemasan yang diberi lubang 12 buah
3. Simpan pada suhu kamar
4. Amati perubahan yang terjadi setiap hari sampai akhirnya sampel tidak
dapat dipakai lagi, misalnya plastic berkeringat, buah atau sayur berakar,
atau rusak dan sebagainya.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan di dapatkan hasil pada tabel 4.1
Tabel 4.1 hasil praktikum pengamatan sifat organoleptic sayur dan buah pada
berbagai ventilasi.
Perlakuan Sifat
hari ke 3 organoleptic
Warna Aroma Tekstur Jenis
kerusakan
Sayuran Mencoklat Menyengat Sebagian ++
bayam tanpa masih keras
ventilasi Sebagian
lembek
Sayuran Sebagian kecil Agak Masih seperti +++
bayam 4 mengkuning dan menyengat daun segar
ventilasi mencoklat dengan
Sebagian
menghancur
Sayur bayam Sebagian kecil Agak Masih seperti ++++
8 ventilasi mengkuning dan menyengat dan segar
mencoklat dengan
Sebagian
menghancur
Sayuran Sebagian kecil Agak Masih seperti +++++
bayam 12 mengkuning dan menyengat dan segar
ventilasi mencoklat dengan
Sebagian
menghancur
Sayur bayam Sebagian besar Aroma Kuning +++++
tanpa plastic coklat bayam berkeriput
pada
umumnya
Buah terong Sebagian kecil Bau busuk Sebagian +++++
tanpa berwarna coklat kecil hancur
ventilasi
Buah terong Sebagian besar Agak Sebagian ++++++
4 ventilasi warna abu dan menyengat besar hancur
coklat.
Buah terong Seperti warna Aroma Masih bagus +
8 ventilasi terong pada terong
umumnya pada
umumnya
Buah terong Seperti warna Agak bau Masih bagus +++
12 ventilasi terong pada
umumnya
Buah terong Warna terong Aroma Lembek ++
tanpa plastic pada umumnya terong

4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini, dilakukan pengujian perubahan karakteristik sayur dan
buah yang dikemas dengan kemasan plastic pada berbagai kondisi penyimpanan.
Uji ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh jenis kemasan, suhu penyimpanan,
dan jumlah ventilasi terhadap produk yang dikemas. Pengemasan merupakan suatu
cara dalam memberikan kondisi sekeliling yang tepat bagi bahan pangan dan
dengan demikian membutuhkan pemikiran dan perhatian yang besar (Buckle,
1985).
Atas dasar hal tersebut maka penting kita mengetahui peranan pengemasan
dalam bahan pangan. Pemilihan pengemasan untuk suatu bahan pangan pun harus
diberikan perhatian lebih, dibandingkan biasanya. Bahan pengemas yang
digunakan haruslah cocok, tidak berbahaya, serta dapat memperpanjang umur
simpan.
Pada praktikum ini sayuran dan buah yang digunakan yaitu sayur bayam
dan buah terong. Sayur dan buah merupakan bahan pangan yang sangat rentan
sekali terhadap kerusakan. Bahan pengemas yang digunakan harus dapat
meencegah segala kerusakan dan mempertahankan karakteristik dari sayur dan
buah tersebut. Sayur dan buah merupakan bahan pangan yang kaya akan
kandungan-kandungan gizi, air, dan masih mengalami respirasi setelah pemanenan.
Semua faktor-faktor tersebut harus dapat tertangani oleh pengemasan yang baik.
Setelah pemanenan, sayur dan buah-buahan masih melakukan respirasi dengan
menggunakan oksigen. Sayur dan buah-buahan mengandung air sangat tinggi
sekitar 75-95 % dengan kelembaban 98 %. Jika sayur dan buah-buahan tersebut
berada pada kondisi di bawah normal, maka akan terlihat layu akibat dehidrasi.
Pengemasan yang baik dapat memperpanjang kesegaran sayur dan buah-buahan
dengan mencegah proses kelayuan tersebut. Kecepatan dehidrasi tergantung dari
jenis produk yang dikemas dan jenis bahan pengemas yang digunakan. Pemberian
lubang-lubang perforasi pada pengemas plastik bertujuan untuk permeasi oksigen
dan tidak berpengaruh nyata terhadap dehidrasi. Selain kerusakan anaerobik,
mikroorganisme juga merupakan penyebab kerusakan pada sayur dan buah.
Pada praktikum ini didapatkan hasil pada tabel 4.1 yaitu untuk sayuran
bayam tanpa ventilasi setelah 3 hari penyimpanan memiliki warna coklat, tekstur
keras dan aroma menyengat, bayam dengan ventilasi 4 memiliki warna Sebagian
menguning, aroma agak menyengat dan tekstur Sebagian masih keras dan Sebagian
lembek, sayur bayam 8 ventilasi memiliki warna Sebagian kecil menguning dan
mencoklat, aroma agak menyengat, tekstur masih seperti daun segar dengan
Sebagian yang menghancur, sayur bayam 12 ventilasi berwarna Sebagian kecil
menguning dan menyoklat, aroma agak menyengat, tekstur masih seperti daun
segar dengan Sebagian yang menghancur, sayur bayam tanpa plastic memiliki
warna Sebagian besar coklat, memiliki aroma bayam pada umumnya, tekstru
kuning berkeriput. Buah terong tanpa ventilasi memiliki warna sedikit coklat,
aroma busuk, dan tekstur Sebagian kecil hancur, buah terong 4 ventilasi berwarna
abu dan coklat, aroma agak menyengat, tekstur Sebagian besar hancur, buah terong
8 ventilasi warna seperti warna terong pada umumnya, aroma terong pada
umumnya, tekstur terong masih bagus, buah terong 12 ventilasi memiliki warna
seperti terong pada umumnya, aroma agak bau, tekstur masih bagus, buah terong
tanpa plastic memiliki warna terong pada umumnya, aroma terong, dan memiliki
tekstur lembek.
Hal ini diduga karena kelembaban yang tinggi dalam kemasan tanpa
lubang perforasi, sehingga bakteri lebih banyak berkembang dalam kemasan
tersebut. Hal ini menyebabkan bahan - bahan yang terkandung dalam sayur bayam
dan terong lebih cepat terdegradasi akibat bakteri dan menyebabkan tingginya nilai
kerusakan. Kemasan plastik yang diberi lubang bertujuan untuk mengatur RH
(kelembaban) di dalam kantung plastik agar tidak mencapai keadaan jenuh karena
dapat mempercepat pembusukan akibat bakteri .
Hal lain diduga karena banyaknya lubang yang terdapat pada kemasan
dapat mempercepat transpirasi maupun respirasi. sehinga terjadi pematangan dini
dan susut bobot. Sampel juga mengalami reaksi enzimatis sehingga terjadi
diskolorasi berupa pencoklatan, cita rasa yang menyipang dan pelunakkan jaringan
(pembusukan).
Pada praktikum ini jenis kemasan yang digunakan yaitu kemasan standing
pouch bening. Standing pouch adalah jenis kemasan produk yang banyak
digunakan oleh produk kering. Jenis kemasan polietilen (PET) merupakan bahan
kemasan yang paling banyak digunakan untuk mengemas sayur dan buah-buahan
segar karena memiliki sifat-sifat yang dapat memenuhi syarat dalam pemilihan
jenis kemasan. Diantaranya yaitu memiliki permeabilitas yang tinggi terhadap gas
sehingga dapat melalukan gas, memiliki sifat pelindung yang sangat baik terhadap
uap air, dan tembus cahaya. Penyimpanan produk pada suhu ruang mengakibatkan
produk mengalami dehidrasi dan pelayuan.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa:

1. Jenis kemasan plastik berpengaruh terhadap laju respirasi, total padatan


terlarut, susut bobot dan vitamin terhadap buah dan sayuran segar pada
penyimpanan atmosfir termodifikasi. Jenis kemasan tidak berpengaruh
terhadap nilai kekerasan dan umur simpan buah dan sayur.
2. Pada umumnya pengaruh pemberian ventilasi pada kemasan plastik, sampel
akan mengalami pencoklatan bahkan terjadi pembusukan dan menimbulkan
bau tidak sedap. Hal ini dikarenakan banyaknya lubang yang terdapat pada
kemasan dapat mempercepat transpirasi maupun respirasi. sehinga terjadi
pematangan dini dan susut bobot. Sampel juga mengalami reaksi enzimatis
sehingga terjadi diskolorasi berupa pencoklatan, cita rasa yang menyipang
dan pelunakkan jaringan (pembusukan).

5.2 Saran

Sebaiknya pengamatan yang dilakukan lebih teliti agar hasil yang


didapatkan lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Choviva, 2011. Analisis Konsentrasi Gas Sesaat dalam Kemasan Melalui Lubang
Berukuran Mikro Untuk Pengemasan Buah Segar dengan Sistem Kemasan
Atmosfer Termodifikasi. Agrointek Bogor : IPB

Dwiari, 2010.Teknologi Pangan Jilid 1. Depatemen Pendidikan Nasional : Jakarta

Peleg, 2011. Teknologi Pemroses, Pengenmasan dan Penyimpanan Benih.


Yogyakarta : Kanisius

Rosalina, 2011. Pelapisan Sebagai Upaya Memperpanjang Umur Simpan. Bandung


: Rajawali

Sugiarto, 2012. Studi Kemasan Komoditi Buah-Buahan Segar, Sayur-Sayuran yang


Bernilai Ekonomis Tinggi. Yogyakarta : KanisisuS

Anda mungkin juga menyukai