Disusun oleh :
Nama : Nurwajian Kamal
Nim : 16419010
Kelompok : 2 (dua)
Dosen pengampu:
Nurmiati,S.Tp.M.Si
JURUSAN AGROINDUSTRI
POLITEKNIK NEGERI FAKFAK
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Cara yang paling efektif untuk menurunkan laju respirasi adalah dengan
menurunkan suhu produk namun demikian beberapa cara tambahan dari cara
pendinginan tersebut dapat meningkatkan efektifitas penurunan laju respirasi.
Penanganan pasca panen buah dan sayuran seperti Indonesia belum mendapat
perhatian yang cukup. Hal ini terlihat dari kerusakan-kerusakan pasca panen
sebesar 25% - 28%. Oleh sebab itu agar produk holtikultura terutama buah-buahan
dan sayuran dapat sampai ke tangan konsumen dalam kondisi baik perlu
penanganan pasca panen yang benar dan sesuai. Penanganan pasca panen yang
baik, maka kerusakan-kerusakan yang timbul dapat diperkecil bahkan dihindari,
sehingga kerugian di tingkat konsumen dapat ditekan. Penanganannya dengan
pendinginan, sortasi, pencucian, degreening (penghilangan warna hijau) dan
perbaikan warna, pelapisan lilin, fumigasi, pengemasan dan penyimpanan.
Selanjutnya perlu pula diketahui bagaimana upaya-upaya yang mungkin
dapat dilakukan untuk mengurangi terjadinya kerusakan tersebut sehingga
kalaupun tejadi kerusakan terjadinya sekecil mungkin.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hortikultura
Produk buah yang disimpan pada suhu rendah maka buah akan terlihat
lebih pucat karena buah mengalami kesetimbangan akibat kekurangan O2 sehingga
terjadi perubahan proses kimia yaitu fermentasi yang menyebabkan buah
mengeluarkan air dalam tubuhnya sehingga cahaya memantul karena adanya
lapisan air pada permukaan buah. Selain perubahan secara visual buah akan
berubah warna akibat perlakuan suhu rendah. Dalam melakukan penyimpanan
penting diketahui karakteristik buah yang akan disimpan sehingga komposisi
atmosfer tepat dan tidak berdampak buruk bagi buah dan memiliki daya simpan
yang lebih lama daripada buah yang tidak diperlakukan dengan kondisi tersebut
(Sugiarto, 2012). Pengemasan adalah melindungi barang segar dari pengaruh
lingkungan (sinar matahari, kelembaban) dan dari pengaru-pengaruh lain.
Fungsi kemasan menurut Philip Kotler dalam Hendra Teguh dan Ronny A.
Rusli (1997:77) adalah : Memberikan perlindungan superior, memperkenalkan
suatu cara membuka yang baru, memberikan indikasi tertentu dari produk dan
perusahaan menggambarkan mutu tertentu dari produk atau perusahaan atau suatu
fungsi yang lain lagi.
Apabila sebuah kemasan tidak dapat memenuhi salah satu fungsi di atas,
maka kemasan tersebut tidak dapat dikatakan telah memenuhi keinginan dan
kebutuhan konsumen, sehingga kemasan tersebut tidak dapat diterima oleh
konsumen dan minat membeli konsumen terhadap suatu produk pun akan menurun,
sehingga akhirnya akan menurunkan keuntungan perusahaan.
1. Kraft Paper, jenis kertas ini harfiahnya adalah kertas kuat. Gramatur
berkisar antara 50 gr/m2 dan 134 gr/m2. Pulp kertas yang dipakai bisa
melalui proses pemutihan atau tidak. Bila tidak diputihkan maka
berwarna coklat.
2. Coated Woodfree, jenis kertas ini juga mengandung kurang 10% pulp
mekanis, tetapi mempunyai lapisan pigmen baik dua sisi atau satu sisi.
Di USA kertas ini disebut kertas coated dengan tingkat kecerahan
berkisar dari 88% sampai dengan 96%. Gramatur pada umumnya
berkisar 70 g/m2 6 sampai 150 g/m2. Kegunaan paling umum adalah
untuk majalah, buku, majalah komersial dengan mutu yang tinggi dan
mahal karena tingkat kecerahan yang relatif tinggi dibanding kertas
uncoated groundwood.
3. Bleached Paperboard, Pulp kertas yang dipakai adalah untuk membuat
box, dan kertas karton susu. Gramatur bervariasi mulai dari 200 gr/m2
sampai dengan 500 gr/m2.
4. Market Pulp, Pulp atau bubur kertas juga dikategorikan sebagai kertas
yang dibagi jenisnya berdasarkan jenis kayu, proses pembuatan, dan
proses pemutihan. Bubur kertas dijual dalam bentukan lembaran, bal,
dan juga gulungan. 5. Tissue, bubur kertas yang dipakai untuk tisu
adalah pulp kimia yang di bleach dengan tambahan bisa 50 atau lebih
pulp mekanis. Gramatur mempunyai rentang dari 13 gr/m2 sampai
dengan 75 gr/m2.
5. Uncoated Groundwood, kertas yang tidak mempunyai lapisan pigmen
dan diproduksi menggunakan pulp mekanis, bubur kertas yang
diproduksi tanpa proses kimiawi. Kurang lebih 80% kertas jenis ini
adalah kertas koran. Gramatur (berat kertas dalam gram per satu meter
persegi) adalah 24-75 g/m2, dengan kertas koran dari 38 g/m2 sampai
52 g/m2.
6. Coated Groundwood, kertas jenis ini paling tidak mempunyai 10% pulp
mekanis (umumnya 50-55% groundwood) dengan sisanya
menggunakan pulp kimia. Umumnya kertas ini berwarna kekuningan
karena banyak pulp mekanis dan mempunyai gramatur dari 45 g/m2
sampai 130 g/m2.
7. Uncoated Woodfree, kertas jenis ini mempunyai kandungan pulp
mekanis lebih rendah dari 10% umumnya bisa 0% dan tidak mempunyai
lapisan pigmen sama sekali.
8. MG Kraft Specialties, kertas jenis ini mempunyai permukaan dengan
penampakan yang licin dan seperti kaca, dimana kertas tersebut
diproduksi diatas mesin yang mempunyai silinder pengering atau
pemanas yang diameternya sangat besar.
9. Recycled Paperboard, kertas yang menggunakan pulp dari kertas daur
ulang.
10. Unbleached Paperboard, kertas karton ini tidak diputihkan dengan
bleaching dan diproduksi dari pulp kimia dengan serat non-recycle.
Berat gramatur umumnya 130 gr/m2 sampai dengan 450 g/m2.
a. Wadah siap pakai yaitu bahan kemasan yang siap untuk diisi dengan bentuk
yang telah sempurna. Contoh : botol, wadah kaleng dan sebagainya.
b. Wadah siap dirakit / wadah lipatan yaitu kemasan yang masih memerlukan
tahap perakitan sebelum diisi. Misalnya kaleng dalam bentuk lembaran
(flat) dan silinder fleksibel, wadah yang terbuat dari kertas, foil atau plastik.
METODOLOGI
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu pisau, gunting, karet.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu kemasan plastic, sayur bayam dan
buah terong
1. Pilih buah / sayur yang mutunya baik, buang bagian yang diperlukan,
kemudian dicuci bersih dan dikeringkan / ditiriskan dan diangin –
anginkan supaya kering.
2. Kemas sayur dan buah sesuai perlakukan dibawah ini:
a) Tanpa kemasan
b) Menggunakan kemasan yang tidak diberi lubang
c) Menggunakan kemasan yang diberi lubang 4 buah
d) Menggunakan kemasan yang diberi lubang 8 buah
e) Menggunakan kemasan yang diberi lubang 12 buah
3. Simpan pada suhu kamar
4. Amati perubahan yang terjadi setiap hari sampai akhirnya sampel tidak
dapat dipakai lagi, misalnya plastic berkeringat, buah atau sayur berakar,
atau rusak dan sebagainya.
BAB IV
4.1 Hasil
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan di dapatkan hasil pada tabel 4.1
Tabel 4.1 hasil praktikum pengamatan sifat organoleptic sayur dan buah pada
berbagai ventilasi.
Perlakuan Sifat
hari ke 3 organoleptic
Warna Aroma Tekstur Jenis
kerusakan
Sayuran Mencoklat Menyengat Sebagian ++
bayam tanpa masih keras
ventilasi Sebagian
lembek
Sayuran Sebagian kecil Agak Masih seperti +++
bayam 4 mengkuning dan menyengat daun segar
ventilasi mencoklat dengan
Sebagian
menghancur
Sayur bayam Sebagian kecil Agak Masih seperti ++++
8 ventilasi mengkuning dan menyengat dan segar
mencoklat dengan
Sebagian
menghancur
Sayuran Sebagian kecil Agak Masih seperti +++++
bayam 12 mengkuning dan menyengat dan segar
ventilasi mencoklat dengan
Sebagian
menghancur
Sayur bayam Sebagian besar Aroma Kuning +++++
tanpa plastic coklat bayam berkeriput
pada
umumnya
Buah terong Sebagian kecil Bau busuk Sebagian +++++
tanpa berwarna coklat kecil hancur
ventilasi
Buah terong Sebagian besar Agak Sebagian ++++++
4 ventilasi warna abu dan menyengat besar hancur
coklat.
Buah terong Seperti warna Aroma Masih bagus +
8 ventilasi terong pada terong
umumnya pada
umumnya
Buah terong Seperti warna Agak bau Masih bagus +++
12 ventilasi terong pada
umumnya
Buah terong Warna terong Aroma Lembek ++
tanpa plastic pada umumnya terong
4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini, dilakukan pengujian perubahan karakteristik sayur dan
buah yang dikemas dengan kemasan plastic pada berbagai kondisi penyimpanan.
Uji ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh jenis kemasan, suhu penyimpanan,
dan jumlah ventilasi terhadap produk yang dikemas. Pengemasan merupakan suatu
cara dalam memberikan kondisi sekeliling yang tepat bagi bahan pangan dan
dengan demikian membutuhkan pemikiran dan perhatian yang besar (Buckle,
1985).
Atas dasar hal tersebut maka penting kita mengetahui peranan pengemasan
dalam bahan pangan. Pemilihan pengemasan untuk suatu bahan pangan pun harus
diberikan perhatian lebih, dibandingkan biasanya. Bahan pengemas yang
digunakan haruslah cocok, tidak berbahaya, serta dapat memperpanjang umur
simpan.
Pada praktikum ini sayuran dan buah yang digunakan yaitu sayur bayam
dan buah terong. Sayur dan buah merupakan bahan pangan yang sangat rentan
sekali terhadap kerusakan. Bahan pengemas yang digunakan harus dapat
meencegah segala kerusakan dan mempertahankan karakteristik dari sayur dan
buah tersebut. Sayur dan buah merupakan bahan pangan yang kaya akan
kandungan-kandungan gizi, air, dan masih mengalami respirasi setelah pemanenan.
Semua faktor-faktor tersebut harus dapat tertangani oleh pengemasan yang baik.
Setelah pemanenan, sayur dan buah-buahan masih melakukan respirasi dengan
menggunakan oksigen. Sayur dan buah-buahan mengandung air sangat tinggi
sekitar 75-95 % dengan kelembaban 98 %. Jika sayur dan buah-buahan tersebut
berada pada kondisi di bawah normal, maka akan terlihat layu akibat dehidrasi.
Pengemasan yang baik dapat memperpanjang kesegaran sayur dan buah-buahan
dengan mencegah proses kelayuan tersebut. Kecepatan dehidrasi tergantung dari
jenis produk yang dikemas dan jenis bahan pengemas yang digunakan. Pemberian
lubang-lubang perforasi pada pengemas plastik bertujuan untuk permeasi oksigen
dan tidak berpengaruh nyata terhadap dehidrasi. Selain kerusakan anaerobik,
mikroorganisme juga merupakan penyebab kerusakan pada sayur dan buah.
Pada praktikum ini didapatkan hasil pada tabel 4.1 yaitu untuk sayuran
bayam tanpa ventilasi setelah 3 hari penyimpanan memiliki warna coklat, tekstur
keras dan aroma menyengat, bayam dengan ventilasi 4 memiliki warna Sebagian
menguning, aroma agak menyengat dan tekstur Sebagian masih keras dan Sebagian
lembek, sayur bayam 8 ventilasi memiliki warna Sebagian kecil menguning dan
mencoklat, aroma agak menyengat, tekstur masih seperti daun segar dengan
Sebagian yang menghancur, sayur bayam 12 ventilasi berwarna Sebagian kecil
menguning dan menyoklat, aroma agak menyengat, tekstur masih seperti daun
segar dengan Sebagian yang menghancur, sayur bayam tanpa plastic memiliki
warna Sebagian besar coklat, memiliki aroma bayam pada umumnya, tekstru
kuning berkeriput. Buah terong tanpa ventilasi memiliki warna sedikit coklat,
aroma busuk, dan tekstur Sebagian kecil hancur, buah terong 4 ventilasi berwarna
abu dan coklat, aroma agak menyengat, tekstur Sebagian besar hancur, buah terong
8 ventilasi warna seperti warna terong pada umumnya, aroma terong pada
umumnya, tekstur terong masih bagus, buah terong 12 ventilasi memiliki warna
seperti terong pada umumnya, aroma agak bau, tekstur masih bagus, buah terong
tanpa plastic memiliki warna terong pada umumnya, aroma terong, dan memiliki
tekstur lembek.
Hal ini diduga karena kelembaban yang tinggi dalam kemasan tanpa
lubang perforasi, sehingga bakteri lebih banyak berkembang dalam kemasan
tersebut. Hal ini menyebabkan bahan - bahan yang terkandung dalam sayur bayam
dan terong lebih cepat terdegradasi akibat bakteri dan menyebabkan tingginya nilai
kerusakan. Kemasan plastik yang diberi lubang bertujuan untuk mengatur RH
(kelembaban) di dalam kantung plastik agar tidak mencapai keadaan jenuh karena
dapat mempercepat pembusukan akibat bakteri .
Hal lain diduga karena banyaknya lubang yang terdapat pada kemasan
dapat mempercepat transpirasi maupun respirasi. sehinga terjadi pematangan dini
dan susut bobot. Sampel juga mengalami reaksi enzimatis sehingga terjadi
diskolorasi berupa pencoklatan, cita rasa yang menyipang dan pelunakkan jaringan
(pembusukan).
Pada praktikum ini jenis kemasan yang digunakan yaitu kemasan standing
pouch bening. Standing pouch adalah jenis kemasan produk yang banyak
digunakan oleh produk kering. Jenis kemasan polietilen (PET) merupakan bahan
kemasan yang paling banyak digunakan untuk mengemas sayur dan buah-buahan
segar karena memiliki sifat-sifat yang dapat memenuhi syarat dalam pemilihan
jenis kemasan. Diantaranya yaitu memiliki permeabilitas yang tinggi terhadap gas
sehingga dapat melalukan gas, memiliki sifat pelindung yang sangat baik terhadap
uap air, dan tembus cahaya. Penyimpanan produk pada suhu ruang mengakibatkan
produk mengalami dehidrasi dan pelayuan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Choviva, 2011. Analisis Konsentrasi Gas Sesaat dalam Kemasan Melalui Lubang
Berukuran Mikro Untuk Pengemasan Buah Segar dengan Sistem Kemasan
Atmosfer Termodifikasi. Agrointek Bogor : IPB