Tentang :
Disusun oleh :
Dosen pembimbing :
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Adapun tema dari
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dosen
mata kuliah Hama Dan Penyakit Tanaman Hortikultura yang telah memberikan tugas dan
membimbing saya.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, ini merupakan langkah studi yang baik dari studi yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, Keterbatasan waktu dan kemampuan saya, maka kritik dan
saran yang membangun senantiasa saya harapkan. Semoga makalah ini dapat berguna bagi
Rindi Prameswari
2
DAFTAR ISI
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................11
1.3 Tujuan Penelitian...........................................................................................................12
1.4 Manfaat Penelitian.........................................................................................................12
BAB II......................................................................................................................................14
PEMBAHASAN......................................................................................................................14
2.1 Budidaya Tanaman Kentang.........................................................................................14
2.1.1. Iklim........................................................................................................................14
2.1.2. Media Tanam..........................................................................................................14
2.1.3. Daerah Pengembangan...........................................................................................14
2.1.4. Pembibitan..............................................................................................................15
2.1.5. Pengolahan Media Tanam......................................................................................16
2.1.6. Teknik Penanaman..................................................................................................17
2.1.7. Cara tanam Jeruk....................................................................................................17
2.1.8. Perawatan Untuk Tanaman Jeruk.........................................................................18
2.2. Gangguan Pada Tanaman Jeruk....................................................................................19
2.3. Morfologi Tanaman Jeruk.............................................................................................25
2.4. Jenis Tanaman Jeruk......................................................................................................27
2.5. Manfaat Tanaman..........................................................................................................31
2.6. Penyakit Biotis Yang Menyerang Tanaman Jeruk........................................................31
2.7. Penyakit Abiotik............................................................................................................73
2.8. Pengendalian Penyakit Pada Tanaman Jeruk................................................................78
BAB III.....................................................................................................................................99
PENUTUP................................................................................................................................99
A. Kesimpulan...................................................................................................................99
B. Saran............................................................................................................................100
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................101
3
BAB I
PENDAHULUAN
Adiyoga et al., (2009) sebagai buah-buahan yang memiliki keuntungan tinggi jeruk sering di
Jeruk (Citrus sp) merupakan salah satu tanaman hortikultura komoditas buah-buahan
yang sangat disukai oleh masyarakat dan dapat dikonsumsi baik dalam bentuk buah segar
maupun hasil olahan. Buah jeruk kaya akan vitamin dan mineral yang baik untuk kesehatan
tubuh. Pada jeruk manis terdapat kalori 51 kal, protein 0.9 g, lemak 0.2 g, karbohidrat 11.4 g,
mineral 0.5 g, kalsium 33 mg, fosfor 23 mg, besi 0.4 mg dan asam askorbat 49 mg (Utomo,
2007). Buah jeruk juga mengandung beta karoten dan thiamin (Anonim, 2008).
Kebutuhan buah termasuk jeruk di Pekanbaru hampir 70% berasal dari daerah lain,
baik yang berasal dari luar provinsi maupun dari luar negeri. Data Dinas Ketahanan Pangan
(2008) menunjukkan bahwa setiap tahun terjadi peningkatan impor buah-buahan dari luar
daerah. Tahun 2001 jumlahnya hanya 25.654 ton, dan meningkat menjadi 86.554.08 ton pada
tahun 2005.
baik mencakup luasan lahan, jumlah produksi bahkan permintaan pasar dan termasuk salah
satu komoditi buah-buahan yang berperan penting dalam pasar dunia maupun dalam negeri
karena mempunyai nilai ekonomis tinggi (Kementan, 2011). Jenis jeruk lokal yang
dibudidayakan di Indonesia adalah jeruk keprok (Citrus reticulate atau C. nobilis.), jeruk
4
siam (C. microcarpa dan C. sinesis) yang terdiri atas Siam Pontianak, Siam Garut, Siam
Lumajang, serta jeruk besar (C. maxima) yang terdiri atas jeruk Nambangan Madiun dan Bali
(Kemenristek, 2000). Pengembangan jenis jeruk di Indonesia meliputi jeruk keprok, siam
dan jeruk besar dengan sentra tersebar diseluruh Indonesia. Sentra jeruk siam dan keprok di
Indonesia terdapat di Provinsi Sumatera Utara, Jawa timur dan Kalimantan Barat sedangkan
sentra jeruk besar terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan, Jawa Timur dan Aceh. Produksi
jeruk besar sebagian besar berasal dari Sulawesi Selatan, Jawa Timur dan Aceh dengan
kontribusi produksi mencapai Provinsi Sulawesi Selatan dengan kontribusi 30,76% diikuti
oleh Jawa Timur (19,61%), Aceh (10,69%) (Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian,
2015).
Data dari Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (2015) mencatat bahwa
kabupaten sentra produksi jeruk besar di Jawa Timur terdapat di Kabupaten Magetan,
Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Madiun, dan Kabupaten Pacitan. Produksi jeruk besar
tertinggi terdapat di Kabupaten Magetan dengan produktivitas mencapai 21.230 ton atau
89,67% dari produksi total Jeruk Besar di Jawa Timur dihasilkan dari sentra jeruk besar di
ladang atau memanfaatan pekarangan rumah dan sawah baik secara monokultur ataupun
Upaya intensifikasi produksi jeruk pamelo di daerah Magetan terus dilakukan, akan
tetapi kendala utama dalam peningkatan produksi jeruk pamelo adalah serangan penyakit
Sulistyowati et al. (2013) penyakit blendok merupakan salah satu penyakit penting dalam
budidaya tanaman jeruk. Penyakit blendok dapat mengakibatkan kematian ranting, cabang,
5
penyakit endemik pada pertanaman jeruk pamelo di Magetan, Jawa Timur pada tahun 1996
insidensi serangan penyakit blendok pada pertanaman jeruk pamelo mencapai 85% dari 500
Ha pertanaman jeruk pamelo dengan tingkat serangan ringan sampai sedang (22-37%)
pengendalian kimiawi dengan pestisida dan penggunaan bubur California, akan tetapi hasil
pengendalian tersebut belum memuaskan bahkan menimbulkan dampak negatif bagi petani,
masyarakat sekitar, dan lingkungan. Dampak negatif penggunaan pestisida terhadap produksi
buah jeruk pamelo, terdapatnya residu pada buah jeruk yang mengakibatkan jeruk tidak
diterima dipasaran.
Upaya pengendalian yang lebih ramah lingkungan dan mendukung pertanian organik
dengan penggunaan formulasi biopestisda dan penanaman varietas tahan, akan tetapi
informasi mengenai bahan tanam yang memiliki resistensi terhadap penyakit blendok pada
tanaman jeruk pamelo masih sangat kurang. Hasil Penelitian Kartikasari (2019) menyebutkan
bahwa penggunaan formula biopestisida dengan sistem pertanian terpadu dapat menurunkan
blendok yang nantinya dapat digunakan sebagai bahan tanam yang tahan terhadap penyakit
blendok dalam pengendalian secara kultur teknis. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian
Produksi jeruk siam / keprok pada tahun 2017 di setiap provinsi khususnya di
wilayah Jawa Timur pada triwulan I adalah 4.099.204 pohon dengan produksi buah yang di
hasilkan sebanyak 245.298 (ton), sedangkan pada triwulan II adalah 5.162.787 pohon dengan
produksi buah sebesar 156.514 (ton) (BPS, 2017). Wijaya et al., (2017) menambahkan bahwa
6
pengetahuan petani dalam menanam jeruk dengan benar dan juga bertambahnya hama dan
hama seperti minor daun jeruk, serangga bertepung, sisik merah, tungau, rayap, kutu daun,
dan lalat buah. Serangga hama tersebut tidak hanya mempengaruhi hasil jeruk tetapi juga
menurunkan kualitas buah (Ashraf et al., 2014). Penggunaan tanaman yang kurang baik,
belum berkembangnya teknik budidaya dan serangan patogen penyebab penyakit di harapkan
dapat ditangani dengan baik karena hal tersebut dapat berdampak pada rendahnya
dapat menyebabkan peningkatan populasi hama dan kemunculan hama sekunder (Hendrival,
2017). Penggunaan insektisida yang tidak tepat dan cenderung berlebihan mengakibatkan
berbagai masalah mulai dari residu, ledakan hama sekunder, resurjensi, resistensi, dan
perubahan status serangga dari hama sekunder menjadi primer (Metcalf, 1994). Usaha
melalui sistem pengendalian hama terpadu (PHT) yang penerapannya di dasari oleh
Bagian tanaman yang terpapar oleh residu insektisida jika dikonsumsi manusia dapat
mutagenik (Matsumura, 1985). Radiyanto et al., (2010) menjelaskan bahwa petani hanya
sistem pengendali hama secara alami dan penerapan varietas tahan hama yang sangat jarang
dilakukan.
Penggunaan insektisida kimia sintetik tidak hanya akan membunuh serangga hama
sasaran, tetapi juga dapat membunuh serangga hama sekunder dan musuh alaminya. Matinya
7
musuh alami akan mengakibatkan menurunnya potensi dan peran pengendalian hama secara
alami (Trisyono, 2016). Pengetahuan kepada para petani tentang jenis-jenis hama dan
penyakit yang menyerang tanaman jeruk serta pengendaliannya sangat dibutuhkan untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para petani jeruk dalam mengendalikan hama
dan penyakit pada tanaman jeruk (Wijaya et al., 2017). Menurut Syafitri et al., (2017), perlu
di lakukan pengendalian hama dengan melakukan sistem pengendalian hama terpadu agar
produksi jeruk tidak mengalami penurunan dan petani tidak mengalami kerugian yang besar.
dalam jaring makanan yaitu sebagai herbivor, karnivor, dan detritivor (Hadi & Aminah,
2012). Serangga herbivor dalam praktik budidaya tanaman banyak merugikan petani, karena
Siregar (2014), menjelaskan bahwa sebagian besar serangga herbivora adalah hama,
selain serangga hama ada serangga yang menguntungkan yaitu serangga penyerbuk, serangga
pengurai, serangga parasitoid dan serangga predator. Menurut Suheriyanto (2009), pada
perkebunan jeruk organik daerah Batu memiliki tingkat keanekaragaman serangga yang
tinggi. Sedangkan Rizali et al., (2002) menambahkan bahwa salah satu indikasi suatu
lingkungan sehat adalah dengan melihat tinggi atau tidaknya keanekaragaman serangga.
Menurut Suryani (2012), hama penting pada jeruk yaitu; kutu loncat jeruk
(Diaphorina citri Kuw.), kutu daun coklat (Toxoptera citricidus Kirk.), kutu daun hitam
(Toxoptera auranti), kutu daun hijau (Myzus persicae dan Aphis gossypii), tungau
(Panonychus citri McGregor.), thrips (Scirtothrips citri), kutu sisik / kutu perisai
(Lepidosaphes becki Newman, Unapsis citri), lalat buah, kumbang pemakan daun (
Maleuterpes dentipes). (Sukri, 2016), menambahkan bahwa Virus CVDP (Citrus Vein
8
Pengetahuan kepada para petani tentang jenis-jenis hama dan penyakit yang
menyerang tanaman jeruk serta pengendaliannya sangat dibutuhkan (Wijaya et al., 2017).
komponen ekosistem yang bertujuan untuk penanganan hama tanaman (Subianto, 2008).
Observasi yang telah dilakukan di Desa Pandanrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu
pada kebun petani dengan luas lahan 1.369 m², didapatkan serangga dari famili yang berbeda
Serangga merugikan yang menyerang tanaman jeruk yaitu cabuk hitam, cabuk putih dan lalat
yang dilakukan, diketahui bahwa petani jeruk belum bisa membedakan serangga
menguntungkan dan serangga merugikan yang ada di kebun jeruk, sehingga para petani
petani jeruk mengenai serangga merugikan dan menguntungkan serta penggunaan pestisida
sintetik secara berlebihan dapat menyebabkan penurunan produksi jeruk. Maka dari itu,
merugikan pada perkebunan jeruk anorganik. Penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya
mengenai serangga di lahan perkebunan jeruk dilakukan oleh Pratama (2017), didapatkan
hasil bahwa ditemukan 6 ordo dan 23 family insecta dengan hasil indeks keanekaragaman
rendah yang dilakukan diperkebunan jeruk Organik. Selain itu, ada pula penelitian yang
sudah dilakukan oleh (Haqqi, 2017), didapatkan hasil identifikasi keanekaragaman serangga
polinator yang terkoleksi terdiri dari 17 family dengan hasil indeks keanekaragaman rendah
9
keanekaragaman serangga khususnya pada lahan kebun jeruk milik salah satu petani di Desa
Pandanrejo Kecamatan Bumiji Kota Batu. Selain itu, mampu memberikan pengetahuan bagi
petani dan siswa yang bisa dijadikan sebagai sumber informasi dan sumber belajar biologi
bagi siswa.
bahwa langkah awal untuk pemanfaatan keanekaragaman hayati adalah sebagai proses
antara peserta didik dengan objek yang sedang dipelajari. Aswita (2015) menambahkan
bahwa inti dari pembelajaran biologi adalah adanya interaksi yang sesungguhnya antara
Pembelajaran biologi melibatkan proses yang berkaitan dengan mahluk hidup dan
dengan aktivitas nyata. Menurut Hayati et al., (2015) materi keanekaragaman hayati
Hasil pembelajaran siswa yang rendah disebabkan oleh pembelajaran biologi yang
kurang menarik sehingga mengakibatkan kurangnya motivasi siswa dalam belajar biologi.
Hayati et al., (2015) menyatakan bahwa metode pembelajaran yang digunakan guru hanya
menghafal suatu konsep yang menyebabkan siswa merasa bosan dan kurang berkonsentrasi.
menarik dan tepat umtuk membantu pencapaian kompetensi dasar pendidikan (Munajah dan
susilo, 2015). Maka dari itu, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah
10
informasi khususnya keanekaragaman serangga yang akan dijadikan salahsatu alternatif
Hasil penelitian dapat dikatakan layak sebagai sumber belajar biologi harus
melakuan analisis sumber belajar antara lain kejelasan potensi, kesesuaian dengan tujuan,
kejelasan sasaran, kejelasan informasi yang diungkap, kejelasan eksplorasi, dan kejelasan
perolehan yang diharapkan (Suhardi, 2012). Berdasarkan latar beakang tersebut, peneliti
perkebunan jeruk (Citrus Sp.) di Daerah Batu sebagai sumber belajar biologi.
Beberapa penyakit yang biasanya ditemukan pada buah jeruk yang menyebabkan
kerusakan pada buah, penurunan produksi dan mutu hasil adalah penyakit kudis oleh
Sphaceloma fawcetti Jenkins, kanker jeruk oleh Xanthomonas campestris pv. citri (Hasse)
Dye, busuk buah Nematospora oleh jamur Nematospora coryli Pegl, busuk buah Antraknosa
oleh Colletotrichum sp, busuk buah Aspergillus oleh Aspergillus sp, penyakit kering buah
oleh Alternaria sp (Semangun, 1989). Disamping itu, ditemukan pula penyakit busuk cokelat
oleh Phytophthora sp, penyakit busuk mengapas oleh Sclerotium sclerotiorum (Lib), penyakit
busuk Fusarium oleh F.moniliforme (Sheldon) Snyd dan Hands dan F. oxysporum (Schlecht)
Snyd dan Hans, dan penyakit busuk kelabu oleh Botrytis cinerea Pers. Ex Fr.
dikenal dengan nama busuk rhizopus, Penicillium digitatum dan Penicillium italicum yang
dikenal sebagai grey dan blue molds pada buah jeruk (Martoredjo, 2009).
1.2.2 Gejala apa saja yang timbul akibat adanya patogen tersebut?
11
1.2.3 Pengendalian apa yang dapat dilakukan untuk menangani masalah tersebut?
1.2.5 Apa saja penyakit biotis dan abiotis yang menyerang tanaman jeruk?
1.3.2 Untuk mengetahui gejala yang ditimbulkan dari patogen yang menyerang
1.3.3 Untuk mengetahui pengendalian apa yang dapat dilakukan untuk menangani
patogen terssebut
1.3.5 Untuk mengetahui penyakit biotis dan abiotis yang menyerang tanaman jeruk
1.4.2 Menyediakan informasi bagi pemula tentang gejala yang timbul dari
1.4.3 Menyediakan informasi bagi pemula dan petani tentang pengendalian yang
dapat dilakukan
12
1.4.5 Memberikan informasi tentang penyakit biotis dan abiotis yang menyerang
tanaman jeruk.
13
BAB II
PEMBAHASAN
Kecepatan angin lebih dari 40-48% akan merontokkan bunga dan buah. Untuk daerah
yang intensitas dan kecepatan anginnya tinggi tanaman penahan angin lebih baik ditanam
berderet tegak lurus dengan arah angin. Tergantung dari spesiesnya, jeruk memerlukan 5-6,
6-7 atau 9 bulan basah (musim hujan). Bulan basah ini diperlukan untuk perkembangan
bunga dan buah agar tanahnya tetap lembab. Di Indonesia tanaman ini sangat memerlukan air
Temperatur optimal anatar 25-30oC namun ada yang masih dapat tumbuh normal pada 38oC.
Semua jenis jeruk tidak menyukai tempat yang terlindung matahari. Kelembaban optimum
Tanah yang baik adalah lempung sampai lempung berpasir dengan fraksi liat 7-27%,
Jenis tanah Adosol dan Latosol sangat cocok untuk budidaya jeruk. Derajat keasaman tanah
(pH tanah) yang cocok untuk bidudayajruk adalah 5,5- 6,5 dengan pH optimum 6.
Air tanah yang optimal berada pada kedalaman 150-200 cm dibawah permukaan tanah. Pada
musim kemarau 150 cm dan pada musim hujan 50 cm. Tanaman jeruk menyukai aiar yang
mengandung garam sekitar 10%. Tanaman jeruk dapat tumbuh dengan baik didaerah yang
14
Pengembangan daerah penanaman tanaman jeruk perlu memperhatikan syarat
tumbuh. Disamping itu juga harus diperhatikan potensi permintaan pasar dengan berbagai
penanaman jeruk di semua lokasi yang memenuhi syarat tumbuh, tetapi pertimbangan
ekonomisnya tidak bisa diabaikan begitu saja. Hal ini disebabkan karena permasalahan labih
2.1.4. Pembibitan
1. Persyaratan Bibit
Bibit jeruk yang biasa ditanam berasal dari perbanyakan vegeratif berupa penyambungan
tunas pucuk. Bibit yang baik adalah yang bebas penyakit, mirip dengan induknya (true
type), subur, berdiameter batang 2-3 cm, permukaan batang halus, akar serabut banyak,
2. Penyiapan Bibit
15
Bibit yang biasa digunakan untuk budidaya jeruk didapatkan dengan cara vegeratif dan
generatif.
a) Cara generatif
Biji diambil dari buah dengan cra memeras buah yang telah dipotong. Biji
dikeringkan ditempat yang idak disinari selama 2-3 hari hingga lendirnya hilang.
Areal persemaian memilki tanah yang subur. Tanah diolah sedalam 30-40 cm dan
Sebelum ditanami, tambahkan pupuk kandang 1 kg/m2. Biji ditanam dalam alur
dengan ajrak tanam 1-1,5x2 cm dan langsung disiram. Bibit dipindahtanam kedalam
b) Cara vegeratif
penempelan mata tempel. Untuk kedua cara ini perlu dipersiapkan batang bawah
(onderstam/rootstock) yang dipilih dari jenis jeruk dengan perakaran kuat dan luas,
daya adaptasi lingkungan tinggi, tahan kekeringan, tahan terhadap penyakit virus,
Tanaman jeruk ditanam di tegalan tanah sawah atau dilahan berlereng. Jika ditanam
disuatu bukit perlu dibuat sengkedan/teras. Lahan yang akan ditanami dibesihkan dari
tanaman lain atau sisa-sisa tanaman. Jarak tanam bervariasi untuk setiap jenis jeruk. Untuk
jeruk manis jarak tanam 7x7m, jeruk besar jarak tanam (10-12) x (10-12) m. Lubang tanam
hanya dibuat pada tanah yang belum diolah dan dibuat 2 minggu sebelum tanah. Tanah
bagian dalam dipisahkan dengan tanah dari lapisan atasa tanah (25 cm). Tanah berasal dari
lapisan atas dicampur dengan 20 kg pupuk kandang setelah penanaman tanah diekembalikan
16
lagi ketempat asalnya. Bedengan (guludan) berukuran 1x1x1 m hanya dibuat jika jeruk
Bibit jeruk dapat ditanam pada musim hujan atau musim kemarau jika tersedia air
untuk meyirami, tetapi sebaiknya ditanam diawal musim hujan. Sebelum ditanam, perlu
dilakukan pengurangan daun dan cabang yang berlebihan. Pengurangan akar, pengaturan akar
Setelah bibit ditanam, siram secukupnya dan diberi mulsa jerami, daun kelapa atau daun-daun
yang bebas penyakit di sekitarnya. Letakkan mulsa sedemikian rupa agar tidak menyentuh
batang untuk menghindari kebusukan abtang. Sebelum tanaman berproduksi dan tajuknya
saling menaungi, dapat ditanam tanam sela baik kacang-kacangan/sayuran. Setelah tajuk
saling menutupi, tanaman sela diganti oleh rumput/tanaman legum penutup tanah yang
1. Ditempat ajir ditancapkan, dibuat lubang yang kira-kira lebar dan dalamnya lebih besar
daripada keranjang atau polybag. Pada sistem cabutan, lubang dibuat lebih lebar dari
2. Keranjang atau polybag diiris atau digunting pelan-pelan, tanah jangan sampai pecah, lalu
dimasukkan kedalam lubang selebar leher akar. Kalau tanaman berasala dari cabutan,
akar serabut diatur ke segala jurusan, lurus, demikian juga akar tunggang diluruskan ke
bawah.
3. Setelah tanaman dimasukkan kedalam lubang kemudian diberi pupuk dan insektisida
17
4. Untuk menghindari kekeringan dan tumbuhnya gulma disekitar tanaman diberi mulsa,
yaitu penutup tanah dari jerami, daun bambu, daun kelapa, daun alang-alang atau lainnya.
Teknik penanaman bibit jeruk dapat ditanam pada musim hujan atau musim kemarau, jika
ditanam pada musim kemarau sebaiknya cukup air untuk penyiraman tetapi lebih baik jika
penanaman dilakukan pada awal musim hujan yang dilakukan pada sore hari.
Hasil yang memuaskan tak akan diperoleh tanpa perawatan yang baik. Tanaman jeruk
memang tidak terlalu manja, tetapi pada saat-saat tertentu tanaman ini bisa sangat peka
terhadap serangan hama dan penyakit. Kematian tanaman jeruk tidak melulu karena serangan
hama, lingkungan yang kotor dan tidak terawat juga bisa menamatkan riwayatnya. Perawatan
tanaman jeruk yang ditanam di kebun, di sawah maupun didaerah pasang surut pada dasarnya
sama. Perbedaanya, pada lahan pasang surut dan sawah perawatan lebih kerap dilakukan.
Pembubunan: jika ditanam ditanah berlereng, perlu diperhatikan apakah ada tanah
disekitar perakaran yang tererosi. Penambahan tanah perlu dlakukan jika pengkal akar
yang sakit, kering tidak produktif/ tidak diinginkan. Dari tunas-tunas awal yang tumbuh
biarkan 3-4 tunas pada jarak seragam yang kelak akan membentuk tajuk pohon.
Sebaiknya celupkan dulu gunting pangkas kedalam Klorox/alkohol. Ranting yang sakt
18
Pengairan dan penyiraman: penyiraman jangan menggenangi batang akar. Tanaman
Penjarangan buah: pada tahun dimana pohon jeruk berbuah lebat, perlu dilakukan
penjarangan supaya pohon mampu mendukung pertumbuhan dan bobot buah serta
kualitas buah terjaga. Buah yang dibuang adalah buah yang sakit.
Untuk tanaman yang terserang hama dan penyakit maka dilakukan pengendalian
secara kimia dengan penyemprotan insektisida yang bersifat sistemik seperti Buldok 25 EC,
2.1.10. Pemupukan
Pemupukan merupakan keharusan karena tiap periode umur jeruk banyak menguras
ketersediaan hara tanah. Jeruk manis membutuhkan pupuk organik (pupuk kandang atau
Pupuk organik dibutuhkan untuk meningkatkan kadar humus dalam tanah sehingga
tanah yang padat dapat diubah menjadi remah. Sedangkan pupuk anorganik diperlukan untuk
Untuk cara pemupukan tanaman jeruk mempunyai kemampuan menyerap hara yang
penyerapannya. Hal ini disebabkan oleh perakaran jeruk yang makin berkembang.
Dari masing-masing hama dan penyakit itu memiliki gejala yang terlihat dan bagian apa yang
diserang untuk itu diperlukan pengendalian yang harus dilakukan dan penyebab dari
gangguan itu sendiri. Untuk mengatasi masalah pada tanaman jeruk ini maka diperlukan
19
Hama dan Penyakit
2.2.1. Hama
Bagian yang diserang adalah tangkai, kuncup daun, tunas, daun muda.
Dekasulfan 350 EC). Penyemprotan dilakukan menjelang dan saat bertunas, selain itu
20
Gejala: bercak keperak-perakan tau coklat pada buah dan bercak kuning atau coklat pada
daun.
Gejala: bercak coklat kehitaman dengan pusat berwarna lebih terang pada tunas dan daun
Bagian yang diserang adalah kuncup bunga jeruk manis atau jeruk bes.
Gejala: bekas lubang-lubang bergaris tengah 0,3-0,5 cm, bunga mudah rontok, buah
Pengendalian: gunakan insektisida dengan bahan aktif methomyl (lannate 25 WP) dan
21
Pengendalian: gunakan insektisida Methomyl (Lannate 25 WP), Triazophos (Fostathion
Gejala: luang kecil dibagian tengah, buah gugur, belatung, kecil dibagian dalam buah.
Hydrolisate.
Gejala: daun berwarna kuning, bercak khlorotis dan gugur daun. Pada gejala srangan
berat terlihat ranting dan cabang kering dan kulit retak buah gugur.
(Supracide 40 EC).
Bagaian yang diserang adalah daun tua pada ranting atau dahan bagian bawah.
2.2.2. Penyakit
CVPD
22
Penyebab: Bacterium like organism dengan vektor kutu loncat Diaphorina Citri. Bagian
Gejala: daun sempit, kecil, lancip, buah kecil, asam, biji rusak dan pangkal buah oranye.
Pengendalian: gunakan tanaman sehat dan bebas CVPD. Selain itu penempatan lokasi
kebun minimal 5 km dari kebun jeruk yang terserang CVPD. Gunakan insektisida untuk
Tristeza
Penyebab: virus Citrus Tristeza dengan vektor Toxoptera. Bagian yang diserang jeruk
Gejala: lekuk batang, daun baku pemucatan, vena daun, pertumbuhan terhambat.
Penyebab: virus Citrus Vein Enation dengan vektor Toxoptera Citridus, Aphis Gossypii.
Bagian yang diserang: jeruk nipis, manis, siem, rough lemon dan sour orange.
Gejala: tonjolan tidak teratur yang tersebar pada tuland daun di permukaan daun.
Pengendalian: gunakan mata tempel yang bebas virus dan perhatikan sanitasi
lingkungan.
Blendok
Gejala: kulit ketiak cabang menghasilkan gom yang menarik perhatain kumbang, warna
23
Embun tepung
EC).
Kudis
Penyebab: jamur Sphaceloma fawcetti. Bagian yang diserang adalah daun, tangkai atau
buah.
Gejala: bercak kecil jernih yang berubah menjadi gabus berwarna kuning atau orange.
Dithiocarbamate/Benomyl (Benlate).
Busuk buah
Gejala: terdapat tepung-tepung padat berwarna hijau kebiruan pada permukaan kulit.
Penyeyab: jamur Phyrophthoranicatianae. Bagian yang diserang adalah akar dan panglal
Pengendalian: pengolahan dan pengairan yang baik, sterilisasi tanah pada waktu
24
Penyebab: jamur Fusarium sp. Coletotrichum sp. Alternaria sp. Bagian yang diserang:
Jamur upas
Gejala: retakan melintang pada batang dan keluarnya gom, batang kering dan sulit
dikelupas.
o Kanker
Penyebab: bakteri Xanthomonas Campestris Cv. Citri. Bagian yang diserang adalah daun
Gejala: bercak kecil berwarna hijau gelap atau kuning disepanjang tepi, luka membesar
untuk mencegah serangan ulat peliang daun adalah dengan mencelupkan mata tempel
Sistem perakaran jeruk nipis adalah akar tunggang dimana akar lembaga tumbuh terus
menjadi akar pokok yang bercabang – cabang menjadi akar-akar yang kecil. Akarnya
memiliki cabang dan serabut akar. Ujung akar tanaman jeruk terdiri dari sel-sel muda yang
senantiasa membelah dan merupakan titik tumbuh akar jeruk. Ujung akar terlindung oleh
25
tudung akar yang bagian luarnya berlendir sehingga ujung akar mudah menembus tanah
(Liana 2017).
b. Batang (Caulis)
Batang yang tergolong dalam batang berkayu (lignosus), yaitu batang yang biasanya keras
dan kuat, karena sebagian besar tergolong kayu. Batangnya berbentuk bulat (teres), berduri
(spina) pendek, kaku dan juga tajam. Selain itu, arah tumbuh batangnya mengangguk
(nutans), batangnya tumbuh tegak lurus ke atas tetapi ujungnya membengkok kembali ke
bawah.Sifat percabangan batang monopodial yaitu batang pokok selalu tampak jelas, karena
c. Daun (Foluim)
Daunnya berwarna hijau dan jika sudah tua warna kulitnya menjadi kuning. Helain daun
berbentuk jorong, pangkal bulat, ujung tumpul, tepi beringgit, permukaan atas berwarna hijau
tua mengkilap, permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda, daging daun seperti
kertas, Panjang 2,5 – 9 cm, lebar 2,5 cm, sedangkan tulang daunnya menyirip dengan tangkai
d. Buah (Fructus)
Buah jeruk nipis berbentuk bola bewarna kuning setelah tua atau masak dan bewarna hijau
ketika masih muda dengan diameter 3,5-5 cm. Kulit buah pada jeruk nipis mengandung
semacam minyak atsiri yang pahit rasanya. Minyak atsiri adalah sejenis minyak yang mudah
sekali menguap pada suhu kamar tanpa mengalami penguraian terlebih dahulu, dan baunya
sesuai dengan bau tanaman penghasilnya. Minyak tersebut mudah sekali bersenyawa dengan
alkohol, eter dan minyak lemak, tetapi sulit larut dalam air (Liana 2017).
e. Bunga (Flos)
26
Bunga muncul dari ketiak-ketiak daun atau pucuk-pucuk ranting yang masih muda. Setelah
pucuk daun tumbuh, beberapa hari kemudian akan disusul putikputik bunga. Bunga jeruk
nipis berwarna agak kemerahan hingga keunguan. Bunga jeruk biasanya berbau harum
Jeruk nipis (Citrus aurantifolia s.) adalah salah satu tanaman toga yang banyak digunakan
oleh masyarakat sebagai bumbu masakan dan obat-obatan (Razak, Djamal, dan Revilla
2013). Dalam bidang medis, jeruk nipis dimanfaatkan sebagai penambah nafsu makan, diare,
antipireutik, antiinflamasi, antibakteri dan diet (Prastiwi dan Ferdiansyah 2013). Selain itu
secara empirik jeruk nipis juga dapat digunakan sebagai obat batuk, meluruhkan dahak,
Jeruk nipis memiliki kandungan senyawa flavonoid dimana flavonoid merupakan golongan
senyawa polifenol terbesar yang memiliki aktivitas sebagai antioksidan dan antibakteri. Jeruk
nipis memiliki aktivitas antifungal. Selain itu jeruk nipis juga memiliki aktivitas larvasida dan
anthelmintik. Berbagai aktivitas yang dimiliki oleh tanaman jeruk nipis diduga berasal dari
kandungan minyak atsiri. Minyak atsiri merupakan komponen terbanyak yang terdapat dalam
tanaman jeruk nipis. Senyawa mayor yang terdapat dalam daun dan kulit buah jeruk nipis
adalah limonen dan β-pinen. Jeruk nipis dapat digunakan sebagai antifungal alternatif untuk
menggantikan fungisida kimia sehingga mengurangi efek berbahaya pada manusia dan
lingkungan. Selain itu, jeruk nipis dapat digunakan sebagai larvasida alami yang memiliki
beberapa keuntungan seperti degradasinya yang cepat serta toksisitas yang rendah. Jeruk
nipis juga memiliki aktivitas anthelmintik karena adanya senyawa tanin yang serupa dengan
27
fenol sintetik yang terbukti dapat menghambat pertumbuhan cacing (Chusniah dan Muhtadi
2017).
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Anglospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rutaces
Keluarga : Rutaceae
Genus : Citrus
Species : Citrus SP
Jenis jeruk lokal yang dibudidayakan di Tanah Karo adalah jeruk Keprok (Citrus
Reticulata/Nobilis. L), Jeruk Siem (Citrus MicroCarpa. L dan Citrus Sinensis. L) Yang terdiri
atas jeruk Manis (Citrus Auranticum. L dan Citrus Sinensis. L). Jeruk manis yang
28
Jeruk manis ini ada yang menyebut jeruk manis putih/jeruk manis perang. Warna
buahnya kuning atau kombinasi kuning dan merah. Jeruk manis ini banyak ditanam di Tanah
Karo dan merupakan salah satu yang terpenting dari jenis jeruk lainnya. Pertumbuhan jeruk
ini kuat, berduri, berbiji, buahnya agak kasar, berumur panjang dan produktif. Jeruk manis ini
biasa mempunyai varietas lebih banyak daripada jenis jeruk lainnya. Beberapa jenis
29
B. Jeruk Manis Pusar
Jeruk manis ini berbeda dengan jeruk manis lainnya. Pada ujung buahnya terdapat
pusar (udel) yaitu seperti buah kecil, kerdil, melekat pada ujung buah yang pertama. Jeruk
manis ini tidak berbiji, mungkin fungsi tepung sari dan telur tidak baik.
Perbedaan lain yaitu tekstur daging buah rapuh, segmen mudah dipisah, aroma harum,
sehingga banyak digunakan sebagai buah pencuci mulut sehabis makan. Bila buah
disimpan ada rasa pahit pada cairannya. Buah ini tidak cocok untuk Processing.
Pertumbuhan jeruk manis pusar ini kurang kuat dan lebih peka bila keadaan di
sekelilingnya tidak cocok. Dibawah ini diberikan beberapa contoh jeni jeruk manis pusar:
Jeruk manis ini juga disebut Bahia, asalnya tidak diketahui. Diduga jenis ini
berasal dari varietas Selecta yang mengalami mutasi tunas dekat Bahia, Brasil. Mula-
30
mula dikembangbiakkan tahun 1810-1820, ditanam di Washington tahun 1870,
Buah berukuran besar, bentuk bulat, bulat telur terbalik (ujungnya lebih besar
daripada pangkalnnya), atau elips. Pada ujung seringkali ada tonjolan kecil atau
puting yang yang lebar, buah ini tidak berbiji, warna jeruk ini adalah kuning cerah.
Ketebalan kulit sedang sampai tebal, agak lembut, permukaanya berlekuk sedikit
kasar. Warna daging oranye tua, tekstur kuat, aroma harum, cairan sedang. Buah bisa
lama tergantung di pohon, lebih cepat masak. Berat buah 180-250 gram, tingkat
produksinya tinggi.
Tajuk buah bulat agak melengkung, besarya sedang, selama berbunga dan
berbuah, peka terhadap panas dan kekeringan. Warna benangsari krem. Tetapi tidak
mempunyai tepungsari. Di daerah tropis tanaman ini tumbuh baik bila ditanam pada
ketinggian 1.000-2.000 dpl. Didaerah beriklim basah, buah menjadi lebih besar dan
Jeruk manis Sunkist ini hampir sama dengan jeruk manis Washington perbedaannya
terlihat pada bentuk buah jeruk manis washington lebih besar daripada jeruk manis
Sunkist dan warna dari buah ini kuning agak kehijauan dan dagingnya berwarna
kuning pucat dan rasanya masih terasa agak asam. Dan untuk budidaya tanam jeruk
Dibeberapa negara telah diproduksi minyak dari kulit dan biji jeruk, gula tetes, alkohol dan
pektin dari buah jeruk yang terbuang. Minyak kulit jeruk dipakai untuk membuat minyak
31
wangi, sabun wangi, esens minuman dan untuk campuran kue. Beberapa jeruk seperti jeruk
nipis dimanfaatkan sebagai obat tradisional penurun panas, pereda nyeri saluran napas bagian
1. Gejala Luar
Pada tanaman muda gejala yang nampak adalah adanya kuncup yang berkembang lambat,
pertumbuhannya mencuat keatas dengan daun- daun kecil dan belang- belang kuning.
Pada tanaman dewasa, gejala yang sering tampak adalah cabang yang dsaun- daunnya kuning
dan kontras dengan cabang lain yang daun- daunnya masih sehat. Gejala ini dikenal dengan
sebutan greening sektoral. Daun pada cabang- cabang yang terinfeksi menjorok keatas seperti
sikat. Gejala lain adalah daun berukuran lebih sempit, lancip dengan warna kuning diantara
tulang daun. Gejala- gejala ini mirip dengan gejala defisien Zn. Apabila gejala tersebut
disebabkan oleh defisiensi Zn dalam tanah, seluruh tanaman didalam kebun yang sama
biasanya akan menunjukkan gejala. Penyebaran gejala yang tidak merata merupakan
indicator yang sangat penting bagi adanya penyakit CVPD. Selama musim hujan, gejala
Buah pada cabang- cabang terinfeksi biasanya tidak dapat berkembang normal dan berukuran
kecil, terutama pada bagian yang tidak terkena cahaya matahari. Pada pangkal buah biasanya
muncul warna orange yang berlawanan dengan buah- buah sehat. Buah- buah yang terserang
rasanya masam dan bijinya kempes, tidak berkembang dan berwarna hitam.
2. Gejala Dalam
32
Pada irisan melintang tulang daun tengah jruk berturut- turut dari luar hingga ketengah daun
akan terlihat jaringan- jaringan epidermis, kolengkim, sklerenkim, phloem. Menurt tirta
widjaja (1984) gejala dalam pada tanaman jeruk yang terkena CVPD adalah :
Phloem tulang daun tanaman sakit lebih tebal dari phloem tulang daun tanaman sehat.
Pada phloem tulang daun tanaman sakit terdapat sel- sel berdinding tebal yang
merupakan jalur- jalur mulai dari dekat sklerenkim sampai dekat xilem. Dinding tebal
Didalam berbagai jaringan dalam daun terjadi pengumpulan secara berlebihan butir-
PENYEBAB
Berdasarkan hasil identifikasi terakhir dilporkan bahwa penyakit CVPD disebabkan oleh
bakteri liberobacter asiaticum yang hidup dan hanya berkembang pada jaringan phloem,
akibatnya sel- sel phloem mengalami degenerasi sehingga menghambat tanaman menyerap
nutrisi. Walaupun terdapat diphloem, tetapi penyebarannya dibagian tanaman adalah lambat.
Penyakit CVPD dapat ditemukan pada semua jenis jeruk yang terdapat d Indonesia.
KERUGIAN
Pada tahun1983, penyakit CVPD menyebabkan kerugian senilai Rp. 26,4 milyar (cholil
mahfud, 1985). Sementara itu direktorat jenderal pertanian tanaman pangan (1984)
melaporkan bahwa CVPD telah memusnahkan jutaan pohon jeruk di Indonesia. Kehilangan
jeruk oleh penyakit tersebut ditaksir 50.000 t buah pertahun (hutagalung, 1989).
PENYEBAB GEOGRAFIS
Sampai tahun 1996, penyakit CVPD telah dilaporkan terdapat di aceh, sumatera utara, riau,
sumatera barat, jambi, sumetera selatan, bengkulu, lampung, DKI Jakarta, jawa barat, jawa
33
tengah, jawa timur, bali, sulawesi selatan, DI yogyakarta dan sulawesi utara.
Penyebaran CVPD secara geografis dari satu daerah kedaerah lain, serta masuknya penyakit
kedalam kebun disebabkan oleh bahan tanaman yang terinfeksi, terutama berasal dari
penggunaan tunas mata temple yang terinfeksi. Sedangkan penyebaran ketanaman lain dalam
satu kebun biasanya melalui vector diaphorina citri atau penggunaan tunas mata tempepl
yang terinfeksi. Penularan melalui kuncup biasanya relative rendah (5-10%), karena bakteri
penyebab penyakit tidak tersebar dalam jaringan tanaman (nurhadi dan whittle, 1988)
menurut tirta widjaja (1984) penularan CVPD selalu melalui (a) vector (b) mata temple (c)
bibit tanaman sakit, juga dapat melalui alat yang digunakan memotong dahan ranting
Hubungan antara vector D.citri dengan penyakit CVPD belum banyak diteliti. Cholil mahfud
1. Vector D.citri baru dapat menularkan CVPD setelah mengisap tanaman sakit selama
48 jam. Berdasarkan tunas sakit, hasil penularan makin tinggi apabila vector telah
2. Penularan terjadi setelah 360 jam vector selesai menghisap tanaman sehat. Sampai
168 jam setelah menghisap tanaman sehat, vector yang viruliferous belum
menularkan CVPD.
4. Vector yang mengandung CVPD rata- rata berumur 33 hari dan umur ini lebih pendek
34
Gambar 1.bawah : buah jeruk sehat, atas : buah
Gambar 2.Buah jeruk yang sehat
jeruk sakit
Gambar 3.Serangan vector CVPD (diaphorina
Gambar 4.Gejala daun yang terkena CVPD
citri)
MENGENAL VEKTOR CVD
Ciri disamping berperan sebagai vector CVPD, juga dapat menyebabkan kerusakan langsung
pad tanaman jeruk. Namun perannya sebagai vector CVPD jauh lebih penting disbanding
Tanda serangan
D. citri menyerang tangkai, kuncup bunga dan daun, tunas serta daun- daun muda. Bagian
tanaman yang terserang parah biasanya mngering secara perlahan lahan kemudian mati.
35
terhambat. Kutu juga menghasilkan sekresi berwarna putih transpran berbentuk spiral,
D. citri menpunyai tiga stadium hidup yaitu telur, nimfa, dan dewasa. Telur berwarna kuning
terang berbentuk seperti buah alpokat, diletakkan secara tunggal atau berkelompok di kuncup
permukaan daun daun muda, atau ditancapkan pada tangkai- tangkai daun setelah 2-3 hari,
Nimfa yang baru menetas hidup berkelompok ditunas- tunas dan kuncup untuk menghisap
cairan tanaman. Setelah berumur 2 atau 3 hari, nimfa menyebar dan menyerang daun- daun
muda. Nimfa berwana kuning sampai coklat dan mengalami 5 kali pergantian kulit. Nimfa
lebih merusak tanaman dari pada kutu dewasanya. Stadium nimfa berlangsung selama 17
hari.
Pada kondisi panas siklus hidup dari telur sampai dewasa berlangsung antara 16-18 hari,
setelah kutu menjadi dewasa dan segera bertelur setelah terjadi perkawinan. Seekor betina
D.citri mampu menghasilkan 9-10 generasi dalam 1 tahun. Stadium dewasa ditandai oleh
adanya sayap sehingga mudah meloncat apabila terkena sentuhan. Serangga dewasa berwarna
coklat tua, dengan panjang tubuh 2-3 mm. apabila sedang menghisap cairan sel tanaman, D.
citri memperlihatkan posisi menungging. D. citri lebih aktif pada saat tanaman jeruk dalam
fase istirahat, D. citri dewasa hinggap pada daun tua dan menghisap cairan selnya. Stadium
36
dewasa ini bisa bertahan hidup selama 80-90 hari.
Kutu dewasa pertama yang membentuk koloni pada awal periode pertunasan sering kali
sangat infektif dan membawa bakteri penyebab penyakit pada tunas- tunas baru. Populasi D.
citri yang viruliferous dari suatu populasi sangat bervariasi, tingkat penularan yang sangat
tinggi ditentukan oleh ketepatan kutu menusukkan stiletnya pada tanaman sakit.
Pada kondisi alamiah, penyebaran CVPD tergantung pada jumlah inokulum bakteri pada
Tanaman inang patogen CVPD adalah anggota rutaceae seperti poncirus tripoliata, murraya
paniculata, swing lea glutinosa, clausena indica, atalantia missionis, triphasia aurantiola,
PENGENDALIAN
Pengendalian penyakit CVPD harus dilakukan secara terpadu. Faktot- faktor yang perlu
Pengadaan bibit ini mendapat pengawasan dari balai pengawasan dan sertifikasi benih
(BPSB). Dalam rangka ini, pusat penelitian dan pengembangan hortikultura telah
mengembangkan teknik sambung tunas pucuk (shoot tip grafting, STG) seperti di riau, jawa
2. Serangga vector
37
Serangga penularan yang sangat dalam penyebaran CVPD adalah D. citri. Vector ini
menularkan CVPD dipesemaian dan kebun serta terutama ditemukan pada tunas (titrawidjaja,
(perfekthion, roxion 40 EC, rogor 40 EC, cygon) yang diaplikasikan pada daun atau
disuntikan pada batang, dan edosulfan (dekasulfan 350 EC).aplikasi insektisida hendaknya
Tanaman jeruk yang terkena CVPD dengan tingkat serangan ringan, masa produktivitasnya
dapat diperpanjang dengan infusan oksitetrasiklin HCI konsentrasi 200 ppm. Penyembuhan
yang terjadi hanya bersifat sementara sehingga cara ini harus diulangi.untuk memperoleh
hasil optimim, tanaman yang telah diinfus harus dipupuk dan mendapat pengairan yang
4. Eradikasi
Produksi tanaman yang terserang CVPD adalah rendah, tanaman ini tidak menghasilkan
buah. Tanaman sakit tersebut merupakan sumber inokulum bagi tanaman disekitarnya.
5. Karantina
Dalam rangka mencegah CVPD, telah dikeluarkan surat keputusan mentri pertanian nomor
129/kpts/um/3/1982 yang isinya melarang pengangkutan tanaman / bibit jeruk dari daerah
38
Gejala CVPD banyak terdapat didaerah kekurangan air dan daerah daerah yang belum biasa
melakukan pemupukan jeruk. Idealnya tanaman jeruk tersebut diberi pemupukan berimbang
antara pupuk makro dan pupuk mikro (tjiptono, 1984 dalam hutagalung,1989).
Data ini sangat penting untuk penyusunan program secara lengkap. Data yang diperlukan
adalah jumlah daerah perbanyakan jeruk, jumlah tanaman yang terkena CVPD,
39
Gejala
Gejala infeksi pada tanaman berupa kerusakan pada jaringan pembuluh tapis (floem), terlihat
adanya lekukan atau celah-celah memanjang pada jaringan kayu pada batang, cabang atau
ranting (stem pitting) dan gejala pemucatan tulang daun (vein clearing) berupa garis-garis
putus atau memanjang pada tulang daun yang tembus cahaya, 2 minggu sampai 2 bulan
setelah terinfeksi. Pertumbuhan tanaman menjadi merana, kerdil dan daun kecil-kecil.
Kadang-kadang muncul gejala daun kecil kaku serta tepinya melengkung keatas (cupping).
Bioekologi
Virus Tristeza jeruk berbentuk benang lentur yang panjang. Termasuk dalam kelompok
Strain 3 : menyebabkan bibit menguning (seedling yellow) : Sour orange, Grape fruit.
Penularan secara alami di lapang dapat terjadi melalui tunas mata-tempel terinfeksi dan
dengan perantaraan kutu daun aphid. Ada 4 spesies aphid yang berperan, yaitu Toxoptera
citricidus, T. Aurantii, Aphids gosypii, A. citricola. Pada T. citricidus diketahui virus melekat
pada stilet (alat penghisap). Kutu daun ini sudah dapat menularkan virus jika menghisap
tanaman sakit selama 5 detik dengan inkubasi 5 detik. Penularan secara efektif terjadi bila 27
ekor aphid secara bersama-sama menularkan pada tanaman sehat. Hubungan virus dalam
40
tubuh vektor bersifat non persisten, artinya efektivitasnya terjadi dalam waktu singkat. Pada
penyebaran CTV sangat kecil, meskipun berasal dari tanaman bebas penyakit.
Penyakit Tristeza menyebar hampir di seluruh sentra jeruk di Sumatera, Jawa, Bali, Riau,
Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Jenis jeruk yang peka
terhadap CTV adalah jeruk manis, jeruk besar, batang-bawah JC dan siam. Jenis jeruk
keprok termasuk toleran. Tanaman Jeruk di BF (Blok Fondasi) dan BPMT (Blok
Penggandaan Mata Tempel) yang paling peka terhadap infeksi ulang CTV adalah siam
Pontianak, siam Lumajang, Manis VLO (Valencia late orange) dan Manis WNO
Pengendalian
41
Pada kondisi dimana vektor dominan, pengendalian CTV yang dilakukan adalah dengan
Phosmaphamidon. Di Blok Fondasi tidak boleh ada 27 ekor atau lebih aphid yang menyerang
tiap tanaman jeruk. Pengawasan dengan cara memasang perangkap kuning sangat membantu
dan dapat diamati setiap hari. Batang-bawah JC yang biasanya digunakan di Indonesia
termasuk toleran terhadap CTV. Sebagai sumber mata-tempel, pembibitan bebas penyakit
tanaman di BF perlu dimonitor dan diperiksa secara periodik kelayakannya sebagai bahan
Indeksing CTV rutin dilakukan di BF setahun sekali, karena peluang infeksi ulang lebih besar
dibanding penyakit yang tidak tular vektor. Indeksing dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
Alternatif yang banyak ditempuh negara-negara penghasil jeruk seperti Brazil saat ini adalah
preimunisasi, yaitu usaha menginfeksi tanaman sehat dengan strain lemah virus CTV. Guna
mencegah penularan ulang virus tersebut melalui aphid. Di Indonesia telah ditemukan
beberapa strain lemah CTV yang berpotensi, namun penelitian-penelitian yang mantap masih
42
Patogen : Virus Vein Enation Jeruk (Citrus Vein Enation Virus = CVEV)
Gejala
Penyakit puru berkayu mempunyai dua gejala sesuai dengan namanya yaitu Vein
enation biasanya ditemukan pada jeruk nipis atau Sour orange. Gejala kedua Woody gall
terutama terjadi pada batang-bawang Rough lemon. Pada tanaman jeruk nipis, infeksi CVEV
menyebabkan munculnya tonjolan atau puru kecil (enation) yang tersebar tidak teratur pada
tulang daun di permukaan bawah daun. Gejala ini berukuran kecil, mulai tampak pada daun-
daun muda pada 2-3 bulan sejak penularan. Gejala tersebut semakin jelas bila daun menjadi
tua. Pada tanaman terinfeksi, gejala tonjolan-tonjolan ini biasanya terjadi pada sebagian atau
seluruh daun.
43
Woody gall adalah gejala puru-puru atau tonjolan-tonjolan di bagian batang dan akar. Awal
terbentuknya kadang-kadang pada duri, apabila membesar hampir melingkari batang tanaman
terjadi sekitar 6 bulan atau lebih sejak tertular. Mula-mula tonjolan berukuran kecil berwarna
pertumbuhan batang-atas.
44
Bioekologi
Penyakit ditemukan di Jawa Tengah, Jawa Barat dan Sulawesi Selatan. Virus dapat menular
dengan perantaraan kutu daun T. Citricidus, Aphid gosypii dan Myzus persicae atau melalui
kegiatan perbanyakan. Pembentukan bintil pada tanaman sakit disebabkan karena jaringan
45
xylem membesar secara luar biasa, akibat rangsangan luka baik mekanis atau proses tumbuh
tanaman. Rough lemon, Sour orange, Mexican lime, jeruk manis dan jeruk masam rentan
terhadap penyakit ini. Gejala Woody gall baru terlihat biasanya setelah tanaman berumur 10
tahun sehingga ada resiko bahwa patogen sudah menyebar sampai ke mata-tempel.
Pengendalian
Penyakit ini termasuk sulit disembuhkan. Pencegahan merupakan langkah paling aman yaitu
dengan menggunakan mata-tempel atau bibit bebas penyakit serta pengendalian vektor
seperti pada kutu daun. Indeksing tanaman pada BF (Blok Fondasi) untuk menguji puru
berkayu ini biasanya menggunakan uji dengan tanaman indikator. Tanaman indikator yang
46
2.6.4. Penyakit Blendok
47
Diplodia Kering Diplodia Basah
Penyakit Blendok/ Diplodia merupakan salah satu penyakit utama pada jeruk. Penyakit
Blendok dapat terjadi apabila ada patogen menyerang cendawan Botryodiplodia theobromae
Pat.yang patogenik menyerang tanaman yang rentan, yang tumbuh pada lingkungan yang
sesuai untuk patogen, dan petani kurang intensif dalam pemeliharaan tanaman.
48
Tingkat serangan penyakit blendok dapat dipakai sebagai tolok ukur terhadap tingkat
pemeliharaan yang sudah dilakukan, makin intensif pemeliharaan dapat menurunkan tingkat
kondisi kekeringan, adanya pelukaan, perbedaan suhu siang dan malam yang tinggi dan
pemeliharaan yang kurang optimal.Penyakit ini juga dikenal sebagai penyakit blendok karena
salah satu gejalanya adalah keluarnya blendok (gum) dari batang yang teriinfeksi.
Penyakit blendok dapat diketahui dengan mudah apabila tanaman sudah bereaksi terhadap
Diketahui ada dua jenis Diplodia yaitu basah dan kering. Diplodia basah, batang, cabang,
atau ranting yang terserang mengeluarkan blendok berwarna kuning keemasan dan pada
stadia lanjut, kulit tanaman mengelupas. Diplodia kering, kulit batang atau cabang tanaman
yang terserang akan mengering tanpa mengeluarkan blendok, sehingga gejalanya lebih sulit
diamati. Pada bagian celah kulit terlihat adanya masa spora jamur berwarna putih atau hitam.
Serangan pada batang utama akan lebih berbahaya dibandingkan pada cabang atau ranting.
Serangan yang melingkar pada cabang mengakibatkan bagian tanaman diatas serangan akan
Pengendalian
Menjaga kebersihan kebun dengan memangkas ranting kering dan cabang yang
Menjaga alat pertanian; pisau, gunting pangkas maupun alat lainnya selalu dicuci
bersih dan diolesi kapas yang dibasahi alkohol 70% atau clorox 0,5% sebelum dan
setelah digunakan.
berbahan aktif Cu. Pelaburan dilakukan pada awal da akhir musim hujan
49
2.6.5. Penyakit Embun Tepung pada Tanaman Jeruk
50
51
Penyakit ini umum terjadi pada waktu musim pertunasan. Ditandai dengan adanya lapisan
tepung putih pada bagian atas daun, yang dapat menyebabkan daun malformasi (mengering
Fase kritis serangan adalah periode pertunasan dan daun muda yang sedang tumbuh, buah
Kumpulan tepung putih pada daun, tunas dan buah muda merupakan masa konidia
jamur Oidium tingitanium yang menyerang bagian daun jeruk. Serangan patogen jamur ini
Serangan pada daun menyebabkan daun abnormal dan mengalami malformasi yang biasanya
Penyakit akan terjadi apabila varietas yang ditanam rentan, ditemukan sumber patogen di
sekitar kebun dan terjadi pada pada musim kemarau yang lembab. Suhu tinggi beberapa jam
yang kemudian terjadi hujan, akan memicu perkecambahan konidia jamur yang berada diatas
permukaan daun.
Penetrasi akan terjadi dalam beberapa jam setelah perkecambahan konidia. Dilaporkan bahwa
semua jenis jeruk rentan terhadap penyakit ini. Serangan patogen jamur Oidium
tingitanium pada buah menyebabkan gejala burik kusam permanen pada kulit buah yang
Pengendalian paling efektif dilakukan menjelang bertunas dan diulang saat daun muda.
Digunakan bahan aktif siprokonazol dibanding tembaga hidroksida dan kapur belerang.
Senyawa Azadirachtin filtrat daun nimba mampu merusak membran sel jamur Oidium
52
Perbedaan konsentrasi filtrat daun nimba mempengaruhi pertumbuhan embun tepung, dan
filtrat daun nimba paling efektif adalah konsentrasi 60g/l, 80g/l dan 100g/l dengan prosentase
Serangan yang parah pada tunas muda disarankan untuk dipangkas, kemudian dimasukkan
Gejala dapat terjadi pada daun, ranting, batang anakan, dan buah. Kudis baru merupakan
gabungan antara jamur dan jaringan inang, merupakan permukaan terangkat yang berwarna
pink sampai cokelat cerah. Luka awal menyerupai menyerupai gejala baru kanker jeruk dan
dapat mempunyai tepi yang berair. Seiring dengan perkembangan, permukaan terangkat
semakin jelas dan pada akhirnya menggabus dan permukaannya pecah-pecah, berubah warna
menjadi cokelat kekuningan dan pada akhirnya abu-abu kotor. Kudis pada jeruk sitrun, jeruk
cina tangerine dan jeruk masam terangkat dari permukaan sekitarnya, kudis pada jeruk
gedang hampir sama tinggi dengan permukaan di sekitarnya. Gejala dan tanda penyakit rinci
53
Gejala kudis jeruk, A-C: kudis pada permukaan atas daun jeruk masam, D: gejala pada
permukaan bawah daun, E dan F: gejala berupa tonjolan mengerucut pada permukaan
bawah daun, G dan H: gejala pada buah, I: gejala pada buah jeruk RL, dan J: gejala pada
Gejala awal menyerupai gejala awal kanker jeruk. Gejala selanjutnya menyerupai gejala yang
disebabkan oleh jamur sekerabat Elsinoë australis Bitancourt & A.E. Jenkins dan jamur
Unduh dan periksa data sheet EPPO untuk membedakan. Uraian mengenai penyakit kudis
54
Deskripsi Ringkas Patogen
Koloni Elsinoë fawcettii tumbuh sangat lambat pada medium PDA, tetapi membentuk koloni
khas setelah 4-6 hari. Namun pertumbuhan koloni mudah dikalahkan oleh jamur kontaminan.
Untuk menghindari hal ini dapat digunakan media selektif yang terdiri atas campran PDA,
dodine, streptomisin sulfat, dan tetrasiklin hidroklorida. Warna koloni pada media PDA
bervariasi bergantung pada isolat, berkisar dari ochraceous pucat (ochre colored) sampai
membundar lonjong, sampai menyerupai elips, berwarna cokelat gelap, lebar sampai 120 µm,
terbentuk dari hifa pseudo-parenkima. Askus berbentuk bundar memanjang sampai eliptis,
berdinding tebal pada bagian atas, terdiri aras 8 spora, berukuran 12-16 µm. Askospora
tembus cahaya, bundar memanjang eliptis, bersekat 1-3, biasanya mengecil di bagian sekat
tengah, berukuran 10-12 x 5-6 µm.Aservulus epidermal atau sub-epidermal, tersusun atas
paseudo-parenkima tembus cahaya atau berwarna cokelat pucat. Sel konidiogen terbentuk
langsung dari sel-sel atas pseudo-parenkima atau dari sel konidiofora bersekat 0-2,
monofilidik sampai polifilidik, terminal, terpadu, tembus cahaya atau cokelat pucat,
berukuran 12-22 x 3-4 µm. Konidia tembus cahaya, tanpa sekat, berbentuk elipsoidal,
berukuran 5-10 x 2-5 µm. Deskripsisi lengkap dapat diperoleh dari MycoBank dan data sheet
EPPO.
Kisaran Inang
Kudis jeruk merupakan penyakit yang merusak hanya pada jenis atau kultivar jeruk tertentu,
khususnya anakan batang bawah jeruk RL, jeruk masam, jeruk Rangpur, dan citrange
Carrizo, serta batang atas tangor Murcott, tangor Temple, dan beberapa silangan jeruk cina
55
tangerine lainnya. Jarang-jarang dapat ditemukan pada jeruk gedang. Kisaran inang lengkap
Perkembangan penyakit kudis sangat dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban, kelembaban
merupakan faktor yang lebih penting di kawasan tropika. Kudis tidak berkembang di
kawasan beriklim mediterania. Konidia terbentuk pada luka kudis muda pada kisaran suhu 7-
30oC (optimal pada 20-30oC dan kelembaban nisbi 66-100% dan pada luka kudis lama pada
kisaran suhu 10-28oC (optimal 20-24oC) dan kelembaban nisbi 84-100%. Produksi konidia
dan infeksi optimal memerlukan kelembaban nisbi 100% dan adanya lapisan air pada
permukaan daun. Konidia berkecambah pada kisaran suhu 13-32oC (optimal 26oC) dan
Diagnosis
Penyebaran dalam jarak dekat menggunakan konidia dengan perantaraan percikan air hujan,
embun, atau irigasi curah, penyebaran jarak jauh menggunakan askospora dengan perantaraan
angin. Penyebaran jarak jauh juga dapat terjadi menggunakan konidia dan askospora dengan
perantaraan bibit.
56
Rekomendasi Pengendalian
Penyakit kudis jeruk dapat dikendalikan dengan menggunakan cara budidaya, genetik, dan
lokasi yang kering atau di dalam rumah kaca. Pengendalian dengan kultivar tahan sebaiknya
kimiawi dilakukan dengan melakukan penyemprotan pesemaian batang bawah dan tanaman
rentan dewasa dengan menggunakan fungisida protektan berbahan aktif tembaga, ferbam,
57
Nama umum : Phytophthora palmivora
Filum : Oomycota
Ordo : Pythiales
Famili : Pythiaceae
A. sporangia
C. klamidospora, x 500. CMI (Descriptions of Pathogenic Fungi and Bacteria No. 831. CAB
International, Wallingford,
58
P. nicotianae var. parasitica sporangiumnya berbentuk jorong sampai agak bulat
berbentuk buah pir dengan sporangiofor lebih halus dari pada hifa. Spora mempunyai
dua bulu cambuk (flagella) dan patogen dapat membentuk klamidospora bulat
terbentuk pada bagian tengah atau ujung sporangiofor. Sporangiofor bercabang tidak
klamidospora.
Cendawan dapat bertahan dalam tanah dan membentuk spora kembara. Cendawan ini
disebarkan terutama oleh hujan dan air pengairan yang mengalir di atas permukaan
tanah.
Penyakit lebih banyak menyerang pada kebun dengan ketinggian lebih dari 400 m
serangan patogen ini. Jeruk manis, jeruk nipis, sitrun Italia, Japanese Citroen (JC) dan
Tanah basah, adanya kabut, dan fluktuasi suhu yang kecil, pH tanah yang agak masam
yaitu 6.0 - 6.5 merupakan kondisi yang cocok untuk perkembangan patogen.
Penyakit ini terdapat di Jawa, Sumatera, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat dan
Bali.
Gejala serangan
Penyakit ini umumnya menyerang bagian pangkal batang, atau bagian sambungan
antara batang atas dan bawah untuk bibit jeruk okulasi. Gejala awal tampak berupa
bercak basah yang berwarna gelap pada kulit batang. Jaringan kulit kayu yang
59
terserang mengalami perubahan warna bahkan permukaan kulit, kambium, kayu,
terutama pada serangan lanjut. Kulit batang yang terserang, permukaannya cekung
dan mengeluarkan blendok, dan pada tanaman terserang sering berbentuk kalus.
Kematian tanaman akibat serangan penyakit ini terjadi apabila bercak pada kulit
melingkari batang.
akar tanaman.
Cabai, anggrek Vanda, kemiri minyak, kemiri minyak, kacang tanah, ubi kayu, tapak dara
(Madagaskar periwinkle), kenaf, ubi kayu, jarak, tepung sirsak, srikaya, aren, pepaya, kelapa,
Cara pengendalian
pada budidaya tanaman sehat yaitu : terpenuhinya persyaratan tumbuh (suhu, curah
hujan, angin, ketinggian tempat, tanah), pengaturan jarak tanam yang cukup untuk
bawah yang tahan seperti Troyer dan Cleopatra Mandarin dengan tinggi sambungan
45 cm di atas permukaan tanah, hindari pelukaan pada akar dan batang saat
penyiangan, menjaga dranase tetap baik, pengamatan secara teratur terhadap bagian
60
Pengendalian kimiawi, dengan pengapuran atau pelaburan bubur bordo untuk
Gugur buah jeruk biasanya disebabkan oleh serangan hama lalat buah dan penggerek buah.
Serangan lalat buah ditemukan pada buah menjelang matang. Gejala awal dapat ditandai
dengan adanya noda/titik hitam bekas tusukan lalat betina yang meletakkan telurnya pada
jaringan kulit buah. Hama ini menyerang dengan meletakkan telur pada buah, kemudian
menetas dan ulat atau larvanya memakan buah dari dalam. Kerusakan yang ditimbulkan oleh
61
Hama penggerek buah (Citripestis sagittifrella)
Hama ini juga menyerang dengan cara meletakkan telur pada buah, kemudian menetas dan
larvanya memakan buah dari dalam. Pada buah yang terserang hama terlihat ada lubang
gerekan pada kulit buah dan mengeluarkan kotoran seperti blendok. Buah yang terserang
mulai dari buah muda hingga buah menjelang panen, fase kritis serangan yaitu pada saat buah
berumur 2-5 bulan. Buah yang terserang akan membusuk dan kemudian gugur sebelum
matang.
Pengendalian kedua hama tersebut dapat dilaksanakan secara bersamaan. Cara pengendalian
meliputi (1) Sanitasi kebun dengan memetik buah yang terserang dan memungut buah yang
gugur, kemudian dibenamkan kedalam tanah (agak dalam) atau dimasukkan dalam karung
untuk memutus siklus hidup hama. (2) Membalikkan tanah dibawah tajuk agar pupa yang
terdapat didalam tanah terangkat keatas sehingga pupa tersebut mati terkena sinar matahari.
(3) Menggunakan perangkap atraktan dengan senyawa metil eugenol yang sangat disukai
oleh lalat jantan. (4) Penggunaan perangkap likat kuning dapat digunakan untuk menangkap
lalat betina. (5) Pengendalian secara kimia dengan penyemprotan insektisida pada saat buah
penyemprotan insektisida dengan interval setiap minggu sekali pada masa kritis umur buah 2-
5 bulan. Selain itu, pengendalian juga dilakukan dengan menggunakan senyawa penolak
Pengendalian hama tersebut perlu dilakukan secara serentak di suatu kawasan jeruk agar
62
Pembuatan perangkap atraktan
Alat dan bahan yang diperlukan yaitu botol plastik bekas air kemasan, pisau/gunting,
tali/kawat, kapas dan senyawa metil eugenol. Cara membuat perangkap: 1) potong botol
kira-kira ¼ bagian dekat mulut botol; 2) kemudian bagian potongan mulut botol dimasukkan
pada bagian potongan botol yang 3/4 bagian dengan cara bagian mulut botol menghadap
kedalam (terbalik); 3) pasang kawat untuk menggantungkan kapas di dalam botol; dan 4) lalu
Alat dan bahan yang diperlukan yaitu botol plastik bekas air kemasan atau bekas pestisida,
pisau/gunting, plastik scotlight warna kuning, tali/kawat, lem tikus, tinner (pengencer lem)
dan plastik gula. Cara membuat perangkap: 1) Rekatkan plastik scotlight melingkar pada
botol plastik; 2) Encerkan lem tikus dengan tinner hingga rata; 3) masukkan botol tersebut ke
dalam plastik; 4) pasang kawat/tali pada tutup botol; 5) lumuri plastik scotlight dengan lem
yang sudah diencerkan serta 6) pasang perangkap likat kuning di areal pertanaman dengan
cara digantung pada ranting atau pada tonggak yang diletakkan dekat tanaman. Pemasangan
63
2.6.9. Penyakit antraknose pada tanaman jeruk
64
Mati ranting pada tanaman jeruk bisa disebabkan antara lain oleh serangan penyakit
antraknose atau serangan penyakit jamur upas yang keduanya disebabkan oleh adanya
serangan jamur pada tanaman (daun, ranting dan buah). Kedua penyakit tersebut dapat
menyebabkan ranting menjadi kering dan akhirnya mati. Serangan penyakit ini banyak
penyakit jamur upas. Gejala tanaman yang terserang penyakit antraknose, pada daunnya
terdapat bercak2 warna coklat hingga hitam dan merata hingga ujung tunas menjadi cokla, t
selanjutnya akan berkembang ke pangkal menyebabkan mati pucuk. Ada bercak pada buah
terinfeksi; menyemprot dengan pestisida berbahan aktif benomyl; serta mencuci buah yg
diketahui tercemar saat panen, sebelum terjadi penetrasi (masuk ke dalan)) pada kulit buah.
Gejala serangan jamur Upas adalah timbulnya benang2 mengkilap seperti sarang laba2 warna
merah muda, jamur bisa masuk dalam kulit menyebabkan kulit membusuk, daun2 gugur,
ranting bisa mati. Serangan parah,bwarna merah jambu berubah menjadi abu2. Penyakit ini
Kedua penyakit tersebut (antraknose dan jamur upas) bisa juga dikendalikan dengan
penyemprotan larutan bubur kalifornia yg berwarna merah oranye dosis 300ml larutan per
tangki.
65
Bahan yang diperlukan dalam pembuatan bubur California adalah 1 bagian serbuk belerang,
1) kapur hidup disiram air dingin hingga larut dan mengendap sampai air benar-benar tidak
dapat terserap oleh kapur, kemudian bagian air jernih yang tidak terserap dibuang;
2) Sepuluh bagian air direbus sampai mendidih, kemudian 1 bagian serbuk belerang
3) Dua bagian endapan kapur mati (CaCO 3) kemudian dimasukkan sedikit demi sedikit ke
4) larutan akan berubah menjadi warna merah yang mengindikasikan bubur california telah
66
Kanker jeruk merupakan penyakit jeruk yang sangat merusak dan mempunyai distribusi
Indonesia. Jenis-jenis jeruk yang rentan di Indonesia adalah jeruk purut (Citrus histryx), jeruk
nipis (C. aurantifolia), dan jeruk bali (C. maxima Merr.) yang dibudidayakan di dataran
rendah pada kisaran suhu 20-35°C. Namun penyakit ini juga dapat masalah pada jeruk cina
(Citrus reticulata) bila di lokasi budidaya jeruk tersebut terdapat jenis-jenis jeruk yang rentan.
Gejala penyakit pada buah menyebabkan tampilan buah menjadi kurang menarik sehingga
Nama Penyakit
Nama penyakit ini dalam Bahasa Inggris adalah citrus canker atau asiatic citrus canker, dan
67
Nama berlaku penyebab penyakit kanker jeruk adalah Xanthomonas
atas banyak strain yang berdasarkan atas penyakit yang disebabkan pada jeruk dipilah
lime)
Kelompok strain E menyebabkan bercak bakteri jeruk atau kanker bibit florida,
ditemukan hanya pada tanaman muda, khususnya tanaman dengan batang bawah
menjadi Xanthomonas axonopodis pv. Citrumelo
68
1895) Dowson 1939 pv. citri kelompok strain A. Nama ilmiah sinonim lainnya
Pada daun, luka mula-mula terjadi pada permukaan bawah, sebelum kemudian berkembang
ke permukaan atas. Luka berukuran 2-10 mm dengan lingkaran konsentrik yang meninggi
pada permukaan bawah daun. Sering kali luka dikelilingi oleh tepi berair berwarna kuning
(halo kuning). Seiring dengan perkembangannya, kekasaran permukaan luka tidak dapat
dirasakan saat diraba, tetapi lingkaran konsektrisnya pada permukaan bawah daun masih
dapat dilihat dengan menggunakan kaca pembesar. Tepi berwarna kuning (halo kuning) juga
berubah menjadi cokelat gelap atau hitam yang tidak lagi berair. Bagian tengah luka pada
permukaan bawah daun menjadi bergabus dengan titik tengah menyerupai jerawat. Dalam hal
adanya kerusakan, luka cenderung mengikuti kontur kerusakan sehingga tidak sirkular. Pada
luka tua, jamur saprofitik berwarna putih dapat tumbuh di bagian tengah luka. Bagian tengah
69
Gejala kanker jeruk pada daun, A: pada permukaan atas daun, B: pada permukaan bawah
daun, C: lingkaran menguning di sepanjang tepi luka (halo kuning), D: basah di sepanjang
tepi luka, E: pola menggabus konsentris, F: pecah di bagian tengah menyerupai jerawat, G:
pada permukaan atas daun jeruk gedang, H: pada permukaan bawah daun jeruk gedang, I:
gejala bersama dengan kerusakan oleh penggorok daun, dan J: gejala pada daun rusak
Pada buah, luka berukuran bervariasi, umumnya 1-10 mm, luka lebih besar menembus
sampai beberapa milimeter ke dalam kulit buah, dan dapat saling menyatu satu sama lain.
Luka terdiri atas lingkaran konsentris, pada beberapa jenis atau kultivar jeruk, luka meninggi
dengan permukaan kasar, sedangkan pada jenis atau kultivar lainnya tidak. Bagian tengah
luka akan bergabus dan meletus menyerupai jerawat yang dapat pecah memperlihatkan
bagian dalam yang menyerupai gula merah. Lingkaran berwarna kuning dapat terlihat pada
buah hijau, tetapi tidak terlihat ketika buah menguning. Tepi lingkaran luka dapat berair,
tetapi hal ini hanya tampak pada luka berukuran kecil. Dalam hal ada kerusakan, luka
70
mengikuti kontur kerusakan sehingga tidak konsentris. Pada luka tua, jamur saprofitik
berwarna putih dapat tumbuh di bagian tengah luka. Selain pada daun dan buah, gejala juga
Gejala kanker jeruk pada buah dan cabang, A-C: gejala pada buah, dari ringan sampai berat,
D: luka pada permukaan buah hijau, E: luka pada permukaan buah kuning, F: luka dengan
pusat pecah, G: gejala pada ranting, H: gejala pada cabang muda, dan I: gejala pada cabang
Gejala kanker jeruk menyerupai gejala kudis jeruk (Elsinoe fawcettii) pada daun pada
umumnya, daun jeruk nipis Rangpur, buah jeruk manis, serta daun dan buah jeruk sitrun.
Gejala kanker jeruk juga menyerupai gejala melanose (Diaporthe citri) pada daun dan
71
Deskripsi Ringkas Patogen
Koloni pada media agar melingkar, cekung, berlencir, kuning berkilap, tidak dapat dibedakan
kasein dan aeskulin positif, tidak mereduksi nitrat, membentuk asam dari arabinosa, glukosa,
Kisaran Inang
72
Ekologi dan Daur Penyakit
Infeksi patogen terjadi melalui stomata, lentisel dan luka, terutama pada jaringan-jaringan
muda yang sedang dalam pertumbuhan. Penetrasi bakteri melalui lubang stomata dan luka
yang ditimbulkan oleh serangga, peralatan kerja, atau hantaman pasir yang ditiup angin
dibantu oleh angin dengan kelecatan ≥ 18 mph. Infeksi pada umumnya terjadi selama 6
minggu pertama pertumbuhan daun atau buah. Sejak gugurnya mahkota bunga, buah tetap
rentan terhadap infeksi selama 60-90 hari untuk jeruk manis dan tangerine dan selama 120
hari untuk jeruk gedang. Setelah selang waktu tersebut, infeksi hanya menghasilkan luka
berukuran kecil. Pada keadaan lembab karena adanya embun yang sangat tebal, bakteri keluar
singkat dalam tanaman dan tanah dan dalam waktu sangat lama dalam kanker-kanker pada
jaringan berkayu.
Diagnosis
Diagnosis berdasarkan gejala dan tanda dapat dilakukan dengan menggunakan kunci yang
disediakan pada situs Citrus Diseases. Namun untuk memastikan, dapat dilakukan uji
Bakteri menular dalam jarak dekat dengan perantaraan percikan air hujan, serangga, dan
peralatan serta dalam jarak jauh dengan perantaraan bahan tanam dan buah. Serangan ulat
73
Kanker jeruk merupakan penyakit jeruk yang mempunyai sebaran geografis yang luas,
termasuk mencakup pusat-pusat produksi jeruk di Indonesia. Sampai saat ini, penyakit kanker
jeruk belum ditemukan di pusat-pusat produksi jeruk di NTT, tetapi perlu dilakukan survei
Rekomendasi Pengendalian
Untuk pusat produksi yang belum terdapat penyakit kanker jeruk direkomendasikan untuk
melakukan dekontaminasi pakaian dan peralatan pekerja. Untuk pusat produksi jeruk yang
penebangan pohon terinfeksi yang dilanjutkan dengan pembakaran. Untuk pusat produksi
jeruk di mana kanker jeruk sudah merupakan penyakit endemik, direkomendasikan untuk
berbahan aktif tembaga (Cu). Selain itu juga perlu dilakukan pengendalian hama-hama yang
Catatan Penting
Penyakit kanker jeruk tidak ditularkan dengan perantaraan vektor, tetapi kerusakan daun,
cabang, ranting, dan buah secara mekanik maupun oleh hama dan penyakit lain dapat
tidak menyebar.
74
2.7.1. Kerusakan karena bahan kimia (Suhardi et al. 1977; CIP dan Balitsa 1999;
a. Herbisida
Herbisida sering menyebabkan perubahan bentuk tanaman dan daun, klorosis, nekrosis
dan kerdil. Umbi-umbi tanaman baru dapat berubah dengan adanya jaringan nekrosis di
bagian dalam atau luar. Pengaruh tersebut dapat berpindah ke dalam umbi akibat
jenis herbisida.
Penggunaan insektisida dan fungisida atau bahan-bahan aktif lainnya secara tidak tepat
dapat merusak daun-daun tanaman kentang. Tulang-tulang daun maupun pinggiran daun
dapat terbakar.
2.7.2. Kekurangan unsur hara (CIP dan Balitsa 1999, Duriat et al. 1977; Stevenson et al.
2001).
a. Nitrogen (N)
Gejala kekurangan Nitrogen adalah tanaman menguning bagian pucuk anak daun
melipat sepanjang tulang daun dan pertumbuhannya jelek. Respon tanaman tergantung
75
pada tingkat kekurangan N. Pada tanah-tanah tertentu, keracunan N yang berasal dari
b. Fosfor (P)
menjadi kecil, kurus, agak kaku dengan daundaun berkerut atau berbentuk mangkuk,
berwarna lebih gelap, tertundanya pematangan, dan berkurangnya hasil. Pada bagian
dalam umbi terdapat bintik-bintik nekrosis berkarat seperti penyakit nekrosis di bagian
dalam umbi. Karena P sering terfiksasi dalam tanah, pemberian pupuk dalam barisan
b. Kalium (K)
Gejala kekurangan Kalium adalah gejala awal daun-daun berwarna gelap atau hijau
kebiru-biruan. Daun-daun tua berubah warna menjadi merah tua dan nekrosis serta
terjadi penuaan yang cepat. Nekrosis seperti luka bergabus agak cekung terbentuk pada
permukaan umbi terutama pada stolon yang berdempetan. Umbi cenderung berbintik
c. Magnesium
Kekurangan magnesium dan mangan adalah menyebabkan titik-titik mati pada daun
2.7.3. Faktor lingkungan (CIP dan Balitsa 1999 ; Stevenson et al. 2001).
76
a. Polusi udara
Sulfur oksida dapat menyebabkan klorosis dan pemutihan, lamina daun antara jaringan
utama seperti terbakar (Gambar 41), sebelum terjadi kematian seluruh jaringan daun.
yang dimulai dengan daun menguning dan daun bagian bawah mati. Gejalanya mirip
saneseans (penuaan) dan kekurangan nutrisi. Polusi udara dapat terjadi jauh dari
Kesuburan tanah dan air yang berlebihan memberikan dampak yang kurang baik bagi
rongga di dalam umbi atau hollow heart (Gambar 42). Air yang berlebihan setelah
umbi dengan bentuk tonjolan-tonjolan (Gambar 43). Umbi yang terkena suhu tinggi
akan membentuk tunas dengan batang berdaun (Gambar 44) atau umbi berantai
Daun-daun yang terkena suhu rendah atau butiran es, warnanya berubah menjadi coklat
atau menjadi hitam jika basah. Bagian atas tanaman membeku lebih dulu, sehingga
tunas daun rusak. Akibatnya daun yang tumbuh kembali dapat berubah bentuk
(Gambar 46). Di gudang, perlakuan dengan suhu rendah, sedikit di atas titik beku, yang
noda hitam di seluruh umbi dan nekrosis pada jaringan (Gambar 47).
77
Gamba Perubahan bentuk daun (malformasi) karena
78
Gamba Gejala kekurangan Sulfur Oksida (Sumber : CIP-
79
Dalam perawatan tanaman jeruk salah satu caranya dengan mencegah adanya hama dan
penyakit. Menurut Triwiratni A (2016. Hlm. 1) pencegahan hama dan penyakit tanaman jeruk
antara lain :
2. Sanitasi kebun
3. Pemeliharan tanaman
Pencegahan hama tanaman jeruk menurut Zuhran M (2013, hlm. 3) melalui beberapa
cara, yaitu :
1. Penanam jeruk sebaiknya dilakukan di atas gundukan. hal ini dilakukan agar
pangkal batang tidak berada pada tidak terlalu lembab karena pathogen jamur
3. Sanitasi kebun untuk menjaga kebersihan kebun juga perlu kita lakukan.
80
Pengendalian Cara Lain
Pada saat ini dalam dunia pertanian sebelum menanam tanaman, sudah ada pengelolaan
hama tanaman, yang mana didalamnya sudah termasuk pengendalian hama penyakit.
Pengendalian penyakit secara umum ada empat cara yaitu kultura, biologi, fisik & mekanis,
Meningkatkan kesuburan tanah dengan cara memberikan pupuk yang seimbang akan
81
Pemungutan Hasil
Cara mencegah kerusakan hasil tanaman harus dilakukan tepat pada waktunya dan dilakukan
secara hati-hati. Jika tidak hati-hati tanaman akan mudah terinfeksi jamur botryodiplodia
theobromae dari daun dan ranting yang mati Semangun (2001, hlm. 256).
Cara lizi lazim digunakan dalam dunia pertanian untuk menolong satu tanaman yang sakit
Karena sebelum gejala tampak pada tanaman, tanaman sudah dapat menularkan penyakit
Pengendalian secara bilogi dengan cara menggunaan agens antagonis Glomus fas-ciculatum
82
Pestisida
83
1. Tinjauan umum
Dalam dunia pertanian pestisida adalah hal yang sangat utama sebab dalam dunia
pertanian sangat sering terjadi penyerangan hama dan penyakit. Pestisida adalah solusi untuk
mengatasi permasalahan hama dan penyakit. Berdasarkan bahan yang digunakan pestisida
dibagi atas dua jenis yaitu, pestisida kimia yang berbahan kimia dan pestisida hayati yang
berbahan dasar organik. Saat ini pestisida kimialah yang banyak digunakan para petani.
Menurut Vandeveer dalam Ameriana M (2008, hlm.2) “Penggunaan pestisida secara tidak
bijaksana dapat menimbulkan berbagai dampak negatif baik bagi manusia maupun
lingkungan”.
2. Biopestisida
84
Tanaman tumbuh tidak hanya cukup dengan diberi pupuk saja tetapi diberi pestisida untuk
menjaga tanaman dari serangan hama dan penyakit. Saat ini para petani banyak
menggunakan pestisida kimia, dengan alasan kemudahannya. Tetapi meraka tidak berpikir
akan kesuburan tanah kedepannya. Tanah ditanamani tumbuhan yang sering diberi pestisida
kimia berangsur-angsur kesuburannya akan berkurang, akibat dari unsur hara yang mulai
terganggu dengan adanya unsur dari bahan kimia pestisida. Salah satu solusi untuk mengata
Biopestisida merupakan pestisida yang berasal dari bahan organik, seperti tumbuhan,
hewan, dan mikroba. Pernyataan tersebur didasari dari Winarti (2015, hlm 20) “Pestisida
organik dikenal juga dengan nama pestisida nabati, merupakan bahan aktif tunggal atau
majemuk yang berasal dari tumbuhan dan bisa digunakan untuk mengendalikan organisme
merupakan produk tanaman atau hewan tertentu alami yang termasuk ke dalam metabolit
sekunder, yang terdiri atas alkaloid, terpenoid, fenol, dan bahan kimia sekunder minor”.
3. Macam biopestisida
1. Biopestisida Mikroba
Pestisida mikroba mengandung mikroba (seperti bakteri, jamur, virus, dan protozoa) sebagai
bahan aktif.
2. Biopestisida tanaman
Pestisida tanaman merupakan senyawa bersifat pestisida yang dihasilkan tanaman dari bahan
3. Biopestidia biokimia
85
Pestisida biokimia merupakan senyawa yang terjadi secara alami, yang mengendalikan hama
Biopestisida akan dipertimbangkan manfaat dan resiko yang terjadi setelah penggunaan,
proses pertimbangan dilakukan ketika akan diproduksi. Menurut Loekoes (2017, hlm.59-62)
pestisida konvensional.
yang digunakan, dapat diaplikasikan pada tanah, benih, bibit, atau tanaman
dan bagiannya.
86
Biopestisida sangat sesuai dipadukan dengan banyak komponen
sesuai jika digunakan untuk ledakan hama atau epidemic pathogen yang
hidup.
Salah satu solusi dalam penanganan penyakit dan hama tanaman dengan menggunakan
Schum). Biopestisida ekstrak lengkuas merah merah berupa formula cair yang ditambahkan
bahan lain berupa etanol. Pernyataan tersebut didasari dari Loekoes (2017, hlm 76.)
87
“Performulaan cair dapat berbasis air, berbasis minyak, berdasarkan-polimer, atau kombinasi.
Formula berbasis cair (konsentrat suspense, suspo-emulsi, kapsul suspense, dan lainnya)
membutuhkan bahan inert, seperti agensi penstabil, perekat, perata, pewarna, senyawa
Penyiraman Rutin
88
89
Penyemprotan Fungisida
90
Penanganan Pascapanen
Aktivitas panen dan penanganan seperti teknik pemanenan yang kurang tepat, sortasi yang
tidak baik, pengemasan dan pengepakan, pengangkutan dan penyimpanan yang kurang
diperhatikan serta adanya serangan hama dan penyakit dapat menyebabkan kerusakan buah
jeruk hingga sekitar 25%. Untuk menghasilkan jeruk bermutu tinggi, alur penanganan panen
Panen
Umur buah/tingkat kematangan buah yang dipanen, kondisi saat panen, dan cara panen
merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi mutu jeruk. Umur buah yang optimum
untuk dipanen adalah sekitar 8 bulan dari saat bunga mekar. Ciri-ciri buah yang siap
dipanen : jika dipijit tidak terlalu keras; bagian bawah buah jika dipijit terasa lunak dan jika
dijentik dengan jari tidak berbunyi nyaring, warnanya menarik (muncul warna kuning untuk
jeruk siam), dan kadar gula (PTT) minimal 10%. Kadar gula dapat ditentukan dengan alat
Dalam satu pohon, buah jeruk tidak semuanya dapat dipanen sekaligus, tergantung pada
kematangannya. Jeruk termasuk buah yang kandungan patinya rendah sehingga bila dipanen
masih muda tidak akan menjadi masak seperti mangga. Jika panen dilakukan setelah
melampaui tingkat kematangan optimum atau buah dibiarkan terlalu lama pada pohon, sari
buah akan berkurang dan akan banyak energi yang dikuras dari pohon sehingga mengganggu
kesehatan tanaman dan produksi musim berikutnya. Panen yang tepat adalah pada saat buah
telah masak dan belum memasuki fase akhir pemasakan buah. Dalam penyimpanan, rasa
asam akan berkurang karena terjadi penguraian persenyawaan asam lebih cepat dari pada
peruraian gula.
91
Kerusakan mekanis selama panen bisa menjadi masalah yang serius, karena kerusakan
dan meningkatnya laju respirasi serta produksi etilen yang berakibat pada cepatnya
kemunduran produk. Panen dapat dilakukang dengan tangan maupun gunting. Hal-hal yang
Tangkai buah yang terlalu panjang akan melukai buah jeruk yang lain sehingga harus
Panen buah di pohon yang tinggi harus menggunakan tangga, agar cabang dan ranting
tidak rusak.
Jangan memanen buah dengan cara memanjat pohon, karena kaki kotor dapat
Pemanen buah dilengkapi dengan keranjang yang dilapisi karung plastik atau kantong
Wadah penampung buah terbuat dari bahan yang lunak, bersih, dan buah diletakkan
secara perlahan. Krat walau biaya awalnya mahal, bisa ditumpuk, bertahan lama,
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jeruk yang cara pengambilanya berhati-hati dan
disimpan pada temperatur kamar 23-31oC selama 3 minggu, yang busuk mencapai 7
%; buah yang dijatuhkan diatas lantai yang busuk sebanyak 12 %; buah yang dipetik
basah yang busuk sebesar 21 %; buah yang dipetik terlalu masak yang busuk
92
sebanyak 29 %; buah yang terkena sinar matahari selama satu hari yang busuk
sebanyak 38 %.
93
Sortasi atau seleksi merupakan salah satu rangkaian dari kegiatan setelah panen yang
umumnya dikerjakan di bangsal pengemasan atau di kebun dengan tujuan memisahkan buah
yang layak dan tidak layak untuk dipasarkan (busuk, terserang penyakit, cacat, terlalu
muda/tua dan lain-lain). Sortasi juga dilakukan untuk memenuhi persyaratan mutu yang
ditetapkan oleh pemerintah atau pasar. Setelah sortasi, buah jeruk dicuci untuk membersihkan
kotoran dan pestisida yang masih menempel pada permukaan kulit buah. Buah direndam
dalam air yang dicampur deterjen atau cairan pembersih 0,5-1 %, kemudian digosok pelan-
pelan menggunakan lap halus atau sikat lunak jangan sampai merusak kulit. Selanjutnya buah
dibilas dengan air bersih, dikeringkan menggunakan lap lunak dan bersih atau ditiriskan.
3. Pemutuan
94
Pemutuan atau grading dilakukan setelah sortasi dan pencucian untuk mengelompokan buah
berdasarkan mutu yaitu, ukuran, berat, warna, bentuk, tekstur, dan kebebasan buah dari
kotoran atau bahan asing. Peranan penerintah tidak hanya terbatas pada bidang pemasaran
saja. Tetapi yang paling penting ialah penetapan standarisasi buah, yang mencakup kualitas
buah. Sehubumgan dengan standarisasi buah tersebut, Standar Nasional Indonesia (SNI)
menggolongkan buah jeruk kedalam 4 kelas berdasarkan bobot atau diameter buah.
4. Pelilinan
Beberapaa jenis buah secara alami dilapisi oleh lilin yang berfungsi sebagai pelindung
terhadap serangan fisik, mekanik, dan mikrobiologis. Pelapisan lilin pada buah-buahan
sebenarnya adalah menggantikan dan menambah lapisan lilin alami yang terdapat pada buah
yang sebagian besar hilang selama penanganan karena lapisan lilin yang menutupi pori-pori
buah dapat menekan respirasi dan transpirasi sehingga daya simpan buah lebih lama dan nilai
jualnya lebih baik. Manfaat lainnya adalah meningkatkan kilau dan menutupi luka atau
goresan pada permukaan kulit buah sehingga penampilannya menjadi lebih baik. Pelilinan
terhadap buah jeruk segar pertama kali dikenal sejak abad 12-13 oleh bangsa Cina, tetapi
95
pada saat itu tanpa memperhatikan adanya efek-efek respirasi dan tranpirasi sehingga lapisan
lilin yang terbentuk terlalu tebal, mengakibatkan respirasi anaerob (fermentasi) dan
menghasilkan jeruk yang masam dan busuk. Oleh karena itu, pelilinan harus diupayakan agar
pori-pori kulit buah tidak tertutupi sama sekali agar tidak terjadi kondisi anaerob di dalam
buah. Sebaliknya, jika lapisan lilin terlalu tipis hasilnya kurang efektif mengurangi laju
respirasi dan transpirasi. Dibandingkan dengan pendinginan. aplikasi lilin kurang efektif
dalam menurunkan laju respirasi sehingga pelilinan banyak dilakukan untuk melengkapi
Lilin yang digunakan dapat berasal dari berbagai sumber seperti tanaman, hewan, mineral
maupun sintetis. Kebanyakan formula lilin dipersiapkan dengan satu atau lebih bahan seprti
beeswax, parafin wax, carnauba wax (secara alami didapat dari carnauba palm) dan shellac
(lilin dari insekta). Syarat lilin yang digunakan : tidak mempengaruhi bau dan rasa buah,
cepat kering, tidak lengket, tidak mudah pecah, mengkilap dan licin, tipis, tidak mengandung
racun, harga murah dan mudah diperoleh. Syarat komoditi yang dilapisi adalah segar (baru
dipanen) dan bersih, sehat (tidak terserang hama/penyakit), dan ketuaan cukup. Lilin yang
banyak digunakan adalah lilin lebah yang diemulsikan dengan konsentrasi 4 – 12%. Air yang
digunakan tidak boleh menggunakan air sadah karena garam-garam yang terkandung dalam
air tersebut dapat merusak emulsi lilin. Aplkasinya dapat dilakukan dengan, penyemprotan,
Untuk membuat emulsi lilin standar 12 % diperlukan lilin lebah 120 g, asam oleat 20 g,
triethanol amin (TEA) 40 g dan air panas 820 cc. Lilin dipanaskan dalam panci sampai
mencair, kemudian dimasukkan dalam blender. Selanjutnya dituang sedikit demi sedikit asam
oleat, TEA dan air panas, larutan diblender 2-5 menit agar tercampur dengan sempurna
kemudian emulsi lilin didinginkan. Emulsi lilin dapat digunakan setelah proses pendinginan
selesai dilaksanakan.
96
Sebenarnya pelilinan buah-buahan itu tidak mengandung racun karena menggunakan lilin
lebah dan konsentrasinya pelilinannya sedikit sekali. Yang paling dikuatirkan buah-buahan
itu rawan kandungan pestisida kemudian terlapisi lilin sehingga pestisidanya masih
menempel pada buah. Kandungan pestisida inilah yang sangat berbahaya bila sampai
khusus, dan memberikan estetika yang menarik konsumen. Kemasan dan lebel jeruk perlu di
desain sebaik mungkin baik warna dan dekorasinya karena kemasan yang bagus dapat
97
Bila jeruk akan dikirim keluar kota, buah jeruk yang diangkut dengan peti akan lebih aman
dari pada dengan keranjang bambu atau karung karena keranjang atau karung tidak dapat
Peti jeruk harus di paku kuat-kuat, bagian ujung dan tengah-tengahnya diikat tali kawat atau
bahan pengikat kain yang kuat. Bahan peti dipilih yang ringan dan murah misalnya kayu
senggon laut (albazia falcata) atau kayu pinus. Bentuk peti disesuaikan dengan bak angkutan,
disarankan persegi panjang (60 x 30 x 30 cm) atau bujur sanggkar (30 x 30 x 30 cm), tebal
papan 0,5 cm, lebar 8 cm, jarak antar 1,5 cm agar udara di dalam peti tidak lembab tetapi juga
tidak terlalu panas. Bobot maksimal setiap peti sebaiknya tidak melebihi 30 kg. Buah jeruk
lebih baik jika dibungkus dengan kertas tissue (potongan/sobekan kertas) kemudian peti
diberi tanda diantaranya yaitu nama barang, jumlah buah setiap peti, berat peti dan jeruk,
6. Penyimpanan
98
Penyimpanan buah jeruk bertujuan : memperpanjang kegunaan, menampung hasil panen
yang melimpah, menyediakan buah jeruk sepanjang tahun, membantu pengaturan pemasaran,
atau mencegah penyakit dan perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki oleh konsumen.
pelunakan, kehilangan air dan pelayuan, kerusakan karena aktivitas mikroba (bakteri,
kapang/cendawan). Jeruk yang disimpan hendaknya bebas dari lecet kulit, memar, busuk dan
kerusakan lainnya. Untuk mendapatkan hasil yang baik, suhu ruang penyimpanan dijaga agar
stabil. Suhu optimum untuk penyimpanan buah jeruk adalah 5 – 10oC. Jika suhu terlalu
rendah dapat menyebabkan kerusakan buah (chiling injury). Jika kelembaban rendah akan
99
terjadi pelayuan atau pengkeriputan dan jika terlalu tinggi akan merangsang proses
pembusukan, terutama apabila ada variasi suhu dalam ruangan. Kelembaban nisbi antara 85-
90% diperlukan untuk menghindari pelayuan dan pelunakan pada beberapa jenis sayuran.
Beberapa produk bahkan memerlukan kelembaban sekitar 90-95%. Kelembaban udara dalam
ruangan pendinginan dapat dipertinggi antara lain dengan cara menyemprot lantai dengan air.
Kelembaban yang tepat akan menjamin tingkat keamanan bahan yang disimpan terhadap
pertumbuhan mikroba. Sirkulasi udara diperlukan secukupnya untuk membuang panas yang
berasal dari hasil respirasi atau panas yang masuk dari luar.
100
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari isi makalah diatas yaitu patogen patogen yang menyerang
tanaman jeruk. Apabila tidak dikendalikan dan diatasi dengan baik, maka tanaman
tidak akan tumbuh dengan subur dan hasil panen akan sedikit bahkan sampai
Prosedur Budidaya Tanaman jeruk adalah salah satu upaya pembinaan secara
intensif bagi budidaya jeruk guna meningkatkan produksi dan mutunya guna
memenuhi kebutuhan pasar dalam negri dan ekspor dengan kualitas dan kuantitas
yang memadai.
Seperti halnya produk buah lainnya, jeruk setelah dipanen masih melakukan
aktivitas metabolisme, sehingga bila tidak ditangani dengan segera akan mengalami
kerusakan fisik dan kimiawi. Sifat buah yang mudah rusak tersebut mengakibatkan
Walaupun perubahan yang terjadi setelah panen dan pascapanen tersebut dihentikan,
Penyakit biotis dan abiotis yang menyerang tanaman jeruk dapat berpengaruh
sangat besar bagi hasil produktivitas panen tanaman jeruk. Bisa merugikan petani
jeruk dan menyebabkan gagal panen. Oleh karena itu, penyakit-penyakit tersebut
harus ditangani sedini mungkin agar dapat mengurangi kerugian gagal panen.
101
B. Saran
Demikian atas makalah yang saya buat. Puji syukur kami ucapkan kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan kepada dosen pembimbing saya dalam pembuatan
makalah ini. Atas segala kekeliruan dalam perangkaian kata-kata yang saya tulis, saya
mohon maaf. Semoga makalah ini bermanfaat. Saran dan kritik Anda kami nantikan.
102
DAFTAR PUSTAKA
AVRDC, 2010. Penyakit Antraknosa pada Tanaman Cabai Besar (Capsicum annuum L.).
Bennet, J.W. 2010. An Overview of the Genus Aspergilus. Aspergilus: Molecular Biology
http://www.biologiedukasi.com.
Damm, U.; P.F. Cannon; J.H.C. Woundenberg, and P.W. Crous. 2012. The Colletotrichum
Indrawati. G.; R.A. Samson; K. Van den Tweel-Vermeulen; A. Oetari dan I. Santoso. 1999.
103
Pitt, J.I. and A.D. Hocking. 1997. Fungi and Food Spoilage. Blackie Academic and
Madras.
Muhammad H, Armiati, Dewayanti W. 2003. Jeruk keprok selayar dan upaya pelestariannya.
Lestari, F. R., Sari, J. Y., Ningrum, I. P., & Sutardi. (2018). Deteksi penyakit tanaman jeruk
Pertanaman Jeruk Manis (Citrus spp.) Di Desa Sukanalu Kabupaten Karo. Departemen
Hama dan
Kalie, M.B. 1999. Mengatasi Buah Rontok, Busuk dan Berulat. Penebar Swadaya. Jakarta.
Kalshoven, L.G.E, 1980. Pest of crops in Indonesia, Revised and Translated by Van
Peranannya Sebagai Vektor Penyakit CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration) Pada
104