Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN

“Pengembangan Dan Teknologi Inovasi Budidaya Tanaman


Pala (Myristica fragrans H) Berbasis Ekologi ”

Disusun oleh:

RISMA INDAH SARI


NIM : 220311100044

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
BANGKALAN
2023
Kata Pengantar

Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Tuhan YME. yang
telah memberikan limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam kita curahkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan kebaikan dan
kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Teknologi


Produksi Tanaman dengan pengembangan dan teknologi inovasi budidaya
tanaman pala (Myristica fragrans H) berbasis ekologi sebagai permasalahannya
dan juga untuk teman-teman guna sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan
serta informasi yang bermanfaat bagi kita semua.

Makalah ini saya susun dengan segala kemampuan semaksimal


mungkin. Namun saya menyadari bahwa penyusunan makalah ini tentu tidaklah
sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu saya
sebagai penyusun makalah ini, mohon kritik, saran dan pesan dari semua yang
membaca makalah ini terutama Dosen Mata Kuliah Teknologi Produksi
Tanaman yang kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami.

Bangkalan,07 April 2023

Risma Indah Sari

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................4
1.3 Tujuan.....................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................5
2.1 Perkembangan Tanaman Pala..............................................................................5
2.2 Permasalahan Produktifitas Tanaman Pala........................................................5
2.2.1 Produktifitas rendah..........................................................................................5
2.2.2 Penurunan kualitas............................................................................................5
2.2.3 Sex ratio............................................................................................................6
2.3 Inovasi Teknologi Produktifitas Tanaman Pala...................................................6
2.3.1 Kesesuaian lahan...............................................................................................6
2.3.2 Pemilihan Varietas dan Pengelolaan Tanaman..................................................7
BAB III PENUTUP............................................................................................................8
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................8
3.2 Saran.......................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................9

3
BAB l
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Pala (Myristica fragrans Houtt) merupakan produk rempah-rempah asli
Indonesia dan berasal dari Maluku. Kemudian dikembangkan dipulau-pulau
lain di Indonesia. Kemudian menyebar ke negara tetangga seperti India, Sri
Lanka dan Malaysia. Pala di Indonesia telah dikenal terutama sebagai tanaman
rempah-rempah sejak abad ke-18 dibudidayakan untuk petanian kecil (98%)
dan lainnya (2%) oleh pertanian perkebunan besar. Dengan kisaran 70 %,
Indonesia merupakan penghasil pala terbesar di dunia. Negara penghasil
kedua adalah Grenada dengan 20 %, kemudian sisanya India, Srilangka dan
Malaysia (Ruhnayat, 2015).
Tanaman pala yang bernilai ekonomi tinggi antara lain biji dan bunga pala
yang merupakan sumber devisa utama bagi ekspor nonmigas. UNDP (2013)
menyatakan bahwa di antara varietas pala, biji pala dan bunga pala juga
minyak atsiri diharapkan tetap tinggi karena rempah-rempah pala mempunyai
rasa dan aroma yang khas. Meskipun tanaman pala sudah dikenal dan
dibudidayakan sejak lama, namun masalah umum tanaman pala di banyak
daerah di Indonesia adalah masalah budidaya tanaman.
 
1.2 Rumusan Masalah
1.Apa yang mempengaruhi produksi rendah pada tanaman pala?
2.Bagaimana cara meningkatkan produksi tanaman pala?

1.3 Tujuan
1.Mengetahui faktor yang mempengaruhi produksi tanaman pala
2.Mengetahui cara meningkatkan produktifitas tanaman pala

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Tanaman Pala


Tanaman pala dibudidayakan di 23 provinsi di Indonesia. Di Indonesia
terdapat 5 provinsi utama penghasil pala. Provinsi pala terluas adalah Maluku
Utara dengan luas 49.224 ha, produksi 7.030 ton dan produktivitas 419 kg/ha biji
kering, diikuti Maluku dengan produksi 32.728 ha.5.513 ton dan produktivitas
310 kg/ha, Aceh 23.993 ton produktivitas, 639 kg/ha , Sulawesi Utara 22.274 ha,
produksi 4.874 ton, produktivitas 544 kg/ha, Kalimantan Barat 821 kg
produktivitas tinggi/ha, namun luasnya hanya 85 ha dan produksi 23 ton 
(Ditjenbun, 2018).
Perkembangan kawasan pala sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan
perkembangan industri yang membutuhkan produk berbahan baku pala.
Mengingat pala merupakan sumber devisa negara dan jumlah petani yang
menanam pala cukup besar, maka budaya ini perlu diperhatikan. Menurut FAO,
Indonesia merupakan negara dengan perkebunan pala terbesar dari 21 negara pala
di dunia. Total luas panen pala dunia adalah 395.625 ha, produksi 109.284 ton dan
produktivitas rata-rata dunia 2.762 kg/ha. Menurut data FAO, produktivitas pala
Indonesia masih di bawah rata-rata dunia. Produksi pala Indonesia menyumbang
27,55% dari produksi dunia. Peluang untuk bersaing merebut pasar masih terbuka.
Namun, Indonesia perlu meningkatkan produktivitas dan kualitas produksi.

2.2 Permasalahan Produktifitas Tanaman Pala


Meningkatnya permintaan akan produk pala dan sebagai sumber devisa
menjadikan pala sebagai hasil panen yang cukup besar. Namun ada beberapa
masalah dalam perkembangannya. Sampai saat ini, masalah pala adalah
rendahnya produksi dan kualitas. Produksi dan kualitas yang rendah, jika
dibiarkan akan menurunkan daya saing dan nilai tambah pala Indonesia.
Rendahnya produksi disebabkan oleh pengelolaan tanaman yang kurang optimal
dan masalah nisbah kelamin, sedangkan mutu varietas pala Indonesia disebabkan
oleh percampuran varietas pala yang berbeda dan adanya aflatoksin
(Rosman,2018).

2.2.1 Produktifitas rendah


Rata-rata produktivitas pala Indonesia masih rendah di berbagai
daerah. Penyebab rendahnya produktivitas pala adalah lokasi yang tidak
sesuai, tidak digunakannya varietas unggul dan teknik budidaya yang
bertentangan dengan pedoman SOP mulai dari pengolahanlahan
,penanaman, pemeliharaan hingga panen dan pascapanen.

2.2.2 Penurunan kualitas


Penurunan kualitas saat ini kemungkinan besar menjadi alasan
di bawah arahan lembaga, yang tidak optimal (Rosman, 2018) dan adanya
aflatoksin buah atau biji Pala. Aflatoksin adalah produk biokimia beracun
dari jamur yang muncul jika lingkungan mendukung pertumbuhan dan
perkembangan jamur. Jamur ini bisa disebabkan oleh cara panen atau

5
penanganan yang tidak tepat (setelah panen). Penanganan yang tidak
higienis, misal kandungan air kering yang salah tinggi > 12%, seharusnya
< 10% (Abubakar, 2017), dan packing atau kemasannya kurang baik.
Aflatoksin adalah sekelompok senyawa dengan racun dan bersifat
mutagenik, karsinogenik dan teratogenik, yaitu dihasilkan oleh kapang
Aspergillus flavus dan Aspergillus parasiticus. aflatoksin adalah Metabolit
sekunder: A. flavus, A. Parasiticus dan A nomius sangat banyak
mencemari produk pertanian. Sangat berkarakter beracun dan berbahaya
bagi kesehatan dunia (WHO) dan diklasifikasikan target karsinogenik 1 A
(Abubakar, 2017).

2.2.3 Sex ratio


Bunga pala memiliki bunga jantan dan betina di pohon berbeda,
jadi sulit menentukan jumlah pohon jantan dan betina akan tumbuh di
taman. Masalah rasio jenis kelamin ini harus dicari solusinya. Jika ada
proporsi jantan yang tinggi maka akan mengurangi produktivitas per
satuan luas. Wahyuni dan Bermawie dkk (2015) menyatakan bahwa ada
perbedaan kandungan miristisin daun jantan dan betina. Pada daun pala
miristisin jantan mengandung 70,54% pada daun betina 14,57%.
Diperlukan perbedaan level yang tajam diteliti dan dipelajari lagi. Jika
pembuktian itu mungkin,maka membedakan jantan dan betina saat
menanam masih muda mungkin menjadi informasi baru dalam budidaya
pala, sehingga tidak perlu tunggu sampai tanaman tumbuh lagi
menentukan spesies jantan dan betina.

Dari ketiga masalah di atas untuk meningkatkan produktivitas dan


Kualitas (mencegah/mengurangi kemungkinan kehadiran aflatoksin) dalam buah
buahan dan biji-bijian dan mengantisipasi peluang baru tanaman tidak berbuah
karena masalah sex ratio, dukungan inovasi teknologi sangat diperlukan. 

2.3 Inovasi Teknologi Produktifitas Tanaman Pala


Usaha untuk menambah nilai dan daya saing tingkat produk pala
diperlukan inovasi dalam bidang teknik pertanian. Inovasi dalam bidang
teknik pertanian adalah teknik yang dapat meningkatkan produksi per satuan
lahan dan efisien. Pada Teknologi pala dimulai dari kesesuaian lahan,
Pemilihan varietas, penanaman hingga panen dan pekerjaan pascapanen harus
spesifik lokasi.
2.3.1 Kesesuaian lahan
Upaya untuk meningkatkan produktivitas kualitas produk
membutuhkan teknologi yang tepat efisien. Pengembangan di lahan yang
cocok dan respons teknologi spesifik lokasi kebutuhan, tanaman pala
tumbuh dan menghasilkan produk dengan baik hingga ketinggian 700

6
meter di atas permukaan laut (dpl). Kondisi iklim jumlah curah hujan yang
diinginkan adalah 1500-3500 mm/tahun, hari hujan 80-180 hari, suhu 20-
28°C, kelembaban 55-80% tergantung pada drainase tanah yang baik, pH
sedikit asam hingga netral dan tekstur tanah liat, liat berpasir dan lempung
berpasir (Emmyzar et al., 1989). 
Salah satu penyebab rendahnya produktivitas pala adalah menanam
tanaman pada tempatnya yang tidak sesuai. Tanaman di tempat yang tidak
sesuai, membutuhkan biaya tambahan di bawah kendali lembaga, jadi
mahal yang pada akhirnya tidak efektif dan lemah dalam
kompetisi. Beberapa prinsip yang dapat diterapkan dalam budidaya pala
berbasis ekologi antara lain menggunakan metode tanam tanpa membakar
hutan atau lahan, sehingga dapat meminimalkan kerusakan lingkungan dan
habitat satwa liar. Memperhatikan keseimbangan tanah dengan
menerapkan rotasi tanaman, penanaman tanaman penutup tanah, dan
penggunaan pupuk organik.

2.3.2 Pemilihan Varietas dan Pengelolaan Tanaman


Budidaya tanaman pala berbasis ekologi dapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan agroforestri atau sistem pertanian berkelanjutan
yang melibatkan keberlanjutan lingkungan dan aspek sosial-ekonomi.
Pemilihan varietas pala yang cocok dengan lingkungan sekitarnya,
sehingga dapat mengurangi penggunaan pestisida dan herbisida.
Menggunakan sistem pengendalian hama dan penyakit yang ramah
lingkungan, seperti penggunaan insektisida nabati atau predator alami.
Menanam tanaman pala di bawah tajuk pohon atau dalam pola
agroforestri, sehingga dapat memberikan manfaat ekologis, seperti
pengurangan erosi, meningkatkan kesuburan tanah, dan meningkatkan
keanekaragaman hayati. Dalam budidaya pala berbasis ekologi, perlu juga
memperhatikan aspek sosial-ekonomi, seperti memperhatikan kebutuhan
dan kesejahteraan petani serta memastikan hasil panen yang dihasilkan
dapat dipasarkan dengan baik.

7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pala adalah komoditas ekspor yang membutuhkan perhatian. Peluang
pengembangan masih terbuka. Kesesuaian tanah, pemupukan dan varietas Mulia
muncul. Pengembangan pala harus didukung teknologi pertanian yang dapat
memperbarui produktivitas dan kualitas dan efisiensi. Rendah Produktivitas (<400
kg/ha) dan kualitas, yaitu adanya aflatoksin dan masalah hubungan sex ratio,
membutuhkan dukungan teknologi spesifik ekologi. Teknologi ini didasarkan
pada kondisi ekologi (lokasi tertentu) diperlukan untuk meningkatkan daya saing
dan nilai tambah pala. Selain itu, teknologi petani saat ini sangat
diperlukan,didukung oleh teknologi yang ada muncul dari berbagai pemilihan
varietas (varietas unggul) dan Perawatan tanaman (sebelum panen dan setelah
panen). 

3.2 Saran
Setelah penulis mencoba sedikit menguraikan hal-hal mengenai tentang
pengembangan dan teknologi inovasi budidaya tanaman pala (Myristica fragrans
H) berbasis ekologi, penulis berharap semoga dapat diterima dan dipahami oleh
pembaca. Semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan pemahaman
tentang apa saja yang terdapat di dalam makalah tersebut.

8
DAFTAR PUSTAKA

Abubakar.(2017). Kontaminan aflatoksin pada biji pala dan hambatan ekspor :


Apa yang harus dilakukan?. Memperkokoh kebijakan pengembangan
pertanian. Forum komunikasi Profesor riset. Policy brief 2015- 2016. P.
141-146.
Ditjenbun.(2018). Statistik perkebunan Indonesia 2017-2019. Direktorat
Jenderal Perkebunan: 15 hlm.
Emmyzar, R. Rosman dan H. Muhammad.(1989). Tanaman pala. Edisi khusus
Littro,5(1). : 52-60.
Rosman,R.(2018). Menuju Indonesia sebagai produsen terbesar pala. Ragam
pemikiran pengembangan pertanian 2018. Forum Komunikasi Profesor
Riset. : p. 103-107.
Ruhnayat A, M .(2015). Pedoman Budi Daya Pala pada Kebun Campur.
Bogor, Indonesia: World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast Asia
Regional Program.
Wahyuni S dan N Bermawie.(2015). Kandungan kimia daun dari pohon pala
jantan dan betina berdasarkan GCMS. Prosiding seminar teknologi
budidaya cengkeh, lada, dan pala. IAARD Press Balitbangtan. : p. 225
229.

Anda mungkin juga menyukai