Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH BUDIDAYA TANAMAN SEMUSIM

MANAJEMEN BUDIDAYA SINGKONG

Dosen pembimbing :
Prof. Dr. Ir. Prapto Yudono, M.Sc.

Disusun oleh :
Anisya Turrodiyah 16/398773/PN/14744
Ian Darmawan 16/398780/PN/14751
Restu Indrawati 16/398762/PN/14733
Adila Rosalia D. 16/398770/PN/14741
Libinza Junias M. 16/398782/PN/14753
Ani Widyawati 16/398772/PN/14743
Abraham Rama 16/398768/PN/14739

MATA KULIAH BUDIDAYA TANAMAN SEMUSIM


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
MAKALAH BUDIDAYA TANAMAN SEMUSIM
MANAJEMEN BUDIDAYA SINGKONG

Dosen pembimbing :
Prof. Dr. Ir. Prapto Yudono, M.Sc.

Disusun oleh :
Anisya Turrodiyah 16/398773/PN/14744
Ian Darmawan 16/398780/PN/14751
Restu Indrawati 16/398762/PN/14733
Adila Rosalia D. 16/398770/PN/14741
Libinza Junias M. 16/398782/PN/14753
Ani Widyawati 16/398772/PN/14743
Abraham Rama 16/398768/PN/14739

MATA KULIAH BUDIDAYA TANAMAN SEMUSIM


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu yaitu makalah dengan judul “Manajemen Budidaya
Singkong”.
Penulis juga mengucapkan terima kasih atas dukungan bapak dosen pengampu mata
kuliah ekonomi pertanian khusunya kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Prapto Yudono, M.Sc., dan
teman – teman sekalian yang sangat membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok mata kuliah Budidaya Tanaman Semusim.
Makalah ini berisikan informasi tentang bagaimana cara membudidayakan tanaman singkong
secara optimal dan efisien beserta masalah yang terjadi pada proses budidaya tanaman
singkong.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena masih
dalam tahap belajar, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat positif dan
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini untuk kedepannya dan
semoga makalah ini memberikan manfaat bagi penulis sendiri dan pembaca khususnya.

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER ...................................................................................................... i


HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 3
A. Identifikasi Tanaman Singkong ......................................................................... 3
B. Syarat Tumbuh Tanaman Singkong ................................................................. 4
C. Hama dan Penyakit Tanaman Singkong .......................................................... 8
D. Hasil Wawancara Petani Pertama ..................................................................... 9
E. Hasil Wawancara Petani Kedua ........................................................................ 10
F. Hasil Wawancara Petani Ketiga ........................................................................ 11
G. Kondisi di Lapangan ........................................................................................... 12
H. Perhitungan Usaha Tani ..................................................................................... 15
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 21
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 21
B. Saran .................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 22

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Singkong merupakan makanan asli Indonesia yang tidak asing lagi bagi
masyarakat Indonesia. Hingga saat ini sudah banyak makanan olahan yang berbahan
dasar singkong misalnya tape, keripik singkong, gomak, getuk dan masih banyak lagi.
Produksi makanan olahan berbahan dasar singkong ini menyisakan limbah kulit
singkong yang biasanya selalu dibuang begitu saja sehingga hal ini akan menimbulkan
masalah baru terutama untuk produksi makanan olahan dalam jumlah besar.
Singkong atau ubi kayu dengan nama latin Manihot Utilissima Pohl
merupakan salah satu sumber karbohidrat yang menduduki urutan ketiga terbesar
setelah padi dan jagung. Produktivitas singkong di Indonesia sebesar 22.677.866 ton
(Badan Pusat Statistik, 2012). Potensi kulit singkong di Indonesia sangat melimpah,
seiring dengan eksistensi negara ini sebagai salah satu penghasil singkong terbesar di
dunia. Setiap bobot singkong akan dihasilkan limbah kulit singkong sebesar 16% dari
bobot tersebut (Cecep, 2009). Jumlah limbah kulit singkong yang cukup besar ini
berpotensi untuk diolah menjadi pakan ternak. Wikanastri (2012) menyatakan bahwa
kandungan energi (TDN) dan nutrien dalam limbah kulit singkong yaitu bahan kering
17,45%, protein 8,11%, TDN 74,73%, serat kasar 15,20%, lemak kasar 1,29%, kalsium
0,63%, dan fosfor 022%.
Singkong merupakan tanaman tropis yang termasuk dalam family
Euphorbiaceae. Berdasarkan data produksi singkong di Indonesia, limbah kulit
singkong yang dihasilkan juga memiliki potensi yang cukup baik untuk dikembangkan
dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Dengan produksi singkong sebanyak 18,9 juta ton
per tahun, limbah kulit dalam yang berwarna putih, dapat mencapai 1,5-2,8 juta ton
sedangkan limbah kulit luar yang berwarna coklat mencapai 0,04-0,09 juta ton.

1
B. Tujuan
Tujuan dari dilakukannya kegiatan wawancara petani singkong untuk
pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui definisi tanaman singkong
2. Mengetahui cara budidaya tanaman singkong
3. Mengetahui hasil pengolahan tanaman singkong

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Identifikasi Tanaman Singkong


Singkong atau ubi kayu merupakan salah satu sumber karbohidrat yang berasal
dari umbi. Singkong atau singkong merupakan tanaman perdu. Singkong berasal dari
benua Amerika, tepatnya dari Brasil. Penyebarannya ke seluruh dunia, antara lain
Afrika, Madagaskar, India, dan Tiongkok. Singkong berkembang di negara – negara
yang terkenal dengan wilayah pertaniannya (Purwono dan Purnamawati, 2009)
Di Indonesia, singkong dari Brasil diperkenalkan oleh orang Portugis pada
abad ke - 16. Selanjutnya singkong ditanam secara komersial di wilayah Indonesia
sekitar tahun 1810. Kini, saat sejarah tersebut terabaikan, singkong menjadi bahan
makanan yang merakyat dan tersebar di seluruh pelosok Indonesia. Di Indonesia
singkong, atau ubi kayu atau bodin, sampai mempunyai arti ekonomi penting
dibandingkan dengan umbi-umbi lainnya. Jenis ini kaya akan karbohidrat dan
merupakan makanan pokok di daerah tandus di Indonesia.
Selain umbinya, daunnya mengandung banyak protein yang dipergunakan
berbagai macam sayur, dan daun yang telah dikayukan digunakan sebagai pakan ternak.
Batangnya digunakan sebagai kayu bakar dan seringkali dijadikan pagar hidup. Produk
olahan dari bahan singkong dapat ditemukan di beberapa tempat. Berbagai macam
produknya antara lain krupuk, tiwul instan, kue lapis, bidaran, stick, pluntiran, tiwul,
gatot. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, hasil produksi singkong di Indonesia
pada tahun 2011 – 2015 adalah 24.044.025 ton, 24.044.025 ton, 23.936.921 ton,
23.436.384 ton, dan 21.801.415 ton.

3
B. Syarat Tumbuh Tanaman Singkong
Singkong untuk dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan umbi yang
banyak dan berkualitas maka, diperlukan syarat pertumbuhan. Syarat pertumbuhan
singkong di antaranya adalah iklim, media tanam, dan ketinggian tempat (Wargiono et
al., 2009).
1. Iklim
a. Curah hujan yang sesuai untuk tanaman singkong antara 1.500-2.500 mm/tahun.
b. Suhu udara minimal bagi tumbuhnya ketela kohon sekitar 10oC. Bila suhunya
di bawah 10oC menyebabkan pertumbuhan tanaman sedikit terhambat, menjadi
kerdil karena pertumbuhan bunga yang kurang sempurna.
c. Kelembaban udara optimal untuk tanaman singkong antara 60-65%.
d. Sinar matahari yang dibutuhkan bagi tanaman singkong sekitar 10 jam/hari
terutama untuk kesuburan daun dan perkembangan umbinya.

2. Media Tanam
a. Tanah yang paling sesuai untuk singkong adalah tanah yang berstruktur remah,
gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros serta kaya bahan organik. Tanah
dengan struktur remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih mudah
tersedia dan mudah diolah. Untuk pertumbuhan tanaman singkong yang lebih
baik, tanah harus subur dan kaya bahan organik baik unsur makro maupun
mikronya.
b. Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman singkong adalah jenis aluvial latosol,
podsolik merah kuning, mediteran, grumosol dan andosol.
c. Derajat keasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya singkong berkisar
antara 4,5-8,0 dengan pH ideal 5,8. Pada umumnya tanah di Indonesia ber-pH
rendah (asam), yaitu berkisar 4,0-5,5, sehingga seringkali dikatakan cukup
netral bagi suburnya tanaman singkong.

3. Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman singkong antara 10–700 m
dpl, sedangkan toleransinya antara 10–1.500 m dpl. Jenis singkong tertentu dapat
ditanam pada ketinggian tempat tertentu untuk dapat tumbuh optimal.

4
Budidaya tanaman singkong juga harus diperhatikan selain syarat
pertumbuhan tanaman singkong. Budidaya tanaman singkong dimulai dari pembibitan
hingga panen (Rukmana, 2002).
1. Pembibitan
 Persyaratan Bibit
Bibit yang baik untuk bertanam singkong harus memenuhi syarat sebagai
berikut.
a) Singkong berasal dari tanaman induk yang cukup tua (10-12 bulan).
b) Singkong harus dengan pertumbuhannya yang normal dan sehat serta
seragam.
c) Batangnya telah berkayu dan berdiameter + 2,5 cm lurus.
d) Belum tumbuh tunas-tunas baru.
 Penyiapan Bibit
Penyiapan bibit singkong meliputi hal-hal sebagai berikut.
a) Bibit berupa stek batang.
b) Sebagai stek pilih batang bagian bawah sampai tengah.
c) Setelah stek terpilih kemudian diikat, masing-masing ikatan berjumlah
antara 25–30 batang stek.
d) Semua ikatan stek yang dibutuhkan, kemudian diangkut ke lokasi
penanaman.

2. Pengolahan Media Tanam.


 Persiapan
Kegiatan yang perlu dilakukan sebelum pengolahan lahan adalah:
a) Pengukuran pH tanah dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus, pH
meter dan cairan pH tester.
b) Penganalisaan jenis tanah pada contoh atau sempel tanah yang akan
ditanami untuk mengetahui ketersediaan unsur hara, kandungan bahan
organik.
c) Penetapan jadwal/waktu tanam berkaitan erat dengan saat panen.
d) Luas areal penanaman disesuaikan dengan modal dan kebutuhan setiap
petani singkong. Pengaturan volume produksi penting juga diperhitungkan
karena berkaitan erat dengan perkiraan harga pada saat panen dan pasar.

5
 Pembukaan dan Pembersihan Lahan
Pembukaan lahan pada intinya merupakan pembersihan lahan dari
segala macam gulma (tumbuhan pengganggu) dan akar-akar pertanaman
sebelumnya. Tujuan pembersihan lahan untuk memudahkan perakaran tanaman
berkembang dan menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit yang
mungkin ada. Pembajakan dilakukan dengan hewan ternak, seperti kerbau, sapi,
atau pun denganmesin traktor. Pencangkulan dilakukan pada sisi-sisi yang sulit
dijangkau, pada tanah tegalan yang arealnya relatif lebih sempit oleh alat bajak
dan alat garu sampai tanah siap untuk ditanami.
 Pembentukan Bedengan
Pembentukan bedengan/larikan ditujukan untuk memudahkan dalam
pemeliharaan tanaman, seperti pembersihan tanaman liar maupun sehatnya
pertumbuhan tanaman.
 Pengapuran
Jenis kapur yang digunakan adalah kapur kalsit/kaptan (CaCO3). Dosis
yang biasa digunakan untuk pengapuran adalah 1-2,5 ton/ha. Pengapuran
diberikan pada waktu pembajakan atau pada saat pembentukan bedengan kasar
bersamaan dengan pemberian pupuk kandang.

3. Teknik Penanaman
 Penentuan Pola Tanam
Pola tanaman harus memperhatikan musim dan curah hujan. Pada
lahan tegalan/kering, waktu tanam yang paling baik adalah awal musim hujan
atau setelah penanaman padi. Jarak tanam yang umum digunakan pada pola
monokultur ada beberapa alternatif, yaitu 100 X 100 cm, 100 X 60 cm atau 100
X 40 cm. Bila pola tanam dengan sistem tumpang sari bisa dengan jarak tanam
150 X 100 cm atau 300 X 150 cm.
 Cara Penanaman
Cara penanaman dilakukan dengan meruncingkan ujung bawah stek
singkong kemudian tanamkan sedalam 5-10 cm atau kurang lebih sepertiga
bagian stek tertimbun tanah. Bila tanahnya keras/berat dan berair/lembab, stek
ditanam dangkal saja.

6
4. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman singkong dilakukan dengan penyulaman,
penyiangan, pembubunan, perempalan/pemangkasan, pemupukan, pengairan dan
penyiraman.

5. Panen
 Ciri dan Umur Panen
Singkong dapat dipanen pada saat pertumbuhan daun bawah mulai
berkurang. Warna daun mulai menguning dan banyak yang rontok. Umur panen
tanaman singkong telah mencapai 6–8 bulan untuk varietas Genjah dan 9–12
bulan untuk varietas Dalam.
 Cara Panen
Singkong dipanen dengan cara mencabut batangnya dan umbi yang
tertinggal diambil dengan cangkul atau garpu tanah.

7
C. Hama dan Penyakit Tanaman Singkong
1. Hama
a. Uret (Xylenthropus)
Ciri : berada dalam akar dari tanaman.
Gejala : tanaman mati pada yg usia muda, karena akar batang dan umbi
dirusak.
Pengendalian : bersihkan sisa-sisa bahan organik pada saat tanam dan atau
mencampur sevin pada saat pengolahan lahan.
b. Tungau merah (Tetranychus bimaculatus)
Ciri : menyerang pada permukaan bawah daun dengan menghisap cairan daun
tersebut.
Gejala : daun akan menjadi kering.
Pengendalian : menanam varietas toleran dan menyemprotkan air yang
banyak.
2. Penyakit
a. Bercak daun bakteri
Penyebab : Xanthomonas manihotis atau Cassava Bacterial Blight/CBG .
Gejala : bercak-bercak bersudut pada daun lalu bergerak dan mengakibatkan
pada daun kering dan akhirnya mati.
Pengendalian : enanam varietas yang tahan, memotong atau memusnahkan
bagian tanaman yang sakit, melakukan pergiliran tanaman dan sanitasi kebun
b. Layu bakteri (Pseudomonas solanacearum E.F. Smith)
Ciri : hidup di daun, akar dan batang.
Gejala : daun yang mendadak jadi layu seperti tersiram air panas. Akar, batang
dan umbi langsung membusuk.
Pengendalian : melakukan pergiliran tanaman, menanam varietas yang tahan
seperti Adira 1, Adira 2 dan Muara, melakukan pencabutan dan pemusnahan
tanaman yang sakit berat.

8
D. Wawancara Petani Pertama
Kami melakukan wawancara petani komoditas ubi kayu di Gunung Kidul
tepatnya di Desa Kepek, Wonosari, Gunung Kidul. Petani pertama yang kami
wawancara adalah Pak Panggung yang memiki lahan seluas 2000 m2 yang ditanami
dengan sistem tumpang sari. Lahan pertaniannya termasuk jenis tadah hujan yang
hanya bergantung pada air hujan. Jarak tanam yang diterapkan adalah 4 x 1 m, dimana
ditumpang sari dengan padi di MH 1 (Musim Hujan 1), dan MH 2 (Musim Hujan 2)
ditumpang sari dengan kacang tanah. Persiapan untuk menanam dimulai dari bulan
November.
Bibit ubi kayu yang akan ditanam diperoleh dari batang pada panen
sebelumnya, batang ubi kayu yang sudah dipanen digantungkan di pohon-pohon
sebelum dipotong dengan maksud untuk mengatuskan (membuat dorman). Kemudian
setelah mendekati masa tanam baru dipotong sepanjang 20 cm atau 6-8 mata ruas.
Pemupukan pada awal masa tanam adalah pupuk dasar berupa pupuk organik kurang
lebih 2 ton yang disebarkan ke lahan. Pupuk untuk singkong cukup hanya pupuk
organik di awal masa tanam. Setiap petani menanan varietas yang berbeda-beda, Pak
Panggung menanam varietas gatotkaca dengan karakteristik umbi berukuran besar
namun tidak cocok untuk dikonsumsi secara langsung karena pahit sehingga petani
biasa menjualnya dalam bentuk gaplek. Pak Panggung mengatakan varietas ini lebih
menguntungkan untuk petani karena kandungan pati yang tinggi membuat berat kering
juga lebih berbobot daripada jenis lain.
Dalam usaha budidaya yang dilakukan oleh Pak Panggung tidak lepas dari
kendala-kendala di lapangan. Salah satunya adalah masalah busuk umbi dan hama kutu
kebul.dalam menanggulanginya petani menggunakan pestisida metachlor. Tetapi hal
ini jarang dilakukan karena populasi hama tidak banyak untuk sekarang. Selain itu
tahun 2018 ini iklim dan curah hujan kurang mendukung menjadi hambatan untuk
memperoleh hasil yang optimum.
Hujan dengan intensitas yang besar di awal tahun kemudian bulan April hujan
sudah berhenti, hal ini membuat perkembangan awal terganggu. Karakteristik tanah di
lahan yang sangat keras sehingga membutuhkan pengolahan yang khusus yaitu
pembajakan sawah menggunakan bajak rotary dengan biaya Rp 250.000,00 untuk
lahan seluas 2000 m2. Tanah pada lahan Pak Panggung merupakan tanah Latosol
sehingga dalam proses pemanenan ubi kayu membutuhkan usaha yang lebih hingga
petani memerlukan linggis dalam pencabutannya.
9
Usaha pertanian Pak Panggung bukan merupakan pekerjaan utama melainkan
usaha sampingan. Beliau mengatakan bahwa apabila itu menjadi pekerjaan utama maka
tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan. Jadi Sebagai seorang pendatang, beliau
menyewa lahan dengan biaya Rp 300.000,00 per tahun. Tahun 2018 ini hasil panen
tidak terlalu berhasil, Pak Panggung hanya mendapatkan hasil 3 kuintal ubi kayu basah
dan hanya menjadi 2 kuitanl gaplek kering. Hasil panen singkong varietas gatotkaca
dijual ke pengepul dalam bentuk gaplek kering yang kemudian diolah lebih lanjut oleh
mereka.

E. Wawancara Petani Kedua


Petani kedua adalah Ibu Pariyem yang memiliki lahan seluas 1000 m2 di Desa
Kepek, Wonosari, Gunung Kidul untuk ditanami ubi kayu dengan pola tumpeng sari,
dengan jarak tanam 3 x 1 m. Untuk MH 1 ditanam berdampingan dengan padi dan pada
MH 2 ditanam dengan kacang tanah. Varietas ubi kayu yang ditanam adalah gatotkaca,
Beliau memilih tanaman ini dikarenakan hasil panen dari varietas ini berukuran besar.
Sehingga hasil yang diperoleh lebih banyak, bahkan setelah menjadi gaplek bobotnya
juga lebih besar daripada varietas lain. Namun kekurangan dari varietas ini adalah tidak
dapat dimakan secara langsung karena tinggi kandungan sianida. Selain varietas
gatotkaca, Ibu Pariyem juga pernah menanam verietas lain seperti UJ-5, Ketan, dan
Meni.
Dalam usaha tani Ibu Pariyem mengerjakannya sendiri bersama keluarga tanpa
menggunakan tenaga kerja luar keluarga kecuali pada saat pembajakan dengan mesin
rotary yang dilakukan pada masa awal persiapan lahan tanam. Biaya yang dikeluarkan
untuk menyewa traktor sebesar Rp 150.000,00. Setelah dibajak, petani membuat
lubang-lubang untuk bertanam dengan jarang 3 x 1 m. Dan dilakukan pemupukan
dengan pupuk organik sebagai pupuk utama di awal setelah pembajakan selesai. Seperti
petani yang lain, bibit yang digunakan dalam budidaya diperoleh dari batang hasil
panen singkong sebelumnya.

10
Menjelang tanam, batang dipotong sekitar 8 mata ruas, kemudian ditanam
dengan cara penanaman mata ruas menghadap ke atas agar daun tumbuh ke atas dan
hasil lebih baik. Dalam prosesnya tidak ada irigasi, semua bergantung pada hujan.
Sehingga kendala yang dihadapi adalah iklim dan cuaca, dimana ketidakberhasilan
panen tahun 2018 juga dialami Ibu Pariyem karena pertumbuhan terganggu dimana
diakhir tahun 2017 sampai awal tahun 2018 curah hujan tinggi tetapi pada bulan April
tiba-tiba tidak ada hujan sama sekali hingga sekarang. Hasil panen hanya sekitar 1
kuintal singkong basah dan hanya menjadi ½ kuintal gaplek kering.

F. Wawancara Petani Ketiga


Petani ketiga ada Ibu Sulasmi dengan lahan sebesar 1000 m2 di desan Kepek,
Wonosari, Gunung Kidul dengan status kepemilikan milik sendiri. Lahan digunakan
untuk budidaya dengan pola tumpang sari. Jarak tanam yang diterapkan dalam
menanam singkong adalah 3 x 1 m. Berbeda dengan Pak Panggung dan Ibu Periyem
yang menanam varietas gatotkaca, Ibu Sulasmi menanam varietas Ketan yang dapat
dikonsumsi secara langsung tanpa diolah menjadi gaplek terlebih dahulu. Menjadi
Petani adalah pekerjaan utama Ibu Sulasmi, sehingga lahan dikerjakan sendiri tanpa
menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga. Hanya ketika pembajakan dengan bajak
rotary mengeluarkan biaya Rp. 200.000,00. Untuk selanjutnya dalam proses budidaya
beliau menggunakan alat-alat pertanian yang sederhana seperti, cangkul, gathul, dan
linggis.
Pada awal masa tanam dilakukan pemupukan dengan pupuk organik. Pupuk
kompos organik adalah pupuk utama singkong. Setelah dibuat jarak tanam, maka bibit
yang sudah dipotong kira-kira 20 cm langsung ditanam. Tahun 2018 ini tidak ada
kendala terkait hama atau penyakit, hanya terkait curah hujan yang tiba-tiba berhenti
sekitar bulan April. Sehingga membuat pertumbuhan terganggu. Kondisi yang terlalu
kering juga tidak terlalu baik untuk singkong. Kondisi ini berlanjut hingga masa panen
sehingga membuat singkong sulit untuk dicabut karena tanah terlalu keras.
Pemeliharaan singkong tidak memerlukan banyak perlakuan, karena jenis lahannya
adalah tadah hujan sehingga tidak dilakukan penyiraman hanya bergantung pada air
hujan. Penyiangan gulma juga hanya dilakukan ketika gulma tumbih terlalu lebat saja.

11
Ibu Sulasmi menanam singkong karena kondisi tanah dan iklim yang memiliki
banyak keterbatasan seperti kondisi kering yang lebih cocok untuk ditanami palawija
contohnya singkong. Hasil panen singkong varietas ketan lebih menguntungkan dijual
dalam bentuk basah karena lebih cocok untuk dikonsumsi langsung. Apabila hasil dari
varietas ini digunakan untuk gaplek maka penyusutan bobot lebih besar, sehingga
dirasa tidak menguntungkan.

G. Kondisi di Lapangan
Di daerah yang mengkonsumsi ubi kayu secara langsung untuk bahan pangan
diperlukan varietas ubi kayu yang rasanya enak dan pulen dan kandungan HCN rendah.
Berdasarkan kandungan HCN ubi kayu dibedakan menjadi ubi kayu manis/tidak pahit,
dengan kandungan HCN < 40 mg/kg umbi segar, dan ubi kayu pahit dengan kadar HCN
≥ 50 mg/kg umbi segar. Kandungan HCN yang tinggi dapat menyebabkan keracunan
bagi manusia maupun hewan, sehingga tidak dianjurkan untuk konsumsi segar. Untuk
bahan tape (peuyem) para pengrajin suka umbi ubi kayu yang tidak pahit, rasanya enak
dan daging umbi berwarna kekuningan seperti varietas lokal Krentil, Mentega, atau
Adira-1. Tetapi untuk industri pangan yang berbasis tepung atau pati ubi kayu,
diperlukan ubi kayu yang umbinya berwarna putih dan mempunyai kadar bahan kering
dan pati yang tinggi. Untuk keperluan industri tepung tapioka, ubi dengan kadar HCN
tinggi tidak menjadi masalah karena bahan racun tersebut akan hilang selama
pemrosesan menjadi tepung dan pati, misalnya UJ-3, UJ-5, MLG-4, MLG-6 atau Adira-
4 (Sundari, 2010).
Budidaya ubi kayu dimulai dengan mempersiapkan lahan. Pengolahan lahan
dilakukan dengan menggemburkan tanah dan membuat guludan. Bertanam di atas
guludan berfungsi untuk memudahkan panen dan memperbanyak hasil panen. Jika
curah hujan tidak terlalu tinggi, pengolahan tanah cukup dengan diratakan.
Pengguludannya dapat dilakukan pada saat tanaman berumur 2-3 bulan. Ubi kayu dapat
tumbuh di berbagai jenis tanah. Pada daerah di mana jagung dan padi tumbuh kurang
baik, ubi kayu masih dapat tumbuh dengan baik dan mampu berproduksi tinggi apabila
ditanam dan dipupuk tepat pada waktunya. Sebagian besar pertanaman ubi kayu
terdapat di daerah dengan jenis tanah Aluvial, Latosol, Podsolik dan sebagian kecil
terdapat di daerah dengan jenis tanah Mediteran, Grumusol dan Andosol.

12
Tingkat kemasaman tanah (pH) untuk tanaman ubi kayu minimum 5. Tanaman
ubi kayu memerlukan struktur tanah yang gembur untuk pembentukan dan
perkembangan umbi. Pada tanah yang berat, perlu ditambahkan pupuk organik
(Wargijono, 1979 cit Sundari, 2010). Tanah Latosol merupakan jenis tanah yang
banyak digunakan dalam budidaya pertanian. Tanah ini mempunyai sifat fisik (struktur)
yang baik tetapi berkemampuan rendah untuk menahan kation (sangat mirip dengan
tanah berpasir), bertekstur lempung sampai lempung debuan, struktur remah sampai
gumpal dan konsistensi gembur. Warna tanah kemerahan tergantung dari susunan
mineralogi bahan induknya, drainase, umur dan keadaan iklimnya, dan membutuhkan
pemberian pupuk yang agak sering (Apriani et al., 2015).
Menurut Purwono dan Purnamawati (2007), bibit tanaman ubi kayu yang
digunakan berasal dari stek batang dengan ukuran 20-30 cm. Stek terbaik berasal dari
bagian tengah batang tanaman yang 4 berumur lebih dari 8 bulan. Penanaman ubi kayu
dilakukan secara vertical dengan posisi mata tunas diatas dan jarak tanam sesuai
kebutuhan atau pada umumnya menggunakan jarak tanam 100cm x 100 cm.
Pertumbuhan ubi kayu termasuk lambat sehingga perlu dilakukan penyiangan setiap
satu bulan. Tujuannya untuk mengurangi persaingan tanaman dengan gulma. Saat
kanopi telah saling menutupi, penyiangan dihentikan. Pengurangan tunas dilakukan
pada saat ubi kayu berumur 1 bulan dengan meninggalkan dua tunas yang sehat.
Waktu tanam ubi kayu yang baik untuk lahan tegalan adalah pada awal musim
penghujan (MH I), sedangkan pada lahan sawah tadah hujan adalah setelah panen padi
(MH II), karena selama pertumbuhan vegetatif aktif (3-4 bulan pertama) ubi kayu
membutuhkan air. Untuk pertumbuhan selanjutnya ubi kayu tidak terlalu banyak
membutuhkan air. Penanaman ubi kayu baik pada pola monokultur maupun tumpang
sari dapat dilakukan segera setelah bibit dan lahan siap (Sundari, 2010). Penyediaan
unsur hara oleh tanaman dapat diperoleh dengan cara tumpang sari. Tumpang sari
adalah kegiatan penanaman dua jenis tanaman atau lebih di lahan dan waktu yang
bersamaan dengan alasan utama adalah untuk meningkatkan produktivitas per satuan
luas lahan (Francis, 1986 cit Abrori, 2016). Sistem tumpang sari antara tanaman ubi
kayu dengan tanaman legum yang merupakan kombinasi umum digunakan oleh petani
dalam budidaya tanaman karena tanaman legum dapat menyediakan sebagian unsur
hara yang dibutuhkan oleh ubi kayu (Abrori, 2016).

13
Menurut Wijanarko (2014), penanaman ubi kayu secara berkelanjutan selama
30 tahun menyebabkan degradasi kesuburan tanah, yaitu penurunan pH tanah, N total,
C organik, ketersediaan P, dan KPK serta meningkatkan kejenuhan Al. Pola tanam
tumpang gilir (ubi kayu–jagung atau ubi kayu-kacang tanah) atau tumpang sari (ubi
kayu+jagung atau ubi kayu+kacang tanah) mampu menghambat laju penurunan
kesuburan tanah, melalui peningkatan ketersediaan N, C organik, P dan K.
Pengembalian biomassa kacang tanah atau kacang tanah+jagung 2:1 memberikan hasil
ubi kayu yang tertinggi, meningkatkan hasil antara 53% hingga 65%. Pengembalian
biomassa tanaman legum dan non legum serta pola tanam tumpang sari atau tumpang
gilir mampu meningkatkan kesuburan tanah (pH tanah, N total, C organik, fraksi labil
N dan C) dan kualitas tanah dibandingkan dengan perlakuan ubi kayu monokultur.
Pola tumpang sari dilakukan dengan mengatur jarak tanam ubi kayu
sedemikian rupa sehingga ruang diantara barisan ubi kayu dapat ditanami dengan
tanaman lain (kacang-kacangan, jagung maupun padi gogo). Pengaturan jarak tanam
ubi kayu diistilahkan dengan double row (baris ganda). Pada pola tumpangsari, ubi
kayu ditumpangsarikan dengan jagung dan tanaman kacang-kacangan seperti dengan
kedelai maupun kacang tanah. Pada pola tanam ini, ubi kayu ditanam bersamaan atau
sehari sesudahnya. Namun sekarang tersedia beberapa teknik budidaya dengan pola
tumpangsari, antara lain tanaman kacang-kacangan ditanam 1-2 minggu sebelum atau
sesudah tanam ubi kayu. Untuk mendapatkan pertanaman ubi kayu yang sehat, baik,
seragam dan berproduksi tinggi, harus dilakukan pemeliharaan, meliputi penyulaman,
penyiangan, pembumbuhan dan pemberantasan hama dan penyakit (Sundari, 2010).
Untuk mendapatkan hasil yang tinggi, diperlukan penambahan hara yang
cukup, tergantung pada tingkat kesuburan tanahnya. Untuk pola tanam monokultur,
pupuk yang dianjurkan adalah 200 kg Urea+100 kg KCl + 100 kg SP-36/ha.
Pemupukan dilakukan dua tahap, tahap pertama diberikan pada umur 1 bulan dengan
dosis 100 kg Urea + 50 kg KCL + 100 kg SP 36/ha, sedangkan sisanya diberikan pada
tahap kedua yaitu pada umur 3 bulan. Untuk pola tanam tumpangsari, dosis pupuk yang
dianjurkan berbeda, yaitu.

Ubi kayu : 200 kg Urea/ha + 100 kg SP36/ha + 100 kg KCl/ha


Jagung : 300 kg Urea/ha + 100 kg SP36/ha + 100 kg KCl/ha

14
Kacang tanah, kedelai, kacang hijau: Acuan dosis pemupukan seperti pada
budidaya monokultur (50 kg urea, 100 kg SP36, 50 kg KCl per ha). Pemupukan
diberikan saat tanam. Untuk lahan masam dapat ditambah dolomit 500 kg/ha.
Pemupukan dilakukan dengan cara ditugal pada jarak 5-20 cm dari pangkal batang
(Sundari, 2010).

15
H. Perhitungan Usaha Tani

Analisis Usaha Tani


Petani 1: Pak Panggung
Uraian Volume Harga Jumlah Harga
A. Produksi 3000 kg 900 2.700.000
B. 1. Biaya Tetap
(Fix Cost)
-Sewa tanah 2000 m2 300.000 300.000
-Penyusutan alat 162.500
2. Biaya Variabel
(Variable Cost)
-Pupuk
 Pupuk dasar (organik) 500 kg 400 200.000
 NPK 50 kg 2.400 120.000
-Pestisida
1 liter 85.000 85.000
-Tenaga Kerja
 Olah tanah
1 orang 250.000 250.000
 Tanam
 Penyiangan 1 orang 60.000 60.000
 Panen 5 orang 60.000 300.000
4 orang 60.000 240.000
TOTAL 1.717.500

1. Pendapatan Kotor
TR= Produksi x Harga Produksi
= 3000 x 900
= 2.700.000
2. Pendapatan Bersih
 = TR - TC
= 2.700.000 – 1.717.500
= 982.500

16
Analisis Kelayakan Usaha

1. Analisis BEP Produksi


𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
BEP Produksi = 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖

1.717.500
= 900

= 1.908/kg
Artinya, titik balik modal usaha budidaya singkong gatotkaca tercapai apabila volume
produksi sebanyak 1.908 kg untuk sekali panen.
2. Analisis BEP Harga Produksi
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
BEP Harga Produksi = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖

1.717.500
= 3000

= 572/kg
Artinya, titik balik modal tercapai jika harga singkong dijual Rp. 572/kg.
3. B/C Ratio
𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
B/C Ratio = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙

2.700.000
= 1.717.500

= 1,5 (Layak diusahakan)

Petani 2: Bu Pariyem
Uraian Volume Harga Jumlah Harga
A. Produksi 1000 kg 2000 2.000.000
B. 1. Biaya Tetap
(Fix Cost)
-Sewa tanah 1000 m2 200.000 200.000
-Penyusutan alat 119.500
2. Biaya Variabel
(Variable Cost)
-Pupuk

17
 Pupuk dasar (organik) 500 kg 400 200.000
 NPK 30 kg 2.400 72.000
-Pestisida
1/2 liter 40.000 40.000
-Tenaga Kerja
 Olah tanah
1 orang 150.000 150.000
 Tanam
 Penyiangan 3 orang 60.000 180.000
 Panen 2 orang 60.000 120.000
 Pasca Panen 3 orang 60.000 180.000
2 orang 60.000 120.000
TOTAL 1.381.500

1. Pendapatan Kotor
TR= Produksi x Harga Produksi
= 1000 x 2000
= 2.000.000
2. Pendapatan Bersih
 = TR - TC
= 2.000.000 – 1.381.500
= 618.500

Analisis Kelayakan Usaha

1. Analisis BEP Produksi


𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
BEP Produksi = 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
1.381.500
=
2000

= 690/kg
Artinya, titik balik modal usaha budidaya singkong gatotkaca tercapai apabila volume
produksi sebanyak 690 kg untuk sekali panen.
2. Analisis BEP Harga Produksi
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
BEP Harga Produksi = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖

18
1.381.500
= 1000

= 1.381/kg
Artinya, titik balik modal tercapai jika harga singkong dijual Rp. 1.381/kg.
3. B/C Ratio
𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
B/C Ratio = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
2.000.000
= 1.381.500

= 1,4 (Layak diusahakan)


Petani 3: Bu Sulasmi
Uraian Volume Harga Jumlah Harga
A. Produksi 1200 kg 1500 1.800.000
B. 1. Biaya Tetap
(Fix Cost)
-Sewa tanah 1000 m2 200.000 200.000
-Penyusutan alat 126.000
2. Biaya Variabel
(Variable Cost)
-Pupuk
 Pupuk dasar (organik) 500 kg 400 200.000
 NPK 30 kg 2.400 72.000
-Pestisida
1/2 liter 40.000 40.000
-Tenaga Kerja
 Olah tanah
1 orang 200.000 200.000
 Tanam
 Penyiangan 3 orang 60.000 180.000
 Panen 3 orang 60.000 180.000
 Pasca Panen 3 orang 60.000 180.000
2 orang 60.000 120.000
TOTAL 1.498.000

19
1. Pendapatan Kotor
TR= Produksi x Harga Produksi
= 1200 x 1500
= 1.800.000
2. Pendapatan Bersih
 = TR - TC
= 1.800.000 – 1.498.000
= 302.000

Analisis Kelayakan Usaha

1. Analisis BEP Produksi


𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
BEP Produksi = 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
1.498.000
= 1.500

= 998/kg
Artinya, titik balik modal usaha budidaya singkong ketan tercapai apabila volume
produksi sebanyak 998 kg untuk sekali panen.
2. Analisis BEP Harga Produksi
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
BEP Harga Produksi = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖

1.498.000
= 1.200

= 1.248/kg
Artinya, titik balik modal tercapai jika harga singkong dijual Rp. 1.248/kg.
3. B/C Ratio
𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
B/C Ratio = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙

1.800.000
= 1.498.000

= 1,2 (Layak diusahakan)

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Singkong merupakan tanaman perdu yang memiliki sumber karbohidrat yang
berasal dari umbinya.
2. Cara budidaya tanaman singkong adalah dengan menggunakan stek batang yang
dipilih pada batang bagian bawah sampai tengah dan berasal dari tanaman induk
yang cukup tua.
3. Hasil pengolahan tanaman singkong yaitu dapat dijadikan sebagai krupuk, tiwul
instan, kue lapis, bidaran, stick, pluntiran, tiwul, dan gatot.

B. Saran
Semoga makalah yang kami buat, dapat berguna dan bermanfaat bagi semua
para pembaca. Terutama untuk lebih mengetahui informasi mengenai cara
pembudidayaan tanaman singkong di lapangan. Serta dapat menjadi bahan referensi
terkait dalam budidaya tanaman singkong dan sebagau acuan didalam pembudidayaan
tanaman singkong bagi para petani untuk kedepannya agar memajukan agroindustri yang
ada di Indonesia.

21
DAFTAR PUSTAKA

Abrori, Ahmad Faris. 2016. Pertumbuhan dan produksi ubi kayu (Manihot esculenta Crantz)
pada sistem tumpang sari dengan bengkuang (Pachrhizus erosus L.). Skripsi. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.

Apriani, H. D., Sumono, dan Sulatri P. 2015. Kajian kinerja irigasi tetes pada tanah latosol
dengan budidaya tanaman caisim (Brassica juncea L.). Jurnal Rekayasa Pangan dan
Pertanian 3(1) : 109-116.

Purwono dan H. Purnamawati. 2009. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penebar
Swadaya, Jakarta.

Purwono, Purnamawati H. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penebar


Swadaya. Jakarta.

Rukmana, R. 2002. Usaha Tani Ubi Kayu. Penerbit Kanisius, Jogjakarta.

Sundari, Titik. 2010. Pengenalan Varietas Unggul dan Teknik Budidaya Ubi Kayu. Balai
Penelitian Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. Malang.

Wargiono, J. B. Santoso, dan Kartika 2009. Dinamika Budidaya Ubikayu. Puslitbangtan


Badan Litbang Pertanian, Jakarta.

Wijanarko, A. 2014. Peningkatan Kesuburan dan Kualitas Tanah dengan Pemberian Biomassa
Tanaman Legum dan non-legum pada Pola Tumpangsari-Tumpang Gilir Ubi kayu di
Typic Hapludult Lampung. Disertasi. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta

22

Anda mungkin juga menyukai