STUDI KASUS
Oleh :
Seto Tangguh Budiyono
NPM : 195009053
Kelas B
ABSTRACT
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas
Mata Kuliah Dasar Perlindungan Tanaman.
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v
DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1. 1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 3
2.1 Pengertian Cabai Merah (Capsicum annum L.) ........................................... 3
2.2 Macam-macam Cabai Merah (Capsicum annum L.)..................................... 4
2.3 Morfologi Tanaman Cabai Merah (Capsicum annum L.) ............................. 5
2.4 Penyakit-penyakit pada Tanaman Cabai Merah (Capsicum annum L.) ........ 6
BAB III ................................................................................................................... 7
METODE STUDI KASUS ..................................................................................... 8
3.1 Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... 8
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................... 8
3.3 Desain Penelitian ........................................................................................... 8
3.4 Pengumpulan dan Analisis Data.................................................................... 8
3.5 Setting Penelitian (Kondisi atau Situasi Tempat Penelitian)......................... 9
3.6 Subjek Penelitian/Partisipan (Wawancara) ................................................... 9
BAB IV ................................................................................................................. 10
PEMBAHASAN ................................................................................................... 10
4.1 Hasil Penelitian............................................................................................ 10
4.2 Pembahasan ................................................................................................. 12
BAB V................................................................................................................... 15
PENUTUP ............................................................................................................. 15
iii
5.1 Simpulan ...................................................................................................... 15
5.2 Saran ............................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17
LAMPIRAN
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Cabai Merah Keriting, Cabai Merah Besar, Cabai Rawit .............. 5
Gambar 2. Bedengan Lahan Tanam ................................................................. 12
Gambar 3. Tanaman Cabai Merah (Capsicum annum L.) yang Terindikasi
Terinfeksi Penyakit Layu Daun Menggulung ke Bawah/Mengkerut .............. 12
Gambar 4. Tanaman cabai merah (Capsicum annum L.) yang Terinfeksi
Penyakit Layu Fusarium sp. ............................................................................. 13
v
DAFTAR TABEL
vi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara agraris, dimana mayoritas penduduknya bermata
pencaharian dengan bercocok tanam. Didukung dengan geografis negara Indonesia
yang merupakan negara kepulauan dan memiliki kekayaan serta potensi alam yang
belimpah, tidak hanya dalam bidang kelautan tetapi juga dalam bidang pertanian.
Kekayaan dan potensi alam itu berupa tanaman pangan, tanaman holtikultura, dan
tanaman organik. Salah satu tanaman hortikultura yang banyak dibudidayakan oleh
petani yaitu adalah cabai merah (Capsicum annum L.).
Cabai merah (Capsicum annum L.) merupakan salah satu tanaman dari
sektor hortikultura yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Menurut Setiadi (dalam
jurnal yang disusun oleh Sri Sulastri, dkk., 2014), buah cabai memiliki kandungan
gizi yang banyak, yaitu protein 1 g, lemak 0,3 g, karbohidrat 7,3 g, kalsium 29 mg,
fosfor 24 mg, zat besi 0,5 mg, vit A 470 mg, vit B1 0,05 mg, vit C 460 mg dan air
90,9 g serta 31 Kal. Selain itu, cabai merah juga merupakan salah satu komoditas
sayuran yang mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif, sehingga banyak
diusahakan atau dibudidayakan oleh petani dalam berbagai skala usahatani (Ati Srie
Duriat, dkk., 2007). Tidak terkecuali di daerah Tasikmalaya yang merupakan salah
satu daerah dataran rendah, dimana berdasarkan data BPS tahun 2020 produksi
cabai merah mencapai 4,96 ton dengan produktivitasnya 65,34 kuintal/hektar.
Tetapi, dalam budidaya usahatani cabai merah, banyak kendala yang
dihadapi dan menjadi keresahan dari para petani, salah satunya yaitu adalah hama
dan penyakit tanaman (HPT). Hama dan penyakit tanaman (HPT) merupakan salah
satu faktor pembatas produksi tanaman secara fisik, sedangkan penyakit
menimbulkan gangguan fisiologis pada tanaman. Perikehidupan HPT di pengaruhi
oleh faktor iklim, terutama suhu dan kelembapan udara. Faktor iklim tersebut
berpengaruh langsung terhadap kemampuan bertahan hidup (survival rate) dan
keperidian (fecundity) hama, serta perbanyakan dan penyebaran penyakit.
Salah satu penyakit yang menyerang dan menginfeksi tanaman cabai merah
(Capsicum annum L.) di Kota Tasikmalaya tepatnya di salah satu kebun milik
seorang warga di Kecamatan Cipedes adalah penyakit layu fusarium yang
disebabkan oleh jamur dan layu daun menggulung yang disebabkan karena infeksi
virus TMV (Tobacco Mosaic Virus) yang dibawa oleh hama trips. Berdasarkan
pengamatan tersebut, penulis menyusun laporan studi kasus ini untuk mengetahui
upaya perlindungan dan pengendalian penyakit tanaman cabai merah (Capsicum
annum L.) di Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu tanaman cabai merah (Capsicum annum L.)?
2. Penyakit apa sajakah yang menyerang dan menginfeksi tanaman cabai
merah (Capsicum annum L.)?
3. Bagaimana upaya perlindungan dan pengendalian penyakit yang
menyerang dan menginfeksi tanaman cabai merah (Capsicum annum L.)?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Syukur (dalam jurnal skripsi yang disusun oleh Febriana, 2019:5)
cabai merupakan tanaman yang berasal dari bagian tropis dan subtropis Benua
Amerika, khususnya Kolombia, Amerika Selatan dan menyebar ke negara-negara
benua Amerika, Eropa, dan Asia termasuk negara Indonesia. Tanaman cabai
termasuk famili Solanaceae, genus Capsicum. Capsicum annuum L. merupakan
salah satu spesies dari 20-30 spesies dalam genus yang sama. Spesies ini paling
banyak dibudidayakan dan penting secara ekonomi. Berdasarkan karakter buahnya
spesies Capsicum Annuum.L digolongkan dalam empat tipe, yaitu cabai besar,
cabai kriting, cabai rawit (hijau), dan paprika. Klasifikasi cabai merah adalah
sebagai berikut: Famili ini terdiri lebih kurang 75 marga (genus) dan 2000 jenis
(spesies), ada yang berbentuk tanaman pendek, tanaman semak perdu atau pohon
kecil. daun lombok termasuk daun tunggal sederhana, tetapi ada juga yang berlekuk
dangkal sampai dalam, dan ada juga yang berlekuk majemuk. Letak daun
bergantian dan tidak mempunyai daun penumpu. Tanaman ini banyak terdapat di
daerah tropis sampai di daerah subtropik. Cabai merah memberikan warna dan rasa
yang dapat membangkitkan selera makan, banyak mengandung vitamin dan dapat
juga digunakan sebagai obat-obatan, bahan campuran makanan dan peternakan.
Menurut Humaerah (pada skripsi yang disusun oleh Febriana, 2019:5) pada
umumnya cabai merah dapat ditanam di dataran rendah sampai pegunungan
3
(dataran tinggi) + 2.000 meter dpl yang membutuhkan iklim tidak terlalu dingin dan
tidak terlalu lembab. Temperatur yang baik untuk tanaman cabai keriting adalah
24-27C, dan untuk pembentukan buah pada kisaran 16-30C. Hampir semua jenis
tanah yang cocok untuk budidaya tanaman pertanian, cocok pula bagi tanaman
cabai keriting. Untuk mendapatkan kuantitas dan kualitas hasil yang tinggi, cabai
keriting menghendaki tanah yang subur, gembur, kaya akan organik, tidak mudah
becek (menggenang), bebas cacing (nematoda) dan penyakit tular tanah. Kisaran
pH tanah yang ideal adalah antara 5.5-6.8.
Sutrisni (pada laporan yang disusun oleh Simalango, 2018:6) menuturkan
cabai merah mengandung zat-zat gizi yang sangat diperlukan untuk kesehatan
manusia seperti , karbohidrat, fosfor (P), vitamin dan juga mengandung senyawa-
senyawa alkaloid seperti capsaicin, flavonoid, dan minyak essential. Berikut
ditampilkan kandungan gizi cabai merah segar per 100 gram bahan.
Karena kandungan yang dimiliki itulah, cabai merah (Capsicum annum L.)
termasuk salah satu tanaman hortikultura penting yang memiliki peluang bisnis
prospektif dan dibudidayakan secara komersial. Aneka macam cabai yang dijual di
pasar tradisional dapat digolongkan dalam dua kelompok, yakni cabai kecil
(Capsicum frustescens) dan cabai besar (Capsicum annum). Cabai kecil biasa
disebut cabai rawit, sedangkan yang besar dinamakan cabai merah (Rachmawati,
et.al,2012).
2.2 Macam-macam Cabai Merah (Capsicum annum L.)
Menurut Nurfalach (dalam laporan yang disusun oleh Simalango, 2018:5),
Macam-macam tanaman cabai antara lain:
4
a) Cabai Besar (Capsicum annum L.)
Buah cabai besar berukuran panjang berkisar 6-10 cm, diameter 0,7-
1,3 cm. Cabai besar di Indonesia dibagi menjadi dua kelompok yaitu cabai
merah besar dan cabai merah keriting. Permukaan buah cabai merah besar
halus dan mengkilat serta mempunyai rasa pedas. Sedangkan cabai merah
keriting bentuknya lebih ramping dengan cita rasa sangat pedas.
Cabai besar dapat tumbuh subur di dataran rendah sampai dataran
tinggi. Cabai merah memiliki ciri- ciri antara lain :
Bentuk buah besar, panjang dan meruncing.
Buah yang muda berwarna hijau, sedangkan buah yang tua berwarna
merah.
Kulit buah agak tipis.
Banyak terdapat biji dan rasanya agak pedas.
5
2. Batang
Batang cabai umumnya berwarna hijau tua, berkayu, bercabang lebar
dengan jumlah cabang yang banyak. Panjang batang berkisar antara 30
cm sampai 37,5 cm dengan diameter 1,5 cm sampai 3 cm. Jumlah
cabangnya berkisar antara 7 sampai 15 per tanaman. Panjang cabang
sekitar 5 cm sampai 7 cm dengan diameter 0,5 cm sampai 1 cm. Pada
daerah percabangan terdapat tangkai daun. Ukuran tangkai daun ini
sangat pendek yakni hanya 2 cm sampai 5 cm (Pratama et al., 2017).
3. Daun
Daun cabai merupakan daun tunggal berwarna hijau sampai hijau tua
dengan helai daun yang bervariasi bentuknya antara lain deltoid, ovate
atau lanceolate (IPGRI, 1995). Daun muncul di tunas-tunas samping
yang berurutan di batang utama yang tersusun sepiral (Pratama et al.,
2017).
4. Bunga
Bunga cabai merupakan bunga tunggal dan muncul di bagian ujung ruas
tunas, mahkota bunga berwarna putih, kuning muda, kuning, ungu
dengan dasar putih, putih dengan dasar ungu, atau ungu tergantung dari
varietas. Bunga cabai berbentuk seperti bintang dengan kelopak seperti
lonceng. Alat kelamin jantan dan betina terletak di satu bunga sehingga
tergolong bunga sempurna. Posisi bunga cabai ada yang menggantung,
horizontal, dan tegak (Pratama et al., 2017).
5. Buah
Buah cabai memiliki plasenta sebagai tempat melekatnya biji. Plasenta
ini terdapat pada bagian dalam buah. Pada umumnya daging buah cabai
renyah dan ada pula yang lunak. Ukuran buah cabai beragam, mulai dari
pendek sampai panjang dengan ujung tumpul atau runcing (Pratama et
al., 2017).
2.4 Penyakit-penyakit pada Tanaman Cabai Merah (Capsicum annum L.)
Produktivitas yang tinggi dan stabil dalam budidaya tanaman cabai merah
(Capsicum annum L.) tentunya menjadi harapan untuk setiap petani. Akan tetapi,
banyak faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas budidaya tanaman cabai
merah (Capsicum annum L.), salah satunya yaitu adalah gangguan hama dan
penyakit tanaman. Serangan hama dan penyakit dapat menyebabkan tanaman
mengalami kerusakan parah bahkan dapat berakibat gagal panen. Berikut macam-
macam penyakit, gejala, serta sistem pengendalian tanaman cabai merah (Capsicum
annum L.).
6
Tabel 2. Penyakit, Gejala, dan Sistem Pengendalian Tanaman Cabai Merah
(Capsicum annum L.)
7
BAB III
8
3.5 Setting Penelitian (Kondisi atau Situasi Tempat Penelitian)
Kondisi tempat saat penelitian sedang berlangsung yaitu cuaca cerah dengan
suhu berkisar antara 33-36C, kondisi lingkungan agak lembab, tanaman
cabai merah belum disiram, dan terdapat sisa-sisa serangan hama pada tanah
bedengan. Topografi wilayah binaan Kelurahan Nagarasari datar sampai
bergelombang dengan kemiringan rata-rata 2%, tinggi tempat dari
permukaan laut adalah 350 mdpl dengan curah hujan 4050 mm/tahun.
3.6 Subjek Penelitian/Partisipan (Wawancara)
Subjek penelitian dalam studi kasus tanaman cabai merah (Capsicum annum
L.) ini yaitu pak Mamat, sebagai salah satu petani binaan BPP (Badan
Penyuluh Pertanian) Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya, seorang
petugas POPT (Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman) dan metode
yang dilakukan yaitu wawancara.
9
BAB IV
PEMBAHASAN
2. Observasi lapangan
Selanjutnya, kegiatan observasi lapangan yang dilakukan pada hari Kamis
pukul 09.00-11.00 WIB yang berlokasi di lahan tanam milik salah satu
petani binaan BPP (Badan Penyuluh Pertanian) Kelurahan Nagarasari,
Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Dari hasil observasi di
lapangan, penulis menjumpai terdapat 120 tanaman cabai merah (Capsicum
annum L.) yang berumur 14 HST (Hari Setelah Tanam), dimana kurang
lebih sekitar 93 diantaranya mengalami gejala penyakit layu daun
menggulung yang disebabkan karena terinfeksi virus TMV (Tobacco
Mosaik Virus) yang dibawa oleh hama trips. Kemudian terdapat 2 tanaman
cabai merah (Capsicum annum L.) yang* berumur kurang lebih 3-4 minggu
HST (Hari Setelah Tanam) yang terinfeksi layu fusarium.
10
a. Pada wilayah binaan Kelurahan Nagarasari ini, penyakit apa saja yang
sering dikeluhkan oleh para petani khususnya pada tanaman cabai merah
(Capsicum annum L.) bu?
b. Gejala atau dampak ketika ada tanaman cabai merah (Capsicum annum L.)
yang terkena penyakit itu seperti apa?
c. Bagaimana cara pengendalian penyakit yang sudah menginfeksi tanaman
cabai merah (Capsicum annum L.) tersebut?
d. Upaya atau langkah apa yang dapat dilakukan, agar penyakit tersebut tidak
menginfeksi tanaman cabai merah (Capsicum annum L.)?
3. Analisis Data
Dari hasil observasi, dengan luas tanam seluas 75 m² yang memiliki 6
bedengan dengan 120 lubang tanam. Dengan lubang tanam per bedengan
adalah 20 lubang. Terdapat 93 tanaman cabai merah (Capsicum annum L.)
yang terindikasi terkena penyakit daun layu menggulung/mengkerut ke
bawah yang diakibatkan karena terinfeksi TMV (Tobacco Mosaik Virus)
yang dibawa oleh hama trips, dan 2 tanaman cabai merah (Capsicum annum
L.) yang terindikasi terkena penyakit layu fusarium.
Tabel 3. Data Tanaman Cabai Merah (Capsicum annum L.) per bedeng
Kondisi B. 1 B. 2 B. 3 B. 4 B. 5 B. 6 Jumlah
TTLM 12 14 17 15 17 18 93
TTLF 1 - - 1 - - 2
TM 3 4 2 2 2 1 14
TS 4 2 1 2 1 1 11
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa 93 dari 120 tanaman cabai
merah (Capsicum annum L.) atau sekitar 77,5% tanaman terindikasi
terinfeksi penyakit layu menggulung yang diakibatkan oleh TMV (Tobacco
Mosaik Virus) yang dibawa oleh hama trips, dimana intensitas tanaman
terindikasi terinfeksi paling besar ada pada bedeng 6. Selanjutnya terdapat
2 dari 120 tanaman yang terinfeksi penyakit layu fusarium yang terdapat di
bedeng 1 dan bedeng 4. Terdapat juga tanaman cabai merah (Capsicum
annum L.) yang mati yaitu 14 dari 120 tanaman cabai atau sekitar 11,6%
dari total keseluruhan tanaman yang ada di 6 bedengan mati. Tapi masih
terdapat sekitar 11 dari 120 tanaman cabai merah atau sekitar 9,1% dari total
tanaman cabai sehat. Bedengan dengan tingkat intensitas serangan tertinggi
yang terinfeksi penyakit layu menggulung/mengkerut yaitu bedengan 6
dengan jumlah tanaman terindikasi terinfeksi yaitu 18/20 tanaman yang
11
ditanam pada bedengan tersebut atau sekitar 90% tanaman terinfeksi.
Kemudian untuk tingkat kematian tertinggi ada pada bedengan 2 dimana
4/20 tanaman atau sekitar 20% tanaman cabai merah mati.
4.2 Pembahasan
1. Penyakit yang menyerang tanaman cabai merah (Capsicum annum L.)
Dari observasi yang dilakukan pada tanaman cabai merah
(Capsicum annum L.) di lahan tanam salah satu petani binaan BPP (Badan
Penyuluhan Pertanian) Kecamatan Cipedes, Kelurahan Nagarasari, Kota
Tasikmalaya ditemukan tanaman yang terindikasi terinfeksi penyakit layu
menggulung/mengkerut dan juga layu fusarium. Penyakit layu
menggulung/mengkerut pada tanaman cabai merah ini disebabkan oleh
Cucumber Mosaic Virus (CMV), atau gabungannya dengan beberapa virus
lain seperti Tobacco Mosaic Virus (TMV), Potato Virus Y (PVY) dan Chilli
Veinal Mottle Virus (CVMV). Tanaman yang terinfeksi menjadi kerdil,
warna daun belang hijau muda dan hijau tua, ukuran daun lebih kecil
daripada daun yang sehat. Pada tulang daun terdapat jaringan tanaman yang
menguning atau hijau gelap dengan tulang daun yang tumbuh lebih
menonjol, serta pinggiran daun bergelombang. Virus masuk ke dalam
jaringan tanaman melalui luka, memperbanyak diri dan menyebar ke
seluruh jaringan tanaman (sistemik).
12
Penularan virus dapat secara mekanis (bersinggungan antara tanaman sakit
dan sehat) serta dapat melalui vektor serangga kutu daun Myzus persicae
dan Aphis gossypii. Khusus TMV tidak dapat ditularkan melalui vektor,
tetapi dapat menular melalui biji (Sherly Sisca Piay, et al., 2010: 39-40).
Itulah sebabnya mengapa sekitar 77,5% tanaman cabai merah (Capsicum
annum L.) di lahan tanam tersebut dapat terinfeksi penyakit layu
menggulung/mengkerut ini.
Kemudian ditemukan juga tanaman cabai merah (Capsicum annum
L.) yang menginfeksi 2 tanaman cabai merah. Penyebab penyakit layu
Fusarium adalah jamur Fusarium oxysporum var. vasinfectum. Infeksi
pertama umumnya terjadi pada pangkal batang yang langsung berhubungan
dengan tanah. Pangkal batang tersebut menjadi busuk dan berwarna coklat
tua. Infeksi lanjut menjalar ke daerah perakaran dan menyebabkan
kerusakan pada akar (busuk basah). Apabila kelembaban lingkungan cukup
tinggi, bagian pangkal batang tersebut berubah warna menjadi keputih-
putihan karena banyak terbentuk spora. Infeksi yang parah menyebabkan
seluruh bagian tanaman menjadi layu karena transport air dan nutrisi ke
bagian atas tanaman terganggu (Sherly Sisca Piay, et al., 2010: 32).
13
Jamur membentuk makro konidia (dengan dua - enam septa) dan mikro
konidia (sel tunggal) dan klamidospora (hifa berdinding sel tebal).
Klamidospora dapat bertahan lama pada kondisi lingkungan yang tidak
menguntungkan untuk pertumbuhan jamur. Suhu untuk pertumbuhan
optimal jamur berkisar antara 24 - 27C, sehingga penyakit layu Fusarium
tersebut banyak berkembang di daerah dataran rendah, terutama yang
berdrainase kurang baik. Patogen dapat menyebar melalui hembusan angin
dan aliran air (Sherly Sisca Piay, et al., 2010: 32-33).
14
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
1. 93 dari 120 tanaman cabai merah (Capsicum annum L.) atau sekitar 77,5%
tanaman terindikasi terinfeksi penyakit layu menggulung yang diakibatkan
oleh TMV (Tobacco Mosaik Virus) yang dibawa oleh hama trips, dimana
intensitas tanaman terindikasi terinfeksi paling besar ada pada bedeng 6
yaitu 18 tanaman. Selanjutnya terdapat 2 dari 120 tanaman yang terinfeksi
penyakit layu fusarium sp. yang terdapat di bedeng 1 dan bedeng 4.
Terdapat juga tanaman cabai merah (Capsicum annum L.) yang mati yaitu
14 dari 120 tanaman cabai atau sekitar 11,6% dari total keseluruhan
tanaman yang ada di 6 bedengan mati. Tapi masih terdapat sekitar 11 dari
120 tanaman cabai merah atau sekitar 9,1% dari total tanaman cabai sehat.
Bedengan dengan tingkat intensitas serangan tertinggi yang terinfeksi
penyakit layu menggulung/mengkerut yaitu bedengan 6 dengan jumlah
tanaman terindikasi terinfeksi yaitu 18/20 tanaman yang ditanam pada
bedengan tersebut atau sekitar 90% tanaman terinfeksi. Kemudian untuk
tingkat kematian tertinggi ada pada bedengan 2 dimana 4/20 tanaman atau
sekitar 20% tanaman cabai merah mati.
2. Penyakit layu menggulung/mengkerut pada tanaman cabai merah ini
disebabkan oleh Cucumber Mosaic Virus (CMV), atau gabungannya
dengan beberapa virus lain seperti Tobacco Mosaic Virus (TMV), Potato
Virus Y (PVY) dan Chilli Veinal Mottle Virus (CVMV). Tanaman yang
terinfeksi menjadi kerdil, warna daun belang hijau muda dan hijau tua,
ukuran daun lebih kecil daripada daun yang sehat. Pada tulang daun terdapat
jaringan tanaman yang menguning atau hijau gelap dengan tulang daun
yang tumbuh lebih menonjol, serta pinggiran daun bergelombang. Virus
masuk ke dalam jaringan tanaman melalui luka, memperbanyak diri dan
menyebar ke seluruh jaringan tanaman (sistemik). Penularan virus dapat
secara mekanis (bersinggungan antara tanaman sakit dan sehat) serta dapat
melalui vektor serangga kutu daun Myzus persicae dan Aphis gossypii serta
thrips hama.
3. Penyebab penyakit layu Fusarium adalah jamur Fusarium oxysporum var.
vasinfectum. Infeksi pertama umumnya terjadi pada pangkal batang yang
langsung berhubungan dengan tanah. Pangkal batang tersebut menjadi
busuk dan berwarna coklat tua. Infeksi lanjut menjalar ke daerah perakaran
dan menyebabkan kerusakan pada akar (busuk basah). Apabila kelembaban
lingkungan cukup tinggi, bagian pangkal batang tersebut berubah warna
menjadi keputih-putihan karena banyak terbentuk spora. Infeksi yang parah
menyebabkan seluruh bagian tanaman menjadi layu karena transport air dan
nutrisi ke bagian atas tanaman terganggu.
15
4. Upaya pencegahan atau pengendalian penyakit yang dapat dilakukan, yaitu
seperti : Melakukan sanitasi lapangan terhadap gulma dan tanaman sakit,
selanjutnya dimusnahkan untuk mengurangi sumber inokulum awal, Untuk
mencegah penularan TMV melalui biji, maka biji cabai direndam dalam
larutan natrium fosfat 10 % selama satu jam, Melakukan pergiliran tanaman
dengan tanaman yang bukan sebagai inang pathogen, dll.
5.2 Saran
Masih diperlukannya penelitian dan pengkajian lebih lanjut terkait dengan
penanganan dan pengendalian terkait penyakit-penyakit yang menginfeksi tanaman
cabai merah (Capsicum annum L.) ini. Selain itu, sosialiasi kepada petani pun masih
harus terus diterapkan dan dilakukan terkait dengan bagaimana persiapan dan
perawatan budidaya tanaman khususnya tanaman cabai merah (Capsicum annum
L.), untuk menghindari resiko kerugian yang dialami petani dan juga meningkatkan
produktivitas dari hasil tani tersebut. Sehingga salah satu faktor penghambat
produksi tanaman cabai merah (Capsicum annum L.) dapat terkendali.
16
DAFTAR PUSTAKA
17
LAMPIRAN
18
• Jawaban Wawancara
(Dengan Petani)
1. Ketika bapak membudidayakan tanaman cabai merah (Capsicum annum L.),
penyakit apa saja yang sering menyerang atau menginfeksi tanaman cabai
merah tersebut?
Untuk penyakit yang sering menyerang tanaman cabai merah mungkin
seperti layu fusarium sp., daun layu menguning, daun
menggulung/mengkerut, tetapi selain penyakit banyak juga hama yang
menginfeksi tanaman cabai merah (Capsicum annum L.) seperti thrips, dll.
2. Bagaimana cara bapak mengendalikan atau mencegah penyakit yang
menginfeksi tanaman cabai merah tersebut?
Biasanya kita mengidentifikasi terlebih dahulu jenis penyakit apa yang
menginfeksi tanaman cabai tersebut, kemudian untuk mencegah serangan
penyakit yang menginfeksi tanaman cabai, biasanya kita menggunakan
benih/bibit yang bersertifikat dan varietas unggulan. Kemudian, kalau ada
yang terinfeksi kita langsung pisahkan tanaman tersebut untuk menghindari
tanaman lain terinfeksi.
3. Sebelum memulai budidaya tanaman cabai merah (Capsicum annum L.),
apa saja yang perlu kita perhatikan dalam perawatan tanaman cabai merah?
Yang jelas kita harus memiliki pengetahuan terlebih dahulu tentang
bagaimana cara mengolah dan merawat tanaman cabai merah. Utamanya
dalam pengendalian penyakit atau hama tanaman cabai merah (Capsicum
annum L.).
(Dengan petugas POPT)
1. Pada wilayah binaan Kelurahan Nagarasari ini, penyakit apa saja yang
sering dikeluhkan oleh para petani khususnya pada tanaman cabai merah
(Capsicum annum L.) bu?
Ngga beda jauh dengan yang disampaikan oleh pak Mamat, untuk penyakit
mungkin yang sering menyerang/menginfeksi ada layu fusarium sp., layu
daun menguning dan menggulung kebawah/mengkerut.
2. Gejala atau dampak ketika ada tanaman cabai merah (Capsicum annum L.)
yang terkena penyakit itu seperti apa?
Untuk gejala itu tergantung jenis penyakit yang menginfeksi seperti apa.
Kemudian untuk dampak yang ditimbulkan yaitu produktivitas pertanian
yang menurun, resiko kerugian yang tinggi karena dapat berakibat gagal
panen.
3. Bagaimana cara pengendalian penyakit yang sudah menginfeksi tanaman
cabai merah (Capsicum annum L.) tersebut?
Cara pengendalian penyakit itu ada beberapa, tergantung dari jenis
penyakitnya apa. Tapi yang jelas kita mengusahakan dengan menggunakan
cara pengendalian yang alami/organik, seperti dengan menggunakan musuh
alami sebagai predator dari hama pembawa penyakit.
19
4. Upaya atau langkah apa yang dapat dilakukan, agar penyakit tersebut tidak
menginfeksi tanaman cabai merah (Capsicum annum L.)?
Pertama dapat menggunakan bibit atau varietas unggul yang bersertifikat,
pahami dan pelajari kembali cara merawat tanaman mulai dari persiapan
lahan media tanam sampai kepada pascapanen.
20