Anda di halaman 1dari 27

UPAYA PERLINDUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT

TANAMAN CABAI MERAH (Capsicum annum L.)


DI KECAMATAN CIPEDES KOTA TASIKMALAYA

STUDI KASUS

Oleh :
Seto Tangguh Budiyono
NPM : 195009053
Kelas B

JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN


UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2021
ABSTRAK

Indonesia adalah negara agraris, dimana mayoritas penduduknya bermata


pencaharian dengan bercocok tanam. Didukung dengan geografis negara Indonesia
yang merupakan negara kepulauan dan memiliki kekayaan serta potensi alam yang
belimpah. Kekayaan dan potensi alam itu berupa tanaman pangan, tanaman
holtikultura, dan tanaman organik. Salah satu tanaman hortikultura yang banyak
dibudidayakan oleh petani yaitu adalah cabai merah (Capsicum annum L.). Cabai
merah (Capsicum annum L.) merupakan salah satu tanaman dari sektor hortikultura
yang memiliki nilai ekonomis tinggi. buah cabai memiliki kandungan gizi yang
banyak, yaitu protein 1 g, lemak 0,3 g, karbohidrat 7,3 g, kalsium 29 mg, fosfor 24
mg, zat besi 0,5 mg, vit A 470 mg, vit B1 0,05 mg, vit C 460 mg dan air 90,9 g serta
31 Kal. Tetapi, dalam budidaya usahatani cabai merah, banyak kendala yang
dihadapi dan menjadi keresahan dari para petani, salah satunya yaitu adalah hama
dan penyakit tanaman (HPT). Salah satu penyakit yang menyerang dan menginfeksi
tanaman cabai merah adalah penyakit layu fusarium yang disebabkan oleh jamur
dan layu daun menggulung yang disebabkan karena infeksi virus TMV (Tobacco
Mosaic Virus).
Kata kunci: Holtikultura, Cabai Merah, Penyakit, Layu Fusarium, Layu
Menggulung/Mengkerut.

ABSTRACT

Indonesia is an agrarian country, where the majority of the population is


livelihood by farming. Supported by the geographical state of Indonesia which is
an archipelago and has abundant natural wealth and potential. The wealth and
potential of nature is in the form of food crops, horticultural plants, and organic
plants. One horticultural plant that is widely cultivated by farmers is red chili
(Capsicum annum L.). Red chili pepper (Capsicum annum L.) is one of the plants
of the horticulture sector that has high economic value. Chili fruit has a lot of
nutritional content, namely protein 1 g, fat 0.3 g, carbohydrates 7.3 g, calcium 29
mg, phosphorus 24 mg, iron 0.5 mg, vit A 470 mg, vit B1 0.05 mg, vit C 460 mg and
water 90.9 g and 31 Kal. However, in the cultivation of red chili farming, many
obstacles are faced and become unrest from farmers, one of which is pests and plant
diseases (HPT). One of the diseases that attack and infect the red chili plant is the
fusarium wither disease caused by fungi and withered rolling leaves caused by
infection with the TMV virus (Tobacco Mosaic Virus).
Keywords: Horticulture, Red Chili, Disease, Withered Fusarium, Wither
Rolls/Scrapes.

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas
Mata Kuliah Dasar Perlindungan Tanaman.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen pengampu Mata Kuliah


Dasar Perlindungan Tanaman, ibu Elya Hartini, Ir., M.T. yang telah mengarahkan
tugas ini ke arah yang lebih baik.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyelesaian


tugas ini. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kepada pembaca untuk
memberikan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tugas ini.
Penulis mengucapkan Terima Kasih dan Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat
bagi para pembaca.

Tasikmalaya, 27 September 2021

Seto Tangguh Budiyono

ii
DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v
DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1. 1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 3
2.1 Pengertian Cabai Merah (Capsicum annum L.) ........................................... 3
2.2 Macam-macam Cabai Merah (Capsicum annum L.)..................................... 4
2.3 Morfologi Tanaman Cabai Merah (Capsicum annum L.) ............................. 5
2.4 Penyakit-penyakit pada Tanaman Cabai Merah (Capsicum annum L.) ........ 6
BAB III ................................................................................................................... 7
METODE STUDI KASUS ..................................................................................... 8
3.1 Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... 8
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................... 8
3.3 Desain Penelitian ........................................................................................... 8
3.4 Pengumpulan dan Analisis Data.................................................................... 8
3.5 Setting Penelitian (Kondisi atau Situasi Tempat Penelitian)......................... 9
3.6 Subjek Penelitian/Partisipan (Wawancara) ................................................... 9
BAB IV ................................................................................................................. 10
PEMBAHASAN ................................................................................................... 10
4.1 Hasil Penelitian............................................................................................ 10
4.2 Pembahasan ................................................................................................. 12
BAB V................................................................................................................... 15
PENUTUP ............................................................................................................. 15

iii
5.1 Simpulan ...................................................................................................... 15
5.2 Saran ............................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17
LAMPIRAN

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Cabai Merah Keriting, Cabai Merah Besar, Cabai Rawit .............. 5
Gambar 2. Bedengan Lahan Tanam ................................................................. 12
Gambar 3. Tanaman Cabai Merah (Capsicum annum L.) yang Terindikasi
Terinfeksi Penyakit Layu Daun Menggulung ke Bawah/Mengkerut .............. 12
Gambar 4. Tanaman cabai merah (Capsicum annum L.) yang Terinfeksi
Penyakit Layu Fusarium sp. ............................................................................. 13

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kandungan Gizi Cabai Merah per 100 Gram .................................... 4


Tabel 2. Penyakit, Gejala, dan Sistem Pengendalian Tanaman Cabai
Merah (Capsicum annum L.) ........................................................................... 7
Tabel 3. Data Tanaman Cabai Merah (Capsicum annum L.) per bedeng ........ 11

vi
1

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara agraris, dimana mayoritas penduduknya bermata
pencaharian dengan bercocok tanam. Didukung dengan geografis negara Indonesia
yang merupakan negara kepulauan dan memiliki kekayaan serta potensi alam yang
belimpah, tidak hanya dalam bidang kelautan tetapi juga dalam bidang pertanian.
Kekayaan dan potensi alam itu berupa tanaman pangan, tanaman holtikultura, dan
tanaman organik. Salah satu tanaman hortikultura yang banyak dibudidayakan oleh
petani yaitu adalah cabai merah (Capsicum annum L.).
Cabai merah (Capsicum annum L.) merupakan salah satu tanaman dari
sektor hortikultura yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Menurut Setiadi (dalam
jurnal yang disusun oleh Sri Sulastri, dkk., 2014), buah cabai memiliki kandungan
gizi yang banyak, yaitu protein 1 g, lemak 0,3 g, karbohidrat 7,3 g, kalsium 29 mg,
fosfor 24 mg, zat besi 0,5 mg, vit A 470 mg, vit B1 0,05 mg, vit C 460 mg dan air
90,9 g serta 31 Kal. Selain itu, cabai merah juga merupakan salah satu komoditas
sayuran yang mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif, sehingga banyak
diusahakan atau dibudidayakan oleh petani dalam berbagai skala usahatani (Ati Srie
Duriat, dkk., 2007). Tidak terkecuali di daerah Tasikmalaya yang merupakan salah
satu daerah dataran rendah, dimana berdasarkan data BPS tahun 2020 produksi
cabai merah mencapai 4,96 ton dengan produktivitasnya 65,34 kuintal/hektar.
Tetapi, dalam budidaya usahatani cabai merah, banyak kendala yang
dihadapi dan menjadi keresahan dari para petani, salah satunya yaitu adalah hama
dan penyakit tanaman (HPT). Hama dan penyakit tanaman (HPT) merupakan salah
satu faktor pembatas produksi tanaman secara fisik, sedangkan penyakit
menimbulkan gangguan fisiologis pada tanaman. Perikehidupan HPT di pengaruhi
oleh faktor iklim, terutama suhu dan kelembapan udara. Faktor iklim tersebut
berpengaruh langsung terhadap kemampuan bertahan hidup (survival rate) dan
keperidian (fecundity) hama, serta perbanyakan dan penyebaran penyakit.
Salah satu penyakit yang menyerang dan menginfeksi tanaman cabai merah
(Capsicum annum L.) di Kota Tasikmalaya tepatnya di salah satu kebun milik
seorang warga di Kecamatan Cipedes adalah penyakit layu fusarium yang
disebabkan oleh jamur dan layu daun menggulung yang disebabkan karena infeksi
virus TMV (Tobacco Mosaic Virus) yang dibawa oleh hama trips. Berdasarkan
pengamatan tersebut, penulis menyusun laporan studi kasus ini untuk mengetahui
upaya perlindungan dan pengendalian penyakit tanaman cabai merah (Capsicum
annum L.) di Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu tanaman cabai merah (Capsicum annum L.)?
2. Penyakit apa sajakah yang menyerang dan menginfeksi tanaman cabai
merah (Capsicum annum L.)?
3. Bagaimana upaya perlindungan dan pengendalian penyakit yang
menyerang dan menginfeksi tanaman cabai merah (Capsicum annum L.)?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa itu tanaman cabai merah (Capsicum annum L.).
2. Untuk mengetahui penyakit apa sajakah yang dapat menyerang dan
menginfeksi tanaman cabai merah (Capsicum annum L.) serta upaya untuk
melindungi dan mengendalikan penyakit tersebut.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penyusunan laporan penelitian studi kasus ini adalah untuk
memberikan informasi terkait dengan tanaman cabai merah (Capsicum annum L.)
dan penulis juga berharap dengan adanya laporan penelitian studi kasus ini dapat
memberikan edukasi serta wawasan terhadap khalayak umum khususnya petani-
petani dan pembudidaya tanaman cabai merah (Capsicum annum L.) terkait dengan
penyakit yang dapat menyerang tanaman cabai merah dan upaya dalam
perlindungan dan pengendalian penyakit tersebut.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Cabai Merah (Capsicum annum L.)


Menurut Jannah (2010) dalam laporan yang disusun oleh Simalango
(2018:4) cabai merah (Capsicum annum L.) merupakan salah satu jenis tanaman
hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, hal ini disebabkan selain
cabai memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap juga memiliki nilai ekonomis
tinggi yang banyak digunakan baik untuk konsumsi rumah tangga maupun untuk
keperluan industri makanan. Menurut Haryanto (dalam skripsi yang disusun oleh
Febriana, 2019 : 4), dalam sistematika tumbuh-tumbuhan cabai diklasifikasikan
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Tubiflorae (Solanales)
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annuum L.

Menurut Syukur (dalam jurnal skripsi yang disusun oleh Febriana, 2019:5)
cabai merupakan tanaman yang berasal dari bagian tropis dan subtropis Benua
Amerika, khususnya Kolombia, Amerika Selatan dan menyebar ke negara-negara
benua Amerika, Eropa, dan Asia termasuk negara Indonesia. Tanaman cabai
termasuk famili Solanaceae, genus Capsicum. Capsicum annuum L. merupakan
salah satu spesies dari 20-30 spesies dalam genus yang sama. Spesies ini paling
banyak dibudidayakan dan penting secara ekonomi. Berdasarkan karakter buahnya
spesies Capsicum Annuum.L digolongkan dalam empat tipe, yaitu cabai besar,
cabai kriting, cabai rawit (hijau), dan paprika. Klasifikasi cabai merah adalah
sebagai berikut: Famili ini terdiri lebih kurang 75 marga (genus) dan 2000 jenis
(spesies), ada yang berbentuk tanaman pendek, tanaman semak perdu atau pohon
kecil. daun lombok termasuk daun tunggal sederhana, tetapi ada juga yang berlekuk
dangkal sampai dalam, dan ada juga yang berlekuk majemuk. Letak daun
bergantian dan tidak mempunyai daun penumpu. Tanaman ini banyak terdapat di
daerah tropis sampai di daerah subtropik. Cabai merah memberikan warna dan rasa
yang dapat membangkitkan selera makan, banyak mengandung vitamin dan dapat
juga digunakan sebagai obat-obatan, bahan campuran makanan dan peternakan.
Menurut Humaerah (pada skripsi yang disusun oleh Febriana, 2019:5) pada
umumnya cabai merah dapat ditanam di dataran rendah sampai pegunungan

3
(dataran tinggi) + 2.000 meter dpl yang membutuhkan iklim tidak terlalu dingin dan
tidak terlalu lembab. Temperatur yang baik untuk tanaman cabai keriting adalah
24-27C, dan untuk pembentukan buah pada kisaran 16-30C. Hampir semua jenis
tanah yang cocok untuk budidaya tanaman pertanian, cocok pula bagi tanaman
cabai keriting. Untuk mendapatkan kuantitas dan kualitas hasil yang tinggi, cabai
keriting menghendaki tanah yang subur, gembur, kaya akan organik, tidak mudah
becek (menggenang), bebas cacing (nematoda) dan penyakit tular tanah. Kisaran
pH tanah yang ideal adalah antara 5.5-6.8.
Sutrisni (pada laporan yang disusun oleh Simalango, 2018:6) menuturkan
cabai merah mengandung zat-zat gizi yang sangat diperlukan untuk kesehatan
manusia seperti , karbohidrat, fosfor (P), vitamin dan juga mengandung senyawa-
senyawa alkaloid seperti capsaicin, flavonoid, dan minyak essential. Berikut
ditampilkan kandungan gizi cabai merah segar per 100 gram bahan.

Tabel 1. Kandungan Gizi Cabai Merah per 100 Gram

Kandungan gizi Cabai merah segar


Kadar air (%) 90,9
Kalori (kal) 31,0
Protein (g) 1,0
Lemak (g) 0,3
Karbohidrat (g) 7,3
Kalsium (mg) 29,0
Fosfor (mg) 24,0
Vitamin A (SI) 47,0
Vitamin C (mg) 18,0
Sumber : Sutrisni (2016)

Karena kandungan yang dimiliki itulah, cabai merah (Capsicum annum L.)
termasuk salah satu tanaman hortikultura penting yang memiliki peluang bisnis
prospektif dan dibudidayakan secara komersial. Aneka macam cabai yang dijual di
pasar tradisional dapat digolongkan dalam dua kelompok, yakni cabai kecil
(Capsicum frustescens) dan cabai besar (Capsicum annum). Cabai kecil biasa
disebut cabai rawit, sedangkan yang besar dinamakan cabai merah (Rachmawati,
et.al,2012).
2.2 Macam-macam Cabai Merah (Capsicum annum L.)
Menurut Nurfalach (dalam laporan yang disusun oleh Simalango, 2018:5),
Macam-macam tanaman cabai antara lain:

4
a) Cabai Besar (Capsicum annum L.)
Buah cabai besar berukuran panjang berkisar 6-10 cm, diameter 0,7-
1,3 cm. Cabai besar di Indonesia dibagi menjadi dua kelompok yaitu cabai
merah besar dan cabai merah keriting. Permukaan buah cabai merah besar
halus dan mengkilat serta mempunyai rasa pedas. Sedangkan cabai merah
keriting bentuknya lebih ramping dengan cita rasa sangat pedas.
Cabai besar dapat tumbuh subur di dataran rendah sampai dataran
tinggi. Cabai merah memiliki ciri- ciri antara lain :
 Bentuk buah besar, panjang dan meruncing.
 Buah yang muda berwarna hijau, sedangkan buah yang tua berwarna
merah.
 Kulit buah agak tipis.
 Banyak terdapat biji dan rasanya agak pedas.

b) Cabai Kecil atau Cabai Rawit (Capsicum frutescens)


Buah cabai rawit berukuran panjang berkisar 2-3,5 cm dengan
diameter 0,4-0,7 cm. Cita rasa cabai rawit biasanya sangat pedas, walaupun
ada yang tidak pedas. Variasi warna cabai rawit dari kuning, oranye, dan
merah. Tanaman cabai rawit berbuah sepanjang tahun, tahan hujan dan
dapat tumbuh di dataran rendah sampai tinggi. Varietas cabai rawit juga
dinamakan berdasarkan asal cabai diperoleh.

(a) (b) (c)


Gambar 1. (a) Cabai merah keriting; (b) Cabai merah besar; (c) Cabai
merah rawit

2.3 Morfologi Tanaman Cabai Merah (Capsicum annum L.)


Tanaman cabai merah (Capsicum annum L.) memiliki beberapa bagian
tanaman. Bagian-bagian utama tanaman cabai meliputi bagian akar, batang, daun,
bunga, dan buah.
1. Akar
Tanaman cabai mempunyai akar tunggang yang terdiri atas akar utama
(primer) dan akar lateral (sekunder). Akar lateral mengeluarkan serabut-
serabut akar yang disebut akar tersier. Akar tersier menembus kedalaman
tanah sampai 50 cm dan melebar sampai 45 cm. Rata-rata panjang akar
primer antara 35 cm sampai 50 cm dan akar lateral sekitar 35 sampai 45
cm (Pratama et al., 2017).

5
2. Batang
Batang cabai umumnya berwarna hijau tua, berkayu, bercabang lebar
dengan jumlah cabang yang banyak. Panjang batang berkisar antara 30
cm sampai 37,5 cm dengan diameter 1,5 cm sampai 3 cm. Jumlah
cabangnya berkisar antara 7 sampai 15 per tanaman. Panjang cabang
sekitar 5 cm sampai 7 cm dengan diameter 0,5 cm sampai 1 cm. Pada
daerah percabangan terdapat tangkai daun. Ukuran tangkai daun ini
sangat pendek yakni hanya 2 cm sampai 5 cm (Pratama et al., 2017).
3. Daun
Daun cabai merupakan daun tunggal berwarna hijau sampai hijau tua
dengan helai daun yang bervariasi bentuknya antara lain deltoid, ovate
atau lanceolate (IPGRI, 1995). Daun muncul di tunas-tunas samping
yang berurutan di batang utama yang tersusun sepiral (Pratama et al.,
2017).
4. Bunga
Bunga cabai merupakan bunga tunggal dan muncul di bagian ujung ruas
tunas, mahkota bunga berwarna putih, kuning muda, kuning, ungu
dengan dasar putih, putih dengan dasar ungu, atau ungu tergantung dari
varietas. Bunga cabai berbentuk seperti bintang dengan kelopak seperti
lonceng. Alat kelamin jantan dan betina terletak di satu bunga sehingga
tergolong bunga sempurna. Posisi bunga cabai ada yang menggantung,
horizontal, dan tegak (Pratama et al., 2017).
5. Buah
Buah cabai memiliki plasenta sebagai tempat melekatnya biji. Plasenta
ini terdapat pada bagian dalam buah. Pada umumnya daging buah cabai
renyah dan ada pula yang lunak. Ukuran buah cabai beragam, mulai dari
pendek sampai panjang dengan ujung tumpul atau runcing (Pratama et
al., 2017).
2.4 Penyakit-penyakit pada Tanaman Cabai Merah (Capsicum annum L.)
Produktivitas yang tinggi dan stabil dalam budidaya tanaman cabai merah
(Capsicum annum L.) tentunya menjadi harapan untuk setiap petani. Akan tetapi,
banyak faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas budidaya tanaman cabai
merah (Capsicum annum L.), salah satunya yaitu adalah gangguan hama dan
penyakit tanaman. Serangan hama dan penyakit dapat menyebabkan tanaman
mengalami kerusakan parah bahkan dapat berakibat gagal panen. Berikut macam-
macam penyakit, gejala, serta sistem pengendalian tanaman cabai merah (Capsicum
annum L.).

6
Tabel 2. Penyakit, Gejala, dan Sistem Pengendalian Tanaman Cabai Merah
(Capsicum annum L.)

Sumber: Zulkifli A.K., dkk. (2010)

7
BAB III

METODE STUDI KASUS

3.1 Objek dan Ruang Lingkup Penelitian


1. Objek Penelitian
Objek yang diteliti oleh penulis yaitu adalah tanaman cabai merah
(Capsicum annum L.) pada lahan tanam milik pak Mamat salah satu petani
binaan BPP (Badan Penyuluh Pertanian) Kecamatan Cipedes Kelurahan
Nagarasari Kota Tasikmalaya. Dimana umur tanaman cabai merah
tersebut sekitar 14 HST (Hari Setelah Tanam).
2. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkung penelitian yang dilakukan pada studi kasus penyakit
tanaman cabai merah ini adalah di lahan tanam cabai merah milik pak
Mamat, dengan luas lahan seluas 75 m² yang memiliki 6 bedengan dengan
120 lubang tanam, dengan lubang tanam per bedengan adalah 20 lubang.
Penelitian yang dilakukan adalah mengamati penyakit yang menyerang
dan menginfeksi tanaman cabai merah di lahan tersebut.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di lahan tanam cabai merah (Capsicum annum
L.) milik salah satu petani binaan BPP (Badan Penyuluh Pertanian)
Kecamatan Cipedes Kelurahan Nagarasari Kota Tasikmalaya yaitu pak
Mamat. Waktu penelitian dilakukan pada hari Kamis 16 September 2021
pukul 09.00 – 11.00 WIB.
3.3 Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam survey studi kasus penyakit tanaman cabai
merah (Capsicum annum L.) ini adalah metode observasi langsung ke
lapangan dan metode wawancara dengan salah satu petani tanaman cabai
merah dan POPT (Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman)
Kecamatan Cipedes Kelurahan Nagarasari Kota Tasikmalaya.
3.4 Pengumpulan dan Analisis Data
Data dalam laporan studi kasus ini terbagi menjadi dua yaitu data primer
dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil observasi ke lapangan
bersama dengan pak Mamat dan POPT (Pengendali Organisme Pengganggu
Tanaman) Kecamatan Cipedes Kelurahan Nagarasari Kota Tasikmalaya.
Data sekunder diperoleh dari buku arsip dan laporan BPP (Badan Penyuluh
Pertanian) Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya, kemudian ditambah dari
buku, jurnal, serta literatur-literatur pendukung lainnya.

8
3.5 Setting Penelitian (Kondisi atau Situasi Tempat Penelitian)
Kondisi tempat saat penelitian sedang berlangsung yaitu cuaca cerah dengan
suhu berkisar antara 33-36C, kondisi lingkungan agak lembab, tanaman
cabai merah belum disiram, dan terdapat sisa-sisa serangan hama pada tanah
bedengan. Topografi wilayah binaan Kelurahan Nagarasari datar sampai
bergelombang dengan kemiringan rata-rata 2%, tinggi tempat dari
permukaan laut adalah 350 mdpl dengan curah hujan 4050 mm/tahun.
3.6 Subjek Penelitian/Partisipan (Wawancara)
Subjek penelitian dalam studi kasus tanaman cabai merah (Capsicum annum
L.) ini yaitu pak Mamat, sebagai salah satu petani binaan BPP (Badan
Penyuluh Pertanian) Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya, seorang
petugas POPT (Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman) dan metode
yang dilakukan yaitu wawancara.

9
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Dalam observasi studi kasus, terdapat 3 proses/bagian yang dilakukan.
Dimulai dari proses persiapan, observasi, sampai wawancara dengan partisipan dan
petugas POPT (Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman) dan yang terakhir
analisis data.
1. Persiapan (Preparation/Planning)
Sebelum melakukan observasi langsung ke lapangan, ada beberapa hal yang
disiapkan, seperti: alat tulis, yang digunakan untuk mencatat data hasil
penelitian dan wawancara. Kedua yaitu handphone/gawai yang digunakan
sebagai alat untuk mendokumentasikan dan merekam hasil wawancara.

2. Observasi lapangan
Selanjutnya, kegiatan observasi lapangan yang dilakukan pada hari Kamis
pukul 09.00-11.00 WIB yang berlokasi di lahan tanam milik salah satu
petani binaan BPP (Badan Penyuluh Pertanian) Kelurahan Nagarasari,
Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Dari hasil observasi di
lapangan, penulis menjumpai terdapat 120 tanaman cabai merah (Capsicum
annum L.) yang berumur 14 HST (Hari Setelah Tanam), dimana kurang
lebih sekitar 93 diantaranya mengalami gejala penyakit layu daun
menggulung yang disebabkan karena terinfeksi virus TMV (Tobacco
Mosaik Virus) yang dibawa oleh hama trips. Kemudian terdapat 2 tanaman
cabai merah (Capsicum annum L.) yang* berumur kurang lebih 3-4 minggu
HST (Hari Setelah Tanam) yang terinfeksi layu fusarium.

Berikut rincian beberapa pertanyaan yang diajukan kepada petani saat


wawancara.
a. Ketika bapak membudidayakan tanaman cabai merah (Capsicum annum L.),
penyakit apa saja yang sering menyerang atau menginfeksi tanaman cabai
merah tersebut?
b. Bagaimana cara bapak mengendalikan atau mencegah penyakit yang
menginfeksi tanaman cabai merah tersebut?
c. Sebelum memulai budidaya tanaman cabai merah (Capsicum annum L.),
apa saja yang perlu kita perhatikan dalam perawatan tanaman cabai merah?
Selain kepada petani, wawancara juga dilakukan kepada petugas POPT.
Berikut rincian beberapa pertanyaan yang diajukan kepada petugas POPT
saat wawancara.

10
a. Pada wilayah binaan Kelurahan Nagarasari ini, penyakit apa saja yang
sering dikeluhkan oleh para petani khususnya pada tanaman cabai merah
(Capsicum annum L.) bu?
b. Gejala atau dampak ketika ada tanaman cabai merah (Capsicum annum L.)
yang terkena penyakit itu seperti apa?
c. Bagaimana cara pengendalian penyakit yang sudah menginfeksi tanaman
cabai merah (Capsicum annum L.) tersebut?
d. Upaya atau langkah apa yang dapat dilakukan, agar penyakit tersebut tidak
menginfeksi tanaman cabai merah (Capsicum annum L.)?

3. Analisis Data
Dari hasil observasi, dengan luas tanam seluas 75 m² yang memiliki 6
bedengan dengan 120 lubang tanam. Dengan lubang tanam per bedengan
adalah 20 lubang. Terdapat 93 tanaman cabai merah (Capsicum annum L.)
yang terindikasi terkena penyakit daun layu menggulung/mengkerut ke
bawah yang diakibatkan karena terinfeksi TMV (Tobacco Mosaik Virus)
yang dibawa oleh hama trips, dan 2 tanaman cabai merah (Capsicum annum
L.) yang terindikasi terkena penyakit layu fusarium.

Tabel 3. Data Tanaman Cabai Merah (Capsicum annum L.) per bedeng
Kondisi B. 1 B. 2 B. 3 B. 4 B. 5 B. 6 Jumlah
TTLM 12 14 17 15 17 18 93
TTLF 1 - - 1 - - 2
TM 3 4 2 2 2 1 14
TS 4 2 1 2 1 1 11

Keterangan : TTLM : Tanaman Terinfeksi Layu Menggulung/Mengkerut


TTLF : Tanaman Terinfeksi Layu Fusarium
TM : Tanaman Mati
TS : Tanaman Sehat

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa 93 dari 120 tanaman cabai
merah (Capsicum annum L.) atau sekitar 77,5% tanaman terindikasi
terinfeksi penyakit layu menggulung yang diakibatkan oleh TMV (Tobacco
Mosaik Virus) yang dibawa oleh hama trips, dimana intensitas tanaman
terindikasi terinfeksi paling besar ada pada bedeng 6. Selanjutnya terdapat
2 dari 120 tanaman yang terinfeksi penyakit layu fusarium yang terdapat di
bedeng 1 dan bedeng 4. Terdapat juga tanaman cabai merah (Capsicum
annum L.) yang mati yaitu 14 dari 120 tanaman cabai atau sekitar 11,6%
dari total keseluruhan tanaman yang ada di 6 bedengan mati. Tapi masih
terdapat sekitar 11 dari 120 tanaman cabai merah atau sekitar 9,1% dari total
tanaman cabai sehat. Bedengan dengan tingkat intensitas serangan tertinggi
yang terinfeksi penyakit layu menggulung/mengkerut yaitu bedengan 6
dengan jumlah tanaman terindikasi terinfeksi yaitu 18/20 tanaman yang

11
ditanam pada bedengan tersebut atau sekitar 90% tanaman terinfeksi.
Kemudian untuk tingkat kematian tertinggi ada pada bedengan 2 dimana
4/20 tanaman atau sekitar 20% tanaman cabai merah mati.

Gambar 2. Bedengan Lahan Tanam (Kiri); Ilustrasi Bedengan (Kanan)

4.2 Pembahasan
1. Penyakit yang menyerang tanaman cabai merah (Capsicum annum L.)
Dari observasi yang dilakukan pada tanaman cabai merah
(Capsicum annum L.) di lahan tanam salah satu petani binaan BPP (Badan
Penyuluhan Pertanian) Kecamatan Cipedes, Kelurahan Nagarasari, Kota
Tasikmalaya ditemukan tanaman yang terindikasi terinfeksi penyakit layu
menggulung/mengkerut dan juga layu fusarium. Penyakit layu
menggulung/mengkerut pada tanaman cabai merah ini disebabkan oleh
Cucumber Mosaic Virus (CMV), atau gabungannya dengan beberapa virus
lain seperti Tobacco Mosaic Virus (TMV), Potato Virus Y (PVY) dan Chilli
Veinal Mottle Virus (CVMV). Tanaman yang terinfeksi menjadi kerdil,
warna daun belang hijau muda dan hijau tua, ukuran daun lebih kecil
daripada daun yang sehat. Pada tulang daun terdapat jaringan tanaman yang
menguning atau hijau gelap dengan tulang daun yang tumbuh lebih
menonjol, serta pinggiran daun bergelombang. Virus masuk ke dalam
jaringan tanaman melalui luka, memperbanyak diri dan menyebar ke
seluruh jaringan tanaman (sistemik).

Gambar 3. Tanaman cabai merah (Capsicum annum L.) yang terindikasi


terinfeksi daun menggulung ke bawah/mengkerut.

12
Penularan virus dapat secara mekanis (bersinggungan antara tanaman sakit
dan sehat) serta dapat melalui vektor serangga kutu daun Myzus persicae
dan Aphis gossypii. Khusus TMV tidak dapat ditularkan melalui vektor,
tetapi dapat menular melalui biji (Sherly Sisca Piay, et al., 2010: 39-40).
Itulah sebabnya mengapa sekitar 77,5% tanaman cabai merah (Capsicum
annum L.) di lahan tanam tersebut dapat terinfeksi penyakit layu
menggulung/mengkerut ini.
Kemudian ditemukan juga tanaman cabai merah (Capsicum annum
L.) yang menginfeksi 2 tanaman cabai merah. Penyebab penyakit layu
Fusarium adalah jamur Fusarium oxysporum var. vasinfectum. Infeksi
pertama umumnya terjadi pada pangkal batang yang langsung berhubungan
dengan tanah. Pangkal batang tersebut menjadi busuk dan berwarna coklat
tua. Infeksi lanjut menjalar ke daerah perakaran dan menyebabkan
kerusakan pada akar (busuk basah). Apabila kelembaban lingkungan cukup
tinggi, bagian pangkal batang tersebut berubah warna menjadi keputih-
putihan karena banyak terbentuk spora. Infeksi yang parah menyebabkan
seluruh bagian tanaman menjadi layu karena transport air dan nutrisi ke
bagian atas tanaman terganggu (Sherly Sisca Piay, et al., 2010: 32).

Gambar 4. Tanaman cabai merah (Capsicum annum L.) yang


terinfeksi penyakit layu fusarium sp.

13
Jamur membentuk makro konidia (dengan dua - enam septa) dan mikro
konidia (sel tunggal) dan klamidospora (hifa berdinding sel tebal).
Klamidospora dapat bertahan lama pada kondisi lingkungan yang tidak
menguntungkan untuk pertumbuhan jamur. Suhu untuk pertumbuhan
optimal jamur berkisar antara 24 - 27C, sehingga penyakit layu Fusarium
tersebut banyak berkembang di daerah dataran rendah, terutama yang
berdrainase kurang baik. Patogen dapat menyebar melalui hembusan angin
dan aliran air (Sherly Sisca Piay, et al., 2010: 32-33).

2. Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit


 Untuk tanaman cabai merah (Capsicum annum L.) yang sudah
terinfeksi penyakit layu menggulung/mengkerut, dapat dilakukan
beberapa cara pengendalian, seperti:
1) Gunakan benih yang berserfikat.
2) Melakukan sanitasi lapangan terhadap gulma dan tanaman sakit,
selanjutnya dimusnahkan untuk mengurangi sumber inokulum
awal.
3) Menghindari kontak dengan tanaman sakit pada saat bekerja.
4) Mengurung perbenihan tanaman cabai dengan kain kasa halus
untuk mencegah masuknya vektor mencapai benih tanaman.
5) Untuk mencegah penularan TMV melalui biji, maka biji cabai
direndam dalam larutan natrium fosfat 10 % selama satu jam.
6) Mengendalikan serangga vektor penyakit dengan insektisida
efektif yang direkomendasikan secara bijaksana. (Sherly Sisca
Piay, et al., 2010: 40-41).
 Untuk tanaman cabai merah (Capsicum annum L.) yang terinfeksi
penyakit layu fusarium, dapat dilakukan beberapa cara pengendalian,
seperti:
1) Membuat tata air yang baik untuk dapat mengatur lengas tanah dan
kelembaban lingkungan, supaya perkembangan jamur Fusarium
dapat dihambat.
2) Tidak menanam varietas cabai yang rentan penyakit terutama pada
lokasi yang sudah terinfeksi pathogen.
3) Pengolahan tanah yang baik dan ditutup dengan plastik putih
selama 3 hari. Dengan cara tersebut suhu tanah dapat mencapai
70C yang berakibat pada penekanan sumber inokulum awal.
4) Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan
sebagai inang pathogen.
5) Menggunakan fungisida efektif yang direkomandasikan secara
bijaksana. (Sherly Sisca Piay, et al., 2010: 33).

14
BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan
1. 93 dari 120 tanaman cabai merah (Capsicum annum L.) atau sekitar 77,5%
tanaman terindikasi terinfeksi penyakit layu menggulung yang diakibatkan
oleh TMV (Tobacco Mosaik Virus) yang dibawa oleh hama trips, dimana
intensitas tanaman terindikasi terinfeksi paling besar ada pada bedeng 6
yaitu 18 tanaman. Selanjutnya terdapat 2 dari 120 tanaman yang terinfeksi
penyakit layu fusarium sp. yang terdapat di bedeng 1 dan bedeng 4.
Terdapat juga tanaman cabai merah (Capsicum annum L.) yang mati yaitu
14 dari 120 tanaman cabai atau sekitar 11,6% dari total keseluruhan
tanaman yang ada di 6 bedengan mati. Tapi masih terdapat sekitar 11 dari
120 tanaman cabai merah atau sekitar 9,1% dari total tanaman cabai sehat.
Bedengan dengan tingkat intensitas serangan tertinggi yang terinfeksi
penyakit layu menggulung/mengkerut yaitu bedengan 6 dengan jumlah
tanaman terindikasi terinfeksi yaitu 18/20 tanaman yang ditanam pada
bedengan tersebut atau sekitar 90% tanaman terinfeksi. Kemudian untuk
tingkat kematian tertinggi ada pada bedengan 2 dimana 4/20 tanaman atau
sekitar 20% tanaman cabai merah mati.
2. Penyakit layu menggulung/mengkerut pada tanaman cabai merah ini
disebabkan oleh Cucumber Mosaic Virus (CMV), atau gabungannya
dengan beberapa virus lain seperti Tobacco Mosaic Virus (TMV), Potato
Virus Y (PVY) dan Chilli Veinal Mottle Virus (CVMV). Tanaman yang
terinfeksi menjadi kerdil, warna daun belang hijau muda dan hijau tua,
ukuran daun lebih kecil daripada daun yang sehat. Pada tulang daun terdapat
jaringan tanaman yang menguning atau hijau gelap dengan tulang daun
yang tumbuh lebih menonjol, serta pinggiran daun bergelombang. Virus
masuk ke dalam jaringan tanaman melalui luka, memperbanyak diri dan
menyebar ke seluruh jaringan tanaman (sistemik). Penularan virus dapat
secara mekanis (bersinggungan antara tanaman sakit dan sehat) serta dapat
melalui vektor serangga kutu daun Myzus persicae dan Aphis gossypii serta
thrips hama.
3. Penyebab penyakit layu Fusarium adalah jamur Fusarium oxysporum var.
vasinfectum. Infeksi pertama umumnya terjadi pada pangkal batang yang
langsung berhubungan dengan tanah. Pangkal batang tersebut menjadi
busuk dan berwarna coklat tua. Infeksi lanjut menjalar ke daerah perakaran
dan menyebabkan kerusakan pada akar (busuk basah). Apabila kelembaban
lingkungan cukup tinggi, bagian pangkal batang tersebut berubah warna
menjadi keputih-putihan karena banyak terbentuk spora. Infeksi yang parah
menyebabkan seluruh bagian tanaman menjadi layu karena transport air dan
nutrisi ke bagian atas tanaman terganggu.

15
4. Upaya pencegahan atau pengendalian penyakit yang dapat dilakukan, yaitu
seperti : Melakukan sanitasi lapangan terhadap gulma dan tanaman sakit,
selanjutnya dimusnahkan untuk mengurangi sumber inokulum awal, Untuk
mencegah penularan TMV melalui biji, maka biji cabai direndam dalam
larutan natrium fosfat 10 % selama satu jam, Melakukan pergiliran tanaman
dengan tanaman yang bukan sebagai inang pathogen, dll.
5.2 Saran
Masih diperlukannya penelitian dan pengkajian lebih lanjut terkait dengan
penanganan dan pengendalian terkait penyakit-penyakit yang menginfeksi tanaman
cabai merah (Capsicum annum L.) ini. Selain itu, sosialiasi kepada petani pun masih
harus terus diterapkan dan dilakukan terkait dengan bagaimana persiapan dan
perawatan budidaya tanaman khususnya tanaman cabai merah (Capsicum annum
L.), untuk menghindari resiko kerugian yang dialami petani dan juga meningkatkan
produktivitas dari hasil tani tersebut. Sehingga salah satu faktor penghambat
produksi tanaman cabai merah (Capsicum annum L.) dapat terkendali.

16
DAFTAR PUSTAKA

Setiawati, W., Udiarto, B. K., & Muharam, A. (2005). Pengenalan dan


pengendalian hama-hama penting pada tanaman cabai merah. Panduan
Teknis PTT Cabai Merah, (3).
Duriat, A. S., Gunaeni, N., & Wulandari, A. W. (2007). Penyakit penting pada
tanaman cabai dan pengendaliannya.
Zulkifli, A. K., Yusuf, A., Amrizal, T. I., Adil, M., Ali, M. N., Sulaeman, B., ... &
Djuanda, T. (2010). Rakitan Teknologi Budidaya Cabai Merah.
Subagyono, K., Sisca Piay, S., Tyasdjaja, A., Ermawati, Y., Rudi Prasetyo Hantoro,
F., Prayudi, B., ... & Basuki, S. (2010). Budidaya dan Pascapanen Cabai
Merah (Capsicum annuum L.).
Sulastri, S., Ali, M., & Puspita, F. (2014). Identifikasi penyakit yang disebabkan
oleh jamur dan intensitas serangannya pada tanaman cabai (Capsicum
annum L.) di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas
Riau (Doctoral dissertation, Riau University).
SIMALANGO, B. U. B. (2018). ANALISA KANDUNGAN β-KAROTEN HASIL
EKSTAK CABAI MERAH (Capsicum annuum. L) MENGGUNAKAN
EVAPORATOR VAKUM dengan METODE RESPONSE SURFACE
METHODOLOGY (ANALYSIS OF ASCORBAT ACIDS IN RED CHILI
(CAPSICUM ANNUUM. L) USING VACUM EVAPORATIOR WITH
RESPONSE SURFACE METHODOLOGY) (Doctoral dissertation, undip).
Tanjung, M. Y., Kristalisasi, E. N., & Yuniasih, B. (2018).
KEANEKARAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN
CABAI MERAH (Capsicum annum L) PADA DAERAH PESISIR DAN
DATARAN RENDAH. Jurnal Agromast, 3(1).
Miranda, F. (2019). PENGGUNAAN MULSA ORGANIK DENGAN ECENG
GONDOK DAN SERAT KELAPA BERDASARKAN PERTUMBUHAN
TANAMAN HORENSO (Spinacia oleracea Linnaeaus) (Disertasi Doktor
Universitas Muhammadiyah Malang).

17
LAMPIRAN

18
• Jawaban Wawancara
(Dengan Petani)
1. Ketika bapak membudidayakan tanaman cabai merah (Capsicum annum L.),
penyakit apa saja yang sering menyerang atau menginfeksi tanaman cabai
merah tersebut?
 Untuk penyakit yang sering menyerang tanaman cabai merah mungkin
seperti layu fusarium sp., daun layu menguning, daun
menggulung/mengkerut, tetapi selain penyakit banyak juga hama yang
menginfeksi tanaman cabai merah (Capsicum annum L.) seperti thrips, dll.
2. Bagaimana cara bapak mengendalikan atau mencegah penyakit yang
menginfeksi tanaman cabai merah tersebut?
 Biasanya kita mengidentifikasi terlebih dahulu jenis penyakit apa yang
menginfeksi tanaman cabai tersebut, kemudian untuk mencegah serangan
penyakit yang menginfeksi tanaman cabai, biasanya kita menggunakan
benih/bibit yang bersertifikat dan varietas unggulan. Kemudian, kalau ada
yang terinfeksi kita langsung pisahkan tanaman tersebut untuk menghindari
tanaman lain terinfeksi.
3. Sebelum memulai budidaya tanaman cabai merah (Capsicum annum L.),
apa saja yang perlu kita perhatikan dalam perawatan tanaman cabai merah?
 Yang jelas kita harus memiliki pengetahuan terlebih dahulu tentang
bagaimana cara mengolah dan merawat tanaman cabai merah. Utamanya
dalam pengendalian penyakit atau hama tanaman cabai merah (Capsicum
annum L.).
(Dengan petugas POPT)
1. Pada wilayah binaan Kelurahan Nagarasari ini, penyakit apa saja yang
sering dikeluhkan oleh para petani khususnya pada tanaman cabai merah
(Capsicum annum L.) bu?
 Ngga beda jauh dengan yang disampaikan oleh pak Mamat, untuk penyakit
mungkin yang sering menyerang/menginfeksi ada layu fusarium sp., layu
daun menguning dan menggulung kebawah/mengkerut.
2. Gejala atau dampak ketika ada tanaman cabai merah (Capsicum annum L.)
yang terkena penyakit itu seperti apa?
 Untuk gejala itu tergantung jenis penyakit yang menginfeksi seperti apa.
Kemudian untuk dampak yang ditimbulkan yaitu produktivitas pertanian
yang menurun, resiko kerugian yang tinggi karena dapat berakibat gagal
panen.
3. Bagaimana cara pengendalian penyakit yang sudah menginfeksi tanaman
cabai merah (Capsicum annum L.) tersebut?
 Cara pengendalian penyakit itu ada beberapa, tergantung dari jenis
penyakitnya apa. Tapi yang jelas kita mengusahakan dengan menggunakan
cara pengendalian yang alami/organik, seperti dengan menggunakan musuh
alami sebagai predator dari hama pembawa penyakit.

19
4. Upaya atau langkah apa yang dapat dilakukan, agar penyakit tersebut tidak
menginfeksi tanaman cabai merah (Capsicum annum L.)?
 Pertama dapat menggunakan bibit atau varietas unggul yang bersertifikat,
pahami dan pelajari kembali cara merawat tanaman mulai dari persiapan
lahan media tanam sampai kepada pascapanen.

20

Anda mungkin juga menyukai