OLEH:
KELOMPOK 6
1. IREN TAMARA (A0320513)
2. ANITA (A0320514)
3. NURJELITA (A0320520)
4. SALDI (A0320519)
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak
yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki Oleh karena itu, kami mengharapkan
segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya
kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.
Kelompok 6
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................II
DAFTAR ISI.................................................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.....................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................................2
C. TUJUAN...........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................3
KESIMPULAN.............................................................................................................................5
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bayam merah (Alternanthera amoena Voss) merupakan salah satu jenis
tanaman hortikultura introduksi yang mulai dikembangkan di Indonesia beberapa
tahun terakhir.Jenis sayuran ini lebih unggul dibandingkan dengan jenis bayam
lainnya karena tinggi nilai ekonomis dan gizi, serta warnanya yang lebih menarik.
Selain banyak mengandung protein, vitamin A, vitamin C, dan garam-garam mineral
yang sangat dibutuhkan oleh tubuh, bayam merah juga mengandung antosianin
sebagai antioksidan serta dapat dimanfaatkan dalam menyembuhkan penyakit anemia.
Sayuran yang satu ini sudah banyak dikenal didaerah tropis,pertumbuhannya
sangat cepat. Bayam adalah sayuran daun tropik yang banyak digemari masyarakat
karena nilai gizinya tinggi, terutama karoten, askorbin, kapur, besi, dan folasin.
Rasanya enak lunak dan dapat melancarkan pencernaan.Tanaman tersebut selain
diusahakan secara komersil, banyak pula diusahakan sebagai tanaman perkarangan.
Bayam mudah ditanam dan cepat menghasilkan (Sutarya, et, al, 1995).Tanaman
bayam (Amarathus sp) sangat mudah dikenal, yaitu berupa perdu yang tumbuh tegak,
batangnya tebal berserat dan sukulen pada beberapa jenis mempunyai duri. Daunya
bias tebal dan tipis, besar atau kecil, berwarna hijau atau ungu kemerah-merahan
( pada jenis bayam merah ). Bunganya berbentuk pecut, muncul dipucuk tanaman atau
pada ketiak daun. Bijinya berukuran sangat kecil berwarna hitam atau coklat dan
mengkilap (Bandini, 2004).Bayam diperbanyak melalui biji, hanya biji bayam tua
yang baik yang dijadikan benih. Persyaratan benih atau biji yang baik untuk bertanam
bayam adalah dapat memenuhi syarat seperti berasal dari induk yang sehat, bebas dari
hama dan penyakit, daya kecambah 80% dan memiliki kemurnian benih yang tinggi.
Disamping itu benih atau bibit yang digunakan diusahakan merupakan benih unggul
agar nantinya tahan terhadap hama dan penyakit serta hasil bayam yang dihasilkan
memuaskan.
Hama dan Penyakit adalah organisme pengganggu tanaman yang menjadi
salah satu faktor ponyebab rusaknya pertumbuhan dan produksi tanaman. Bahkan,
dapat menyebabkan kematian bagi tanaman sehingga menimbulkan kerugian yang
besar bagi petani. Pemberantasan hama dan penyakit secara kimiawi pada pertanaman
bayam diusahakan untuk ditindaklanjuti karena dapat meracuni hasil panen. Oleh
iv
karena itu, pemberian pestisida harus dihentikan kira-kira 20 hari sebelum panen
(tergantung jenis pestisida yang dipakai) untuk menghindari efek residu pestisida
terkonsumsi oleh manusia pada tanaman bayam.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara pengendalian hayati pada tanaman bayam di indonesia
2. Bagaiamana cara pengendalian hayati bayam di jepang
C. Tujuan
Untuk mengetahui cara pengendalian hayati yang ada di indonesia dan yang
ada di jepang.semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan pembaca
mengenai cara pengendalian hayati pda tanaman sayuran bayam.
v
BAB II
PEMBAHASAN
vi
d) Kutu daun (Myzus persicae), gejala pertama yang disebabkan adalah
menghisap cairan daun yang menyebabkan daun bayam melengkung dan
berpilin. Bila serangan sudah berat maka daun bayam akan rontok dan
pertumbuhan tanaman akar terhambat dan kerdil. Pengendaliannya secara
mekanik dengan mencabut dan membakar tanaman yang terserang kutu daun.
e) Bekicot atau siput, gejalanya hama ini menyerang dengan memakan benih
dipersemaian sehingga tanaman tidak tumbuh. Pada daun, batang, dan akar
bayam terlihat bekas gigitan berlubang-lubang. Hal ini akan menurunkan
kualitas hasil panen. Pada areal sekitar tanaman yang terserang terdapat
kotoran hama yang berwarna hitam. Pengendaliannya secara mekanik dengan
mencari bekicot atau siput dan membunuhnya. Dapat juga dengan perangkap
dari tempurung kelapa berpintu. Didalamnya diletakkan umpan berupa
tanaman beracun, yaitu campuran antara 1 kg dedak basah dengan 50 gr
metaldehyde. Untuk 1 ha, dibutuhkan 50-60 kg.
Penyakit
vii
belang-belang (mosaik) Penyakit ini paling banyak menyerang daun muda.
Sedangkan pengendalian dan pencegahan dilakukan dengan cara mencabut
tanaman yang sakit dan membakar tanaman yang sudah terinfeksi agar
tidak menyebar, kemudian melakukan peremajaan kembali. Dilakukan
penggiliran tanaman (rotasi) dengan tanaman yang tidak sefamili dengan
bayam sebagai tindakan pencegahan. Selain itu lahan harus bersih dari
tanaman-tanaman yang mungkin merupakan inang bagi penyakit ini.
d) Penyakit kekurangan mangan (Mn), gejalanya ditandai dengan timbulnya
bintik-bintik kuning pada tulang daun. Tepi daun menjadi keriting,
pertumbuhan daun menjadi terhambat. Pengendalian dan pencegahan
dilakukan dengan pemberian kapur pada saat pengolahan tanah, terutama
pada tanah yang diduga kekurangan Mn(mangan)
B. Pengendalian Hayati Sayur Bayam Di Jepang
Trend gaya hidup sehat makin berkembang. Ini membuat permintaan beberapa
jenis sayuran hijau meningkat. Salah satunya adalah bayam Jepang atau yang sering
disebut horenso. Horenzo (Spinacia Oleracea) atau bayam jepang termasuk sayuran
dataran tinggi dengan umur panen singkat, hanya 35—50 hari setelah tanam.
Budidaya bayam jepang cukup menguntungkan bagi petani sayuran.Seperti bayam
pada umumnya, bayam jepang ini kaya akan kandungan vitamin dan mineral, seperti
vitamin K, A, C, B1, B2, B6, asam folat, dan vitamin E. Sedangkan kandungan
mineralnya sepertinya mangan, magnesium, besi, kalsium, kalium, tembaga, fosfor,
dan seng. Manfaat bayam jepang diantaranya yaitu sebagai anti penuaan dini,
membantu melindungi mata dari radiasi sinar ultraviolet, mencegah kanker, menjaga
kesehatan jantung, membantu memperkuat tulang, mengurangi resiko penyakit
jantung, mencegah terjadinya diabetes, memperlancar peredaran darah, mencegah
anemia dan lain sebagainya.
C. Merawat Tanaman Bayam Jepang Horenso
Perawatan tanaman Bayam Jepang Horenso meliputi penyiraman, pemupukan,
penjarangan, penyulaman, pengendalian hama dan penyakit tanaman. Penyiraman
tanaman Bayam Jepang Horenso hendaknya dilakukan dengan hati-hati agar tanaman
tidak rusak, baik daun maupun batangnya. Jika media tanamnya mudah kering, maka
frekuensi penyiraman sebaiknya dua kali sehari, yaitu pagi dan sore.
Jika media tanamnya cenderung lembab, maka penyiraman cukup dilakukan
satu kali sehari, pagi atau sore. Sebaiknya tidak melakukan penyiraman di siang hari,
viii
karena dapat menimbulkan kelayuan pada tanaman. Pemupukan tanaman Bayam
Jepang Horenso dilakukan dengan dosis dan cara penggunaan pupuk yang disesuaikan
dengan petunjuk pada kemasan masing-masing pupuk. Penjarangan tanaman Bayam
Jepang Horenso dilakukan untuk penanaman koloni, khususnya jika jarak antar
tanaman Bayam Jepang Horenso terlalu rapat, agar masing-masing tanaman mendapat
unsur hara secara optimal. Tanaman yang dijarangkan dipindahkan ke tempat lain di
polibag/pot yang sama atau polibag/pot lain yang sudah dipersiapkan.
Bila bibit tanaman Bayam Jepang Horenso tumbuh tidak sempurna atau rusak
atau mati, maka segera lakukan penyulaman (tanam kembali) dengan bibit Bayam
Jepang Horenso lainnya (jika ada). Bila di sekitar tanaman Bayam Jepang Horenso
tumbuh gulma, maka lakukan penyiangan dengan mencabuti gulma tersebut, juga
sekaligus gemburkan tanah di sekitar tanaman. Lakukan pembumbunan pada tanaman
Bayam Jepang Horenso, terutama jika tanah di sekitar tanaman mulai tergerus, atau
ada akar tanaman yang muncul ke permukaan tanah. Juga ketika tanaman tumbuhnya
agak miring (tidak tegak).
Pengendalian Hama Tanaman.
Hama tanaman antara lain trips, kutu daun, tungau, kutu kebul, ulat gerayak,
dsb. Peluang munculnya hama tanaman ini akan semakin tinggi pada musim
kemarau.
Bila satu tanaman terkena hama dan dibiarkan, maka dengan cepat tanaman
lainnya juga terkena hama tersebut, sehingga jangan dibiarkan.
Untuk mengatasi hal tersebut, lakukan pengendalian dengan cara
menyemprotkan insektisida untuk hama serangga dan akarisida untuk tungau,
setiap minggu sesuai dosis, jika diperlukan.
Pengendalian Penyakit Tanaman.
Penyakit tanaman antara lain rebah kecambah, layu bakteri, layu (fusarium),
antraknosa, busuk daun (choanephora), hawar phytophora, bercak daun
(cercospora), bercak bakteri, busuk lunak bakteri, keriting kuning, dsb.
Serangan penyakit tertentu yang disebabkan oleh cendawan dan bakteri akan
semakin tinggi pada musin hujan.
Seperti halnya dengan hama, bila satu tanaman terkena penyakit dan
dibiarkan, maka dengan cepat tanaman lainnya juga terkena penyakit tersebut,
sehingga jangan dibiarkan.
ix
Untuk mengatasi hal tersebut, lakukan pengendalian dengan cara
menyemprotkan fungisida setiap minggu sesuai dosis, jika diperlukan.
Petunjuk dosisnya terdapat pada kemasan fungisida terkait.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Bayam merupakan tanaman sayuran yang dikenal dengan nama ilmiah Amaranthus
sp. Kata “amarath” dalam bahasa yunani berarti “everlasting” (abadi). Tanaman bayam
berasal dari daerah Amerika tropik. Tanaman bayam semula dikenal sebagai tanaman hias.
Dalam perkembangan selanjutnya. Tanaman bayam dipromosikan sebagai bahan pangan
sumber protein, terutama untuk negara-negara berkembang. Diduga tanaman bayam masuk
ke Indonesia pada abad XIX ketika lalu lintas perdagangan orang luar negeri masuk ke
wilayah Indonesia.
Hama tanaman sayuran terdiri atas berupa-rupa golongan binatang yang menyusui
hingga melata dari yang dapat dilihat dengan mata hingga yang sekecil-kecilnya yang hanya
dapat dilihat dengan loupe. Hama dan penyakit dapat terjangkit disemua bagian tanaman
sayuran, tetapi tiap-tiap jenis hama dan penyakit lazimnya mulai dengan menyerang bagian-
bagian tertentu pada tanaman.