Anda di halaman 1dari 15

Tugas Makalah

FITOMEDISIN

“KOMBINASI BUAH MENGKUDU, DAUN SIRSAK DAN DAUN KEJI


BELING UNTUK PENGOBATAN PENYAKIT ENDOKARDITIS”
Diajukan untuk Memenuhi Nilai Mata Kuliah Fitomedisin

OLEH :

KELOMPOK V
DERINA DWIFRILA RIDHANI GUBALI (821420015)
RAHAYU ANATASYA PUTRI ABDULLAH (8214200)

KELAS A-S1 FARMASI 2020

DOSEN PENGAMPU :
A. MU’THI ANDI SURYADI, S.Farm., M.Farm., Apt

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2022
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan Karunia
nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas
kelompok untuk mata kuliah Fitomedisin dengan judul “Kombinasi Buah
Mengkudu, Daun Sirsak Dan Daun Keji Beling Untuk Pengobatan Penyakit
Endokarditis”. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan dan dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca terutama dalam hal pengobatan
tradisional.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah
fitomedisin yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah ini serta
kepada pihak-pihak lainnya yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah
ini dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah
ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan
pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala
bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Gorontalo, September 2022

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................3
2.1 Tanaman-Tanaman Herbal untuk Penyakit Endokarditis ....................3
2.2 Tujuan Kombinasi Tanaman-Tanaman Herbal untuk Penyakit
Endokarditis .........................................................................................5
2.3 Kandungan Senyawa pada Tanaman-Tanaman Herbal untuk Penyakit
Endokarditis .........................................................................................5
BAB III KESIMPULAN ....................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit infeksi merupakan jenis penyakit yang paling banyak diderita
oleh penduduk negara berkembang, termasuk Indonesia. Infeksi disebabkan oleh
mikroorganisme, salah satunya adalah bakteri, Penyakit yang ditimbulkan oleh
bakteri tersebut dapat dicegah dengan obat antibiotik. Namun penggunaan
antibiotik secara terus-menerus yang tidak sesuai dengan ketentuan dapat
menyebabkan munculnya sifat resisten pada bakteri patogen. Salah satu bakteri
yang meningkat kekebalannya terhadap antibiotik adalah Staphylococcus aureus.
Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri gram positif
berbentuk kokus yang merupakan bakteri patogen bagi manusia. Menurut Kayser
(2005), Staphylococcus aureus penyebab 70% kasus infeksi nosokomial, yaitu
salah satu infeksi yang terjadi di lingkungan kesehatan terutama rumah sakit.
Staphylococcus aureus dapat menyebabkan infeksi pada jaringan lunak secara
invasif, seperti endokarditis.
Endokarditis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
mikroorganisme pada permukaan endokardium jantung. Infeksi paling banyak
mengenai katup jantung (baik katup asli maupun prostetik), namun dapat juga
mengenai daerah septum dan mural endokardium. Sebagian besar kasus
endokarditis disebabkan oleh infeksi bakteri gram positif. Staphylococcus aureus
adalah penyebab tersering endokarditis (25-30% kasus), terutama pada pengguna
katup prostetik, alat jantung implan, penyalahguna obat intravena, dan
imunosupresi (Long, 2018).
Pencegahan resistensi bakteri terutama bakteri penyebab penyakit
endokarditis akibat penggunaan antibiotik yang berlebihan dapat dilakukan
dengan memanfaatkan bahan-bahan alami terutama obat-obatan herbal. Obat
herbal harganya terjangkau, mudah diperoleh, dan efek samping yang relatif kecil.
Penggunaan obat herbal yang memiliki nilai terapi dapat berpotensi sebagai
antibiotik alami, seperti pada buah mengkudu, daun sirsak dan daun keji beling.

1
Pencegahan penyakit infeksi menggunakan bahan alam seperti buah
mengkudu (Morinda citrifolia) dilakukan sebagai tindakan pencegahan maupun
pengobatan terhadap berbagai jenis penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
atau fungi. Buah mengkudu diketahui mengandung beberapa senyawa aktif yang
bersifat sebagai imunomodulator, sehingga diduga mampu mempengaruhi respon
imun tubuh yang diinfeksi bakteri (Nayak, 2009). Adapun daun sirsak (Annona
muricata) yang telah lama dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Tanaman ini
termasuk tanaman tahunan yang dapat berbuah sepanjang tahun, sehingga mudah
didapatkan. Dalam Widiana (2012), dikatakan bahwa daun sirsak memiliki
kandungan senyawa utama yang berperan penting sebagai antibakteri yaitu
flavonoid. Selain itu, Mursito (2005) menyatakan daun keji beling juga memiliki
kandungan saponin, alkaloid, dan flavonoid yang merupakan senyawa-senyawa
berkhasiat sebagai antibakteri.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dibuatlah makalah ini yang akan
membahas lebih lanjut mengenai penggunaan obat herbal dari kombinasi buah
mengkudu, daun sirsak dan daun keji beling untuk pengobatan endokarditis
dengan mengetahui senyawa-senyawa yang terkandung dalam ketiga tanaman
herbal tersebut beserta mekanismenya sebagai antibakteri.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja tanaman-tanaman yang berkhasiat untuk penyakit endokarditis?
2. Apa tujuan dari mengkombinasi tanaman-tanaman berkhasiat tersebut?
3. Apa saja senyawa-senyawa yang terkandung dalam tanaman berkhasiat
tersebut?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tanaman-tanaman berkhasiat untuk penyakit
endokarditis.
2. Untuk mengetahui tujuan kombinasi tanaman-tanaman berkhasiat untuk
penyakit endokarditis.
3. Untuk mengetahui senyawa-senyawa yang terkandung dalam tanaman
berkhasiat untuk penyakit endokarditis.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tanaman-Tanaman Herbal untuk Penyakit Endokarditis
1. Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.)
Berikut adalah klasifikasi tanaman mengkudu (Sjabana dan Bahalwan,
2002):
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledone
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae Gambar 1.
Genus : Morinda Mengkudu
Species : Morinda citrifolia L. (Morinda citrifolia)
a. Secara Empiris
Sejak dahulu buah mengkudu banyak digunakan untuk pengobatan herbal,
diantaranya untuk mengobati penyakit arthritis, diabetes, tekanan darah tinggi
(hipertensi), sakit kepala, ulkus lambung, arteriosklerosis, masalah pembuluh
darah, dan penyakit jantung (Wang et al., 2002).
b. Secara Ilmiah
Berdasarkan penelitian Wiradona dkk (2015), bahwa perasan buah
mengkudu memiliki senyawa-senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureus dengan rata-rata pada konsentrasi 80% zona
hambatnya 10,72 mm. Angelica (2013) juga menyatakan bahwa Staphylococcus
aureus merupakan salah satu bakteri penyebab penyakit jantung yaitu infeksi pada
lapisan bagian dalam jantung manusia (endokardium) atau disebut dengan
endokarditis.
2. Daun Sirsak (Annona muricata L.)
Berikut adalah klasifikasi tanaman sirsak (Widyaningrum, 2012):
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Polycarpiceae
Famili : Annonaceae
Genus : Annona Gambar 2.
Spesies : Annona muricata L. Sirsak
(Annona muricata)

3
a. Secara Empiris
Penggunaan sirsak sebagai obat-obatan tradisional bukanlah hal yang baru
bagi masyarakat Indonesia. Daun sirsak (Annona mucirata L.) merupakan salah
satu tanaman yang telah terbukti secara empiris memiliki efek antibakteri untuk
mengobati infeksi. Secara turun temurun, sirsak sudah dimanfaatkan oleh
beberapa penduduk Indonesia untuk pengobatan macam-macam penyakit sebagai
antibakteri, antivirus, antiparasit, dan kardiotonik (Putra, 2015).
b. Secara Ilmiah
Penelitian mengenai Annona muricata juga dilakukan oleh Vinothini dan
Growther (2016) untuk melihat efek antimikroba ekstrak daun dan buah terhadap
beberapa jenis bakteri, diantaranya Staphylococcus aureus, Streptococcus
pyogenes, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella typhi, Klebsiella pneumoniae,
Escherichia coli dan Proteus mirabilis dan mendapatkan hasil bahwa ada efek
antimikroba ekstrak terhadap bakteri yang diuji.
3. Daun Keji Beling (Strobilanthes crispus BI.)
Berikut adalah klasifikasi tanaman keji beling (Preethi dan Suseem, 2014):
Regnum : Plantae
Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Scrophulariales
Famili : Acanthaceae
Genus : Strobilanthes Gambar 3.
Spesies : Strobilanthes crispus Bl. Keji Beling
(Strobilanthes crispus)
a. Secara Empiris
Keji beling adalah jenis tumbuhan yang biasa ditanam masyarakat sebagai
tumbuhan pagar. Tumbuhan ini juga sebagai tumbuhan herbal liar hidup menahun
yang banyak manfaatnya bagi kesehatan dalam penyembuhan beberapa penyakit.
Kejibeling merupakan tumbuhan obat yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat
Indonesia sebagai peluruh air seni (diuretik), pencegah penyakit infeksi
(antibakteri) dan batu ginjal (Trubus, 2012).
b. Secara Ilmiah
Berdasarkan penelitian Puspitorini (2016), didapatkan diameter zona
hambat ekstrak etanol daun keji beling terhadap media tumbuh bakteri

4
Staphylococcus aureus mulai terlihat pada konsentrasi 6,25% dengan diameter
5,53 mm dikategorikan sedang (5-10 mm) dan pada konsentrasi 100%
berdiameter 16,25 mm masuk dalam kategori kuat (11-19 mm).
2.2 Tujuan Kombinasi Tanaman-Tanaman Herbal untuk Penyakit
Endokarditis
Pengobatan terhadap penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri dapat
disembuhkan diantaranya dengan mengkonsumsi antibiotik. Namun, banyak
antibiotik yang tidak lagi efektif mengobati penyakit dikarenakan munculnya sifat
resisten bakteri. Oleh karena itu, diperlukan cara untuk mengembangkan obat
antibakteri yang lain, salah satunya dengan obat tradisional yang berasal dari
tanaman yang dapat membunuh bakteri (Suproborini dkk., 2020).
Pemanfaatan bahan herbal yang sudah diketahui khasiat dan nilai terapinya
menjadi obat tradisional dapat dilkakukan dengan cara mengkombinasi tiga
macam bagian tanaman herbal, yaitu buah mengkudu, daun sirsak dan daun keji
beling, dimana masing-masing bagian tanaman tersebut memiliki senyawa
antibakteri yang bekerja terhadap Staphylococcus aureus yang merupakan bakteri
penyebab penyakit endokarditis.
Kombinasi tanaman herbal juga dilakukan untuk mengoptimalkan efek
antibakteri dengan memperoleh kemampuan daya hambat bakteri yang lebih kuat
dikarenakan adanya kekuatan sinergis dari kombinasi buah mengkudu, daun
sirsak dan daun keji beling. Menurut Spinella (2002) efek sinergis bahan aktif
merupakan kondisi ketika efek yang dihasilkan oleh senyawa aktif secara bersama
(dari gabungan beberapa tanaman) lebih besar daripada jumlah dari efek tunggal
dari masing-masing senyawa aktif (pada satu tanaman saja).
2.3 Kandungan Senyawa pada Tanaman-Tanaman Herbal untuk
Penyakit Endokarditis
Menurut Susiana (2016), buah mengkudu mengandung senyawa-senyawa
spesifik yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri, yaitu tanin, saponin,
alkaloid dan flavonoid. Selain itu, dari hasil penelitian Tuna dkk. (2015)
menunjukkan bahwa efek antibakteri pada ekstrak daun sirsak memiliki daya
hambat yang kuat yang disebabkan adanya zat-zat aktif yang terkandung dalam

5
daun sirsak, yaitu tanin, alkaloid, saponin, dan flavonoid yang berfungsi sebagai
antibakteri. Adapun hasil penelitian Artanti dan Fatimah (2017), disimpulkan
bahwa daun keji beling juga memiliki kandungan senyawa flavonoid, saponin dan
alkaloid yang mampu mempengaruhi mekanisme kerja bakteri dan menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
1. Flavonoid
Flavonoid telah terbukti memiliki aktivitas antibakteri. Mekanisme
kerjanya sebagai antibakteri adalah membentuk senyawa kompleks dengan
protein ekstraseluler dan protein terlarut sehingga dapat merusak membran sel
bakteri dan diikuti dengan keluarnya senyawa intraseluler (Nuria et al., 2009).
Flavonoid juga menyebabkan kerusakan struktur protein yang terkandung
di dalam dinding sitoplasma bakteri dengan mengubah sifat fisik dan kimiawi
sitoplasma yang mengandung protein dan mendenaturasi dinding sel bakteri
sehingga mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri dan
menyebabkan lapisan dinding sel bakteri tidak terbentuk secara utuh dan dapat
menimbulkan kematian pada sel tersebut (Afrina et al., 2018).
2. Alkaloid
Alkaloid memiliki kemampuan sebagai antibakteri dan mekanisme
penghambatan dengan cara mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada
sel bakteri sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan
menyebabkan kematian sel tersebut. Selain itu, alkaloid juga menghambat
pembentukan sintesis protein sehingga dapat mengganggu metabolisme bakteri
(Robinson, 1995). Golongan senyawa alkaloid dapat menghambat pertumbuhan
bakteri gram positif maupun gram negatif (Compean dan Ynalvez, 2014).
Alkaloid memiliki aktivitas sebagai antibakteri karena senyawa ini juga
dikenal sebagai interkalator DNA dan penghambatan sintesis DNA. Alkaloid
merupakan senyawa nitrogen heterosiklik yang mengandung paling sedikit satu
atom nitrogen dan bersifat basa. Gugus basa ini akan bereaksi dengan senyawa
asam yang ada pada sel bakteri seperti DNA yang merupakan penyusun utama inti
sel. Dengan terganggunya DNA, maka sintesis protein dan asam nukleat dalam sel
akan terganggu (Prestiandari et al., 2018). Mekanisme lain antibakteri alkaloid

6
selain diketahui sebagai interkelator DNA yaitu menghambat enzim
topoisomerase sel bakteri (Karou et al., 2005).
3. Tanin
Senyawa tanin merupakan polifenol tanaman yang larut dalam air dan
menggumpalkan protein. Senyawa tanin ini banyak dijumpai pada tumbuhan.
Tanin memiliki aktivitas antibakteri. Mekanisme antibakteri secara umum adalah
toksisitas tanin dapat merusak membran sel bakteri. Mekanisme kerja tanin diduga
dapat mengerutkan dinding sel atau membran sel sehingga menggangu
permeabilitas sel itu sendiri. Oleh karena itu, sel tidak dapat melakukan
aktivitasnya (Ajizah, 2004).
Mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri adalah menghambat enzim
reverse transkriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat
terbentuk (Nuria, 2009). Menurut Akiyama et al. (2001), kompleksasi dari ion
besi dengan tanin dapat menjelaskan toksisitas tanin. Mikroorganisme yang
tumbuh di bawah kondisi aerobik membutuhkan zat besi untuk berbagai fungsi,
termasuk reduksi dari metabolis ribonukleotida DNA. Enzim reverse transkriptase
dan DNA topoisomerase sel bakteri tidak dapat terbentuk oleh kapasitas pengikat
besi yang kuat oleh tanin.
Tanin memiliki aktivitas antibakteri yang berhubungan dengan
kemampuannya untuk menginaktifkan adhesin sel mikroba, menginaktifkan
enzim, dan menggangu transport protein pada lapisan dalam sel (Cowan, 1999).
Menurut Sari (2011), tanin juga mempunyai target pada polipeptida dinding sel
sehingga pembentukan dinding sel menjadi kurang sempurna. Hal ini
menyebabkan sel bakteri menjadi lisis karena tekanan osmotik maupun fisik
sehingga sel bakteri akan mati.
4. Saponin
Saponin berasal dari bahasa latin Sapo yang berarti sabun, karena sifatnya
menyerupai sabun. Saponin memiliki kemampuan sebagai antibakteri dengan cara
mengganggu permeabilitas membran sel bakteri yang mengakibatkan kerusakan
membran sel dan menyebabkan keluarnya berbagai komponen penting dari dalam
sel bakteri yaitu protein, asam nukleat dan nukleotida (Affif dan Amilah, 2017).

7
Senyawa saponin dapat menghambat sintesis protein karena terakumulasi
dan menyebabkan kerusakan komponen-komponen penyusun sel bakteri. Sintesis
protein merupakan proses metabolisme utama pada bakteri yang sangat
berhubungan langsung dengan kelangsungan hidup bakteri, dimana rusaknya
komponen sel terutama rusaknya DNA, RNA, dan protein memegang peranan
penting dalam sel. Hal tersebut mengakibatkan kerusakan total pada sel sehingga
bakteri tidak dapat melakukan replikasi karena lisis (Hasibuan 2016).

8
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Beberapa tanaman yang memiliki kemampuan untuk membunuh bakteri
Staphylococcus aureus penyebab penyakit endokarditis, diantaranya buah
mengkudu (Morinda citrifolia L.), daun sirsak (Annona muricata L.) dan
daun keji beling (Strobilanthes crispus BI.).
2. Kombinasi buah mengkudu, daun sirsak dan daun keji beling dilakukan
untuk mengoptimalkan efek antibakteri dengan memperoleh kemampuan
daya hambat bakteri yang lebih kuat dikarenakan adanya kekuatan sinergis
dari kombinasi ketiga tanaman herbal tersebut.
3. Senyawa-senyawa yang dapat membunuh bakteri Staphylococcus aureus
sebagai penyebab penyakit endokarditis pada ketiga tanaman herbal
tersebut, diantaranya flavonoid, alkaloid, tanin dan saponin.

9
DAFTAR PUSTAKA

Affif, F.E. dan Amilah, S. 2017. Efektivitas ekstrak daun mengkudu (Morinda
citrifolia L.) dan daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav) terhadap
zona hambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. Stigma Journal and
Science, 10(1): 12-16.
Afrina, D., Fakhrurrazi dan Rastina. 2018. Pemberian ekstrak daun mengkudu
(Morinda citrifolia L.) terhadap jumlah total cemaran bakteri pada daging
sapi. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Veteriner, 2(4): 460-467.
Ajizah, A. 2004. Sensitivitas Salmonella thypimurium Terhadap Ekstrak Daun
Psidium guajava L. J. Bioscientiae, 1 (1): 31-38.
Akiyama, H. K. Fujii. O. Yamasaki., T. Oono. K. Iwatsuki. 2001. Antibacterial
Action of Several Tannin against Staphylococcus aureus. Journal of
Antimicrobial Chemotherapy, 48: 487 – 491.
Angelica, N. 2013. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun dan Kulit Batang
Kayu Manis (Cinnamomum burmannii (Nees & Th. Nees)) terhadap
Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Calyptra, 2(2):1-8.
Artanti, D., dan Fatimah, S. 2017. Efektivitas Perasan Daun Keji Beling
(Sericocalyx crispus Linn) Dalam Menghambat Pertumbuhan
Staphylococcus aureus. The Journal Of Muhammadiyah Medical
Laboratory Technologist, 1(1):78-83.
Compean, K.L. dan Ynalvez R.A. 2014. Antimicrobial Activity of Plant
Secondary Metabolites: A Review. Reserach of Medical Plant. pp. 1-10.
Cowan, M.M. 1999. Plant Products as Antimicrobial Agents. Clinical
Microbiology Reviews, 12: 564-582.
Hasibuan, S.A., 2016. Perbandingan Daya Hambat Ekstrak Daun Jarak Pagar
(Jatropha curcas L.) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus Dan
Escherichia coli Secara In Vitro. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung, Bandar Lampung.
Karou, D., Savadogo, Aly. 2005. Antibacterial activity of alkaloids from Sida
acuta. African Journal of Biotechnolog,, 4(12):1452- 1457.
Long B, Koyfman A. 2018. Infectious endocarditis: An update for emergency
clinicians. Am J Emerg Med, 36(9):1686-92.
Mursito, B. 2005. Ramuan Tradisional Untuk Gangguan Ginjal. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Nayak S, Sushma M. 2009. Immunostimulant activity of the extracts and
bioactives of the fruits of Morinda citrifolia. Pharmaceutical Biology, 47
(3): 248–254.
Nuria, M. C., Faizaitun, A., Sumantri. 2009. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Etanol Daun Jarak Pagar (Jatropha Curcas L) Terhadap Bakteri
Staphylococcus Aureus Atcc 25923, Escherichia Coli Atcc 25922, Dan
Salmonella Typhi Atcc 1408. Mediagro,5(2):26–37.
Preethi, F dan Suseem, S,R. 2014. A comprehensive study on endemic Indian
genus–strobilanthes. Journal of Pharmacognosy And Phytochemical
Research, 6(3):459-466.
Prestiandari, E, et al. 2018. Daya Hambat Ekstrak Buah Delima Merah (Punica
granatum Linn) terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus (The
Inhibition of Red Pomegranate Fruit Extract (Punica granatum Linn) on
The Growth of Staphylococcus aureus). e-Jurnal Pustaka Kesehatan, Vol. 6
No. 1.
Puspitorini, A. 2016. Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Kejibeling
(Sericocalyx Crispus L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus
Aureus Secara In Vitro. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Putra I Made. A. S. 2015. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Sirsak
(Annona muricata Liin) dengan Metode Difusi Agar Cakram Terhadap
Escherichia coli. Jurnal Ilmiah Medicamento. Vol. 1 No. 1.
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi (Edisi VI)
Diterjemahkan oleh Padmawinata K., Bandung: Institut Teknologi
Bandung. Terjemahan dari The organic constituents of higherplants, 6th
edition.
Sari, F.P. dan S. M. Sari. 2011. Ekstraksi Zat Aktif Antimikroba dari Tanaman
Yodium (Jatropha multifida Linn) sebgai Bahan Baku Alternatif Antibiotik
Alami. Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang.
Sjabana, D. dan Bahalwan, R. R. 2002. Pesona Tradisional dan ilmiah,
mengkudu, Morinda citrifolia, Edisi I. Salemba Medika, Jakarta.
Spinella M. 2002. The importance of pharmacological synergy in psychoactive
herbal medicines. Alternative Medicine Review. 7(2):130-137.
Suproborini, A., Laksana, M. S. D., & Lisniawati, L. 2020. Potensi Ekstrak
Etanol Daun Strobilanthes crispus Sebagai Antidiare. EnviroScienteae,
16(1):12-20.
Susiana, R. 2016. Panduan Praktis Menanam 28 Tanaman Bumbu Dapur. Rapha,
Jakarta.
Trubus. 2012. Herbal Indonesia Berkhasiat. Trubus Swadaya, Depok.
Tuna, M. R., Kepel, B. J., dan Leman, M. A. 2015. Uji daya hambat ekstrak daun
sirsak (Annona muricata L.) terhadap pertumbuhan Staphylococcus
aureus secara in vitro. Pharmacon, 4(4):65-70.
Vinothini R, Growther L. 2016. Antimicrobial and Phytochemical Analysis of
Methanolic and Aqueous Extract of Annona muricata (Leaf and Fruit). Int
J Curr Microbiol Applid Sci, 5(10):617–25.
Wang MY, West BJ, Jensen CJ, Nowicki D, Anderson G, Chen X, et al. 2002.
Morinda citrifolia (noni): a literature review and recent advances in Noni
research. Acta Pharmacologica Sinica, 23(12):1127- 41.
Widiana R, Indriati G, Andika I. 2012. Daya Hambat Sari Daun Sirsak (Annona
muricata L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli. STKIP,
Padang.
Widyaningrum, Herlina. 2012. Sirsak Si Buah Ajaib 10.000x Lebih Hebat dari
Kemoterapi. MedPres, Yogyakarta.
Wiradona, I., Suwarsono., Sunarjo, L., Rimbyastuti, H. 2015. Pengaruh Perasan
Mengkudu Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus. Jurnal
Ilmiah, 2(1):8–13.

Anda mungkin juga menyukai